• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS AKHIR OLEH : NOVA MARIA MAGDALENA SIAGIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TUGAS AKHIR OLEH : NOVA MARIA MAGDALENA SIAGIAN"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

Nova Maria Magdalena Siagian : Analisis Ketidak Seimbangan Beban Terhadap Kerja Rele Gangguan Tanah Di Gardu Induk Aplikasi pada PT. PLN (PERSERO) Gardu Iduk Titi Kuning, 2010.

TUGAS AKHIR

ANALISIS KETIDAK SEIMBANGAN BEBAN TERHADAP KERJA

RELE GANGGUAN TANAH DI GARDU INDUK

Aplikasi pada PT. PLN (PERSERO) GARDU IDUK TITI KUNING

OLEH :

NOVA MARIA MAGDALENA SIAGIAN

05 0422 036

Tugas Ahir ini diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk Memperoleh gelar sarjana Teknik Elektro

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

LEMBAR PENGESAHAAN

ANALISIS KETIDAK SEIMBANGAN BEBAN TERHADAP KERJA

RELE GANGGUAN TANAH DI GARDU INDUK

Aplikasi pada PT. PLN (PERSERO) GARDU IDUK TITI KUNING

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Elektro

Oleh:

05 0422 0036

Nova Maria Magdalena Siagian

Disetujui Oleh: Dosen Pembimbing

Nip : 130 535 826 Ir. Syarifuddin Siregar

Diketahui oleh,

Ketua Departemen Teknik Elektro FT USU

NIP: 130 365 322 Prof. DR. Ir. Usman Baafai

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSION

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2009

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah Bapa di surga, atas segala rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini, yang merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Departemen Teknik Elektro Ekstensi Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan Tugas Akhir ini, penulis mengambil judul “Analisis Ketidak seimbangan Beban Terhadap Kerja Rele Gangguan Tanah di Gardu Induk, Aplikasi pada PT. PLN (Persero) Gardu Induk Titi Kuning”

Selama menjalani masa perkuliahan sampai dengan selesainya penulisan Tugas Akhir ini, penulis banyak memperoleh bantuan, bimbingan dan nasehat serta motivasi yang begitu besar dari berbagai pihak. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis menghaturkan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Alm Ir. Nasrul, MT, selaku Penanggung jawab dalam penyelesaian penulisan Tugas Akhir ini yang selalu memberikan bimbingan, arahan serta motivasi sehingga Tugas Akhir ini dapat diselesaikan dengan baik.

2. Bapak Ir. Syarifuddin Siregar, selaku Dosen Pembimbing atas segala bimbingan, arahan dan segala kebaikan yang selalu Beliau berikan serta motivasi kepada penulis sehinggaTugas Akhir ini dapat diselesaikan dengan baik.

3. Bapak Prof. DR. Ir. Usman Baafai dan Rahmad Fauzi, ST, MT, selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. 4. Bapak Ir. M. Zulfin, MT, selaku Dosen Wali penulis, yang senantiasa memberikan

bimbingannya selama perkuliahan.

5. Bapak Ir. Masykur Sj, Bapak Ir. Rachman Hasibuan, Bapak Prof. DR. Ir. Usman Baafai, selaku dosen penguji Penulis atas segala saran dan kritik yang diberikan.

(4)

6. Segenap Staf Pengajar dan karyawan di Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Semoga semua ilmu yang telah dengan iklas diberikan kepada Penulis dapat bermanfaat bagi Penulis kelak.

7. Bapak Suherman di Gardu Induk Titi Kuning yang sudah membimbing dan memberikan banyak ilmu selama Penulis melakukan studi riset di Gardu Induk Titi Kuning.

8. Kedua orangtua, yang dengan cinta dan kasih sayangnya, kesabaran dan ketabahan dalam mengasuh, mendidik dan memberikan nasehat kepada penulis sejak kecil, terutama dalam menyelesaikan perkuliahan serta selalu tak hentinya mendoakan penulis.

9. Kakakku dan abang iparku yang selalu mengingatkan dan memberi semangat dan doa, adikku Fernando Siagian yang juga selalu memberi penulis support yang juga sedang menyelesaikan kuliah agar tetap semangat, serta adikku paling kecil Doan, terimakasih buat semuanya.

10.Rekan se-angkatan stambuk 2005 ekstensi yang selama ini telah menjadi teman diskusi, belajar, dan bekerjasama dalam kegiatan kampus terutama buat Jimmy Roy Siahaan, yang sudah sangat menyediakan waktu dan tenaga dalam perjuangan menyelesaikan kuliah.

11.Temanku Abraham Silaban seperjuangan yang sudah sangat banyak membantu, sahabatku Imelda Silalahi yang selalu perhatian dan memberikan dukungan dan doa, Cika, Debora, terimakasih buat doanya, teman – teman sekerja di Pramita Laboratorium Klinik, serta semua teman-teman Naposo HKBP Koserna.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan di dalam penulisan Tugas Akhir ini, oleh karena itu Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk kemajuan yang lebih baik nantinya.

(5)

Akhir kata, Penulis berharap semoga penulisan Tugas Akhir ini dapat berguna dan memberikan manfaat bagi kita semua.

Medan, 14 Agustus 2009 Penulis

(6)

ABSTRAK

Rele gangguan tanah merupakan proteksi gangguan tanah yang arus urutan nol merupakan sumber penggeraknya. Arus urutan nol muncul bukan saja saat terjadinya suatu gangguan, namun terjadi juga pada faktor seperti beban yang tidak seimbang. Arus tegangan urutan nol yang terjadi pada sistem daya listrik merupakan indikator untuk mendeteksi suatu gangguan tanah. Seperti ketidak seimbangan beban pada sistem daya listrik belum tentu akan menghasilkan arus urutan nol pada rele gangguan tanah, tetapi hal ini perlu diperhatikan kondisi sistem dan beban maupun metode deteksi arus urutan nol untuk gangguan tanah. Karena ketidak seimbangan beban ditandai dengan tidak seimbangnya aliran arus pada masing-masing fasa dalam sistem tiga fasa, maka tampak bahwa ketidak seimbangan beban dapat menyebabkan terjadinya aliran arus residu pada rele gangguan tanah. Sehingga pada pengaruh ketidak seimbangan beban terhadap kerja rele gangguan tanah ini diketahui bahwa arus urutan nol terjadi pada keadaan beban tidak seimbang dengan kondisi sistem dan beban ditanahkan, serta metode arus urutan nol pada rele gangguan tanah akan mempengaruhi kerja rele gangguan tanah. Pada Tugas Akhir ini akan dijelaskan tentang bagaimana menganalisa ketidak seimbangan beban terhadap kerja rele gangguan tanah di gardu induk distribusi, dimana aplikasinya dapat dilihat pada PT. PLN Gardu Induk Titi Kuning.

(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR BAB I PENDAHULUAN ……….. 1

I.1. Latar Belakang ………... 1

I.2 Tujuan Penulisan ……… 2

I.3 Batasan Masalah ………. 2

I.4 Sistematika Masalah ……….... 3

BAB II TEORI DASAR ……… 4

II.1. Pengertian Sistem Yang Tak Seimbang ……….. 4

II.2 Sistem Komponen Simetris ………. 4

II.2.1 Operator a ………. 6

II.2.2 Hubungan antara operator a dengan komponen simetris …………. 7

II.2.3 Impedansi Urutan ………. 9

II.3 Analisa Sistem Tak Seimbang Dengan Metode Komponen Simetris…….. 10

II.4 Penentuan Impedansi Urutan Sendiri ……….. 14

II.5 Pengertian Beban Tak Seimbang ………. 16

II.6 Analisa Beban Tidak Seimbang Pada Sistem Yang Ditanahkan …………. 22

II.6.1 Kondisi beban ditanahkan ……… 23

II.6.2 Kondisi beban yang tidak ditanahkan ……… 25

II.7 Analisa Beban Tidak Seimbang pada Sistem tidak Ditanahkan ………….. 26

II.7.1 Kondisi beban yang ditanahkan ………... 26

II.7.2 Kondisi beban yang tidak ditanahkan ……….. 26

(8)

BAB III RELE GANGGUAN TANAH ……… 30

III.1 Rele Gangguan Tanah ……… 30

III.1.1 Prinsip kerja rele gangguan tanah ………. 31

III.2 Rele Gangguan Tanah Terarah (Directional Earth Fault Rele) …………. 34

III.3 Rele Gangguan Tanah Pada Sistem Daya Listrik……….. 35

III.3.1 Rele gangguan tanah pada sistem yang netralnya ditanahkan …… 35

III.3.2 Rele gangguan tanah pada sistem yang diketanahkan dengan kumparan Petersen ……….. 36

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN ……… 38

IV.1 Pengaruh Ketidak seimbangan beban terhadap kerja rele gangguan tanah .. 38

IV.2 Kondisi Sistem dan Beban diketanahkan ……… 38

IV.3 Hubungan Arus Residu dengan Rele Gangguan Tanah ………. 39

IV.4 Batasan Ketidak seimbangan Beban Yang Dapat Mempengaruhi Kerja Rele Gangguan Tanah ………. 40

IV.5 Ground Fault Relay pada GI Titi Kuning ……… 41

IV.5.1 Rangkaian Relay pada GI Titi Kuning ……… 41

IV.5.2 Data Beban Pada Setiap Fasa ……….. 42

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……….. 45

V.1 Kesimpulan ……… 45

V.2 Saran ………. 45

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tiga himpunan fasor seimbang yang merupakan komponen simetris

dari fasor tidak seimbang ……… 5

Gambar 2.2 Penjumlahan secara grafis komponen – komponen pada gambar 2.1 Untuk mendapatkan tiga fasor tak seimbang ……….. 5

