PENETAPAN KADAR DOMPERIDONE DALAM
SEDIAAN TABLET DENGAN NAMA GENERIK DAN
NAMA DAGANG SECARA KROMATOGRAFI CAIR
KINERJA TINGGI (KCKT)
SKRIPSI
OLEH:
ARYANTO
NIM 091501058
PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PENETAPAN KADAR DOMPERIDONE DALAM
SEDIAAN TABLET DENGAN NAMA GENERIK DAN
NAMA DAGANG SECARA KROMATOGRAFI CAIR
KINERJA TINGGI (KCKT)
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh
Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
OLEH:
ARYANTO
NIM 091501058
PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PENGESAHAN SKRIPSI
PENETAPAN KADAR DOMPERIDONE DALAM
SEDIAAN TABLET DENGAN NAMA GENERIK DAN
NAMA DAGANG SECARA KROMATOGRAFI CAIR
KINERJA TINGGI (KCKT)
OLEH: ARYANTO NIM 091501058
Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Pada Tanggal: 11 Oktober 2013
Pembimbing I, Panitia Penguji,
Prof. Dr. rer. nat. E. De Lux Putra, S.U., Apt. aProf. Dr. Siti M. Sinaga, M.Sc., Apt.
NIP 195306191983031001 NIP 195008281976032002
Pembimbing II, Prof. Dr. rer. nat. E. De Lux Putra, S.U., Apt.
NIP 195306191983031001
Drs. Fathur Rahman Harun, M.Si., Apt. Drs. Syafruddin, M.Si., Apt.
NIP 195201041980031002 NIP 194811111976031003
Dra. Sudarmi, M.Si., Apt. NIP 195409101983032001
Medan, Oktober 2013 Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara Dekan,
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan
anugerah dan karuniaNya sehingga penulis dapat meyelesaikan skripsi yang
berjudul “Penetapan Kadar Domperidone dalam Sediaan Tablet dengan Nama
Generik dan Nama Dagang Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)”.
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana
Farmasi dari Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis hendak menyampaikan rasa hormat dan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. rer. nat. Effendy De Lux
Putra, S.U., Apt., dan Drs. Fathur Rahman Harun, M.Si., Apt., selaku dosen
pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, dan bantuan
selama masa penelitian dan penulisan skripsi ini berlangsung, kepada Prof. Dr.
Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sumatera Utara yang telah memberikan fasilitas dan masukan selama masa
pendidikan dan penelitian. Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih
kepada aProf. Dr. Siti Morin Sinaga, M.Sc., Apt., Drs. Syafruddin, M.Si., Apt., dan
Dra. Sudarmi, M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan
dalam penyusunan skripsi ini serta kepada Ibu Dwi Lestari P, S.Si., M.Si., Apt.,
selaku dosen pembimbing akademik yang selalu membimbing selama masa
pendidikan.
Penulis juga ingin menyampaikan rasa terima kasih serta penghargaan
yang tulus dan tak terhingga kepada orang tua tersayang Ayahanda Suryanto dan
adik tersayang, kerabat-kerabat, dan teman-teman semua atas motivasi dan segala
bantuan dalam penyelesaian skripsi ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan balasan yang berlipat
ganda kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu,
sangat diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak
guna perbaikan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini
bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya bidang farmasi.
