• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Laporan Keuangan Pt Unilever Terkait Keputusan Investasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisa Laporan Keuangan Pt Unilever Terkait Keputusan Investasi"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA LAPORAN KEUANGAN PT UNILEVER TBK

TERKAIT KEPUTUSAN INVESTASI

PAPER KOMUNIKASI BISNIS

Disusun untuk memenuhi tugas Komunikasi Bisnis kelas E

Oleh :

Maftuh Indah 140810301013 Ati Rizkiani Mahbubah 140810301233

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS JEMBER

2016

(2)

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Modal merupakan alat vital berdirinya sebuah perusahaan. Dimana tanpa ada modal yang kuat, suatu perusahaan tidak akan mampu berdiri dan beroperasi untuk mencapai tujuan. Karena besar kecilnya suatu perusahaan tergantung pada seberapa besar modal yang dimilikinya. Modal yang digunakan perusahaan bisa berasal dari bermacam-macam sumber, seperti modal yang berasal dari kekayaan sendiri, modal dari pinjaman Bank, maupun modal yang berasal dari penjualan surat-surat berharga yaitu saham maupun obligasi.

Bagi sebuah perusahaan besar saat ini mencari modal bukanlah hal yang terlalu sulit. Perusahaan cukup mendaftarkan dirinya ke Bursa Efek Indonesia dan kemudian BEI akan mencatat bahwa perusahaan tersebut telah go publik dan sahamnya berhak untuk dimiliki khalayak umum dengan aturan serta porsi tertentu. Namun dengan mengambil keputusan go publik berarti kepemilikan serta pengambilan keputusan perusahaan dengan porsi tertentu berada di tangan pemegang saham. Selain saham perusahaan juga dapat menerbitkan surat hutang yang biasa disebut dengan obligasi kepada msyarakat.

BEI serta pasar uang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk memperoleh dana serta merupakan wadah investasi bagi investor atau pihak yang kelebihan dana. Namun dalam hal investasi tidak serta merta investor memilih perusahaan untuk menginvestasikan dananya tanpa pertimbangan tertentu. Karena tidak semua perusahaan memberikan keuntungan bagi para investor. Investor harus menggunakan berbagai pendekatan serta metode tertentu dan lebih teliti dalam memilih perusahaan yang akan diinvestasikan. Karena pada kenyataannya banyak perusahaan abal-abal yang menjual sahamnya hanya untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan sebagai ajang penipuan.

Oleh karenanya melalui penulisan paper ini kami menyarankan kepada para pembaca maupun investor untuk lebih teliti dalam menilai suatu perusahaan. Salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu adalah dengan

(3)

menganalisa laporan keuangan suatu perusahaan tersebut. Dalam paper ini kita menganalisa laporan keuangan PT Unilever Tbk. karena kita kitahui PT Unilever Tbk. merupakan perusahaan go publik terdepan yang memproduksi produk Home and Personal Care serta Foods & Ice Cream di Indonesia. PT Unilever Tbk. memiliki prospek yang baik dalam jangka panjang serta merupakan wadah berinvestasi yang menguntungkan bagi investor melalui dividen yang dibagikan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana profil dan sejarah PT. Unilever Tbk?

2. Bagaimana kondisi laporan keuangan PT. Unilever Tbk. tahun 2015? 3. Apa keputusan investor terkait laporan keuangan PT. Unilever Tbk. yang

disajikan tersebut? 1.3 Tujuan

1. Mengetahui bagaimana profil dan sejarah PT. Unilever Tbk

2. Mengetahui bagaimana kondisi laporan keuangan PT. Unilever Tbk. tahun 2015

3. Mengetahui apa keputusan investor terkait laporan keuangan PT. Unilever Tbk. yang disajikan

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Profil dan Sejarah PT. Unilever Tbk

A. Profil PT. Unilever Tbk

Sejak didirikan pada 5 Desember 1933 Unilever Indonesia telah tumbuh menjadi salah satu perusahaan terdepan untuk produk Home and Personal Care

(4)

serta Foods & Ice Cream di Indonesia. Rangkaian Produk Unilever Indonesia mencangkup brand-brand ternama yang disukai di dunia seperti Pepsodent, Lux, Lifebuoy, Dove, Sunsilk, Clear, Rexona, Vaseline, Rinso, Molto, Sunlight, Walls, Blue Band, Royco, Bango, dan lain-lain.

Selama ini, tujuan perusahaan kami tetap sama, dimana kami bekerja untuk menciptakan masa depan yang lebih baik setiap hari, membuat pelanggan merasa nyaman, berpenampilan baik dan lebih menikmati kehidupan melalui brand dan jasa yang memberikan manfaat untuk mereka maupun orang lain, menginspirasi masyarakat untuk melakukan tindakan kecil setiap harinya yang bila digabungkan akan membuat perubahan besar bagi dunia, dan senantiasa mengembangkan cara baru dalam berbisnis yang memungkinkan kami untuk tumbuh sekaligus mengurangi dampak lingkungan.

Saham perseroan pertama kali ditawarkan kepada masyarakat pada tahun 1981 dan tercatat di Bursa Efek Indonesia sejak 11 Januari 1982. Pada akhir tahun 2011, saham perseroan menempati peringkat keenam kapitalisasi pasar terbesar di Bursa Efek Indonesia.

Perseroan memiliki dua anak perusahaan yaitu PT Anugrah Lever (dalam likuidasi), kepemilikan Perseroan sebesar 100% (sebelumnya adalah perusahaan patungan untuk pemasaran kecap) yang telah konsolidasi dan PT Technopia Lever, kepemilikan Perseroan sebesar 51%, bergerak di bidang distribusi ekspor, dan impor produk dengan merek Domestos Nomos.

Bagi Unilever, sumber daya manusia adalah pusat dari seluruh aktivitas perseroan. Kami memberikan prioritas pada mereka dalam pengembangan profesionalisme, keseimbangan kehidupan, dan kemampuan mereka untuk berkontribusi pada perusahaan. Terdapat lebih dari 6000 karyawan tersebar di seluruh nusantara.

Perseroan mengelola dan mengembangkan bisnis perseroan secara bertanggung jawab dan berkesinambungan. Nilai-nilai dan standar yang Perseroan terapkan terangkum dalam Prinsip Bisnis Kami. Perseroan juga membagi standar dan nilai-nilai tersebut dengan mitra usaha termasuk para pemasok dan distributor kami.

Perseroan memiliki enam pabrik di Kawasan Industri Jababeka, Cikarang, Bekasi, dan dua pabrik di Kawasan Industri Rungkut, Surabaya, Jawa Timur,

(5)

dengan kantor pusat di Jakarta. Produk-produk Perseroan berjumlah sekitar 43 brand utama dan 1,000 SKU, dipasarkan melalui jaringan yang melibatkan sekitar 500 distributor independen yang menjangkau ratusan ribu toko yang tersebar di seluruh Indoneisa. Produk-produk tersebut didistribusikan melalui pusat distribusi milik sendiri, gudang tambahan, depot dan fasilitas distribusi lainnya.

