• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. BIOGRAFI DONNY DHIRGANTORO DAN NOVEL 5 cm. pendidikan menengah atas di SMA 6 Jakarta. Kemudian meneruskan kuliah di

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III. BIOGRAFI DONNY DHIRGANTORO DAN NOVEL 5 cm. pendidikan menengah atas di SMA 6 Jakarta. Kemudian meneruskan kuliah di"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

BIOGRAFI DONNY DHIRGANTORO DAN NOVEL 5 cm

A. Biografi Donny Dhirgantoro

Donny Dhirgantoro lahir di Jakarta 27 Oktober 1978. menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA 6 Jakarta. Kemudian meneruskan kuliah di STIE PERBANAS Jakarta (sekarang ABFI Institute, Perbanas) angkatan 1997. Semasa kuliah Donny aktif di klub fotografi kampus dan Senat Mahasiswa. Bagi Donny pengalaman yang tidak pernah bisa dilupakan di Senat Mahasiswa adalah pada saat ia dan teman teman aktivis lainnya menghidupkan kembali pelatihan aktivis mahasiswa Perbanas (Latihan Kepemimpinan Mahasiswa- LKM), yang telah beberapa tahun vakum.

Di LKM ini Donny dan teman meneruskan tradisi pemberian beasiswa bagi aktivis mahasiswa berprestasi, yang dulu ia sendiri sangat menyesal pernah tidak mendapatkannya. Pemberian beasiswa itu masih terus berlanjut sampai sekarang. Salah satu kebanggaan lain yang tak terlupakan sewaktu menjadi mahasiswa bagi Donny adalah pada tahun 1998 ikut “berjuang” bersama teman-teman mahasiswa Indonesia menjadi titik kecil berwarna warni yang berteriak lantang, bergerak sesak memenuhi gedung DPR/MPR.

Selama masa kuliah selain aktif di kampus, dan menjadi Ketua Karang Taruna RW 06 di lingkungannya, ia bekerja freelance menjadi Instruktur Outbound Management Training di PT BINA INTI MUDA UTAMA, sebuah perusahaan konsultan sumber daya manusia di Jakarta.

(2)

Donny menyelesaikan kuliahnya pada tahun 2001, dengan skripsi tentang strategi periklanan dan komunikasi pemasaran. Setelah skripsinya selesai ia langsung merayakannya dengan pergi mendaki Mahameru dengan teman temannya untuk merayakan upacara bendera 17 agustus di puncaknya. Sebuah perjalanan yang kelak akan merubah hidupnya.

Saat bekerja sebagai Trainer/ Instructor SDM ia mendapatkan banyak sekali pelajaran tentang sumber daya manusia dan pengaplikasiannya di lapangan. Saat pelatihan, ia bertemu dengan masalah masalah yang dihadapi struktur struktur manajerial, benturan benturan antara nilai nilai perusahaan dan nilai nilai individu. Ia sadar pekerjaan ini sangat bermanfaat baginya, walaupun penghasilan yang didapatkan sebagai freelancer tidak tetap.

Pada tahun 2003 karena tuntutan ekonomi dan keluarga ia memutuskan untuk bekerja dan berpenghasilan “tetap”. Donny pun bekerja di Custodial Services Division Bank Niaga, menjadi bagian dari struktur manajerial. Pada titik ini ia sadar bahwa menjadi karyawan tidak semudah yang ia kira. Apa yang diucapkannya saat menjadi instruktur tentang aplikasi SDM tidak mudah untuk diaplikasikan di pekerjaan dengan banyak sekali faktor faktor yang bergerak dinamis di dalamnya. Pada titik ini ia sadar, memang “mengucapkan memang lebih mudah daripada melakukan”. Walaupun ia sendiri menyadari pekerjaan ini tidak cocok baginya ia memutuskan untuk bertahan, karena banyak hal hal yang bermanfaat yang bisa ia pelajari sebagai seorang karyawan sekaligus membayar omongan-omongan sok tahunya dulu.

(3)

Pada pertengahan 2004 ia memutuskan untuk resign dan kembali menjadi Instruktur Outbound di PT Prima Kompetensi, sebuah perusahaan konsultan SDM di Jakarta. Kembali menjadi freelancer dengan penghasilan tidak tetap, tetapi dengan ilmu yang berlimpah ruah, dan pernah menjadi pegawai.

Karena sangat menyukai buku, suatu hari ia bertekad untuk “mengarang” sebuah buku, sebuah novel. Maka hanya dengan bermodal semangat ia mulai menulis dan menulis. Saat itu pekerjaan menjadi instruktur pun sedang tidak terlalu banyak, maka ia pun menulis setiap hari dan akhirnya selama hampir kurang lebih tiga bulan tulisan itu selesai. Ia memberi judul pada novelnya “5 cm” sebuah ilham yang ia dapatkan saat bangun tidur di pagi hari. “Ilham” yang pastinya terkontaminasi dengan buku-buku motivasi atau novel-novel pencerahan yang harus ia lalap untuk keperluan mengajar, serta sebuah perjalanan yang tak terlupakan 17 Agustus di puncak Mahameru.

Setelah mencari-cari penerbit kesana kemari, pada awal tahun 2005, ia mengajukan novel itu ke PT. Gramedia Widiasarana Indonesia (GRASINDO) “memaksa” mengajukan tulisannya dalam bentuk 3.5 floppy (dua buah) karena saat itu ia tidak mempunyai uang untuk membuat Hard Copynya sebanyak 400 halaman.

Setelah hampir kurang lebih 4-5 bulan GRASINDO menyatakan setuju untuk menerbitkan novel “aneh” berwarna hitam yang berjudul “5 cm” ini . Pada tanggal 21 Mei 2005, 5 cm mulai beredar di pasaran, dan terus dicetak ulang sampai tulisan ini dibuat-hampir 100 ribu kopi novel ini telah terjual. Allhamdulillah ia pun merasakan anugerah yang tak terkira dari 5 cm. Novel yang

(4)

“aneh dan innocent” ini ternyata dapat diterima oleh masyarakat. Ia bisa berpergian hampir ke seluruh kampus-kampus dan sekolah sekolah di Jawa dan Sumatera, dipanggil untuk bedah buku, talkshow dan workshop menulis. Ternyata di hampir 30 kampus, sekolah, toko buku, klab buku, book fair, yang ia kunjungi, ia merasakan anugerah yang luar biasa dari para pembaca, bahwa 5 cm dapat diterima dan banyak yang bilang bahwa 5 cm telah merubah diri mereka menjadi orang yang lebih baik. Setiap ia mendengar kalimat itu, ia tersadar sendiri, mengerti arti kebahagiaan yang sebenarnya.

Pada awal 2008 Donny memutuskan melepaskan semua pekerjaannya dan menjalani hidup sebagai penulis. Sebuah keputusan yang telah ia pikirkan masak-masak. Sebuah perjuangan baru terbentang di depannya. Sebuah keputusan yang nekat, karena ia sendiri sadar masih terhitung baru-masih berjalan bertelanjang kaki di dunia tulis menulis.

Pada akhir 2008, setelah 3 tahun kembali bergerilya mengajukan 5 cm ke berbagai Production House (PH), Donny menandatangani kontrak dengan SORAYA INTERCINE FILMS, yang berencana akan mengangkat 5 cm ke layar lebar. Di PH yang telah puluhan tahun berkecimpung di dunia perfilman Indonesia ini kembali ia belajar banyak tentang arti sebuah idealisme dan industri, dua titik yang susah sekali untuk dipertemukan. Dua titik yang apabila dipertemukan dan teruji akan menghasilkan sebuah masterpiece. Dan tepat tanggal 12-12-2012 serempak film 5 cm tayang di bioskop-bioskop Indonesia.

(5)

B. Latar Belakang penulisan novel 5 cm

Menurut Donny, proses pembuatan 5 cm merupakan suatu proses yang panjang karena begitu banyak pengalaman pahit ataupun manis yang harus dihadapinya setiap hari. Demi membangun sesuatu yang diam di depan keningnya, yaitu sebuah cita-cita untuk membuat sebuah buku, ia sedikitpun tidak ingin melepaskan. Niat ini muncul sekitar tahun 2003.

Mulai dari membaca berbagai buku melihat berbagai film yang harus Donny lakukan ia ingin memberikan yang terbaik dari yang saya bisa untuk 5 cm. Dalam kurun waktu inilah baru pada akhir 2004 akhirnya Donny mencoba menulis sedikit demi sedikit. Kalimat yang pertama yang ia tulis adalah “Everytime I see you falling I get down on my knees and pray…I’m waiting for that final moment you say the word that I can’t say. Sebuah lirik lagu Bizarre Love Triangle dari New Order, salah satu grup band dari Inggris favoritnya. Menurut Donny, lewat lagu ini ia mendapat inspirasi untuk selalu menuliskan lirik lagu yang bagus dan menarik dalam pembuatan 5 cm. Kenapa? Karena banyak sekali kita dapatkan lirik-lirik lagu yang mempunyai arti yang hampir sama dalamnya dengan sebuah puisi. Sampai sekarang saya tidak tahu kenapa saya tidak memasukkan lirik diatas dalam 5 cm. Di dalam novel 5cm banyak terdapat cuplikan lirik lagu, karena memang menurut Donny lirik lagu yang bagus dapat memberikan energi yang positif.

Salah satu alasan kuat Donny tetap bersemangat untuk menulis adalah sebuah film yang menurutnya sangat menakjubkan yaitu film karya Gus Van Sant “Finding Forrester” yang dibintangi oleh Sean conerry sebuah film

(6)

tentang seorang penulis bernama William Forrester yang hanya menulis satu buku “The Avalon Landing”. Dari film itu ia merasa mendapat suatu quote yang menarik yang kurang lebih berarti “Kalau kamu mau menulis, kamu menulis, kamu jangan berfikir tapi kamu menulis”. Setelah itu ia pun mulai menulis tanpa berfikir apa yang akan ia tulis. Donny membiarkan tangannya mengikuti apa yang otak perintahkan dan terus sampai akhirnya dua bab selesai hanya dalam waktu beberapa hari saja.