Medan, Oktober 2013
Penulis,
Aryanto
PENETAPAN KADAR DOMPERIDONE DALAM SEDIAAN TABLET DENGAN NAMA GENERIK DAN NAMA DAGANG SECARA
KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT)
ABSTRAK
Tablet domperidone merupakan obat antiemetik dan anti-mual yang bekerja sebagai antagonis reseptor dopamine. Dalam Farmakope Indonesia Edisi IV (1995) tidak memuat monografi domperidone baik dalam bentuk bahan baku maupun dalam bentuk sediaan tablet. Menurut British Pharmacopoeia (2009) penetapan kadar domperidone tablet ditentukan secara KCKT menggunakan kolom Hypersil BDS (100 x 4,6 mm) dengan fase gerak metanol, laju alir 1,5 ml/menit dan dideteksi pada panjang gelombang 280 nm, sedangkan menurut Suparna, dkk (2012) menggunakan kolom Qualisil, C18, BDS (250 x 4,6 mm) dengan fase gerak air:metanol (55:45), laju alir 1 ml/menit dan dideteksi pada panjang gelombang 291 nm. Tujuan penelitian ini adalah menetapkan kadar domperidone dalam tablet generik dan nama dagang secara KCKT serta melakukan uji validasi terhadap metode yang digunakan.
Metode yang dipilih pada penelitian ini adalah secara KCKT menggunakan kolom VP-ODS (250 x 4,6 mm) dengan perbandingan fase gerak metanol:air (90:10), laju air 1 ml/menit dan dideteksi pada panjang gelombang 285 nm.
Dari hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh kadar tablet domperidone generik dari beberapa perusahaan yaitu: PT Indofarma 96,60% ± 0,56%, PT Novell 103,04% ± 0,47%, PT Dexa Medica 100,25% ± 0,35%, PT Bernofarm 96,42% ± 0,50%, dan tablet dengan nama dagang yaitu: Dometa® (PT Ikapharmindo Putramas) 104,38% ± 0,22%, Motilium™ (Janssen-Cilag) 96,81% ± 0,27%, Vomitas® (PT Kalbe Farma) 96,97% ± 0,34%, Vosedon® (PT Sanbe Farma) 99,16% ± 0,41%. Semua tablet yang dianalisis memenuhi persyaratan kadar yang tercantum dalam British Pharmacopoeia (2009), yaitu mengandung domperidone tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 105,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. Uji validasi metode yang dilakukan terhadap tablet domperidone (PT Novell) diperoleh % Recovery 99,88% dengan Relatif Standar Deviasi (RSD) 0,71%. Ini berarti metode yang digunakan memiliki ketepatan dan ketelitian yang baik. Batas Deteksi (LOD) = 1,1924 µg/ml dan Batas Kuantitasi (LOQ) = 3,9747 µg/ml.
DETERMINATION OF DOMPERIDONE IN TABLET WITH GENERIC NAMES AND TRADE NAMES BY HIGH PERFORMANCE
LIQUID CHROMATOGRAPHY (HPLC)
ABSTRACT
Domperidone tablet is an antinausea and antiemetic drug that work as dopamine receptor antagonists. In Indonesia Farmakope Fourth Edition doesn’t contain domperidone monograph either from pure substance or in tablet dosage forms. According to British Pharmacopoeia (2009), determination of domperidone tablet was confirmed by HPLC using column Hypersil BDS (100 x 4,6 mm) with mobile phase methanol, flow rate 1.5 ml/minute and detected at wavelength of 280 nm, While according to Suparna, et al (2012) using column Qualisil, C18, BDS (250 x 4,6 mm) with mobile phase water:methanol (55:45), flow rate 1 ml/minute and detected at wavelength of 291 nm. The purposes of this study is the determination of domperidone in the tablet of generic and trade names by HPLC and also to conduct a validation test of the used method.
The method used in this research was HPLC using column VP-ODS (250 x 4,6 mm) with mobile phase methanol:water (90:10), flow rate 1 ml/minute and detected at wavelength of 285 nm.
