• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KUE D WONK DI JAKARTA PUSAT BOEDIHARTI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KUE D WONK DI JAKARTA PUSAT BOEDIHARTI"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

BOEDIHARTI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2011

(2)

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala penyataan dalam Tugas Akhir saya yang berjudul :

“Strategi Pengembangan Usaha Kue D’Wonk di Jakarta Pusat”

Merupakan gagasan atau hasil penelitian Tugas Akhir saya sendiri, dengan pembimbingan Komisi Pembimbing, kecuali yang jelas ditunjukkan rujuaknnya. Tesis ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain.

Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, Juli 2011

Boediharti F352060105

(3)

Guided by MA'MUN SARMA as Chairman and SRI HARTOYO as a Member.

Business meals, cakes or the like to be an attractive option. At least it is easy to do business, applicants or customers are also quite a lot, but the important thing is creative in producing. Therefore, innovation or product development is essential in business circles in an effort to compete and survive in the food business. Product innovation is important in overcoming the boredom of the product. It also includes forms of competitive strategy. Increased variety and innovation development are sold cake business is the key entrepreneurs who have held food. One of the foods are pretty much demand is brownies. Brownies still be excellent snack, although the selling price is relatively expensive. Many of the creations, taste, shape modification and decoration became one of the reasons why the public interest is high to buy brownies today. Community enthusiastic buying various types of output current brownies, either grilled or steamed. The more people who enjoyed the brownie means from a business standpoint, this chocolate cake is still bright and promising. Brownie growing industry has good prospect in future. One small-scale entrepreneurs or home industry that can capture these business opportunities is a mother who opened a business Rahnayati brownies D'wonk. To be able to develop small industries should be aware of brownies D'wonk strengths and weaknesses of the company and with regard to external factors which can be both opportunities and threats. Formulation of problems that can be drawn is as follows: 1) How can internal and external conditions of small industries brownies D'wonk, 2) business development strategies what is appropriate for small industries brownies D'wonk?. This study aims to 1) Identify the condition of the internal and external factors of small industries brownies D'wonk, 2) Develop an appropriate business development strategy for small industries brownies D'wonk. The study was conducted on a small industrial brownies D'wonk located in Central Jakarta from July to September 2010. The data used are primary data obtained from interviews with the company as much as three respondents are the owners, the production and the marketing and consumer questionnaires to 50 brownies D'wonk who come shop. Secondary data obtained through the study of literature, data and information companies and related institutions. Processing and data analysis methods used were analysis of internal and external environment through the IFE, EFE and IE to determine the position of the company, SWOT to determine company strategy and decision-making QSPM for alternative strategies that will be recommended to the company.

(4)

BOEDIHARTI. Strategi Pengembangan Usaha Kue Brownies D’Wonk (Studi Kasus Usaha Kue Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk di Jakarta Pusat). Dibimbing oleh MA’MUN SARMA sebagai Ketua dan SRI HARTOYO sebagai Anggota.

Bisnis makanan, kue atau sejenisnya menjadi pilihan yang menarik. Setidaknya bisnis ini mudah dilakukan, peminat atau pelanggan juga lumayan banyak, tetapi yang terpenting adalah kreatif dalam memproduksi. Oleh karena inovasi atau pengembangan produk mutlak dilakukan kalangan pebisnis dalam upaya bersaing serta dapat bertahan di bisnis makanan. Inovasi produk penting dalam mengatasi kebosanan produk. Hal ini juga termasuk bentuk strategi persaingan. Peningkatan variasi dan pengembangan inovasi kue yang dijual merupakan kunci bisnis yang harus dipegang pelaku usaha makanan.

Salah satu makanan yang cukup banyak peminatnya yaitu brownies. Brownies masih menjadi camilan primadona, kendati harga jual relative mahal. Banyak kreasi, cita rasa, modifikasi bentuk dan hiasan menjadi salah satu alasan kenapa animo masyarakat membeli brownies tergolong tinggi sampai saat ini. Masyarakat antusias membeli aneka jenis keluaran kue brownies terbaru, baik yang dipanggang maupun dikukus. Makin banyak orang yang menggemari brownies berarti dari segi bisnis, kue coklat ini masih cerah dan menjanjikan.

Industri brownies yang terus berkembang memiliki prospek yang cerah di masa depan. Salah satu pengusaha skala kecil atau home industry yang dapat menangkap peluang bisnis tersebut adalah Ibu Rahnayati yang membuka usaha brownies D’Wonk.Untuk dapat berkembang industri kecil brownies D’Wonk harus menyadari kekuatan dan kelemahan perusahaan serta memperhatikan faktor eksternal yang dapat berupa peluang maupun ancaman.

Perumusan masalah yang dapat disusun adalah sbb : 1) Bagaimana kondisi internal dan eksternal industri kecil Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk, 2) Bentuk strategi pengembangan usaha apa yang sesuai untuk industri kecil Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk?. Penelitian ini bertujuan 1) Mengidentifikasi kondisi faktor internal dan eksternal industri kecil brownies D’Wonk, 2) Menyusun strategi pengembangan usaha yang sesuai untuk industri kecil brownies D’Wonk.

Penelitian dilakukan pada industri kecil Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk yang bertempat di Jakarta Pusat mulai bulan April-Juni 2011. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak perusahaan sebanyak 3 responden yaitu pemilik, bagian produksi dan bagian pemasaran dan kuesioner kepada 30 konsumen Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk yang datang ke toko. Data sekunder yang diperoleh melalui studi pustaka, data dan informasi perusahaan dan instansi terkait. Metode pengolahan dan analisis data yang digunakan adalah analisis lingkungan internal dan eksternal perusahaan melalui IFE, EFE dan IE untuk mengetahui posisi perusahaan, SWOT untuk mengetahui strategi perusahaan serta QSPM untuk pengambilan keputusan alternatif strategi yang akan direkomendasikan kepada perusahaan.

(5)

baik, hal ini tidak terlepas dari proses produksi yang dilakukan higienis dan kualitas bahan baku yang baik. Dan kelemahan Dan kelemahan utama yang dimiliki adalah pencatatan keuangan yang masih sederhana, untuk itu industri kecil Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk harus meningkatkan pengetahuan dan menerapkan sistem akuntansi pada keuangan perusahaan.

Berdasarkan matriks EFE diketahui bahwa peluang utama yang dimiliki oleh industri kecil Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk adalah pangsa pasar yang masih luas, dengan demikian perusahaan masih dapat memperluas jaringan distribusi dengan membuka cabang lagi sehingga perusahaan tidak hanya melayani wilayah Jakarta Pusat dan Jakarta Timur akan tetapi dapat melayani wilayah Jabodetabek. Dan ancaman utama yang dimiliki perusahaan adalah adanya pendatang baru, untuk itu industri kecil Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk harus mempunyai strategi yang tepat untuk menghadapi persaingan antara lain dengan meningkatkan inovasi dan terobosan dalam produk agar lebih menarik baik dari segi rasa, bentuk maupun jenisnya sehingga konsumen tidak bosan dengan produk yang ditawarkan serta memberikan pelayanan yang memuaskan. Hasil analisa matriks IE menunjukkan nilai fakktor internal 2.733 dan nilai matriks eksternal 2.755 memposisikan perusahaan berada di kuadran V yaitu tumbuh dan stabil dengan alternatif pada strategi ini adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk.

Berdasarkan analisa SWOT dapat disusun beberapa alternatif strategi, yaitu (1) meningkatkan kualitas dan variasi produk untuk mempertahankan dan mencari konsumen, (2) Meningkatkan kemampuan produksi dengan mengguna-kan kemajuan teknologi, (3) meningkatmengguna-kan kualitas dan variasi produk untuk menghadapi persaingan dengan masuknya pendatang baru, (4) mempertahankan loyalitas konsumen terhadap perusahaan dengan mempertahankan dan meningkatkan kualitas dan variasi produk yang ditawarkan dan halal, (5) meningkatkan promosi dan memperluas jaringan distribusi dengan membuka cabang baru, (6) menerapkan sistem akuntasi dalam keuangan perusahaan, (7) meningkatkan promosi dan memperluas jaringan distribusi untuk menghadapi persaingan dengan masuknya pendatang baru dan (8) Meningkatkan pengetahuan dan mutu SDM untuk menghadapi persaingan. Berdasarkan analisa matriks QSPM maka beberapa alternatif strategi sesuai dengan urutannya yaitu, (1) meningkatkan promosi dan memperluas jaringan distribusi dengan membuka cabang baru, (2) meningkatkan kualitas dan variasi produk untuk menghadapi persaingan dengan masuknya pendatang baru, (3) meningkatkan kualitas dan variasi produk untuk mempertahankan dan mencari konsumen, (4) Meningkatkan pengetahuan dan mutu SDM untuk menghadapi persaingan, (5) mempertahankan loyalitas konsumen terhadap perusahaan dengan mempertahankan dan meningkatkan kualitas dan variasi produk yang ditawarkan dan halal, (6) Meningkatkan kemampuan produksi dengan menggunakan kemajuan teknologi, (7) meningkatkan promosi dan memperluas jaringan distribusi untuk menghadapi persaingan dengan masuknya pendatang baru dan (8) menerapkan sistem akuntasi dalam keuangan perusahaan.

