• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

4) Tokoh Rian

(a) Konflik batin yang terjadi pada tokoh Riani yaitu pertentangan untuk tetap berada dalam dunia yang telah dijalaninya selama ini atau memilih untuk melihat dunia luar/ dunia di luar komunitas (dengan empat sahabatnya). Tokoh Riani memiliki empat sahabat (Arial, Genta, Ian, dan Zafran). Selama tujuh tahun mereka melakukan banyak hal bersama. Namun sebuah dialog dengan empat sahabatnya mengenai kata-kata Plato membuat batin Riani berada dalam sebuah pilihan. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut.

Zafran tiba-tiba berkata lembut sambil memainkan daun-daun

cemara kecil basah di dekatnya, “Plato, seorang filsuf besar dunia pernah bilang bahwa nantinya dalam kehidupannya setiap manusia akan terjebak dalam sebuah gua gelap yang berisi keteraturan kemapanan, dan mereka senang berada di dalamnya. Karena mereka terbuai dengan segala kesenangan di sana dengan apa yang telah mereka capai, hingga akhirnya mereka takut keluar dari gua tersebut. Mereka memang bahagia, tetapi diri mereka kosong dan mereka nggak pernah menemukan siapa diri mereka sebenarnya...mereka nggak punya mimpi.”

Balade Pour Adeline-nya Richard Clayderman mengalir sekenanya dari jari-jari Ian yang mencoba berbicara mengisi bola kosong yang berputar-putar tembus pandang di tengah-tengah mereka.

Semuanya diam lagi mendengar omongan Zafran yang dengan sensitifnya bercampur melodinya Balade Paur Adeline tadi. Cipratan-cipratan filsufis musikal sentimental yang baru saja mengalir menghasilkan beberapa helaan nafas berisi berjuta cerita. Semuanya mencoba berdialog dengan diri mereka sendiri. Mencoba berdialog dengan bola kosong yang berputar-putar tembus pandang di tengah-tengah mereka.

“Mungkin sebaiknya kita nggak usah ketemuan dulu,” Genta mengalirkan kalimat pendek.

Semuanya jadi sensitif.

“Keluar dari gua kita untuk sementara...,” Zafran melanjutkan.

...

Batin Riani pun mengangguk setuju. Ya, walaupun dirinya nggak setuju, batinnya telah mengangguk.

“Tapi gue nggak mau kehilangan kalian semua,” Riani berkata pelan setengah maksa.

(5 cm, 2008:62-63)

Pada kutipan di atas, terdapat sebuah kata-kata dari Plato yang disampaikan oleh tokoh Zafran, bahwa nantinya dalam kehidupannya setiap manusia akan terjebak dalam sebuah gua gelap yang berisi keteraturan kemapanan, dan mereka senang berada di dalamnya. Mereka terbuai dengan segala kesenangan di sana dengan apa yang telah mereka capai, hingga akhirnya mereka takut keluar dari gua tersebut. Mereka memang bahagia, tetapi diri mereka kosong dan mereka tidak pernah menemukan siapa diri mereka sebenarnya dan mereka tidak memiliki mimpi.

Riani pun menyadari bahwa dirinya dan empat temannya adalah manusia- manusia yang sedang berada dalam gua gelap itu. Tokoh Riani bersama keempat temannya memiliki sebuah dunia sendiri, mereka terlalu asyik dengan dunia mereka sendiri, terlalu nyaman dengan segala yang telah diperoleh sehingga melupakan bahwa di luar komunitas mereka ada sebuah dunia yang lebih luas. Mereka melupakan hakikat kebahagiaan yaitu ketika mereka mampu mengenal siapa diri mereka, ketika mereka mengetahui apa tujuan mereka sesungguhnya dalam hidup ini. Akhirnya tokoh Riani mengalami pertentangan dalam dirinya apakah akan tetap berada di dalam dunia mereka sendiri (zona nyaman) atau mencoba sebuah dunia baru yang lebih luas, yang akan membawanya menjadi manusia yang mau berjuang, memiliki mimpi hingga menjadi manusia yang lebih baik, berjuang menemukan siapa dirinya. Masing-masing mencari jati diri dan berusaha mengejar mimpi mereka.

Adapun reaksi tokoh Riani menyikapi konflik yang terjadi, Riani akhirnya menerima usul teman-temannya untuk tidak bertemu selama 3 bulan berjuang menemukan siapa diri mereka, masing-masing mencari jati diri, berusaha mengejar mimpi masing-masing. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut.

Batin Riani pun mengangguk setuju. Ya, walaupun dirinya nggak setuju, batinnya telah mengangguk.

“Tapi gue nggak mau kehilangan kalian semua,” Riani berkata pelan setengah maksa. (5 cm, 2008:62-63)

Manusia yang sudah terlalu nyaman dengan segala yang telah diperoleh seringkali melupakan hakikat hidup itu sendiri. Bahwa manusia harus terus berjuang, harus terus berusaha menjadi manusia yang lebih baik.

