• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERWUJUDAN TINDAK KESANTUNAN PRAGMATIK TUTURAN IMPERATIF GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN BAHASA Perwujudan Tindak Kesantunan Pragmatik Tuturan Imperatif Guru Dalam Proses Pembelajaran Bahasa Indonesia Di Kelas XI SMK Negeri 8 Surakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERWUJUDAN TINDAK KESANTUNAN PRAGMATIK TUTURAN IMPERATIF GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN BAHASA Perwujudan Tindak Kesantunan Pragmatik Tuturan Imperatif Guru Dalam Proses Pembelajaran Bahasa Indonesia Di Kelas XI SMK Negeri 8 Surakarta."

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PERWUJUDAN TINDAK KESANTUNAN PRAGMATIK TUTURAN IMPERATIF GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN BAHASA

INDONESIA DI KELAS XI SMK NEGERI 8 SURAKARTA

Naskah Publikasi Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I Program Studi PendidikanBahasa Indonesia

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Oleh :

Nurul Tri Romadloni A310120122

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(2)
(3)
(4)
(5)

5

PERWUJUDAN TINDAK KESANTUNAN PRAGMATIK TUTURAN IMPERATIF GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS XI SMK NEGERI

8 SURAKARTA

Nurul Tri Romadloni1 , Andi Haris Prabawa 2

1

Mahasiswa, 2Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Surakarta. 2) To describe the politeness pragmatic speech imperatives of teachers who are in the learning interaction Indonesian in class XI SMK Negeri 8 Surakarta. The subject of this research that Indonesian teachers and students of class XI in SMK Negeri 8 Surakarta. Object of research is imperative utterances that occur during the learning process in class XI Indonesian Negeri 8 Surakarta. The data in this study is a narrative imperative form of the word, or phrase in the communication between teachers and students containing speech imperative during the learning process in the classroom. The source of the data Indonesian learning interaction in class XI SMK 8. Data collection techniques used in the study were recording technique and technique refer to note. This study uses two kinds of triangulation, the first triangulation techniques or methods of collecting data and the second data method. Data analysis techniques used in this research is the method frontier. The results of this study can be concluded that: 1) type - the type of meaning pragmatics of speech imperative that teachers use in learning interaction Indonesian in class XI SMK Negeri 8 Surakar ta, covering speech which implies a pragmatic imperative messengers, speech which implies a pragmatic imperative demand, speech which implies a pragmatic imperative persilaan, speech which implies a pragmatic imperative invitation, which implies a pragmatic speech imperatives permit, and the utterances which implies pragmatik imperatif ban. 2) Politeness Imperative speech contained in the teacher Indonesian learning interaction in class XI SMK Negeri 8 Surakarta.Hasil study found some politeness terdapat dalam narrative prose Indonesian language learning in SMK Negeri 8 Surakarta terdiriatas five types: declarative construction, imperatives, and interrogative constructions construction ekslamasive.

Keywords: Politeness, Imperative speech, learning Indonesian

ABSTRAK

Penelitian ini memiliki dua tujuan. 1) Mendiskripsikan jenis makna pragmatik tuturan imperatif yang digunakan guru dalam interaksi pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas XI SMK Negeri 8 Surakarta, 2) Mendiskripsikan kesantunan pragmatik tuturan imperatif guru yang terdapat dalam interaksi pembelajaran Bahasa Indonesia dikelas XI SMK Negeri 8 Surakarta.Subjek dari penelitian ini yaitu guru Bahasa Indonesia dan siswa kelas XI di SMK Negeri 8 Surakarta. Obyek penelitian adalah tuturan imperatif yang terjadi selama proses pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas XI SMK Negeri 8 Surakarta. Data dalam penelitian ini adalah tuturan imperatif berupa kata, ataupun kalimat dalam komunikasi antara guru dan

(6)

siswa yang mengandung tuturan imperatif selama proses pembelajaran di kelas. Adapun sumber data interaksi pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas XI SMK Negeri 8. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah teknik rekam dan teknik simak catat. Penelitian ini menggunakan dua macam triangulasi, yang pertama triangulasi teknik atau metode pengumpulan data dan yang kedua metode data. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode padan. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan. 1) Jenis – jenis makna pragmatik tuturan imperatif yang digunakan guru dalam interaksi pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas XI SMK Negeri 8 Surakarta meliputi, tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif suruhan, tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif permintaan, tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif persilaan, tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif ajakan, tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif mengizinkan, dan tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif larangan. 2) Kesantunan Tuturan Imperatif guru yang terdapat dalam interaksi pembelajaran Bahasa Indonesia dikelas XI SMK Negeri 8 Surakarta.Hasil penelitian menemukan beberapa tuturan kesantunan yang terdapat dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia di SMK Negeri 8 Surakarta terdiriatas lima jenis yaitu konstruksi deklaratif, konstruksi imperatif, konstruksi interogatif dan kontruksi ekslamasif.