Gambar 2.3 Diagram fasor berbagai perangkat dari operator a……… 6

Gambar 2.4 Diagram satu garis sistem yang tidak simetris……….. 11

Gambar 2.5 Gambar jala-jala tidak seimbang dengan kawat netral sebagai jalur Kembali ……… 14

Gambar 2.6 Hubungan Bintang dan Hubungan Delta……….. 18

Gambar 2.7 Diagram sistem beban tidak seimbang ……… 22

Gambar 2.8 Diagram sistem beban tidak ditanahkan………... 25

Gambar 3.1 Rele Gangguan Tanah (OCR/GFR) ………. 31

Gambar 3.2.a Rele hubung tanah pada pentanahan netral ……….. 31

Gambar 3.2.b.Rele hubung tanah pada outgoing tranformator ………... 31

Gambar 3.3 Tranformator Arus Hubungan Residu ………. 33

Gambar 3.4 Transformator Arus Netral pada sistem yang ditanahkan ………. 33

Gambar 3.5 Beberapa metode untuk memperoleh tegangan residua tau tegangan netral ke tanah ……… 34

Gambar 3.6 Sistem yang tidak ditanahkan terhadap gangguan tanah ……… 36

Gambar 3.7 Sistem yang ditanahkan dengan kumparan Petersen ……….. 37

Gambar 4.1 Rangkaian rele ………. 41

(10)

BAB I PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG

Penggunaan tenaga listrik saat ini semakin maju, tidak hanya penerangan dan keperluan industri, tetapi sudah sampai untuk kebutuhan rumah tangga yang sekecil kecilnya. Dengan demikian suatu sistem tenaga listrik sangat diharapkan dapat menyalurkan daya secara terus – menerus kepada konsumen dan faktor yang harus diperhatikan adalah sistem distribusi, tegangan dan frekuensi yang konstan maupun keseimbangan sistem.

Sistem distribusi tiga fasa sangat mempengaruhi keseimbangan sistem, apabila terjadi ketidak seimbangan beban ataupun sistem maka akan berdampak negatif, baik beban maupun lingkungan disekitar sistem. Ketidak seimbangan sistem dapat disebabkan oleh impedansi fasa yang tidak seimbang. Hantaran udara formasi dari ketiga hantaran pada tiga fasa akan mempengaruhi impedansi masing – masing fasanya. Kondisi fasa yang tidak seimbang umumnya terjadi pada jaringan pedesaan, yang cenderung dihubungkan dengan transformator dan jaringan distribusi satu fasa dan beban rumah tangga satu fasa.

Dalam menganalisa ketidak seimbangan sistem, keadaan sistem dan beban diperlukan. Analisa sistem tidak seimbang dilakukan dengan menggunakan metode komponen simetris, dari komponen simetris ini terdapat tegangan, arus dan impedansi. Dari komponen tersebut diuraikan menjadi urutan positif, negatif, dan nol. Arus tegangan urutan nol yang terjadi pada sistem daya listrik merupakan indikator untuk mendeteksi suatu gangguan tanah. Deteksi ini dapat dilakukan dengan menggunakan rele yaitu rele gangguan tanah.

Rele gangguan tanah akan bekerja bila terjadi aliran arus urutan nol (residu) pada rele gangguan tanah. Untuk mendapatkan arus yang meresidu ini ada beberapa metode yang harus dipergunakan dan salah satu ada yang ketidak seimbangan arus fasa yang terjadi akibat gangguan fasa ke tanah.

(11)

Ketidak seimbangan beban ditandai dengan tidak seimbangnya aliran arus pada masing – masing fasa dalam sistem tiga fasa. Dari keterkaitan ini tampak bahwa ketidak seimbangan beban dapat menyebabkan terjadinya aliran arus residu pada rele gangguan tanah.

I.2. TUJUAN PENULISAN

Studi ini bertujuan yaitu :

1. Untuk mengetahui faktor – faktor yang menyebabkan terjadinya ketidak seimbangan beban dan pengaruhnya terhadap rele gangguan tanah pada gardu induk distribusi.

2. Untuk mencari dan memperoleh besar ketidak seimbangan beban yang diizinkan pada sistem yang dipasang rele gangguan tanah pada gardu induk distribusi.

3. Pengaruh arus residu ketika bekerjanya rele gangguan tanah pada gardu induk distribusi.

I.3. BATASAN MASALAH

Untuk lebih terarahnya pembahasan dalam penulisan ini maka dianggap perlu membuat batasan masalah. Maka penulis membatasi penulisan pada hal – hal sebagai berikut :

1. Perhitungan untuk mencari arus residu hanya disinggung pada penggunaan komponen simetris dan operator serta menggunakan impedansi urutan sendiri.

2. Perhitungan besar faktor ketidak seimbangan beban pada sistem yang dipasang rele gangguan tanah.

3. Perhitungan besar setting arus pada rele gangguan tanah.

I.4. SISTEMATIKA PENULISAN

Untuk memberikan gambaran mengenai tulisan ini, secara singkat dapat diuraikan sebagai berikut :

(12)

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini dijelaskan tentang latar belakang masalah, tujuan penulisan, batasan masalah, dan sistematika penulisan.

BAB II : TEORI DASAR

Pada bab ini dijelaskan mengenai teori dasar yang berhubungan dengan penulisan seperti sistem komponen simetris, pengertian beban tak seimbang dan pemutus tenaga (PMT).

BAB III : RELE GANGGUAN TANAH

Pada bab ini lebih difokuskan dalam membahas teori tentang rele ganggguan tanah dan prinsip kerjanya.

BAB IV : ANALISA DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dianalisa dan dibahas data – data ataupun perhitungan yang berhubungan dengan penulisan ini.

BAB V : PENUTUP

(13)

BAB II TEORI DASAR

IL1 PENGERTIAN SISTEM YANG TAK SEIMBANG

Sistem daya listrik menyalurkan daya dari generator tiga fasa ke beban tiga fasa yang umumnya seimbang dengan impedansi sama pada setiap fasanya. Akan tetapi sistem akan berubah tak seimbang apabila tegangan, arus dan impedansi setiap fasanya tak sama (tak seimbang). Penyebab tak seimbangnya tegangan, arus dan impedansi ini dapat seimbang oleh adanya beban yang tak seimbang penyebab beban singkat dan penyambungan - penyambungan yang tak merata pada beban disetiap fasanya. Jadi suatu sistem dikatakan tidak seimbang apabila tegangan, arus dan impedansi tidak seimbang pada kondisi kerja normal.

II.2 SISTEM KOMPONEN SIMETRIS

Menurut Fortescue suatu sistem tak seimbang yang terdiri dari n fasa dapat diuraikan menjadi fasor-fasor seimbang yang disebut komponen simetris. Sistem tiga fasa yang tidak seimbang dapat diuraikan menjadi tiga komponen simetris yaitu:

1. Komponen - komponen urutan positif terdiri dari 3 fasor-fasor yang sama besarnya, terpisah satu dengan yang lainnya dalam fasa sebesar 120 ° dan mempunyai urutan fasa yang sama dengan fasor-fasor aslinya.

2. Komponen - komponen urutan negatif terdiri dari 3 fasor-fasor yang sama besarnya, terpisah antara satu dengan yang lainnya dalam fasa sebesar 120 ° dan mempunyai fasa yang berlawanan dengan fasor-fasor aslinya.

3. Komponen - komponen urutan nol terdiri dari 3 fasor-fasor yang sama besar dan pergeseran fasa satu dengan yang lainnya nol.

Telah menjadi kebiasaan umum, ketika memecahkan permasalahan dengan menggunakan komponen simetris bahwa ketiga fasa dari sistem dinyatakan sebagai a, b, dan c dengan cara demikian sehingga urutan fasa tegangan dan arus dalam sistem adalah abc. Jadi, urutan fasa komponen urutan positif dari fasor tak seimbang itu adalah abc, sedangkan urutan fasa dari komponen urutan-negatif adalah acb. Jika fasor aslinya adalah tegangan, maka tegangan tersebut dapat dinyatakan dengan Va, Vb dan Vc. Ketiga himpunan komponen simetris dinyatakan dengan

(14)

untuk komponen urutan nol. Komponen urutan-positif dari Va, Vb dan Vc adalah Va1, Vb1, dan

Vc1. demikian pula, komponen urutan-negatif adalah Va2, Vb2 dan VC2, sedangkan komponen

urutan nol adalah Vao, Vbo dan VC0.

Va = Va1 + Va2 + Vao ……….. (2-1) Vb = Vb1 + Vb2 + Vbo ……….. (2-2) Vc = Vc1 + Vc2 + Vco ……….. (2-3) Va1 Vb1 Vc1 Va2 Vc2 Vb2 Vao Vbo Vco

Komponen Urutan Komponen Urutan Komponen Urutan

Positif Negatif Nol

Gambar 2-1. :Tiga himpunan fasor seimbang yang merupakan komponen simetris dari fasor tak seimbang

Vco Vao Va2 Va1 Va Vc1 Vc2 Vc Vb Vb1 Vbo Vb2

Sintesis himpunan tiga fasor tak seimbang dari ketiga himpunan simetris Gambar 2-2. : Penjumlahan secara grafis komponen-komponen pada gambar 2-1 untuk

mendapatkan tiga fasor tak seimbang

11.2.1 Operator a

Operator a biasanya digunakan untuk menunjukkan operator yang menyebabkan perputaran sebesar 120 ° dalam arah yang berlawanan dengan arah jarum jam. Operator

(15)

semacam ini adalah bilangan kompleks yang besarnya satu dan sudutnya 120 ° dan didefenisikan sebagai jarum jam.

a = 1/120o = 1 εj2π/3 = -0,5 + jo,866

Jika operator a dikenakan pada fasor dua kali berturut-turut, maka fasor itu akan diputar dengan sudut sebesar 240o. Untuk pengenaan tiga kali berturut-turut fasor akan diputar dengan 360o. Jadi, a2 = 1/240 dan o = -0,5 – j 0,866 a3 = 1/360o = 1/0o = 1 α -1,-α3 1,α3 -α2 -α α2

Gambar 2.3. Memperlihatkan fasor yang melukiskan berbagai pangkat dari a.