Results obtained from this research showed that the levels of domperidone with generic names from certain company are : PT Indofarma 96.60% ± 0.56%, PT Novell 103.04% ± 0.47, PT Dexa Medica 100.25% ± 0.35, PT Bernofarm 96.42% ± 0.50%, and domperidone tablet with trade names are : Dometa® (PT Ikapharmindo Putramas) 104.38% ± 0.22%, Motilium™ (Janssen-Cilag) 96.81% ± 0.27%, Vomitas® (PT Kalbe Farma) 96.97% ± 0.34%, Vosedon® (PT Sanbe Farma) 99.16% ± 0.41%. All the analyzed domperidone tablets meet the requirements levels specified in British Pharmacopoeia (2009), which contains not less than 95.0 percent and not more than 105.0 percent domperidone of the labeled amount. Validation test performed at the domperidone tablets (PT Novell) shows the percent recovery 99.88% with Relative Standard Deviation (RSD) 0.71%. This means that the method used has good accuracy and precision. The Limit of Detection (LOD) = 1.1924 µg/ml and the Limit of Quantitation (LOQ) = 3.9747 µg/ml.
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
HALAMAN JUDUL ... ii
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 2
1.3 Hipotesis ... 3
1.4 Tujuan Penelitian ... 3
1.5 Manfaat Penelitian ... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4
2.1 Domperidone ... 4
2.1.1 Sifat fisikokimia ... 4
2.1.2 Farmakologi ... 4
2.2 Kromatografi ... 5
2.2.2 Klasifikasi Kromatografi ... 5
2.3 Kromatografi Cair Kinerja Tinggi ... 6
2.3.1 Jenis KCKT ... 6
2.3.2 Proses Pemisahan dalam Kolom Kromatografi Cair 7 2.3.3 Parameter Penting dalam Kromatografi Cair ... 8
2.3.3.1 Tinggi dan Luas Puncak ... 8
2.3.3.2 Waktu tambat ... 9
2.3.3.3 Faktor Kapasitas ... 9
2.3.3.4 Selektivitas ... 10
2.3.3.5 Efisiensi Kolom ... 10
2.3.3.6 Resolusi ... 11
2.3.3.7 Faktor Ikutan dan Faktor Asimetri ... 12
2.3.4 Instrumen KCKT ... 13
2.3.4.1 Wadah Fase Gerak ... 14
2.3.4.2 Pompa ... 14
2.3.4.3 Injektor ... 14
2.3.4.4 Kolom ... 16
2.3.4.5 Detektor ... 16
2.3.4.6 Perekam ... 17
2.3.5 Fase Gerak ... 17
2.3.6 Fase Diam ... 18
2.3.7 Elusi Gradien dan Isokratik ... 18
2.4 Validasi Metode ... 18
2.4.2 Presisi (Keseksamaan) ... 19
2.4.3 Batas Deteksi (limit of detection, LOD) ... 19
2.4.4 Batas Kuantitasi (limit of quantitation, LOQ) ... 20
BAB III METODE PENELITIAN ... 21
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 21
3.2 Alat-alat ... 21
3.3 Bahan-bahan ... 21
3.4 Pengambilan Sampel ... 22
3.5 Prosedur Penelitian ... 22
3.5.1 Pembuatan Fase Gerak ... 22
3.5.2 Prosedur Analisis ... 23
3.5.2.1 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum ... 23
3.5.2.2 Penyiapan KCKT ... 23
3.5.2.3 Penentuan Perbandingan Fase Gerak yang Optimum ... 23
3.5.3 Analisis Kualitatif Menggunakan KCKT ... 23
3.5.3.1 Uji Identifikasi Domperidone Menggunakan KCKT ... 23
3.5.4 Analisis Kuantitatif ... 24
3.5.4.1 Pembuatan Larutan Induk Baku Domperidone ... ...24
3.5.4.2 Pembuatan Kurva Kalibrasi Domperidone .. 24
3.5.4.3 Penetapan Kadar Sampel ... 25
3.5.4.4 Analisis Data Penetapan Kadar Secara Statistik ... 25
3.5.5.1 Akurasi (Kecermatan) ... 26
3.5.5.2 Presisi (Keseksamaan) ... 27
3.5.5.3 Batas Deteksi (LOD) dan Batas Kuantitasi (LOQ) ... 28
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29
