• Tidak ada hasil yang ditemukan

Maksud tuturan imperatif pada tuturan guru kepada siswa kelas VII dan VIII dalam pembelajaran bahasa indonesia di kelas: suatu kajian pragmatik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Maksud tuturan imperatif pada tuturan guru kepada siswa kelas VII dan VIII dalam pembelajaran bahasa indonesia di kelas: suatu kajian pragmatik"

Copied!
193
0
0

Teks penuh

(1)PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. MAKSUD TUTURAN IMPERATIF PADA TUTURAN GURU KEPADA SISWA KELAS VII DAN VIII DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS: SUATU KAJIAN PRAGMATIK. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia. Oleh : GEOVANI FUTUT PUJI RAHAYU NIM: 121224012. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017. i.

(2) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(3) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(4) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. PERSEMBAHAN. Skripsi ini peneliti persembahkan kepada:. Tuhan Yesus Kristus yang dengan setia mendampingi dan melindungi peneliti di saat titik terendah dan tertinggi.. Kedua orang tua terkasih Stefanus Saridi dan Susana Jumilah yang selalu memberikan kasih sayang, membimbing, dan menguatkan hati peneliti.. iv.

(5) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. MOTO. “Bahwa satu-satunya hal yang menghalangi kita untuk berkembang dan lebih maju adalah ketidakpercayaan terhadap diri kita sendiri” (Alanda Kariza, Travel Young). “Janji Tuhan pasti digenapi pada waktu-Nya, ketika kita percaya” (Geovani Futut Puji Rahayu). v.

(6) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(7) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(8) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRAK. Rahayu, Geovani Futut Puji. 2017. Maksud Tuturan Imperatif Guru kepada Siswa Kelas VII dan VIII dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas: Suatu Kajian Pragmatik. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, FKIP, USD.. Penelitian ini membahas maksud tuturan imperatif guru kepada siswa kelas VII dan VIII dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas: suatu kajian pragmatik. Tujuan penelitian ini adalah: (1) mendeskripsikan maksud tuturan imperatif yang disampaikan oleh guru kepada siswa kelas VII dan VIII dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas, dan (2) mendeskripsikan maksud tuturan imperatif yang dominan digunakan oleh guru kepada siswa kelas VII dan VIII dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas. Jenis penelitian ini adalah penelitan dekriptif kualitatif. Data dalam penelitian berupa tuturan imperatif, deklaratif, dan interogatif yang mengandung maksud imperatif pada tuturan guru kepada siswa kelas VII dan VIII dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi dan metode simak. Hasil analisis data menunjukkan bahwa: (1) maksud tuturan imperatif yang disampaikan oleh guru terdiri dari konstruksi imperatif, deklaratif, dan interogatif. Maksud tuturan imperatif dalam setiap konstruksi menghasilkan tuturan yang mengandung makna imperatif yang berbeda-beda, sesuai dengan ciri penanda tuturan imperatif dan konteks, dan (2) maksud tuturan imperatif yang paling dominan digunakan oleh guru adalah tuturan yang mengandung makna imperatif perintah dalam konstruksi imperatif, yaitu sebanyak 119 tuturan dan persentase sebesar 44,91%.. viii.

(9) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRACT. Rahayu, Geovani Futut Puji. 2017. The Purpose of Imperative Utterances’s Teacher to Students Class VII and VIII in Indonesian Language Learning in the Classroom: A Study of Pragmatics. Essay. Yogyakarta: PBSI, FKIP, USD.. This research discussed about the imperative purpose of utterances teacher to students of class VII and VIII in the Indonesian language learning in the classroom: a study of pragmatics. The purpose of this research were: (1) to describe a purpose of imperative utterance which are spoken by the teacher to the students of class VII and VIII in the Indonesian language learning in the classroom, and (2) to describe a purpose of imperative utterance are predominantly used by the teacher to the students of class VII and VIII in Indonesian language learning in the classroom. This research was a descriptive-qualitative research. The data in this research were imperative utterances teacher to students of class VII and VIII in the Indonesian language learning in the classroom. The gathering data methods of this research were observation method and listen method. The result showed that: (1) the purpose of imperative utterances that are spoken by the teacher consists construction imperative, declarative and interrogative. The purpose of the imperative utterance in any construction to produced utterance which implies pragmatic imperatives were different, according to the characteristic markers of imperative utterance and the context of the utterance, (2) a purpose of imperative utterances which predominant used by teachers was a utterance which implies a pragmatic imperative command in construction imperative, as many as 119 utterances and the percentage as big as 44,91%.. ix.

(10) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. KATA PENGANTAR. Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena berkat kasih dan karunia-Nya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Maksud Tuturan Imperatif Guru kepada Siswa Kelas VII dan VIII dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas: Suatu Kajian Pragmatik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dari Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Yogyakarta. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat selesai tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada: 1.. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.. 2.. Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia.. 3.. Prof. Dr. Pranowo, M.Pd. selaku dosen pembimbing I dan triangulator II yang telah sabar mengarahkan, membimbing, dan memberikan masukan bagi peneliti dalam menyusun dan menyelesaikan skripsi.. 4.. Dr. Y. Karmin, M.Pd. selaku dosen pembimbing II yang telah sabar mengarahkan, membimbing, dan memberikan masukan bagi peneliti dalam menyusun dan menyelesaikan skripsi.. 5.. Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum. yang berperan sebagai triangulator I dalam menguji keabsahan hasil analisis data penelitian dalam penulisan skripsi peneliti.. 6.. Robertus Marsidiq selaku staf sekretariat Prodi PBSI yang telah sabar dan ramah melayani segala pelayanan administratif.. x.

(11) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 7.. MG. Fitri Ana Mintarsih, S.Pd. selaku Kepala Sekolah SMP Pangudi Luhur Salatiga yang telah memperbolehkan peneliti untuk melakukan penelitian skripsi di sekolah yang bersangkutan.. 8.. Fransiska Domas Ngatini, S.S. selaku guru bahasa Indonesia SMP Pangudi Luhur Salatiga sekaligus subjek penelitian yang dengan tangan terbuka memperbolehkan peneliti untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar dan memberikan berbagai dukungan agar penulisan skripsi peneliti cepat selesai.. 9.. Anselmus Aka Prasetya, S.Pd. selaku wakil kepala sekolah bagian kurikulum SMP Pangudi Luhur Salatiga yang dengan sabar mengurus masalah administratif selama peneliti melakukan penelitian skripsi.. 10.. Seluruh guru dan staff SMP Pangudi Luhur Salatiga yang telah memberikan sambutan baik saat peneliti melakukan penelitian skripsi.. 11.. Seluruh siswa-siswi SMP Pangudi Luhur Salatiga yang telah memberikan sambutan yang baik dan kooperatif dalam kegiatan belajar mengajar saat peneliti melakukan penelitian skripsi.. 12.. Bapak Stefanus Saridi dan Ibu Susana Jumilah selaku orang tua peneliti yang memberikan kasih sayang, doa, dan bantuan moril maupun materil untuk kelancaran dalam menyelesaikan penulisan skripsi.. 13.. Alfonsus Rodriquez Anjar Riyadi, Leo Agung Fiar Wijaya, dan Yoanes Neumann Ageng Pangestu yang selalu memberikan motivasi dalam menyelesaikan penulisan skripsi.. 14.. Singgih Kuntjoro yang selalu memberi semangat, motivasi, dan sabar dalam menanggapi keluh kesah peneliti saat menyelesaikan penulisan skripsi.. 15.. Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan penulisan skripsi. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini memiliki kekurangan. Walaupun. demikian, peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.. Peneliti. xi.

(12) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i. HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... ii. HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................... iii. HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................... iv. MOTO ........................................................................................................................ v. PERNYATAAN KEASLIAN DATA....................................................................... vi. LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ................................................................ vii. ABSTRAK ................................................................................................................. viii. ABSTRACT ................................................................................................................ ix. KATA PENGANTAR ............................................................................................... x. DAFTAR ISI .............................................................................................................. xii. BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1. 1.1. Latar Belakang Masalah ..................................................................................... 1. 1.2. Rumusan Masalah .............................................................................................. 4. 1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................................... 5. 1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................................. 5. 1.5. Batasan Istilah .................................................................................................... 6. 1.6. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................................. 7. 1.7. Sistematika Penyajian ........................................................................................ 8. BAB II KAJIAN PUSTAKA .................................................................................... 9. 2.1. Penelitian Terdahulu yang Relevan ................................................................... 9. 2.2. Landasan Teori ................................................................................................... 12. 2.2.1 Pragmatik ................................................................................................ 12. 2.2.2 Tindak Tutur ........................................................................................... 13. xii.

(13) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 2.2.3 Konteks ................................................................................................... 16. 2.2.4 Modus Imperatif ..................................................................................... 19. 2.2.5 Maksud Tuturan Imperatif ...................................................................... 20. 2.2.6 Ciri Penanda Tuturan Imperatif .............................................................. 22. 2.2.7 Guru ........................................................................................................ 36. Kerangka Berpikir .............................................................................................. 38. BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................... 40. 3.1. Jenis Penelitian ................................................................................................... 40. 3.2. Data Penelitian ................................................................................................... 41. 3.3. Metode Pengumpulan Data ................................................................................ 41. 3.4. Instrumen Penelitian........................................................................................... 45. 3.5. Teknik Analisis Data .......................................................................................... 46. 3.6. Triangulasi Data ................................................................................................. 47. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN......................................... 48. 4.1. Deskripsi Data Penelitian ................................................................................... 48. 4.2. Analisis Data ...................................................................................................... 49. 2.3. 4.2.1. Maksud Tuturan Imperatif yang Disampaikan oleh Guru kepada Siswa Kelas VII dan VIII dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas ...................................................................................................... 49. 4.2.1.1 Tuturan Imperatif dalam Konstruksi Imperatif ......................... 49. 4.2.1.2 Tuturan Imperatif dalam Konstruksi Deklaratif ........................ 76. 4.2.1.3 Tuturan Imperatif dalam Konstruksi Interogatif ....................... 89. 4.2.2 Maksud Tuturan Imperatif yang Dominan Digunakan dalam Tuturan Guru kepada Siswa Kelas VII dan VIII dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas ................................................................................. 4.3. 97. Pembahasan ....................................................................................................... 102. xiii.