Sebagai perusahaan yang mempunyai tanggung jawab sosial, Unilever Indonesia menjalankan program Corporate Social Responsibility (CSR) yang luas. Keempat pilar program kami adalah Lingkungan, Nutrisi, Higiene dan Pertanian Berkelanjutan. Program CSR termasuk antara lain kampanye Cuci Tangan dengan Sabun (Lifebuoy), program Edukasi kesehatan Gigi dan Mulut (Pepsodent), program Pelestarian Makanan Tradisional (Bango) serta program Memerangi Kelaparan untuk membantu anak Indonesia yang kekurangan gizi (Blue Band).

Logo PT. Unilever Tbk. B. Sejarah PT. Unilever Tbk

PT Unilever Indonesia Tbk (perusahaan) didirikan pada 5 Desember 1933 sebagai Zeepfabrieken N.V. Lever dengan akta No. 33 yang dibuat oleh Tn.A.H. van Ophuijsen, notaris di Batavia. Akta ini disetujui oleh Gubernur Jenderal van Negerlandsch-Indie dengan surat No. 14 pada tanggal 16 Desember 1933, terdaftar di Raad van Justitie di Batavia dengan No. 302 pada tanggal 22 Desember 1933 dan diumumkan dalam Javasche Courant pada tanggal 9 Januari 1934 Tambahan No. 3.

Dengan akta No. 171 yang dibuat oleh notaris Ny. Kartini Mulyadi tertanggal 22 Juli 1980, nama perusahaan diubah menjadi PT Unilever Indonesia. Dengan akta no. 92 yang dibuat oleh notaris Tn. Mudofir Hadi, S.H. tertanggal 30 Juni

(6)

1997, nama perusahaan diubah menjadi PT Unilever Indonesia Tbk. Akta ini disetujui oleh Menteri Kehakiman dengan keputusan No. C2-1.049HT.01.04TH.98 tertanggal 23 Februari 1998 dan diumumkan di Berita Negara No. 2620 tanggal 15 Mei 1998 Tambahan No. 39.

Perusahaan mendaftarkan 15% dari sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya setelah memperoleh persetujuan dari Ketua Badan Pelaksana Pasar Modal (Bapepam) No. SI-009/PM/E/1981 pada tanggal 16 November 1981. Pada Rapat Umum Tahunan perusahaan pada tanggal 24 Juni 2003, para pemegang saham menyepakati pemecahan saham, dengan mengurangi nilai nominal saham dari Rp100 per saham menjadi Rp10 per saham. Perubahan ini dibuat di hadapan notaris dengan akta No. 46 yang dibuat oleh notaris Singgih Susilo, S.H. tertanggal 10 Juli 2003 dan disetujui oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan keputusan No. C-17533 HT.01.04-TH.2003.

Perusahaan bergerak dalam bidang produksi sabun, deterjen, margarin, minyak sayur dan makanan yang terbuat dari susu, es krim, makanan dan minuman dari teh dan produk-produk kosmetik. Sebagaimana disetujui dalam Rapat Umum Tahunan Perusahaan pada tanggal 13 Juni, 2000, yang dituangkan dalam akta notaris No. 82 yang dibuat oleh notaris Singgih Susilo, S.H. tertanggal 14 Juni 2000, perusahaan juga bertindak sebagai distributor utama dan memberi jasa-jasa penelitian pemasaran. Akta ini disetujui oleh Menteri Hukum dan Perundang-undangan (dahulu Menteri Kehakiman) Republik Indonesia dengan keputusan No. C-18482HT.01.04-TH.2000. Perusahaan memulai operasi komersialnya pada tahun 1933.

Pada tanggal 22 November 2000, perusahaan mengadakan perjanjian dengan PT Anugrah Indah Pelangi, untuk mendirikan perusahaan baru yakni PT Anugrah Lever (PT AL) yang bergerak di bidang pembuatan, pengembangan, pemasaran dan penjualan kecap, saus cabe dan saus-saus lain dengan merk dagang Bango, Parkiet dan Sakura dan merk-merk lain atas dasar lisensi perusahaan kepada PT Al.

Pada tanggal 3 Juli 2002, perusahaan mengadakan perjanjian dengan Texchem Resources Berhad, untuk mendirikan perusahaan baru yakni PT

(7)

Technopia Lever yang bergerak di bidang distribusi, ekspor dan impor barang-barang dengan menggunakan merk dagang Domestos Nomos. Pada tanggal 7 November 2003, Texchem Resources Berhad mengadakan perjanjian jual beli saham dengan Technopia Singapore Pte. Ltd, yang dalam perjanjian tersebut Texchem Resources Berhad sepakat untuk menjual sahamnya di PT Technopia Lever kepada Technopia Singapore Pte. Ltd.

Dalam Rapat Umum Luar Biasa perusahaan pada tanggal 8 Desember 2003, perusahaan menerima persetujuan dari pemegang saham minoritasnya untuk mengakuisisi saham PT Knorr Indonesia (PT KI) dari Unilever Overseas Holdings Limited (pihak terkait). Akuisisi ini berlaku pada tanggal penandatanganan perjanjian jual beli saham antara perusahaan dan Unilever Overseas Holdings Limited pada tanggal 21 Januari 2004. Pada tanggal 30 Juli 2004, perusahaan digabung dengan PT KI. Penggabungan tersebut dilakukan dengan menggunakan metoda yang sama dengan metoda pengelompokan saham (pooling of interest). Perusahaan merupakan perusahaan yang menerima penggabungan dan setelah penggabungan tersebut PT KI tidak lagi menjadi badan hukum yang terpisah. Penggabungan ini sesuai dengan persetujuan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dalam suratnya No. 740/III/PMA/2004 tertanggal 9 Juli 2004.

Pada tahun 2007, PT Unilever Indonesia Tbk. (Unilever) telah menandatangani perjanjian bersyarat dengan PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk (Ultra) sehubungan dengan pengambilalihan industri minuman sari buah melalui pengalihan merek “Buavita” dan “Gogo” dari Ultra ke Unilever. Perjanjian telah terpenuhi dan Unilever dan Ultra telah menyelesaikan transaksi pada bulan Januari 2008.