II.2.2 Hubungan antara operator a dengan komponen simetris

Telah kita lihat pada Gambar 2.2 sintesis tiga fasor tak simetris dari tiga himpunan fasor simetris. Sintesis itu telah dilakukan sesuai dengan Persamaan (2.1) sampai dengan (2.3). sekarang marilah kita periksa persamaan tersebut untuk menentukam bagaimana menguraikan ketiga fasor tak simetris itu menjadi komponen simetrisnya.

Mula-mula, kita perhatikan bahwa banyaknya kuantitas yang diketahui dapat dikurangi dengan menyatakan masing-masing komponen Vb dan Vc sebagai hasil kali fungsi operator a dan

komponen Va. Dengan berpedoman pada Gambar 2.1. diperoleh hubungan berikut:

Vb1 = a2Va1 Vc1 = aVa1

Vb2 = aVa2 Vc2 = a2Va2 (2.4)

(16)

Dengan mengulangi Persamaan (2.1) dan memasukkan Persamaan (2.4) ke dalam Persamaan (2.2) dan (2.3) dihasilkan

Va = Va0 + Va1+ Va2 (2.5)

Vb = Va0 + a2Va1+a Va2 (2.6)

Vc = Va0 + aVa1+a2 Va2 (2.7)

Atau dalam bentuk matriks

                    =           2 1 a0 2 2 V a a 1 a a 1 1 1 1 a a c b a V V V V V (2.8)

Untuk memudahkan kita misalkan

          = 2 2 a a 1 a a 1 1 1 1 A (2.9)

Maka, seperti dapat dibuktikan dengan mudah

          = a a 1 a a 1 1 1 1 3 1 2 2 1 -A (2.10)

Dan dengan mengalikan kedua sisi Persamaan (2.8) dengan A-1 diperoleh

          =           a a 1 a a 1 1 1 1 3 1 2 2 2 1 0 a a a V V V (2.11)

Yang menunjukkan pada kita komponen-komponen simetris dinyatakan terhadap fasor aslinya. Hubungan ini demikian pentingnya sehingga kita dapat menulis masing-masing persamaan itu dalam bentuk yang biasa.

Dari Persamaan (2.11), kita peroleh :

( V V) 3 1 c b a 0= V + + Va (2.12) ) V aV ( 3 1 c 2 b 1 V a Va = a + + (2.13)

(17)

) V V a ( 3 1 c b 2 2 V a Va = a + + (2.14)

Jika diperlukan, komponen Vbo, Vb1, Vc0, Vc1 dan Vc2 dapat diperoleh dari Persamaan (2.4).

Persamaan (2.12) menunjukkan bahwa tidak akan ada komponen urutan nol jika jumlah fasor tak seimbang itu sama dengan nol. Karena jumlah fasor tegangan antar saluran pada system tiga fasa selalu nol, maka komponen urutan nol tidak pernah terdapat dalam tegangan saluran itu, tanpa memandang besarnya ketidakseimbangannya. Jumlah ketiga fasor tegangan saluran ke netral tidak selalu harus sama dengan nol, dan tegangan ke netral dapat mengandung komponen urutan nol.

Persamaan yang terdahulu sebenarnya dapat pula ditulis untuk setiap himpunan fasor yang berhubungan, dan kita dapat pula menuliskannya untuk arus sebagai ganti tegangan. Persamaan tersebut dapat diselesaikan baik secara analitis maupun secara grafis. Karena beberapa persamaan yang terdahulu sangat mendasar. Marilah kita tuliskan ringkasannya untuk arus-arus : a0 a2 a1 I I I + + = a I (2.15) a0 a2 a1 2 I aI I a + + = b I (2.16) a0 a2 2 a1 a I I aI + + = c I (2.17) ) I I (I 3 1 c b a 0 = + + a I (2.18) ) I a aI (I 3 1 I c 2 b a 1 a = + + (2.19) ) aI I a (I 3 1 c b 2 a 2 = + + a I (2.20)

Dalam sistem tiga fasa, jumlah arus saluran sama dengan arus Ia dalam jalur kembali

lewat netral. Jadi,

n c b I I I + = + a I (2.21)

Dengan membandingkan Persamaan (2.18) dan (2.21) kita peroleh :

a0

31

=

n

I (2.22)

(18)

Dalam setiap bagian rangkaian, jatuh tegangan yang disebabkan oleh arus dengan urutan tertentu tergantung pada impedensi bagian rangkaian itu terhadap arus dengan urutan tersebut. Impedansi setiap bagian suatu jaringan yang seimbang terhadap arus salah satu urutan dapat berbeda dengan impedansi terhadap arus dari urutan yang lain.

Impedansi suatu rangkaian yang hanya mengalir arus urutan-positif disebut impedansi terhadap arus urutan-positif. Demikian pula, bila hanya ada arus urutan negatif, impedansinya dinamakan impedansi terhadap arus urutan-negatif. Jika hanya ada arus urutan nol, impedansinya dinamakan impedansi terhadap arus urutan-nol. Dalam sistem tiga fasa masing-masing fasa ditandai dengan 2-23, 2-24, dan 2-25 impedansi urutan dapat didefenisikan sebagai berikut:

1. Impedansi urutan positif : adalah impedansi yang ditemui oleh arus urutan positif Bila : Ia2 = Ia0 = 0 ; Ia1 ≠ 0 Maka : 1 c c1 b1 b b1 a1 a 1 I V Z ; I V Z ; I V c a Z = = = (2-23)

2. Impedansi urutan negatip : adalah impedansi yang ditemui oleh arus urutan negatip Bila : Ia1 = Ia0 = 0 ; Ia2 ≠ 0 Maka: 2 c c2 b2 b b2 a2 a 2 I V Z ; I V Z ; I V c a Z = = = (2-24)

3. Impedan urutan nol : adalah impedansi yang ditemui oleh arus urutan nol Bila : Ia1 = Ia2 = 0 ; Ia2 = 0 Maka : 0 c c0 b0 b b0 a0 a 0 I V Z ; I V Z ; I V c a Z = = = (2-25)

Analisis gangguan tak simetris pada sistem yang simetris terdiri dari penentuan komponen simetris dari arus tak seimbang yang mengalir. Rangkaian ekivalen fasa-tunggal yang

(19)

hanya terdiri dari impedansi terhadap arus salah satu urutan saja dinamakan jaringan urutan. Jaringan urutan ini meliputi setiap emf yang dibangkitkan pada urutan yang sama. Jaringan urutan yang mengalirkan arus Ia1, Ia2, dan Ia0 diantar hubungkan untuk melukiskan berbagai

keadaan gangguan tak seimbang. Oleh karena itu, untuk menghitung pengaruh gangguan dengan metode komponen simetris.

II.3 ANALISA SISTEM TAK SEIMBANG DENGAN METODE KOMPONEN SIMETRIS

Pada sistem yang simetris, bila ada gangguan komponen-komponen simetris arus yang mengalir akan menimbulkan tegangan jatuh dalam urutan yang sama

Ia1 akan menimbulkan Ia1 Za1 saja

Ia2 akan menimbulkan Ia2 Za2 saja

Iao akan menimbulkan Ia0 Zao saja

Pada sistem-sistem yang tidak simetris, suatu komponen arus urutan akan menimbulkan tegangan jatuh untuk semua urutan bersama-sama

Ia1 akan menimbulkan Ia1 Z1; Ia1 Z2; Ia1 Z0;

Ia2 akan menimbulkan Ia2 Z1; Ia2 Z2; Ia2 Z0;

Ia0 akan menimbulkan I0 Z1; Ia0 Z0; Ia0 Z0;

(20)

simetris simetris

P Q

Sistem tidak simetris

P Q Tidak simetris simetris simetris Va Vb Vc Ia Ib Ic V’a V’b V’c In = Ta + Ic + Ic

Gambar 2.4. Diagram satu garis system yang tidak simetris

Tegangan jatuh P-Q masing-masing fasanya adalah Va Vb dan Vc dimana : aq ap-V V = a V bq bp-V V = b V cq cp -V V = c V (2-26) Pada umumnya : 0 2 2 1 a1 I a ao a a Z I Z I Z V = + + (2-27) 0 2 2 1 a1 2 1 I a b a b ao b b Z a Z I Z V = + + (2-28) 0 2 2 2 1 a1 a1 c a c ao c c Z a I Z I Z V = + + (2-29) Jadi 3 I 3 Z I ) ( 3 1 2 2 2 2 a2 1 1 2 a1 a1 0 0 c b a c b c b Z a aZ Z aZ V a V V V V = + + = + + + + + 3 Za0 0 0 0 c b a Z Z I + + + (2-30)

(21)