(14) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 4.3.1. Maksud Tuturan Imperatif yang Disampaikan oleh Guru kepada Siswa Kelas VII dan VIII dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas ..................................................................................................... 102. 4.3.2 Maksud Tuturan Imperatif yang Dominan Digunakan dalam Tuturan Guru kepada Siswa Kelas VII dan VIII dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas ................................................................................. 106. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 109 5.1. Kesimpulan ....................................................................................................... 109. 5.2. Saran .................................................................................................................. 110. DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 112. LAMPIRAN .............................................................................................................. 114 Lampiran 1. Triangulasi Data .................................................................................. 115. Lampiran 2. Surat Keterangan Izin Penelitian dari Fakultas ................................... 177. Lampiran 3 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian di Sekolah yang Bersangkutan ...................................................................................... 178. BIOGRAFI PENULIS ............................................................................................. 179. xiv.

(15) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini dipaparkan tujuh hal, yaitu latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan ruang lingkup penelitian, dan sistematika penyajian. Ketujuh hal tersebut diuraikan sebagai berikut.. 1.1. Latar Belakang Bahasa adalah segala bentuk komunikasi ketika pikiran dan perasaan. seseorang disimbolisasikan supaya dapat menyampaikan arti kepada orang lain (Subyakto dan Nababan, 1992:124). Bahasa menjadi salah satu sarana bagi setiap pribadi untuk berkomunikasi dan berinteraksi untuk mencapai suatu kesepakatan. Fungsi bahasa sebagai alat komunikasi dalam masyarakat, dibedakan menjadi empat golongan fungsi bahasa: (1) fungsi kebudayaan, (2) fungsi kemasyarakatan, (3) fungsi perorangan, dan (4) fungsi pendidikan. Keempat macam fungsi tersebut erat berkaitan sebab „perorangan‟ adalah anggota „masyarakat‟ yang hidup dalam masyarakat itu sesuai dengan pola-pola „kebudayaannya‟ yang diwariskan dan dikembangkan melalui „pendidikan‟ (Nababan, 1984:38). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa bahasa menjadi alat untuk memperoleh suatu pendidikan. Bahasa dapat dipelajari melalui suatu proses yang secara sadar dilakukan oleh pembelajar untuk menguasai bahasa yang dipelajarinya. Penguasaan bahasa biasanya dilakukan melalui pengajaran formal dan dilakukan secara intensif 1.

(16) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2. (Gultom, 2012). Sekolah menjadi salah satu tempat yang memenuhi kriteria untuk mempelajari bahasa. Dalam lingkup sekolah, guru berperan untuk memberikan pengajaran bahasa kepada para murid. Pengajaran bahasa diberikan secara langsung melalui kegiatan belajar mengajar (KBM) di dalam kelas ataupun di luar kelas. Akan tetapi, pengajaran bahasa yang diberikan kepada murid tidak serta merta dapat diterima murid dengan cepat dan mudah. Yang perlu disadari bahwa kemampuan berbahasa anak tidak dapat diperoleh secara signifikan, melainkan bertahap. Kemajuan berbahasa mereka berjalan seiring dengan perkembangan fisik, mental, intelektual, dan sosial. Guru merupakan fasilitator bagi siswa untuk mendapatkan ilmu. Guru menyalurkan pengetahuan yang dimilikinya kepada siswa ataupun dari siswa ke guru. Bentuk-bentuk fasilitas yang diberikan oleh guru berupa pengajaran ilmuilmu pengetahuan, baik ilmu pegetahuan dalam mata pelajaran maupun kehidupan.. Zamzani. (2002). mengungkapkan. bahwa. guru. berkewajiban. memberikan pengetahuan serta keterampilan kepada anak didik agar anak didik menjadi manusia yang cerdas dan terampil. Sebagai pendidik, guru berkewajiban memberikan nilai-nilai dan membina anak didik agar menjadi manusia yang memiliki moral dan budi pekerti yang baik. Dapat dikatakan bahwa guru juga memegang peran yang sangat besar terhadap tumbuh kembang anak dalam lingkup pendidikan sehingga akan terbentuk anak yang berkualitas dalam segi akademik dan non akademik. Ilmu pengetahuan yang diberikan dapat diterima atau diserap dengan baik oleh siswa apabila guru menggunakan tuturan kalimat yang baik dan benar. Yang.

(17) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3. dimaksud dengan kalimat di sini, lebih kepada penyusunan suatu kata-kata yang dituturkan oleh guru untuk menyampaikan maksud atau tujuan pembicaraan kepada siswa. Penggunaan kalimat yang baik dan benar dapat mempengaruhi seberapa besar respons yang diberikan oleh siswa kepada topik pembicaraan. Akan tetapi yang perlu diketahui bahwa respons dari setiap siswa berbeda-beda, ada yang mampu menyerap setiap tuturan dengan cepat dan ada pula yang menyerap setiap tuturan dengan lambat. Maka dari itu, disinilah tugas dari penggunaan kalimat dari seorang guru harus lebih diperhatikan guna memperdalam pemahaman bagi siswa. Salah satu jenis kalimat yang sering digunakan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) yaitu kalimat imperatif. Kalimat imperatif merupakan kalimat yang mengandung maksud memerintah atau meminta agar mitra tutur melakukan sesuatu sebagaimana diinginkan si penutur (Rahardi, 2015:79). Kalimat imperatif dalam kegiatan belajar mengajar berfungsi untuk memberikan penegasan berupa pengaturan untuk siswa dan pemberian tanggapan terhadap kinerja siswa. Kalimat imperatif yang digunakan oleh guru dapat berupa kalimat imperatif langsung atau kalimat imperatif tidak langsung, yang berupa kalimat interogatif ataupun kalimat deklaratif guna penghalusan dari kalimat yang dituturkan oleh guru untuk menunjukkan makna dan maksud dari tuturan yang ingin disampaikan oleh guru. Penggunaan kalimat imperatif langsung dan tidak langsung disesuaikan dengan konteks situasi tutur yang melatarbelakangi dan mewadahinya. Yang dimaksud konteks di sini, menurut Leech (2011: 19) adalah.

(18) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4. konteks dalam sebuah aspek fisik atau setting sosial yang relevan dari tuturan yang bersangkutan. Agar memahami kalimat imperatif yang digunakan guru, ilmu pragmatik diperlukan untuk memperdalam makna atau maksud yang terkandung dalam tuturan tersebut. Pragmatik sangat membantu dalam kegiatan belajar mengajar untuk mengetahui makna atau maksud sebuah tuturan, terlebih dalam tuturan imperatif agar proses belajar mengajar (KBM) dapat berjalan lancar dan efektif, serta terjalin kerja sama yang baik antara guru dan siswa. Berdasarkan permasalan di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian pada tuturan guru kepada siswa kelas VII dan VIII dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMP Pangudi Luhur Salatiga. Penelitian ini berbentuk penelitian deskriptif kualitatif yang memfokuskan kajian pada “Maksud Tuturan Imperatif Guru kepada Siswa Kelas VII dan VIII dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas: Suatu Kajian Pragmatik”.. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah yang telah. dipaparkan, penelitian ini dirumuskan sebagai berikut. 1. Maksud tuturan imperatif apa sajakah yang disampaikan oleh guru kepada siswa kelas VII dan VIII dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas?.

(19) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5. 2. Maksud tuturan imperatif apakah yang dominan digunakan dalam tuturan guru kepada siswa kelas VII dan VIII dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas?. 1.3. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini berdasarkan rumusan. masalah, yaitu: 1. Mendeskripsikan maksud tuturan imperatif yang disampaikan oleh guru kepada siswa kelas VII dan VIII dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas. 2. Mendeskripsikan maksud tuturan imperatif yang dominan digunakan pada tuturan guru kepada siswa kelas VII dan VIII dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas.. 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian terhadap penggunaan maksud imperatif yang dituturkan oleh guru. diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak yang memerlukan. Terdapat dua manfaat yang dapat diperoleh dari pelaksanaan penelitian ini. 1. Manfaat teoretis Penelitian ini diharapkan dapat mendalami pengembangan maksud tuturan imperatif dalam kajian pragmatik. Penelitian ini dikatakan memiliki. kegunaan. teoritis. karena. memahami. teori-teori. yang.

(20) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6. dikemukakan oleh para ahli. Selain itu, penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dalam pembelajaran dan pengetahuan. 2. Manfaat praktis Penelitian penggunaan maksud tuturan imperatif guru dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) diharapkan dapat memberikan masukan bagi seluruh pendidik maupun pembaca untuk memperhatikan setiap tuturan dalam penggunaan kalimat imperatif agar dapat diterima oleh siswa. Demikian pula, penelitian ini akan memberikan masukan kepada praktisi untuk mengetahui pentingnya maksud tuturan imperatif bahasa Indonesia dalam kajian pragmatik.. 1.5. Batasan Istilah 1. Pragmatik Pragmatik merupakan ilmu bahasa yang mempelajari makna dan maksud yang terkandung dalam suatu tuturan berdasarkan situasi yang terjadi dalam tuturan tersebut. 2. Modus Imperatif Modus imperatif adalah modus yang menyatakan perintah atau larangan (KBBI, 2008). 3. Konteks Konteks adalah aspek-aspek yang menjadi satu kesatuan dalam lingkungan fisik dan nonfisik sebuah tuturan. 4. Maksud Tuturan Imperatif.