Berikut merupakan kronologi PT Unilever Tbk. : 1920-30 Import oleh van den Bergh, Jurgen and Brothers

1933 Pabrik sabun – Zeepfabrieken NV Lever – Angke, Jakarta

1936 Produksi margarin dan minyak oleh Pabrik van den Bergh NVAngke, Jakarta

1941 Pabrik komestik – Colibri NV, Surabaya

1942-46 Kendali oleh unilever dihentikan (Perang Dunia II) 1965-66 Di bawah kendali pemerintah

(8)

1967 Kendali usaha kembali ke Unilever berdasarkan undang-undang penanaman modal asing

1981 Go public dan terdaftar di Bursa Efek Jakarta

1982 Pembangunan pabrik Ellida Gibbs di Rungkut, Surabaya

1988 Pemindahan Pabrik Sabun Mandi dari Colibri ke Pabrik Rungkut, Surabaya

1990 Terjun di bisnis teh 1992 Membuka pabrik es krim

1995 Pembangunan pabrik deterjen dan makanan di Cikarang, Bekasi 1996-98 Penggabungan instalasi produksi – Cikarang, Rungkut

1999 Deterjen Cair NSD – Cikarang 2000 Terjun ke bisnis kecap

2001 Membuka pabrik teh – Cikarang

2002 Membuka pusat distribusi sentral Jakarta 2003 Terjun ke bisnis obat nyamuk bakar 2004 Terjun ke bisnis makanan ringan

2005 Membuka pabrik sampo cair – Cikarang 2008 Terjun ke bisnis minuman sari buah

2010 Perusahaan memasuki bisnis pemurnian air dengan meluncurkan Pureit

2011 Perusahaan mendirikan pabrik sabun mandi Dove di Surabaya sekaligus memperluas pabrik es krim Wall’s dan Skin Care di Cikarang

2.2 Laporan Keuangan PT. Unilever Tbk. Tahun 2015 A. KINERJA KEUANGAN

(dalam jutaan rupiah)

KINERJA KEUANGAN 2015 2014* (%)

Penjualan bersih 36,484,030 34,511,534 5.7%

Laba bruto 18,648,969 17,206,921 8.4%

Laba usaha 7,939,401 8,013,258 -0.9%

Jumlah penghasilan komprehensif tahun

berjalan 5,864,386 6,073,068 -3.4%

Laba bersih per saham dasar 766 776 -1.3%

*Setelah penyajian kembali

Penjualan Bersih

Selama tahun 2015, Unilever Indonesia berhasil membukukan penjualan bersih sebesar Rp36,5 triliun, meningkat 5,7% dari tahun 2014. Penjualan ini

(9)

berasal dari dua segmen usaha, yaitu Home and Personal Care dan Foods and Refreshment. Kontribusi masing-masing segmen tersebut terhadap penjualan bersih tahun 2015 adalah sebagai berikut: Kebutuhan Rumah Tangga dan Perawatan Tubuh 69,7%; dan Makanan dan Minuman 30,3%.

INFORMAS I SEGMEN

HOME AND PERSONAL CARE FOODS AND REFRESHMENT JUMLAH 2015 2014 % 2015 2014 % 2015 2014 Penjualan bersih 25,418,56 7 24,633,93 0 3.2 % 11,065,46 3 9,877,60 4 12.0 % 36,484,03 0 34,511,53 4 Laba bruto 13,874,25 3 13,016,80 2 6.6 % 4,774,716 4,190,11 9 14.0 % 18,648,96 9 17,206,92 1 Hasil segment 7,870,284 7,727,817 1.8 % 1,709,340 1,645,91 6 3.9% 9,579,624 9,373,733

Hasil segmen dihasilkan melalui kinerja yang kuat di kedua segmen usaha. Penjualan bersih dari Home and Personal Care dan Foods and Refreshment meningkat masing-masing sebesar 3,2% dan 12% dari tahun 2014, menjadi Rp25,4 triliun dan Rp11,1 triliun pada tahun 2015. Pertumbuhan penjualan didorong oleh adanya pertumbuhan dari penjualan dalam negeri.

Harga Pokok Penjualan

Jumlah biaya produksi Perseroan di tahun 2015 terdiri dari biaya bahan baku yang digunakan dalam produksi sebesar Rp15,1 triliun, biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp603 miliar, beban penyusutan aset tetap sebesar Rp353 miliar dan beban pabrikasi lainnya sebesar Rp1,1 triliun. Biaya produksi tersebut ditambah dengan persediaan awal tahun dan dikurangi persediaan akhir tahun menjadi Harga Pokok Penjualan (HPP). HPP tersebut meningkat 3,1% atau Rp530 miliar dari Rp17,3 triliun di tahun 2014 menjadi Rp17,8 triliun di tahun 2015. Peningkatan HPP terutama didorong oleh adanya kenaikan pada biaya tenaga kerja langsung dan biaya pembelian material.

(10)

Meningkatnya penjualan bersih menyebabkan laba bruto Perseroan mengalami peningkatan sebesar 8,4% atau Rp1,4 triliun dari Rp17,2 triliun pada tahun 2014 menjadi Rp18,6 triliun pada tahun 2015. Sementara itu, margin laba kotor kami, yang menunjukkan efisiensi produksi, telah mengalami peningkatan sebesar 1.6% sebelum penyajian kembali dan 1,3% setelah penyajian kembali pada tahun berjalan.

Beban Usaha

Beban usaha terdiri dari beban pemasaran dan penjualan, serta beban umum dan administrasi. Pada tahun 2015, beban pemasaran dan penjualan naik sebesar 11% dibandingkan tahun 2014 menjadi Rp7,2 triliun sedangkan beban umum dan administrasi naik sebesar 30,4% menjadi Rp3,5 triliun. Kenaikan dalam beban pemasaran dan penjualan disebabkan oleh kenaikan beban iklan dan riset pasar, beban distribusi, dan beban promosi; sedangkan, kenaikan dalam beban umum dan administrasi didorong oleh kenaikan biaya trademark, teknologi dan biaya jasa.

Laba Usaha

Meskipun terjadi peningkatan beban usaha, Unilever Indonesia berhasil mencapai peningkatan laba usaha sebesar 2,3%, dari Rp7,8 trilliun (sebelum penyajian kembali) menjadi Rp7,9 trilliun. Namun, karena adanya dampak dari penyajian kembali akibat perubahan kebijakan akuntansi imbalan kerja, laba usaha Unilever Indonesia mengalami penurunan sebesar 0,9% atau Rp73,9 miliar dari Rp8 triliun pada tahun 2014 menjadi Rp7,9 triliun pada tahun 2015.

Penghasilan/(Biaya) Keuangan

Pada tahun 2015, terdapat kenaikan penghasilan keuangan sebesar 1,5% menjadi Rp10,6 miliar dan juga kenaikan biaya keuangan menjadi Rp120,5 miliar dibandingkan Rp96,1 milliar di tahun 2014. Biaya keuangan yang lebih

(11)

tinggi, sebagian besar, disebabkan oleh kenaikan pada tingkat suku bunga pinjaman.

Laba Sebelum Pajak Penghasilan

Unilever Indonesia membukukan 2% kenaikan (sebelum penyajian kembali) atau 1,2% penurunan (setelah penyajian kembali) pada laba sebelum pajak penghasilan. Penurunan laba usaha selama tahun 2015, yang disebabkan oleh adanya penyajian kembali karena adanya perubahan standar akuntansi imbalan kerja, menyebabkan laba sebelum pajak penghasilan turun sebesar 1,2% menjadi Rp7,8 triliun. Marjin laba sebelum pajak penghasilan sedikit menurun dari 23,0% pada tahun 2014 menjadi 21,5% pada tahun 2015.