3 I 3 Z I ) ( 3 1 2 2 2 2 a2 1 1 a1 a1 2 1 c b a c b c b a a aZ Z a Z Z V V a aV V V = + + = + + + + + 3 Za0 0 2 0 0 c b a Z a aZ I + + + (2-31) 3 I 3 Z I ) ( 3 1 2 2 2 a2 1 2 1 a1 a1 2 2 c b a c b c b a a Z Z Z Z a aV aV V a V V = + + = + + + + + 3 Z 0 0 2 a0 0 c b a aZ Z a I + + + (2-32)

Bila hanya ada Ia1 jadi Ia2 = Ia0 = 0 maka persamaan (2-30), (2-31) dan (2-32) akan

menjadi sebagai berikut :

3 Z I 1 1 2 a1 a1 0 c b aZ Z a V = + + (2-33) 3 Z I a0 1 1 a1 1 c b a Z Z V = + + (2-34) 3 Z I 1 2 1 a1 a1 2 c b a Z a aZ V = + + (2-35)

Jadi terlihat bahwa hanya dengan arus Ia1 akan menimbulkan jatuh tagangan Va0, Va1 dan

Va2 bersama-sama tetapi bila system itu simetris. c1 b1 1= Z = Z a Z c1 b1 1=I .Z a V 0 Za0 2 = = a V

Persamaan (2-28), (2-29) dan (2-30) dapat secara umum ditulis sebagai berikut :

10 0 12 2 11 a1 1 I Z I Z I Z Va = + a + a 20 0 22 2 21 a1 2 I Z I Z I Z Va = + a + a 00 0 012 2 01 a1 0 I Z I Z I Z Va = + a + a (2-36) dimana : ) (Z 3 1 1 1 a1 11 Zb Zc

Z = + + = Impedansi sendiri terhadap arus urutan positif

) (Z 3 1 2 2 a2 22 Zb Zc

(22)

) (Z 3 1 0 0 a0 11 Zb Zc

Z = + + = Impedansi sendiri terhadap arus urutan nol

) (Z 3 1 2 2 2 a2 12 a Zb aZc

Z = + + = Hasil bagi tegangan jatuh urutan positif yang dihasilkan Ia2

dengan Ia2 ) (Z 3 1 0 2 0 0 10 aZb a Zc

Z = + + = Hasil bagi tegangan jatuh urutan positif yang dihasilkan Ia0

dengan Ia0. ) (Z 3 1 1 2 1 a1 21 aZb a Zc

Z = + + = Hasil bagi tegangan jatuh urutan negative yang dihasilkan Ia1

dengan Ia1. ) (Z 3 1 0 0 2 a0 20 a Zb aZc

Z = + + = Hasil bagi tegangan jatuh urutan negative yang dihasilkan Ia0

dengan Ia0. ) (Z 3 1 1 1 2 a1 01 a Zb aZc

Z = + + = Hasil bagi tegangan jatuh urutan nol yang dihasilkan Ia1 dengan

Ia1. ) (Z 3 1 1 2 2 a2 02 aZb a Zc

Z = + + = Hasil bagi tegangan jatuh urutan nol yang dihasilkan Ia1 dengan

Ia2 dengan Ia2.

Perlu diketahui bahwasanya :

20 02 10 01 21 12 Z ;Z Z ;Z Z Z ≠ ≠ ≠

II.4. PENENTUAN IMPEDANSI URUTAN SENDIRI

Suatu jala-jala fasa yang tidak seimbang dapat dilihat pada Gambar 2-5 dengan kembali melalui kawat netral

(23)

a b c d Zab Zbc Zcn Zaa Zbb Zcc Znn Zan Zac Zbn

Gambar 2-5 Jala-jala tidak seimbang dengan kawat netral sebagai jalur kembali

Impedansi sendiri masing-masing fasanya Zaa, Zbb, dan Zcc impedansi netral Znn. Mutual

impedansi antara fasa dan netral ialah Zab, Zbc, Zac, Zan, Zbn, dan Zon. Pada rangkaian statis

dianggap Reciprocal. Jadi

Zab = Zba atau Zac = Zca dan Zbc = Zcb = Zm

Jatuh tegangan seri

Va = (Ia Za0+ Ib Zab + Ic Zac – In Zan) + (In Zan– Ia Zbn – Ic Zbn – Ic Zcn) Vb = (Ia Zb0+ Ib Zbb + Ic Zbc – In Zbn) + (In Znn– Ia Zan – Ic Zbn – Ic Zcn) Vc = (Ia Zz0+ Ib Zcb + Ic Zcc – In Zcn) + (In Znn– Ia Zan – Ic Zbn – Ic Zcn) (2-37) Menurut Impedansi urutan pada persamaan (2-20), (2-21), (2-22) yaitu :

1 c1 1 2 b1 at a 1 ; Z ; Z I V a c a b a aI V I a V Z = = =

Maka impedansi urutan positif masing-masing fasa adalah :

(

a ab ac

) (

an bn cn

)

a Z a Z aZ Z a Z aZ Z 1 = 0 + 2 + − + 2 +

(

ba bb bb

) (

an bn cn

)

b aZ a Z aZ a Z a Z aZ Z 1= + 2 + − + 2 +

(

cn cb ac

) (

an bn cn

)

c a Z a Z aZ a Z a Z aZ Z 1 = 2 + 2 + − 2 + 2 + (2-38a)

Dengan jalan yang sama dapat ditentukan urutan negative dan nol, maka :

(

aa ab ac

) (

an bn cn

)

a Z aZ a Z Z aZ a Z Z 2 = + + 2 − + + 2

(

bb bc ab

) (

an bn cn

)

b a Z aZ a Z a Z aZ a Z Z 2 = 2 + + 2 − 2 + + 2

(

cc ac bc

) (

an bn cn

)

c a Z a Z a Z a Z aZ a Z Z 2 = + 2 + 2 − + + 2

(24)

(

aa ab ac

)

an nm

(

an bn cn

)

a Z Z Z Z Z Z Z Z Z 0 = + + −3 +3 − + +

(

ca cb cc

)

an nm

(

an bn cn

)

c Z Z Z Z Z Z Z Z Z 0 = + + −3 +3 − + + (2-38b)

Maka persamaan (2-38) dalam persamaan (2-15) didapatkan persamaan : ) ( 4 1 -) ( 3 1 Z22 11 Zab Zab Zcc Zab Zac Zbc Z = = + + + + ) ( 2 ) ( 3 2 ) ( 3 1 00 Zaa Zbb Zcc Zab Zac Zbc Zan Zbn Zcn Z = + + + + + − + + ) ( 3 2 ) ( 3 1 2 2 12 Zaa a Zbb aZcc aZab a Zac Zbc Z = + + + + + ) ( ) ( 3 1 ) ( 3 1 Z02 2 2 2 10 Zaa aZbb a Zcc a Zab aZac Zbc Zan aZbn a Zcn Z = = + + − + + − + + ) 2 ( ) 2 ( 3 1 ) 2 ( 3 1 01 Z 20 Zaa a Zbb aZcc aZab a Zac Zbc Zan a Zbn aZcn Z = = + + − + + − + + (2-39)

Untuk peralatan statis tiga fasa simetris

cn bn an bc ac ab ab cc bb aa Z Z Z Z Z Z Z Z Z Z = = ; = = = ; = = Persamaan (2-39) menjadi : 2 1 22 11 Z (Z Z ) Z Z Z = = aaab = = 0 aa 00 (Z 2Z 3Z 6Z ) Z Z = + ab + nman = 0 Z21 10 02 01 12= =Z =Z =Z = Z (2-40)

Dari persamaan (2-40) dapat dilihat bahwa coupling antara jala - jala urutan dari rangkaian statis yang simetris tidak ada, maka arus dari suatu urutan hanya menimbulkan jatuh tegangan pada urutan yang sama.

II.5. PENGERTIAN BEBAN TAK SEIMBANG

Suatu beban tiga fasa seimbang apabila arus yang dihasilkan seimbang, bilamana beban tersebut dihubungkan dengan tegangan sistem yang seimbang, beban yang tak seimbang dapat ditandai dengan tidak seimbangnya arus yang mengalir pada sistem, kondisi ini dipengaruhi oleh tegangan yang dibangkitkan sistem tidak seimbang, impedansi fasanya tidak sama dan impedansi beban tidak sama.

(25)

Dalam perencanaan daya listrik, sistem direncanakan seimbang. Keseimbangan dimaksud disini adalah tegangan yang dibangkitkan seimbang dan impedansi perfasanya sama (impedansi penyalur). Munculnya ketidakseimbangan arus umumnya disebabkan oleh impedansi beban yang tidak sama perfasanya.

Dalam pemasangan beban, beban yang dihubungkan ke sistem dipasang seimbang. Beberapa peralatan menyebabkan gelombang arus dalam beban menjadi tidak seimbang. Sebagai contoh diaerah perumahan tiap-tiap rumah biasanya dipasang dengan satu fasa dari sistem tiga fasa yang mengakibatkan beban tidak seimbang. Seperti diketahui dirumah-rumah bermacam-macam alat rumah tangga yang dihidup matikan secara tidak teratur oleh konsumen. Kemudian didaerah industri banyak peralatan yang bersifat tidak seimbang, misalnya pemanasan dengan termostat, mesin bubut, tungku listrik, motor-motor pemutar dan sebagainya.

Penyebab lain dengan pemasangan transformator distributor satu fasa serta pemasangan beban yang tidak terkontrol, seperti pencurian energi listrik.