4.1 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum ... 29
4.2 Optimasi Komposisi Fase Gerak Metanol:Air ... 30
4.3 Analisis Kualitatif ... 32
4.4 Analisis Kuantitatif ... 35
4.4.1 Penentuan Kurva Kalibrasi ... 35
4.4.2 Penetapan Kadar Domperidone dalam Sampel ... 36
4.5 Hasil Uji Validasi ... 36
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 39
5.1 Kesimpulan ... 39
5.2 Saran ... 39
DAFTAR PUSTAKA ... 40
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Data Absorbansi dari Kurva Serapan Maksimum ... 29
Tabel 2. Hasil Penetapan Kadar Domperidone dalam Sediaan
Tablet dengan Nama Generik dan Nama Dagang ... 36
Tabel 3. Hasil Pengujian Validasi, dengan parameter Akurasi, Presisi, Batas Deteksi (LOD), Batas Kuantitasi (LOQ) Domperidone
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Struktur Domperidone ... 4
Gambar 2. Ilustrasi proses pemisahan yang terjadi di dalam kolom KCKT ... 8
Gambar 3. Tiga jenis puncak ... 12
Gambar 4. Pengukuran derajat asimetris puncak ... 12
Gambar 5. Instrumen Dasar KCKT ... 13
Gambar 6. Tipe Injektor Putaran ... 15
Gambar 7. Kurva Serapan Domperidone Baku dengan konsentrasi 20 µg/ml ... 29
Gambar 8. Kromatogram domperidone menggunakan kolom VP-ODS (250 x 4,6 mm) Perbandingan Fase Gerak Metanol:Air (85:15) v/v ... 30
Gambar 9. Kromatogram domperidone menggunakan kolom VP-ODS (250 x 4,6 mm) Perbandingan Fase Gerak Metanol:Air (90:10) v/v ... 31
Gambar 10. Kromatogram domperidone menggunakan kolom VP-ODS (250 x 4,6 mm) Perbandingan Fase Gerak Metanol:Air (95:5) v/v ... 31
Gambar 11. Kromatogram domperidone baku secara KCKT menggunakan kolom VP-ODS (250 x 4,6 mm) Perbandingan Fase Gerak Metanol:Air (90:10) v/v ... 32
Gambar 12. Kromatogram tablet domperidone secara KCKT menggunakan kolom VP-ODS (250 x 4,6 mm) Perbandingan Fase Gerak Metanol:Air (90:10) v/v ... 33
Gambar 13. Kromatogram tablet domperidone sebelum penambahan baku secara KCKT menggunakan kolom VP-ODS (250 x 4,6 mm) Perbandingan Fase Gerak Metanol:Air (90:10) v/v ... 34
Gambar 15. Kurva kalibrasi Domperidone secara KCKT menggunakan kolom VP-ODS (250 x 4,6 mm)
Perbandingan Fase Gerak Metanol:Air (90:10) v/v ... 35
Gambar 16. Spektrofotometer UV-Visible (UV-1800, Shimadzu) ... 132
Gambar 17. Alat KCKT (Shimadzu) ... 133
Gambar 18. Alat Sonifikator (Branson 1510) ... 134
Gambar 19. Pompa Vakum (Gast DO A-PG04-BN) dan Alat Penyaring Fase Gerak ... 134
Gambar 20. Sonifikator Kudos ... 135
Gambar 21. Neraca Analitik ... 135
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Kromatogram Larutan Domperidone baku pada
Pembuatan Kurva Kalibrasi ... 42
Lampiran 2. Perhitungan Persamaan Regresi dari Kurva Kalibrasi Domperidone yang Diperoleh secara KCKT pada
Panjang Gelombang 285 nm ... 52
Lampiran 3. Perhitungan Recovery dengan Metode Adisi Standar ... 54
Lampiran 4. Kromatogram Hasil Recovery dari sampel Domperidone
Generik (PT Novell) ... 58
Lampiran 5. Contoh Perhitungan % Recovery dengan Metode Adisi
Standar ... 70
Lampiran 6. Perhitungan Batas Deteksi (LOD) dan Batas kuantitasi
(LOQ) ... 71
Lampiran 7. Kromatogram dari Larutan tablet Domperidone Generik
(PT Indofarma) ... 72
Lampiran 8. Analisis Data Statistik untuk Mencari Kadar Sebenarnya dari Penyuntikkan Larutan Tablet Domperidone Generik
