• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

2) Tokoh Genta

(a) Konflik batin yang terjadi pada tokoh Genta yaitu pertentangan untuk tetap berada dalam dunia yang telah dijalaninya selama ini, sebuah komunitas dengan empat sahabatnya atau memilih untuk melihat dunia luar/ dunia di luar komunitas kecil tersebut. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut.

Zafran tiba-tiba berkata lembut sambil memainkan daun-daun

cemara kecil basah di dekatnya, “Plato, seorang filsuf besar dunia

pernah bilang bahwa nantinya dalam kehidupannya setiap manusia akan terjebak dalam sebuah gua gelap yang berisi keteraturan kemapanan, dan mereka senang berada di dalamnya. Karena mereka terbuai dengan segala kesenangan di sana dengan apa yang telah mereka capai, hingga akhirnya mereka takut keluar dari gua tersebut. Mereka memang bahagia, tetapi diri mereka kosong dan mereka nggak pernah menemukan siapa diri mereka sebenarnya...mereka nggak punya mimpi.”

Balade Pour Adeline-nya Richard Clayderman mengalir sekenanya dari jari-jari Ian yang mencoba berbicara mengisi bola kosong yang berputar-putar tembus pandang di tengah-tengah mereka.

Semuanya diam lagi mendengar omongan Zafran yang dengan sensitifnya bercampur melodinya Balade Paur Adeline tadi. Cipratan-cipratan filsufis musikal sentimental yang baru saja mengalir menghasilkan beberapa helaan nafas berisi berjuta cerita.

Semuanya mencoba berdialog dengan diri mereka sendiri. mencoba berdialog dengan bola kosong yang berputar-putar tembus pandang di tengah-tengah mereka.

“Mungkin sebaiknya kita nggak usah ketemuan dulu,” Genta mengalirkan kalimat pendek.

Semuanya jadi sensitif.

Genta meneruskan sambil menatap keempat temannya, “Ya enggak ketemu dulu, nggak nongkrong dulu, nggak ke mana-mana bareng dulu, ilang aja dulu semuanya, ilang abis-abisan, nggak telponan, nggak SMS-an...”

...

“Kita keluar sebentar aja, bermimpi lagi masing-masing tentang kita, nanti pas ketemu lagi, pasti lain lagi, lain ceritanya, lain lagi orangnya, mungkin nanti Ian jadi kurus. Jadi kita enggak perlu nyewa banana boat lagi, tapi getek,” kata Genta sambil menyenggol Ian yang masih asik dengan gitarnya.

(5 cm, 2008:62-63)

Tokoh Genta memiliki empat sahabat (Arial, Ian, Riani, dan Zafran). Selama tujuh tahun mereka melakukan banyak hal bersama, saling berbagi dan telah merasa nyaman satu sama lain. Namun sebuah dialog mengenai kata-kata Plato yang disampaikan oleh tokoh Zafran dengan empat sahabatnya, yang terlihat pada kutipan di atas, membuat batin Genta berada dalam sebuah pilihan. Pada kutipan di atas dikatakan bahwa nantinya dalam kehidupannya setiap manusia akan terjebak dalam sebuah gua gelap yang berisi keteraturan kemapanan, dan mereka senang berada di dalamnya. Karena mereka terbuai dengan segala kesenangan di sana dengan apa yang telah mereka capai, hingga akhirnya mereka takut keluar dari gua tersebut.

Manusia-manusia yang berada dalam gua tersebut memang bahagia, tetapi diri mereka kosong dan mereka tidak pernah menemukan siapa diri mereka sebenarnya dan mereka tidak memiliki mimpi. Genta menyadari bahwa dirinya dan empat temannya adalah manusia-manusia yang sedang berada dalam gua gelap tersebut.

Tokoh Genta bersama keempat sahabatnya memiliki sebuah dunia sendiri, mereka terlalu asyik dengan dunia mereka, dan terlalu nyaman dengan segala yang telah diperoleh hingga melupakan bahwa di luar komunitas mereka ada sebuah dunia yang lebih luas. Mereka melupakan hakikat kebahagiaan yaitu ketika mereka mampu mengenal siapa diri mereka, ketika mereka mengetahui apa tujuan mereka sesungguhnya dalam hidup ini.