Dalam dua bab awal ia merasakan energi yang luar biasa untuk terus melanjutkan tulisannya. Walaupun setiap hari ia harus tidur larut malam karena banyaknya pekerjaan kantor yang harus ia selesaikan. Pada waktu itu Donny berstatus sebagai pekerja freelance sehingga banyak sekali waktu yang bisa ia gunakan untuk menulis. Pekerjaannya sebagai seorang trainer/instructor di sebuah konsultan sumber daya manusia di Jakarta pun sangat membantnya dalam mendapatkan berbagai ide-ide yang menarik tentang pengembangan diri. Secara tidak langsung memang pekerjaannya yang menuntutnya harus banyak membaca buku. Termasuk di dalamnya buku-buku motivasi, sehingga membuat lebih mudah untuk masuk kedalam dunia pengejaran mimpi, cita-cita, dan keyakinan dalam 5cm.

Setiap hari saat tidak pergi bertugas di kantor, Donny menulis mulai dari bangun tidur jam 8.00 pagi sampai ia merasa harus berhenti, dan biasanya ia berhenti sekitar tengah malam atau lebih. Menurut Donny 5cm tidak hanya lahir dari komputer di kamarnya tapi juga dari beberapa training camp dan dan hotel hotel di luar kota Jakarta. Karena disetiap kesempatannya menulis

(7)

diwaktu senggang saat pergi ke luar kota, ia tidak pernah membuang-buang waktu demi terwujudnya cita-cita.

Saat-saat terberat bagi Donny adalah saat memasuki bab-bab pertengahan, dimana ia banyak merasakan menemui jalan buntu dan tidak tahu harus kemana lagi. Disinilah titik balik yang sangat mengganggu pikirannya, sampai ia harus terus berfikir keras sekali untuk membawa cerita ke bagian yang terbaik, dan dengan kemampuan terbaik yang ia miliki.

Beberapa kali untuk mengatasi kebuntuan, sempat ia mengganti nama folder 5cm dengan “Jangan Nyerah” ataupun “Ayo Don jangan nyerah..!!!”. Setiap kali ia melihat foldernya dengan kata-kata itu walaupun terlihat mustahil Donny terus tetapkan dirinya untuk tidak bisa menyerah. Dalam hatinya terus berkata “Bukan saya yang harus menyerah kepada kata menyerah, Tetapi saya yang harus tahu kapan saya harus menyerah dan saya tahu Saya harus tidak bisa menyerah”.

Setiap kata dan kalimatnya mengalir begitu saja setiap hari dan begitu banyak ide-ide serta jalan cerita yang muncul setelah bab-bab pertengahan yang menurutnya, sebenarnya dia pun tidak percaya kalau semuanya mengalir begitu saja dari tangannya. Puji syukur selalu dilafadkan karena ia telah diberi kekuatan oleh yang maha kuasa untuk selalu bisa memberikan yang terbaik setiap hari untuk penulisan buku.

Semenjak titik balik dalam bab pertengahan itulah, ia tanpa hambatan terus menulis sampai bab terakhir, sampai jalinan cerita yang ia bangun menjadi sesuatu yang ia sendiri tidak percaya kalau ia bisa membuatnya.

(8)

Perjalanan dalam bab-bab tengah sampai akhir penuh dengan berbagai kejadian-kejadian dan kalimat-kalimat yang menurut Donny sendiri tidak percaya ia bisa membuatnya.

Saat-saat emosional yang membuat matanya harus berkaca banyak sekali, ia temukan dalam proses penulisan terutama dalam bab 5 “Don’t Stop Me Now” dan Bab 8 “A letter a heart to remember”. Pada saat Donny harus menuliskan surat Deniek untuk sahabatnya Adrian yang meninggal di Mahameru. Dan juga saat ia harus menuliskan arti dari 5cm itu sendiri pada bab 9 “5cm”.

Setelah sekitar kurang lebih dua bulan, 5 cm pun selesai dengan masih menyisakan energi yang berapi-api untuk segera memberikan buku ini ke penerbit. Tapi kemana? Donny pun bingung harus kemana, karena dia sama sekali tidak punya kenalan atau koneksi dengan penerbit. Saat itu yang ada di otaknya karena adiknya mempunyai buku Fira Basuki “Biru” yang di sampul depannya tercantum penerbit Grasindo. Donny pun melihat di balakang buku terlihat jelas nomor telepon dari Grasindo beserta alamatnya. Dia pun langsung menelpon Grasindo dan mendapatkan respon yang baik.

Setelah menyerahkan naskah 5 cm dari Grasindo, dalam kurun waktu satu bulan lebih melalui hubungan telepon akhirnya Grasindo memutuskan akan menerbitkan novelnya dalam kurun waktu 3 bulan.

Bagi Donny banyak sekali pengalaman berharga yang tak tergantikan dalam proses kelahiran 5 cm satu satunya adalah saat tenaga waktu pikiran dan materinya menipis untuk menulis hampir 16 jam setiap hari, bolak balik

(9)

jumpalitan kesana kemari sekedar untuk belajar lebih banyak lagi. Pada saat itu dia sadar bahwa semua ini kecil sekali dibandingkan dengan apa yang akan bisa dia berikan ke orang lain dengan adanya 5 cm, sampai pada satu titik dia sadar bahwa semuanya tidak ada apa apanya dibandingkan dengan kalau dia bisa membuat orang lain bisa belajar banyak dari 5 cm, bisa tertawa karena 5cm, bisa melangkah lebih jauh dan punya 5 cm di dalam dirinya. Semuanya itu adalah impiannya. Sekarang jika 5 cm bisa membuat orang lain dengan ijin yang maha kuasa menjadi orang yang lebih baik, menjadi orang yang bisa bernapas lebih lega, bisa keluar dari zona nyamannya untuk mencapai impian dan cita citanya. Donny merasa itu sudah merupakan kepuasan di dunia ini yang tak bisa tergantikan dengan apapun.

C. Novel 5 cm

“5 cm” adalah judul yang “mengundang” pertanyaan. Penulis dengan cerdik memilih judul yang akan membuat siapapun tidak akan bisa menahan diri untuk tidak membacanya, atau sekedar membalik buku itu untuk melihat sinopsisnya di halaman belakang novel.

Novel ini sebenarnya ingin menyampaikan hal yang sama dengan beberapa novel-novel lain yang terbit sebelumnya dan juga menjadi best seller, mempercayai dan memperjuangkan impian. Namun ada banyak bumbu lain yang membuat novel ini berbeda. Persahabatan, cinta, nasionalisme, lingkungan, dan tentu saja, impian, akan ditemukan di sepanjang cerita.

Tentang persahabatan, kelima tokoh di novel ini mengajarkan kita tentang ‘penerimaan’ pada keunikan setiap individu. Tentang cinta, kisah cinta

(10)

di novel ini rumit namun sederhana. Menjadi rumit ketika tokoh A mencintai B, tokoh B mencintai C, tokoh C mencintai D, dan tokoh D mencintai A. Lalu menjadi sederhana ketika ada keikhlasan pada cinta yang hanya searah dan persahabatan mereka masih indah bahkan setelah semua kerumitan cinta di antara mereka. Tentang nasionalisme dan lingkungan, akan anda temukan dalam cerita perjalanan mereka menuju puncak Mahameru.

Buku ini penuh aksesoris. Ada banyak kutipan lagu-lagu dengan lirik yang indah, kutipan kata-kata bijak dari tokoh-tokoh, kutipan dialog dari film-film terkenal, dan kutipan-kutipan lain yang membuat hikmah bertaburan di novel ini. Kutipan-kutipan lagu yang bertaburan membuat orang yang membaca merasa sedang membaca cerita musikal, yang setiap adegan dan kejadian di dalamnya diperindah dengan potongan lagu yang menjadi soundtracknya.

Buku ini juga semacam pintu. Kelima tokoh anak muda di novel ini tetap kocak dan bergaul seperti kebanyakan kelompok anak muda, namun obrolan mereka banyak tentang Plato, politik, reformasi, filsuf-filsuf terkenal, dan topik-topik lain yang seringkali bagi saya yang masih begitu ‘dangkal’ tidak nyaman untuk tidak mencari informasi lebih jauh tentang topik-topik yang dibahas dalam obrolan-obrolan kelima tokohnya. Topik-topik penting yang banyak disinggung dalam novel ini menjadi ‘pintu’ yang membuat pembaca masuk ke berbagai disiplin ilmu yang mungkin selama ini belum begitu diakrabi.

(11)

Terbentuknya sebuah novel 5 cm tidak lepas dari unsur-unsur novel sebagai berikut:

1. Sinopsis

Novel 5 cm bercerita tentang lima orang sahabat, yang mempunyai prinsip bahwa semua persoalan di dunia ini pasti ada jalan keluarnya. Mereka memiliki hobbi yang sama nonton dan membaca, kelima tokoh ini: satu cewek dan empat cowok. Ada Arial yang merupakan sosok paling ganteng diantara mereka, bawaannya selalu tenang dan suka senyum, dia kuliah di fakultas Hukum. Riani seorang aktivis kampus, cantik dan cerdas. Siapa saja dan apapun dapat di debatnya, soalnya dia banyak membaca dan belajar. Kalau lagi diskusi sama Riani tidak boleh sok tahu karena dia hampir tahu segala hal. Zafran seorang penyair. Memiliki kelakuan yang berantakan, yang katanya standar seniman. Zafran adalah orang yang akan katakan apa saja yang dia mau, tapi dia juga anak yang lucu, suka bercanda. Ian yang suka bola. Apa saja tentang bola dia tahu dan banyak waktunya habis buat bola, tapi anehnya dia tidak dapat bermain bola. Ian juga suka sama yang namanya tantangan. Genta dapat dikatakan orang yang lebih mementingkan orang lain daripada dirinya sendiri. Genta banyak tahu tentang segala hal, termasuk hal terkecil dari keempat temannya.