Beban Pajak Penghasilan

Beban pajak penghasilan tercatat turun 1,2% menjadi Rp1,9 triliun, dan hal ini sejalan dengan penurunan laba sebelum pajak penghasilan setelah penyajian kembali.

Laba Tahun Berjalan

Dibandingkan dengan tahun 2014, laba tahun berjalan Unilever Indonesia meningkat sebesar 2% sebelum penyajian kembali dan sedikit menurun sebesar 1,3% setelah penyajian kembali, pada tahun 2015.

RASIO (%) 2015 2014*

Marjin Laba

(Laba tahun berjalan terhadap penjualan bersih) 16.0% 17.2% Imbal Hasil atas Aset

(Laba tahun berjalan terhadap rata-rata jumlah aset) 39.0% 43.9% Imbal Hasil atas Ekuitas

(Laba tahun berjalan terhadap jumlah ekuitas) 122.2% 134.5% *Setelah penyajian kembali

(12)

B. POSISI KEUANGAN

(dalam jutaan rupiah)

POSISI KEUANGAN 2015 2014* %

Aset lancer 6,623,114 6,337,170 4.5%

Aset tidak lancer 9,106,831 7,943,500 14.6%

JUMLAH ASET 15,729,945 14,280,670 10.1%

Liabilitas jangka pendek 10,127,542 8,864,242 14.3% Liabilitas jangka panjang 775,043 669,914 15.7%

JUMLAH LIABILITAS 10,902,585 9,534,156 14.4%

Ekuitas 4,827,360 4,746,514 1.7%

JUMLAH LIABILITAS DAN

EKUITAS 15,729,945 14,280,670 10.1%

*Setelah penyajian kembali

Aset

Terdapat peningkatan nilai total aset sebesar 10,1% dari Rp14,3 triliun di tahun 2014 menjadi Rp15,7 triliun di tahun 2015. Peningkatan utama berasal dari aset tidak lancar.

Aset Lancar

Aset lancar Unilever Indonesia meningkat sebesar 4,5% dari tahun 2014 menjadi Rp6,6 triliun di tahun 2015.

a. Kas dan Setara Kas

Kas dan setara kas Unilever Indonesia terdiri dari kas, kas di bank, dan setara kas berupa deposito berjangka dengan total keseluruhan sebesar Rp628,2 miliar dengan komposisi 0,01% kas, 84,87% kas di bank, dan 15,12% deposito berjangka. Suku bunga deposito Rupiah selama tahun berjalan adalah sebesar 3,50% – 7,00% per tahun.

b. Piutang Usaha

Jumlah piutang usaha bersih meningkat menjadi Rp3,2 triliun pada tahun 2015 yang hampir seluruhnya merupakan piutang usaha pelanggan baru dan pelanggan yang sudah ada atau pihak-pihak berelasi yang tidak memiliki kasus

(13)

gagal bayar di masa terdahulu. Per 31 Desember 2015, Perseroan mencadangkan Rp13,4 miliar untuk menutupi kerugian yang mungkin muncul dari piutang tidak tertagih.

c. Uang Muka dan Piutang Lain-Lain

Pos ini mengalami kenaikan sebesar Rp200,9 miliar menjadi Rp357,6 miliar yang sebagian besar disebabkan oleh kenaikan uang muka ke pihak berelasi.

d. Persediaan

Persediaan menurun sebesar 1,2% dibandingkan dengan angka tahun lalu. Termasuk di dalamnya adalah provisi atas persediaan usang dan persediaan tidak terpakai/tidak laris yang menurun dari Rp77,9 miliar pada tahun 2014 menjadi Rp55,2 miliar pada tahun 2015. Rata-rata days-on-hand persediaan mengalami sedikit kenaikan dari 46,22 hari menjadi 47,31 hari. Persediaan juga telah dilindungi oleh asuransi terhadap risiko kerugian karena bencana alam, kebakaran, dan risiko-risiko lainnya dengan jumlah pertanggungan sebesar Rp2,6 triliun.

e. Beban dibayar dimuka

Beban dibayar dimuka mengalami kenaikan sebesar 11,2% dari Rp85,6 miliar di tahun 2014 menjadi Rp95,2 miliar di tahun 2015.

Aset Tidak Lancar

Aset tidak lancar meningkat sebesar 14,6% dibandingkan dengan tahun 2014 menjadi Rp9,1 triliun.

a. Aset Tetap

Aset tetap mengalami kenaikan sebesar 13,2% dari tahun lalu. Kenaikan ini terutama berasal dari penambahan mesin dan peralatan di pabrik dalam rangka peningkatan kapasitas produksi, serta kenaikan sebesar 54% pada aset dalam penyelesaian.

(14)

b. Goodwill

Goodwill berhubungan dengan merek produk Bango. Tidak ada penambahan goodwill di tahun 2015.

c. Aset Tak Berwujud

Termasuk didalamnya adalah merek dagang dan lisensi perangkat lunak. Di tahun 2015, tidak ada penambahan aset takbewujud. Penurunan nilai tercatat bersih aset tak berwujud dikarenakan adanya amortisasi sepanjang tahun 2015 sebesar Rp21,2 miliar. Terdapat pelepasan aset tak berwujud pada tahun 2015 yaitu merek dagang “SHE”.

d. Aset Tidak Lancar Lainnya

Pos ini mengalami kenaikan sebesar 260,3% menjadi Rp293 miliar di tahun 2015.

Liabilitas

Unilever Indonesia m4embukukan total liabilitas di akhir tahun 2015 sebesar Rp10,9 triliun yang terdiri dari 92,9% liabilitas jangka pendek dan 7,1% liabilitas jangka panjang. Nilai total liabilitas mengalami kenaikan sebesar Rp1,4 triliun atau 14,4% dari akhir tahun 2014. Kenaikan liabilitas tersebut terutama disebabkan oleh kenaikan liabilitas jangka pendek sebesar Rp1,3 triliun atau 14,3% dari akhir tahun 2014.

a. Liabilitas Jangka Pendek

Di akhir tahun 2015, liabilitas jangka pendek meningkat sebesar 14,3% dari tahun 2014 menjadi Rp10,1 triliun. Komposisi dari liabilitas jangka pendek ini adalah pinjaman bank 16,8%, utang usaha 47,8%, utang pajak 6,2%, akrual 11,1%, utang lain-lain 17,5%, dan kewajiban imbalan kerja jangka panjang – bagian lancar 0,6%. Peningkatan jumlah liabilitas jangka pendek sebesar Rp1,3 triliun terutama disebabkan naiknya pinjaman bank, utang usaha, akrual dan utang lain-lain.

b. Liabilitas Jangka Panjang

Komposisi liabilitas jangka panjang sebesar Rp775 miliar ini adalah liabilitas pajak tangguhan 48%, kewajiban imbalan kerja jangka panjang –

(15)

bagian tidak lancar 52%. Kenaikan jumlah liabilitas jangka panjang sebesar Rp105 miliar atau 15,7% terutama disebabkan oleh kenaikan liabilitas pajak tangguhan.

