• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kolom Stratigrafi.PDF

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kolom Stratigrafi.PDF"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Stratigrafi adalah studi mengenai sejarah, komposisi dan umur relatif serta distribusi perlapisan batuan dan interpretasi lapisanlapisan batuan untuk menjelaskan sejarah bumi. Dari hasil perbandingan atau korelasi antar lapisan yang berbeda dapat dikembangkan lebih lanjut studi mengenai litologi (litostratigrafi), kandungan fosil (biostratigrafi), dan umur relatif maupun absolutnya (kronostratigrafi). Stratigrafi kita pelajari untuk mengetahui luas penyebaran lapisan batuan. Untuk menggambarkan susunan berbagai jenis batuan serta hubungan antar batuan atau satuan batuan mulai dari yang tertua hingga termuda menurut umur geologi, ketebalan setiap satuan batuan, serta genesa pembentukan batuannya maka di pelajarilah kolom stratigrafi.

I.2 Maksud dan Tujuan

I.2.1 Maksud

Maksud dari kegiatan praktikum ini yaitu untuk mengetahui susunan batuan secara bersistem yang menyusun bumi terutama pada batuan sedimen.

I.2.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum ini yaitu agar praktikan dapat membuat kolom stratigrafi yang benar sesuai dengan aturan yang ada.

I.3 Alat dan Bahan

I.3.1 Alat

a. Alat tulis menulis b. Pensilwarna c. Mistar

I.3.2 Bahan a. Kertas A4

b. Penampang Stratigrafi Terukur

II. TINJAUAN PUSTAKA 

Stratigrafi merupakan cabang Geologi yang membahas tentang pemerian, pengurutan, pengelompokan, dan klasifikasi tubuh batuan serta korelasinya satu terhadap lainnya. Dari hasil perbandingan atau korelasi antar lapisan yang berbeda dapat dikembangkan lebih lanjut studi mengenai litologi (litostratigrafi), kandungan fosil (biostratigrafi), dan umur relative maupun absolutnya (kronostratigrafi).

II.1 Konsep-Konsep/Prinsip Dasar Stratigrafi

Dalam pembelajaran stratigrafi permulaannya adalah pada prinsip-prinsip dasar yang sangat penting aplikasinya sekarang ini. Sebagai dasar dari studi ini Nicolas Steno membuat tempat prinsip tentang konsep dasar perlapisan yang sekarang dikenal dengan “Steno’s Law”.

Empat prinsip steno tersebut adalah :

1. The Principles of Superpositin (Prinsip Superposisi)

Dalam suatu urutan perlapisan, lapisan yang lebih muda adalah lapisan yang berada diatas lapisan yang lebih tua. “pada waktu suatu lapisan terbentuk (saat terjadinya pengendapan), semua massa yang berada diatasnya adalah fluida, maka pada saat suatu lapisan yang lebih dulu terbentuk, tidak ada keterdapatan lapisan diatasnya.” Steno, 1669.

2. Principle of Initial Horizontality

Jika lapisan terendapkan secara horizontal dan kemudian terdeformasi menjadi beragam posisi.”Lapisan baik yang berposisi tegak lurus maupun miring terhadap horizon, pada awalnya parallel terhadap horizon“. Steno, 1669.

3. Lateral Continuity

Dimana suatu lapisan dapat diasumsikan terendapkan secara lateral dan berkelanjutan jauh akhirnya terbentuk sekarang. “Material yang membentuk suatu perlapisan terbentuk secara menerus pada permukaan bumi walaupun beberapa material yang padat langsung berhenti pada saat mengalami transportasi.” Steno, 1669.

4. Principle of Cross Cutting Relationship

Suatu struktur geologi seperti sesar atau tubuh intruksi yang memotong perlapisan selalu berumur lebih muda dari batuan yang diterobosnya .“Jika suatu tubuh atau diskontinuitas memotong perlapisan, tubuh tersebut pasti terbentuk setelah perlapisan tersebut terbentuk.” Steno, 1669.

