• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONFLIK DALAM NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO DAN KELAYAKANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR SASTRA INDONESIA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KONFLIK DALAM NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO DAN KELAYAKANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR SASTRA INDONESIA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)"

Copied!
151
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

KONFLIK DALAM NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO DAN KELAYAKANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR SASTRA INDONESIA

DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)

Oleh MITA SUCIATI

Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimanakah konflik dalam novel 5 cm karya Donny Dhirgantoro dan kelayakannya sebagai bahan ajar sastra Indonesia di Sekolah Menengah Atas (SMA). Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan konflik yang terdapat dalam novel 5 cm karya Donny Dhirgantoro dan menetapkan kelayakan novel 5 cm karya Donny Dhirgantoro sebagai bahan ajar sastra Indonesia di Sekolah Menengah Atas (SMA). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Sumber data penelitian ini adalah novel yang berjudul 5 cm karya Donny Dhirgantoro. Data berupa unit-unit teks pada novel 5 cm karya Donny Dhirgantoro. Teks tersebut berupa paparan bahasa yang menggambarkan konflik yang terkandung di dalam novel 5 cm karya Donny Dhirgantoro.

(2)

manusia dengan alam. Pada novel 5 cm tidak ditemukan adanya konflik manusia dengan masyarakat. Konflik utama dalam novel 5 cm karya Donny Dhirgantoro yaitu konflik manusia dengan dirinya sendiri. Konflik utama berupa pertentangan dalam diri lima tokoh (Arial, Genta, Ian, Riani, dan Zafran) untuk tetap berada dalam dunia mereka (komunitas lima sahabat) atau memilih keluar, melihat dunia luar, keluar dari zona nyaman. Konflik utama tersebut memicu timbulnya konflik-konflik lain dalam alur novel 5 cm.

(3)

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS LAMPUNG

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Jl. Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No. 1 Gedungmeneng Bandarlampung Telp. (0721) 704624 Fax. (0721) 704024

KONFLIK DALAM NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO DAN KELAYAKANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR SASTRA INDONESIA

DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) (Skripsi)

Nama : Mita Suciati

NPM : 0513041035

Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Jurusan : Bahasa dan Seni

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

No. Nama Dosen/

1.Periksa kembali ejaan dan tanda baca 5.Ada 2 pendekatan yang

(4)

3. Drs. Kahfie Nazaruddin, M,Hum. (Dosen

Pembimbing 2)

8.Bab IV: perjelas apakah dalam novel 5 cm benar-benar tidak terdapat konflik manusia dengan masyarakat 1.Perbaiki cara menuliskan

rujukan web page

2.Latar belakang bisa disusun lebih baik

3.Ruang lingkup penelitian (cukup objek penelitian) 4.Perbaiki teori konflik dalam

alur

5.Ada 2 pendekatan dalam penelitian sebab ada 2 tujuan penelitian 8.Perbaikan teori konflik

dalam Alur pada Bab II 9.Acc mengerjakan Bab IV 10. Perubahan teori konflik

yang dipakai (menjadi Gorys Keraf).

(5)

4. Dra. Warnidah 20.Acc Seminar II (Hasil) 21.Ubah implikasi menjadi

2.Pengertian karya sastra tidak perlu dipaparkan dalam Alur pada Bab II 7.Acc mengerjakan Bab IV 8.Perbaikan teori mengenai

tahapan-tahapan alur 9.Perbaikan prosedur

penelitian dan teknik analisis data

10. Perjelas contoh kutipan novel mengenai konflik manusia dengan dirinya sendiri

11. Perubahan cara mendeskripsikan konflik 12. Pemeriksaan perbaikan dari

(6)

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS LAMPUNG

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Jl. Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No. 1 Gedungmeneng Bandarlampung Telp. (0721) 704624 Fax. (0721) 704024

KARTU KENDALI BIMBINGAN SKRIPSI

Nama : Mita Suciati

NPM : 0513041035

Jurusan : Bahasa dan Seni

Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Pembimbing II : Drs. Kahfie Nazaruddin, M.Hum.

Judul : Konflik dalam Novel 5 cm Karya Donny Dhirgantoro dan Kelayakannya Sebagai Bahan Ajar Sastra Indonesia di Sekolah Menengah Atas (SMA) judul: Konflik dalam Novel 5 cm Karya Donny

2. Perbaikan teori konflik dalam Alur pada Bab II

Acc mengerjakan Bab IV

1. Perubahan teori konflik yang dipakai (menjadi Gorys Keraf) 2. Bab III: Perbaiki uraian

(7)

6.

7

8.

9.

Jumat, 5 Maret 2010

Selasa, 9 Maret 2010

Senin,

22 Maret 2010

Senin, 5 April 2010

1. Perubahan cara

mendeskripsikan konflik 2. Perbaikan pengelompokan

kutipan data

3. Perbaikan penulisan kutipan (berikan kode data)

1. Pemeriksaan perbaikan dari bimbingan sebelumnya 2. Penambahan uraian data pada

implikasi (bahasa, psikologi, dan latar belakang budaya) Perbaikan cara

mendeskripsikan kutipan data pada implikasi

(8)

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS LAMPUNG

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Jl. Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No. 1 Gedungmeneng Bandarlampung Telp. (0721) 704624 Fax. (0721) 704024

KARTU KENDALI BIMBINGAN SKRIPSI

Nama : Mita Suciati

NPM : 0513041035

Jurusan : Bahasa dan Seni

Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Pembimbing I : Dra. Warnidah Akhyar

Judul : Konflik dalam Novel 5 cm Karya Donny Dhirgantoro dan Kelayakannya Sebagai Bahan Ajar Sastra Indonesia di Sekolah Menengah Atas (SMA) judul: Konflik dalam Novel 5 cm Karya Donny dalam Alur pada Bab II Acc mengerjakan Bab IV

1. Perbaikan teori mengenai tahapan-tahapan alur

(9)

5.

6.

Selasa, 9 Maret 2010

Selasa, 6 April 2010

1. Perjelas contoh kutipan novel mengenai konflik manusia dengan dirinya sendiri 2. Perubahan cara

mendeskripsikan konflik 1. Pemeriksaan perbaikan dari

(10)

Sinopsis Novel

Karya Donny Dhirgantoro

impian. harapan. cita-

cita. penciptaan. alamNya. tanahNya.

udaraku. udaraNya. cinta. harapan.

ilmu. sahabatku. negeriku. langit-langit

kamarku. syairku. ke-aku-anku.

berpijakku. benderaku. aku. dia. mereka.

kamu. tanah merahku. hati. semangat. doa.

napas. irama.

dharmaku. tempatku.demi-ku.

langkahku. manusia. jalanku. tempatku

berteduh. konjungtiva. niat. hati. rasa.

perjuangan. manusia sebenar-benarnya.

suciku. putihku-hitamku. tangisku.

tumpuanku.

ada-ku. genggamanku. erat-ku. garbaku.

jelangku.

bagindaku. bahagiaku. peluhku.

penciumanku. perjuangan. harapan. cinta.

telapak kaki surgaku.

(11)

5 cm adalah sebuah novel yang berangkat dari hal sederhana, betapa banyak sisi persahabatan dan hidup yang dapat dipetik. Bahwa anda harus meyakini diri sendiri, tidak takut memunculkan identitas yang sejati. Sebagaimana karakter beragam yang ditawarkan dalam novel ini, namun tetap menyodorkan teladan untuk direnungkan lebih dalam lagi. 5 cm mengajak untuk bermimpi. Mengajarkan bahwa memiliki mimpi itu adalah sama pentingnya dengan memiliki kehidupan itu sendiri. Tanpa mimpi, hidup tidaklah memiliki tujuan. Dan ketika tidak ada tujuan, maka seseorang tidaklah memiliki semangat untuk maju.

Novel ini bukan sekadar buku hiburan, Donny Dhirgantoro menitipkan semangat mimpinya kepada lima tokoh yang memiliki jalinan persahabatan sejati. Lima sahabat yang memiliki keunikan, kecerdasan IQ dan EQ serta jiwa patriotisme. Dengan penuh perjuangan, kelima tokoh dalam novel 5 cm ini, diantarkan oleh Donny mencapai puncak tertinggi pulau Jawa yakni Mahameru.

(12)

Judul Novel : 5 cm

Pengarang : Donny Dhirgantoro

Tahun Terbit : 2008

Cetakan : Keduabelas

Jumlah Halaman : x + 381 halaman

Penerbit : PT Gramedia Widiasarana Indonesia

Tempat Terbit : Jakarta

Lima sahabat menjalin persahabatan sejak SMA. Persahabatan mereka telah berjalan selama tujuh tahun. Mereka sering menghabiskan waktu bersama. Ada Arial yang diakui paling tampan secara fisik. Genta sang pemimpin yang selalu melontarkan pendapat brilian, meski memendam cinta namun masih berpikir panjang untuk mengutarakan isi hatinya. Ada Riani, kembang satu-satunya. Zafran, si penyair yang kurus. Ian yang kerap diledek sebagai banana boat oleh keempat sahabatnya karena memiliki ukuran badan yang besar.