Suatu beban hubungan tegangan urutan dengan patokan arus tegangan dan impedansi pada fasa dapat dibagi dalam dua hubungan sebagai berikut :

1. Hubungan Bintang dengan jalur kembali penghantar netral atau rumah 2. Hubungan Delta

Adapun hubungan bintang dan hubungan delta dapat kita lihat pada Gambar 2-6

Za Zh Zc a n b c Za Zc a n b c Zn Zab Zab Zac a b c

(26)

a. Hubungan Bintang jalur kembali memakai kawat netral

b. Hubungan Bintang jalur kembali melalui tanah

c. Hubungan Delta

Pada sistem tiga fasa yang masing-masing fasanya ditandai dengan fasa a,b dan c seperti pada gambar 2-8 suatu beban dikatakan tidak seimbang bila mana :

Za ≠ Zb ≠ Zc atau Zab ≠ Zac ≠ Zbc

Dalam menganalisa pada tulisan ini, beban dianggap suatu beban statis dengan tidak mempunyai impedansi bersama.

Tegangan urutan fasa terhadap netral terminal beban didapatkan dengan persamaan : bcl

abl bcl

bcl a V V aV

Z = Zcal = 2 , = adalah tegangan urutan positif fasa-fasa pada Delta.

2 2 2 1 2 co2 2 Z bc , ab bc bc a V V a V

Z = = = adalah tegangan urutan negative fasa-fasa pada Delta.

Tegangan urutan nol fasa-fasa pada terminal beban Delta (∆) adalah nol, arus urutan nol yang berputar pada Delta ditandai dengan Ibc0.

Tegangan fasa-fasa pada terminal beban Delta yang disebabkan oleh arus urutan yang mengalir adalah : 0 0 2 2 1 1 1 bc bc bc bc bc bc a I Z I Z I Z V = + + 0 0 2 2 1 1 ca ca ca ca ca ca ca aI Z I Z I Z V = + + 0 0 2 2 2 1 1 ab ab ab ab ab ab ab aI Z a I Z I Z V = + + (2-43)

Untuk tegangan urutan fasa-fasa persamaan dapat dituliskan

10 0 12 2 11 1 2 1 ( ) 3 1 ∆ ∆ ∆ + + = + + = V aV a Z I Z I Z I Z Vbc bc ca ab bc bc bc 20 0 22 2 21 2 2 ( ) 3 1 ∆ ∆ + + = + + = V a V aV I Z I Z I Z Vbc bc ca ab bcl bc Δ bc 00 0 02 2 10 0 ( ) 3 1 ∆ ∆ + + = + + = V V V I Z I Z I Z Vbc bc ca ab bcl bc Δ bc (2-44) Dimana : ) ( 3 1 1 1 1 11 Vbc Vca Vab V = + + ) ( 3 1 2 2 2 22 Vbc Vca Vab V = + +

(27)

) ( 3 1 0 0 0 00 Vbc Vca Vab V = + + ) ( 3 1 2 2 2 2 12 Vbc a Vca aVab V = + + ) ( 3 1 0 2 0 0 10 Vbc aVca a Vab V = + + ) ( 3 1 1 2 1 1 21 Vbc aVca a Vab V = + + ) ( 3 1 0 0 2 0 20 Vbc a Vca aVab V = + + ) ( 3 1 1 1 2 1 01 Vbc a Vca aVab V = + + ) ( 3 1 2 2 2 2 02 Vbc aVca a Vab V = + + (2-45)

Persamaan (2-45) merupakan persamaan dengan memakai impedansi bersama. Untuk impedansi hubungan Delta tatap impedansi bersama maka :

0 2 1 0 2 1 0 2 1 bc bc ; ca ca ca ; ab ab ab bc Z Z Z Z Z Z Z Z Z = = = = = =

Maka persamaan (2-44) akan menjadi sebagai berikut : ) ( 3 1 00 22 11 V V Zbc Zca Zab V = = = + + ) ( 3 1 2 01 20 12 V V Zbc a Zca aZab V = = = + + ) ( 3 1 2 00 22 11 V V Zbc aZca a Zab V = = = + + (2-46) Perhatikan persamaan (2-43) 0 Z Z 01 2 02 1 ∆ + bc ∆ = bc I I Diubah menjadi :

(

1

)

(I Z ) - 00 1 01 2 02 0 = ∆ bc ∆ + bcbc Z Z I I (2-47)

Masukan persamaan (2-46) kepersamaan (2-43) maka didapatkan sebagai berikut :

[

11 ( 10 01/ 00)

]

2

[

22 ( 10 02/ 00)

]

1 1 bc Δ Δ Δ Δ bc Δ Δ Δ Δ bc I Z Z Z Z I Z Z Z Z V = − − −

[

21 ( 20 01/ 00)

]

2

[

22 ( 20 02 / 00)

]

1 2 bc Δ Δ Δ Δ bc Δ Δ Δ Δ bc I Z Z Z Z I Z Z Z Z V = − − − (2-48)

(28)

Jika Vbc1 = j 3Va1 =Vbc2 = j 3Va2 Dan Ibc1 = jIa1/ 3;Ibc2 =−jI/ 3

Maka persamaan (2-45) dan (2-46) akan menjadi sebagai berikut :

[

( 11/3) ( 10 01/ 00)

]

2

[

( 12/3) ( 10 02/ 00)

]

1 1 a Δ Δ Δ Δ a Δ Δ Δ Δ a I Z Z Z Z I Z Z Z Z V = − − −

[

( 21/3) ( 20 01/ 00)

]

2

[

22/3) ( 20 02/ 00)

]

1 2 a Δ Δ Δ Δ a Δ Δ Δ Δ a I Z Z Z Z I Z Z Z Z V = − − − (2-48)

[

/ ) ( / )

]

) 3 / ( 1 01 00 2 02 00 0 a Δ a Δ Δ bc j I Z Z I Z Z I = − (2-49

II.6. ANALISA BEBAN TAK SEIMBANG PADA SISTEM YANG MEMUAT BAGIAN YANG TAK SEIMBANG

II.6.1. Kondisi beban ditanahkan

Zo c c’ a a’ ZI Ea ZnG a Ea Z2 a Ea Zb a’ Zc Tidak Simetris Simetris b Za

Gambar 2-7 Diagram sistem beban tidak seimbang

Keterangan gambar :

Ea = Tegangan yang dibangkitkan

Z1,Z2,Z0 = Impedansi urutan generator

Za, Zb, Zc = Impedansi beban perfasa

ZNI = Impedansi pertanahan beban

ZNG = Impedansi pertanahan generator

Tegangan urutan fasa pada titip P untuk a. Bagian Simetris

Va1 = Ea – Ia1Z1;Va2 =-Ia2Z2; Va0=-Ia0(Z0+3ZnG) (2-50)

(29)

10 0 12 2 11 1 1 I Z I Z I Z Va = a + a + 20 0 22 2 21 1 2 I Z I Z I Z Va = a + a + a 00 0 02 2 1 1 0 I Z I Z I Z Va = a a + a + a (2-51)

Masukkan persamaan (2-50) kepersamaan (2-51) maka didapatkan

10 0 12 2 11 11 1(Z Z ) I Z I Z I Ea = a + + a + a 20 00 2 22 2 21 1 ( ) 0=Ia Z +Ia Z +Z +I Z ) 2 ( 0=Ia1Z01+Ia2Z02+Ia0 Z01+Z0 + Zng (2-52) Dalam bentuk matrik sebagai berikut

          =                     + + + + 0 0 E 3 a 0 2 1 0 00 02 01 20 2 22 12 10 12 1 11 a a a nG I I I Z Z Z Z Z Z Z Z Z Z Z Z Z

Dengan metode matrik maka didapatkan sebagai berikut : a a E E I 1 =(∆11/∆) 0 +(∆12/∆)0+(∆13/∆)0=((∆11/∆) a a a E E I 2 =(∆21/∆)0+(∆22/∆) +(∆23/∆)0=((∆22/∆) a a E I 0 =(∆31/∆)0+(∆32/∆)0+(∆33/∆) (2-53) Dimana : ) (Z ) 3 (Z ) (Z 11= 22 +Z2 00+Z0 + ZnG − 02+Z20 ∆ ) (Z ) 3 (Z ) (Z 22= 11+Z1 00+Z0 + ZnG01+Z10 ∆ ) (Z ) (Z 33= 11 +Z1 02Z20 ∆ 01 20 12 0 00 2 22 1 11 )(Z )(Z 3 ) (Z +Z +Z +Z + ZnG +Z Z Z = ∆ ) 1 11 20 02 10 2 22 01 02 21 10Z Z Z (Z Z )Z Z Z (Z Z Z − + − + + 12 21 0 00 3 ) (Z +Z + ZnG Z Z − (2-54)

Jika beban merupakan beban statis dan tanpa bersama dimana : ) ( 3 / 1 22 11 Z Za Zb Zc Z = + + nL Z Z Z00= 11+

(30)

) ( 3 / 1 2 01 20 12 Z Z Za a Zb aZc Z = = = + + ) ( 3 / 1 2 02 10 21 Z Z Za aZb a Zc Z = = = + + Maka : ) (Z ) 3 3 (Z ) (Z 11= 11+Z2 11+ ZnL +Z0 + ZnG − 12Z10 ∆ ) (Z ) 3 3 (Z ) (Z 22= 11+Z1 11+ ZnL +Z0 + ZnG12Z10 ∆ ) (Z ) (Z ) (Z 33= 11+Z1 11+Z212Z10 ∆ 10 2 11 12 0 11 2 22 1 11 )(Z )(Z 3 3 ) ( ) (Z +Z +Z + ZnL +Z + ZnG +Z Z +Z Z = ∆ ) 3 3 ( ) ( 11 1 11 0 12 10Z Z Z Z ZnL Z ZnG Z + − + + + − + − + + + + = ∆ (Z11 Z1)[(Z11 Z2)(Z11 3ZnL 3ZnG) Z10Z12]

[

]