Ekuitas

Ekuitas naik sebesar 1,7% atau Rp80,8 miliar dari Rp4,7 triliun pada tahun 2014 menjadi Rp4,8 triliun pada tahun 2015. Kenaikan ini terutama disebabkan oleh laba tahun berjalan dipotong dengan pembayaran dividen pada tahun berjalan.

Kemampuan Membayar Utang

Terdapat kenaikan rasio liabilitas/ekuitas dari 2,01 kali pada tahun 2014 menjadi 2,26 kali pada tahun 2015, hal ini terutama disebabkan oleh kenaikan pinjaman bank. Unilever Indonesia memperoleh peringkat kredit korporat dari suatu institusi perbankan, yaitu HSBC yang memberikan peringkat 1 (likuid). Peringkat tersebut mencerminkan kekuatan kredit Perseroan yang cukup baik karena profil operasional yang semakin kuat dan posisi yang kuat dalam industri produk konsumsi.

Tingkat Kolektibilitas Piutang

Pada akhir tahun 2015, kemampuan Unilever Indonesia dalam menagih piutang (collection period) melemah dari 29 hari pada tahun 2014 menjadi 31 hari pada tahun 2015. Hal ini sebagian disebabkan oleh penjualan ekspor dimana kolektabilitas piutang menjadi lebih lama pada tahun 2015.

(dalam jutaan rupiah)

TINGKAT KOLEKTIBILITAS PIUTANG 2015 2014*

Penjualan bersih 36,484,030 34,511,534

Rata-rata piutang usaha 3,070,071 2,760,245 Periode rata-rata Penagihan Piutang (hari) 31 29

(16)

*Setelah penyajian kembali

Arus Kas

Unilever Indonesia berhasil menjaga arus kasnya, dengan jumlah kas dan setara kas sebesar Rp628,2 miliar pada tahun 2015. Di saat kondisi bisnis dan ekonomi yang menantang, Unilever Indonesia mampu menunjukkan arus kas bersih positif dari aktivitas operasi. Hal ini diimbangi dengan aktivitas investasi pada aset tetap, serta aktivitas pendanaan melalui pembayaran dividen kepada pemegang saham sebesar Rp5,6 triliun.

Posisi kas Unilever Indonesia tahun 2015 menurun sebesar Rp231 miliar dengan penjelasan sebagai berikut

(dalam jutaan rupiah)

ARUS KAS 2015 2014 (%)

Arus kas bersih yang diperoleh dari aktivitas

operasi 6,299,051 6,462,722 -2.5%

Arus kas bersih yang digunakan untuk aktivitas

investasi -1,429,245 -1,006,941 41.9%

Arus kas bersih yang digunakan untuk aktivitas

pendanaan -5,142,332 -4,853,509 6.0%

(Penurunan)/kenaikan bersih kas dan setara kas -272,526 602,272 Dampak perubahan kurs terhadap kas dan

setara kas 41,558 -4,347

Kas dan setara kas pada awal tahun 859,127 261,202 Kas dan setara kas pada akhir tahun 628,159 859,127

ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI

Arus kas Unilever Indonesia dari aktivitas operasi menurun 2,5% atau Rp163,7 miliar. Penurunan arus kas dari aktivitas operasi berasal dari kenaikan penerimaan dari pelanggan sebesar 5,6% atau Rp2,1 triliun, yang dipotong dengan peningkatan pembayaran kepada pemasok sebesar 5,9% atau Rp1,5 triliun, pembayaran beban jasa dan royalti yang meningkat sebesar 32,4% atau Rp0,6 triliun, dan pembayaran pajak penghasilan badan meningkat sebesar 2,8% atau Rp51,5 miliar.

(17)

Arus kas yang digunakan untuk aktivitas investasi meningkat sebesar 41,9% atau Rp422,3 miliar. Hal ini terutama karena meningkatnya pembayaran atas pembelian aset tetap sebesar Rp346,5 miliar dan menurunnya penerimaan dari hasil penjualan aset tetap sebesar Rp83,3 miliar.

ARUS KAS DARI AKTIVITAS PENDANAAN

Arus kas Unilever Indonesia yang digunakan untuk aktivitas pendanaan meningkat sebesar 6,0% atau Rp288,8 miliar yang terutama berasal dari meningkatnya pembayaran dividen sebesar Rp0,5 triliun. Adapun komposisi pembayaran dividen di tahun 2015 adalah 45,1% pembayaran dividen interim 2015 dan 54,9% pembayaran dividen final 2014. Pada tahun 2015, terdapat peningkatan penerimaan pinjaman bank (setelah dikurangi pelunasan pinjaman bank tahun berjalan) sebesar 64,7% atau Rp176,8 miliar

Penyajian Kembali Laporan Keuangan Konsolidasian Unilever Indonesia Dewan Standar Akuntansi Keuangan Indonesia (DSAK-IAI) telah menerbitkan PSAK 24 (Revisi 2013) menggantikan PSAK 24 (Revisi 2011) tentang Imbalan Kerja, yang berlaku efektif 1 Januari 2015. Standar yang direvisi ini mengatur tentang perlakuan akuntansi untuk kewajiban imbalan kerja. Sebagai hasilnya, pengaturan ini berdampak pada adanya penyajian kembali, secara retrospektif, pada laporan keuangan konsolidasian Unilever Indonesia. Penyajian kembali tersebut menyebabkan adanya total kenaikan efek sebesar Rp188,2 juta pada laba Unilever Indonesia tahun 2014.

(dalam jutaan rupiah) LAPORAN LABA RUGI DAN

PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN KONSOLIDASIAN 2014 2014* KENAIKAN (PENURUNAN) AKIBAT PENYAJIAN KEMBALI Penjualan Bersih 34,511,534 34,511,534 -Laba Kotor 17,099,121 17,206,921 107,800 Beban Operasi (9,336,793) (9,193,663) 143,130

(18)

Beban Penjualan dan Pemasaran (6,613,992) (6,519,400) 94,592 Beban Umum dan Administrasi (2,705,822) (2,657,284) 48,538 Beban Lain-Lain, bersih (16,979) (16,979) -

Laba Usaha 7,762,328 8,013,258 -250,930

Beban Pajak Penghasilan (1,938,199) (2,000,932) -62,733

Laba 5,738,523 5,926,720 188,197

Penghasilan Komprehensif Lain - 146,348 146,348 Jumlah Penghasilan Komprehensif 5,738,523 6,073,068 334,545 *Setelah penyajian kembali

Likuiditas

Unilever Indonesia memiliki likuiditas yang cukup kuat dengan nilai kas dan setara kas sebesar Rp628,2 miliar. Rasio lancar Unilever Indonesia pada tahun 2015 tercatat sebesar 65,4%.

Struktur Modal

Pada tahun 2015, kontribusi dari liabilitas terhadap struktur modal Perseroan meningkat sebesar 2,5% dibandingkan dengan tahun lalu. Meningkatnya jumlah kewajiban sebagian besar disebabkan oleh meningkatnya pinjaman Perseroan. Sebaliknya, kontribusi ekuitas terhadap total modal mengalami sedikit penurunan.