(6)

meningkatkan promosi dan memperluas jaringan distribusi dengan membuka cabang baru dan meningkatkan kualitas dan variasi produk untuk menghadapi persaingan dengan masuknya pendatang baru.

(7)

@ Hak Cipta milik IPB, tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh Karya Tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebut sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya Tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

(8)

BOEDIHARTI

Tugas Akhir

Sebagai salah satu syarat untuk melakukan penyelesaian pada Program Studi Industri Kecil Menengah

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2011

(9)

Nama Mahasiswa : Boediharti Nomor Pokok : F352060105

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr.Ir. Ma’mun Sarma, MS, M.Ec Dr.Ir. Sri Hartoyo, MS

Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana

Industri Kecil Menengah

Prof.Dr.Ir. H. Musa Hubeis MS, Dipl.Ing., DEA Dr.Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr

(10)

rahmat dan karunia-Nya, sehingga laporan akhir yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Industri Kecil Menengah (PS MPI), Sekolah Pascasarjana (SPS), Institut Pertanian Bogor (IPB) dapat diselesaikan.

Penulis menyadari bahwa laporan akhir ini tidak akan tersusun tanpa bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Ma’mun Sarma, MS, M.Ec, selaku ketua Komisi Pembimbing atas pengarahan, bimbingan dan dorongan dalam penyusunan dan penyelesaian laporan akhir.

2. Bapak Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS, selaku anggota Komisi Pembimbing atas pengarahan, bimbingan dan dorongan dalam penyusunan dan penyelesaian laporan akhir.

3. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA, selaku dosen penguji luar komisi untuk ujian Tesis atas masukannya.

4. Seluruh staf administrasi dan dosen pengajar PS MPI IPB yang telah membantu dan membuka cakrawala dan wawasan untuk menggali informasi lebih mendalam dalam proses penyampaian materi studi.

5. Ayahanda (alm) dan Ibunda dan seluruh keluarga tercinta yang selalu memberikan do’a restu, dukungan dan semangat.

6. Seluruh pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan laporan akhir ini, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis berharap bahwa laporan akhir ini dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi semua pihak yang berkepentingan. Oleh karena itu, saran dan kritik membangun akan diterima bagi perbaikan dan penyempurnaan di masa mendatang.

Bogor, Juli 2011

(11)

Halaman

DAFTAR TABEL... ... x

DAFTAR GAMBAR... ... xi

DAFTAR LAMPIRAN... ... xii

I. Pendahuluan... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Perumusan masalah... 7

C. Tujuan... 7

II. Landasan Teori... 8

A. Definisi Usaha Kecil... 8

B. Karakteristik Usaha Kecil... 8

D. Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan..……... 10

E. Pengembangan Usaha Kecil... 13

F. Strategi Pengembangan Usaha... 14

III. Metode Kajian... 20

A. Pengumpulan Data... 20

B. Pengolahan Dan Analisa Data... 20

C. Aspek Kajian... 25

IV. Hasil dan Pembahasan... 26

A. Keadaan umum... 26

B. Data Umum Konsumen Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk 27 C. Identifikasi Faktor Internal Dan Eksternal Perusahaan... 30

D. Analisa Matriks IFE dan EFE ………...………... 33

E. Analisa Matriks Internal-Eksternal (IE) …………...…... 35

F. Analisa Matriks SWOT... 36

G. Matriks QSPM... 38

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 40

B. Saran... 41

DAFTAR PUSTAKA... 42

(12)

Nomor Halaman

1. Jumlah Perusahaan Menurut SubSektor pada tahun 2001-2007 2

. 2. Perkembangan usaha industri kecil Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk... 7

3. Komposisi Angka kecukupan Gizi per 100 gran Brownies... 18

4. Matriks SWOT... 23

5. Matriks QSPM... ... 24

6. Perkembangan omzet dan laba industri kecil Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk... 26

7. Data Konsumen Berdasarkan Jenis Kelamin... 27

8. Data Konsumen Berdasarkan Status Pendidikan... 27

9. Data Konsumen Berdasarkan Tempat Tinggal... 28

10. Data Konsumen Berdasarkan Jenis Produk Yang Dibeli... 28

11. Data Konsumen Berdasarkan Cara Pembayaran……….. 28

12. Data Konsumen Terhadap Alasan Membeli Produk Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk... 29

13. Data Konsumen Berdasarkan Frekuensi Pembelian Produk Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk………. 29

14. Data Konsumen Berdasarkan Kepuasan Atas Produk Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk……….…..… 30

15. Data Konsumen Berdasarkan Kepuasan Atas Produk Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk……… 30

(13)

1. Jenis kue yang diproduksi industri kecil Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk... 6

(14)

Nomor Halaman 1. Jadwal kajian……….…… 44 2. Pembiayaan ………... 45 3. Kuesioner Kajian ………. 46 4. Perhitungan bobot factor strategi internal industri kecil

Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk………. 58 5. Perhitungan bobot faktor strategi eksternal industri kecil

Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk……… 60 6. Rekapitulasi bobot faktor strategi internal dan eksternal industri

kecil Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk………. 61

7. Rekapitulasi perhitungan rating actor strategi internal dan eksternal industri kecil Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk 62

8. Perhitungan Matriks IFE dan EFE industri kecil Brownies,

Chocolate dan Pastry D'Wonk……… 63 9. Hasil perhitungan Matriks QSP industri kecil Brownies, Chocolate dan Pastry D'Wonk…..……….…. 63

(15)

A. Latar Belakang

Krisis ekonomi yang mendera bangsa kita selama beberapa tahun terakhir ini telah memberikan pelajaran kepada kita bahwa kegiatan ekonomi yang terpusat di tangan beberapa kelompok ekonomi tertentu saja, mempunyai resiko keruntuhan yang besar di kala krisis melanda. Hal ini terbukti dengan banyaknya kegiatan usaha skala besar yang harus gulung tikar dengan meninggalkan beban penggangguran yang tidak sedikit. Di sisi lain, usaha kecil dan menengah (UKM) yang tumbuh di tengah masyarakat secara spontan justru menunjukkan daya tahan yang lebih tinggi dan menjadi penyangga kehidupan jutaan jiwa.

Industri kecil di Indonesia merupakan bagian penting dari sistem perekonomian nasional, karena berperan untuk mempercepat pemerataan pertumbuhan ekonomi melalui misi penyediaan lapangan usaha dan lapangan kerja, peningkatan pendapatan masyarakat dan ikut berperan dalam meningkatkan perolehan devisa, serta memperkokoh struktur industri nasional (Hubeis, 1997). Di tengah merosotnya perekonomian Indonesia yang mengakibatkan banyaknya pemutusan hubungan kerja terhadap karyawan di perusahaan-perusahaan menengah dan besar, masih banyak terdapat perusahaan yang tetap bertahan menghadapi gelombang keterpurukan ekonomi. Salah satu jenis usaha yang mampu bertahan adalah usaha industri roti dan kue kering serta usaha pembuatan kue basah.

Berdasarkan data statistk dari Badan Pusat Statistk (BPS) selama tahun 2001 – 2008, jumlah perusahaan yang paling banyak menurut subsektornya adalah perusahaan makanan dan minuman dibandingkan dengan perusahan subsektor lainnya. Jumlah perusahaan menurut sub sektor tahun 2001 – 2008 dapat dilihat pada Tabel 1.

(16)

Tabel 1. Jumlah Perusahaan Menurut SubSektor pada tahun 2001-2008

Subsektor 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 e) 15 Makanan dan minuman 4.559 4.554 4.414 4.639 4.722 6.615 6.341 6.316 16 Tembakau 810 814 788 810 858 1.286 1.208 1.483 17 Tekstil 1.901 1.892 1.847 1.892 1.934 2.809 2.820 2.701 18 Pakaian Jadi 2.123 2.028 1.883 1.908 1.922 3.256 2.917 2.349 19 Kulit dan barang dari

kulir

564 533 512 492 491 813 764 737 20 Kulit, barang dari kayu

dan anyaman

1.668 1.629 1.450 1.411 1.325 1.782 1.648 1.702 21 Kertas dan barang dari

kertas

388 340 375 394 413 526 553 457 22 Penerbitan, percetakan

dan reproduksi

537 593 545 535 545 897 789 727 23 Batubara, minyak dan

gas bumi, dan bahan bakar nuklir

48 40 54 48 52 73 96 55

24 Kimia dan barang-barang dari bahan kimia

1.089 1.014 1.003 1.020 1.011 1.179 1.151 1.253 25 Karet dan

barang-barang dari plastic

1.416 1.466 1.422 1.487 1.477 1.847 1.774 1.881 26 Barang galian bukan

logam

1.657 1.612 1.518 1.507 1.523 2.047 1.916 1.965 27 Logam dasar 239 223 209 230 211 276 260 261 28 Barang-barang dari

logam dan peralatannya

906 930 896 880 859 1.020 981 854 29 Mesin dan

perlengkapannya

529 474 390 408 410 477 436 383 30 Peralatan kantor,

akuntansi, dan pengolahan data

9 9 8 7 7 10 10 10

31 Mesin listrik lainnya dan perlengkapannya

235 244 247 249 252 279 285 290 32 Radio, televise dan

peralatan komunikasi

141 167 206 219 191 227 227 273 33 Perlatan kedokteran,

alat ukur, navigasi, optic dan jam

69 52 49 47 47 61 70 62

34 Kendaraan bermotor 216 270 256 261 262 336 302 366 35 Alat angkutan lainnya 354 329 334 323 297 380 380 431 36 Furniture dan industri

pengolahan lainnya

1.914 1.898 1.855 1.856 1.865 3.135 2.914 3.198 37 Daur ulang 24 38 63 62 55 137 156 54 Jumlah 21.396 21.146 20.324 20.685 20.729 29.468 27.998 27.808 e : angka perkiraan

