• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

1) Tokoh Arial

(a) Konflik batin yang terjadi pada tokoh Arial yaitu pertentangan untuk tetap berada dalam dunia yang telah dijalaninya selama ini atau memilih untuk melihat dunia luar/ dunia di luar komunitas (dengan empat sahabatnya). Tokoh Arial memiliki empat sahabat (Genta, Ian, Riani, dan Zafran). Selama tujuh tahun mereka melakukan banyak hal bersama. Namun sebuah dialog dengan empat sahabatnya mengenai kata-kata Plato membuat batin Arial berada dalam sebuah pilihan. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut.

“Plato, seorang filsuf besar dunia pernah bilang bahwa nantinya dalam kehidupannya setiap manusia akan terjebak dalam sebuah gua gelap yang berisi keteraturan kemapanan, dan mereka senang berada di dalamnya. Karena mereka terbuai dengan segala kesenangan di sana dengan apa yang telah mereka capai, hingga akhirnya mereka takut keluar dari gua tersebut. Mereka memang bahagia, tetapi diri mereka kosong dan mereka nggak pernah menemukan siapa diri mereka sebenarnya...mereka nggak punya mimpi.”

Balade Pour Adeline-nya Richard Clayderman mengalir sekenanya dari jari-jari Ian yang mencoba berbicara mengisi bola kosong yang berputar-putar tembus pandang di tengah-tengah mereka.

Semuanya diam lagi mendengar omongan Zafran yang dengan sensitifnya bercampur melodinya Balade Paur Adeline tadi. Cipratan- cipratan filsufis musikal sentimental yang baru saja mengalir menghasilkan beberapa helaan nafas berisi berjuta cerita. Semuanya mencoba berdialog dengan diri mereka sendiri. Mencoba berdialog dengan bola kosong yang berputar-putar tembus pandang di tengah- tengah mereka.

...

“Keluar dari gua kita untuk sementara...,” Zafran melanjutkan

“Mungkin kita emang harus ngeliat dunia lain di luar tongkrongan kita dulu, jangan berlima melulu kemana-mana,” kalimat Zafran tentang Plato barusan menyentakkan keapaadaan-nya diri Arial.

Pada kutipan di atas, tokoh Arial berdialog dengan empat sahabatnya mengenai kalimat Plato. Kata-kata Plato tersebut disampaikan oleh tokoh Zafran, bahwa nantinya dalam kehidupannya setiap manusia akan terjebak dalam sebuah gua gelap yang berisi keteraturan kemapanan, dan mereka senang berada di dalamnya. Karena mereka terbuai dengan segala kesenangan di sana dengan apa yang telah mereka capai, hingga akhirnya mereka takut keluar dari gua tersebut. Mereka memang bahagia, tetapi diri mereka kosong dan mereka tidak pernah menemukan siapa diri mereka sebenarnya dan mereka tidak memiliki mimpi. Arial menyadari bahwa dirinya dan empat sahabatnya adalah manusia-manusia yang sedang berada dalam gua gelap tersebut.

Tokoh Arial bersama keempat temannya memiliki sebuah dunia sendiri, mereka terlalu asyik dengan dunia mereka sendiri, terlalu nyaman dengan segala yang telah diperoleh sehingga melupakan bahwa di luar komunitas mereka ada sebuah dunia yang lebih luas. Sebuah dunia bagi orang-orang yang berani memperjuangkan mimpi-mimpinya. Kondisi terlalu nyaman yang dirasakan tokoh Arial dengan empat sahabatnya membuat ia melupakan hakikat sebuah kebahagiaan, yaitu ketika mereka mampu mengenal siapa diri mereka, ketika mereka mengetahui apa tujuan mereka sesungguhnya dalam hidup ini.

Tokoh Arial yang juga digambarkan sebagai seseorang yang memiliki sifat apa adanya, yang menjadikannya tidak berani bermimpi, pada akhirnya mengalami pertentangan dalam dirinya.

Apakah ia akan tetap berada di dalam dunianya bersama empat sahabatnya atau memilih keluar dari zona nyaman (gua gelap) tersebut, mencoba sebuah dunia baru yang lebih luas, yang akan membawanya menjadi manusia yang mau berjuang, memiliki mimpi hingga menjadi manusia yang lebih baik, berjuang menemukan siapa dirinya.

Adapun reaksi tokoh Arial menghadapi konflik yang terjadi dalam dirinya yaitu Arial menyetujui usul teman-temannya untuk tidak bertemu selama 3 bulan. Ia mencoba menjadi seseorang yang berani bermimpi.... “Gue mau...,” Arial menyambut usul Genta mantap. Mungkin kita emang harus ngeliat dunia lain di luar tongkrongan kita dulu, jangan berlima melulu kemana-

mana,” kalimat Zafran tentang Plato barusan menyentakkan keapaadaan-nya

diri Arial. Arial yang pada awalnya tidak pernah berpikir untuk mengejar sesuatu, berambisi pada suatu hal, tiba-tiba menyetujui keputusan untuk melihat sebuah dunia di luar komunitasnya selama ini, tidak hanya berinteraksi dengan empat sahabatnya saja, dan mencoba menjadi manusia yang berani bermimpi dan mengejarnya.

(b) Konflik batin yang terjadi pada tokoh Arial yaitu pertentangan dalam dirinya untuk memilih mengutarakan isi hati atau memilih memendam saja perasaan cintanya pada seorang wanita bernama Indy. Pertentangan yang terjadi dalam diri tokoh Arial dapat dilihat pada kutipan berikut.