William Smith (1769-1839) seorang peneliti dari Inggris. Smith adalah seorang insinyur yang bekerja disebuah bendungan, ia mengemukakan teori biostratigrafi dan korelasi stratigrafi. Smith mengungkapkan dengan menganalisa keterdapatan fosil dalam suatu batuan, maka suatu lapisan yang satu dapat dikorelasikan dengan lapisan yang lain, yang merupakan satu perlapisan. Dengan korelasi stratigrafi maka dapat mengetahui sejarah geologinya pula.

Dalam studi hubungan fosil antar perlapisan batuan, ia pun menyimpulkan suatu hukum yaitu “Law of Faunal Succession“, pernyataan umum yang menerangkan bahwa fosil suatu organisme terdapat dalam data rekaman stratigrafi dan dapatdigunakan sebagai petunjuk untuk mengetahui sejarah geologi yang pernah dilaluinya. Jasanya sebagai pencetus biostratigrafi membuat ia dikenal dengan sebutan “Bapak Stratigrafi”.

Ahli stratigrafi lain seperti D’Orbigny dan Albert Oppel juga berperan besar dalam perkembangan ilmu stratigrafi. D’Orbigny mengemukakan suatu perlapisan secara sistematis mengikuti yang lainnya yang memiliki karakteristik fosil yang sama. Sedangkan Oppel berjasa dalam mencetuskan konsep “Biozone”. Biozone adalah satu unit skala kecil yang mengandung semua lapisan yang diendapkan selama eksistensi/keberadaan fosil organisme tertentu. Kedua orang nilah yang juga mencetuskan pembuatan standar kolom stratigrafi.

II.2 Unsur-Unsur Stratigrafi

Didalam penyelidikan stritigrafi ada dua unsure penting pembentuk stratigrafi yang perlu di ketahui, yaitu:

1. Unsur batuan

Suatu hal yang penting didalam unsure batuan adalah pengenalan dan pemerian litologi. Seperti diketahui bahwa volume bumi diisi oleh batuan sedimen 5% dan batuan non-sedimen 95%. Tetapi dalam penyebaran batuan, batuan sedimen mencapai 75% dan batuan non-sedimen 25%. Unsur batuan terpenting pembentuk

stratigrafi yaitu sedimen dimana sifat batuan sedimen yang berlapis-lapis member arti kronologis dari lapisan yang ada tentang urut-urutan perlapisan ditinjau dari kejadian dan waktu pengendapannya maupun umur setiap lapisan.

Dengan adanya ciri batuan yang menyusun lapisan batuan sedimen, maka dapat dipermudah pemeriannya, pengaturannya, hubungan lapisan batuan yang satu dengan yang lainnya, yang dibatasi oleh penyebaran ciri satuan stratigrafi yang saling berhimpit, bahkan dapat berpotongan dengan yang lainnya.

2. Unsurperlapisan

Unsur perlapisan merupakan sifat utama dari batuan sedimen yang memperlihatkan bidang-bidang sejajar yang diakibatkan oleh proses-proses sedimetasi. Mengingat bahwa perlapisan batuan sedimen dibentuk oleh suatu proses pengendapan pada suatu lingkungan pengendapan tertentu, maka Weimer berpendapat bahwa prinsip penyebaran batuan sedimen tergantung pada proses pertumbuhaan lateral yang didasarkan pada kenyataan, yaitu bahwa:

a. Akumulasi batuan pada umumnya searah dengan aliran media transport, sehingga kemiringan endapan mengakibatkan terjadinya perlapisan selang tindih (overlap) yang dibentuk karena tidak seragamnya massa yang diendapkannya.

b. Endapan di atas suatu sedimen pada umumnya cenderung membentuk sudut terhadap lapisan sedimentasi di bawahnya.

2.3 Arti dan Makna Kolom Stratigrafi

Kolom stratigrafi pada hakekatnya adalah kolom yang menggambarkan susunan berbagai jenis batuan serta hubungan antar batuan atau satuan batuan mulai dari yang tertua hingga termuda menurut umur geologi, ketebalan setiap satuan batuan, serta genesa pembentukan batuannya. Pada umumnya banyak cara untuk menyajikan suatu kolom stratigrafi, namun demikian ada suatu standar umum yang menjadi acuan bagi kalang anahli geologi didalam menyajikan koloms tratigrafi. Penampang koloms tratigrafi biasanya tersusun dari kolom-kolom dengan atribut-atribut sebagai berikut: Umur, Formasi, Satuan Batuan, Ketebalan, Besar-Butir, Simbol Litologi, Deskripsi/Pemerian, Fosil Dianostik, dan Linkungan Pengendapan.