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS), tahun 2009

Bisnis makanan, kue atau sejenisnya menjadi pilihan yang menarik. Setidaknya bisnis ini mudah dilakukan, peminat atau pelanggan juga lumayan banyak, tetapi yang terpenting adalah kreatif dalam memprduksi. Oleh karena itu

(17)

inovasi atau pengembangan produk mutlak dilakukan kalangan pebisnis dalam upaya bersaing serta dapat bertahan di bisnis makanan. Inovasi produk penting dalam mengatasi kebosanan produk. Hal ini juga termasuk bentuk strategi persaingan. Peningkatan variasi dan pengembangan inovasi kue yang dijual merupakan kunci bisnis yang harus dipegang pelaku usaha makanan.

Salah satu makanan yang cukup banyak peminatnya, yaitu brownies. Brownies masih menjadi camilan primadona, kendati harga jual relative mahal. Banyak kreasi, cita rasa, modifikasi bentuk dan hiasan menjadi salah satu alasan kenapa animo masyarakat membeli brownies tergolong tinggi sampai saat ini. Brownies bagi sebagian besar masyarakat masih dianggap sebagai camilan dengan nilai tawar serta memiliki prestise yang cukup tinggi, Alasan ini tidak berlebihan, mengingat kue brownies merupakan camilan dengan bahan baku coklat pilihan sehingga menghasilkan cita rasa special serta bernilai jual relative tinggi. Meski demikian, daya beli masyarakat tidak pernah berkurang. Masyarakat antusias membeli aneka jenis keluaran kue brownies terbaru, baik yang dipanggang maupun dikukus. Makin banyak orang yang menggemari brownies berarti dari segi bisnis, kue coklat ini masih cerah dan menjanjikan.

Salah satu pengusaha skala kecil atau home industry yang dapat menangkap peluang bisnis adalah Ibu Rahnayati yang membuka usaha brownies, chocolate dan Pastry D’Wonk di Jakarta Pusat. Usaha ini bermula saat Ibu Rahnayati mengajukan pensiun dini dari tempatnya bekerja di salah satu Bank Pemerintah pada tahun 2000 dan untuk mempersiapkan masa pensiunnya Ibu Rahnayati telah dibekali ketrampilan dengan mengikuti kursus kue selama 3 (tiga) bulan. Pada awalnya Ibu Rahnayati memberanikan diri untuk menerima pesanan cokelat dan usaha ini dijalaninya selama 3 tahun. Pada tahun 2004 Ibu Rahnayati terdorong lagi untuk mengikuti kursus kue, terutama kursus membuat Brownies kukus, di mana pada saat itu brownies kukus merupakan salah satu makanan yang sedang trend di Bandung. Seiring dengan berjalannya waktu, Ibu Rahnayati mulai menerima pesanan brownies dari teman-teman dan tetangga. Dalam kurun waktu 6 (enam) bulan, brownies yang diproduksinya mendapat respon yang sangat baik dari masyarakat, kemudian Ibu Rahnayati mendirikan toko pada tahun 2005.

(18)

Jenis brownies yang dijual yaitu brownies kukus dan panggang dengan harga bervariasi, yaitu mulai dari Rp.30.000,- sampai dengan Rp.35.000,- per loyang. Dalam satu hari Ibu Rahnayati minimal memproduksi sebanyak 100 sampai 200 loyang brownies. Jika sedang mendapat pesanan untuk acara khusus atau hari besar seperti Hari Raya Lebaran dan Natal, Ibu Rahnayati bisa memproduksi sampai 400 loyang brownies..

Pada awal pendiriannya, usaha ini hanya memproduksi brownies saja. Seiring dengan banyaknya permintaan, kemudian usaha ini menambah variasi produk, antara lain: cookies, pastry dan pie. Namun hingga saat ini permintaan untuk brownies kukus paling dominan dibandingkan jenis yang lainnya.

Jenis kue yang diproduksi adalah : 1. Brownies.

a. Brownies kukus, dengan sembilan rasa, yaitu : coklat special, chese cake, black and white (tiramisu dan mocca), coklat keju, coklat pandan, pandan keju, coklat strawberry, coklat mocca, keju special.

b. Brownies panggang, dengan dua rasa, yaitu : coklat dan coklat keju. 2. Cookies (aneka kue kering).

3. Pastry, dengan lima rasa, yaitu : daging, ayam, keju, vla dan pisang keju. 4. Pie, dengan dua rasa, yaitu : buah segar dan buah kaleng.

Lokasi usaha terletak di Jl. Mahoni No.34A, Bungur, Jakarta Pusat dan di Jl. Angkur No.8, Pulo Mas, Jakarta Timur. Sarana yang tersedia cukup memadai untuk operasional usaha berupa listrik, telepon, air, bersih, ruang pajang dan lainnya. Peralatan yang dimiliki berupa mixer, cetakan, loyang, oven, kukusan, dan sarana pendukung lainnya. Untuk pengiriman barang dalam jumlah kecil menggunakan 1 (satu) unit motor sedangkan untuk pengiriman barang dalam jumlah besar menggunakan 1 (satu) unit mobil.

Industri kecil Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk telah memiliki legalitas usaha berupa : Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Surat Keterangan Domisili Perusahaan (SKDP), Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) dan telah memiliki Sertifikat Halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Manajemen usaha yang diterapkan masih sederhana, baik dalam pengelolaan SDM maupun

(19)

pengelolaan keuangan dan administrasi. Usaha dikelola sendiri dan dibantu oleh 6 orang pegawai yang digaji secara bulanan dan pada saat menjelang Hari Raya Lebaran dan Natal, Ibu Rahnayati menambah pegawai borongan. Promosi yang dilakukan dengan ikut serta dalam berbagai pameran industri kecil di Jakarta seperti : Pekan Raya Jakarta (PRJ) dan juga bazar yang diadakan oleh Pemda Walikota maupun instansi lainnya. Selain itu industri kecil Brownies D’Wonk juga masuk dalam media cetak atau tabloid seperti Infokuliner dan Kontan

(20)

Brownies aneka rasa :coklat spesial, chase cake, coklat keju, coklat pandan, pandan keju

Aneka kue kering

Pastry aneka rasa : daging, ayam, keju, vla dan pisang keju.

Gambar 1. Jenis kue yang diproduksi industri kecil Brownies, Chocolatr dan Pastry D’Wonk

Sumber : Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk tahun 2011

Proses produksi dimulai dari pencampuran bahan/adonan, pencetakan, panggang/kukus, packing. Proses produksi memakan waktu sekitar 3 jam dengan frekuensi dilakukan sebanyak 2 kali yaitu produksi pagi hari untuk dijual sore hari sedangkan produksi sore hari untuk dijual malam sampai dengan pagi hari berikutnya.

(21)

Tabel 2. Perkembangan usaha industri kecil Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk Tahun Jumlah tenaga kerja (orang) Jumlah penjualan/hari (loyang) Omzet/tahun (Rp.) 2008 4 75 793,000,000,- 2009 5 85 915,000,000,- 2010 6 100 1,080,000,000,-

Saat ini sebagian besar industri makanan tidak hanya memproduksi, tetapi juga memasarkan produknya langsung kepada konsumen. Industri brownies yang terus berkembang memiliki prospek yang cerah di masa depan. Untuk dapat berkembang Industri kecil Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk harus menyadari kekuatan dan kelemahan sendiri serta memperhatikan faktor eksternal yang dapat berupa peluang maupun ancaman. Untuk itu di dalam pengembangan usaha diperlukan suatu strategi dan analisa atas kelemahan dan kekuatan yang dimiliki. Anallisa Strength Weakness Opportunities Threats (SWOT) menjadi salah satu analisa yang akan dilakukan pada penelitian ini.