(21) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7. Maksud tuturan imperatif adalah sesuatu (makna sebenarnya) yang ingin disampaikan oleh penutur bersumber dari tuturan yang sifatnya meminta untuk melakukan tindakan atau perbuatan, serta dinilai secara subjektif. 5. Ciri Penanda Tuturan Imperatif Ciri penanda tuturan imperatif adalah tanda khas dalam ujaran yang mengandung maksud memerintah atau meminta agar mitra tutur melakukan sesuatu sebagaimana diinginkan si penutur yang membedakan dengan ujaran lainnya. 6. Guru Guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan muird-murid, baik secara individual ataupun klasikal, baik di sekolah maupun di luar sekolah (Ametembun dalam Djamarah, 2005).. 1.6. Ruang Lingkup Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini. terbatas pada kegiatan mendeskripsikan maksud tuturan imperatif dalam kajian pragmatik. Penelitian ini juga terbatas pada sejumlah data berupa tuturan imperatif, deklaratif, dan interogatif yang mengandung maksud imperatif pada tuturan guru kepada siswa kelas VII A, VII B, VII C, VIII A, dan VIII B dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMP Pangudi Luhur Salatiga pada bulan Mei tahun ajaran 2016/2017..

(22) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8. 1.7. Sistematika Penyajian Penelitian ini disajikan ke dalam lima bab. Di dalam Bab I, diuraikan. pendahuluan berupa latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, ruang lingkup penelitian, dan sistematika penyajian. Di dalam Bab II, diuraikan kajian pustaka berupa penelitian terdahulu yang relevan, landasan teori, dan kerangka berpikir yang berguna untuk menjawab rumusan masalah. Di dalam Bab III, diuraikan metodologi penelitian yang terdiri dari jenis penelitian, data penelitian, metode pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik analisis data, dan triangulasi data. Di dalam Bab IV, diuraikan hasil penelitian dan pembahasannya yang terdiri dari deskripsi data penelitian, analisis data, dan pembahasan. Adapun dalam Bab V, diuraikan penutup yang terdiri dari kesimpulan serta saran..

(23) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab ini dipaparkan tiga hal, yaitu penelitian terdahulu yang relevan, landasan teori, dan kerangka berpikir untuk menjawab rumusan masalah. Ketiga hal itu diuraikan sebagai berikut.. 2.1. Penelitian Terdahulu yang Relevan Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini dilakukan oleh Imas. Setianingrum, mahasiswi Universitas Negeri Semarang (2014) yang berjudul Analisis Penggunaan Kalimat Imperatif dalam Drama Q10. Penelitian tersebut menganalisis kalimat imperatif dilihat dari hubungan antara pembicara dengan lawan bicara dan respons lawan bicara terhadap kalimat imperatif yang disampaikan kepadanya. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode studi pustaka. Data yang digunakan berupa kalimat yang merupakan kalimat imperatif dalam drama Q10. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis objek data dengan menggunakan teori pragmatik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan di antara pembicara dan lawan bicara pada saat kalimat imperatif digunakan adalah 1) kepala sekolah dengan murid, 2) guru dengan murid, 3) panitia dengan peserta kegiatan, 4) pasien dengan dokter, 5) penyanyi dengan penggemar, 6) teman satu kelas, 7) teman satu sekolah, 8) mantan pacar, 9) rekan kerja, dan 10) keluarga. Peneliti menemukan dan mengelompokkan berbagai macam respons lawan bicara ke dalam lima. 9.

(24) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10. kategori, yaitu 1) lawan bicara hanya menjawab tanpa melakukan apa yang diperintahkan, 2) lawan bicara melakukan tanpa menjawab terlebih dahulu, 3) lawan bicara menjawab kemudian melakukan apa yang diperintahkan, 4) lawan bicara tidak menjawab ataupun melakukan apa yang diperintahkan, dan 5) lawan bicara menolak apa yang diperintahkan. Selain itu, penelitian yang relevan dengan penelitian ini dilakukan oleh Yusuf Saputro, mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (2014) yang berjudul Bentuk-Bentuk Tuturan Imperatif dan Satuan Lingual Pembentuk Makna Imperatif dalam Naskah Drama Draussen Vor Der Tur Karya Wolfgang Borchert. Penelitian tersebut menganalisis bentuk-bentuk tuturan imperatif dan satuan lingual pembentuk makna imperatif naskah drama Draussen vor der Tur. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Analisis data penelitian dilakukan dengan menggunakan metode agih dan metode padan pragmatisl. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) terdapat 4 bentuk tuturan bermakna imperatif yang dituturkan melalui berbagai macam bentuk kalimat, yaitu 167 tuturan imperatif berbentuk kalimat imperatif, 41 tuturan imperatif berbentuk kalimat pernyataan, 20 tuturan imperatif berbentuk kalimat tanya, dan 5 tuturan imperatif berbentuk kalimat harapan, 2) terdapat tiga satuan lingual pembentuk makna imperatif yaitu 209 tuturan dengan kalimat sebagai pembentuknya, 4 tuturan dengan frasa sebagai pembentuknya, dan 20 tuturan dengan kata sebagai pembentuknya. Kedua penelitian tersebut memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti berjudul Maksud Tuturan Imperatif Guru.

(25) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11. kepada Siswa Kelas VII dan VIII dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas: Suatu Kajian Pragmatik. Penelitian Imas Setianingrum dan penelitian ini memiliki persamaan pada objek penelitian, yaitu penggunaan kalimat imperatif. Perbedaannya dapat dilihat dari subjek penelitian dan ranah penelitian. Subjek penelitian yang dilakukan oleh Imas Setianingrum adalah drama Q10, sedangkan subjek penelitian ini adalah guru. Ranah penelitian yang dilakukan oleh Imas Setianingrum adalah hubungan antara pembicara dengan lawan bicara dan respon lawan bicara terhadap kalimat imperatif yang disampaikan, sedangkan ranah penelitian ini adalah maksud tuturan imperatif dalam kajian pragmatik. Adapun persamaan dan perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Yusuf Saputro dengan penelitian ini. Persamaannya terletak pada objek penelitian, berupa penggunaan kalimat imperatif. Sedangkan perbedaan penelitian terletak pada subjek penelitian dan ranah penelitian. Subjek penelitian yang dilakukan oleh Yusuf Saputro adalah naskah drama Drausen Vor Tur karya Wolfgang Borchert, sedangkan subjek penelitian ini adalah guru. Adapun, ranah penelitian Yusuf Saputro yaitu bentuk tuturan imperatif dan satuan lingual pembentuk makna imperatif, sedangkan penelitian ini meneliti maksud tuturan imperatif dalam kajian pragmatik. Kelebihan penelitian ini dibandingkan dengan kedua penelitian tersebut yaitu penelitian ini meninjau maksud tuturan imperatif dalam kajian pragmatik, baik dalam konstruksi imperatif maupun nonimperatif..

(26) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12. 2.2. Landasan Teori. 2.2.1. Pragmatik Bahasa menjadi salah atu alat bagi manusia untuk menjalin relasi melalui. komunikasi. Dengan latar belakang betapa pentingnya suatu bahasa dalam kehidupan, maka dikembangkan ilmu-ilmu bahasa oleh para linguis, diantaranya adalah pragmatik. Pragmatik merupakan salah satu cabang ilmu bahasa yang terbaru dikembangkan. Pragmatik mencakup ilmu bahasa yang berfokus pada makna dan maksud dari penutur kepada lawan tutur dalam sebuah tuturan. Verhaar (dalam Rahardi, 2003: 10) mengatakan bahwa pragmatik sebagai cabang linguistik yang mempelajari dan mendalami apa saja yang termasuk di dalam struktur bahasa sebagai alat komunikasi dan interaksi antara si penutur dengan sang mitra tutur, serta sebagai pengacuan tanda-tanda bahasa yang sifatnya ekstralinguistik atau luar bahasa. Parker (dalam Wijana, 2011: 4) menyatakan bahwa pragmatics is distinct from grammar, which is the study of the internal structure of language. Pragmatics is the study of how language is used to communicate (“Pragmatik berbeda dari tata bahasa, yang merupakan studi tentang struktur internal bahasa. Pragmatik. adalah. studi. tentang. bagaimana. bahasa. digunakan. untuk. berkomunikasi”). Cruse (dalam Cummings, 2007: 2) menyatakan bahwa pragmatik dapat dianggap berurusan dengan aspek-aspek informasi (dengan pengertian yang paling luas) yang disampaikan melalui bahasa yang (a) tidak dikodekan oleh konvensi yang diterima secara umum dalam dalam bentuk-bentuk linguistik yang.

(27) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13. digunakan, namun yang (b) juga muncul secara alamiah dari dan tergantung pada makna-makna yang dikodekan secara konvensional dengan konteks tempat penggunaan bentuk-bentuk tersebut. Yule (2006: 5) menjelaskan bahwa pragmatik adalah studi tentang hubungan antara bentuk-bentuk linguistik dan pemakai bentuk-bentuk itu. Manfaat belajar bahasa melalui pragmatik ialah bahwa seseorang dapat bertutur kata tentang makna yang dimaksudkan orang, asumsi mereka, maksud atau tujuan mereka, dan jenis-jenis tindakan (sebagai contoh: permohonan) yang mereka perlihatkan ketika mereka sedang berbicara. Kerugian yang besar adalah bahwa semua konsep manusia ini sulit dianalisis dalam suatu cara yang konsisten dan objektif. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pragmatik merupakan ilmu bahasa yang mempelajari makna dan maksud yang terkandung dalam suatu tuturan berdasarkan situasi yang terjadi dalam tuturan tersebut.. 2.2.2. Tindak Tutur Tindak tutur adalah pengujaran kalimat untuk menyatakan agar suatu. maksud dari pembicaraan diketahui pendengar (Kridalaksana, 1984: 154). Tindak tutur merupakan salah satu objek yang di pelajari dalam ilmu pragmatik. Tindak tutur berguna untuk mengetahui makna dan tindakan dari seorang penutur, yang kemudian dihubungan dengan bahasa sehingga menjadi satu kesatuan maksud tuturan yang mudah dimengerti oleh mitra tutur..