Tabel 2.1 adalah kolom stratigrafi daerah Karawang Selatan, Jawa Barat yang tersusun dari kiri ke kanan sebagai berikut: umur, formasi, satuan batuan, symbol litologi, deskripsi batuan, dan lingkungan pengendapan.

Tabel 2.1 adalah kolom stratigrafi daerah Karawang Selatan, Jawa Barat

Kolom stratigrafi yang diperoleh dari jalur yang diukur siap dijadikan dasar untuk :

1. Penentuan batas secara tepat dari satuan-satuan stratigrafi formal maupun informal, yang dalam peta dasar yang dipakai terpetakan atau tidak, sehingga akan meningkatkan ketepatan dari pemetaan geologi yang dilakukan di tempat dimana dilakukan pengukuran tadi.

2. Penafsiran lingkungan pengendapan satuan-satuan yang ada di kolom tersebut serta sejarah geologi sepanjang waktu pembentukan kolom tersebut.

3. Sarana korelasi dengan kolom-kolom yang diukur di jalur yang lain.

4. Pembuatan penampang atau profil stratigrafi (stratigraphic section) untuk wilayah tersebut.

5. Evaluasi lateral (spatial = ruang) dan vertical (temporal = waktu) dari seluruh satuan yang ada atau pun sebagian dari satuan yang terpilih, misalnya saja :

a. Lapisan batu pasir yang potensial sebagai reservoir. b. Lapisan batubara.

c. Lapisan yang kaya akan fosil tertentu. d. Lapisan Bentonit dan lain-lain.

F o r m a s i L a n g i F o r m a s i M a l l a w a

F o r m a s i M a r a d a

K o m p l e k s B a t u a n A l a s

Tabel 2.2 Kolom Stratigrafi Regional Daerah Barru

III. PROBLEM SET

1 Pertama menghitung ketebalan sesuai data slope dan dip yang telah ditentukan berdasarkan pada penampang stratigrafi.

2 Kemudian mengumpulkan data untuk mengetahui umur dan formasi dari litologi yang telah ditentukan.

3 Selanjutnya mmasukkan ketebalan yang telah dihitung pada kertas A4 yang telah diskalakan dengan skala 1:1000.

4 Setelah itu, mengurutkan batuan berdasarkan umurnya dari yang muda sampai yang tua.

5 Terakhir, memasukkan litologi, simbol, deskripsi batuan dan lingkungan pengendapan pada kolom stratigrafi.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.2 Pembahasan

Berdasarkan kolom stratigrafi dapat diketahui suatu litologi batuan dan formasinya berdasarkan umur dari skala waktu geologi. Pada umur pliosen merupakan Formasi Walanae yang ditandai dengan adanya batupasir yang mempunyai warna lapuk kuning kecoklatan, warna segar putih kekuningan, teksturnya klastik dengan ukuran butir ¼-1/2 mm dan lingkungan pengendapannya yaitu terendapkan di darat. Kemudian terdapat batu lempung dengan warna lapuk cokelat, warna segar abu-abu, teksturnya klastik dengan ukuran butir <1/256 mm dan lingkungan pengendapannya yaitu darat. Dan batunapal yang merupakan batulempung yang mempunyai komposisi karbonat yang tinggi dengan warna

abu dan ukuran butir sangat halus hingga menengah dan lingkungan pengendapannya yaitu darat.