(13)
(14)

pendakian ke gunung Mahameru. Mereka sepakat bertemu di stasiun kereta api pada tanggal 14 Agustus kemudian melakukan pendakian dan mengikuti upacara memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia tepat di dataran tertinggi pulau Jawa itu. Perjalanan dimulai dengan naik kereta ekonomi dari Jakarta menuju Malang. Selama perjalanan, mereka bertemu banyak orang dengan kisahnya masing-masing, membuat mereka mengambil pelajaran dari setiap kisah tersebut, banyak hal yang membuat mereka makin dewasa dan cerdas. Banyak persoalan terutama persoalan sosial yang mereka dapati selama perjalanan. Soal pungli kondektur kereta api, soal penumpang liar di kereta api, soal perang mulut antara supir angkot dengan penumpang hanya dikarenakan ongkos yang tak sesuai dengan tarif resmi. Semua pengalaman itu makin mendewasakan mereka.

Setibanya di kaki Mahameru, mereka berlima merasakan keindahan yang dianugerahkan Sang Pencipta. Pendakian dimulai dari Ranu Pane, Ranu kumbolo, padang ilalang, melewati padang edelweis, Kalimati, Arcopodo, mereka juga harus bertahan di antara hujan batu saat puncak Mahameru sudah semakin dekat. Dalam pendakian mereka mengalami banyak masalah, kekurangan air minum, kondisi cuaca yang panas, kondisi fisik yang mulai menurun, juga kecelakaan saat pendakian menyebabkan para tokoh terluka.

Keyakinan lima tokoh dan keinginan untuk terus berjuang dan tidak berputus asa akhirnya membawa mereka mencapai tanah tertinggi di pulau Jawa, Mahameru. Keyakinan dan tekad mereka telah mengalahkan segalanya. Mimpi mereka untuk menginjak tanah Mahameru telah menjadi kenyataan, semuanya berawal dari mimpi dan usaha yang tak kenal lelah. keajaiban tekad dan doa telah mengalahkan apapun hari itu.

(15)

hambatannya, katakan pada diri kita, kalau kita percaya dengan keinginan itu dan kita tidak bisa menyerah. Bahwa kita akan berdiri lagi setiap kita jatuh, bahwa kita akan mengejarnya sampai dapat, apa pun itu, segala keinginan, mimpi, cita-cita, keyakinan diri. Biarkan keyakinan itu 5 centimeter menggantung mengambang di depan kening kita. Dan sehabis itu yang pelu dilakukan hanya kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya, tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya, mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya, leher yang akan lebih sering melihat ke atas, lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja. Dan hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya. Serta mulut yang akan selalu berdoa. Pendakian menuju Mahameru merupakan sebuah perjalanan yang penuh dengan keyakinan, mimpi, cita-cita, dan cinta. Sebuah perjalanan yang telah mengubah para tokoh menjadi manusia sesungguhnya, bukan cuma seonggok daging yang bisa berbicara, berjalan, dan punya nama

Kisah perjuangan menuju puncak Mahameru juga dibumbui kisah cinta. Muncul konflik batin ketika masing-masing tokoh memendam perasaan cinta satu sama lain. Ketika lima tokoh bermalam di Ranu Kumbolo, Genta mengungkapkan rasa cintanya pada Riani salah satu sahabatnya. Namun Riani justru menyukai Zafran. Dan Zafran masih memendam perasaan pada Arinda, adik kembar Arial. Di sisi lain Arinda pun diam-diam memendam cinta untuk Genta. Mereka pun menyadari bahwa cinta ternyata bukan untuk Genta, bukan untuk Riani, bukan untuk Zafran. Cinta memang ada untuk diungkapkan sebagai sebuah jembatan baru ke pelajaran-pelajaran kehidupan manusia selanjutnya. Sebuah cinta memang harus diungkapkan karena tidak pernah ada cinta yang disembunyikan, kecuali oleh seseorang yang terlalu mencintai dirinya sendiri.

(16)
(17)
(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia sebagai makhluk individu sekaligus makhluk sosial memiliki konflik yang majemuk. Randall Collins (1975) dalam Ritzer (2005:162) mengemukakan bahwa konflik merupakan proses sentral dalam kehidupan sosial. Ia melihat bahwa orang memunyai kepentingan sendiri-sendiri, sehingga benturan-benturan mungkin terjadi karena kepentingan-kepentingan tersebut pada dasarnya saling bertentangan. Konflik merupakan unsur dasar kehidupan manusia dan tidak dapat dilenyapkan dari kehidupan budaya manusia. Manusia dapat mengubah sarana-sarana, asas-asas, atau pendukungnya, tetapi tidak dapat membuang konflik itu sendiri. Oleh karena itu, tidak dapat dipungkiri bahwa potensi konflik merupakan naluri kehidupan setiap manusia.

(19)

Prosa (Inggris: prose) sebagai salah satu genre di samping genre-genre lain yang terdapat dalam dunia kesastraan, menawarkan berbagai permasalahan dalam kehidupan manusia. Prosa dalam pengertian kesastraan juga disebut sebagai fiksi (fiction). Fiksi menurut Altenbernd dan Lewis (1966:14) dalam Nurgiyantoro (1994:2), dapat diartikan sebagai prosa naratif yang bersifat imajinatif, namun biasanya masuk akal dan mengandung kebenaran yang mendramatisasikan hubungan-hubungan antarmanusia. Fiksi menceritakan berbagai peristiwa kehidupan manusia dalam interaksinya dengan lingkungan, dengan diri sendiri, serta interaksinya dengan Tuhan. Peristiwa-peristiwa yang terdapat dalam sebuah karya fiksi dihubungkan berdasarkan pola kausalitas atau sebab akibat, sehingga membentuk suatu alur yang menarik.

(20)

Sebuah alur memiliki tiga unsur pembangun yaitu peristiwa, konflik, dan klimaks. Pengembangan alur sebuah karya fiksi akan dipengaruhi oleh bangunan konflik yang ditampilkan. Konflik merupakan inti dari sebuah alur, sumber adanya cerita. Ada cerita saja tanpa didasari konflik di dalamnya tidak mungkin ada cerita yang lengkap dan menarik. Sebuah rentetan cerita tanpa konflik di dalamnya tak akan ada alur. Kemampuan pengarang untuk memilih dan membangun konflik melalui berbagai peristiwa akan sangat menentukan kadar kemenarikan cerita yang dihasilkan.

Konflik adalah sesuatu yang “dramatik”, mengacu pada pertarungan antara dua kekuatan yang seimbang dan menyiratkan adanya aksi dan aksi balasan (Warren, 1989: 285). Novel sebagai salah satu bentuk karya sastra yang juga tergolong jenis fiksi, melibatkan permasalahan atau konflik yang kompleks, mengemukakan sesuatu secara bebas, menyajikan sesuatu secara lebih banyak.

(21)

menantang langit luas. Kecintaan kepada tanah air digambarkan dengan realis dan logis. Penulis mampu memainkan perasan pembaca melalui peran-peran tokoh dalam novel 5 cm. (http://isbedystiawanzs.blogspot.com/2008/12/5-cm-dan-fenomena-novel-popular.html)

Donny Dhirgantoro terbilang baru dalam pentas sastra di Indonesia, tetapi tidak membuat isi novel ini seperti buatan penulis baru. Dengan gaya penulisan yang mudah dipahami, membuat novel yang pertama kali terbit pada 21 Mei 2005 ini patut menjadi bacaan kawulamuda yang menginginkan gaya penulisan berbeda (http://jiwafreud.blogspot.com/2008/01/mimpi-dari-donny-dhirgantoro.html).

Novel 5 cm adalah sebuah kisah tentang lima anak muda (Arial, Genta, Ian, Riani dan Zafran) yang telah menjalin persahabatan selama tujuh tahun. Kebiasaan melakukan berbagai hal bersama membawa mereka pada satu titik yaitu rasa bosan pada keadaan yang menurut mereka standar-standar saja. Mereka memutuskan untuk tidak saling berkomunikasi dan bertemu satu sama lain selama tiga bulan. Selama tiga bulan berpisah itulah masing-masing kembali menjadi diri sendiri, berjuang sendiri mengejar mimpi dan cita-cita, masing-masing tokoh memiliki konflik yang harus diselesaikan. Selama tiga bulan berpisah itulah telah terjadi banyak hal yang membuat hati mereka lebih kaya dari sebelumnya.

(22)

cita-cita, dan cinta, bukan cuma seonggok daging yang bisa berbicara, berjalan, dan punya nama. 5 cm adalah novel yang membangun, ada banyak pelajaran yang bisa didapat ketika membacanya. Banyak kata-kata yang mampu membakar semangat dan perjuangan pembaca. Seperti dalam kutipan berikut.

“...begitu juga dengan mimpi-mimpi kamu, cita-cita kamu, keyakinan

kamu, apa yang kamu mau kejar taruh disini.” Ian membawa jari

telunjuknya menggantung mengambang di depan keningnya.

“Biarkan dia menggantung mengambang 5 centimeter di depan kening kamu. Jadi dia nggak akan pernah lepas dari mata kamu. Dan bawa mimpi dan keyakinan kamu itu setiap hari, kamu lihat setiap hari, dan percaya bahwa kamu bisa. Bahwa kamu akan berdiri lagi setiap kamu jatuh, bahwa kamu akan mengejarnya sampai dapat, apa pun itu, segala keinginan, mimpi, dan cita-cita, keyakinan diri...”

“..dan sehabis itu yang kamu perlu cuma kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya, tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya, mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya, leher yang akan lebih sering melihat ke atas. Lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja. Dan hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya. Serta mulut yang

akan selalu berdoa.”