B. Perumusan Masalah

1. Bagaimana kondisi faktor internal dan eksternal industri kecil Brownies, Chocolate dan Pastry D’ Wonk ?.

2. Bentuk strategi pengembangan usaha apakah yang sesuai untuk industri kecil Brownies, Chocolate dan Pastry D’ Wonk ?.

C. Tujuan

1. Mengidentifikasikan kondisi faktor internal dan eksternal industri kecil Brownies, Chocolate dan Pastry D’ Wonk.

2. Menyusun strategi pengembangan usaha yang sesuai untuk industri kecil Brownies, Chocolate dan Pastry D’ Wonk.

(22)

II. LANDASAN TEORI

A. Definisi Usaha Kecil

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 tahun 1995 tentang Usaha Kecil menyatakan bahwa Usaha Kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan sebagaimana diatur dalam undang-undang. Kriteria usaha kecil dalam undang-undang sebagai berikut :

1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp.200.000.000 (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau;

2. Memiliki hasil penjualan paling banyak Rp.1.000.000.000,- (satu miliar rupiah)

3. Usaha produktif milik Warga Negara Indonesia, yang berbentuk badan usaha orang perorangan, badan usaha yang tidak berbadan huku, atau badan usaha berbadan hokum termasuk koperasi.

4. Bukan berupa anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi, baik langsung maupun tidak langsung, dengan Usaha Menengah atau Besar.

Menurut Biro Pusat Statistik (BPS, 1999), usaha kecil identik dengan industri kecil dan industri rumah tangga yang diklarifikasikan berdasarkan jumlah pekerjaanya yaitu : industri rumah tangga dengan pekerja 1-4 orang dan industri kecil dengan pekerja 5-19 orang.

B. Karakteristik Usaha Kecil

Kendati beberapa definisi mengenai usaha kecil namun usaha kecil mempunyai karakteristik yang hampir seragam (Kuncoro, 2007). Pertama, tidak adanya pembagian tugas yang jelas antara bidang administrasi dan operasi. Kebanyakan industri kecil dikelola oleh perorangan yang merangkap sebagai pemilik sekaligus pengelola perusahaan, serta memanfaatkan tenaga kerja dari keluarga dan kerabat dekatnya.

(23)

Kedua, rendahnya akses industri kecil terhadap lembaga-lembaga kredit formal, sehingga cenderung menggantungkan pembiayaan usahanya dari modal sendiri atau sumber-sumber lain, seperti keluarga, kerabat, pedagang perantara, bahkan rentenir.

Ketiga, sebagian besar usaha kecil ditandai dengan belum dipunyainya status badan hokum.

Keempat, dilihat menurut golongan industri tampak bahwa hampir sepertiga bagian dari seluruh industri kecil bergerak pada kelompok usaha industri makanan, minuman dan tembakau, diikuti oleh industri barang galian bukan logam, industri tekstil, dan industri kayu, bamboo, rotan, rumput dan sejenisnya termasuk barang perabotan rumah tangga.

Dari hasil penelitian yang dilakukan di Lembaga Manajemen FE UI (1987) dapat dirumuskan profil usaha kecil di Indonesia sebagai berikut : 1. Hampir setengahnya dari perusahaan kecil hanya menggunakan

kapasitas 60% atau kurang.

2. Lebih dari setengahnya perusahaan kecil didirikan sebagai pengembangan dari usaha kecil-kecilan.

3. Masalah-masalah utama yang dihadapi : sebelum investasi masalah seperti permodalan dan kemudahan usaha (lokasi usaha); pengenalan usaha : pemasaran, permodalan, hubungan usaha; peningkatan usaha : pengadaan bahan/barang.

4. Usaha menurun karena kurang modal, kurang mampu memasarkan, kurang keterampilan teknis dan administrasi.

5. Mengharapkan bantuan Pemerintah berupa modal, pemasaran dan pengadaan barang.

6. 60% menggunakan teknologi tradisional.

7. 70% melakukan pemasaran langsung ke konsumen.

8. Untuk memperoleh bantuan perbankan, dokumen-dokumen yang harus disiapkan dipandang terlalu rumit.

Profil pengusaha kecil Indonesia dari segi manajemen, yaitu : 1. Pemilik sebagai pengelola.

(24)

2. Berkembang dari usaha kecil-kecilan karena itu kepercayaan diri yang berlebihan.

3. Tidak membuat perencanaan tertulis. 4. Kurang membuat catatan/pembukuan tertib. 5. Pendelegasian wewenang secara lisan. 6. Kurang mampu mempertahankan mutu.

7. Sangat tergantung pada pelanggan dan pemasok di sekitar usahanya. 8. Kurang membina saluran informasi.

9. Kurang mampu membina hubungan perbankan.

Profil pengusaha kecil di Indonesia dari segi keuangan yaitu sebagai berikut:

1. Memulai usaha kecil-kecilan, bermodal sedikit dana dan ketrampilan pemiliknya.

2. Terbatasnya sumber dana dari perbankan.

3. Kemampuan memperoleh pinjaman Bank relatif rendah/kurang mampu menyediakan jaminan, proposal kredit da lain-lain.

4. Kurang akurat perencanaan anggaran kas.

5. Tidak memiliki catatan harga pokok produksi, perhitungan sangat kasar.

6. Kurang memahami tentang perlunya pencatatan keuangan/akuntansi. 7. Kurang paham tentang prinsip-prinsip penyajian laporan keuangan

dan kemampuan analisisnya.

8. Kurang mampu memilih informasi yang berguna nagi usahanya. 9. Krisis yang terjadi di Indonesia sejak tahun 1997 sampai sat ini belu

menunjukkan tanda-tanda akan berakhir. Krisis ini juga telah mengakibatkan kedudukan posisi pelaku sector ekonomi berubah. C. Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan

1. Faktor internal

Faktor internal menunjukan adanya kekuatan dan kelemahan perusahaan yang akan mendukung atau melemahkan strategi yang akan dikembangkan. Faktor-faktor dalam lingkungan internal bersifat funsional (Glueck and Jauch, 1994) , yaitu :

(25)

1. Pemasaran dan distribusi 2. Produksi dan operasi

3. Sumber daya perusahaan dan personalia

4. Penelitian dan pengembangan, teknik Akuntansi dan keuangan perusahaan.

Kekuatan perusahaan dapat menjadi faktor pendukung tercapainya tujuan usaha, sedangkan perusahaan dapat menjadi penghambat. Contoh salah satu kekuatan perusahaan adalah loyalitas pelanggak dalam menggunakan merek dagang produk (customer brand loyality) . Maksudnya adalah walaupun selama masa tertentu persaingan pasar meningkat, adanya faktor kesetiaan pelanggan terhadap merek produk dapat melindungi produk dari tingginya persaingan produk dan pangsa pasar (Christopher, 1991). Selain itu adanya citra yang baik perusahaan di kalangan pelanggan, mutu dan harga eceran produk yang kompetitif, jalur distribusi pruduk yang luas dan merata , dan sumber pendanaan operasi bisnis (bank-bank kreditur) yang kuat, merupakan faktor pendukung atas kekuatan suatu perusahaan (Boyd dan Larreche, 2000).

Aspek yang dapat menjadi kelemahan bagi suatu perusahaanadalah peralatan produksi yang sudah ketinggalan jaman atau tidak efisien, kesulitan pasokan bahan baku secara kontinu (baik dalam volume, mutu, harga, maupun ketepatan jadual pasokan), serta kesulitan mendapatkan dan atau pengelolaan modal kerja bagi perusahaan , akan berdampak kepada sulitnya tercapai tujuan strategi manajemen pemasaran yang dibuat perusahaan (Hubeis, 2001).

2. Faktor eksternal.

Supriyono (1993) mengutip pendapat Christensen menyebutkan faktor-faktor eksternal yang terdiri dari :

1. Faktor ekonomi

Faktor ekonomi yang spesifik dianalisis dan didiagnosis pada perusahaan meliputi tahapan siklus bisnis, gejala inflasi dan deflasi dalam harga barang dan jasa, kebijakan keuangan , suku

(26)

bunga dan devaluasi atau revaluasi, kebijakan fiscal dan neraca pembayaran. Setiap segi faktor ekonomi tersebut dapat merupakan peluang ataupun ancaman.

2. Faktor sosial

Faktor sosial mempengaruhi peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan dalam pencapaian tujuan perusahaan. Supriyono(1993) menitikberatkan faktor sosial ini pada nilai dan sikap masyarakant, khususnya pelanggan dan karyawan yang dapat mempengaruhi strategi perusahaan.

3. Faktor teknologi

Perubahan teknologi dapat mempengaruhi bahan mentah, metode dan proses produksi, serta produk dan jasa yang dihasilkan perusahaan. Perubahan teknologi dapat memberi peluang besar untuk meningkatkan hasil ,tujuan atau sebaliknya mengancam kedudukan perusahaan. Cepat atau lambatnya perusahaan teknologi dipengaruhi oleh faktor kreatifitas manusia, suasana atau iklim kesediaan menerima perubahan teknologi merupakan bagian dari industri yang bersangkutan, tersedianya modal usaha dan dorongan pemerintah, serta peraturan perpajakan.