(dalam miliar rupiah, kecuali disebutkan lain)

2015 KONTRIBUS

I 2014* KONTRIBUSI

JUMLAH LIABILITAS 10.903 69,3% 9.534 66,8%

Liabilitas Jangka Pendek 10.128 64,4% 8.864 62,1%

Liabilitas Jangka Panjang 775 4,9% 670 4,7%

EKUITAS 4.827 30,7% 4.747 33,2%

JUMLAH LIABILITAS

DAN EKUITAS 15.730 100,0% 14.281 100,0%

*setelah penyajian kembali

(19)

Pada tanggal 31 Desember 2015, Unilever Indonesia memiliki komitmen dengan beberapa pemasok terkait pembelian aset tetap dan bahan baku untuk produksi, dalam mata uang USD, Rupiah, dan Euro. Rincian ikatan material adalah sebagai berikut:

a. Unilever Indonesia mempunyai komitmen untuk pembelian aset tetap dan persediaan masingmasing sebesar Rp811 miliar dan Rp4,5 triliun pada tanggal 31 Desember 2015 (2014: Rp 633,8 miliar dan Rp3,3 triliun). Tujuan dari ikatan ini adalah untuk pemeliharaan aset dan penambahan kapasitas masa depan.

b. Unilever Indonesia memiliki fasilitas kredit untuk modal kerja yang belum terpakai. Fasilitas kredit yang tidak mengikat yang belum digunakan oleh Perseroan pada tanggal 31 Desember 2015 sejumlah Rp 3,8 trilliun. Tujuan dari komitmen adalah untuk opsi pembiayaan masa mendatang. c. Unilever Indonesia mengadakan perjanjian dengan PT Bank BNP Paribas

Indonesia (“BNP”), dimana Unilever Indonesia dapat menjual ke BNP beberapa piutang usaha yang memenuhi kriteria dalam perjanjian. Tujuan dari komitmen adalah untuk mempertahankan arus kas Unilever Indonesia.

Transaksi Lindung Nilai

Instrumen keuangan derivatif yang dimiliki secara ekonomis merupakan lindung nilai atas eksposur risiko nilai tukar mata uang asing.

Perbandingan antara Target/Proyeksi pada Awal Tahun Buku dengan Hasil yang Dicapai (Realisasi), mengenai Pendapatan, Laba, Struktur Permodalan, atau Lainnya yang Dianggap Penting bagi Perseroan

Unilever Indonesia membukukan penjualan bersih sebesar Rp36,5 triliun selama tahun 2015. Penjualan bersih pada tahun berjalan telah bertumbuh sebesar 5,7% dari pendapatan sebelumnya sebesar Rp34,5 triliun. Dari sisi laba, perolehan laba berjalan bertumbuh sebesar Rp113,3 miliar sebelum penyajian kembali atau menurun sebesar Rp74,9 miliar setelah penyajian kembali. Perbedaan ini disebabkan oleh adanya penyajian kembali laba

(20)

Perseroan pada tahun 2014, yang menyebabkan adanya total kenaikan efek sebesar Rp188,2 miliar.

Pertumbuhan pendapatan yang lebih rendah kiranya disebabkan oleh menurunnya pengeluaran konsumen selama tahun 2015. Daya beli yang semakin menurun berdampak pada beralihnya konsumen ke produk yang lebih murah.

Kontribusi total kewajiban terhadap total modal meningkat sebesar 2,5% seiring dengan meningkatnya pinjaman Unilever Indonesia pada tahun 2015.

Target/Proyeksi yang Ingin Dicapai Perseroan Paling Lama untuk Satu Tahun Mendatang

Pada tahun 2016, Perseroan akan tetap bersikap secara optimis namun berhati-hati. Terlalu dini bagi kami untuk menilai bagaimana kondisi ekonomi untuk 12 bulan ke depan. Meskipun kami memiliki pandangan positif terhadap pertumbuhan ekonomi, kami memutuskan untuk menunggu realisasi hingga 2Q16 untuk melihat gambaran keseluruhan. Walaupun demikian, Perseoran mempercayai bahwa demografi bonus yang dimiliki Indonesia, dengan tingkat konsumsi per kapita saat ini, membawa banyak kesempatan dan tantangan tersendiri ke depannya. Performa kinerja Perseroan akan sangat tergantung pada kekuatan portofolionya. Kami akan berfokus untuk memahami Konsumen, menganalisis pergeseran perilaku dan preferensi mereka, untuk dapat mengembangkan inovasi yang secara jitu menjawab kebutuhan mereka.

Informasi dan Fakta Material yang Terjadi setelah Tanggal Laporan Akuntan

Tidak ada peristiwa/kejadian penting setelah tanggal pelaporan keuangan yang berpengaruh signifikan terhadap laporan keuangan Perseroan.

(21)

Makroekonomi

Ekonomi Indonesia bertumbuh secara lebih lambat di 2015, dengan ditutup pada 4,8%. Melemahnya pertumbuhan ini sebagian besar disebabkan oleh beberapa peristiwa ekonomi yang terjadi di 2015, yang meliputi perubahan dalam dinamika ekonomi domestik dan global.

Tahun lalu, kenaikan tingkat Suku Bunga AS yangtelah diekspektasikan, serta ekonomi Tiongkok yang relatif lebih lemah, cukup memukul pertumbuhan ekonomi global. Pengurangan stimulus uang oleh Ekonomi AS telah memicu arus keluar modal asing dari pasar negara berkembang ke negara maju, dimana pasar negara maju diharapkan dapat menyediakan iklim investasi yang lebih menarik daripada negara berkembang. Tidak hanya itu, peristiwa ekonomi domestik seperti tingkat penyerapan belanja pemerintah yang lebih rendah sampai pertengahan 2015 juga berkontribusi terhadap kekhawatiran investor asing. Akibatnya, arus modal keluar meningkat sepanjang tahun dan menciptakan tekanan pada nilai tukar Rupiah. Pada tahun 2015, nilai tukar Rupiah mencapai titik terendah di Rp14.657, melemah 10,9% dibandingkan tahun lalu.

Tingkat inflasi memang tetap tinggi pada awal 2015. Namun, ketika Presiden Joko Widodo memutuskan untuk mengakhiri subsidi BBM, pemerintah mengalami potential relief, mengingat harga minyak dunia telah menurun selama beberapa waktu. Dalam mekanisme baru ini, Presiden memperkenalkan sistem penyesuaian harga setiap triwulan yang berkorelasi dengan harga internasional. Ketika harga komoditas pulih sedikit demi sedikit di 1H15, inflasi Indonesia tetap tinggi sampai pertengahan 2015, dan hanya mulai mereda pada akhir 2015, menjadi 3,35%.