(PT Indofarma) ... 76
Lampiran 9. Kromatogram dari Larutan tablet Domperidone Generik
(PT Novell) ... 78
Lampiran 10. Analisis Data Statistik untuk Mencari Kadar Sebenarnya dari Penyuntikkan Larutan Tablet Domperidone Generik
(PT Novell) ... 82
Lampiran 11. Kromatogram dari Larutan tablet Domperidone Generik
(PT Dexa Medica) ... 84
Lampiran 12. Analisis Data Statistik untuk Mencari Kadar Sebenarnya dari Penyuntikkan Larutan Tablet Domperidone Generik
(PT Dexa Medica) ... 88
Lampiran 13. (Lanjutan) Analisis Data Statistik Larutan Tablet
Domperidone Generik (PT Dexa Medica) ... 89
Lampiran 14. Kromatogram dari Larutan tablet Domperidone Generik
Lampiran 15. Analisis Data Statistik untuk Mencari Kadar Sebenarnya dari Penyuntikkan Larutan Tablet Domperidone Generik
(PT Bernofarm) ... 95
Lampiran 16. Kromatogram dari Larutan tablet Dometa® (PT Ikapharm indo) ... 97
Lampiran 17. Analisis Data Statistik untuk Mencari Kadar Sebenarnya dari Penyuntikkan Larutan Tablet Dometa® (PT Ikapharmindo) ... 101
Lampiran 18. (Lanjutan) Analisis Data Statistik Larutan Tablet Dometa® (PT Ikapharmindo) ... 102
Lampiran 19. Kromatogram dari Larutan tablet Motilium™ (Janssen-Cilag) ... 104
Lampiran 20. Analisis Data Statistik untuk Mencari Kadar Sebenarnya dari Penyuntikkan Larutan Tablet Motilium™ (Janssen-Cilag) ... 108
Lampiran 21. Kromatogram dari Larutan tablet Vomitas® (PT Kalbe Farma) ... 110
Lampiran 22. Analisis Data Statistik untuk Mencari Kadar Sebenarnya dari Penyuntikkan Larutan Tablet Vomitas® (PT Kalbe Farma) ... 114
Lampiran 23. Kromatogram dari Larutan tablet Vosedon® (PT Sanbe Farma) ... 116
Lampiran 24. Analisis Data Statistik untuk Mencari Kadar Sebenarnya dari Penyuntikkan Larutan Tablet Vosedon® (PT Sanbe Farma) ... 120
Lampiran 25. Contoh Perhitungan Penimbangan Sampel ... 122
Lampiran 26. Hasil Analisa Kadar Domperidone dalam Sampel ... 123
Lampiran 27. Contoh Perhitungan untuk Mencari Kadar Tablet Domperidone Generik (PT Novell) ... 126
Lampiran 28. Daftar Spesifikasi Sampel ... 127
Lampiran 29. Tabel Nilai Distribusi t ... 130
Lampiran 30. Sertifikat Analisis Domperidone Maleat BPFI ... 131
Lampiran 32. Gambar alat KCKT (Shimadzu) ... 133
PENETAPAN KADAR DOMPERIDONE DALAM SEDIAAN TABLET DENGAN NAMA GENERIK DAN NAMA DAGANG SECARA
KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT)
ABSTRAK
Tablet domperidone merupakan obat antiemetik dan anti-mual yang bekerja sebagai antagonis reseptor dopamine. Dalam Farmakope Indonesia Edisi IV (1995) tidak memuat monografi domperidone baik dalam bentuk bahan baku maupun dalam bentuk sediaan tablet. Menurut British Pharmacopoeia (2009) penetapan kadar domperidone tablet ditentukan secara KCKT menggunakan kolom Hypersil BDS (100 x 4,6 mm) dengan fase gerak metanol, laju alir 1,5 ml/menit dan dideteksi pada panjang gelombang 280 nm, sedangkan menurut Suparna, dkk (2012) menggunakan kolom Qualisil, C18, BDS (250 x 4,6 mm) dengan fase gerak air:metanol (55:45), laju alir 1 ml/menit dan dideteksi pada panjang gelombang 291 nm. Tujuan penelitian ini adalah menetapkan kadar domperidone dalam tablet generik dan nama dagang secara KCKT serta melakukan uji validasi terhadap metode yang digunakan.