4. Faktor Pemerintah

Tindakan-tindakan pemerintah juga dapat mempengaruhi pencapaian tujuan perusahaan. Pemerintah dapat meningkatkan peluang dan hambatan usaha, misalnya peraturan pemerintah yang mengubah kondisi ekonomi, undang-undang pajak dan sebagainya, dapat menimbulkan juga dapat mempengaruhi kelangsungan hidup dan laba perusahaan secara negatif, peraturan pemerintah dapat pula menciptakan peluang dan bisnis baru bagi perusahaan tertentu, sekaligus dapat menghambat kelangsungan hidup dan laba atau membatasi kebebasan perusahaan lainnya.

(27)

Aspek peluang bisnis merupakan analisa yang diperlukan untuk mengetahui kemungkinan terciptanya peluang bagi perusahaan. Pertumbuhan dan perkembangan kehidupan masyarakan di dalam dan diluar negeri seringkali memberikan peluang bisnis yang menjanjikan kepada perusahaan yang mampu menangkap peluang tersebut, misalnya perubahan pola hidup sebagian penduduk didaerah perkotaan yang bekerja digedung-gedung perkantoran ,yang karena tingkat kesibukan dan keterbatasan waktu makan siang yang ada, maka jasa pengelolaan makanan seperti catering, self service, atau restoran fast food restaurant merupakan alternatif pilihan bagi pemenuhan kebutuhan makan siang para karyawan (Peter, 1975; Wiliam, 1979).

Perkembangan lingkungan bisnis yang kurang menguntungkan (misalnya krisis moneter, atau penurunan kurs nilai tukar mata domestik) dapat menjadi faktor penghambat bagi perusahaan dalam mencapai tujuan strategi pemasaran produk. Perkembangan kehidupan ekonomi moneter dalam negeri da international yang tidak menguntungkan dapat menjadi hambatan tujuan meningkatkan jumlah penjualan produk atau menciptakan produk baru. Dalam keadaan seperti ini, jumlah permintaan pasar pada umumnya cenderung menurun. Seringkali hambatan usaha bisnis dapat diprediksi jauh sebelumnya. Oleh karena itu perusahaan dapat merevisi, menunda bahkan membatalkan tujuan-tujuan tertentu perusahaan yang telah disusun dalam rencana pemasaran (Sutojo dan Kleinsteuber, 2002).

D. Pengembangan Usaha Kecil

Pengembangan usaha kecil dalam Haryadi (1998) meliputi :

1. Menciptakan iklim yang kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya usaha kecil.

2. Mewujudkan usaha kecil menjadi usaha yang efisien, sehat dan memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi, sehingga mampu menjadi kekuatan

(28)

ekonomi rakyat dan dapat memberikan sumbangan yang besar bagi pembangunan ekonomi nasional.

3. Mendorong usaha kecil agar dapat berperan maksimal dalam penyerapan tenaga kerja dan sumber pendapatan.

4. Menciptakan bentuk-bentuk kerjasama yang dapat memperkuat kedudukan usaha kecil dalam kompetisi di tingkat nasional maupun internasional.

Menurut Haryadi (1998), ada 5 (lima) aspek yang berkaitan erat dengan perkembangan usaha kecil, yaitu aspek pemasaran, produksi, ketenagakerjaan, kewirausahaan dan akses kepada pelayanan. Dalam hal ini pemasaran, tujuan dan orientasi pasar penting bagi perkembangan suatu usaha. Tujuan dan orientasi pasar akan menentukan pilihan-pilihan strategi adaptasi yang akan diambil dalam mengatasi kendala-kendala yang akan dihadapi khususnya yang berkaitan dengan struktur pasar bahan baku produk.

E. Strategi Pengembangan Usaha

Strategi adalah sebuah rencana dasar yang luas dari suatu tindakan organisasi untuk mencapai tujuannya. Kata “strategi” sendiri berasal dari kata Yunani “strategia” yang berhubungan dengan kemiliteran, berarti langkah untuk mencapai sasaran yaitu memenangkan peperangan (Stanton, 1996).

Keegan (1996) mendefinisikan :

Strategi sebagai respon yang dipertimbangkan sebuah perusahaan pada kenyataan dari perusahaan pihak yang bersangkutan dan kenyataan dari lingkungan usaha. Hax and Majluf (1984) merumuskan strategi lebih komprehensif, yaitu :

(1) Suatu pola keputusan yang konsisten, (2) menyatu dan integral, (3) menentukan dan menampilkan tujuan organisasi dalam pengertian sasaran jangka panjang, program bertindak dan prioritas alokasi sumber daya, (4) menyeleksi bidang yang akan dilakukan, (5) mencoba mendapatkan keuntungan yang mampu bertahan lama dan (6) melibatkan semua hirarki dari organisasi.

(29)

Strategi merupakan hal yang sangat penting bagi setiap perusahaan untuk mencapai keberhasilan organisasi. Setiap organisasi pasti memiliki strategi, meskipun strategi tersebut tidak pernah dirumuskan secara eksplisit. Hal ini dikarenakan, tidak ada satu perusahaan pun yang mempunyai sumber daya yang tidak terbatas. Sehingga para ahli strategi harus memutuskan strategi alternatif mana yang akan memberi keuntungan terbesar kepada perusahaan (David, 2004).

Alasan-alasan usaha kecil bisa bertahan dan cenderung meningkat jumlahnya pada masa krisis adalah sebagai berikut :

1. Sebagian besar usaha kecil memproduksi barang konsumen dan jasa-jasa dengan elastisitas permintaan terhadap pendapatan yang rendah, maka tingkat pendapatan rata-rata masyarakat tidak banyak berpengaruh terhadap permintaan barang yang dihasilkan. Sebaliknya kenaikan tingkat pendapatn juga tidak berpengaruh pada permintaan, 2. Sebagian besar usaha kecil tidak mendapat modal dari Bank,

Implikasinya keterpurukan sektor perbankan dan naiknya suku bunga, tidak banyak mempengaruhi sektor ini. Berbda usaha skala besar yang banyak tergantung kepada perbankan, jika sektor perbankan bermasalah, maka ikut terganggu kegiatan usahanya, sedangkan usaha kecil dapat bertahan. Di Indonesia, usaha kecil menpergunakan modal sendiri dari tabungan dan aksesnya terhadap perbankan sangat rendah. 3. Usaha kecil mempunyai modal yang terbatas dan pasar yang bersaing.

Dampaknya usaha kecil mempunyai spesialisasi produksi yang ketat. Hal ini memungkinkan usaha kecil mudah untuk pindah dari usaha yang satu ke usaha yang lain, hambatan keluar-masuk tidak ada.

4. Reformasi menghapuskan hambatan-hambatan di pasar, proteksi industri hulu dihilangkan, usaha kecil mempunyai pilihan lebih banyak dalam pengadaan bahan baku. Akibatnya biaya produksi turun dan efisiensi meningkat. Akan tetapi, karena bersamaan dengan terjadinya krisis ekonomi, maka opengaruhnya tidak terlalu besar.

5. Dengan adanya krisis ekonomi yang berkepanjanganmenyebabkan sektor formal banyak memberhentikan pekerja-pekerjanya. Para

(30)

penganggur tersebut memasuki sektor informal, melakukan kegiatan usaha yang umunya berskala kecil, akibatnya jumlah usaha kecil meningkat.

Kendala-kendala dalam mempertahankan atau mengembangkan usaha (bisnis), antara lain kurang pengetahuan pengelolaan usaha, kurang modal, dan lemah di bidang pemasaran. Untuk mengatasi semua masalah itu usaha kecil harus memiliki strategi bisnis yang tepat.

1. Sejarah Roti dan Perkembangan Roti

Roti merupakan salah satu pangan yang paling tua usianya. Sejarah perkembangan roti diawali semenjak zaman neolitikum, dimana biji-bijian dicampur dengan air,kemudian menjadi adonan lalu dimasak. Pada zaman mesopotamia tepatnya di Mesir, masyarakat membuat roti terbuat dari biji gandum. Gandum dihancurkan terlebih dahulu, setelah itu dicampur dengan air. Pencampuran antara bubuk gandum dengan air tersebut, kemudian menjadi bahan yang lengket.Setelahitu dilakukan proses pematangan dengan cara dipanggang (Nasution,2006).

Saat ini, roti dibuat dalam perbagai variasi mengikuti keinginan dari pihak konsumen. Variasi tersebut berdasarkan rasa, ukuran, bentuk dan harga. Hal yang demikian untuk membantu konsumen agar dapat menyesuaikan dengan selera mereka masing-masing. Delfani dalam Nasution (2006) memaparkan bahwa variasi roti terbagi menjadi lima jenis,yaitu:

1. Bakery

Jenis roti manis yang berbahan dasar tepung terigu,mentega,telur ,susu,dan ragi.Jenis roti ini biasanya diisi dengan coklat ,keju,srikaya ,selai buah,kelapa,pisang,fla , daging sapi atau ayam, dan sosis . Bentuknya bisa beragam seperti bulat,lonjong,keong,gulung sampai pada bentuk-bentuk hewan

2. Roti Tawar

Jenis roti yang berbahan dasar tepung terigu, mentega,telur,susu dan air.

(31)

Roti ini biasanya tanpa diisi dengan bahan tambahan lain. Bentuknya bias kotak,panjang dan tabung.