Hal tersebut akhirnya mendorong tokoh Riani agar menyetujui keputusan untuk berpisah selama 3 bulan dengan keempat sahabatnya, meskipun awalnya ia tidak setuju dengan keputusan tersebut. Ia berusaha mengejar mimpi-mimpinya, karena pada dasarnya manusia memiliki mimpinya masing- masing yang memang harus diperjuangkan.

(b) Konflik batin tokoh Riani yang memendam perasaan cinta pada Zafran. Timbul pertentangan dalam diri tokoh Riani yaitu keinginan dalam diri tokoh Riani untuk mengakui semua perasaannya terhadap tokoh Zafran, namun di sisi lain sebagai seorang wanita ia merasa tidak pantas mengungkapkan perasaannya lebih dulu. Ia tidak memiliki keberanian untuk mengungkapkan perasaan tersebut atas alasan bahwa dirinya seorang wanita. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut.

...Suara hujan yang sangat deras menghujam keras di kap mobil, mengeluarkan suara yang nggak enak...sama nggak enaknya dengan hati Riani yang lagi kehilangan sesuatu.

Riani menarik nafas panjang dan dalam.

Dan semuanya pun mengalir deras dari hati Riani, tentang teman-teman gilanya yang bikin kangen, 14 Agustus, dan yang paling lama dan bikin Citra terbengong-bengong adalah bagaimana Riani sangat menyayangi salah satu dari mereka. Bagaimana selama ini Riani selalu menyimpannya dengan baik beralaskan harap, berbungkus mimpi ceria dan kerinduan...nggak berani mengungkapkan semuanya atas nama wanita.

...

Malam pun berlanjut di antara derasnya hujan. Lampu-lampu mobil masih berbias basah air hujan di mata Riani yang kosong, menatap harapan kerinduan yang dia nggak tahu akan pergi kemana. Merah, oranye, kuning, merah, oranye, kuning, merah, garis-garis air tetes air...penuh...basah..., kuning, kuning.

Kutipan di atas menunjukkan realitas yang selama ini ada dalam kehidupan masyarakat Indonesia, yaitu prinsip bahwa kaum wanita tidak pantas untuk lebih dulu mengungkapkan apa yang dia rasakan/ isi hati terhadap lawan jenis. Hal tersebut dicerminkan melalui tokoh Riani dalam novel ini... Bagaimana selama ini Riani selalu menyimpannya dengan baik beralaskan harap, berbungkus mimpi ceria dan kerinduan...nggak berani mengungkapkan semuanya atas nama wanita. Realitas tersebut menimbulkan konflik batin tokoh Riani, sebab ia digambarkan sebagai seseorang yang memegang teguh prinsip tersebut.

Kebimbangan yang dirasakan tokoh Riani dapat pula dilihat pada kutipan berikut.

Lehernya yang putih menengok manja sekelebat sambil melipat tangannya di dada. Dia memandang hujan dari jendela kantornya yang tinggi, hujan semakin keras, menurunkan beribu kata yang hinggap di matanya.

Kangen, kangen, kangen, lagi ngapain ya dia? Lampu- lampu malam di jalan utama kotanya seperti memecah bias antara air hujan dan penglihatannya. Lampu mobil yang banyak sekali berjejer di bawah sana bertumpuk perlahan bergerak.

Sambil berdiri, telapak tangannya beradu dengan dagunya, melihat malam, melihat hujan yang bertambah deras. Melihat bias merah, kuning, orange, kuning, orange, biru kuning,...kangen...

(5 cm, 2008: 81)

Kutipan di atas menggambarkan suasana hujan yang menambah perasaan kehilangan di hati tokoh Riani. Riani memandang hujan dari jendela kantornya yang tinggi, hujan semakin keras, menurunkan beribu kata yang hinggap di matanya. Ada perasaan rindu dalam dirinya namun ia tidak dapat berbuat apa- apa.

Tokoh Riani pada akhirnya tetap memilih untuk tidak mengungkapkan perasaannya pada Zafran, tetapi ia mengungkapkan perasaannya dan jujur pada salah satu sahabatnya yaitu Genta. Dengan jujur, Riani menceritakan semua perasaan cinta yang selama ini dipendamnya untuk Zafran.... Riani terus bercerita penuh kelembutan, terus bercerita, dan nama seorang sahabat pun terucap di situ. “Dia... Zafran, Ta.” Tokoh Riani akhirnya tetap memegang teguh prinsipnya sebagai seorang wanita. Meskipun hanya mengungkapkan isi hatinya pada Genta dan tidak memiliki keberanian untuk mengungkapkan pada Zafran, tetapi hal tersebut mampu membuat Riani merasa lega.