[

11 0 10

]

2 12 12 2 11 1 2 10 10 (Z ) Z (Z Z Z (Z ) (Z 3Z Z 3Z )Z Z − + + − + nL + + nG (2-55)

Persamaan (3-15) ini merupakan masukan dari persamaan (2-41) ke (2-53) arus urutan nol adalah :

[

nL nG

]

a a Z Z Z Z Z Z Z Z E I 1 = ( 11+ 2)( 11+3 + 0 +3 )−( 12 10)/∆

[

nL nG

]

a a Z Z Z Z Z Z Z Z E I 2 = ( 11 + 1)( 11 +3 + 0 +3 )−( 12 10)/∆

[

]

a a Z Z Z Z Z Z E I 0 = ( 11+ 1)( 11+ 2)−( 12 10)/∆ (2-56)

II.6.2. Kondisi beban yang tidak ditanahkan

Zo c a a’ ZI Ea ZnG a Ea Z2 a Ea Zb a’ Zc Tidak Simetris Simetris b Za

Gambar 2-8. Diagram sistem beban tidak ditanahkan

Perhatikan gambar (2-8) suatu beban yang tidak ditanahkan maka nilai ZnL = ∞ maka

didapatkan nilai adalah :

10 12 10 0 11 2 11 1 11 )[(Z Z )(Z Z 3 ) Z Z ] Z (Z + + +∞+ + − + = ∆ Z ZnG ∞ = + + ∞ + − + + − ( )] [( ) ( Z 3 ) ] ) Z [ 11 0 10 2 12 12 2 11 12 2 10 Z Z Z Z Z Z ZnG Z

(31)

Maka didapatkan nilai Ia0 adalah :

[

( 11 1( 11 2) ( 12 10)/

]

0

0 = + + − ∞ a =

a Z Z Z Z Z Z E

I

Bilamana Ia0 = 0 maka didapatkan persamaan 12 2 1 11 1(Z Z ) I Z I Ea = a + − a ) ( 0=Ia1Z21+Ia2 Z22 +Z2 n a a I Z V I + + = 101 2 02 0 (2-57) a a Z Z Z Z Z Z Z Z E I 1 ={ 22 + 2)/[( 11 + 1)( 22 + 2)− 21 12]} (2-58) a a Z Z Z Z Z Z Z Z Z E I 2 ={(− 21)/[( 11+ 1)/( 22+ 2)−( 21 12)− 21 12]} (2-59) 02 2 01 1 2 I Z I Z Ia =− aa ={(−Z21)(Z22+Z2)−(Z22 +Z2)−(Z21Z12)−Z21Z12]}Ea (2-60)

II.8 PEMUTUS TENAGA (PMT)

Pemutus tenaga (PMT) atau Circuit Breaker merupakan suatu piranti saklar mekanik yang secara otomatis akan membuka atau memutuskan rangkaian listrik apabila terjadi ketidaknormalan pada suatu sistem tanpa ada kerusakan.

Pemutus tenaga merupakan salah satu piranti pengaman yang terpenting. Karena hampir semua sinyal keluaran dari rele-rele pengaman ditujukan pada pemutus tenaga. Pemutus tenaga terdiri atas kontak-kontak yang dialiri arus listrik atau lebih dikenal dengan elektroda. Pada kondisi abnormal maka elektroda -elektroda akan terpisah dan memutuskan hubungan Isitrik dari satu sisi ke sisi lainnya. Pada saat pemutusan, pada pemutusan tenaga akan terjadi busur api yang mengakibatkan kerusakan, baik pada pemutus tenaga sendiri maupun pada sistem secara keseluruhan. Masalah terpenting dalam pemutus tenaga adalah bagaimana menghilangkan busur api dengan segera sebelum busur api mencapai suatu harga yang membahayakaN

A. Syarat - syarat pemutus tenaga

Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh pemutus tenaga agar bisa bekerja dengan baik, antara lain sebagai berikut:

a. Kemampuan Menutup dan Dialiri

Mampu menutup dan mampu dialiri arus beban penuh dalam waktu lama b. Bekerja Secara Otomatis

Membuka secara otomatis untuk memutuskan beban atau beban lebih c. Bekerja Cepat

(32)

Harus dapat memutuskan rangkaian dengan cepat, jika terjadi hubung singkat d. Tahan pada Tegangan Rangkaian

Celah yang ada harus tahan terhadap tegangan rangkaian, bila kontak membuka e. Dapat dialiri Arus Hubung Singkat

Mampu dialiri arus hubung singkat sampai gangguan hilang f. Mampu Memutus Arus Magnetisasi Transformator

Mampu memutuskan arus magnetisasi transformator atau jaringan dan arus pemuatan g. Tahan terhadap Situasi dan Kondisi

Mampu menahan efek busur kontak, gaya elektromagnet, atau kondisi panas yang tinggi akibat hubung singkat.

B. Jenis - jenis Pemutus Tenaga

Dilihat dari media pemadamannya, pemutus tenaga dapat digolongkan menjadi tiga yaitu pemutus tenaga dengan media pemadaman minyak (oil CB), dengan media pemadaman udara (air CB), dengan media pemadaman gas (SF6CB).

a. PMT dengan Media Minyak (oil circuit breaker) Ada dua jenis PMT dengan Minyak, yaitu :

1. PMT dengan minyak banyak menggunakan minyak (Bulk Oil Circuit Breaker) PMT dengan banyak menggunakan minyak secara umum digunakan pada sistem tegangan sampai dengan 245 KV. Minyak berfungsi sebagai peredam loncatan bunga api listrik selama pemutusan kontak -kontak dan sebagai bahan isolasi antara bagian - bagian yang bertegangan dengan badan.

b. PMT dengan Media udara (Air Circuit Breaker) 1. PMT udara hembus (Air Blast Circuit Breaker)

Pada PMT udara hembus (compressed air circuit breaker). Udara bertekanan tinggi dihembuskan ke busur api melalui nozzle pada kontak pemisah ionisasi media di antara kontak dipadamkan oleh hembusan udara. Setelah pemadam busur api dengan udara tinggi, udara ini juga berfungsi mencegah restriking voltage (tegangan pukul) Kontak PMT ditempatkan didalam isolator dan juga katup hembusan udara. Pada PMT kapasitas

(33)

kecil isolator ini merupakan satu kesatuan dengan PMT-nya, tetapi untuk kapasitas besar tidak demikian halnya.

2. PMT dengan hampa udara (Vacuum Circuit Breaker)

Kontak - kontak pemutus dari PMT ini terdiri atas kontak tetap dan kontak bergerak yang ditempatkan dalam ruang hampa udara. Ruang hampa udara ini mempunyai kekuatan dielektrik yang tinggi sehingga merupakan media pemadam busur api yang baik. c. PMT dengan Media Gas

Media gas yang digunakan pada tipe PMT ini adalah gas SF6 (sulfur heksafluorid). Sifat - sifat gas SF$ murni ialah tidak berwarna, tidak berbau, tidak beracun, dan tidak mudah terbakar. Pada temperatur di atas 150° gas SFe mempunyai sifat tidak merusak metal, plastik dan bermacam — macam bahan yang umumnya digunakan dalam pemutus tenaga tegangan tinggi. Sebagai isolasi listrik, gas SFe mempunyai kekuatan dielektrik yang tinggi (2,35 kali udara) dan kekuatan dielektrik ini bertambah dengan pertambahan tekanan. Sifat lainnya ialah mampu mengembalikan kekuatan dielektrik dengan cepat, setelah arus bunga Isitrik melalui titik nol.

(34)

BABIII

RELEGANGGUANTANAH

III.l Rele Gangguan Tanah

Suatu gangguan yang terjadi pada sistem daya listrik dapat mengakibatkan efek kerusakan pada peralatan, sistem dan keselamatan umum di daerah penyaluran daya, oleh karena itu gangguan perlu diamankan secepat mungkin. Koordinasi kerja sistem pengaman (proteksi) tidak akan lepas dari ketiga effek yang diatas. Pemutusan arus hanya terjadi pada daerah gangguan saja, karena itu kerja sistem pengaman harus mampu untuk merasakan gangguan yang sensitif, ketepatan kerja harus tepat dan dapat dipercaya keandalannya.

Gangguan tanah adalah terhubungnya konduktor fasa dengan beban atau tempat yang terhubung dengan tanah sehingga beban atau tempat tersebut bertegangan dan mengalirkan arus ketanah. Gangguan ini merupakan gangguan terbesar dari semua jenis gangguan sistem daya listrik. Karena itu pengaman terhadap gangguan tanah ini merupakan suatu hal yang terpenting.

Rele gangguan tanah (Ground Fault Relay) adalah pengaman terhadap gangguan tanah. Rele ini berfungsi untuk memproteksi SUTM terhadap gangguan antara fasa atau 3 fasa dan hanya bekerja pada satu arah saja. Karena rele ini dapat membedakan arah arus gangguan.Arus atau tegangan urutan nol (residu) merupakan penggerak rele ini. Sistem daya listrik pada umumnya titk netralnya ditanahkan, baik pentanahan langsung (Solid Grounded) maupun melalui impedansi, karena itu arus residu merupakan penggerak utama rele gangguan tanah. Tegangan residu dipergunakan biasanya pada sistem yang tidak ditanahkan. Rele gangguan tanah terarah (Directional Ground Fault Rele) mempergunakan arus dan tegangan residu.

Rele arus lebih untuk gangguan fasa ke tanah dapat digambarkan seperti gambar 3.1 dan disebut Ground Fault Relai (GFR). Rele arus lebih hanya efektif dipakai untuk pentanahan netral langsung (solid) atau dengan tahanan rendah.