3. Cake

Jenis roti yang berasa manis dengan tambahan rasa (essence) rhum, jeruk atau coklat. Bahan dasarnya antara lain tepung terigu,telur,mentega,susu,tanpa menggunakan isi. Jenis ini dibagi menjadi : spikuk, roll tart, zebra cake, fruit cake, brownies, muffin, tart cake, cake siram, dan caramel (sarang semut).

4. Pastry

Jenis roti kering yang bias berupa kue sus, grem dan croissant. Roti ini bias diisi dengan isi tambahan seperti kacang, keju,coklat, daging ayam dan sapi,sosis,fla,dan ada juga yang tidak diisi apapun.

5. Donat

Jenis roti tawar atau manis yang pematangan bias dengan cara digoreng atau di panggang . Roti ini dikenal dengan bentuknya khas yaitu bolong pada bagian tengahnya. Ada beberapa jenis donat yang sudah dikenal secara umum antara lain: donat siram,donat keju,donat mesis, donat kacang, dan donat isi.

2. Brownies

Brownies asal mulanya adalah kue coklat yang biasanya dipanggang padat atau dikenal “bantat”, sehingga menghasilkan tekstur yang agak keras. Brownis mengandung kadar gula dan lemak yang tinggi. Brownies pun tergolong jenis kue yang mempunyai indeks glikemik tinggi, artinya sesaat setelah makan brownies akan merasa segar, karena gula darah cepat naik.

Brownies juga mengandung vitamin yang cukup lengkap seperti vitamin C, thiamin, riboflavin, niasin, asam pantotenat, vitamin B6 dan vitamin B12. Kandungan mineralnya juga cukup lengkap seperti kalsium, besi, magnesium, natrium, kalium, seng , tembaga, mangan, dan selenium. Komposisi angka kecukupan gizi untuk setiap 100 gram brownies akan dijelaskan pada Tabel 3.

(32)

Tabel 3. Komposisi Angka kecukupan Gizi per 100 gram Brownies

Komposisi Gizi Kadar

Air (g) 2,8 Energi(kkal) 434 Protein (g) 4g Lemak (g) 14 Karbohidrat (g) 76,6 Kalsium (mg) 19 Besi (mg) 1,99 Magnesium (mg) 40 Fosfor (mg) 82 Natrium (mg) 303 Seng (mg) 0,64 Tembaga (mg) 0,276 Mangan (mg) 0,351 Selenium (mg) 2,6 Vitamin C (mg) 0,3 Thiamin (mg) 0,165 Riboflavin (mg) 0,162 Niasin (mg) 1,882 Asam pantotenat (mg) 0,131 Vitamin B6 (mg) 0,0067 Asam folat (mcg) 35 Vitamin A (IU) 11

Sumber : www.asiamaya.com tahun 2007

3. Brownies Kukus

Brownies kukus dikelompokan menjadi salah satu jenis kue basah. Kue ini merupakan hasil modifikasi dari seorang ibu rumah tangga Ny.Sumiwiludjeng yang berdomisili di kota Bandung. Beliau memiliki keahlian dibidang tata boga yang merupakan latar belakang pendidikannya. Berkat modal keahlian inilah akhirnya membawa Ny. Sumiwiludjeng berhasil menciptakan produk inovatif yaitu brownies kukus.

Pada awal tahun 1999, Ny. Sumiwiludjeng mendapatkan resep kue basah dari saudaranya . Resep itu memiliki kemiripan dengan kue brownies , tapi tidak dipanggang melainkan dengan cara dikukus. Bersama dengan putra pertamanya resep itu kemudian diolah, diuji coba, dan dikembangkan untuk menjadi produk andalan usaha kulinernya.

(33)

Kue hasil kreasi ibu dan anak ini akhirnya diberi nama brownies kukus, disebut brownies karena bentuk fisiknya hampir sama dengan brownies. Warnanya cokelat pekat dan bahan bakunya juga terbuat dari cokelat. Sedangkan kata kukus ditambahkan karena proses pematangannya dengan cara dikukus, selain untuk membedakan dengan brownies yang biasanya dikenal pematangannya dengan cara dipanggang.

Brownies kukus memiliki karakteristik tersendiri antara lain tekstur yang lembut, lembab, dan menghasilkan flavor yang baik. Dari segi kesehatan brownies yang dikukus termasuk lebih aman, karena tidak berpeluang terbentuknya radikal bebas. Kue ini memiliki daya simpan yang cenderung singkat, karena mengandung kadar air yang lebih tinggi daripada brownies biasanya.

(34)

III. METODE KAJIAN

A. Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang digunakan adalah :

1. Pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara (lampiran 1) dengan pihak perusahaan sebanyak 3 responden yaitu : pemilik perusahaan, bagian produksi dan bagian pemasaran. dan 30 konsumen brownies dengan alat bantu kuesioner, penetapan jumlah 30 konsumen berdasarkan ketentuan syarat minimal responden 30 orang, responden dipilih secara sengaja dengan cara melakukan wawancara kepada konsumen yang datang ke toko Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk.

2. Pengumpulan data sekunder melalui studi pustaka, dokumen dan laporan instansi terkait.

B. Pengolahan dan Analisa Data

Metoda analisis yang digunakan untuk menganalisa dan menginterpretasikan data adalah :

1. Metode Deskriptif, yaitu pengumpulan data mengenai data internal perusahaan berupa tekhnis produksi, prospek pasar dan keuangan dan data eksternal yang berkaitan dengan permintaan pasar dan pesaing strategis di bidang industri kecil Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk.

2. Metode Analisa, berupa Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan Matriks External Factor Evaluation (EFE), Matriks Internal External (IE) serta analisis SWOT.

a. Matriks IFE dan EFE

Matriks IFE digunakan untuk meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan yang dihadapi perusahaan sedangkan Matriks EFE digunakan untuk meringkas dan mengevaluasi informasi lingkungan eksternal.

Untuk menyusun matriks IFE dan EFE, diperlukan 5 langah (David, 2004) yaitu :

(35)

1). Daftar faktor-faktor eksternal dan internal, termasuk peluang, ancaman, kelemahan, dan kekuatan, yang berpengaruh terhadap perusahaan dan industrinya. Daftar yang disusun harus diusahakan seteliti mungkin.

2). Berikan pembobotan untuk setiap faktor yang menunjukkan kepentingan relatif setiap faktor. Pembobotan berkisar antara 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (sangat penting).

3). Tentukan rating setiap faktor untuk menunjukkan keefektifan strategi perusahaan dalam merespon faktor-faktor tersebut. Rating tersebut adalah 1 (lemah), 2 (rata), 3 (di atas rata-rata) dan 4 (superior).

4). Setiap rating digandakan dengan masing-masing bobot untuk setiap variabelnya.

5). Skor yang diperoleh dijumlahkan, sehingga diperoleh total skor organisasi.

6). Total skor berkisar antara 1,0 – 4,0 dengan rata-rata 2,5. Total skor 4,0 menunjukkan organisasi merespon peluang maupun ancaman yang dihadapinya dengan sangat baik. Sedangkan total skor 1,0 menunjukkan organisasi tidak dapat memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman yang ada.

b. Matriks IE

Matriks IFE dan EFE digunakan untuk mengumpulkan infromasi yang akan digunakan pada tahap pemaduan. Matriks IE didasarkan pada dua dimensi, yaitu total skor IFE pada sumbu total skor IFE dibagi tiga kategori, yaitu 1,0 – 1,99 menunjukkan posisi eksternal lemah, 2,0-2,99 menunjukkan kondisi eksternal rata-rata dan 3,0-4,0 menunjukkan kondisi eksternal yang kuat. Matriks IE bisa dilihat pada Gambar 1.

Matriks IE dibagi menjadi 3 (tiga) daerah utama yang mempunyai implikasi strategi yang berbeda. 3 (tiga) daerah utama tersebut adalah :

(36)

1). Daerah 1 meliputi sel I, II, atau IV termasuk dalam daerah grow and build. Strategi yang sesuai dengan daerah ini adalah strategi intensif, misalnya penetrasi pasar, pengembangan pasar, atau pengembangan produk dan strategi integratif misalnya integrasi horizontal dan integrasi vertikal.

2). Daerah II meliputi sel III, V, atau VII. Strategi yang paling sesuai adalah strategi-strategi hold and maintain. Yang termasuk dalam strategi ini misalnya adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk.

3). Daerah III, meliputi sel VI, VIII, atau IX adalah daerah harvest dan divest.

INTERNAL FACTOR EVALUATION

Kuat Rata-rata Lemah 4,0 3,0 2,0 1,0 Tinggi I II III THE 3,0 EXTERNAL FACTOR Sedang IV V VI EVALUATION 2,0

Rendah VII VIII IX

1,0

Gambar 2. Matriks IE (Kotler, 2002) c. Matriks SWOT

Alat yang digunakan untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan adalah Matriks SWOT. Matriks ini dapat

(37)

menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matriks ini dapat menghasilkan 4 (empat) set kemungkinan alternatif strategis.