“…kamu akan dikenang sebagai seorang yang percaya pada kekuatan

mimpi dan mengejarnya, bukan seorang pemimpi saja., bukan orang biasa-biasa saja tanpa tujuan, mengikuti arus dan kalah oleh keadaan. Percaya pada 5 centimeter di depan kening kamu.” (5 cm, 362-363)

Betapa pun saratnya pengalaman dan permasalahan kehidupan yang ditawarkan sebuah karya fiksi (dalam hal ini: novel), ia haruslah tetap merupakan cerita yang menarik, tetap merupakan bangunan struktur yang koheren, dan tetap memunyai tujuan estetik dan mendidik. Melalui sarana cerita tersebut pembaca secara tak langsung dapat belajar, merasakan, dan menghayati berbagai permasalahan kehidupan yang secara sengaja ditawarkan pengarang. Hal itu akan mendorong pembaca untuk ikut merenungkan berbagai masalah dalam kehidupan. Oleh karena itu cerita atau fiksi atau karya sastra pada umumnya, sering dianggap dapat

membuat manusia menjadi lebih arif, atau dapat dikatakan “memanusiakan

(23)

Sebuah karya sastra yang baik, mengajak orang untuk merenungkan masalah-masalah hidup yang musykil. Sebuah karya sastra mengajak orang untuk saling mengasihi manusia lain (Mursal Esten, 1987:9). Jakob Sumardjo (1984: 14), karya sastra berguna untuk mengenal manusia, kebudayan, serta zamannya.

Sudarni dalam Konferensi Internasional Kesusastraan XIX mengemukakan bahwa dengan sastra orang akan berbudaya, dengan budaya orang akan bermartabat, dan akhirnya dengan bermartabat orang akan bermanfaat. Pengajaran sastra akan membantu siswa dalam mengembangkan wawasan terhadap tradisi dalam kehidupan manusia, menambah kepekaan terhadap berbagai problema personal

dan masyarakat, dan bahkan sastra pun akan menambah pengetahuan siswa terhadap berbagai konsep teknologi dan sains. (http://www.pusatbahasa.diknas.

go.id/laman/artikel/Sudarni-Bangka_Barat.pdf)

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, tersirat betapa pentingnya pengajaran sastra di sekolah. Hal tersebut sejalan pula dengan tujuan umum pengajaran sastra di sekolah yaitu, siswa mampu menikmati, menghayati, memahami, dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, meningkatkan pengetahuan, dan kemampuan berbahasa. Hal ini juga dipertegas dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SMA tahun 2007, mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia kelas XI semester 1.

Standar kompetensi : (membaca) memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/ terjemahan.

(24)

Melalui kegiatan mengapresiasi karya sastra, dalam hal ini mengenai konflik yang terdapat dalam novel 5 cm karya Donny Dhirgantoro, diharapkan siswa dapat menikmati dan mengambil hikmah dari novel tersebut, serta dapat mengenal dan mengamalkan nilai-nilai moral yang dianggap baik dan luhur.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

“Bagaimanakah konflik dalam novel 5 cm karya Donny Dhirgantoro dan kelayakannya sebagai bahan ajar sastra Indonesia di Sekolah Menengah Atas

(SMA)?”.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Mendeskripsikan konflik dalam novel 5 cm karya Donny Dhirgantoro.

b. Menetapkan kelayakan konflik dalam novel 5 cm karya Donny Dhirgantoro sebagai bahan ajar sastra Indonesia di Sekolah Menengah Atas (SMA).

1.4 Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoretis

(25)

b. Manfaat Praktis

1) Memberikan pengetahuan kepada pembaca, siswa, dan khususnya guru di SMP maupun SMA mengenai materi konflik dalam novel, khususnya yang terdapat dalam novel 5 cm karya Donny Dhirgantoro.

2) Membantu guru Bahasa dan Sastra Indonesia, khususnya guru Sekolah Menengah Atas (SMA), untuk mendapatkan alternatif bahan ajar sastra Indonesia di sekolah.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Konflik dalam novel yang berjudul 5 cm karya Donny Dhirgantoro. Untuk menganalisis konflik dalam novel ini, penulis mengacu kepada pendapat Gorys Keraf (1981:168) yang membagi konflik yaitu, konflik manusia dengan dirinya sendiri (konflik batin), konflik manusia dengan manusia, konflik manusia dengan masyarakat, konflik manusia dengan alam.

b. Kelayakan konflik dalam novel 5 cm karya Donny Dhirgantoro sebagai bahan ajar sastra Indonesia di Sekolah Menengah Atas (SMA) dilihat berdasarkan tiga aspek berikut.

1) Bahasa 2) Psikologis

(26)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Terhadap Novel

Istilah novel berasal dari kata Latin novellus yang diturunkan pula dari kata novies

yang berarti “baru”. Dikatakan baru karena jika dibandingkan dengan jenis-jenis sastra lainnya seperti puisi atau drama, maka jenis novel ini muncul kemudian. Novel merupakan salah satu jenis prosa yang paling banyak dibaca oleh masyarakat dunia (Tarigan,1984:164).

Novel adalah karangan prosa yang panjang yang mengandung rangkaian cerita dalam kehidupan seseorang dengan orang-orang sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku (Depdiknas, 1995: 694).

Novel merupakan ragam tulisan yang merupakan bagian dari prosa fiksi. Novel memberi peluang untuk hadirnya banyak tokoh, pertikaian dan alur yang kompleks, pengembangan lingkungan secara lebih luas, eksplorasi terhadap tokoh secara mendalam (Abrams, 1981:119).

(27)

Pendapat serupa dikemukakan Cecep Syamsul Hari (http://cecepsyamsulhari. webs.com/mencaridanmenemukan.htm), novel adalah sebuah prosa naratif yang panjang dan kompleks, yang secara imajinatif berjalin dengan pengalaman manusia melalui suatu rangkaian peristiwa yang saling berhubungan satu sama lain dengan melibatkan sekelompok atau sejumlah orang (tokoh, karakter) di dalam latar yang spesifik.

Novel adalah sebuah kisahan atau cerita yang diemban oleh pelaku-pelaku tertentu dengan pemeranan dari latar, serta tahapan dan rangkaian cerita tertentu yang bertolak dari hasil imajinasi pengarangnya sehingga menjalin sebuah cerita (Aminuddin, 2004:6)

Sejalan dengan Aminuddin, Tarigan (1991:164) mengemukakan bahwa novel dibangun oleh jalannya suatu cerita atau alur. Novel adalah suatu cerita yang panjang yang menceritakan kehidupan pria/ wanita. Karena bentuk novel yang panjang, cerita tersebut ditulis dalam satu buku/ lebih. Hal ini sesuai dengan pendapat yang mengatakan bahwa novel adalah sebuah cerita dengan suatu alur yang cukup panjang mengisi satu buku/ lebih yang menggarap kehidupan pria/ wanita yang bersifat imajinatif. Novel terdiri dari pelaku-pelaku, mulai dari waktu muda, mereka menjadi tua, mereka bergerak dari satu adegan ke adegan yang lain, dari suatu tempat ke tempat yang lain (H.E Batus dalam Tarigan, 1991:164).

(28)

a. Memiliki alur (plot). Sebuah novel biasanya memunyai plot pokok, yakni batang tubuh cerita, ditambah/ dirangkai dengan plot-plot kecil. Plot-plot kecil tadi hanyalah tambahan saja/ anak plot yang harus masih merupakan kesatuan/ bersifat menjelaskan plot utamanya. Karena struktur bentuknya yang luas ini, maka sebuah novel dapat bercerita panjang lebar dan membahas secara luas pula.

b. Memiliki tema. Di dalam tema juga terdapat tema utama dan tema-tema sampingan yang fungsinya sama dengan plot. Inilah sebabnya dalam roman/ novel pengarang dapat membahas hampir semua segi persoalan dari tema pokok.

c. Karakter. Tokoh-tokoh dalam novel/ roman juga banyak. Ada kalanya memang hanya melukiskan beberapa tokoh utama saja, sedangkan tokoh lain hanya digambarkan sekilas, hanya untuk melengkapi penggambaran tokoh-tokoh utama. Tetapi dalam novel/ roman, pengarang sering menghadirkan banyak tokoh cerita yang masing-masing digambarkan secara secara lengkap dan utuh, sehingga roman semacam itu seolah-olah merupakan konsentrasi kisah beberapa tokoh besar.

(29)

2.2 Tinjauan Terhadap Alur

Stanton dalam Nurgiyantoro (1994:113) mengemukakan bahwa alur adalah cerita yang berisi urutan kejadian, tiap kejadian itu dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain. Foster dalam Nurgiyantoro juga mengemukakan bahwa alur adalah peristiwa-peristiwa cerita yang memunyai penekanan pada adanya hubungan kausalitas. Alur menampilkan kejadian-kejadian yang mengandung konflik yang mampu menarik atau bahkan mencekam pembaca.

Abrams mengemukakan bahwa alur sebuah karya fiksi merupakan struktur peristiwa-peristiwa, yaitu sebagaimana yang terlihat dalam pengurutan dan penyajian berbagai peristiwa tersebut untuk mencapai efek emosional dan efek artistik tertentu.