Kata kunci : Kesantunan, Tuturan Imperatif, Pembelajaran Bahasa Indonesia.

1.

PENDAHULUAN

Dalam proses berbahasa terutama dalam mengetahui sebuah tuturan ada beberapa

aspek yang perlu diperhatikan oleh penutur. Keruntutan pemilihan kata, kesepahaman

dengan lawan tutur serta kesantunan berbahasa adalah beberapa aspek yang perlu

diperhatikan dalam tuturan.

Kesantunan berbahasa adalah salah satu aspek yang perlu diperhatiakan dalam

komunikasi. Santun tidaknya sebuah tuturan tegantung dari ukuran kesantunan penutur

bahasa yang dipakai. Tuturan dalam bahasa indonesia secara unum sudah dianggap santun

jika penutur menggunakan kata-kata yang santun, tuturannya tidak mengandung ejekan

secara langsung, tidak memerintah secara langsung serta menghormati orang lain.

Kesantunan berbahasa khususnya dalam komunikasi dapat dilihat dari beberapa indikator.

Kesopanan dalam suatu interaksi dapat didefinisikan sebagai alat yang digunakan

untuk menunjukkan kesadaran tentang wajah orang lain. Dalam pengertian ini, kesopanan

dapat disempurnakan dalam situasi kejauhan dan kedekatan sosial (Yule. 2006: 104).

Kalimat imperatif mengandung maksud memerintah atau meminta agar seorang

mitra tutur melakukan suatu sebagaimana diinginkan si penutur. Kalimat imperatif dalam

bahasa Indonesia berkisar antara suruhan yang sangat keras atau kasar sampai dengan

permohonan yang sangat halus atau santun. Kalimat imperatif dapat pula berkisar antara

(7)

7

demikian, dapat dikatakan bahwa kalimat imperatif dalam bahasa Indonesia itu kompleks

dan banyak variasinya (Rahardi, 2010: 79).

Dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nuri Gusrini (2012) meneliti

“Kesantunan Berbahasa Guru Bahasa Indonesia dalam Proses Belajar mengajar Di SMA Negeri 2 Lintau Buo” hasil penelitian tersebut bahwa guru Bahasa Indonesi dalam proses

belajar mengajar di SMA Negeri 2 Lintau Buo lebih banyak melakukan tindak tutur yaitu

sebanyak 147 tuturan, sedangkan tindak tutur krang santun sebanyak 26 tuturan. Tuturan

tersebut dituturkan dengan menggunakan tuturan direktif, representatif, komisif, ekspresif

dan deklaratif.

Tujuan penelitian ini mendiskripsikan jenis makna pragmatik tuturan imperatif yang

digunakan guru dalam interaksi pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas XI SMK Negeri 8

Surakarta dan mendiskripsikan jenis kesantunan pragmatik tuturan imperatif guru yang

terdapat dalam interaksi pembelajaran Bahasa Indonesia dikelas XI SMK Negeri 8

Surakarta.

2.

METODE PENELITIAN

Pada penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualikatif. Metode kualitatif

adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau

lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Bogman dan Taylor dalam

moelong, 2007: 3). Pendekatan penelitian ini dipilih karena penelitian ini mampu

menggambarkan secara utuh bentuk dari kesantunan tuturan imperatif bahasa Indonesia

pada interakasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa.

Penelitian ini dilakukan di lingkungan sekolah kelas xi SMK Negeri 8 Surakarta,

peneliti memilih tempat ini karena peneliti pernah menemukan guru menggunakan tuturan

imperatif dalam proses pembelajaran berlangsung. Waktu dalam penelitian ini adalah pada

jam pelajaran bahasa Indonesia dimulai di kelas XI.