Tabel 4. Matriks SWOT Internal Eksternal Strength (S) Tentukan 5-10 faktor Kekuatan internal Weakness (W) Tentukan 5-10 faktor Kelemahan internal Opportunity (O) Tentukan 5-10 faktor Peluang eksternal Strategi (S-O) Ciptakan strategi Menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang Strategi (W-O) Ciptakan strategi Meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang Threats (T) Tentukan 5-10 faktor Ancaman eksternal Strategi (S-T) Ciptakan strategi Menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman

Strategi (W-T) Ciptakan strategi Meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman Sumber : Rangkuti, 1997

1. Strategi SO, dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

2. Strategi ST, dibuat berdasarkan kekuatan perusahaan untuk mengatasi ancaman.

3. Strategi WO, diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.

4. Strategi WT, dibuat berdasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada, serta menghindari ancaman. Setelah memperoleh gambaran yang jelas mengenai kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan, maka selanjutnya dapat dipilih alternatif strategi yang akan diterapkan perusahaan dalam mengembangkan usahanya. Dengan pilihan strategi yang tepat, perusahaan diharapkan dapat memanfaatkan kekuatan dan peluangnya untuk mengurangi kelemahan dan menghadapi ancaman yang ada. Melalui matrik SWOT didapat alternatif strategi

(38)

untuk menentukan critical decision, agar perusahaan dapat menerapkan strategi yang tepat.

d. Matriks Quantitative Strategies Planning (QSPM)

Komponen-komponen utama dari suatu QSPM terdiri dari : Factors, Strategic Alternative, Weights, Attractiveness Score, Total Attractiveness Score, dan Sum Total Attractiveness Score (David, 2004).

Berikut ini disajikan Matriks QSPM dalam Tabel 5.

Faktor-faktor sukses kritis Bobot Alternatif Strategi

Strategi I Strategi II Strategi III

AS TAS AS TAS AS TAS

Peluang Ancaman Kekuatan Kelemahan

Jumlah Total Nilai Daya Tarik

Sumber : David, 2004

Penjelasan mengenai langkah-langkah pengembangan suatu QSPM :

Tahap 1 : Buatlah daftar peluang, ancaman, kekuatan, dan kelemahan perusahaan di kolom sebelah kiri QSPM. Informasi ini diambil dari matriks IFE dan EFE.

Tahap 2 : Beri bobot pada masing-masing external and internal critical success factors. Bobot ini sama dengan yang ada di EFE Matrix dan IFE Matrix.

Tahap 3 : Teliti matriks-matriks pada Stage 2 dan identifikasi strategi alternatif yang pelaksanaannya harus dipertimbangkan perusahaan. Catatlah strategi-strategi ini di bagian atas baris QSPM.

Tahap 4 : Tetapkan Attractiveness Score (AS) untuk setiap strategi berdasarkan peran faktor tersebut terhadap setiap alternatif strategi. Batasan nilai Attractiveness Scores adalah : 1 = tidak menarik, 2 = agak menarik, 3 = secara logis menarik, 4 = sangat menarik.

Tahap 5 : Hitunglah Total Attractiveness Score (TAS) dengan mengalikan bobot dengan Attractiveness Score (AS).

(39)

Tahap 6 : Hitung jumlah seluruh Total Attractiveness Score (TAS) untuk setiap alternatif strategi. Dari beberapa nilai TAS yang didapat, nilai TAS dari alternatif strategi yang tertinggilah yang menunjukkan bahwa alternatif strategi itu yang menjadi pilihan utama. Nilai TAS terkecil menunjukkan bahwa alternatif strategi ini menjadi pilihan terakhir.

C. Aspek Kajian

Menurut Kadariah, dkk (1999), secara umum aspek yang dikaji dalam studi kelayakan usaha meliputi aspek seperti teknis produksi, keuangan dan pemasaran.

1. Aspek teknis Produksi

Pada aspek ini akan dibahas mengenai bahan baku untuk produksi ,fasilitas dan peralatan yang digunakan untuk produksi, proses produksi Brownies D’Wonk dan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk proses produksi.

2. Aspek pemasaran

Pada aspek ini akan dibahas mengenai strategi pemasaran, pangsa pasar, distribusi pemasaran, harga dan promosi.

3. Aspek keuangan

Pada aspek ini akan dibahas mengenai omzet perusahaan dan tingkat laba perusahaan.

(40)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan umum

Industri kecil Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk merupakan usaha perorangan home industri yang memproduksi brownies dan sekaligus menjual produknya secara langsung dalam bentuk toko, selain memproduksi brownies dalam berbagai rasa juga memproduksi cookies(aneka kue kering), pastry dan pie . Namun makanan yang paling dominan dibeli oleh pelanggan adalah brownies.

Industri kecil Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk merupakan usaha keluarga yang dimulai pada tahun 2005 oleh Ibu Rahnayati yang pada awalnya usaha ini adalah usaha kecil-kecilan yang dimulai dengan menerima pesanan brownies dari teman dan tetangga dengan sistem pemasaran dari mulut kemulut. Dalam waktu 6 bulan brownies yang di produksinya mendapat respon yang sangat baik dari masyarakat, sehingga pada tahun 2005 Ibu Rahnayati mendirikan toko dirumahnya di Jalan Mahoni No. 34A, Jakarta Pusat dan telah membuka cabang di Jl. Angkur No.8, Pulo Mas, Jakarta Selatan. Selain dapat membeli brownies untuk dibawa pulang namun konsumen juga dapat menikmatinya ditempat.

Perkembangan omset penjualan industri kecil Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk 3 tahun berturut turut sebagai berikut :

Tabel 6 Perkembangan omzet dan laba industri kecil Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk

Tahun 2008 2009 2010

Nominal Rp.793,000,000,- Rp.915,000,000,- Rp.1,080,000,000,-

Prosentase 20% 20% 20%

1. Omzet penjualan

Omset penjualan industri kecil Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk mengalami peningakatan setiap tahunnya. Tahun 2008 sebesar Rp.793,000,000,- atau Rp.66.083.333 per bulan, tahun 2009 sebesar Rp.915,000,000,- atau Rp.76,250,000,- per bulan, meningkat sebesar  15,38% dibandingkan tahun 2008 dan tahun 2010 sebesar Rp.1,080,000,000,- atau Rp.90,000,000,- perbulan, meningkat sebesar  18,03 % dibandingkan tahun 2009.

(41)

2. Laba usaha

Perolehan laba merupakan tujuan utama dari keberadaan dan eksistensi dari setiap perusahaan, yang mencerminkan berhasil atau tidaknya bisnis yang dijalankan. Pada industri kecil Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk perolehan laba setiap tahunnya sebesar 20 %.

B. Data Umum Konsumen Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk Jumlah konsumen yang diminta mengisi kuesioner sebanyak 30 responden. Pada Tabel 7 dapat kita lihat data umum konsumen Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk

1. Karakteristik Konsumen Berdasarkan Jenis Kelamin

Dari hasil kuesioner diperoleh data bahwa sebagian besar konsumen adalah perempuan dengan prosentase sebesar 80%. Hal ini berkaitan dengan jenis barang yang diteliti berupa kue/brownies (makanan) dimana yang berbelanja pada umumnya wanita.

Tabel 7 Data Konsumen Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis kelamin Jumlah

(orang) Persentase (%) Laki-laki 6 20.00 Perempuan 24 80.00 Jumlah 30 100.00

2. Karakteristik Konsumen Berdasarkan Status Pendidikan

Pada Tabel 8 terlihat bahwa konsumen yang mempunyai tingkat pendidikan SLTA sebanyak 63%, tingkat pendidikan Sarjana dan Diploma masing-masing sebanyak 20% dan 13%, sisanya berpendidikan SLTP 3%. Dari hasil kuesioner diperoleh data bahwa sebagian besar konsumen berpendidikan SLTA.

Tabel 8 Data Konsumen Berdasarkan Status Pendidikan

Status Pendidikan terakhir Jumlah (orang) Persentase (%) SD 0 0.00 SLTP 1 3.33 SLTA 19 63.33 Diploma 4 13.33 Sarjana 6 20.00 Jumlah 30 100.0

(42)

3. Karakteristik Konsumen Berdasarkan Tempat Tinggal

Pada Tabel 9 terlihat bahwa konsumen yang tinggal di komplek perumahan sebanyak 93%, pertokoan sebanyak 4% dan sisanya pemukiman sebanyak 3%. Dari hasil kuesioner diperoleh data bahwa sebagian besar konsumen tinggal di komplek perumahan.

Tabel 9 Data Konsumen Berdasarkan Tempat Tinggal

Tempat Tinggal Jumlah

(orang) Persentase (%) Komplek perumahan 28 93.33 Pertokoan 1 3.33 Lainnya (pemukiman) 1 3.33 Jumlah 30 100.0

4. Karakteristik Konsumen Berdasarkan Produk Yang Dibeli

Pada Tabel 10 terlihat bahwa konsumen yang membeli brownies sebanyak 73.33%, pastry sebanyak 23.33% dan sisanya produk lainnya sebanyak 3.33%. Dari hasil kuesioner diperoleh data bahwa sebagian besar konsumen membeli brownies dan brownies kukus merupakan produk yang paling dominan dibeli oleh konsumen.