(35)

30 CR+GFR BATTERE Trip Coil PMT Kontak Bantu 380 V dc T S R Ir Is It In Ib

Gambar 3.1. Rele Gangguan Tanah (OCR/GFR)

III. 1.1 Prinsip Kerja Rele Gangguan Tanah

Rele hubung tanah pada transformator pada dasarnya menggunakan rele arus lebih seperti yang digunakan pada gangguan hubung singkat antara fasa, tetapi berbeda rangkaiannya seperti gambar 3.2.

GFR

OCR

(36)

GFR

Gambar 3.2.b Rele hubung tanah pada outgoing transformator

Bila terjadi ketidak seimbangan arus atau terjadi gangguan hubung singkat ke tanah, maka akan timbul arus urutan nol pada titik pentanahan transformator, sehingga rele di netral transformator akan bekerja. Hal ini yang sama juga dirasakan oleh rele hubung tanah pada outgoing transformator.

Rangkaian pada gambar 3.2.a mempunyai keuntungan terhadap gambar 3.2.b karena dapat melihat gangguan F pada outgoing transformator, sedangkan gambar 3.2.b tidak dapat. Untuk transformator dengan sistem pentanahan dengan tahanan tinggi, dilengkapi dengan rele gangguan tanah dengan rele tegangan lebih dengan penundaan waktu.

Suatu sistem tenaga listrik tiga fasa mengalami gangguan tanah. Gangguan tanah ini akan mengakibatkan terjadinya aliran arus ke tanah. Besarnya arus gangguan tanah ini bervariasi, mulai dari kecil sampai besar. Arus urutan nol (residu) yang merupakan sumber penggerak rele gangguan tanah, ada beberapa metode untuk mendapatkannya yaitu:

1. Hubungan Residu (Residual Connection)

Metode hubungan residu seperti pada gambar 3-2 dibawah ini. Tiga transformator arus yang identik karakteristiknya, polaritas yang sama dihubungkan dan hubungan polaritas ini dihubungkan dengan rele gangguan tanah. Arus yang diterima oleh rele (arus residu) merupakan jumlah vektor dari arus pada sekunder transformator arus pada masing-masing fasa

(37)

IA IB IC

Ia Ib Ic

A B C

Rele

Ir

Gambar 3-3 Transformator arus hubungan residu

Selama kondisi operasi normal rele tidak bekerja, begitu juga gangguan tiga fasa dan gangguan tiga fasa ketanah tanpa tanah, sejauh pengaturan setting rele tanah masih diatas arus residu yang terjadi pada ketidakseimbangan maksimum. Hanya pada gangguan satu fasa atau dua fasa ke tanah rele akan bekerja

2. Transformator arus dipasang pada netral sistem yang diketanahkan

Arus gangguan tanah yang kembali netral ditransformasikan melalui transformator arus. Besarnya arus gangguan tanah tergantung dari tipe pentanahan dan lokasi dimana terjadinya gangguan. CB CB CB CT Rele A B C

Gambar 3-3 Transformator Arus netral pada sistem yang diketanahkan

Untuk dapat bekerjanya rele gangguan tanah membutuhkan arus residu yang cukup besar. Kerja rele biasanya dihubungkan dengan keterlambatan waktu.

III. 2 RELE GANGGUAN TANAH TERARAH (DIREKTIONAL EARTH FAULT RELE)

Rele gangguan tanah terarah berfungsi untuk memproteksi SUTT terhadap gangguan tanah. Rele arah (Direction Rele) digunakan apabila arus gangguan mengalir dari banyak jurusan ke titik gangguan melalui lokasi dari rele. Rele yang digunakan untuk rele arah gangguan tanah

(38)

mempunyai jenis yang sama seperti yang digunakan untuk rele proteksi arus lebih. Kumparan arusnya adalah dari elemen arah dihubungkan guna mendeteksi pada arus residu dari transformator arus, dan kumparan tegangan dihubungkan pada tegangan yang sesuai guna memberikan kopel yang sesuai pula

Arus residu untuk proteksi saluran didapat dari penjumlahan arus-arus fasa yang menggunakan transformator arus tiga fasa atau sebuah transformator arus jenis "Keseimbangan inti".

A B C

ke rele tanah

Kke rele arus lebih

ke rele tanah

ke rele arus lebih

ke rele tanah ke rele arus keluar A B C

Gambar 3-4. Beberapa metode untuk memperoleh tegangan residu atau tegangan netral ketanah

a) Dengan tiga buah transformator tunggal, belitan tersier dihubung Delta terbuka.

b) Dengan transformator fasa tunggal dihubungkan pada netral transformator daya.

c) Dengan tiga buah transformator tunggal terhubung Bintang, dan transformator bantu terhubung Delta terbuka.

Bila arus-arus dari fasanya dinyatakan dengan IA, IB, Ic jumlah vektornya adalah: VA + VB + Vc = 0; dalam keadaan normal

VA + VB + Vc = Vr; dalam keadaan gangguan satu fasa ketanah

Besar Vr pada saat gangguan terjadi tergantung dari metode pentanahan netral dari sistem

dan tahanan gangguan. Pada sistem yang normal tegangan ketiga fasa ketanah sama besar dan berbeda 120°. Tetapi bila mana terjadi gangguan tanah, tegangan ke tanah pada fasa yang terganggu akan berkurang tergantung pada metode pentanhan netral sistem, tegangan ke tanah pada fasa yang sehat mungkin bertambah besar.

(39)

Pada sistem yang terisolir atau yang ditanahkan melalui kumparan peterson, tegangan residu Vr naik V3 kali tegangan fasa ke netral dari keadaan normal. Sedangkan pada sistem ang

ditanahkan langsung Vr mempunyai harga maksimum yang sama besar dengan tegangan fasa

netral. Bila netral diketanahkan dengan suatu tahanan tegangan residu besarnya berada diantara kedua harga diatas.

III. 3 RELE GANGGUAN TANAH PADA SISTEM DAYA LISTRIK

III. 3.1 Rele gangguan tanah pada sistem yang netralnya tidak diketanahkan

Dalam hal ini gangguan satu fasa ke tanah pada srstem delta yang masih kecil tidak membahayakan, dan biasanya gangguan itu bisa hilang sendiri (self clearing), jadi sebenarnya tak memerlukan pengamanan terhadap gangguan tanah. Atau bisa juga pada sistem interkoneksi yang diketanahkan, karena sesuatu hal sebagian dari sistem itu terlepas (sengaja atau tak sengaja), dan mungkin bagian yang terlepas itu menjadi sistem dengan netral terapung. Proteksi dalam hal ini diperlukan untuk gangguan tanah yang menetap, yang mana dapat membahayakan terhadap fasa - fasa seltat dengan naiknya tegangan dari fasa-fasa itu menjadi tegangan fasa-fasa, dan juga untuk menghindarkan terjadinya busur tanah.

Gangguan tanah dapat dideteksi dan dibuka dengan bekerjanya pemutus daya dengan menggunakan rele pergeseran titik netral yang didisain untuk menangkap tegangan residu ke tanah pada trafo dengan menggunakan trafo tegangan atau kapasitor penggandeng (coupling capacitor).

(40)

Rele LV HV Trafo tegangan (b) Tegangan residu dengan trafo tegangan netral Rele NPD Kapasitor penggandeng

(a) Tegangan rasidu Dengan kapasitor penggandeng Rele NPD Trafo tegangan (c)Tegangan residu Dengan trafo tegangan N.P.D, = Neutral Point Displacement atau Pergeseran Titik Netral

Gambar 3.5. Sistem yang tidak diketenahkan terhadap gangguan tanah

III.3.2 Rele gangguan tanah pada sistem yang diketanahkan dengan kumparan peterson

Dengan kumparan Petersen sebenarnya sistem itu telah dilindungi terhadap gangguan tanah, walaupun gangguan tanah masih belum hilang karena arus gangguan telah menjadi kecil. Tetapi walaupun demikian gangguan itu harus dilenyapkan dan diperbaiki dengan peralatan proteksi yang dapat menunjukkan lokasi dari titik gangguan tersebut. Bila pengenal waktu dari kumparan Petersen kontinu, gangguan tanah diperbolehkan bertahan terus sampai diperoleh waktu yang baik untuk mengisolir bagian yang terganggu sebelum gangguan itu berkembang menjadi gangguan dua fasa ke tanah pada lokasi yang berlainan. Gangguan ini timbul disebabkan terjadinya kerusakana tembus (break down) pada isolator (yang telah buruk keadaannya) karena adanya kenaikan tegangan dari fasa-fasa yang tak terganggu menjadi V3 kali tegangan fasa sebelum gangguan. Karena kumparan Petersen tak dapat berfungsi terhadap gangguan dua fasa ke tanah, maka diperlukan juga tindakan pencegahan ke arah itu dengan bantuan alat proteksi.

(41)

Gangguan yang menetap tidak boleh terlalu lama dibiarkan dari waktu yang telah ditetapkan, dan titik gangguan harus segera dilokalisasi dan diperbaiki. Proteksi untuk menunjukkan adanya gangguan dan letaknya gangguan tersebut memerlukan rele khusus dan harus sensitif sekali karena arus gangguannya kecil.