Akhirnya tokoh Genta mengalami pertentangan dalam dirinya apakah akan tetap berada di dalam komunitas kecilnya (zona nyaman) atau mencoba sebuah dunia baru yang lebih luas, yang akan membawanya menjadi manusia yang mau berjuang, memiliki mimpi hingga menjadi manusia yang lebih baik, berjuang menemukan siapa dirinya. Masing-masing mencari jati diri dan berusaha mengejar mimpi mereka.

Adapun Reaksi tokoh Genta menyikapi konflik yang terjadi dapat dilihat pada kutipan berikut.

“Ya enggak ketemu dulu, nggak nongkrong dulu, nggak ke mana- mana bareng dulu, ilang aja dulu semuanya, ilang abis-abisan, nggak telponan, nggak SMS-an...”

...

“Kita keluar sebentar aja, bermimpi lagi masing-masing tentang kita, nanti pas ketemu lagi, pasti lain lagi, lain ceritanya, lain lagi orangnya....(5 cm, 2008:63)

Genta yang dikenal sebagai seorang pemimpin dalam komunitas lima sahabat, pada kutipan di atas akhirnya memberi usul pada teman-temannya untuk tidak bertemu selama tiga bulan, keluar sementara waktu dari gua mereka, berjuang menemukan siapa diri mereka, masing-masing mencari jati diri, berusaha mengejar mimpi masing-masing.

Manusia yang sudah terlalu nyaman dengan segala yang telah diperoleh seringkali melupakan hakikat hidup itu sendiri. Bahwa manusia harus terus berjuang, harus terus berusaha menjadi manusia yang lebih baik. Hal tersebut akhirnya mendorong tokoh Genta mengambil keputusan/ mencetuskan ide untuk berpisah selama tiga bulan dengan keempat sahabatnya. Berusaha mengejar mimpi-mimpi mereka, karena pada dasarnya manusia memiliki mimpinya masing-masing yang memang harus diperjuangkan.

(b) Konflik batin tokoh Genta yaitu pertentangan dalam diri tokoh Genta ketika ia harus memilih antara cinta atau persahabatan. Genta digambarkan memendam rasa cinta terhadap tokoh Riani, salah satu dari empat sahabatnya. Tokoh Genta memiliki perasaan cinta terhadap Riani, ia tidak hanya menginginkan Riani sebagai sahabatnya. Namun di sisi lain Genta tidak memiliki keberanian untuk mengungkapkan isi hatinya itu. Terjadi pertentangan dalam diri tokoh Genta, hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut.

Riani dan Genta saling bertatapan, entah sudah berapa kali mereka berdua mengalami deja vu seperti ini. Oh Riani..suara-suara indah kembali mengisi hati Genta. Akankah... kamu… jadi… tempat… untuk... segenggam harapan yang hampir usang tapi masih terlalu indah buat Genta, batin Genta.

...

Genta selalu benci cara mereka merayakan deja vu yang bagi Genta sangat berarti, yang bagi Genta adalah sekumpulan chemistry antara dua orang yang tidak pantas dirayakan hanya dengan dua tangan bertemu di udara. Cara seperti itu Genta masih anggap sebagai cara teman merayakan sesuatu.

Genta nggak pernah mau Riani cuma jadi teman bagi dirinya.

Genta mau lebih….

Kutipan di atas menunjukkan kedekatan tokoh Genta dan Riani sebagai sahabat. Namun Genta tidak tidak pernah menginginkan Riani hanya menjadi sahabat, Genta menginginkan lebih dari itu. Genta menginginkan Riani menjadi tempat untuk segenggam harapan indahnya. Kedekatan tokoh Genta dan Riani yang menimbulkan perasaan suka dan kagum dalam diri Genta. Genta sangat mengagumi Riani. Penampilan maupun sikap Riani membuat Genta menyukai gadis itu. Sikap Riani yang selalu menyempatkan diri tersenyum pada semua orang meskipun memiliki bertanggung jawab berat dalam pekerjaannya.