(22)
(23)

Industri Barang Konsumsi

Pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah di 2015 mengakibatkan lebih rendahnya belanja Konsumen sepanjang tahun. Menurut Euromonitor International Factfile terhadap Indonesia, pengeluaran konsumen dan pendapatan untuk dibelanjakan telah menurun masing-masing sebanyak 3,4 dan 3,2%, dibandingkan dengan tahun lalu. Hal ini sejalan dengan indeks kepercayaan konsumen yang lebih rendah utamanya di tengah-tengah 2015. Pada akhir 2015, indeks telah menurun 7,7% dari 2014 periode yang sama.

Prospek

Namun, kami percaya bahwa Industri Konsumen Indonesia belum mengeluarkan potensi penuhnya. Menurut Studi Nielsen pada Kelas Menengah Global di Negara-Negara Berkembang di 2014, kelas menengah Asia Tenggara akan tumbuh dari 190 juta orang di 2012 menjadi 400 juta di 2020. Sementara itu, dalam penelitiannya, Badan Pusat Statistik mengharapkan penurunan bertahap dalam Rasio Ketergantungan dari 48,6% di 2015 menjadi 46,9% di

(24)

2030. Dengan kata lain, Indonesia, mengikuti tren di pasar negara berkembang lainnya, diproyeksikan untuk memiliki peningkatan jumlah penduduk bekerja, dengan adanya bonus demografi seperti ini yang diperkirakan akan bertahan selama beberapa dekade ke depan.

Selain faktor demografi, komitmen pemerintah dalam meningkatkan infrastruktur nasional selama beberapa tahun ke depan diperkirakan akan membawa dampak positif bagi daya beli konsumen.

Aspek Pemasaran atas Produk dan Jasa

Unilever Indonesia memiliki portofolio yang terdiri dari 39 brandpada sejumlah kategori yang berbeda. Strategi pemasaran kami berfokus untuk menumbuhkan pasar dan membangun ekuitas brandguna meningkatkan pangsa pasar. Kami merumuskan strategi ini pada lima prinsip utama, yang berhubungan dengan pelanggan dan konsumen; portofolio; akses; biaya; dan investasi.

(25)

1. FOKUS PADA KONSUMEN DAN PELANGGAN

Kami melakukan riset pasar dan terus menerus melibatkan diri dengan konsumen untuk lebih memahami kebutuhan dan preferensi mereka; dan menjalin kerjasama yang erat dengan pelanggan untuk membuat produk kami lebih mudah ditemukan dan terlihat lebih menarik di toko-toko.

2. MEMAINKAN PORTOFOLIO

Kami mengoptimalkan cakupan portofolio kami dengan memastikan bahwa kami menyediakan produk-produk untuk kebutuhan yang berbeda dan berbagai tingkatan daya beli di setiap kategori.

3. MENCIPTAKAN AKSES

Kami menerapkan berbagai strategi untuk meningkatkan penetrasi produk kami, diantaranya dengan menyediakan ukuran kemasan yang berbeda untuk memastikan produk-produk kami terjangkau oleh berbagai segmen konsumen, dan dengan meningkatkan efisiensi jaringan distribusi nasional kami.

(26)

4. TIDAK BERKOMPROMI TERHADAP BIAYA

Kami berfokus untuk menjaga biaya tetap rendah sementara efisiensi tetap meningkat, dalam proses dari hulu sampai hilir, untuk memastikan imbal hasil yang baik atas investasi pemasaran kami.

5. MELANJUTKAN INVESTASI UNTUK MASA DEPAN

Aspek terakhir dari strategi ini adalah investasi yang terus menerus dalam operasi pemasaran kami: investasi dalam meningkatkan kemampuan karyawan kami; investasi dalam meningkatkan dan melaksanakan visi bisnis kami; investasi di bidang infrastruktur pemasaran dan kemampuan logistik; dan investasi dalam digitalisasi, seperti sistem distribusi LeverEdge, untuk mendukung pengambilan keputusan dan meningkatkan efisiensi.

Melalui prinsip-prinsip ini, Unilever Indonesia dapat berfokus dan melaksanakan strategi pemasaran secara efektif yang menghasilkan kinerja yang kuat pada semua brandFood and Refreshment dan brand Personal and Home Care di 2015.

2.3 Keputusan Investor Terkait Laporan Keuangan PT. Unilever Tbk. yang Disajikan

A. Pergerakan Harga Saham

Berikut merupakan pergerakan harga saham perbulan PT. Unilever Tbk. yang terjadi pada 1 Januari 2015 hingga 31 Desember 2015. Data tersebut diambil dari finance.yahoo.com.

Date Open High Low Close Avg Vol Adj Close*

Dec 2, 2015 342.00 Dividend Dec 1, 2015 37,650.00 37,825.00 34,150.00 37,000.00 1,467,800 37,000.00 Nov 2, 2015 37,000.00 38,500.00 34,500.00 36,750.00 1,634,400 36,413.95 Oct 1, 2015 38,000.00 40,000.00 37,000.00 37,000.00 1,607,500 36,661.66 Sep 1, 2015 39,475.00 40,250.00 35,350.00 38,000.00 1,501,800 37,652.52 Aug 3, 2015 39,250.00 40,400.00 33,000.00 39,725.00 1,943,400 39,361.74 Jul 1, 2015 39,900.00 41,375.00 38,100.00 40,000.00 1,371,200 39,634.23

(27)

Jun 16, 2015 416.00 Dividend Jun 1, 2015 43,500.00 43,700.00 39,300.00 39,500.00 1,848,400 39,138.80 May 1, 2015 42,600.00 46,000.00 42,150.00 43,300.00 1,916,800 42,461.17 Apr 1, 2015 39,200.00 44,500.00 37,675.00 42,600.00 2,256,800 41,774.73 Mar 2, 2015 36,000.00 40,500.00 35,750.00 39,650.00 2,038,400 38,881.88 Feb 2, 2015 36,000.00 37,000.00 34,850.00 36,000.00 1,434,800 35,302.59 Jan 1, 2015 32,300.00 36,275.00 32,100.00 35,825.00 1,687,900 35,130.98

Dalam tabel tersebut kita dapat mengetahui bahwa pergerakan saham pada PT. Unilever Tbk. mengalami kenaikan maupun penurunan. Akan tetapi meskipun mengalami penurunan, penurunan yang terjadi tidak terlalu besar nilainya dan dapat dipastikan akan mengalami kenaikan kembali. Saham Unilever dikenal saham tahan banting dan disukai investor karena bergerak di sektor consumer staples. Tingginya valuasi saham PT. Unilever Tbk. tidak lepas dari scarcity value perusahaan tersebut. PT. Unilever Tbk. merupakan emiten yang memproduksi produk-produk konsumen dengan fokus pangsa pasar domestik. Di samping itu, secara manajerial PT. Unilever Tbk. merupakan perusahaan yang secara good governance sudah terbukti.

B. Kebijakan Pembagian Dividen

Dalam tabel dibawah kita dapat melihat kebijakan pembagian dividen yang dilakukan oleh PT. Unilever Tbk. pada tahun 2011 hingga tahun 2015. Data tersebut diambil dari finance.yahoo.com.