Halaman belakang rumah Arial menjadi tempat favorit mereka dan biasa mereka sebut Secret Garden. Selain luas dan asri, orang tua Arial juga sudah menganggap mereka seperti anak sendiri. Hal ini jugalah yang

(12)

membuat mereka nyaman bermain disana. Selain itu ada The Chambers of Sorcerer Stone adalah lantai atas depan kamarnya Arial tempat mereka biasa ngobrol bergurau dan bermain. Monopoli menjadi salah satu permainan favorit mereka. Biasanya permainan ini dimainkan kalau mereka lagi bosan untuk diskusi.

Persahabatan yang terjalin selama 7 tahun, begitu erat. Banyak hal yang mereka lewati bersama. Saling memahami dan mengerti menjadi kunci persahabatan mereka. Menjadi diri sendiri itulah yang mereka bangun dalam persahabatan ini. Karena bagi mereka menjadi orang lain adalah pekerjaan yang melelahkan.

Suatu saat, karena terdorong oleh rasa bosan di antara satu dan yang lainnya, mereka memutuskan untuk tidak saling berkomunikasi dan bertemu selama 3 Bulan. Awalnya sangat sulit untuk memutuskan hal ini, terutama bagi Riani. Tapi ide Zafran ini begitu kuat mempengaruhi teman-temannya. Menurut Genta ide ini bukan hanya untuk menghilangkan kejenuhan diantara mereka, tapi juga untuk melihat dunia lain di luar persahabatan mereka, meraih impian yang dulunya sempat sirna dimakan waktu. Setelah menyetujui ide Zafran ini, akhirnya mereka memutuskan untuk bertemu kembali pada tanggal 14 Agustus.

Tiga Bulan adalah waktu yang cukup lama bagi mereka untuk tidak berkomunikasi dan bertemu. Walaupun demikian, mereka disibukkan dengan urusan masing-masing. Zafran sibuk menyelesaikan pesanan desain untuk kampanye sebuah partai politik, walaupun pada dasarnya

(13)

Zafran tidak begitu tertarik dengan partai politik tersebut. Ditengah-tengah kesibukannya Zafran tetap merindukan keempat sahabatnya. Sedangkan Ian sibuk dengan skripsinya yang sudah ditinggalkannya selama 6 bulan. Ian mendapat banyak pelajaran berharga saat menyelesaikan skripsinya, satu hal yang ia ketahui dia telah banyak membuang waktunya untuk hal-hal yang tidak penting sehingga banyak hal-hal yang tidak diketahuinya. tapi dia berpegang pada ungkapan tidak ada kata terlambat untuk belajar.

Hari demi hari dilalui Ian dengan harapan ia akan mampu menyelesaikan skripsinya tepat waktu, walaupun terkadang kekecewaan sering dirasakanya. Ia selalu semangat dalam menyelesaikan skripsinya dan hal ini tampak dalam kegiatannya sehari-hari yang ia lalui dengan membaca, mengetik, pergi ke perpustakaan dan konsultasi dengan dosen pembimbingnya. Perjuangan Ian ternyata membuahkan hasil yang dinantikannya, skripsinya telah selesai dan ia diperkenankan untuk mengikuti meja hijau. Semua pertanyaan diruang sidang dapat dijawabnya dengan baik. Ternyata apa yang selama ini dikerjakannya tidaklah sia-sia. Semua indah pada waktunya.

Riani sibuk menyelesaikan laporan kerja magangnya. Arial yang selama ini enggan untuk berhubungan dengan cewek, akhirnya dia mau mencoba untuk berhubungan dengan cewek yaitu Indy, teman satu fitnes yang dulu sempat diincar oleh Ian. Meskipun hubungan mereka hanya berjalan dua bulan karena sifat posesif Arial yang tidak disukai Indy, Arial jadi banyak belajar tentang arti cinta. Dan Genta disibukan dengan

(14)

pekerjaannya serta mempersiapkan acara untuk pertemuan mereka nantinya.

Tepat pada tanggal 7 agustus yaitu 1 minggu sebelum pertemuan mereka, Arial dan sahabat yang lainnya mendapat pesan dari Genta untuk mempersiapkan perlengkapan yang akan dibawa pada tanggal 14-20 Agustus nantinya. Genta merencanakan akan mengajak teman-temannya mendaki gunung Mahameru dan sekaligus merayakan 17 Agustus disana tanpa diketahui oleh teman yang lainnya, Genta dalam sms nya hanya menuliskan untuk berkumpul di stasiun Senen dengan membawa perlengkapan carier, baju hangat, kacamata hitam, obat-obatan dan makanan kecil. Semua merasa senang akan rencana pertemuan tersebut dan berusaha untuk mempersiapkan sebaik mungkin segala sesuatunya meskipun tanpa mengetahui tujuan akan kemana sebenarnya.

Pada tanggal 14 agustus di stasiun Senen, Genta sambil membawa perlengkapan yang banyak dengan setia menunggu kedatangan sahabat-sahabatnya. satu persatu sabahabatnya datang, diawali oleh Zafran dengan celana pendeknya sambil berteriak menghampiri Genta dan langsung memeluknya dengan tawa bahagia. Kemudian menyusul Ian dan Riani sambil berlari mendekati Zafran dan Genta mereka berteriak dengan penuh kegembiraan, lalu menyusul Arial mengajak adiknya Arinda yang selama ini sangat disukai oleh Zafran. Arial sengaja mengajak Arinda untuk menemani Riani yang cewek sendiri dalam rombongan itu. Karena Arial

(15)

sudah faham kira-kira akan kemana tujuannya dengan perlengkapan-perlengkapan itu.

Pukul 14:30 siang hari, mereka berangkat dengan kereta api dan mereka tampak seperti rombongan pencinta alam. Di kereta api mereka bercanda dan saling berbagi pengalaman serta perasaan yang mereka rasakan selama mereka tidak bersama. Mereka juga banyak menanyakan tentang Mahameru setelah mengetahui tujuan mereka akan kemana, ya tujuan mereka ke puncak Mahameru. Puncak tertinggi di pulau Jawa. Otomatis sangat mengejutkan mereka yang notabene belum pernah mendaki gunung kecuali Genta.

Setelah satu hari di perjalanan, tibalah mereka di tempat tujuan. Petualangan menuju puncak Mahameru dimulai pada sore hari dengan menaiki jeep menuju tempat pendakian. Para pendaki yang berdatangan saling melempar senyum walaupun mereka tidak saling kenal, tapi mereka memiliki tujuan yang sama yaitu Mahameru. Di awal perjalanan mereka begitu mengagumi keindahan alam dan seolah-olah terbesit sebuah pesan bahwa “Mahameru itu bukan hanya perjalanan biasa, tapi perjalanan sebuah hati. Diperjalanan pandangan mereka tertuju pada puncak Mahameru yang masih terlihat kecil. Mereka saling meyakini satu sama lain bahwasannya mereka akan sampai pada tujuan, dengan tatapan yang penuh harapan Genta berkata kepada sahabat-sahabatnya bahwa mereka hanya memerlukan kaki yang berjalan lebih jauh dari biasanya, tangan yang berbuat lebih banyak dari biasanya, mata yang akan menatap lebih

(16)

lama dari biasanya, leher yang memandang ke atas lebih lama dari biasanya, lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja, dan hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya, serta mulut yang selalu berdoa.

Malam pun tiba, mereka telah berada di Desa Ranu Pane. Sebuah desa yang terletak di kaki gunung Mahameru. Disini mereka menghabiskan waktunya untuk beristirahat dan menyantap makan malam, karena perjalanan akan dilanjutkan besok pagi. Tepat pukul 05.00 pagi mereka melanjutkan perjalanan, sebelum berangkat mereka membentuk lingkaran kecil dan memandang ke atas puncak Mahameru, lalu tertunduk untuk berdoa memohon kekuatan. Inilah yang menjadi awal perjalanan mereka yang sesungguhnya menuju Mahameru. Perjalanan terus dilalui dan matahari pun mulai meninggi menyambut datangnya siang sehingga membuat mereka tampak kelelahan. Langkah demi langkah yang mereka lalui membuat persahabatan mereka semakin erat dan perjalanan yang tadinya terasa berat menjadi ringan.

Perjalanan yang mereka lalui akhirnya menghantarkan mereka di Ranu Kumbolo, desa kedua yang mereka singgahi dalam perjalanan mereka menuju puncak Mahameru. Desa ini begitu menarik perhatian mereka karena ditempat tersebut terdapat danau biru. Mereka semua selayaknya anak kecil langsung berlari mendekat ke pinggir danau yang menyambut mereka dengan ombak-ombak kecilnya. Mereka beristirahat melepas lelah dan menikmati air danau yang dingin. Di tempat inilah mereka menyantap makan siang sambil memandang sekelilingnya. Setelah

(17)

melepas lelah, perjalananpun dilanjutkan. Untuk menuju puncak Mahameru, mereka membutuhkan waktu setengah hari lagi. Seperti biasanya sebelum berangkat mereka selalu mengawalinya dengan doa untuk meminta kekuatan kepada Sang Pencipta.