Alur ialah urutan peristiwa dari awal hingga akhir dalam sebuah cerita yang berkaitan dengan perilaku tokoh-tokohnya/ perwatakan. Sebuah alur yang meyakinkan terletak pada gambaran watak-watak yang mengambil bagian didalamnya. Peristiwa-peristiwa cerita dalam alur didukung oleh pelukisan watak-watak tokoh dalam suatu rangkian alur yang menceritakan manusia dengan berbagai persoalan, tantangan dalam kehidupannya. Nurgiyantoro (1995:165) mengemukakan bahwa watak menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh seperti ditafsirkan oleh pembaca, lebih merujuk pada kualitas pribadi seorang tokoh.

(30)

Alur merupakan rangkaian pola tindak-tanduk yang berusaha memecahkan konflik yang terdapat dalam narasi itu, yang berusaha memulihkan situasi narasi ke dalam suatu situasi yang seimbang dan harmonis (Keraf, 1992:147).

Pada dasarnya semua pendapat di atas mempergunakan kata “kunci” peristiwa -peristiwa yang berhubungan sebab akibat. Berdasarkan uraian mengenai pengertian alur di atas, penulis mengacu pada pendapat Stanton dalam Nurgiyantoro, alur adalah cerita yang berisi urutan kejadian, tiap kejadian itu dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain. Alur mengemukakan peristiwa yang terjadi, dan mengapa hal itu terjadi. Merupakan rentetan peristiwa sebab akibat, dijalin dengan melibatkan konflik, atau pertikaian yang pada akhirnya terdapat peleraian.

Secara teoretis, alur dapat diurutkan atau dikembangkan ke dalam tahap-tahap tertentu secara kronologis. Namun dalam praktiknya, dalam langkah-langkah

(31)

a. Tahap penyituasian (situasion), merupakan tahap yang berisi pelukisan dan pengenalan situasi latar dan tokoh (-tokoh) cerita. Tahap ini merupakan tahap pembukaan cerita, pemberian informasi awal, dan lain-lain. Terutama, berfungsi untuk melandastumpui cerita yang dikisahkan pada tahap berikutnya.

b. Tahap pemunculan konflik (generating circumstances), dalam tahap ini masalah (-masalah) dan peristiwa-peristiwa yang menyulut terjadinya konflik mulai dimunculkan. Jadi tahap ini merupakan tahap awal munculnya konflik dan konflik itu sendiri akan berkembang dan atau dikembangkan menjadi konflik-konflik pada tahap berikutnya.

c. Tahap peningkat konflik (rising action), konflik yang telah dimunculkan pada tahap sebelumnya semakin berkembang dan dikembangkan kadar intensitasnya. Peristiwa-peristiwa dramatik yang menjadi inti cerita semakin mencekam dan menegangkan. Konflik-konflik yang terjadi, internal, eksternal, ataupun keduanya, pertentangan-pertentangan, benturan-benturan antar kepentingan, masalah, dan tokoh yang mengarah ke klimaks semakin tak dapat dihindari.

(32)

e. Tahap penyelesaian (denouement), konflik yang telah mencapai klimaks diberi penyelesaian, ketegangan dikendorkan. Konflik-konflik yang lain, sub-subkonflik atau konflik-konflik tambahan, jika ada, juga diberi jalan keluar, cerita diakhiri.

2.3 Peristiwa, Konflik, dan Klimaks

Alur dibangun oleh unsur peristiwa. Namun sebuah peristiwa tidak begitu saja hadir. Peristiwa hadir akibat dari aktivitas tokoh-tokoh di dalam cerita yang memiliki konflik atau pertentangan dengan dirinya sendiri, tokoh lainnya atau dengan lingkungan di mana tokoh itu berada.

Selain itu, peristiwa-peristiwa bisa juga disebabkan oleh aktivitas alam yang menimbulkan konflik dengan manusia. Setiap konflik akan bergerak menuju titik intensitas tertinggi, dimana pertentangan tak dapat lagi dihindari. Itulah yang disebut sebagai klimaks. Dengan demikian, sebuah plot dibangun oleh peristiwa, konflik, dan klimaks.

(33)

Konflik memiliki pengertian pertarungan atau pertentangan antara dua hal yang menyebabakan terjadinya aksi reaksi. Pertentangan itu bisa berupa pertentangan fisik atau pertentangan yang terjadi di dalam batin manusia. Konflik merupakan unsur terpenting dari pengembangan plot. Bahkan bisa dikatakan sebagai elemen inti dari sebuah karya fiksi. Konflik demi konflik yang disusul oleh peristiwa demi peristiwa akan menyebabkan konflik menjadi semakin meningkat. Konflik yang telah sedemikian meruncing disebut klimaks.

2.4 Tinjauan Terhadap Konflik

Konflik adalah percekcokan; perselisihan; ketegangan atau pertentangan di dalam cerita rekaan atau drama (pertentangan antara dua kekuatan, pertentangan dalam diri satu tokoh, pertentangan antara dua tokoh, dan sebagainya) (Depdiknas, 1995:518). Pengertian serupa juga dikemukakan oleh Warren (1989:285), konflik

adalah sesuatu yang “dramatik”, mengacu pada pertarungan antara dua kekuatan

yang seimbang dan menyiratkan adanya aksi dan aksi balasan.

Dengan demikian, konflik dalam pandangan kehidupan yang normal-wajar-faktual, artinya bukan dalam cerita, menyaran pada konotasi yang negatif, sesuatu yang tak menyenangkan. Itulah sebabnya orang lebih suka menghindari konflik dan menghendaki kehidupan yang tenang.

(34)

kemenarikan, kadar suspense cerita yang dihasilkan. Bahkan sebenarnya, yang dihadapi dan menyita perhatian pembaca sewaktu membaca suatu karya naratif adalah (terutama) peristiwa-peristiwa konflik, konflik yang semakin memuncak , klimaks, dan kemudian penyelesaian (Burhan Nurgiyantoro,1994:122).

Konflik adalah persaingan dan pertentangan untuk memenangkan kepentingan atau sumber-sumber daya yang ada dalam mayarakat. Konflik juga merupakan kegalauan yang bersumber dari ketidaksepahaman antar pendapat beberapa pihak. Konflik timbul dalam situasi dimana terdapat dua atau lebih kebutuhan, harapan, keinginan dan tujuan yang tidak berkesesuaian, saling bersaing dan menyebabkan salah satu tokoh atau lebih merasa ditarik ke arah dua jurusan yang berbeda sekaligus, dan menimbulkan perasaan yang sangat tidak enak. Jika memunyai kebebasan untuk memilih, ia (mereka) tidak akan memilih peristiwa itu menimpa dirinya (Linda L. Davidoff, 1991:178). Namun hal tersebut tidak berlaku untuk cerita yang diteksnaratifkan. Kehidupan yang tenang, tanpa adanya masalah (serius) yang memicu munculnya konflik, dapat berarti “tak akan ada cerita, tak akan ada alur”. Peristiwa kehidupan baru menjadi cerita jika memunculkan konflik, bersifat dramatik, dan karenanya menarik untuk diceritakan.

(35)

Konflik yang baik adalah konflik yang secara logika cerita memang wajar terjadi, dan keberadaannya memang diperlukan untuk menggerakkan cerita, atau menegaskan tema yang dipilih pengarang.

Gorys Keraf dalam buku Argumentasi dan Narasi (1981:168), membagi konflik menjadi empat yaitu, konflik manusia dengan dirinya sendiri (konflik batin), konflik manusia dengan manusia, konflik manusia dengan masyarakat, konflik manusia dengan alam.

2.5 Konflik Manusia dengan Dirinya Sendiri

Konflik manusia dengan dirinya sendiri (atau: konflik batin) adalah konflik yang terjadi dalam hati, jiwa seorang tokoh (atau: tokoh-tokoh) cerita. Ia lebih merupakan permasalahan intern seorang manusia. Misalnya, hal itu terjadi akibat adanya pertentangan antara dua keinginan, keyakinan, pilihan yang berbeda, harapan-harapan, atau masalah-masalah lainnya. Suatu pertarungan individual melawan dirinya sendiri.

Dalam konflik ini timbul kekuatan-kekuatan yang saling bertentangan dalam batin seseorang, keberanian melawan ketakutan, kejujuran melawan kecurangan, kekikiran melawan kedermawanan, antara keinginan tokoh untuk hidup berkecukupan dengan tekadnya untuk tidak korupsi, dan sebagainya. Konflik manusia dengan dirinya sendiri dapat dilihat pada kutipan berikut ini.

(36)

Kecantikan Lastri tidak mampu memberikan jawabannya. Kecerdasannya memang mampu memberi tahu kepadanya bahwa terkadang seorang gadis memang bisa saja terjebak pada dilema cinta — cinta pada orang tua ataukah cinta kepada jiwanya. Kecerdasannya memberi tahu bahwa kedua cinta itu harus bisa terdamaikan.Mencintai kedua orang tua seharusnya tidak perlu mengorbankan harapan dan keinginan sendiri sebagai seorang gadis yang akan memikat seorang laki-laki pujaan. Tetapi kecerdasannya ternyata tidak mampu menolong mengatasi dilema itu ketika dia sendiri yang mengalaminya. (Kafilah-Kafilah Cinta, 2008:206)

Kutipan di atas menunjukkan bagaimana tokoh Lastri sedang mengalami konflik dalam dirinya. Muncul pertentangan dalam diri tokoh Lastri, ia sebagai seorang gadis desa berada di antara pilihan untuk mengikuti keinginan kedua orang tuanya untuk dijodohkan dengan lelaki yang tidak ia cintai atau memilih mengikuti kata hatinya, memilih lelaki yang memang dicintainya dan menentang keinginan orang tuanya.