Atas alasan persahabatan, semua kekaguman yang dirasakan tokoh Genta terhadap sosok Riani hanya dapat dipendam dalam hatinya, tanpa mampu untuk mengungkapkan perasaan tersebut. Timbul pertentangan dalam diri tokoh Genta, ia tidak hanya menginginkan Riani sebagai sahabatnya, di sisi lain Genta tidak memiliki keberanian untuk mengungkapkan isi hatinya itu. Tokoh Genta digambarkan sebagai seseorang yang lebih mementingkan orang lain dari pada dirinya sendiri, ia sangat mementingkan persahabatan dengan empat temannya. Ia digambarkan sebagai sosok yang sangat mengerti keempat sahabatnya. Sikap tersebut akhirnya menimbulkan masalah dalam dirinya ketika ia memiliki perasaan cinta terhadap Riani, salah satu dari keempat sahabatnya. Timbul pertentangan dalam diri tokoh Genta, ia mengalami kebimbangan ketika harus memilih antara menjaga hubungan persahabatan atau cinta.

Tokoh Genta harus berpikir panjang untuk mengutarakan isi hatinya. Ia beranggapan bahwa bila ia mengungkapkan cinta pada Riani maka persahabatan mereka akan berakhir.

Perasaan bimbang yang dirasakan tokoh Genta dapat pula dilihat pada kutipan berikut.

Riani bersenandung sendiri…tanpa sadar Genta bengong ngeliatin Riani...

Kenapa Riani? Kenapa gue nggak ada nyali? Genta membatin, membingkai dirinya sendiri. (5 cm, 2008: 27)

Kutipan di atas menunjukkan kebimbangan yang dirasakan oleh tokoh Genta terhadap Riani. Ada keinginan untuk mengungkapkan isi hatinya, namun disisi lain tokoh Genta masih belum memiliki keberanian. Ada pertanyaan- pertanyaan dalam diri tokoh Genta, kenapa ia harus menyukai sosok Riani, perempuan yang telah amat dekat dengannya sebagai seorang sahabat.

Meskipun pada awalnya tokoh Genta lebih memilih untuk tetap memendam perasannya dan menjalani hubungan persahabatan seperti biasa dengan Riani, namun pada akhirnya ia memilih untuk jujur mengutarakan rasa cinta pada Riani. Pertentangan dalam diri tokoh Genta berakhir dengan keputusan bahwa sebagai seorang lelaki, ia harus jujur mengatakan apa yang ia rasakan pada perempuan yang ia kagumi. Genta meyakini bahwa sebuah cinta memang harus diungkapkan karena tidak pernah ada cinta yang disembunyikan, kecuali oleh seseorang yang terlalu mencintai dirinya sendiri. ....Waktu tiga bulan ini buat Genta semakin meyakinkan dirinya kalo emang udah saatnya dia harus jujur sama Riani tentang perasaannya. Tokoh Genta pada akhirnya

mengungkapkan perasan pada Riani saat mereka mengadakan pendakian di gunung Mahameru (Ranu Kumbolo).

Setelah mengakui perasaan cintanya, tokoh Genta merasa beban yang selama ini dirasakan dalam dirinya dapat terselesaikan. Semua bebannya selama ini yang tidak terkatakan ke Riani seperti lepas dan yang membuat Genta bahagia adalah akhirnya dia masih punya kesempatan dan belum terlambat untuk mengatakan segala perasaannya pada Riani. Tokoh Genta meyakini bahwa sebuah cinta memang harus diungkapkan karena tidak pernah ada cinta yang disembunyikan, kecuali oleh seseorang yang terlalu mencintai dirinya sendiri.

Meskipun pada akhirnya Riani tidak memiliki perasaan yang sama terhadap tokoh Genta, tetapi Genta tidak pernah menyesal telah jujur tentang perasaannya. Tokoh Genta merasa lega dan bahagia setelah mengungkapkan semua perasan yang selama ini dipendam pada tokoh Riani, yang telah membuat tokoh Genta mengalami konflik dalam dirinya. Genta merasa bahagia karena ia masih memiliki kesempatan untuk mengungkapkan semua perasaan yang cukup membebani pikiran Genta selama ini.