Mereka mulai menuruni jalan setapak yang mengakhiri bukit dalam perjalanan, mereka merasa seperti memasuki dunia lain. Ketika akan memasuki hutan. Tepat sebelum melangkah memasuki hutan, Genta memberi peringatan kepada sahabat-sahabatnya agar selama dalam perjalanan di hutan mereka tidak termenung, dan tidak berbicara sembarangan. Mereka harus senantiasa berdekatan. Genta yang menjadi pemimpin dalam perjalanan itu, selalu berusaha untuk fokus pada kompas dan sesekali melihat ke belakang untuk memastikan keadaan sahabat-sahabatnya. Setelah melewati rintangan, akhirnya mereka keluar dari hutan. Bunga edelweiss adalah pertanda bagi mereka. Semakin lama langkah mereka terasa berat, tapi keindahan alam membuat mereka lupa akan kekuatan fisik yang mulai menurun. Mereka berjalan dan terus berjalan, dan kini mereka berada di Ujung pinggir bukit kalimati. Sebuah bukit yang tepat berada di bawah puncak Mahameru. Kalimati ini terbentuk karena aliran lahar Mahameru yang dulu meletus dan yang turun ke bawah sehingga membentuk seperti aliran sungai. Suasana di tempat ini agak menyeramkan, sehingga membuat mereka tampak ketakutan dan panik. Tapi keadaan ini jugalah yang membuat mereka semakin semangat

(18)

untuk melakukan perjalanan, karena mereka tidak ingin berlama-lama berada ditempat ini.

Malam pun tiba, mereka tiba di Arcopodo tempat ketiga yang mereka singgahi. Tempat ini seperti perkampungan kecil bagi para pendaki, dan biasanya tempat ini juga menjadi tempat penitipan perlengkapan para pendaki sebelum naik puncak. Begitu tiba di Arcopodo mereka langsung bercengkrama dengan para pendaki lainnya, sehingga membuat suasana yang tadinya dingin menjadi hangat. Disini mereka mendirikan tenda kemudian makan malam. Setelah makan malam, Genta mengajak sahabat-sahabatnya beristirahat karena besok pagi-pagi benar mereka langsung naik puncak. Pukul 02.20 pagi, mereka telah siap-siap untuk berangkat. Sebelum berangkat, mereka selalu mengawalinya dengan doa. Setelah berdoa Genta mengingatkan kembali sahabat-sahabatnya dengan berkata: yang kita perlu saat ini adalah, kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya, tangan yang berbuat lebih banyak dari biasanya, mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya, leher yang akan lebih sering melihat ke atas, lapisan tekad yang seribukali lebih keras dari baja, dan hati yang bekerja lebih keras dari biasanya, serta mulut yang akan selalu berdoa, lalu mereka saling memandang satu sama lain, dan melihat ke atas puncak Mahameru dengan penuh harapan. Perjalanan pun dimulai, mereka melewati hutan cemara yang gelap dan disini juga mereka melewati beberapa batu nisan para pendaki yang terdahulu yang tidak sampai pada tujuan mereka. Setelah melewati perjalanan yang panjang

(19)

akhirnya sampailah mereka di ujung hutan cemara. Dari sini dimulai pendakian, mereka menyeberangi jalan hanya berpegang pada rantai dan mereka melakukannya dengan sangat berhati-hati. Diawal pendakian aril tampak begitu lelah, dan mengharuskannya untuk beristirahat. Melihat keadaan Arial yang semakin buruk, ia berpikir untuk tidak melanjutkan perjalanan. Mendengar hal tersebut, semuanya bingung dan berusaha untuk mengembalikan semangatnya. Langit tampak membiru, beberapa pendaki tampak melewati mereka dan dengan ramah menanyakan keadaan Arial yang tergeletak sambil tersenyum. Senyum para pendaki membuat Arial semangat lagi dan membuat dia kembali untuk melanjutkan perjalanan. Malam beranjak pergi, matahari pagi 17 Agustus pun terbit. Sinar matahari yang hangat seolah-olah menyapa mereka. Mereka kembali mendaki, tiba-tiba terdengar teriakan panik dari atas, puluhan batu tampak berjatuhan dari atas mereka. “Awas!awas!Batu” semua berusaha menghindar. Hujan batu terus turun, “Ahh...Aaaa...Aduh!!!!!” teriakan para pendaki. Genta yang mendengar teriakan kesakitan itu seakan tidak percaya. Genta segera mencari sahabatnya, wajah Riani dipenuhi pasir, tangan Zafran dan Arial tampak luka dan berdarah. Ian yang tergeletak masih belum sadarkan diri, keningnya mengeluarkan darah dan wajahnya tertutup pasir. Pelan-pelan sahabatnya membersihkan luka dan wajahnya. Melihat Ian yang belum sadarkan diri, membuat genta menekan dada Ian, seketika itu juga dada Ian tampak naik-turun dan Ian memuntahkan pasir bercampur air dari mulutnya. Melihat tubuh Ian masih belum bergerak,

(20)

membuat Genta terus mengoncang-goncangkan tubuh Ian sambil menangis dan tiba-tiba dada Ian berhenti naik-turun. Melihat hal tersebut, dengan histeris Riani berteriak ”Tidak...!!!” sambil memeluk Ian dan menangis. Melihat keadaan itu, Zafran dan Arial berlari mendekat kepada Genta, dan langsung memeluknya. Dalam sekejap jalur tersebut penuh dengan para pendaki lainnya, dan mereka meneteskan airmata melihat kejadian tersebut. Genta hanya dapat memejamkan mata dan melihat ke atas dengan wajah yang memerah. Zafran memeluk Ian sambil membaringkan tubuh Ian ke pangkuannya dan menangis sambil berteriak dengan keras “...IAAANNNN!!!!!!!!”. Mendengar teriakan Zafran, tiba-tiba saja Ian berkata: kenapa teriak-teriak? buat kaget saja. Dengan bingung Ian memandang sekelilingnya. Mendengar Ian berkata demikian semua terkejut lalu mereka langsung memeluk Ian sambil bersyukur dan para pendaki lainnya pun bersorak gembira melihat keadaan Ian baik-baik saja. Setelah keadaan Ian baik, genta mengajak sahabat nya untuk melanjutkan perjalanan yang tinggal beberapa puluh meter lagi. Mereka berjalan bergandengan tangan dan tampak bahagia, sambil memandang satu sama lain mereka berlari memasuki jalur akhir pendakian dan menghitung langkah demi langkah.

Akhirnya tibalah mereka di Mahameru, mereka seperti melayang saat menjejakan kaki di tanah tertinggi di Pulau jawa. Disekeliling mereka tampak langit biru dengan sinar matahari yang begitu dekat, mereka berputar-putar sehingga membuat genggaman mereka semakin erat.

(21)

Mereka begitu menikmati pemandangan yang sangat luar biasa itu. Tekad dan keyakinan mereka telah mengalahkan segalanya, Impian mereka menjadi kenyataan. Semuanya berawal dari usaha yang tidak kenal lelah. Keajaiban, tekad dan doa mereka, telah membuat usaha mereka menjadi sempurna. Jika kita mempunyai impian, biarkan impian itu menggantung, mengambang 5 cm di depan keningmu. Sehingga impian itu tidak akan pernah lepas dari pandanganmu dan akan selalu kamu bawa setiap hari dan percaya bahwa kamu dapat mencapainya. Hari ini mimpi mereka menjadi kenyataan, mereka bersujud di puncak Mahameru sambil bersyukur. Airmata yang berjatuhan membuat rasa terimakasih mereka menjadi begitu indah. 17 Agustus di pagi yang indah, para pendaki tampak berbaris di puncak Mahameru. Di depan barisan mereka berdiri tinggi tiang bendera, upacara dimulai. Pengibaran sang saka merah putih, dilaksanakan dengan begitu hikmat.

2. Tema

Tema adalah gagasan atau pandangan hidup pengarang yang melatarbelakangi ciptaan karya sastranya (Pradopo, 2005: 27). Karena sastra merupakan refleksi kehidupan masyarakat, maka tema yang diungkapkan dalam karya sastra sangat beragam. Tema bisa berupa persoalan moral, kebangsaan agama, sosial budaya dan berbagai tradisi yang terkait dengan masalah kehidupan.

Sebagai sebuah karya imaginatif, tema dapat diungkapkan melalui dialog-dialog tokoh-tokohnya, melalui konflik-konflik yang dibangun atau

(22)

melalui ungkapan secara tidak langsung dan jelas. Tema bisa disamarkan sehingga kesimpulan tentang tema yang diungkapkan dirumuskan oleh pembaca.

Tema novel 5 cm ini terdiri dari tema sosial yaitu tentang persahabatan, cinta, kehidupan serta kepercayaan pada mimpi yang menjadi modal kehidupan para tokohnya. Persahabatan yang terjalin antara lima tokoh dalam novel ini sangat erat, sehingga dalam keseharian mereka yang selalu bertemu, pergi kemana-mana selalu bersama dan membicarakan hal yang selalu sama setiap kali bertemu, membuat mereka memutuskan untuk berpisah, bukan untuk mengakhiri persahabatan mereka, namun untuk keluar dari intensitas pertemuan mereka yang terlalu sering, sehingga mereka dapat menemukan pengalaman baru, dan menjadi orang yang baru, orang yang lebih baik dari sebelumnya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut.

“Mungkin kita emang harus ngeliat dunia lain di luar tongkrongan kita dulu, jangan berlima melulu kemana-mana.”(Dhirgatoro, 2013: 63).

“Kita keluar sebentar aja, bermimpi lagi masing-masing tentang kita, nanti pas ketemu lagi, pasti lain lagi, lain ceritanya, lain lagi orangnya, mungkin nanti Ian jadi kurus. Jadi enggak perlu nyewa banana boat lagi, tapi getek.”(Dhirgantoro, 2013: 63).