Arial chatting sendiri sama suara di hatinya. Apa malem ini aja ya gue bilang ke indy? Tapi gue nggak tau dianya suka apa nggak. Tapi dia „kan perhatian banget sama gue. Ah tau ah, tunggu aja

Chatting Arial dengan hatinya pun selesai karena suara dihatinya ngingetin Arial kalau dia lagi di tol dan enggak boleh bengong.

………

Di antara keriuhan Bogor menunggu malam dengan angkotnya yang banyak dan berwarna seperti permen, mereka pergi ke daerah yang dibilang Cisangkuy itu. Arial sebentar melirik indy, suara- suara di kepalanya masih bersahut-sahutan bilang…nggak bilang…nggak…bilang… nggak. Arial memang selalu apa adanya dan biasa-biasa aja.

(5 cm, 2008:89-92)

Pada kutipan di atas, Arial bimbang antara harus mengatakan perasaannya

atau memilih memendam perasaannya saja….Arial sebentar melirik indy, suara-suara di kepalanya masih bersahut-sahutan bilang…nggak

bilang…nggak…bilang… nggak. Selama sebulan Arial memendam isi hatinya,

selama itu pula ia meyakinkan dirinya bahwa ia harus mengatakan tentang perasaannya pada Indy.

Arial sebagai salah satu tokoh dari lima tokoh yang terdapat dalam novel 5 cm digambarkan sebagai tokoh yang sering mengalami masalah ketika berhadapan dengan wanita yang ia sukai....Arial emang yang paling ganteng dibanding cowok-cowok di komplotan pengeksekusi filosofi ini—Riani pun mengakui. Arial yang apa adanya, walaupun jadi idola toh ia masih jomblo karena terlalu apa adanya. Pengarang menggambarkan Arial sebagai tokoh yang terlalu apa adanya, dan hal tersebut sering kali menimbulkan masalah dalam hidupnya. Terutama saat berhadapan dengan wanita.

Arial mengalami konflik batin ketika ia bertemu dengan seorang wanita bernama Indy. Tokoh Arial sangat mengagumi Indy... Arial bertanya ke Indy sambil melihat kulit muka Indy yang kuning langsat, dengan sedikit bayangan matahari sore di pipi kanannya. Indy punya tulang pipi yang sempurna.

Kekaguman tokoh Arial terhadap Indy berujung pada pertentangan tokoh Arial terhadap sikap yang harus diambilnya. Sisi keapaadaan tokoh Arial membuatnya tidak memiliki keberanian untuk mengungkapkan isi hatinya terhadap Indy, ia takut akan segala konsekuensi yang mungkin akan dialaminya. Kondisi tersebut tentu saja bertentangan dengan keinginan Arial untuk selalu dekat dan bersama dengan Indy.

Pertentangan yang dialami dalam diri tokoh Arial dapat pula dilihat pada kutipan berikut.

Ya ampun susah banget ngomongnya… susah, susah,

susah. Gue udah sayang banget kali ya sama makhluk satu ini. Batin Arial ricuh, kalau emang buat bener-bener dan udah sayang susaaaah banget bagi laki-laki untuk mengatakannya (setuju banget!). Yang bikin senewen dari tadi adalah suara-suara kecil yang sangat mengganggu di pikiran Arial. Enggak mau…kamu dah kayak kakak sendiri.

Aku belum siap pacaran, kamu udah terlalu deket, aku nggak mau

terikat dulu. Aku ada yang lain…aku masih mau bebas. Temen aja deh, aku masih suka inget sama dia. Aku jawab nanti kalo aku udah siap sekitar 6 bulan lagi, Arial kacau sendiri.

Tiba-tiba ada suara tegas yang menghapus semua suara

kecil pesimis tadi, “Bilang nggak bilang, laki-laki nggak pernah

boleh nyesel”

Arial menarik nafas panjang, mulutnya menyahut pelan sebuah nama wanita yang sudah membuat dia melayang-layang sebulan ini.

Dan semuanya pun mengalir dari Arial dengan penuh kejujuran, ketegasan, dan kelaki-lakian, dengan segala argumen indah yang mengalir begitu saja, dengan segala kerinduan laki-laki yang tak terhingga dan bisa mengalahkan apa pun pada saat begini. Mengalir bersama anugerah serta kodrat laki-laki dan wanita yang akan selalu belajar mencintai, belajar dicintai, dan yang selalu ingin dicintai. Partikel-partikel mereka pun bersahutan saling berebut untuk memasuki dunia baru yang akan mereka bangun atau akan mereka hancurkan nantinya. Meminta keyakinan untuk jangan pernah takut mencinta. Chemistry-chemistry keraguan mereka pun bertarung atas nama cinta, atas nama kerinduan, atas nama mimpi, dan atas nama bintang di atas sana yang melirik tersenyum simpul, atas nama bulan yang terdiam bijak mendengarkan mereka berdua. (5 cm, 2008:101-102)

Pada kutipan di atas digambarkan keadaan tokoh Arial yang semakin mengalami kebimbangan. Ada perasaan takut dalam diri Arial, ia merasa tidak siap dengan segala kemungkinaan yang akan terjadi, dengan jawaban-jawaban di luar keinginan Arial yang mungkin akan diutarakan oleh Indy. Namun kebimbangan tersebut akhirnya berujung pada satu keputusan untuk tetap mengatakan semua perasaannya. Sebagai seorang lelaki, tokoh Arial merasa bahwa ia harus mampu mengambil keputusan, harus berani menerima segala konsekuensi dari keputusan yang telah diambil, dan tidak boleh menyesal atas keputusan yang tersebut.