(28) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14. Menurut John R. Searle (1983), terdapat tiga macam tindak tutur di dalam pemakaian bahasa yang sesungguhnya di masyarakat secara berturut-turut dapat disebutkan sebagai berikut ini : (1) tindak lokusioner (locutionary acts), (2) tindak ilokusioner (illocutionary acts), dan (3) tindak perlokusioner (perlocutionary acts) (Rahardi, 2003: 70). Tindak lokusioner adalah tindak bertutur dengan kata, frasa, dan kalimat sesuai dengan makna yang dikandung oleh kata, frasa, dan kalimat itu. Tindak tutur ini dapat disebut sebagai the act of saying something (Rahardi, 2003: 71). Tindak ilokusioner adalah tindak melakukan sesuatu dengan maksud dan fungsi yang tertentu pula. Tindak tutur semacam ini dapat dikatakan sebagai the act of doing something (Rahardi, 2003: 71). Tindak perlokusi adalah tindak menumbuhkan pengaruh (effect) kepada diri sang mitra tutur. Tindak tutur semacam ini disebut dengan the acts of effecting someone (Rahardi, 2003: 71). Ketiga macam tindak tutur tersebut memiliki beberapa perbedaan. Perbedaan tersebut untuk akan dijelaskan melalui ilustrasi tuturan berikut. Misalnya, terdapat tuturan “Di teras rumah ada orang gila”. Ditinjau melalui tindak lokusioner, diketahui bahwa maksud yang ingin disampaikan oleh penutur dalam tuturan. “Di teras rumah ada orang gila” adalah untuk memberitahu. bahwa di teras rumah ada orang gila. Kemudian, jika ditinjau melalui tindak ilokusioner, tuturan “Di teras rumah ada orang gila” yang dituturkan oleh penutur sebenarnya memiliki maksud tidak hanya untuk memberitahukan kepada mitra tutur bahwa ada orang gila di teras rumah, melainkan penutur mengharapkan suatu tindakan dari mitra tutur terhadap orang gila yang terdapat di teras rumah, misalnya dengan mengusir. Dalam tindak perlokusi, tuturan “Di.

(29) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15. teras rumah ada orang gila” memiliki maksud untuk menumbuhkan suatu pengaruh pada mitra tutur. Misalkan, mitra tutur memiliki rasa trauma terhadap orang gila. Jadi, maksud yang ingin disampaikan oleh penutur dengan menuturkan hal tersebut adalah ingin membuat mitra tutur merasa ketakutan dan bersembunyi di dalam ruangan agar tidak keluar rumah, terlebih ke teras rumah. Diketahui bahwa tindak tutur memiliki relasi terhadap wujud imperatif. Seperti disebutkan oleh Rahardi (2005: 7), bahwa karena fungsi komunikatif imperatif itu terwujud dalam bentuk tindak-tindak tutur, tuturan imperatif itu pun erat hubungannya dengan jenis-jenis tindak tutur. Tindak tutur yang dimaksud adalah (1) tindak lokusioner, (2) tindak ilokusioner, dan (3) tindak perlokusioner. Menurut Downes (1976: 77-97) dan Fraser (dalam Richard and Schmidt (eds.), 1983: 29-59) yang di kutip oleh Rahardi (2005: 7), adapun kadar keeratan relasi atau hubungan antara tuturan imperatif dengan tindak-tindak tutur itu dapat dijelaskan sebagai berikut: (1) sebagai tindak lokusioner tuturan imperatif yang merupakan pernyataan makna dasar dari konstruksi imperatif (basic locutionary meaning), (2) sebagai tindak ilokusioner makna imperatif yang pada dasarnya merupakan maksud yang disampaikan penutur dalam menyampaikan tuturan imperatif (illocutionary meaning), dan (3) sebagai tindak perlokusioner sosok imperatif yang berkaitan dengan dampak yang timbul sebagai akibat dari tindak tutur (perlocutionary meaning)..

(30) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16. 2.2.3. Konteks Istilah konteks pertama kali diperkenalkan oleh Malinowski (1923: 307). dengan sebutan “situasi tutur”. Ia merumuskan konteks situasi seperti di bawah ini: Exactly as in the reality of spoken or written language, a word without linguistic context is a mere figment and stand for nothing by itself, so in the reality of spoke living tongue, the utterance has no meaning except in the context situation (“Persis seperti dalam kenyataan bahasa lisan atau tulisan, sebuah kata tanpa konteks linguistik hanyalah sekedar isapan jempol belaka dan tidak ada artinya, jadi dalam kenyataan berbicara dengan lidah yang hidup, ujaran itu tidak ada artinya kecuali dalam konteks situasi). Sejalan dengan pendapat Malinowski, Firth (dikutip Brown dan Yule, 1996) juga menyinggung konteks situasi untuk memahami sebuah ujaran. Menurut Firth, konteks situasi bagi pekerjaan linguistik menghubungkan tiga kategori, yaitu: (a) ciri-ciri yang relevan dari para peserta: orang-orang, kepribadian-kepribadian: (i) perbuatan verbal para pesertadan (ii) perbuatan nonverbal para peserta, (b) tujuan yang relevan, dan (c) akibat perbuatan verbal. Konteks situasi yang dikenalkan Malinowski dan Firth itu lalu dikembangkan lagi oleh Hymes (1974) yang menghubungkan dengan situasi tutur. Dalam situasi tutur tersebut, terdapat delapan komponen tutur yang disingkat menjadi SPEAKING. Komponen tutur itu meliputi latar fisik dan latar psikologis (setting and scene), peserta tutur (partisipants), tujuan tutur (ends), urutan tindak (acts), nada tutur (keys), saluran.

(31) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17. tutur (instruments), norma tutur (norms), dan jenis tutur (genre) (Nugroho, 2009: 118-119). Konteks adalah aspek-aspek tuturan yang relevan baik secara fisik maupun nonfisik. Konteks dapat pula diartikan sebagai semua latar belakang pengetahuan yang diasumsikan sama-sama dimiliki penutur dan mitra tutur serta mendukung interpretasi mitra tutur atas apa yang dimaksudkan penutur itu di dalam proses bertutur (Rahardi, 2005: 51). Sejalan dengan Rahardi, Leech (dalam Nugroho, 2009: 119) mendefinisikan konteks sebagai aspek-aspek yang berkaitan dengan lingkungan fisik dan sosial sebuah tuturan. Leech menambahkan dalam definisinya tentang konteks, yaitu sebagai suatu pengetahuan latar belakang yang secara bersama dimiliki oleh penutur dan mitra penutur, dan konteks ini membantu penutur menafsirkan atau menginterpretaikan maksud tuturan penutur. Dalam hal ini, konteks memiliki suatu relasi dengan pragmatik. Hal tersebut dinyatakan oleh Levinson dalam bukunya yang berjudul Pracmatics, yaitu: (1) Pragmatics is the study of those relations between language and context that are gramaticalized, or encoded in the structure of language (“Pragmatik adalah kajian ihwal hubungan antara bahasa dan konteks yang digramatisasikan atau dikodekan di dalam struktur bahasa”), (2) Pragmatics is the study of relations between language and context that a basic to an acount of language understanding (“Pragmatik adalah kajian ihwal hubungan antara bahasa dan konteks yang merupakan dasar bagi penjelasan tentang pemahaman bahasa”), dan (3) Pracmatics is the study of the ability of language users to pair sentences with the context in which they would be approriate (“Pragmatik adalah kajian ihwal.

(32) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18. kemampuan penggunaan bahasa untuk menyesuaikan kalimat dengan konteks sehingga kalimat itu patut atau tepat diujarkan”) (Nugroho, 2009: 118). Imam Syafi’ie (dalam Lubis, 2015: 10) menjelaskan bahwa konteks pemakaian bahasa dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu: (1) konteks fisik (physical context) yang meliputi tempat terjadinya pemakaian bahasa dalam suatu komunikasi, objek yang disajkan dalam peristiwa komunikasi itu, dan tindakan atau perilaku dari para peran dalam peristiwa komunikasi itu, (2) konteks epistemis (epistemic context) atau latar belakang pengetahuan yang sama-sama diketahui oleh pembicara ataupun pendengar, (3) konteks linguistik (linguistics context) yang terdiri atas kalimat-kalimat atau tuturan-tuturan yang mendahului satu kalimat atau tuturan tertentu dalam peristiwa komunikasi, (4) konteks sosial (social context), yaitu relasi sosial dan latar setting yang melengkapi hubungan antara pembicara (penutur) dengan pendengar. Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa konteks adalah aspekaspek yang menjadi satu kesatuan dalam lingkungan fisik dan nonfisik sebuah tuturan. Konteks berkaitan erat dan membantu mitra tutur untuk mengetahui maksud suatu tuturan yang terbalut di dalam pragmatik karena konteks sangat dekat dan tidak dapat dihindarkan dari lingkup tuturan. Oleh karena itu, konteks berperan mempengaruhi kelancaran komunikasi untuk menangkap dan memaknai maksud dari pesan yang ingin disampaikan oleh penutur..