Tema percintaan juga mewarnai novel 5 cm ini, selain tema persahabatan yang kental. Percintaan yang polos, yang dimiliki oleh tokoh Genta kepada Riani, yang tak pernah berani diucapkan Genta, maupun percintaan yang meluap-luap dan selalu ditunjukkan Zafran kepada Arinda/Dinda, namun dipandang dingin dan datar oleh Arinda. Begitu pula

(23)

kisah percintaan yang dialami oleh Arial dan Indy. Tema percintaan memang tidak pernah terlepas dari kisah persahabatan dalam sebuah novel maupun cerita. Contoh tema percintan yang terdapat dalam novel 5 cm adalah sebagai berikut.

“Tanpa sadar, tolehan dan gerak tubuh Riani tadi terekam kuat dalam otak Genta. Riani, Riani. Entah untuk yang keberapa kalinya, Genta yang kebetulan duduk diagonal di belakang Riani kembali mengagumi rambut Riani yang digulung membentuk konde cemplon, dipadu tusuk konde warna kuning gading. Beberapa anak rambutnya terlihat liar di sekitar konde kecilnya, pas banget buat leher Riani yang putih. Riani memakai ham putih dengan garis-garis kecil hitam putus-puus dan jins warna gelap, pas banget deh! (Dhirgantoro, 2013:16-17).

“Zafran masih aja coba lairak-lirik ke kamar Dinda, berharap Dinda keluar dan menaburinya dengan sejuta keindahan. Tapi Dinda nggak pernah muncul... (Dhirgantoro, 2013: 25).

“Indy masih rebah di bahu Arial, menikmati keindahan malam di beranda. Sesekali ia menatap wajah Arial yang memandang lurus ke depan. Arial masih belum bisa percaya Indy akhirnya menerimanya, mempercayai genggamannya yang akan menemanuinya mengarungi hari-hari mereka ke depan. Lamunan Arial itu membuat ketidaksadaran dalam tubuhnya untuk memeluk erat tubuh di sebelahnya. Batin Indy pun ikut menikmati kehangatan yang Arial berikan. Sedetik Arial membenamkan hidungnya ke rambut Indy, merasakan penciumannya bercerita tentang semuanya. Malam itu indah sekali....(Dhirgantoro, 2013:102).

Tema percintaan yang sebenarnya terdapat dalam novel 5 cm ini, tidak hanya terdapat antar tokoh-tokohnya, tetapi terdapat pula penggalan novel yang menceritakan betapa besar rasa cinta antara tokohnya dengan tanah air mereka ini. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut.

“Saya Ian... saya bangga bisa berada di sini bersama kalian semua. Saya akan mencintai tanah ini seumur hidup saya, saya akan menjaganya, dengan apa pun yang saya punya, saya akan menjaga kehormatannya seperti saya menjaga diri saya sendiri. Seperti saya

(24)

akan selalu menjaga mimpi-mimpi saya terus hidup bersama tanah air tercinta ini.”(Dhirgantoro, 2013: 49).

Tema persahabatan yang kental, dipadu dengan tema percintaan antar tokohnya diselaraskan pula dengan tema kehidupan serta kepercayaan mereka terhadap mimpi yang ingin mereka raih. Banyak sekali peristiwa-peristiwa kehidupan yang disampaikan novel ini, begitu pula tentang mimpi, dan keajaiban yang menyertainya. Tekad mereka berlima untuk selalu menempatkan mimpi di depan kening mereka agar selalu dapat terlihat dan terkejar. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut.

“Perlahan tapi pasti, kereta mulai berjalan meninggalkan Stasiun Lempuyangan. Suara peluit dari stasiun dan doa si mbok masih mengisi terlinga mereka berempat. Riani melihat keluar jendela kereta, matanya terkejut, dadanya sesak. Di sepanjang Stasiun Lempuyangan dilihatnya banyak sekali sosok perempuan tua seperti si mbok penjual nasi tadi. Di antara lambatnya kereta, mata Riani memperhatikan muka lelah mereka satu per satu, membayangkan nasib mereka yang mungkin nggak jauh berbeda dengan si Mbok. Matanya terpejam, hatinya nggak kuat lagi, pemandangan di luar seperti memasuki hatinya, tenggorokannya seperti menelan sesuatu yang tidak enak, yang disangkal hatinya.(Dhirgantoro, 2013: 176).

“Belum pernah ada bukti-bukti nyata dalam angka dan kalkulasi yang bisa dipecahkan oleh ilmu pengetahuan tentang bagaimana keajaiban sebuah mimpi dan keyakinan bisa membuat begitu banyak perbedaan yang bisa mengubah kehidupan manusia. Belum pernah ada. Hanya mimpi dan keyakinan yang bisa membuat manusia sangat istimewa di mata Sang Penciptanya. Dan,yang bisa dilakukan oleh makhluk bernaman manusia terhadap mimpi-mimpi

dan keyakinannya hanya mereka tinggal

mempercayainya.(Dhirgantoro, 2013: 378).

Tema persahabatan, percintaan, kehidupan serta kepercayaan mereka terhadap keajaiban mimpi yang beragam dan tersusun rapi dalam

(25)

novel 5 cm tersebut memberikan satu kesatuan yang utuh. Tema-tema tersebut membangun cerita dengan ringan dan mudah dipahami pembacanya sehingga pembaca menikmati setiap kisah-kisah yang diceritakan dalam novel.

Tema persahabatan, percintaan, dan kehidupan masuk pada tingkatan tema sosial, sedangkan kepercayaan mereka pada keajaiban mimpi berada pada tingkatan tema divine. Tema dalam novel 5 cm juga dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu tema mayor yaitu tentang persahabatan, dan tema minor yang terdiri dari tema percintaan, kehidupan dan keajaiban mimpi.

Dari dialog-dialog ringan itulah, secara tidak langsung Donny membawa simbol-simbol yang sebenarnya menjadi tema sekaligus pesan cerita Novel 5 cm. Dinamakan 5 cm karena ketika memiliki cita-cita atau harapan maka diletakkan di depan kening yang kurang lebih berjarak 5 cm, bukan tepat di kening , hal ini difilosofikan agar mimpi atau cita-cita yang dimiliki itu menggantung dan tidak pernah lepas dari mata dan serta keyakinan yang dalam-dalam untuk bisa meraihnya.

3. Penokohan

Sebagian besar tokoh-tokoh karya fiksi adalah tokoh-tokoh rekaan. Meskipun hanya berupa imajinasi dari pengarang, masalah penokohan menjadi penting dalam membangun sebuah cerita. Tokoh-tokoh tersebut tidak hanya berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan menyampaikan ide, motif, plot dan tema. Untuk menilai karakter tokoh

(26)

dapat dinilai dari siapa, apa yang dikatakan dan apa yang dilakukan. Model mengekspresikan karakter tokoh yang dipakai oleh pengarang dapat beragam. Meski permunculan karakter tokoh dapat dilepaskan dari rangkaian peristiwa.

Dalam novel 5 cm digambarkan dengan jelas bahwa tokoh utamanya adalah lima sahabat yaitu Arial, Genta, Zafran, Ian, Riani. Dalam novel ini mereka yang dominan mewarnai cerita tentang persahabatan mereka yang telah berjalan 7 tahun.

Dalam sebuah cerita, tokoh utama tidak bisa berdiri sendiri tanpa ada kehadiran tokoh lain. Begitupun dalam novel 5 cm ini dihadirkan beberapa tokoh pendukung diantaranya Arinda, Sukonto Legowo, Deniek, Gembul, Adrian. Tokoh pendukung lain ada mamanya Arial, teman-teman kampus Ian, resepsionis, pedagang kaki lima, teman-teman pendakian, pedagang warung.

Watak tokoh dalam cerita ini sebagaimana diuraikan dalam novel serta deskripsi yang dijelaskan secara langsung ataupun tidak, dengan dibaca berulang sehingga diketahui watak tokoh dalam cerita ini:

a. Arial

Arial dalam novel ini termasuk tokoh protagonis yang cukup dominan. Arial adalah seorang mahasiswa yang dideskripsikan memiliki badan besar, hitam, dan tampan, adalah salah satu dari lima sahabat yang diceritakan dalam novel 5 cm ini. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan sebagai berikut.

(27)

“Arial adalah sosok yang paling ganteng di antara mereka. Arial yang satu ini pastinya Arial control B alias Arial bold dan Arial black karena badannya gede dan kulitnya item, kemana-mana selalu pakai sepatu basket. Tinggi dan gede, pokoknya sporty deh, Arial yang rapi, baju kebanggaannya adalah ham, celana kebangsaannya adalah celana permanent press pants. Arial adalah orang yang simpel-simpel aja, tapi ia kebanggaan seluruh tongkrongan karena cuma dia yang bisa tenang, pembawaannya banyak senyum, dan jarang khilaf. (Dhirgantoro, 2013: 7). “Arial kuliah di Fakultas Hukum, tapi dia sama sekali nggak ngerti hukum. Satu hal yang pernah dia obrolin tentang hukum adalah bahwa seharusnya dia dulu banyak-banyak nonton LA LAW (bukannya 21 Street Jump atau Airwolf). Kenapa? Karena banyak yang bisa dijadikan referensi....(Dhirgantoro, 2013: 7). “Ayo Rambo... pasang lampunya...,” Riani menonjok lembut bahu Arial yang memang paling tinggi diantara mereka berlima (Dhirgantoro, 2013: 48).

“Siapa Yal yang sms?”

“susah deh... punya muka penting” Genta mencoba membuka pembicaraan.

Kata-kata muka penting berasal dari Ian untuk membedakan antara Genta dan Arial, kalau Genta walaupun banyak yang mau juga tapi mukanya ngabisin kalender- kata Ian kocak. Arial emang yang paling ganteng dibanding cowok-cowok di komplotan ini (Dhirgantoro, 2013: 58).

“Arial yang ganteng kekar perkasa dan selalu minum suplemen sebenarnya nggak terlalu banyak punya pengalaman tentang wanita (Dhirgantoro, 2013: 87).