Kumparan Petersen yang mempunyai pengenal waktu singkat harus diperlengkapi dengan suatu peralatan untuk menghubung-singkat kumparan Petersen ke tanah. Dengan pengaturan ini, bila gangguan itu lebih lama dari waktu yang telah ditentukan, maka titik netral sistem dihubungkan ke tanah, baik secara langsung maupun melalui tahanan yang paralel dengan kumparan Petersen itu, agar gangguan dapat dideteksi oleh rele yang akan memberi instruksi pada pemutus daya untuk mentripnya

Saluran 1

“ Cross Country Fault “

Saluran 2 Sekunder Trafo Daya A B C A B C Ip

Gambar 3-6. Sistem yang diketanahkan dengan kumparan Petersen

BAB IV

ANALISA DAN PEMBAHASAN

IV.1 PENGARUH KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN TERHADAP KERJA RELE GANGGUAN TANAH

Rele gangguan tanah merupakan peralatan proteksi gangguan tanah yang arus urutan nol (residu) merupakan sumber penggeraknya. Arus urutan nol muncul bukan saja saat terjadinya suatu gangguan, namun terjadi juga pada faktor seperti beban yang tidak seimbang.

(42)

Seperti ketidakseimbangan beban pada sistem daya listrik, belum tentu akan menghasilkan arus urutan nol pada rele gangguan tanah. Tetapi hal ini perlu diperhatikan kondisi sistem dan beban maupun metode deteksi arus urutan nol untuk rele gangguan tanah.

Arus urutan nol dengan transformator hubungan residu. Terjadinya arus urutan nol pada rele gangguan tanah akan mempengaruhi kerja rele gangguan tanah. Pada uraian berikut akan diterangkan bagaimana pengaruh terjadi dan sebarapa jauh ketidakseimbangan beban dapat mempengaruhi kerja rele gangguan tanah.

IV.2 KONDISI SISTEM DAN BEBAN DIKETANAHKAN

Keadaan ini dapat dilihat pada Gambar 2-7 pada bab II Karena adanya beban yang tidak seimbang akan terjadi sirkulasi arus ketanah sistem antara sumber dan beban yang ditanahkan dan diteruskan oleh rele gangguan tanah kenetral sumber. Aliran arus ketanah ini akan dirasakan oleh rele gangguan tanah seolah-olah adanya gangguan tanah. Ketidakseimbangan yangn cukup besar membuat arus urutan nol yang cukup besar sehingga mampu untuk menggerakkan rele gangguan tanah, Besar arus uruatan nol (residu) yang terjadi tergantung dari impedansi urutan sistem, impedansi pentanahan, tanahan tanah dan tegangan sistem, ini dapat dilihat pada

Persamaan 4-1 dibawah ini.

a 10 12 2 11 1 11 E ) )( (Z ∆ − + + = Z Z Z Z Z Io ……… (4-1)

Persamaan 4-1 didapat dari persamaan 3-16 pada bab II uraian lebih jelas dapat dilihat pada bab II. Rumusan 4 -1 diatas dengan mengabaikan unsur-unsur induktansi bersama dan kapasitansi saluran.

Di PLN (Perusahaan Listrik Milik Negara) sistem seperti ini diterapkan pada sistem distribusi 3 fasa 3 kawat tegangan 20 KV, pentanahan transformator dengan pentahanan langsung. Setting rele gangguan tanah terkecil harus diatas ketidakseimbangan beban maksimum. Sistem seperti ini sulit untuk membuat sensitifitas yang tinggi, karena sulit untuk membedakan arus residu yang diakibatkan oleh gangguan tanah atau beban yang tidak seimbang.

(43)

Pada waktu tidak ada gangguan tanah, penjumlahan vector dari ketiga arus saluran nol (secara teoritis)

Ia+Ib + Ic = 0... … (4-2)

Sehingga vector dari ketiga arus sekunder CT juga sama dengan nol.

Ias + Ibs + Ics = 0... (4-3)

Penjumlahan vektor dari (Ias+ Ibs + Ics) disebut dengan arus residu (IR)

Apabila tidak terjadi gangguan tanah maka:

IR = Ias + Ibs + Ics = 0... (4-4)

Karena rele arus gangguan tanah tidak bekerja, tetapi apabila terjadi gangguan tanah sistem menjadi terganggu dan (Ias + Ibs + Ics) memiliki nilai tertentu, oleh karena itu arus residu

mengalir melalui rele arus gangguan tanah. Rele gangguan tanah bekerja akibat adanya gangguan tanah. Tetapi apabila terjadi gangguan cara kerja rele gangguan tanah sebagai berikut:

Pada kondisi sistem seimbang jumlah arus fasa adalah nol sehingga tidak ada arus yang mengalir pada rele ( Ias + Ibs + Ics) = 0. Aliran arus terjadi akibat tidak seimbangnya aliran arus

pada fasa-fasa sistem ( Ias + Ibs + Ics) Ketidakseimbangan fasa-fasa sistem diakibatkan oleh

gangguan satu fasa atau dua fasa ketanah maupun beban yang tidak seimbang.

Bila terjadi gangguan beban yang tidak seimbang maka (Ias + Ibs + Ics) akan memiliki nilai

tertentu sehingga ada arus yang mengalir melalui rele. Apabila arus yang mengalir melalui rele lebih besar dari arus setting rele, maka rele akan bekerja. Ketidakseimbangan beban yang sudah melewati batas normal ini akan diakibatkan adanya flukstuasi beban.

IV.4 BATASAN KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN YANG DAPAT MEMPENGARUHI KERJA RELE GANGGUAN TANAH

Arus residu yang mengalir pada rele gangguan tanah akibat beban yang tidak seimbang dalam sistem daya listrik tiga fasa, bergantung dari besar dan kecilnya beban yang terjadi dan faktor ketidak seimbangan beban. Beban yang berbeda dengan faktor ketidak seimbangan beban yang sama tidak akan memberikan arus residu yang sama. Beban yang besar akan memberikan arus residu yang kecil pula.

Aliran residu pada rele gangguan tanah lebih dari setting rele gangguan tanah itu sendiri akan membuat rele gangguan tanah bekerja. Aliran arus residu pada rele gangguan tanah akibat

(44)

beban yang tidak seimbang akan dipengaruhi oleh kenaikan beban dan faktor ketidak seimbangan beban.

Batas ketidak seimbangan beban yang dapat mempengaruhi kerja rele gangguan tanah, bila mana arus residu yang terjadi akibat beban tidak seimbang melewati setting rele gangguan tanah. Untuk memperbesar batasan ketidak seimbangan ini adalah dengan memperbesar setting rele gangguan tanah.

Ketidak seimbangan beban dapat mempengaruhi kerja rele gangguan tanah faktor terutama pada beban yang cukup besar. Dalam penentuan setting rele gar.gguan tanah faktor ketidak seimbangan beban perlu mendapatkan perhatian. Supaya rele gangguan tanah tidak berpengaruh terhadap beban yang tidak seimbang, setting rele gangguan tanah harus lebih besar dari arus residu yang terjadi akibat beban yang tidak seimbang pada beban maksimum dan faktor ketidakseimbangan.

Pengaturan Arus Beban

Arus beban diatur dengan anggapan faktor daya untuk ketiga fasa adalah sama, jadi arus fasanya mempunyai selisih sudut satu dengan yang lainnya 120°. Ketidak seimbangan arus diatur sehingga didapatkan arus residu sama dengan setting primer arus rele gangguan tanah.

Ketidak seimbangan arus ini dapat menentukan besar komponen arus simetrisnya, faktor ketidakseimbangan beban dan daya yang dihasilkan.

Dimana :

Arus Residu : : In = 3Iao= Ia +Ib + Ic

Arus urutan positif : Ia1 = 1/3 (Ia + a1b + a2Ic)

Faktor ketidak seimbangan beban : (Ia2/Ia1) x 100%

Daya yang dihasilkan : ST = VanIa + VabIb + VcnIc IV.5 Grond Fault Relay Pada GI Titi Kuning

Gambar

Gambar 2-1. :Tiga himpunan fasor seimbang yang merupakan komponen simetris  dari fasor tak seimbang
Gambar 2.3.  Memperlihatkan fasor yang melukiskan berbagai pangkat dari a.
Gambar 2.4. Diagram satu garis system yang tidak simetris  Tegangan jatuh P-Q masing-masing fasanya adalah V a  V b  dan V c  dimana :
Gambar 2-5 Jala-jala tidak seimbang dengan kawat netral sebagai jalur kembali  Impedansi sendiri masing-masing fasanya Z aa , Z bb , dan Z cc  impedansi netral Z nn
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pertama , kata ‘abd tidak dipergunakan dalam pengertian budak yang dikuasai tanpa kemerdekaan sama sekali sebagaimana makna historis, kecuali hanya tiga kali: (1) Sekali

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas berkat rarhmat, hidayah, dan inayah-Nya skripsi dengan judul “Pengembangan Media

Seksi  Ekonomi  dan  Pembangunan  mempunyai  tugas  membantu  Camat  dalam  menyiapkan  bahan  perumusan  kebijakan,  pelaksanaan,  evaluasi  dan  pelaporan 

Data dalam penelitian ini berupa kesulitan mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP UMS dalam menguasai keterampilan dasar mengajar pada microteaching tahun akademik

Dari hasil wawancara dan angket yang diberikan dapat disimpulkan bahwa persepsi guru terhadap pembelajaran akuntansi dengan pendekatan konstruktivistik metode

peluang pembentuan iatan hidrogen antar dan intramoleul lebih bai daripada dalam rantai yang mengandung banya residu prolina% Pertimbangan ini

Tujuan penelitian untuk mengetahui efek ekstrak etanol lidah buaya (EELB) terhadap gambaran histopatologis kolitis ulseratif dan konsistensi feses serta ada tidaknya darah

Berdasarkan hal tersebut, penyusun tertarik untuk membuat simulasi pengawasan tangki harian bahan bakar menggunakan aplikasi LabView yang menampilkan visualisasi