(33) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19. 2.2.4. Modus Imperatif Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), pengertian modus adalah. bentuk verba yang mengungkapkan suasana kejiwaan sehubungan dengan perbuatan menurut tafsiran pembicara tentang apa yang diucapkan. Secara formal, berdasarkan modusnya, Wijana (1996, 30) membedakan kalimat menjadi kalimat berita (deklaratif), kalimat tanya (interogatif), dan kalimat perintah (interogatif). Secara konvensional, kalimat berita digunakan untuk memberitakan sesuatu (informasi), kalimat tanya untuk menanyakan sesuatu, dan kalimat perintah untuk menyatakan perintah, ajakan, permintaan, atau permohonan. Modus imperatif adalah modus yang menyatakan perintah atau larangan (KBBI, 2008). Modus imperatif dapat diutarakan melalui modus deklaratif atau interogatif. Tujuannya agar penutur terkesan lebih sopan ketika bertutur dan lawan tutur tidak merasa bahwa dirinya diperintah (Wijana, 1996). Berikut beberapa contoh untuk memperjelas pemahaman di atas. (a) Ada tamu di teras. (b) Siapa yang mengetuk pintu? Kedua tuturan di atas merupakan (a) tuturan deklaratif dan (b) tuturan interogatif. Dalam tuturan (a) mengindikasikan bahwa penutur memberi tahu pada lawan tutur bahwa ada tamu di teras. Sama halnya dengan tuturan (b) yang mengindikasikan bahwa penutur menanyakan siapa sosok yang mengetuk pintu rumah. Akan tetapi, maksud sebenarnya yang dituturkan dalam tuturan (a) dan (b) lebih dari yang dinyatakan diatas. Maksud dalam tuturan (a) dan (b) menyatakan.

(34) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20. bahwa penutur menyuruh mitra tutur untuk melihat dan menemui sosok tamu yang berada di teras dan mengetuk pintu. Kedua tuturan tersebut dapat dikategorikan sebagai tuturan imperatif melalui konteks yang mendukung.. 2.2.5. Maksud Tuturan Imperatif Menurut Wijana (2008), maksud adalah elemen luar bahasa yang bersumber. dari pembicaraan dan bersifat subjektif. Sedangkan tuturan imperatif adalah ucapan atau ujaran yang sifatnya meminta agar mitra tutur melakukan sesuatu, baik berupa tindakan ataupun perbuatan. Sehingga dapat dikatakan bahwa maksud tuturan imperatif adalah sesuatu (makna sebenarnya) yang ingin disampaikan oleh penutur bersumber dari tuturan yang sifatnya meminta untuk melakukan tindakan atau perbuatan, serta dinilai secara subjektif. Rahardi dalam bukunya yang berjudul Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia menggunakan istilah wujud pragmatik imperatif untuk mengartikan maksud tuturan imperatif. Menurut Rahardi (2008), wujud pragmatik imperatif adalah realisasi maksud dari tuturan imperatif. Wujud imperatif dalam bahasa Idonesia mencakup dua macam, yakni (1) wujud imperatif formal atau struktural dan (2) wujud pragmatik imperatif atau nonstruktural. Wujud formal imperatif adalah realisasi maksud imperatif dalam bahasa Indonesia menurut ciri struktural atau formalnya. Sedangkan, wujud pragmatik imperatif adalah realisasi maksud imperatif dalam bahasa Indonesia apabila dikaitkan dengan konteks situasi tutur yang melatarbelakanginya. Wujud imperatif formal dan wujud pragmatik imperatif memiliki fokus kajian yang berbeda. Dalam wujud imperatif.

(35) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21. formal, yang menjadi titik pusat kajian adalah bentuk-bentuk lingual, tanpa secara sadar mempertimbangkan situasi tuturan sehingga analisisnya bersifat formal. Sedangkan dalam wujud pragmatik imperatif yang dijadikan fokus kajian adalah maksud pembicara yang selalu tersurat atau tersirat berada di balik tuturan. Secara singkat dapat diperjelas bahwa wujud imperatif formal lebih mempelajari dalam segi sintaksis, sedangkan wujud imperatif pragmatik lebih mempelajari dalam segi pragmatik. Dalam penelitian ini, yang menjadi kajian penelitian adalah pragmatik. Oleh sebab itu, peneliti hanya menggunakan teori wujud pragmatik imperatif sebagai landasan teori penelitian. Wujud pragmatik imperatif dalam bahasa Indonesia dapat berupa tuturan yang berkonstruksi imperatif dan nonimperatif.. Yang. dimaksud dengan konstruksi nonimperatif adalah tuturan imperatif yang dituturkan secara tidak langsung, yaitu berupa konstruksi deklaratif dan interogatif. Berdasarkan literatur yang telah peneliti lihat, terdapat beberapa perbedaan dari beberapa teori para ahli mengenai wujud tuturan imperatif. Menurut Gorys Keraf (dalam Rahardi, 2005), wujud tuturan imperatif dibedakan menjadi sembilan macam. Sembilan macam wujud tuturan imperatif tersebut, antara lain (1) perintah biasa, (2) permintaan, (3) mengizinka, (4) ajakan, (5) bersyarat, (6) sindiran, (7) larangan, (8) harapan, dan (9) seruan. Sedangkan, menurut Rahardi (2005), wujud tuturan imperatif dibedakan menjadi tujuh belas macam. Ketujuh belas macam wujud tuturan tersebut, antara.

(36) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22. lain (1) perintah, (2) suruhan, (3) permintaan, (4) permohonan, (5) desakan, (6) bujukan, (7) imbauan, (8) persilaan, (9) ajakan, (10) permintaan izin, (11) mengizinkan, (12) larangan, (13) harapan, (14) umpatan, (15) pemberian ucapan selamat, (16) anjuran, (17) ngelulu. Selain itu, menurut Finoza (2008), wujud tuturan imperatif dipilah menjadi tujuh. Wujud tuturan imperatif tersebut, antara lain (1) halus, (2) suruhan, (3) permohonan, (4) ajakan dan harapan, (5) larangan, dan (7) pembiaraan. Kemudian, menurut Suparman (dalam Putrayasa, 2009), wujud tuturan imperatif dibedakan menjadi enam macam. Keenam macam wujud tuturan imperatif tersebut, antara lain (1) komando atau aba-aba, (2) suruhan, (3) perintah, (4) permohonan, (5) harapan atau doa, (6) seruan. Dari beberapa makna tuturan imperatif menurut para ahli, peneliti memutuskan untuk menggunakan teori wujud tuturan imperatif milik Rahardi sebagai acuan dalam penelitian ini. Adapun alasan peneliti memilih teori milik Rahardi karena teori tersebut membagi setiap maksud imperatif ke dalam beberapa makna yang lebih kompleks dibandingkan dengan teori lainnya.. 2.2.6. Ciri Penanda Tuturan Imperatif Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), pengertian ciri adalah tanda khas. yang membedakan sesuatu dari yang lain. Sedangkan pengertian tuturan imperatif adalah ucapan atau ujaran yang sifatnya meminta agar mitra tutur melakukan sesuatu, baik berupa tindakan ataupun perbuatan. Sehingga dapat diambil.

(37) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23. kesimpulan, pengertian dari ciri penanda imperatif adalah tanda khas dalam ujaran yang sifatnya meminta agar mitra tutur melakukan sesuatu sebagaimana diinginkan oleh penutur yang membedakannya dengan ujaran lain. Rahardi membagi maksud tuturan imperatif dalam kajian pragmatik ke dalam 17 makna, diantaranya sebagai berikut: a.. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Perintah Ciri penanda dari tuturan imperatif yang mengandung makna pragmatik. imperatif perintah, yaitu tuturan mengandung makna menyuruh untuk melakukan sesuatu yang harus dilakukan dan dapat diparafrasa. Sedangkan ciri penanda dari tuturan nonimperatif yang mengandung makna pragmatik imperatif perintah dapat diketahui melalui konteks situasi tutur yang melatarbelakangi dan mewadahinya (Rahardi, 2005: 94). Berikut ini contoh untuk memperjelas hal tersebut. Tuturan. Tuturan dan Konteks. Imperatif. Tuturan: “Dodi, duduk!” Konteks: Tuturan disampaikan oleh guru kepada muridnya ketika ia melihat bahwa muridya sedang lari-lari di dalam kelas pada saat murid yang lain sedang mengerjakan tugas.. Nonimperatif. Tuturan: “Bumbu dapur sudah habis, aku tidak bisa masak.” Konteks: Tuturan seorang istri kepada suaminya pada saat suaminya mencari-cari makanan di meja makan karena kelaparan..

(38) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24. b.. Tuturan yang Mengandung Makna Imperatif Suruhan Secara struktural, imperatif yang bermakna suruhan dapat ditandai oleh. pemakaian penanda kesantunan coba dan dapat di parafrasa. Sedangkan ciri penanda dari tuturan nonimperatif yang mengandung makna pragmatik imperatif suruhan dapat diketahui melalui konteks situasi tutur yang melatarbelakangi dan mewadahinya (Rahardi, 2005). Berikut ini contoh untuk memperjelas hal tersebut. Tuturan. Tuturan dan Konteks. Imperatif. Tuturan: “Coba gunakan gaun ini untuk pesta nanti malam!” Konteks: Tuturan disampaikan oleh ibu kepada anak perempuannya . Anak perempuannya bingung hendak memakai gaun yang seperti apa, sehingga sang ibu menyuruh anaknya memakai gaun yang ia pilihkan.. Nonimperatif. Tuturan: Pemilik Rumah : “Tamu yang saya tunggu sedang dalam perjalanan ke rumah. Apakah kamu sudah membersihkan ruang tamu?’ Pembantu : “Sudah Bu, sudah saya bersihkan tadi pagi”. Konteks: Dituturkan oleh pemilik rumah kepada pembantunya saat ia sedang berbenah diri untuk menyambut tamu yang ditunggu-tunggu.. c.. Tuturan yang Mengandung Makna Imperatif Permintaan Tuturan imperatif yang mengandung makna permintaan lazimnya terdapat. ungkapan penanda kesantunan tolong atau frasa lain yang bermakna minta dan dapat di parafrasa. Sedangkan ciri penanda dari tuturan nonimperatif yang mengandung makna pragmatik imperatif permintaan dapat diketahui melalui.