Tabel 10 Data Konsumen Berdasarkan Jenis Produk Yang Dibeli

Produk Yang Dibeli Jumlah

(orang) Persentase (%) Brownies 22 73.33 Pastry 7 23.33 Lainnya 1 3.33 Jumlah 30 100.00

5. Karakteristik Konsumen Berdasarkan Cara Pembayaran

Pada Tabel 11 terlihat seluruh pembayaran dilakukan secara tunai. Tabel 11 Data Konsumen Berdasarkan Cara Pembayaran

Cara Pembayaran Jumlah

(orang) Persentase (%) Tunai 30 100.00 Kredit 0 0.00 Lainnya 0 0.00 Jumlah 30 100.00

6. Tanggapan Konsumen Terhadap Alasan Membeli Produk Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk.

Pada Tabel 12 terlihat bahwa alasan konsumen membeli produk Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk karena rasa yang enak sebanyak

(43)

86.67%, mutu barang bagus sebanyak 6.67%, sisanya karena harga murah dan pelayanan cepat masing-masing sebanyak 3.33%. Dari hasil kuesioner diperoleh data bahwa sebagian besar konsumen membeli produk Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk karena rasanya yang enak. Tabel 12. Data Konsumen Terhadap Alasan Membeli Produk Brownies,

Chocolate dan Pastry D’Wonk. Alasan membeli produk

D’ Wonk Jumlah (orang) Persentase (%) Harga murah 1 3.33 Pelayanan cepat 1 3.33

Mutu barang bagus 2 6.67

Rasa yang enak 26 86.67

Jumlah 30 100.00

7. Karakterisitik Konsumen Berdasarkan Frekuensi Pembelian Produk Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk.

Pada Tabel 13 terlihat bahwa frekuensi pembelian produk Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk yang dilakukan oleh konsumen sebanyak 1 (satu) kali sebanyak 46,67%, 2 (dua) kali sebanyak 26,67%, lebih dari 2 (dua) kali sebanyak 23,33% dan sisanya lainnya sebanyak 3,33%. Dari hasil kuesioner diperoleh data bahwa sebagian besar konsumen membeli produk Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk sebanyak 1 (satu) kali .

Tabel 13 Data Konsumen Berdasarkan Frekuensi Pembelian Produk Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk.

Berapa kali membeli Produk Jumlah

(orang)

Persentase (%)

1 kali 14 46,67

2 kali 8 26,67

Lebih dari 2 kali 7 23,33

Lainnya 1 3,33

Jumlah 30 100.0

8. Tanggapan Konsumen Terhadap Kepuasan atas Produk Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk.

Pada Tabel 14 terlihat bahwa tanggapan konsumen terhadap kepuasan atas produk Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk sebesar 100%, dan sisanya tidak puas sebesar 0%. Dari hasil kuesioner diperoleh

(44)

data bahwa seluruh konsumen merasa puas dengan produk Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk.

Tabel 14 Data Konsumen Berdasarkan Kepuasan Atas Produk Brownies, Chocolate dan Pastry D’Wonk.

Kepuasan atas Produk D’Wonk Jumlah (orang) Persentase (%) Puas 30 100,00 Tidak Puas 0 0,00 Jumlah 30 100.00

9. Tanggapan Konsumen Terhadap Kemungkinan Beralih ke Produk lain.

Pada Tabel 15 terlihat bahwa tanggapan konsumen terhadap kemungkinan beralih ke produk lain sebesar 20%, dan sisanya tidak mungkin sebesar 80%. Dari hasil kuesioner diperoleh data bahwa sebagian besar konsumen tidak mungkin beralih ke produk lain.

Tabel 15 Data Konsumen Terhadap Kemungkinan Beralih ke Produk lain.

Beralih ke Produk lain Jumlah (orang) Persentase (%) Ada 6 20 Tidak Mungkin 24 80 Jumlah 30 100.00

C. Identifikasi Faktor Internal dan Faktor Eksternal Perusahaan 1. Faktor Internal Perusahaan

a. Kekuatan Perusahaan :

1). Keragaman dan variasi produk.

Konsumen akan merasa senang dan puas jika makanan yang diperlukan dapat dipenuhi di satu tempat sehingga tidak perlu pergi ke beberapa tempat untuk memenuhi kebutuhannya sesuai dengan yang diinginkan. Jenis brownies yang diproduksi oleh Ibu Rahnayati terbilang cukup lengkap yaitu brownies kukus dan brownies panggang. Untuk brownies kukus ada sembilan rasa : coklat spesial, chese cake, black and white (tiramisu dan mocca), coklat keju, coklat pandan, pandan keju, coklat straberry, coklat

(45)

mocca, keju spesial. Selain Brownies, Ibu Rahnayati juga memproduksi aneka cookies dan pastry.

2). Kualitas atau mutu produk

Produk yang dihasilkan mempunyai kualitas atau mutu yang baik. brownies D’Wonk diproduksi tidak menggunakan bahan pengawet namun daya tahan produk dapat bertahan sampai dengan 6 hari jika disimpan dalam lemari es dan cita rasanya tidak berubah. Hasil tersebut sangat erat kaitannya dengan proses produksi yang dilakukan dengan higienis dan bahan baku yang digunakan oleh Ibu Rahnayati mempunyai kualitas yang baik.

3). Kapasitas produksi yang besar

Dengan tenaga kerja yang siap pakai maka kapasitas produksi diharapkan dapat memenuhi setiap pesanan yang diterima. Saat ini industri kecil Brownie, Chocolate dan Pastry D’Wonk mempunyai kapasitas produksi sebanyak 100 hingga 200 loyang brownies per hari yang dikerjakan bersama dengan 6 orang pegawinya. Hal tersebut masih memungkinkan untuk dilakukan penambahan volume produksi dengan menggunakan pegawai borongan. Hal tersebut terjadi pada saat memenuhi pesanan untuk acara-acara tertentu atau Hari Raya Lebaran dan Natal di mana Ibu Rahnayati dapat memproduski hingga 400 loyang.

4). Pengalaman usaha.

Pemilik usaha yaitu Ibu Rahnayati telah berpengalaman selama ± 6 tahun dalam menggeluti usaha kue brownies. Beliau juga memiliki wawasan pengetahuan tentang kue brownies yang diperoleh dengan mengikuti kursus dan telah beberapa kali diliput dalam media/tabloid.

5). Halal

Produk yang dihasilkan telah memiliki setifikat Halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Kehalalan suatu produk menandakan bahwa produk tersebut aman untuk dikonsumsi terutama oleh

Gambar

Tabel 1. Jumlah Perusahaan Menurut SubSektor pada tahun 2001-2008
Gambar 1.  Jenis  kue  yang  diproduksi  industri  kecil  Brownies,  Chocolatr  dan  Pastry  D’Wonk
Tabel  2.  Perkembangan  usaha  industri  kecil  Brownies,  Chocolate  dan  Pastry  D’Wonk  Tahun  Jumlah  tenaga kerja  (orang)  Jumlah  penjualan/hari (loyang)  Omzet/tahun (Rp.)  2008  4  75     793,000,000,-  2009  5  85     915,000,000,-  2010  6  100
Tabel 3. Komposisi Angka kecukupan Gizi per 100 gram Brownies
+6

Referensi

Dokumen terkait

Strategi Pengembangan Usaha Anyaman Pelepah Pisang di Desa Mojotengah, Kecamatan Kedu, Kabupaten Temanggung (Kasus pada PB.. Dibimbing oleh

Kecammatan Pantan Cuaca ). Peneliti skripsi ini dibimbing oleh Ibu Dr. Salmiah M.S sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Ibu Ir. Lily Fauzia, M.si sebagai Anggota Komisis

Dengan ini saya menyatakan dengan sebenar-benarnya, bahwa Tugas Akhir yang berjudul : ”Kajian Pengembangan Usaha IKM Pangan Komoditi Roti dan Kue di Kota Bogor (Studi Kasus

 Buku Pelajaran Matematika Kelas X penerbit Grafindo Media Pratama Jakarta  Buku Matematika SMA dan MA Exis Kelas X Semester Ganjil Jilid 1A,.. karangan Sri

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PRODUK USAHA MIKROKECIL MENENGAH MELALUI METODE ANALISIS SOAR (STRENGTH, OPPORTUNITY, ASPIRATIONS, RESULT)Studi pada UMKM Kue Cubit Laina

Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi kondisi internal dan lingkungan eksternal dari usaha kue di KWT Ayu Tangkas, serta menentukan strategi dalam pengembangan

Hasil diagram SWOT yang diperoleh dari nilai total skor pembobotan pada usaha kue pilin MAMA ZeZE adalah untuk faktor internal, bernilai ( 2,2 ) yang artinya

Pengaruhnya terhadap UD Pawon Kue adalah besar kecilnya keuntungan yang didapat sehingga modal pemanfaatan untuk kegiatan pengembangan usaha ikut berkurang.Selain itu munculnya banyak