Konflik manusia dengan dirinya sendiri (konflik batin), dapat pula dilihat pada kutipan berikut.

Berkali sudah aku berusaha mencari tahu di mana Salmi Bulan, adakah ia memang dimangsa kematian, atau ia diselamatkan tentara sewaan, dan akhirnya menjadi wanita simpanan, atau dijadikan istri secara paksa. Bertahun-tahun aku memendam kesedihan sendiri. Rasanya ada teriakan khianat dan umpatan keserongan jika aku menyenangkan diriku dengan wanita lain, sementara Salmi Bulan belum kuketahui hidup atau mati. Bukankah ia telah sah menjadi istri, dan aku suami, meskipun kami baru di atas pelaminan? Tetapi, jika Salmi sendiri sudah bersuami?

(Percintaan Angin, 2003:53)

(37)

2.6 Konflik Manusia dengan Manusia (antar manusia)

Konflik antar manusia adalah konflik yang disebabkan oleh adanya kontak antara manusia dengan manusia atau masalah–masalah yang muncul akibat adanya hubungan antarmanusia. Ia antara lain berwujud perkelahian antara seorang dengan seorang yang lain karena masalah-masalah pribadi, atau kasus-kasus hubungan antar manusia lainnya. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut.

Dengkurannya semakin keras. Kali ini masalah di antara kita sudah selesai, kedudukannya sudah berubah. Aku melompat dari meja yang lebih rendah. Kuguncang bahunya dengan keras: “Ayah, bangunlah.”

Ia tak akan pernah memahamiku. Kami akan selalu merasa asing terhadap satu sama lainnya. Seperti dua kolam di halaman yang sama tanpa adanya terusan yang menghubungkan keduanya. Quang telah meninggal. Tali penghubung terakhir antara kami telah terputus.

“Keluarga kita tidak ikut bertanggung jawab atas gerakan perlawanan. Aku anak tertua. Sudah menjadi kewajibanku untuk pergi. Tetapi ia berbeda. Ia sangat pandai, berhasil memenangkan pernghargaan kedua dalam kompetisi matematika tingkap provinsi. Ia ingin belajar ilmu

komputer. Aku menulis surat kepadamu tentang hal itu...”

Dengan gusar, ayahku bicara: “Surat apa? Aku tidak ingat ada surat.”

“Kau sebenarnya mengetahui betul surat apa itu.”

“Oh, jadi kau menuduhku berbohong?”

“Aku menerima surat dari Quang. Ia bilang ia ingin belajar ilmu komputer, tetapi kau mendesaknya untuk mendaftarkan dirinya ke dinas militer. Ia

bilang kau yang menyuruhnya, ‗Pada masa perang, masa depan menjadi milik para pejuang.’ Kau bahkan menghadiri pertemuan partai yang memutuskan untuk memobilisasinya. Itu fakta.

“Tidak banyak orang yang memiliki kecerdasan seperti dia. Ia bisa saja menjadi...” Tiba-tiba saja, aku tidak dapat lagi meneruskan ucapanku. Rasanya leherku tercekik. Tidak ada gunanya berbicara dengan ayahku.(Novel Tanpa Nama, 2007:137-138)

(38)

2.7 Konflik Manusia dengan Masyarakat

Konflik manusia dengan masyarakat adalah konflik yang disebabkan oleh adanya kontak sosial antara manusia dengan manusia dalam struktur masyarakat luas. Ia antara lain berwujud masalah suatu kelompok manusia dalam negara melawan pemerintah negara itu, sebuah negara melawan negara yang lain, saingan atau pertarungan dalam perdagangan, persaingan antara kelompok-kelompok dalam masyarakat, atau kasus-kasus hubungan sosial lainnya.

Masyarakat merupakan sebuah komunitas yang saling bergantung satu sama lain. Umumnya istilah masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas teratur. Masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama (Depdiknas, 1995:635). Sebuah masyarakat hidup dan bekerja sama dalam waktu yang relatif lama dan mampu membuat keteraturan dalam kehidupan bersama dan mereka menganggap sebagai satu kesatuan sosial.

Masyarakat tidak begitu saja muncul seperti sekarang ini, tetapi adanya perkembangan yang dimulai dari masa lampau sampai saat sekarang ini. Masyarakat ini kemudian berkembang mengikuti perkembangan zaman sehingga kemajuan yang dimiliki masyarakat sejalan dengan perubahan yang terjadi secara global. Masyarakat seperti ini dikenal sebagai masyarakat besar, seperti dalam sebuah negara.

(39)

kepentingan-kepentingan sama. Manusia memerlukan perlindungan dari rekan-rekannya. Manusia memunyai kemampuan yang terbatas di dalam pergaulan hidup, keadaan demikian menyebabkan timbulnya kelompok kecil yang merupakan wadah orang yang mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama. Kelompok kecil (small group) adalah suatu kelompok yang secara teoretis terdiri dari paling sedikit dua orang, dimana orang-orang saling berhubungan untuk memenuhi tujuan-tujuan tertentu dan yang menganggap hubungan itu sendiri penting baginya. Small group pada hakikatnya merupakan sel yang menggerakkan suatu organisme yang dinamakan masyarakat. (Soekanto, 2007:144)

(40)

Kutipan berikut ini merupakan contoh konflik antara manusia dengan pemerintah, yaitu terjadi antara anggota pers dengan pemerintah Hindia Belanda, yang diambil dari novel Kembang Jepun karya Remy Sylado.

Sehabis J.A. Nieland membacakan dakwaannya, hakim ketua memalu

meja, lalu bertanya kepada Tjak Broto, “Apa tuan paham dakwaan terhadap diri tuan?”

“Maaf beribu maaf, tuan hakim, saya tidak paham sama sekali.”

“Tuan tidak paham pada beberapa bagian dakwaan, atau salah satu bagian saja?”

“Maksud saya, tuan hakim, saya tidak paham jalan logika tuan jaksa, yang

mengatakan saya membangkang pada peraturan pemerintah Hindia Belanda, dan bahwa yang saya tulis itu isapan jempol untuk menghasut

rakyat.”

...

“Kalau begitu apa motivasi tuan menulis semua itu?” kata Nieland.

“Saya ingin membantu pemerintah Hindia Belanda untuk informasi yang betul. Tugas pers adalah memberikan informasi yang benar bagi segenap pembaca, baik pemerintah maupun rakyat. Pemerintah Hindia Belanda selama ini memperoleh informasi yang tidak benar, sebab infomasi itu datang dari para demang, wedana, bupati yang korup, karena terlalu asyik mementingkan pribadi...” (Kembang Jepun, 2004:77)

Pada kutipan di atas, Tjak Broto sebagai seorang anggota pers koran Tjahaya Soerabaya dituduh Pemerintah Hindia Belanda menulis berita bohong terkait kelalaian pemerintah menangani mandor dan makelar kuli kontrak, menyebabkan kuli kontrak hidup sengsara di luar Jawa. Pemerintah Hindia Belanda di Surabaya sebenarnya telah sejak lama memperhatikan Tjahaya Soerabaja sebagai suara pembela gerakan nasional sehingga pemerintah berusaha melakukan pembredelan terhadap koran tersebut. Konflik akhirnya berujung di meja pengadilan.

(41)

mencari dukungan politik. Sang menteri dianggap menggunakan kampus untuk mencari dukungan mencalonkan diri jadi presiden!

...

Suasana semakin hiruk pikuk, ketegangan mulai menjalar membuat panik mahasiswa yang rada penakut. Beberapa mahasiswa bernyali batu mencoba maju dari barisan, meneriaki aparat yang menyambut dengan ayunan pentungan yang menyambar ke sana kemari, meninggalkan memar memerah di berbagai tempat pada tubuh-tubuh mahasiswa. Keberingasan dari kedua pihak mulai menggumpal. Wajah-wajah keras pasukan berhadapan dengan wajah-wajah marah mahasiswa yang merasa kegiatan mereka di kampus sendiri diintervensi aparat. (Epigram, 2006:63)

Kutipan di atas merupakan contoh konflik yang terjadi di sebuah kampus. Konflik terjadi antara mahasiswa dengan aparat keamanan. Mahasiswa menolak kedatangan seorang menteri ke kampus mereka. Mahasiswa merasa bahwa sang menteri tengah mencari dukungan politik. Sang menteri dianggap menggunakan kampus untuk mencari dukungan guna mencalonkan diri menjadi presiden. Mahasiswa menolak kampus mereka dipolitisir. Meskipun maksudnya memang belum jelas, tetapi sebagian kecil aktivis mahasiswa menanggapinya dengan serius. Akhirnya terjadi keributan antara aparat dan mahasiswa, saat para mahasiswa menggelar demonstrasi.

2.8 Konflik Manusia dengan Alam

Konflik manusia dengan alam adalah konflik yang disebabkan adanya perbenturan antara tokoh dengan elemen alam. Suatu pertarungan yang dilakukan oleh seorang tokoh atau manusia secara sendiri-sendiri atau bersama-sama melawan kekuatan alam yang mengancam hidup manusia itu sendiri. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut.