(39) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25. konteks situasi tutur yang melatarbelakangi dan mewadahinya (Rahardi, 2005). Berikut ini contoh untuk memperjelas hal tersebut. Tuturan. Tuturan dan Konteks. Imperatif. Tuturan: Ani : “Tolong bawakan buku saya yang tertinggal dirumahmu, ya!” Reta : “Ooh, iya An, pasti aku bawakan.” Konteks: Tuturan ini disampaikan seseorang kepada teman dekatnya melalui telepon. Ia menyampaikan untuk membawakan buku miliknya yang tidak sengaja tertinggal pada saat ia berkunjung kerumah teman dekatnya.. Nonimperatif. Tuturan: Bagas : “Sebentar lagi kamu akan menghadapi ujian sekolah, sebaiknya kamu menjaga kesehatan.” Sinta : “Iya, sepertinya aku memang harus menjaga kesehatan.” Konteks: Tuturan ini dituturkan oleh kekasih kepada pasangan kekasihnya. Ia menemani pasangan kekasihnya yang sedang tergolek lemas di rumah sakit.. d.. Tuturan yang Mengandung Makna Imperatif Permohonan Secara struktural, imperatif yang mengandung makna permohonan, biasanya. ditandai dengan ungkapan penanda kesantunan mohon. Selain ditandai dengan hadirnya penanda kesantunan itu, partikel –lah juga lazim digunakan untuk memperhalus kadar tuntutan imperatif permohonan dan dapat di parafrasa. Sedangkan ciri penanda dari tuturan nonimperatif yang mengandung makna pragmatik imperatif permohonan dapat diketahui melalui konteks situasi tutur.

(40) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26. yang melatarbelakangi dan mewadahinya (Rahardi, 2005). Berikut ini contoh untuk memperjelas hal tersebut. Tuturan. Tuturan dan Konteks. Imperatif. Tuturan: “Mohon perbaiki tindak tutur dalam bersikap!” Konteks: Tuturan seorang guru kepada muridnya di ruangan bimbingan konseling yang merasa bahwa muridnya tersebut telah berperilaku dan berbicara yang tidak sewajarnya lagi.. Nonimperatif. Tuturan : Orang tua pasien : “Bu, saya baru bisa bayar separuh dulu. Nanti sisanya saya lunasi segera, yang penting anak saya diobati dulu.” Bagian administrasi : “Baik Bu, tidak apa-apa.” Konteks: Tuturan ini cuplikan percakapan antara orang tua pasien dan bagian administrasi rumah sakit.. e. Tuturan yang Mengandung Makna Imperatif Desakan Imperatif dengan makna desakan menggunakan kata ayo atau mari sebagai pemarkah makna. Selain itu, kadang-kadang digunakan juga kata harap atau harus untuk memberi penekanan maksud desakan tersebut. Intonasi yang digunakan untuk menuturkan jenis imperatif ini, lazimnya, cenderung lebih keras dibandingkan dengan intonasi pada tuturan imperatif yang lainnya. Sedangkan ciri penanda dari tuturan nonimperatif yang mengandung makna pragmatik imperatif desakan dapat diketahui melalui konteks situasi tutur yang melatarbelakangi dan mewadahinya (Rahardi, 2005). Berikut ini contoh untuk memperjelas hal tersebut..

(41) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27. Tuturan. Tuturan dan Konteks. Imperatif. Tuturan: Krisna kepada Ayah : “Ayo, kita liburan ke Lombok, Yah! Ayo, Yah! Kita sudah lama tidak liburan.” Konteks: Tuturan ini disampaikan seorang anak kepada Ayahnya di ruang keluarga, pada saat melihat acara televisi mengenai pariwisata di Lombok.. Nonimperatif. Tuturan: Seorang anak kepada ibunya : “Bu, kapan aku dibelikan handphone baru? Waktu itu ibu bilang kalau minggu ini aku akan dibelikan handphone.” Konteks : Tuturan ini disampaikan oleh anak kepada ibunya pada saat ia melihat ibunya melakukan transaksi penarikan uang dari mesin ATM.. f. Tuturan yang Mengandung Makna Imperatif Bujukan Imperatif yang bermakna bujukan di dalam bahasa Indonesia, biasanya, diungkapkan dengan penanda kesantunan ayo atau mari. Selain itu, dapat juga imperatif tersebut diungkapkan dengan penanda kesantunan tolong. Sedangkan ciri penanda dari tuturan nonimperatif yang mengandung makna pragmatik imperatif bujukan dapat diketahui melalui konteks situasi tutur yang melatarbelakangi dan mewadahinya (Rahardi, 2005). Berikut ini contoh untuk memperjelas hal tersebut. Tuturan. Tuturan dan Konteks. Imperatif. Tuturan: Seseorang kepada sahabatnya : “Kita belanjanya di akhir pekan aja, yuk! Kalo akhir pekan banyak yang diskon lho.”.

(42) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28. Konteks: Tuturan ini disampaikan seseorang kepada sahabatnya yang merencanakan hendak berbelanja. Berhubung di akhir pekan biasanya terdapat diskon di toko-toko, maka ia membujuk sahabatnya untuk berbelanja di akhir pekan. Nonimperatif. Tuturan: Kakak kepada adiknya : “Kalau adik mau makanmakanan yang bergizi, tubuh adik akan menjadi sehat dan kuat.” Konteks: Tuturan ini disampaikan kakak kepada adiknya pada saat ia sedang menyuapi adiknya yang tidak mau makan.. g. Tuturan yang Mengandung Makna Imperatif Imbauan Imperatif yang mengandung makna imbauan, lazimnya, digunakan bersama partikel –lah. Selain itu, imperatif jenis ini sering digunakan bersama dengan ungkapan penanda kesantunan harap dan mohon. Sedangkan ciri penanda dari tuturan nonimperatif yang mengandung makna pragmatik imperatif suruhan dapat diketahui melalui konteks situasi tutur yang melatarbelakangi dan mewadahinya (Rahardi, 2005). Berikut ini contoh untuk memperjelas hal tersebut. Tuturan. Tuturan dan Konteks. Imperatif. Tuturan: “Harap pelajari materi yang telah saya berikan selama semester ini!” Konteks: Tuturan ini disampaikan oleh guru kepada muridmuridnya yang hendak menghadapi ujian tengah semester.. Nonimperatif. Tuturan: “Siswa-siswi kelas VII, VIII, dan IX harus mendapatkan pengetahuan mengenai bahaya dari.

(43) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29. penggunaan narkoba.” Konteks: Tuturan ini disampaikan oleh salah seorang guru kepada rekan guru pada saat rapat mengenai kegiatan yang akan dilakukan pada hari kesehatan nasional.. h. Tuturan yang Mengandung Makna Imperatif Persilaan Imperatif persilaan dalam bahasa Indonesia, lazimnya, digunakan dengan penanda kesantunan silakan. Seringkali digunakan pula bentuk pasif dipersilakan untuk menyatakan maksud pragmatik imperatif persilaan itu. Sedangkan ciri penanda dari tuturan nonimperatif yang mengandung makna pragmatik imperatif persilaan dapat diketahui melalui konteks situasi tutur yang melatarbelakangi dan mewadahinya (Rahardi, 2005). Berikut ini contoh untuk memperjelas hal tersebut. Tuturan. Tuturan dan Konteks. Imperatif. Tuturan: Tuan rumah dan tamu : “Silakan dimakan dan diminum dulu suguhan sederhana ini!”. Konteks: Tuturan ini disampaikan tuan rumah kepada tamu pada saat pembantu dari tuan rumah meletakkan suguhan diatas meja ruang tamu.. Nonimperatif. Tuturan: “Kemarin aku mendapatkan banyak oleh-oleh dari Lampung. Kalau kamu mau, ambil saja beberapa untuk kamu makan.” Konteks: Tuturan ini disampaikan oleh seseorang kepada teman dekatnya pada saat berbincang-bincang di trotoar. Teman dekatnya mengeluhkan bahwa ia tidak memiliki cadangan makanan..

(44) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30. i. Tuturan yang Mengandung Makna Imperatif Ajakan Imperatif dengan makna ajakan, biasanya, ditandai dengan pemakaian penanda kesantunan mari atau ayo. Kedua macam penanda kesantunan itu masing-masing memiliki makna ajakan. Sedangkan ciri penanda dari tuturan nonimperatif yang mengandung makna pragmatik imperatif ajakan dapat diketahui melalui konteks situasi tutur yang melatarbelakangi dan mewadahinya (Rahardi, 2005). Berikut ini contoh untuk memperjelas hal tersebut. Tuturan. Tuturan dan Konteks. Imperatif. Tuturan: Aini kepada tema-temannya : “Ayo, nanti malam nonton konser Afgan di Auditorium Sanata Dharma!” Konteks: Tuturan ini disampaikan oleh Aini kepada temantemannya pada saat berkumpul bersama di ruang kelas, ia mengajak teman-teman yang mengidolakan dengan Afgan untuk menonton konser.. Nonimperatif. Tuturan: Anak kepada ibu : “Martabak, enak nih.” Konteks: Tuturan ini disampaikan anak kepada ibunya untuk membeli martabak.. j. Tuturan yang Mengandung Makna Imperatif Permintaan Izin Imperatif dengan makna permintaan izin, biasanya, ditandai dengan penggunaan ungkapan penanda kesantunan mari dan boleh. Sedangkan ciri penanda dari tuturan nonimperatif yang mengandung makna pragmatik imperatif permintaan. izin. dapat. diketahui. melalui. konteks. situasi. tutur. yang.