Date Open High Low Close Volume Adj Close*

Dec 2, 2015 342.00 Dividend Jun 16, 2015 416.00 Dividend Dec 3, 2014 336.00 Dividend Jun 27, 2014 371.00 Dividend Dec 3, 2013 330.00 Dividend Jul 1, 2013 334.00 Dividend Dec 11, 2012 300.00 Dividend

(28)

Jun 28, 2012 279.556 Dividend

Dec 7, 2011 250.00 Dividend

Jun 28, 2011 344.00 Dividend

Berdasarkan Anggaran Dasar Unilever Indonesia, pembayaran dividen interim dapat ditetapkan dalam rapat Direksi untuk kemudian bersama-sama dengan dividen final disahkan dalam RUPS Tahunan. Dalam enam tahun terakhir pemegang saham melalui RUPS tahunan memutuskan untuk membagikan dividen tunai sebesar 100% dari laba bersih. Pada tanggal 17 Desember 2015 Unilever Indonesia telah membagikan dividen interim sebesar Rp342 per saham. Dividen interim ini akan diperhitungkan dalam penetapan dividen final dalam RUPS Tahunan Unilever Indonesia untuk tahun buku 2015.

Dalam tabel tersebut kita dapat melihat bahwa pembagian dividen PT. Unilever Tbk. kepada para pemegang sahamnya dilakukan setiap 6 bulan sekali. PT. Unilever Tbk. merupakan perusahaan yang royal karena jarang perusahaan-perusahaan lain yang melakukan pembagian dividen sebanyak dua kali dalam setahun. Biasanya perusahaan lain hanya melakukan pembagian dividen sekali dalam setahun bahkan juga tidak jarang perusahaan lain yang sama sekali tidak melakukan pembagian dividen dalam setahun. Dalam tabel tersebut juga ditunjukkan bahwa dividen yang dibagikan tidak selalu mengalami kenaikan, akan tetapi juga mengalami penurunan. Namun hal ini tidak terlalu merugikan bagi investor karena dapat kita ketahui PT. Unilever Tbk. tetap membagikan dividen nya secara tunai sebesar 100% dari laba bersih yang diperoleh.

BAB III KESIMPULAN

(29)

Setelah melihat dari pembahasan dalam bab 2, kini telah kita ketahui bahwa PT. Unilever Tbk. telah tumbuh menjadi salah satu perusahaan terdepan untuk produk Home and Personal Care serta Foods & Ice Cream di Indonesia. Rangkaian Produk Unilever Indonesia mencangkup brand-brand ternama yang disukai di dunia seperti Pepsodent, Lux, Lifebuoy, Dove, Sunsilk, Clear, Rexona, Vaseline, Rinso, Molto, Sunlight, Walls, Blue Band, Royco, Bango, dan lain-lain.

Dari penyajian analisis keuangan PT. Unilever Tbk dapat kita lihat dari tahun 2014 hingga tahun 2015 mengalami kenaikan pendapatan. Selama tahun 2015, Unilever Indonesia berhasil membukukan penjualan bersih sebesar Rp36,5 triliun, meningkat 5,7% dari tahun 2014. Pada tahun 2015, terdapat kenaikan penghasilan keuangan sebesar 1,5% menjadi Rp10,6 miliar dan juga kenaikan biaya keuangan menjadi Rp120,5 miliar dibandingkan Rp96,1 milliar di tahun 2014. Biaya keuangan yang lebih tinggi, sebagian besar, disebabkan oleh kenaikan pada tingkat suku bunga pinjaman.

Setelah melihat dari hasil analisis keuangan PT. Unilever Tbk sebagai seorang investor sebaiknya dapat mempertimbangkan jika akan berinvestasi ke PT. Unilever Tbk itu sangat menguntungkan. Dilihat dari harga saham yang dapat dikatakan stabil meski mengalami naik turun tetapi tak begitu terpaut jauh. Selain itu PT. Unilever Tbk dalam kurun setahun membagikan dividen kepada pemegang saham selama 2 kali (6 bulan sekali). Hal tersebut dapat menjadi pertimbangan karena tak semua perusahaan melakukan pembagian dividen tiap tahunnya. Sering kali perusahaan lain melakukan pembagian dividennya sekali dalam setahun. Hal ini menandakan bahwa PT. Unilever Tbk selalu mengalami keuntungan sehingga melakukan pembagian dividen selama 2 kali dalam setahun.

PT. Unilever Tbk merupakan perusahaan yang besar dan ternama sehingga tak dapat diragukan lagi untuk seorang investor berinvestasi kepada perusahaan tersebut. Dapat dilihat dari segi keuangan dan pembagian dividennya. Oleh karena itu, PT. Unilever Tbk merupakan perusahaan yang pantas bagi seorang investor untuk menanamkan sahamnya.

(30)
(31)

http://finance.yahoo.com/q/hp? s=UNVR.JK&a=00&b=1&c=2011&d=11&e=31&f=2015&g=v http://finance.yahoo.com/q/hp? s=UNVR.JK&a=00&b=1&c=2015&d=11&e=31&f=2015&g=m https://ghinaislamiah.wordpress.com/2014/11/04/profil-sejarah-dan-modal-awal-pt-unilever-indonesia/ http://katadata.co.id/berita/2014/01/28/potensi-kenaikan-harga-saham-unilever-tipis http://www.britama.com/index.php/2012/06/sejarah-dan-profil-singkat-unvr/ https://www.unilever.co.id/id/Images/annual-report-unilever-2015_tcm1310-481185_id.pdf https://www.unilever.co.id/investor-relations/annual-report/ LAMPIRAN Lampiran 1

(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)

Referensi

Dokumen terkait

UML merupakan sistem arsitektur yang bekerja dalam Object-Oriented Analysis and Design (OOAD) dengan satu bahasa yang konsisten untuk menentukan, visualisasi,

Judul usulan penelitian dan skripsi ditulis dengan huruf kapital semua kecuali nama ilmiah yang ditulis sesuai dengan aturan baku, diatur simetris kiri kanan, dengan ukuran huruf 16

(2) Objek Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah jasa pelayanan pemakaian Kekayaan Daerah yang disediakan oleh Pemerintah

Penyempurnaan aturan PKL oleh pemerintah terus dilakukan dengan diterbitkannya aturan terbaru yaitu Pedoman Praktik Kerja Lapangan (PKL) tahun 2017 yang meliputi; a)

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga dapat menyelesaikan penyusunan

Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh karakteristik perusahaan, yaitu ukuran perusahaan, profitabilitas, umur listing perusahaan dan leverage, serta CGC yang diukur

Bila barang merupakan suatu objek, alat, atau benda, maka jasa adalah suatu perbuatan, tindakan, pengalaman, proses, kinerja (performance), atau usaha. Oleh sebab itu, jasa

Namun setelah Khalifah kedua memerintah selama sepuluh tahun, sebelum wafat khalifah kedua didesak oleh para sahabat untuk menulis surat wasiat tentang siapa yang akan