Metode yang dipilih pada penelitian ini adalah secara KCKT menggunakan kolom VP-ODS (250 x 4,6 mm) dengan perbandingan fase gerak metanol:air (90:10), laju air 1 ml/menit dan dideteksi pada panjang gelombang 285 nm.
Dari hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh kadar tablet domperidone generik dari beberapa perusahaan yaitu: PT Indofarma 96,60% ± 0,56%, PT Novell 103,04% ± 0,47%, PT Dexa Medica 100,25% ± 0,35%, PT Bernofarm 96,42% ± 0,50%, dan tablet dengan nama dagang yaitu: Dometa® (PT Ikapharmindo Putramas) 104,38% ± 0,22%, Motilium™ (Janssen-Cilag) 96,81% ± 0,27%, Vomitas® (PT Kalbe Farma) 96,97% ± 0,34%, Vosedon® (PT Sanbe Farma) 99,16% ± 0,41%. Semua tablet yang dianalisis memenuhi persyaratan kadar yang tercantum dalam British Pharmacopoeia (2009), yaitu mengandung domperidone tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 105,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. Uji validasi metode yang dilakukan terhadap tablet domperidone (PT Novell) diperoleh % Recovery 99,88% dengan Relatif Standar Deviasi (RSD) 0,71%. Ini berarti metode yang digunakan memiliki ketepatan dan ketelitian yang baik. Batas Deteksi (LOD) = 1,1924 µg/ml dan Batas Kuantitasi (LOQ) = 3,9747 µg/ml.
DETERMINATION OF DOMPERIDONE IN TABLET WITH GENERIC NAMES AND TRADE NAMES BY HIGH PERFORMANCE
LIQUID CHROMATOGRAPHY (HPLC)
ABSTRACT
Domperidone tablet is an antinausea and antiemetic drug that work as dopamine receptor antagonists. In Indonesia Farmakope Fourth Edition doesn’t contain domperidone monograph either from pure substance or in tablet dosage forms. According to British Pharmacopoeia (2009), determination of domperidone tablet was confirmed by HPLC using column Hypersil BDS (100 x 4,6 mm) with mobile phase methanol, flow rate 1.5 ml/minute and detected at wavelength of 280 nm, While according to Suparna, et al (2012) using column Qualisil, C18, BDS (250 x 4,6 mm) with mobile phase water:methanol (55:45), flow rate 1 ml/minute and detected at wavelength of 291 nm. The purposes of this study is the determination of domperidone in the tablet of generic and trade names by HPLC and also to conduct a validation test of the used method.
The method used in this research was HPLC using column VP-ODS (250 x 4,6 mm) with mobile phase methanol:water (90:10), flow rate 1 ml/minute and detected at wavelength of 285 nm.