(45) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31. melatarbelakangi dan mewadahinya (Rahardi, 2005). Berikut ini contoh untuk memperjelas hal tersebut. Tuturan. Tuturan dan Konteks. Imperatif. Tuturan: Seseorang kepada Pedagang : “Bu, mari saya bantu dorong gerbobaknya!” Konteks: Tuturan ini disampaikan oleh seseorang kepada pedagang yang terlihat kesulitan mendorong gerobak dagangannya untuk melewati tanjakan.. Nonimperatif. Tuturan: Anak kepada Ayah : “Ayah, aku boleh beli es krim dan coklat?” Konteks: Tuturan ini disampaikan anak kepada ayahnya pada saat sedang berbelanja di minimarket.. k. Tuturan yang Mengandung Makna Imperatif Mengizinkan Imperatif bermakna mengizinkan, lazimnya, ditandai dengan pemakaian penanda kesantunan silakan. Sedangkan ciri penanda dari tuturan nonimperatif yang mengandung makna pragmatik imperatif mengizinkan dapat diketahui melalui konteks situasi tutur yang melatarbelakangi dan mewadahinya (Rahardi, 2005). Berikut ini contoh untuk memperjelas hal tersebut. Tuturan. Tuturan dan Konteks. Imperatif. Tuturan: “Silakan duduk sesuai dengan nomor yang tertera pada karcis!” Konteks: Tuturan ini ditemukan di dalam bus untuk para penumpang..

(46) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32. Nonimperatif. Tuturan: “Area bebas rokok.” Konteks: Bunyi sebuah tuturan pemberitahuan yang terdapat pada sebuah warung makan yang memiliki dua bagian tempat khusus untuk area merokok dan tidak merokok.. l. Tuturan yang Mengandung Makna Imperatif Larangan Imperatif dengan makna larangan dalam bahasa Indonesia, biasanya, ditandai oleh pemakaian kata jangan. Sedangkan ciri penanda dari tuturan nonimperatif yang mengandung makna pragmatik imperatif larangan dapat diketahui melalui konteks situasi tutur yang melatarbelakangi dan mewadahinya (Rahardi, 2005). Berikut ini contoh untuk memperjelas hal tersebut. Tuturan. Tuturan dan Konteks. Imperatif. Tuturan: Ibu kepada Dhani : “Jangan hujan-hujanan Dhan, nanti sakit!” Konteks: Tuturan ini disampaikan oleh seorang ibu kepada anaknya pada saat ia melihat anaknya bermain sepak bola di halaman rumah pada saat hujan turun.. Nonimperatif. Tuturan: “Lantai licin” Konteks: Tuturan ini ditemukan pada peringatan yang terdapat dilantai mall saat lantai masih basah karena baru saja di pel..

(47) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33. m. Tuturan yang Mengandung Makna Imperatif Harapan Imperatif yang menyatakan makna harapan, biasanya, ditunjukkan dengan penanda kesantunan harap dan semoga. Kedua macam penanda kesantunan itu di dalamnya mengandung makna harapan. Sedangkan ciri penanda dari tuturan nonimperatif yang mengandung makna pragmatik imperatif harapan dapat diketahui melalui konteks situasi tutur yang melatarbelakangi dan mewadahinya (Rahardi, 2005). Berikut ini contoh untuk memperjelas hal tersebut. Tuturan. Tuturan dan Konteks. Imperatif. Tuturan: “Aku harap, kamu mengerti keadaan aku!” Konteks: Tuturan ini disampaikan oleh seorang kekasih kepada pasangan kekasihnya yang sedang bertengkar hebat mengenai keluarga.. Nonimperatif. Tuturan: “Kalau semua barang dagangan ini laku, aku pasti bisa membelikan adik mainan.” Konteks: Tuturan ini disampaikan oleh seorang kakak pada dirinya sendiri yang sedang menunggui barang dagangannya untuk dibeli oleh orang-orang yang berada di sekelilingnya.. n. Tuturan yang Mengandung Makna Imperatif Umpatan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian umpatan adalah makian. Imperatif jenis ini banyak ditemukan dalam pemakaian bahasa Indonesia pada komunikasi keseharian. Sedangkan ciri penanda dari tuturan nonimperatif yang mengandung makna pragmatik imperatif umatan dapat diketahui melalui.

(48) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34. konteks situasi tutur yang melatarbelakangi dan mewadahinya (Rahardi, 2005). Berikut ini contoh untuk memperjelas hal tersebut. Tuturan. Tuturan dan Konteks. Imperatif. Tuturan: Budi dan Heru : “Anak tidak tahu diri! Sudah tahu orang tuanya susah, malah tidak sekolah dengan baik.” Konteks: Tuturan ini disampaikan oleh kakak kepada adiknya pada saat mengetahui nilai rapor adiknya jelek dan sering bolos sekolah.. Nonimperatif. Tuturan: “Anjing ya bisanya hanya menggonggong.” Konteks: Tuturan seseorang kepada sahabatnya yang sedang sedih karena menjadi bahan perbincangan temanteman kampus.. o. Tuturan yang Mengandung Makna Imperatif Pemberian Ucapan Selamat Ciri penanda dari tuturan nonimperatif yang mengandung makna pragmatik imperatif pemberian ucapan selamat dapat diketahui melalui konteks situasi tutur yang melatarbelakangi dan mewadahinya (Rahardi, 2005). Berikut ini contoh untuk memperjelas hal tersebut. Tuturan. Tuturan dan Konteks. Imperatif. Tuturan: Vani kepada Dian : “Selamat wisuda kak! Semoga aku juga cepat wisuda ya. Konteks: Tuturan ini disampaikan oleh seorang teman kepada temannya pada saat menghadiri pesta wisuda.. Nonimperatif. Tuturan: Kalvin : “Dik, novel karyaku sudah terbit.”.

(49) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35. Dita. : “Wow, keren kak.”. Konteks: Tuturan ini disampaikan oleh kakak kepada adiknya pada saat makan bersama, sembari ia menunjukkan novel tersebut kepada adiknya.. p. Tuturan yang Mengandung Makna Imperatif Anjuran Secara struktural, imperatif yang mengandung makna anjuran, biasanya ditandai dengan penggunaan kata hendaknya dan sebaiknya. Sedangkan ciri penanda dari tuturan nonimperatif yang mengandung makna pragmatik imperatif anjuran dapat diketahui melalui konteks situasi tutur yang melatarbelakangi dan mewadahinya (Rahardi, 2005). Berikut ini contoh untuk memperjelas hal tersebut. Tuturan. Tuturan dan Konteks. Imperatif. Tuturan: Reni kepada Dinda : “Sebaiknya kamu pulang sekarang saja sebelum hujan turun!” Konteks: Tuturan ini disampaikan oleh seseorang kepada temannya pada saat bermain di taman dan keadaan awan sudah mulai mendung.. Nonimperatif. Tuturan: Suharjo kepada Ratni : “Apakah seluruh siswa disini sudah mendapatkan dana BOS?” Konteks: Tuturan ini disampaikan oleh kepala dinas pendidikan kepada kepala sekolah pada saat memantau perkembangan sekolah didaerah pedesaan.. q. Tuturan yang Mengandung Makna Imperatif “Ngelulu” Di dalam bahasa Indonesia terdapat tuturan yang memiliki makna pragmatik “ngelulu”. Kata “ngelulu” berasal dari bahasa Jawa, yang bermakna seperti.

(50) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36. menyuruh mitra tutur melakukan sesuatu namun sebenarnya yang dimaksud adalah melarang melakukan sesuatu. Sedangkan ciri penanda dari tuturan nonimperatif yang mengandung makna pragmatik imperatif ngelulu dapat diketahui melalui konteks situasi tutur yang melatarbelakangi dan mewadahinya (Rahardi, 2005). Berikut ini contoh untuk memperjelas hal tersebut. Tuturan. Tuturan dan Konteks. Imperatif. Tuturan: Ibu : “Main PES saja terus Dik, tidak penting juga kan belajar!” Anak : “Iya, iya Bu. Sebentar lagi selesai mainnya”. Konteks: Tuturan antara ibu dan anaknya yang banyak menghabiskan waktu untuk bermain PES dan tidak pernah belajar.. Berdasarkan penjabaran mengenai wujud tuturan imperatif di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa wujud tuturan imperatif dalam kajian pragmatik terdiri dari tuturan imperatif dalam konstruksi imperatif dan nonimperatif. Tuturan imperatif dalam konstruksi imperatif dapat diketahui makna dari setiap tuturan melalui ciri penanda dan konteks yang terdapat dalam tuturan imperatif. Sedangkan tuturan imperatif dalam konstruksi nonimperatif, dapat diketahui makna imperatifnya melalui konteks.. 2.2.7. Guru Guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab. terhadap pendidikan muird-murid, baik secara individual ataupun klasikal, baik di sekolah maupun di luar sekolah (Ametembun dalam Djamarah, 2005). Dapat.

(51) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37. dikatakan bahwa guru dituntut agar selalu memperhatikan setiap aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik anak didiknya, baik di dalam lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah. Dengan demikian, siswa diharapkan ketika dalam lingkup sekolah maupun di luar sekolah terbentuk menjadi pribadi yang memiliki kreativitas tinggi dan pemikiran-pemikiran kritis terhadap segala ilmu pengetahuan yang dimiliki, serta memiliki rasa empati yang tinggi kepada lingkungan sekitarnya. Mengingat banyaknya tugas dan tanggung jawab guru terhadap siswa, adakalanya guru mendapatkan hambatan ketika proses kegiatan belajar mengajar berlangsung. Menurut Cruickshank (2014) faktor yang mempengaruhi cara guru mengajar, yaitu karakteristik pribadi, pengalaman dan persiapan dalam pendidikan, dan konteks pengajaran. Yang dimaksud dengan karakteristik pribadi dalam faktor pertama adalah karakteristik pribadi dari guru, yaitu gender, usia, pengalaman, kepribadian, sistem nilai, dan gaya belajar. Faktor kedua meliputi pengalaman guru dan persiapan guru sebelum mengajar, yaitu cara pegajaran yang guru terima, cara pengajaran yang guru ingin lakukan, pengetahuan guru akan materi ajar, dan pengajaran serta persiapan pedagogis. Dalam faktor ketiga, yang dimaksud dengan konteks adalah tempat dimana guru mengajar. Konteks tersebut ditentukan oleh tipe siswa serta jumlah siswa yang guru ajar, karakteristik kelas, ketersediaan peralatan dan materi ajar, waktu yang tersedia untuk mengajar, tujuan dari pelajaran, dan sudut pandang utama mengenai cara terbaik dalam pengajaran yang guru lakukan..