(42)

Sungai Serang yang mengalir gagah di tahun 80-an yang mengalir di utara Pedukuhan Tempel, kini seumpama liukan ular kurus yang kelaparan dan tak terurus. Dengan dipimpin sesepuh dukuh, warga tempel sebenarnya

telah menjalankan shalat istisqo’ sebanyak 3 kali, tapi hujan juga tidak

datang-datang. Musim kemarau begitu menyengsarakan warga Dukuh Tempel. Semua warga masih ingat, tiga bulan yang lalu, tetua Dukuh Tempel membuat kesepakatan bersama warga dukuh. Tidak ada warga yang tidak tahu bahwa hanya ada dua sumur yang masih menyimpan air. Dari dua sumur itu, hanya satu sumur saja yang boleh digunakan, sebab sumur yang satunya hanya boleh digunakan untuk keperluan masjid.

Barang siapa ketahuan menggunakannya, maka ia pantas untuk “di massa”— sebuah istilah yang dipakai warga untuk menghakimi dia yang ketahuan mengambil air dari sumur tersebut.

(Kafilah-Kafilah Cinta, 2008:3)

Berdasarkan kutipan tersebut terlihat konflik yang dialami Warga Dukuh Tempel dengan alam, yaitu melawan kemarau yang berkepanjangan. Betapa kemarau menyengsarakan warga dukuh tersebut. Warga Tempel akhirnya membuat sebuah kesepakatan untuk mengatasi masalah kemarau di dukuh mereka yaitu dengan mengatur pemakaian air seluruh warga dukuh tersebut. Kutipan di atas menggambarkan bagaimana manusia bertarung melawan alam atau melawan bencana yang ditimbulkan oleh sebagian dari lingkungannya.

2.9 Pembelajaran Sastra (Novel) di Sekolah Menengah Atas (SMA)

(43)

S. Effendi dalam Supriyadi (1996:310) mengemukakan bahwa apresiasi sastra adalah kegiatan menggauli cipta sastra dengan sungguh-sungguh sehingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap cipta sastra.

Yus Rusyana dalam Supriyadi (1996:310), apresiasi sastra dapat diterangkan sebagai pengenalan dan pemahaman yang tepat terhadap nilai sastra dan kegairahan kepadanya, serta kenikmatan yang timbul sebagai akibat semua itu. Dalam mengapresiasi sastra, seseorang mengalami (dari hasil sastra itu) pengalaman yang telah disusun oleh pengarangnya. Panuti dalam Supriyadi juga menyebutkan bahwa apresiasi sastra ialah penghargaan (terhadap karya sastra) yang didasarkan pada pemahaman. Untuk memahami dan menghayati karya sastra, siswa diharapkan langsung membaca karya sastra, bukan membaca ringkasannya.

(44)

Pada dasarnya tujuan umum pengajaran sastra di sekolah yaitu, siswa mampu menikmati, menghayati, memahami, dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, meningkatkan pengetahuan, dan kemampuan berbahasa. Novel sebagai salah satu jenis karya sastra yang termasuk dalam genre prosa dapat dijadikan alternatif bahan pembelajaran sastra Indonesia di Sekolah Menengah Atas (SMA).

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SMA tahun 2007, mata pelajaran bahasa dan Sastra Indonesia yang terkait dengan konflik dalam novel, terdapat pada kelas XI semester 1. Standar Kompetensi: (membaca) memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/ terjemahan. Kompetensi Dasar: menganalisis unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik novel Indonesia/ terjemahan.

Melalui kegiatan mengapresiasi unsur-unsur dalam karya sastra, dalam hal ini konflik dalam novel, memungkinkan siswa untuk menambah wawasan tentang permasalahan-permasalahan hidup, serta cara mengatasinya. Selain itu, siswa juga dapat mengambil nilai-nilai moral yang terkandung dalam novel.

(45)

a. Bahasa

Aspek kebahasaan dalam sastra tidak hanya ditentukan oleh masalah-masalah yang dibahas, melainkan juga ditentukan oleh faktor-faktor lain, seperti cara penulisan yang dipakai si pengarang, ciri-ciri karya sastra pada waktu penulisan karya itu, dan kelompok pembaca yang ingin dijangkau pengarang.

Penguasaan suatu bahasa tumbuh dan berkembang melalui tahap-tahap yang tampak jelas pada tiap individu. Oleh karena itu, agar pembelajaran sastra dapat lebih berhasil, guru perlu mengembangkan keterampilan khusus untuk memilih bahan pembelajaran sastra yang bahasanya sesuai dengan tingkat penguasaan bahasa siswa. Seorang guru hendaknya selalu berusaha memahami tingkat kebahasaan siswa-siswanya sehingga berdasarkan pemahaman itu guru dapat memilih materi yang cocok untuk disajikan.

b. Psikologis

(46)

Ada empat tahap perkembangan psikologis yang penting diperhatikan oleh guru untuk memahami psikologi anak-anak sekolah dasar dan menengah (Rahmanto, 1993:30). Empat tahap perkembangan psikologis tersebut adalah sebagai berikut.

1) Tahap Penghayal (8 sampai 9 tahun)

Pada tahap ini imajinasi anak-anak belum banyak diisi dengan hal-hal yang nyata, tetapi masih penuh dengan fantasi kekanak-kanakan

2) Tahap Romantik (10 sampai 12 tahun)

Anak mulai menanggalkan fantasi dan berpikir mengarah ke realitas. Meski pandangannya tentang dunia ini masih sangat sederhana, tetapi pada tahap ini anak mulai menyenangi cerita kepahlawanan, petualangan, bahkan kejahatan. 3) Tahap Realistik (13 sampai 16 tahun)

Anak-anak benar-benar terlepas dari dunia fantasi. Mereka sangat berminat pada realitas atau apa yang benar-benar terjadi. Mereka terus berusaha mengetahui dan siap mengikuti dengan teliti fakta-fakta untuk memahami masalah-masalah dalam kehidupan yang nyata.

4) Tahap Generalisasi (16 tahun dan selanjutnya)

(47)

Usia anak SMA berada antara tahap realistik dan generalisasi. Meskipun tidak semua siswa dalam satu kelas memunyai tahapan psikologis yang sama, guru harus tetap berusaha menyajikan karya sastra yang setidak-tidaknya secara psikologis dapat menarik minat sebagian besar siswa kelas itu.

c. Latar Belakang Budaya

(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan

Pendekatan adalah cara memandang dan mendekati suatu objek. Dengan kata lain dapat disebutkan bahwa pendekatan merupakan asumsi-asumsi dasar yang dijadikan pegangan dalam memandang suatu objek ( Semi,1993:64)

Abrams (Teeuw, 2003:43) membagi pendekatan karya sastra menjadi empat macam yaitu, pendekatan objektif, pendekatan ekspresif, pendekatan mimetik, dan pendekatan pragmatik Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan objektif dan pendekatan pragmatik.

(49)

Selain menggunakan pendekatan objektif, penelitian ini juga menggunakan pendekatan pragmatik. Pendekatan pragmatik adalah pendekatan yang menitikberatkan dampak karya sastra terhadap pembaca. Hasil penelitian mengenai konflik dalam novel 5 cm karya Donny Dhirgantoro akan dikaitkan dengan pembelajaran sastra di sekolah yaitu mengenai kelayakannya sebagai bahan ajar sastra Indonesia di Sekolah Menengah Atas (SMA).

3.2 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Metode ini adalah metode penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misal perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, bukan angka-angka. Laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data. Data tersebut dapat berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, dokumen pribadi, catatan/ memo, dan dokumen resmi lainnya (Moelong, 2005:6). Dalam penelitian ini, data akan berupa kutipan-kutipan teks yang diperoleh dari novel 5 cm karya Donny Dhirgantoro.

3.3 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah novel 5 cm karya Donny Dhirgantoro. Novel 5 cm diterbitkan oleh PT Gramedia Widiasarana Indonesia, tebal x + 381 halaman, cetakan keduabelas, diterbitkan pada September 2008. Novel 5 cm karya

(50)

3.4 Prosedur Penelitian

Peneliti menganalisis konflik dalam novel 5 cm karya Donny Dhirgantoro dengan menggunakan prosedur penelitian sebagai berikut.

a. Membaca secara cermat novel 5 cm karya Donny Dhirgantoro. b. Merumuskan kerangka teori yang akan digunakan.

c. Mengenali konflik yang terdapat dalam novel 5 cm karya Donny Dhirgantoro. d. Menyimpulkan secara umum konflik yang ditemukan dalam novel 5 cm karya

Donny Dhirgantoro.

e. Menentukan layak atau tidaknya novel 5 cm karya Donny Dhirgantoro untuk dijadikan sebagai alternatif bahan ajar sastra Indonesia di Sekolah Menengah Atas (SMA).

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah teknik analisis teks. Langkah-langkah yang dilakukan penulis untuk menganalisis data adalah sebagai berikut.

a. Membaca keseluruhan novel 5 cm karya Donny Dhirgantoro dengan seksama. b. Mengumpulkan data berupa kutipan-kutipan penting yang terdapat dalam

novel 5 cm, yang berkaitan dengan konflik dalam novel.

c. Menganalisis konflik yang terdapat dalam novel dengan mengacu pendapat Gorys Keraf (1981:168).

d. Menyajikan hasil analisis konflik yang telah ditemukan dalam novel.