“Indy bingung, matanya sedikit melirik Arial yang sore itu memakai kemeja hitam dengan celana permanent press coklat tua. Arial memang menawan di penglihatan Indy, rambutnya yang dipotong tipis, raut muka Arial yang agak persegi dengan dagu kasar dan cambang yang panjang melebihi telinga. Leher Arial kekar dengan jakun yang menonjol, dada Arial bidang (Dhirgantoro, 2013: 91).

Dari kutipan di atas dapat dilihat bahwa tokoh Arial dalam novel ini memiliki penampilan yang sporty dan memiliki watak yang simpel, banyak senyum dan tidak macam-macam. Akan tetapi, Arial juga

(28)

beberapa kelemahan, yakni watak yang apa adanya, terlalu patuh pada peraturan, dan lugu. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut.

“Arial emang yang paling ganteng dibanding cowok-cowok di kelompok pengeksekusi filosofi ini, Riani pun mengakui. Arial yang apa adanya, walau jadi idola toh ia masih jomblo karena terlalu apa adanya sama sesuatu.(Dhirgantoro, 2013: 58).

“Kan ada tulisannya tuh kalo bayar tol harus pakai uang pas. Ini ada tiga ribu, aku nggak ada lima ratusan.” Kata Arial datar. (Dhirgantoro, 2013: 90).

“Arial sibuk bales sms yang dikirim oleh cewek yang dikenalnya di tempat fitness yang bikin dia tipes.

Indy fitness: Arial udah sembuh belom? Arial: udah

Indy fitness: Arial lagi ngapain? (yang selalu dijawab Arial apa adanya) Arial: lagi duduk

Indy fitness: kok malem minggu nggak ngapel? Arial: nggak ada pacar

(Indy fitness yang mulai paham kalau dalam ber SMS Arial nggak kenal yang namanya kalimat, mulai kreatif dengan mengeluarkan combo).

Indy fitness: Arial udah makan? Kalo udah, makannya pake apa? Enak nggak? Trus abis makan ngapain?

Arial: udah.kecap.manis.minum (Dhirgantoro, 2013: 58).

“Halo selamat sore... kediaman Bapak Arinto dan ibu Arini, Arial dan Arinda. Ada yang bisa saya bantu?”

“Hal...” belum habis Zafran ngomong, ia sudah mengenali suara Arial dan pola penjawaban telepon tersebut. Arial yang apa adanya dan diajar oleh keluarganya untuk selalu menjawab telepon dengan pola tadi, itulah jawaban Arial sejak masih SD hingga sekarang (Dhirgantoro, 2013: 70).

“Terima kasih udah telpon,” lagi-lagi kebiasaan Arial dan Arinda pada saat mengakhiri telepon sangat identik (Dhirgantoro, 2013: 73).

“Pelan amat sih nyetirnya..?” Indy yang sudah makeup membuka pembicaraan.

“Kalo di tol minimum 40 km per jam, maksimal 80 km per jam. Tuh ada tulisannya,” kata Arial polos tanpa maksud bercanda.

(29)

Indy tertawa sekaligus agak bete. Selama sebulan ini memang dia udah mulai mengenal Arial yang apa adanya dan “live by the rules”. Indy memang sama Arial pada pandangan pertama, tapi kepolosan dan kedataran Arial dianggapnya nggak “rebel” banget (Dhirgantoro, 2013: 90).

“Arial memang selalu apa adanya dan biasa-biasa aja. Dulu, sewaktu Arial dan gerombolan Rangers SMA sering pulang naik bus bareng-bareng, sebelum naik pasti Arial melihat uangnya dahulu, sesuai tidak dengan ongkos bus. Kalau uangnya nggak pas dia akan tukarkan dulu ke warung karena patuh pada tulisan di bus: “bayarlah dengan uang pas”.

Arial juga berhenti merokok gara-gara menderita tekanan batin karena dimana-mana ada tulisan “dilarang merokok”. Semua tulisan yang pernah Arial baca, dimanapun, pasti Arial turuti apa adanya. Larangan “dilarang mengeluarkan anggota badan”, Arial pun turuti, nggak kayak teman-temannya yang gembira bergelayut di pintu bus atau mengeluarkan kepalanya dari jendela. Tulisan “Jagalah kebersihan, buanglah sampah pada tempatnya”, juga dipatuhi oleh Arial dengan mencari tempat sampah. Malah ia juga pernah mungutin sampah yang sedikit berserakan. Waktu mereka ke Bandung tengah malam dan di tol membaca tulisan “NYOPIR JANGAN NGANTUK, NGANTUK JANGAN NYOPIR” secara tiba-tiba Arial berhenti di jalan tol karena baru aja menguap dan minta digantikan nyupirnya. Kalo Arial menginap di rumah Genta dan ada tulisan TAMU 1X24 JAM HARAP LAPOR, Arial pun lapor ke Pak RT, bikin Genta jadi senewen (Dhirgantoro, 2013: 92).

Tokoh Arial dalam novel ini juga memiliki sifat posesif, hal ini disebabkan karena watak apa adanya dan telah lama tidak memiliki kekasih. Arial yang menjadi kekasih Indy menjadi terlalu mengekang Indy dalam melakukan sesuatu. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut.

“Kalo denger dari cerita lo tadi sih iya, menurut gue lo berlebihan. Seharusnya lo nggak terlalu ngekang dia. Biar aja dia bebas.” Riani menjawab pertanyaan Arial.(Dhirgantoro, 2013: 168).

Arial yang berbadan tegap dan apa adanya ini memiliki beberapa kegemaran, antara lain adalah kegemarannya pada olah raga dan kecap.

(30)

Arial gemar makan apa saja, yang penting harus ada kecap. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut.

“Udah olahraga tiap pagi, tiap Minggu biar sehat, malah kena tipes... parah banget lo...,” kata Ian sambil nyalain wiper. (Dhirgantoro, 2013: 17).

“Arial kalo makan harus ada kecap. Mulanya sih dianggap biasa aja, sampai suatu ketika dia mengejutkan teman-temannya karena makan sayur asem pake kecap (Wuek...). (Dhirgantoro, 2013: 7).

Beracuan pada analisis dan kutipan di atas, dapat dilihat bahwa Arial adalah tokoh protagonis yang cukup dominan dalam cerita novel. Arial yang apa adanya dan selalu patuh pada peraturan, gemar berolahraga dan makan berlauk kecap, lugu dan kadang posesif. Akan tetapi, Arial merupakan orang yang sangat dibanggakan oleh sahabat-sahabatnya. b. Genta

Tokoh Genta dalam novel 5 cm ini termasuk dalam tokoh protagonis yang dominan dalam novel. Genta adalah seorang project officer atau pelaksana acara dari sebuah Event Organizer sekaligus orang yang dianggap pemimpin oleh sahabat-sahabatnya. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan sebagai berikut.

“Genta masih duduk sendirian di panggung utama pameran komputer gede-gedean yang dia dan Event Organizernya jalani.(Dhirgantoro, 2013: 137).

“Anehnya, keempat temannya paling nurut sama Genta. Kata Riani, Genta itu segalanya yang dibutuhkan sebagai seorang teman (Pacar dong...!). Kalau ngeliat penampilan Genta, yang ada yah gayanya Genta, dengan badan agak gede, dan rambut agak lurus berjambul. Seperti Riani, Genta juga berkacamata, tapi kacamatanya jarang dipakai. Kostum? Yang ada baju itu yah itu yang dipakai, pokoknya Genta orang yang nggak macem-macem, tapi pikirannya penuh dengan macem-macem. Genta adalah

(31)

seorang asisten dosen favorit di kampus. Jadi sutradara seperti Steven Spielberg adalah impian Genta. Kalau mau tanya film, tanya sama Genta; soal pemasaran, tanya sama Genta: mau tanya tentang musik, tanya sama Genta. Kalau Riani ditanya paling enak nonton sama siapa? Pasti jawabannya sama Genta. Kalau Arial ditanya, siapa yang paling enak diajak lari pagi dan main basket di Senayan? Pasti sama genta, jawabnya. Kalau Zafran ditanya siapa yang paling enak diajak bikin puisi atau bikin lagu bareng? Pasti dibilang paling enak sama Genta. Kalau Ian ditanya siapa paling enak diajak ke Glodok bareng atau main bola di PS2? Sama saja, jawabannya pasti sama Genta. Kalau mau curhat? Keempatnya setuju, paling enak curhat sama Genta. (Dhirgantoro, 2013: 14).

Berdasar kutipan di atas, dapat dilihat bahwa Genta sangat dominan dalam setiap hubungannya dengan teman-temannya. Dia dianggap pemimpin dan orang yang sangat diandalkan oleh teman-temannya. Dari segi fisik, Genta memiliki badan agak besar, rambut agak lurus berjambul dan berkacamata, seperti dalam kutipan di atas. Dapat dilihat pula Genta adalah sosok yang tidak macam-macam namun memiliki pemikiran brilian sehingga ia menjadi asisten dosen favorit di kampusnya.

Menjadi seorang pemimpin sebuah Event Organizer membuat Genta memiliki sifat yang perfeksionis. Dia selalu ingin semuanya sempurna, dari awal acara yang ia laksanakan hingga akhir dan membuat kliennya puas. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut.

“Di antara kelima “Power Rangers” ini emang Genta yang sudah sedikit-sedikit masuk dunia formal dan semi profesional. Genta dan teman-teman kampusnya mempunyai Event Organizer (EO) yang namanya udah mulai dikenal dan mulai sering dipakai oleh perusahaan-perusahaan bonafide.