Data dalam penelitian ini adalah tuturan imperatif berupa kata ataupun kalimat

dalam komunikasi antara guru dan siswa yang mengandung tuturan imperatif selama proses

pembelajaran di kelas. Sumber data dalam penelitian ini adalah interaksi pembelajaran

Bahasa Indonesia di kelas xi SMK Negri 8 Surakarta.

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik rekam. Teknik rekam

adalah pemerolehan data dengan cara merekam (Arikunto, 2006 : 91) .

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode padan

ekstralingual. Metode padan ekstralingual digunakan untuk menganalisis unsur yang bersifat

(8)

ekstralingual, menghubungkan masalah bahasa dengan hal di luar bahasa (Mahsun. 2007:

120). Yaitu berupa tuturan yang mengandung tuturan imperatif yang digunakan guru dan

siswa kelas XI di SMK Negeri 8 Surakarta.

3.

HASIL

DAN

PEMBAHASAN

3.1Hasil

Berdasarkan analisis data yang dilakukan di kelas XI SMK Negeri 8 Surakarta

terdapat enam makna pragmatik imperatif yang dilakukan oleh guru. Tuturan imperatif

tersebut meliputi. 1) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif suruhan,

ditandai oleh pemakaian penanda kesantunan coba. Data yang menunjukkan tuturan yang

mengandung makna pragmatik imperatif suruhan dalam proses pembelajaran bahasa

Indonesia di kelas XI SMK Negeri 8 Surakarta sebanyak 4. 2) Tuturan yang

mengandung makna pragmatik imperatif permintaan, ditandai dengan penanda

kesantunan tolong, coba, harap dan mohon. Data yang menunjukkan tuturan

mengandung makna pragmatik imperatif dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia di

kelas XI SMK Negeri 8 Surakarta sebanyak 7. 3) Tuturan yang mengandung makna

pragmatik imperatif persilaan, di tandai dengan pemakaian tanda kesantunan dan

bermakna mempersilahkan. Data yang menunjukkan tuturan mengandung makna

pragmatik imperatif dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia di kelas XI SMK

Negeri 8 Surakarta sebanyak 1. 4) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif

ajakan, yang ditandai dengan penanda kesantunan ayo, mari dan yuk. Data yang

menunjukkan makna pragmatik imperatif ajakan dalam proses pembelajaran bahasa

Indonesia di SMK Negeri 8 Surakarta sebanyak 7. 5) Tuturan yang mengandung makna

pragmatik imperatif mengizinkan. Data yang menunjukkan makna pragmatik imperatif

mengizinkan dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia di SMK Negeri 8 Surakarta

sebanyak 3. 6) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif larangan, yang

ditandai dengan penanda kesantunan jangan. Data yang menunjukkan makna pragmatik

imperatif larangan dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia di SMK Negeri 8

Surakarta sebanyak 3.

3.2Pembahasan

Berdasarkan pembahasan tentang temuan penelitian di atas, maka peneliti akan

(9)

9

sudah dilakukan sebelumnya. Perbandingan tersebut akan dipaparkan secara singkat

dalam paragraf berikut ini

Neng Nurhayati (2014) dalam skripsinya yang berjudul “Strategi Kesantunan

Imperatif percakapan Dosen dan Mahasiswa di STKIP Siliwangi Bandungan: Kajian

Pragmatik” hasil penelitian tersebut diketahui bahwa penada imperatif yang digunakan dalam kesantunan imperatif terdiri dari penanda kesantunan. Wujud imperatif terdiri dari

bentuk kalimat dan strategi. Sedangkan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna

pragmatik tuturan imperatif yang digunakan guru dalam proses pembelajaran bahasa

Indonesia di kelas XI SMK Negeri 8 Surakarta.

Marie (2015) menganalisis tentang “ a Direct and Comprehensive Test of Two Postulates of Applied To Uncertainty communication”. Hasil analisis dari penelitian ini menunjukkan bahwa dalam berkomunikasi teori kesantunan di gunakan saat

mengumumkan berita buruk, penutur mungkin berniat tidak hanya menginformasikan

tetapi juga untuk mengelola atau menyimpan berita. Sejalan dengan kedua kesopanan

teori postulat, pendengar diubah secara eksplisit di komunikasikan probabilitas lebih

sering dan lebih substansial ketika mengadopsi niat wajah- daripada ketika mengadopsi

niat informatif. Penelitian ini membahas bagaimana bukti ini menguatkan teori

kesopanan dan memvalidasi penelitian sebelumnya. Sedangkan penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui makna pragmatik tuturan imperatif yang digunakan guru dalam proses

pembelajaran bahasa Indonesia di kelas XI SMK Negeri 8 Surakarta.