(51)

f. Menyimpulkan hasil analisis mengenai konflik-konflik yang ada dalam novel 5 cm karya Donny Dhirgantoro serta menetapkan layak atau tidaknya novel tersebut untuk dijadikan alternatif bahan ajar sastra Indonesia di Sekolah Menengah Atas (SMA).

(52)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Konflik yang ditemukan dalam novel 5 cm karya Donny Dhirgantoro yaitu, konflik manusia dengan dirinya sendiri, konflik manusia dengan manusia dan konflik manusia dengan alam.

Tabel Konflik Pada Novel 5 cm

No. Jenis

Konflik Tokoh Kode Data

1. Konflik manusia dengan dirinya sendiri

a. Tokoh Arial

b. Tokoh Genta

c. Tokoh Ian

d. Tokoh Riani e. Tokoh Zafran

D1, D2, D3

D4, D5, D6, D7, D8

D9, D10,D11, D12, D13, D14, D15, D16, D17, D18

(53)

2.

(54)

Analisis terhadap konflik tersebut ditentukan berdasarkan satuan-satuan makna yang terdapat dalam adegan, narasi, ataupun dialog antar tokoh dalam novel.

a. Konflik Manusia dengan Dirinya Sendiri (Konflik Batin)

1) Tokoh Arial

(a) Konflik batin yang terjadi pada tokoh Arial yaitu pertentangan untuk tetap berada dalam dunia yang telah dijalaninya selama ini atau memilih untuk melihat dunia luar/ dunia di luar komunitas (dengan empat sahabatnya). Tokoh Arial memiliki empat sahabat (Genta, Ian, Riani, dan Zafran). Selama tujuh tahun mereka melakukan banyak hal bersama. Namun sebuah dialog dengan empat sahabatnya mengenai kata-kata Plato membuat batin Arial berada dalam sebuah pilihan. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut.

“Plato, seorang filsuf besar dunia pernah bilang bahwa nantinya dalam kehidupannya setiap manusia akan terjebak dalam sebuah gua gelap yang berisi keteraturan kemapanan, dan mereka senang berada di dalamnya. Karena mereka terbuai dengan segala kesenangan di sana dengan apa yang telah mereka capai, hingga akhirnya mereka takut keluar dari gua tersebut. Mereka memang bahagia, tetapi diri mereka kosong dan mereka nggak pernah menemukan siapa diri mereka sebenarnya...mereka nggak punya mimpi.”

Balade Pour Adeline-nya Richard Clayderman mengalir sekenanya dari jari-jari Ian yang mencoba berbicara mengisi bola kosong yang berputar-putar tembus pandang di tengah-tengah mereka.

Semuanya diam lagi mendengar omongan Zafran yang dengan sensitifnya bercampur melodinya Balade Paur Adeline tadi. Cipratan-cipratan filsufis musikal sentimental yang baru saja mengalir menghasilkan beberapa helaan nafas berisi berjuta cerita. Semuanya mencoba berdialog dengan diri mereka sendiri. Mencoba berdialog dengan bola kosong yang berputar-putar tembus pandang di tengah-tengah mereka.

...

“Keluar dari gua kita untuk sementara...,” Zafran melanjutkan

“Mungkin kita emang harus ngeliat dunia lain di luar tongkrongan kita dulu, jangan berlima melulu kemana-mana,” kalimat Zafran tentang Plato barusan menyentakkan keapaadaan-nya diri Arial.

(55)

Pada kutipan di atas, tokoh Arial berdialog dengan empat sahabatnya mengenai kalimat Plato. Kata-kata Plato tersebut disampaikan oleh tokoh Zafran, bahwa nantinya dalam kehidupannya setiap manusia akan terjebak dalam sebuah gua gelap yang berisi keteraturan kemapanan, dan mereka senang berada di dalamnya. Karena mereka terbuai dengan segala kesenangan di sana dengan apa yang telah mereka capai, hingga akhirnya mereka takut keluar dari gua tersebut. Mereka memang bahagia, tetapi diri mereka kosong dan mereka tidak pernah menemukan siapa diri mereka sebenarnya dan mereka tidak memiliki mimpi. Arial menyadari bahwa dirinya dan empat sahabatnya adalah manusia-manusia yang sedang berada dalam gua gelap tersebut.

Tokoh Arial bersama keempat temannya memiliki sebuah dunia sendiri, mereka terlalu asyik dengan dunia mereka sendiri, terlalu nyaman dengan segala yang telah diperoleh sehingga melupakan bahwa di luar komunitas mereka ada sebuah dunia yang lebih luas. Sebuah dunia bagi orang-orang yang berani memperjuangkan mimpi-mimpinya. Kondisi terlalu nyaman yang dirasakan tokoh Arial dengan empat sahabatnya membuat ia melupakan hakikat sebuah kebahagiaan, yaitu ketika mereka mampu mengenal siapa diri mereka, ketika mereka mengetahui apa tujuan mereka sesungguhnya dalam hidup ini.

(56)

Apakah ia akan tetap berada di dalam dunianya bersama empat sahabatnya atau memilih keluar dari zona nyaman (gua gelap) tersebut, mencoba sebuah dunia baru yang lebih luas, yang akan membawanya menjadi manusia yang mau berjuang, memiliki mimpi hingga menjadi manusia yang lebih baik, berjuang menemukan siapa dirinya.

Adapun reaksi tokoh Arial menghadapi konflik yang terjadi dalam dirinya yaitu Arial menyetujui usul teman-temannya untuk tidak bertemu selama 3 bulan. Ia mencoba menjadi seseorang yang berani bermimpi.... “Gue mau...,” Arial menyambut usul Genta mantap. Mungkin kita emang harus ngeliat dunia lain di luar tongkrongan kita dulu, jangan berlima melulu

kemana-mana,” kalimat Zafran tentang Plato barusan menyentakkan keapaadaan-nya

diri Arial. Arial yang pada awalnya tidak pernah berpikir untuk mengejar sesuatu, berambisi pada suatu hal, tiba-tiba menyetujui keputusan untuk melihat sebuah dunia di luar komunitasnya selama ini, tidak hanya berinteraksi dengan empat sahabatnya saja, dan mencoba menjadi manusia yang berani bermimpi dan mengejarnya.

(b) Konflik batin yang terjadi pada tokoh Arial yaitu pertentangan dalam dirinya untuk memilih mengutarakan isi hati atau memilih memendam saja perasaan cintanya pada seorang wanita bernama Indy. Pertentangan yang terjadi dalam diri tokoh Arial dapat dilihat pada kutipan berikut.

Arial chatting sendiri sama suara di hatinya. Apa malem ini aja ya gue bilang ke indy? Tapi gue nggak tau dianya suka apa nggak. Tapi dia „kan perhatian banget sama gue. Ah tau ah, tunggu aja

(57)

Chatting Arial dengan hatinya pun selesai karena suara dihatinya ngingetin Arial kalau dia lagi di tol dan enggak boleh bengong.

………

Di antara keriuhan Bogor menunggu malam dengan angkotnya yang banyak dan berwarna seperti permen, mereka pergi ke daerah yang dibilang Cisangkuy itu. Arial sebentar melirik indy, suara-suara di kepalanya masih bersahut-sahutan bilang…nggak bilang…nggak…bilang… nggak. Arial memang selalu apa adanya dan biasa-biasa aja.

(5 cm, 2008:89-92)

Pada kutipan di atas, Arial bimbang antara harus mengatakan perasaannya

atau memilih memendam perasaannya saja….Arial sebentar melirik indy, suara-suara di kepalanya masih bersahut-sahutan bilang…nggak

bilang…nggak…bilang… nggak. Selama sebulan Arial memendam isi hatinya,

selama itu pula ia meyakinkan dirinya bahwa ia harus mengatakan tentang perasaannya pada Indy.

Arial sebagai salah satu tokoh dari lima tokoh yang terdapat dalam novel 5 cm digambarkan sebagai tokoh yang sering mengalami masalah ketika berhadapan dengan wanita yang ia sukai....Arial emang yang paling ganteng dibanding cowok-cowok di komplotan pengeksekusi filosofi ini—Riani pun mengakui. Arial yang apa adanya, walaupun jadi idola toh ia masih jomblo karena terlalu apa adanya. Pengarang menggambarkan Arial sebagai tokoh yang terlalu apa adanya, dan hal tersebut sering kali menimbulkan masalah dalam hidupnya. Terutama saat berhadapan dengan wanita.

(58)

Kekaguman tokoh Arial terhadap Indy berujung pada pertentangan tokoh Arial terhadap sikap yang harus diambilnya. Sisi keapaadaan tokoh Arial membuatnya tidak memiliki keberanian untuk mengungkapkan isi hatinya terhadap Indy, ia takut akan segala konsekuensi yang mungkin akan dialaminya. Kondisi tersebut tentu saja bertentangan dengan keinginan Arial untuk selalu dekat dan bersama dengan Indy.

Pertentangan yang dialami dalam diri tokoh Arial dapat pula dilihat pada kutipan berikut.

Ya ampun susah banget ngomongnya… susah, susah,

susah. Gue udah sayang banget kali ya sama makhluk satu ini. Batin Arial ricuh, kalau emang buat bener-bener dan udah sayang susaaaah banget bagi laki-laki untuk mengatakannya (setuju banget!). Yang bikin senewen dari tadi adalah suara-suara kecil yang sangat mengganggu di pikiran Arial. Enggak mau…kamu dah kayak kakak sendiri.