Pada umur Miosen merupakan Formasi Camba yang ditandai dengan adanya batubara yang mempunyai warna lapuk cokelat, warna segar hitam, teksturnya non klastik dan lingkungan pengendapannya yaitu terendapkan di darat. Kemudian terdapat batu lanau dengan warna lapuk cokelat, warna segar merah abu-abu, teksturnya klastik dengan ukuran butir 1/256-1/16 mm dan lingkungan pengendapannya yaitu darat. Serta terdapat batu pasir

Pada umur eosen merupakan Formasi Tonasa yang ditandai dengan adanya batunapal batunapal yang merupakan batulempung yang mempunyai komposisi karbonat yang tinggi dengan warna abu-abu dan ukuran butir sangat halus hingga menengah dan lingkungan pengendapannya yaitu laut dangkal.

Pada umur paleosen merupakan Formasi Malawa yang ditandai dengan adanya batupasir yang mempunyai warna lapuk kuning kecoklatan, warna segar putih kekuningan, teksturnya klastik dengan ukuran butir ¼-1/2 mm dan lingkungan pengendapannya yaitu terendapkan di transisi. Kemudian terdapat batu lempung dengan warna lapuk cokelat, warna segar abu-abu, teksturnya klastik dengan ukuran butir <1/256 mm dan lingkungan pengendapannya yaitu darat. Dan batunapal yang merupakan batulempung yang mempunyai komposisi karbonat yang tinggi dengan warna abu-abu dan ukuran butir sangat halus hingga menengah dan lingkungan pengendapannya yaitu darat. Serta terdapat sisipan batubara yang mempunyai warna lapuk cokelat, warna segar hitam, teksturnya non klastik dan lingkungan pengendapannya yaitu terendapkan di darat.

Pada umur Kapur merupakan Formasi Balangbaru yang dicrikan dengan adanya batuserpih, batuserpih termasuk batuan sedimen nonkarbonat dengan warna lapuk coklat sedangkan warna segarnya abu-abu kehijauan teksturnya klastik dengan ukuran butir 1/256-1/16, batuserpih terendapakan dilingkungan pengendapan transisi. Serta terdapat batupasir yang mempunyai warna lapuk kuning kecoklatan, warna segar putih kekuningan, teksturnya klastik dengan ukuran butir ¼-1/2 mm dan lingkungan pengendapannya yaitu terendapkan di laut dangkal.

V. PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan membuat kolom stratigrafi kita dapat dengan mudah mengetahui umur dan formasi berbagai jenis batuan dan kita juga dapat mengetahui cara menghitung setiap ketebalan satuan batuan serta lingkungan pengendapan setiap batuan tersebut

V.2 Saran

Saran saya kepada asisten agar lebih konsisten lagi dan jangan pernah bosan untuk mendidik kami. Untuk Laboratorium agar disediakan tempat yang khusus untuk melaksanakan praktikum.

DAFTAR PUSTAKA

Noor,Djauhari., 2009., Pengantar Geologi., Universitas Pakuan., Bogor.

Rasbin, Ode Rafsan., 2015., Laporan Praktikum Penampang Stratigrafi Terukur., Universitas Muslim Indonesia., Makassar

Tim penyusun., 2015., Penuntun Praktikum Stratigrafi., Universitas Muslim Indonesia., Makassar.

SITTI RATMI NURHAWAISYAH ODE RAFSAN RASBIN 093 2103 0095

 

Gambar

Tabel 2.1 adalah kolom stratigrafi daerah Karawang Selatan, Jawa Barat yang   tersusun   dari   kiri ke kanan sebagai berikut: umur, formasi, satuan  batuan, symbol litologi, deskripsi batuan, dan lingkungan pengendapan.
Tabel 2.2 Kolom Stratigrafi Regional Daerah Barru

Referensi

Dokumen terkait

Maksud dan tujuan dibuatnya karya tulis ini adaIah untuk mengetahui lebih mendalam tentang peranan tretinoin ( asam vitamin A ) secara topikaI daIam menghambat proses penuaan

RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap

Dengan mengetahui secara lebih mendalam terutama mengenai validasi instrumen non tes, diharapkan dalam kegiatan penelitian khususnya bidang pendidikan matematika, instrumen

Pembelajaran kimia tidak lepas dengan kegiatan praktikum kepada peserta didik sehingga peserta didik berperan aktif mengetahui secara langsung, tidak hanya teori yang disampaikan dalam