4.

PENUTUP

Berdasarkan analisis penelitian ini ditentukan jenis dan kesantunan dari tuturan

makna pragmatic imperatif dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia di kelas XI SMK

Negeri 8 Surakarta yaitu.

1. Jenis – jenis makna pragmatik tuturan imperatif yang digunakan guru dalam

interaksi pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas XI SMK Negeri 8 Surakarta ada

enam meliputi, 1) tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif suruhan, 2)

tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif permintaan, 3) tuturan yang

mengandung makna pragmatik imperatif persilaan, 4) tuturan yang mengandung

makna pragmatik imperatif ajakan, 5) tuturan yang mengandung makna pragmatik

imperatif mengizinkan, dan 6) tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif

larangan.

(10)

2. Jenis kesantunan Tuturan Imperatif guru yang terdapat dalam interaksi pembelajaran

Bahasa Indonesia dikelas XI SMK Negeri 8 Surakarta.Hasil penelitian menemukan

beberapa tuturan kesantunan yang terdapat dalam proses pembelajaran bahasa

Indonesia di SMK Negeri 8 Surakarta terdiriatas empat jenis meliputi, 1) konstruksi

deklaratif, 2) konstruksi imperatif, 3)konstruksi interogatif dan 4)kontruksi ekslamasi

DAFTAR PUSTAKA

Gusriani, Nuri. 2012. “Kesantunan Berbahasa Guru Bahasa Indonesia dalam Proses Belajar

Mengajar Di SMA NEGERI 2 LINTAU BUO”. Jurnal Ilmu-ilmu Bahasa & sastra.

Vol 1, No 2. Diakses pada tanggal 28 oktober 2013 di laman

http//scholar.google.co.id

Marie, Juanchic. 2015. “A direct and comprehensive test of two postulates of politeness theory

applied to uncertainty communication”. Judgment and Decision Making, vol 10 no 5, 232–240.

Moleong, LexyJ. 2007.Metode Penelitian Kualitatif.Bandung: Remaja Rosda Karya.

Nisja, Indriani. (2009). “Kesantunan Berbahasa dalam Berdiskusi Mahasiswa Jurusan Bahasa

Indonesia Semester III Tahun 2007-2008 Ummy Solok”. Jurnal Ilmiah Tambua.

Vol. VIII, No. 3. Diakses pada tanggal 20 september 2010 di laman

http//scholar.google.co.id.

Rahardi, Kunjana. 2007. Pragmatik: Kesantunan Imperatif bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Sutopo, H.B. 2006.Penelitian Kualitatif. Surakarta: Universitas Sebelas Maret

Wijana, I Dewa Putu dan Rohmadi, Muhammad. 2009. Analisis Wacana Pragmatik Kajian Teori

dan Analisis. Surakarta: Yuma Pustaka.

Referensi

Dokumen terkait

pendidikan.Buku pedoman ini berisi tentang informasi umum yang menyangkut pendaftaran, jalur penerimaan mahasiswa baru, ketentuan registrasi, ketentuan pengunduran

Tidak jauh berbeda dengan S1, S2 dan S3 juga mengalami kesulitan yang sama dengan S2. Saat proses wawancara dia mampu menjelaskan dengan baik semua jawaban yang ia

Az általános iskoláknál rendszerint nem jelentett problémát (bár egyes gyermekjóléti szolgálat által összeállított beszámolók azt mutatják, hogy az általános

Pada penelitian ini, hipotesis diterima apabila penerapan teori karir Ginzberg tehnik modeling diterapkan secara efektif maka komitmen karir siswa kelas XIA

Sedangkan hasil pengujian cuplikan setelah dinitridasi menunjukkan bahwa makin tinggi tekanan reaktor plasma pada proses nitridasi, makin tinggi kekerasan yang dihasilkan

Pertumbuhan output dan nilai tambah yang negatif juga terjadi setelah krisis ekonomi, dimana pada tahun 2002 pertumbuhan negatif tersebut karena industri besi baja nasional

Tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan kewirausahaan ini adalah untuk mengurangi limbah kulit jagung dan memberdayakan sentra kesenian yang ada.1.

The formal monitoring and on trade should be done since species regulation in wild animal trade (tertib peredamn demand has been increasing rapidly. The trade satwa)