Aku belum siap pacaran, kamu udah terlalu deket, aku nggak mau

terikat dulu. Aku ada yang lain…aku masih mau bebas. Temen aja deh, aku masih suka inget sama dia. Aku jawab nanti kalo aku udah siap sekitar 6 bulan lagi, Arial kacau sendiri.

Tiba-tiba ada suara tegas yang menghapus semua suara

kecil pesimis tadi, “Bilang nggak bilang, laki-laki nggak pernah

boleh nyesel”

Arial menarik nafas panjang, mulutnya menyahut pelan sebuah nama wanita yang sudah membuat dia melayang-layang sebulan ini.

(59)

Pada kutipan di atas digambarkan keadaan tokoh Arial yang semakin mengalami kebimbangan. Ada perasaan takut dalam diri Arial, ia merasa tidak siap dengan segala kemungkinaan yang akan terjadi, dengan jawaban-jawaban di luar keinginan Arial yang mungkin akan diutarakan oleh Indy. Namun kebimbangan tersebut akhirnya berujung pada satu keputusan untuk tetap mengatakan semua perasaannya. Sebagai seorang lelaki, tokoh Arial merasa bahwa ia harus mampu mengambil keputusan, harus berani menerima segala konsekuensi dari keputusan yang telah diambil, dan tidak boleh menyesal atas keputusan yang tersebut.

2) Tokoh Genta

(a) Konflik batin yang terjadi pada tokoh Genta yaitu pertentangan untuk tetap berada dalam dunia yang telah dijalaninya selama ini, sebuah komunitas dengan empat sahabatnya atau memilih untuk melihat dunia luar/ dunia di luar komunitas kecil tersebut. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut.

Zafran tiba-tiba berkata lembut sambil memainkan daun-daun

cemara kecil basah di dekatnya, “Plato, seorang filsuf besar dunia

pernah bilang bahwa nantinya dalam kehidupannya setiap manusia akan terjebak dalam sebuah gua gelap yang berisi keteraturan kemapanan, dan mereka senang berada di dalamnya. Karena mereka terbuai dengan segala kesenangan di sana dengan apa yang telah mereka capai, hingga akhirnya mereka takut keluar dari gua tersebut. Mereka memang bahagia, tetapi diri mereka kosong dan mereka nggak pernah menemukan siapa diri mereka sebenarnya...mereka nggak punya mimpi.”

Balade Pour Adeline-nya Richard Clayderman mengalir sekenanya dari jari-jari Ian yang mencoba berbicara mengisi bola kosong yang berputar-putar tembus pandang di tengah-tengah mereka.

(60)

Semuanya mencoba berdialog dengan diri mereka sendiri. mencoba berdialog dengan bola kosong yang berputar-putar tembus pandang di tengah-tengah mereka.

“Mungkin sebaiknya kita nggak usah ketemuan dulu,” Genta mengalirkan kalimat pendek.

Semuanya jadi sensitif.

Genta meneruskan sambil menatap keempat temannya, “Ya enggak ketemu dulu, nggak nongkrong dulu, nggak ke mana-mana bareng dulu, ilang aja dulu semuanya, ilang abis-abisan, nggak telponan, nggak SMS-an...”

...

“Kita keluar sebentar aja, bermimpi lagi masing-masing tentang kita, nanti pas ketemu lagi, pasti lain lagi, lain ceritanya, lain lagi orangnya, mungkin nanti Ian jadi kurus. Jadi kita enggak perlu nyewa banana boat lagi, tapi getek,” kata Genta sambil menyenggol Ian yang masih asik dengan gitarnya.

(5 cm, 2008:62-63)

Tokoh Genta memiliki empat sahabat (Arial, Ian, Riani, dan Zafran). Selama tujuh tahun mereka melakukan banyak hal bersama, saling berbagi dan telah merasa nyaman satu sama lain. Namun sebuah dialog mengenai kata-kata Plato yang disampaikan oleh tokoh Zafran dengan empat sahabatnya, yang terlihat pada kutipan di atas, membuat batin Genta berada dalam sebuah pilihan. Pada kutipan di atas dikatakan bahwa nantinya dalam kehidupannya setiap manusia akan terjebak dalam sebuah gua gelap yang berisi keteraturan kemapanan, dan mereka senang berada di dalamnya. Karena mereka terbuai dengan segala kesenangan di sana dengan apa yang telah mereka capai, hingga akhirnya mereka takut keluar dari gua tersebut.

(61)

Tokoh Genta bersama keempat sahabatnya memiliki sebuah dunia sendiri, mereka terlalu asyik dengan dunia mereka, dan terlalu nyaman dengan segala yang telah diperoleh hingga melupakan bahwa di luar komunitas mereka ada sebuah dunia yang lebih luas. Mereka melupakan hakikat kebahagiaan yaitu ketika mereka mampu mengenal siapa diri mereka, ketika mereka mengetahui apa tujuan mereka sesungguhnya dalam hidup ini.

Akhirnya tokoh Genta mengalami pertentangan dalam dirinya apakah akan tetap berada di dalam komunitas kecilnya (zona nyaman) atau mencoba sebuah dunia baru yang lebih luas, yang akan membawanya menjadi manusia yang mau berjuang, memiliki mimpi hingga menjadi manusia yang lebih baik, berjuang menemukan siapa dirinya. Masing-masing mencari jati diri dan berusaha mengejar mimpi mereka.

Adapun Reaksi tokoh Genta menyikapi konflik yang terjadi dapat dilihat pada kutipan berikut.

“Ya enggak ketemu dulu, nggak nongkrong dulu, nggak ke mana-mana bareng dulu, ilang aja dulu semuanya, ilang abis-abisan, nggak telponan, nggak SMS-an...”

...

“Kita keluar sebentar aja, bermimpi lagi masing-masing tentang kita, nanti pas ketemu lagi, pasti lain lagi, lain ceritanya, lain lagi orangnya....(5 cm, 2008:63)

(62)

Manusia yang sudah terlalu nyaman dengan segala yang telah diperoleh seringkali melupakan hakikat hidup itu sendiri. Bahwa manusia harus terus berjuang, harus terus berusaha menjadi manusia yang lebih baik. Hal tersebut akhirnya mendorong tokoh Genta mengambil keputusan/ mencetuskan ide untuk berpisah selama tiga bulan dengan keempat sahabatnya. Berusaha mengejar mimpi-mimpi mereka, karena pada dasarnya manusia memiliki mimpinya masing-masing yang memang harus diperjuangkan.

(b) Konflik batin tokoh Genta yaitu pertentangan dalam diri tokoh Genta ketika ia harus memilih antara cinta atau persahabatan. Genta digambarkan memendam rasa cinta terhadap tokoh Riani, salah satu dari empat sahabatnya. Tokoh Genta memiliki perasaan cinta terhadap Riani, ia tidak hanya menginginkan Riani sebagai sahabatnya. Namun di sisi lain Genta tidak memiliki keberanian untuk mengungkapkan isi hatinya itu. Terjadi pertentangan dalam diri tokoh Genta, hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut.

Riani dan Genta saling bertatapan, entah sudah berapa kali mereka berdua mengalami deja vu seperti ini. Oh Riani..suara-suara indah kembali mengisi hati Genta. Akankah... kamu… jadi… tempat… untuk... segenggam harapan yang hampir usang tapi masih terlalu indah buat Genta, batin Genta.

...

Genta selalu benci cara mereka merayakan deja vu yang bagi Genta sangat berarti, yang bagi Genta adalah sekumpulan chemistry antara dua orang yang tidak pantas dirayakan hanya dengan dua tangan bertemu di udara. Cara seperti itu Genta masih anggap sebagai cara teman merayakan sesuatu.

Genta nggak pernah mau Riani cuma jadi teman bagi dirinya.

Genta mau lebih….

Gambar

Tabel Konflik Pada Novel 5 cm
Tabel Konflik Pada Novel 5 cm

Referensi

Dokumen terkait

Program ini mencoba menerapkan paradigm baru dalam kegiatan pengabdian masyarakat yang bersifat problem solving, menghasilkan luaran yang terukur, komprehensif,

Kardiovaskularne bolesti vodeći su uzrok smrtnosti u svijetu. Premda postoji mnogo konvencionalnih lijekova, sve se više pozornosti posvećuje istraživanju aktivnih

Objek yang diteliti adalah hasil laporan realisasi APBD pemerintah Kabupaten Bengkayang selama enam tahun (2009-2014). Data yang dikumpulkan merupakan data sekunder dan

[r]

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kesiapan sekolah secara urnum bam diperoleh 38,82%. Jika dibandigkan dengan tabel pendidikan inklusifyang ideal dengan skor dasar 56,

Mendapatkan penilaian ahli mengenai kesesuaian materi yang diukur, rumusan kemampuan uji, indikator soal, kemungkinan kesalahan, dan penybaran butir soal dengan

li't.. turun temurun diketahui sangat kaya akan keaneragaman hayati pertanian fagro-biodiversity) dibudidayakan untuk menghasilkan produk pangan dari tanaman, ternak

Sampel yang digunakan berupa perusahaan di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang membagikan dividen tunai naik, turun, dan konstan selama periode 2013 – 2015..