Sejenak Genta membayangkan hari seninnya yang pasti akan crowded lagi karena bakal ada pameran yang gede-gedean yang menurut Genta persiapannya baru 50%, sementara teman-temannya merasa sudah siap 120%. Genta emang orang yang sangat

(32)

perfeksionis kalo udah nyebur-nyebur ke wilayah customer intimacy dan service excellent. Genta adalah orang yang selalu ingin puas sepuas-puasnya, bukan Cuma untuk rekan-rekan bisnisnya, tapi juga dalam hidupnya sehari-hari, apalagi sama teman-temannya (Dhirgantoro, 2013: 29).

Berdasar kutipan di atas, dapat dilihat juga bahwa Genta sangat mementingkan orang lain. Genta lebih mementingkan kepuasan atau kebutuhan teman-temanya daripada kebutuhan pribadinya. Hal inilah yaang membuat temanteman Genta menjadikan Genta sebagai pimpinan atau orang yang dipanut dalam persahabatannya. Genta juga memiliki sifat yang sangat bertanggung jawab, oleh karena jabatannya yang memimpin teman-temannya, dia memiliki tanggung jawab besar kepada acara yang dia dan teman-temannya jalani. Walaupun Genta memiliki acara penting yang mesti dia lakukan, Genta masih mengerjakan tanggung jawabnya untuk membantu acara yang dia dan teman-temannya kerjakan. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut.

“Yang penting kita jangan pernah ngomongin kejelekan orang kalo orangnya nggak ada. Kita nggak akan bantu dia, soalnya dia nggak ada disitu, dan emang kalo ada kejelekan orang, langsung aja bilang ke orangnya. Dengan begitu kita bantu dia mengerti akan dirinya...” Genta ikutan ngomong (Dhirgantoro, 2013: 51).

“Jadi lo nyamain cewek sama bokep? Enak aja lo,” Riani kesel sendiri.

“nggak lah, ini nggak segampang itu,” Genta mencoba menengahi dan memberi tatapan yang udah biasa buat Ian yang berjudul ‘makanya jangan debat Riani’ kalo soal gender superiority. Dia suka sensitif sendiri. Tapi nggak biasanya Riani jadi super sensitif kayak gini, suaranya agak keras dan suaranya agak tinggi, genta menggumam dalam hati.

Genta pun memberi tatapan kepada ketiga teman cowoknya yang berjudul ‘tanggal berapa sekarang’. Makanya, semuanya langsung ngeliat ke HP masing-masing dan sadar kalau sudah pertengahan bulan, tanggalnya Riani mendapat nikmat dari Tuhan sebagai

(33)

wanita normal. Keempat cowok itu ketawa sendiri dan geleng-geleng (Dhirgantoro, 2013: 59).

“Genta yang mendengar penjelasan Deniek jadi terdiam, menatap matahari sore yang menghangat. Perlahan dia melirik wajah temannya satu persatu yang sepertinya masih menatap kosong ke jurang dalam di samping mereka. Batin Genta pun berdo’a, “Ya Allah... selamatkanlah mereka sahabat-sahabatku. Semua yang terjadi adalah kehendak-Mu, semua yang hidup akan kembali kepada-Mu, kuserahkan semua ke keagungan-Mu.”

Ada sedikit rasa menyesal Genta akibat terlalu bersemangat, dia lupa memperhitungkan resiko dari semua ini. Sekali lagi Genta mentap temannya satu persatu. Kepala genta mendongak ke atas, menatap langit, meminta yang di atas sana mendengar do’anya (Dhirgantoro, 2013: 212).

“Oke mulai bagi tugas. Gue sama Arial bikin tenda. Ian sama Juple coba cari sesuatu yang bisa dibakar, ranting-ranting kecil atau sampah kering. Riani sama Dinda masak air panas, bikin kopi sama teh, setuju?” Genta menatap ke teman-temannya.

“Oke Boss!” (Dhirgantoro, 2013: 223).

“Gue ada urusan penting. Gantian dong, gue pengen refreshing bentar. Kewajiban gue bikin what to do sama check list tetep gue selesain. Tapi selanjutnya lo gantin gue bentar ya, please.” (Dhirgantoro, 2013: 140).

Genta memiliki sifat-sifat kepemimpinan yang patut dipanut oleh teman-temannya. Akan tetapi, Genta juga memiliki kelemahan, yaitu dia tidak mudah mengungkapkan perasaan. Seperti perasaan cintanya pada Riani yang selalu dia pendam. Genta beranggapan bahwa jika memang jodoh, tidak akan kemana, sehingga Genta tenang-tenang saja, walaupun pertemuan dengan Riani sangat sering dan membuat Genta tersiksa. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut.

“Riani dan Genta bertatapan, entah sudah berapa kali mereka berdua mengalami deja vu seperti ini. Oh Riani... suara-suara

indah kembali mengisi hati Genta.

(34)

hampir usang tapi masih terlalu indah buat Genta. Batin Genta (Dhirgantoro, 2013: 28).

Selain itu Genta adalah sosok yang sangat suka dengan Frank Sinatra. Hal ini diketahui dari beberapa contoh penggambaran sosok Genta dalam beberapa cuplikan teks sebagai berikut:

However far away I will always love you However words I say I will always love you Whenever games I play I will always love you I will always love you

Fly me to the moon...

“Basi... itu kan Love Songs...” “kok ada Fly Me to the Moon?

“Fly Me to the Moon kan lagunya Sinatra,” Genta ikutan nimbrung. “Apaan sih Genta? Garing... Tau deh yang ngefans sama Frank Sinatra.” (Dhirgantoro, 2013: 16)

Genta juga suka mencoba berfilosofi sendiri dan suka ngutip kata-kata indah yang. Hal ini bisa dilihat sebagai berikut.

“Terus Nicholas Cage nanya sama Meg Ryan...,” Arial nyambung.

“Enggak! Meg Ryan nya yang nanya....,” sanggah Ian.

“Enggak ada yang nanya. Meg Ryan yang ngomong...quotation-nya gini kalo nggak salah....,” Genta ikutan ngomong, “If someone asked me what was the greatest moment of my life... I’m gonna said this is the greatest moment of my life....” Riani dan Genta hampir bebarengan ngucapin (Dhirgantoro, 2013: 28).

“Rombongan itu memasuki hutan yang mulai menggelap, sinar matahari selepas siang seperti enggan menembus dedaunan lebat. Genta terus berjalan di depan, terus mencoba fokus ke jalan setapak dan kompas yang dipegangnya. Sesekali ia menengok ke belakang, melihat apakah teman-temannya masih lengkap. Riani, Dinda, Ian, Zafran, Arial. Dicermatinya mereka berulang-ulang (Dhirgantoro, 2013: 293).

Beracuan pada analisis dan kutipan-kutipan di atas, dapat dilihat bahwa Genta adalah tokoh utama yang berperan sebagai pemimpin

(35)

teman-temannya dalam kehidupan persabahatannya, sekaligus sebagai pimpinan dalam sebuah Event Organizer. Genta adalah tokoh protagonis yang dominan dalam cerita. Genta digambarkan memiliki sifat perfeksionis, bertanggung jawab, apa adanya, tetapi memiliki sifat yang tidak mudah untuk mengungkapkan perasaan kepada orang lain, khususnya Riani. c. Riani

Riani merupakan satu-satunya wanita dalam anggota persahabatan di novel ini. Riani adalah tokoh protagonis yang cukup dominan dalam cerita. Secara fisik, Riani dideskripsikan berparas cantik, berkacamata dan memiliki kecerdasan yang di atas rata-rata. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut.

“Riani pakai kacamata, cantik, cerdas, dan seorang N-ACH sejati. Mukanya gabungan antara Lisa Loeb sama Kate Winslet (nah lho?) Bodinya? Persis Kate Winslet. Riani punya inner beauty, kalo dia ngomong pasti orang pada dengerin. Dia punya semacam kharisma yang bisa bikin orang menengok. Selalu dominan dimana-mana, cerewet dan nggak mau kalah sama siapa pun juga. Apa aja dia ikutin. Riani seorang aktivis kampus. Siapa aja dan apa aja bisa didebatnya, soalnya dia banyak baca dan banyak belajar. (Dhirgantoro, 2013: 8).

“Tanpa sadar, tolehan dan gerak tubuh Riani tadi terekam kuat dalam otak Genta, Riani, Riani. Entah untuk yang keberapa kalinya, Genta yang kebetulan duduk diagonal di belakang Riani kembali mengagumi rambut Riani yang digulung membentuk konde cemplon, dipadu tusuk konde warna kuning gading. Beberapa helai rambutnya dibiarkan jatuh tergerai di dekat telinganya, membuat lehernya tampak jenjang. Beberapa anak rambutnya terlihat liar disekitar konde kecilnya, pas banget baut leher putih Riani. Riani memakai ham putih dengan garis-garis kecil hitam putus-putus dan jins warna gelap, pas banget deh! (Dhirgantoro, 2013: 16).

(36)

Riani memiliki kharisma yang menarik orang lain yang ada di dekatnya untuk sekedar menengok dan memperhatikannya, hal ini tidak dimiliki semua orang. Riani juga merupakan seorang N-ACH sejati, yang dalam teori motivasi milik McClelland berarti Riani sangat mengutamakan achievement (prestasi) dalam memenuhi kebutuhannya. Penjelasan ini terdapat dalam kutipan novel sebagai berikut.

“.... kalau ada yang pernah baca teori motivasinya McClelland pasti tahu bahwa sesungguhnya manusia memiliki tiga kebutuhan yang akan memotivasinya dalam melakukan sesuatu. Ketiga kebutuhan (Needs) itu adalah Needs of Achievement (N-ACH), Needs of Affiliation (N-AFF), dan Needs of Power (N-POW). Penjelasannya begini, orang-orang N-ACH adalah mereka yang mengutamakan Achievement (prestasi) untuk memenuhi kebutuhannya. Mereka adalah pengejar prestasi yang akhirnya bermuara ke pengakuan dari orang di sekitarnya. Orang-orang N-POW adalah mereka yang senang jika mempunyai kekuasaan atas segala sesuatu, yang dikejar adalah kuasa atas segala sesuatu. Sedangkan, orang-orang N-AFF adalah mereka yang merasa cukup bila sudah punya banyak hubungan dengan orang lain (senengnya temenan) (Dhirgantoro, 2013: 7-8).