(52) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38. 2.3. Kerangka Berpikir Kerangka berpikir yang digunakan dalam penelitian ini dapat dijelaskan. sebagai berikut. 1. Penelitian ini mendeskripsikan maksud tuturan imperatif guru kepada siswa kelas VII dan VIII dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas: suatu kajian pragmatik. 2. Landasan teori yang digunakan adalah pragmatik, tindak tutur, konteks, modus imperatif, maksud tuturan imperatif, ciri penanda tuturan imperatif, dan guru. 3. Atas dasar teori tersebut, penelitian ini akan menjelaskan atau mendeskripsikan secara jelas mengenai maksud imperatif dari tuturan imperatif, deklaratif, dan interogatif guru kepada siswa kelas VII dan VIII dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas: suatu kajian pragmatik. 4. Sifat penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yang menitikberatkan pada deskripsi data penelitian. Untuk memperjelas kerangka berpikir diatas, dibuatlah skema yang menandakan urutan dari kerangka berpikir tersebut. Skema kerangka berpikir disusun dengan rinci sebagai berikut..

(53) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39. PRAGMATIK. TINDAK TUTUR. KONTEKS. MODUS IMPERATIF. MAKSUD TUTURAN IMPERATIF. CIRI PENANDA TUTURAN IMPERATIF. GURU.

(54) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini dipaparkan enam hal, yaitu jenis penelitian, data penelitian, metode pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik analisis data, dan trianggulasi data. Keenam hal itu diuraikan sebagai berikut.. 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang akan dilakukan yaitu penelitian deskriptif kualitatif.. Menurut Nawawi (1989: 63), penelitian deskriptif yaitu metode yang bermaksud untuk menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dll). Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha menuturkan pemecahan masalah yang ada berdasarkan data-data (Narbuko & Achmadi, 2007: 44). Lexy J. Moelong (2007: 3) mendeskripsikan bahwa penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif yaitu data tertulis atau lisan dan perilaku yang diamati dari orang-orang yang menjadi objek penelitian. Penelitian dengan pendekatan kualitatif menekankan analisis proses dari proses berpikir secara indiktif yang berhubungan dengan dinamika hubungan antar fenomena yang diamati dan senantiasa menggunakan logika ilmiah (Gunawan, 2013: 80).. 40.

(55) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41. Penelitian mengenai Maksud Tuturan Imperatif Guru Kepada Siswa Kelas VII dan VIII dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas: Suatu Kajian Pragmatik termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif karena penelitian ini bermaksud untuk menggambarkan atau melukiskan maksud tuturan imperatif dari tuturan imperatif dan nonimperatif yang digunakan guru selama proses kegiatan belajar mengajar (KBM).. 3.2. Data Penelitian Data adalah informasi yang diterima sebagai suatu kenyataan atau fenomena. empiris, wujudnya dapat merupakan seperangkat ukuran (kuantitatif berupa angka-angka) atau berupa kata-kata (kualitatif) (Noor, 2011: 137). Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, sehingga data berupa kata-kata. Data tersebut yaitu tuturan imperatif, deklaratif, dan interogatif yang mengandung maksud imperatif pada tuturan guru kepada siswa kelas VII dan VIII dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas. Yang dimaksud dengan siswa dalam penelitian ini adalah murid laki-laki maupun perempuan yang terdapat di dalam kelas VII dan VIII SMP Pangudi Luhur Salatiga.. 3.3. Metode Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan metode observasi (pengamatan) dan metode. simak. Metode ini diyakini dapat membantu peneliti untuk memperoleh data berupa maksud tuturan imperatif pada tuturan guru kepada siswa kelas VII dan VIII dalam pembelajaran bahasa Indonesia: suatu kajian pragmatik..

(56) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42. Metode observasi (pengamatan) merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki (Narbuko, 2007). Dalam metode observasi ini, peneliti menggunakan jenis teknik observasi partisipan untuk pengumpulan data. Menurut Narbuko (2007:72), yang dimaksud dengan observasi partisipan ialah apabila observasi (orang yang melakukan observasi) turut ambil bagian atau berada dalam keadaan obyek yang diobservasi (disebut observees). Pada penelitian ini, peneliti berada di dalam kelas VII maupun kelas VIII saat guru dan para siswa melaksanakan kegiatan belajar mengajar bahasa Indonesia, sehingga peneliti dapat mengamati setiap tindakan dan tuturan dari guru maupun siswa guna melengkapi konteks dari setiap tuturan guru. Metode kedua diberi nama metode simak karena cara yang digunakan untuk memperoleh data dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa (Mahsun, 2007: 92). Teknik yang digunakan untuk melaksanakan metode simak ini adalah teknik catat dan teknik rekam baik secara langsung maupun tidak langsung, baik secara terbuka maupun secara tersembunyi. Dari catatan dan rekaman penutur itu, tuturan kebahasaan diperoleh sebagai bahan penelitian pragmatik ini. Catatan dan rekaman yang dihasilkan dari metode simak tersebut kemudian diteliti oleh peneliti. Adapun langkah-langkah pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti, sebagai berikut..

(57) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43. 1) Mengamati dan menyimak seluruh kegiatan guru dan siswa di kelas saat pembelajaran bahasa Indonesia. Peneliti juga merekam tuturan guru dan murid menggunakan handphone selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, serta mencatat beberapa tuturan yang mengandung maksud imperatif yang secara langsung di dengar oleh peneliti. 2) Membuat transkrip tuturan guru dan murid saat pembelajaran bahasa Indonesia di kelas dengan cara mendengarkan hasil rekaman dan mencocokkan dengan hasil catatan yang di dengar secara langsung. 3) Membaca dan menandai tuturan guru yang mengandung maksud imperatif dalam kajian pragmatik dengan menggaris bawahi tuturan yang terdapat dalam transkrip. 4) Membuat daftar tuturan guru yang mengandung maksud imperatif. 5) Memasukkan daftar tuturan yang mengandung maksud imperatif ke dalam kolom instrumen penelitian. 6) Melengkapi konteks yang terdapat dalam setiap tuturan berdasarkan kenyataan yang terjadi saat pembelajaran di kelas dalam kolom instrumen penelitian. 7) Memberi kode pada setiap tuturan untuk memudahkan dalam melakukan klasifikasi. Kode pada setiap data tersebut, sebagai berikut. a) TIKI sebagai tuturan imperatif dalam konstruksi imperatif. b) TIKD sebagai tuturan imperatif dalam konstruksi deklaratif c) TIKInter sebagai tuturan imperatif dalam konstruksi interogatif.. ..

(58) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44. d) TMMPIP sebagai tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif perintah. e) TMMPIS sebagai tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif suruhan. f) TMMPIPmin sebagai tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif permintaan. g) TMMPIPmoh sebagai tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif perintah. h) TMMPID sebagai tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif desakan. i)TMMPIB sebagai tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif bujukan. j)TMMPII sebagai tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif imbauan. k) TMMPIPs sebagai tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif persilaan. l)TMMPIAj sebagai tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif ajakan. m) TMMPIPI sebagai tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif permintaan izin. n) TMMPIMI sebagai tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif mengizinkan. o) TMMPIL sebagai tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif larangan. p) TMMPIH sebagai tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif harapan. q) TMMPIU sebagai tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif umpatan. r) TMMPIPUS sebagai tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif pemberian ucapan selamat..

Referensi

Dokumen terkait

Secara teoretis infrastruktur pelayanan air bersih merupakan variabel yang berperan penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi,;semakin baik akses pemenuhan kebutuhan air

Dalam kegiatan pembelajaran, guru dituntut memiliki kemampuan memilih strategi pembelajaran yang tepat. Kemampuan tersebut sebagai sarana serta usaha dalam

Pada tepi sungai terdapat pemukiman penduduk yang tidak terlalu ramai dan memiliki keanekaragaman jenis pohon yang kurang beragam tetapi jenis- jenis ikan pada stasiun ini masih

3.Bagaimana hasil pemodelan regresi nonlinear untuk biaya tak langsung proyek konstruksi dengan menggunakan Algoritma Genetika sebagai metode estimasi parameter.. 4.Bagaimana

PENDAHULUAN DASAR TEORI METODE PEMECAHAN MASALAH ANALISIS DAN PERANCANGAN IMPLEMENTASI SISTEM MCDM FUZZY-AHP HYBRID MCDM ERP KERANGKA PRESENTASI ISO/IEC 25022.. PENGUJIAN DAN

Dari basil pengamatan dan pengukuran yang dilakukan diperoleh kesimpulan berikut, yaitu bahwa secara umum dapat dikatakan bah',a setelah beroperasi selama 10 tahun temyata

Setelah melakukan analisis terhadap hasil simulasi dan hasil pengukuran antena monopole array, maka diperoleh material radiator antena monopole terbuat dari stainless steel

Medical Center ITS (MC ITS) merupakan klinik yang dimiliki oleh Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Medical Center ITS melayani pasien dari civitas akademik ITS dan