Riani mengejar prestasi dalam hubungannya sehari dengan sahabat-sahabatnya, dikarenakan dia adalah satu-satunya wanita dalam anggota kelima sahabat itu. Riani dianggap paling lemah dan harus dijaga anggota yang lain, oleh sebab itu Riani mengambil perhatian dalam bidang prestasi selain memang harus diakui bahwa Riani adalah wanita yang cerdas. Kecerdasan Riani ini terdapat dalam kutipan berikut.

“Ke mana-mana Riani paling seneng pakai jins, ham, dan sepatu kets yang kinclong. Kalau lagi nggak pakai sepatu, dia penggemar berat sandal jepit nomor satu. Ngobrol sama Riani nggak boleh sok tahu karena dia kayaknya hampir tahu segalanya, tapi kalo ada yang salah suka ngambek sendirian (Dhirgantoro, 2013: 8-9).

(37)

Dari kutipan di atas, Riani memiliki kegemaran pada sandal jepit. Begitu pula pada pakaiannya sehari-hari, yaitu jins, ham dan sepatu kets yang kinclong. Riani adalah orang yang sangat menekuni cita-citanya, hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut.

“Cita-citanya adalah bekerja di TV. Itu sebabnya, dia kuliah Broadcasting. Buku favorit Riani adalah Rich Dad Poor Dad-nya Robert T Kiyosaki sama Seven Habbit-nya Stephen Coffey. Ia suka banget sama Alanis Morisette dan Norah Jones; Mocca, sama Padi dia juga suka. Film? Dia paling suka With Honors sama Children of the Lesser Gods. Pacar? Pacarnya adalah organizernya yang isinya janji-janji yang harus ditepatinya. Begitu banyak janji yang dibuatnya sehingga cakep-cakep tapi masih jomblo. Susah deh cewek pinter dapet cowok. Dia maunya yang lebih pinter dari dia, “kalo bisa kayak Matt Damon di Goodwill Hunting,” katanya. Dia suka banget sama lagunya The Brand New Heavies yang judulnya You Are the Universe danmlagu itulah yang sering dia nyanyikan sendiri (Dhirgantoro, 2013: 9).

Riani memiliki berbagai macam kegemaran, dari segi musik, film, maupun bacaan. Kedisiplinan yang dimiliki Riani membuat organizernya penuh oleh janjijanji yang harus ditepati. Hal itu pula yang membuat Riani masih belum memiliki kekasih, Riani yang sibuk dan sangat cerdas, akan tetapi hatinya telah dia serahkan pada seseorang yang ia sayangi, Zafran. Terjadi rahasia percintaan antara tiga orang sahabat. Riani, Genta dan Zafran. Riani yang memendam perasaannya kepada Zafran, dengan kenyataan bahwa dia wanita dan tidak seharusnya mengungkapkan perasaannya terlebih dahulu. Genta yang memendam perasaan kepada Riani dan tidak berani mengungkapkannya. Zafran yang tidak menyadari perhatian-perhatian yang diberikan oleh Riani dan lebih memikirkan sosok

(38)

Arinda untuk dijadikan kekasihnya. Rahasia percintaan antara ketiga sahabat ini dapat dilihat dalam kutipan sebagai berikut.

Tiba-tiba Zafran menjadi orang yang paling tau soal lagu. “Robert Smith nggak ada matinya deh kalo bikin lagu...”

“Mulai deh...” ujar Riani yang tetap serius ber SMS. “Kenapa sih lo, Ni? Cuma bilang gitu doang.”

“Elo ngomong gitu kayak yang paling tau The Crue. Emang lo doang yang tau? Gue juga tau...”

“Wajar dong, kan anak ben...” jawab Zafran sambil ngambil remote dan terus gedein volumenya.

“Kalo emang lo tau, ini lirik lagu The Crue yang mana?” Riani nimpalin (Dhirgantoro, 2013: 16).

Mata Genta membesar tak percaya, Genta tersenyum lembut, kekecewaannya luluh melihat kekuatan Riani selama ini melawan semua rasanya ke Zafran. Mata Riani sudah berkaca-kaca, tetapi tak sedikit pun air mata menetes. Entah kenapa kekecewaan Genta malam ini seperti hilang begitu saja.melihat kekuatan di mata Riani berbinar-binar bercerita tentang segala rasanya untuk Zafran, segala impiannya, segala tingkah laku Zafran yang selalu bisa membuat Riani tersenyum... Genta belum pernah melihat Riani sebahagia itu. Keduanya melewati malam yang indah bertaburan bintang di Ranu Kumbolo (Dhirgantoro, 2013: 367).

Dalam kutipan di atas, Riani sangat tegar dalam mengatakan perasaannya yang sebenarnya tentang Zafran kepada Genta. Akan tetapi, Riani juga seorang wanita yang perasaanya kadang tersentuh lebih dalam. Riani merupakan contoh wanita yang tegar, contoh lain ketegaran Riani adalah saat mereka akan berpisah, keluar dari kenyamanan mereka masing-masing untuk menjadi orang yang baru dan orang yang lebih baik. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut.

“14 Agustus... baru kita berlima ketemuan lagi,” dada Riani agak sesak, gejala yang akan membawa sinyal-sinyal maha sempurna ke pupil dan konjungtivanya untuk meneteskan sedikit cairan (Dhirgantoro, 2013: 66).

(39)

Walaupun Riani menangis, tapi hatinya bisa tegar untuk berpisah selama tiga bulan dengan teman-temannya, untuk kebaikan mereka dan untuk meraih mimpi-mimpi mereka masing-masing.

Ketegaran yang dimiliki oleh seorang Riani ternyata dilengkapi dengan sifat sensitif yang kadang terjadi tiap bulan. Sifat sensitif ini sudah cukup diingat oleh sahabat-sahabatnya setiap membicarakan gender karena memang Riani adalah satu-satunya wanita dalam kelompok persahabatan tersebut, maupun saat pertengahan bulan, saat spesial bagi Riani. Hal ini terlihat dari kutipan sebagai berikut.

“Jadi lo nyamain cewek sama bokep? Enak aja lo,” Riani kesel sendiri.

“nggak lah, ini nggak segampang itu,” Genta mencoba menengahi dan memberi tatapan yang udah biasa buat Ian yang berjudul ‘makanya jangan debat Riani’ kalo soal gender superiority. Dia suka sensitif sendiri. Tapi nggak biasanya Riani jadi super sensitif kayak gini, suaranya agak keras dan suaranya agak tinggi, genta menggumam dalam hati.

Genta pun memberi tatapan kepada ketiga teman cowoknya yang berjudul ‘tanggal berapa sekarang’. Makanya, semuanya langsung ngeliat ke HP masing-masing dan sadar kalau sudah pertengahan bulan, tanggalnya Riani mendapat nikmat dari Tuhan sebagai wanita normal. Keempat cowok itu ketawa sendiri dan geleng-geleng (Dhirgantoro, 2013: 59).

Deskripsi kutipan di atas menerangkan bahwa sisi sensitif wanita yang normal pada tokoh Riani pada saat kaumnya terasa terlecehkan maupun ketika mendapatkan kenikmatan pada pertengahan bulan. Sisi wanita lain yang tampak pada diri Riani adalah keramahan dan kelembutannya. Riani tidak memandang seseorang dari kedudukan dan derajatnya. Riani ramah dan lembut pada semua orang, termasuk pada

(40)

Mbak Jumi, sorang petugas pantry. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut.

“Ian nggak salah juga lagi. Ian cuma belum ngerti,” Riani berkata pelan dan lembut... semuanya menatap kelembutan Riani (Dhirgantoro, 2013: 50).

“Oh iya... Mbak Jumi, tadi aku ada roti dari rapat nggak aku makan. Ini buat Mbak aja. Belum dibuka kok... nih ambil aja. Belum aku buka, bener...!”

“Nggak ah mbak... itu kan roti mahal.” “Ámbil aja...”

“Aku udah kenyang Mbak Riani.”

“Buat si kecil di rumah.” Mbak Jumi takluk dengan kelembutan Riani.(Dhirgantoro, 2013: 82).

Sambil melihat Riani berjalan dari belakang, diterangi remang lampu mewah dan marmer hitam lantai kantor, Mbak Jumi membatin, Saya sudah kerja di lantai ini selama tiga tahun dan belum ada orang sepenuh Mbak Riani perhatiannya. Bilang terima kasih karena sudah mencuci gelasnya setiap hari, baru hari ini ada yang bilang terima kasih ke saya. Apalagi memanggil sopan dengan sapaan ‘Mbak”, bukan dengan teriakan keras “Jumiii...” yang bikin kaget. Atau kayak beberapa orang yang di sini dipanggil ‘bos’ itu, yang sama sekali nggak pernah ngomong, meski udah tiga tahun gelasnya saya cuci setiap hari.... (Dhirgantoro, 2013: 82-83).

Kutipan di atas menunjukkan bahwa Riani termasuk tokoh protagonis yag cukup dominan. Walaupun Riani satu-satunya wanita dalam kelompok persahabat yang terdiri dari lima orang ini, Riani memiliki kecerdasan yang melebihi teman-temannya. Watak dan sifat Riani wajar seperti wanita normal yang sensitif namun ramah dan lembut. Terlibatnya Riani dalam kisah percintaan antara tiga orang sahabat dalam novel ini mewarnai kisah persahabatan yang menarik.

Referensi

Dokumen terkait