Results obtained from this research showed that the levels of domperidone with generic names from certain company are : PT Indofarma 96.60% ± 0.56%, PT Novell 103.04% ± 0.47, PT Dexa Medica 100.25% ± 0.35, PT Bernofarm 96.42% ± 0.50%, and domperidone tablet with trade names are : Dometa® (PT Ikapharmindo Putramas) 104.38% ± 0.22%, Motilium™ (Janssen-Cilag) 96.81% ± 0.27%, Vomitas® (PT Kalbe Farma) 96.97% ± 0.34%, Vosedon® (PT Sanbe Farma) 99.16% ± 0.41%. All the analyzed domperidone tablets meet the requirements levels specified in British Pharmacopoeia (2009), which contains not less than 95.0 percent and not more than 105.0 percent domperidone of the labeled amount. Validation test performed at the domperidone tablets (PT Novell) shows the percent recovery 99.88% with Relative Standard Deviation (RSD) 0.71%. This means that the method used has good accuracy and precision. The Limit of Detection (LOD) = 1.1924 µg/ml and the Limit of Quantitation (LOQ) = 3.9747 µg/ml.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Domperidone merupakan obat anti-mual kelompok antagonis dopamin
yang bekerja melawan rasa mual dengan cara memblokade reseptor dopamine
sehingga adanya perintangan neurotransmisi dari CTZ (Chemoreceptor Trigger
Zone) kepusat muntah yang terdapat di sumsum-sambung (medulla oblongata)
(Tan dan Rahardja, 2007).
Dalam bidang farmasi, pemeriksaan mutu obat perlu dilakukan agar obat
dapat sampai pada titik tangkapnya dan memberikan efek terapi yang dikehendaki
dengan kadar yang tepat. Salah satu parameter dari uji mutu tersebut adalah kadar
zat berkhasiat dari suatu sediaan obat harus memenuhi persyaratan Farmakope
Indonesia edisi ke IV (1995) atau ditentukan buku standar lainnya.
Obat dengan nama generik merupakan obat yang harganya murah
dibandingkan obat merek dagang. Masyarakat menganggap obat generik yang
harganya murah tidak memiliki mutu sebaik obat merek dagang yang harganya
jauh lebih mahal (Puspitasari, 2006).
Dalam Farmakope Indonesia Edisi IV tidak memuat monografi
domperidone baik dalam bentuk bahan baku maupun dalam bentuk sediaan.
Dalam British Pharmacopoeia (2009), penetapan kadar domperidone tablet
ditentukan secara KCKT menggunakan kolom Hypersil BDS (100 x 4,6 mm)
dengan fase gerak metanol, laju alir 1,5 ml/menit pada panjang gelombang 280
dalam sediaan tablet dapat dilakukan secara KCKT menggunakan kolom Qualisil,
C18, BDS (250 x 4,6 mm) dengan fase gerak air:metanol (55:45), laju alir
1 ml/menit pada panjang gelombang 291 nm.
Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) memiliki banyak
keuntungan antara lain dapat digunakan untuk analisa suatu zat dalam jumlah
kecil, waktu analisisnya relatif singkat, cukup sensitif dan selektif serta mudah
dalam interpretasi yang diperoleh (Gandjar dan Rohman, 2007).
Berdasarkan hal tersebut di atas, peneliti tertarik menggunakan metode
KCKT menggunakan kolom VP-ODS (250 x 4,6 mm) dengan fase gerak
metanol:air dengan perbandingan tertentu untuk menetapkan kadar domperidone
dalam sediaan tablet dengan nama generik dan nama dagang yang beredar di
pasaran dan membandingkan hasil yang diperoleh dengan persyaratan yang
tercantum dalam British Pharmacopoeia (2009). Untuk menguji validitas dari
metode ini dilakukan uji akurasi, presisi, batas deteksi (LOD), dan batas kuantitasi
(LOQ).
1.2 Perumusan Masalah
1. Apakah metode KCKT menggunakan fase gerak metanol:air dengan
perbandingan tertentu pada kondisi kolom VP-ODS (250 x 4,6 mm) dapat
digunakan untuk penetapan kadar domperidone dalam sediaan tablet dan
memberikan uji validasi metode yang memenuhi syarat?
2. Apakah kadar domperidone dalam sediaan tablet dengan nama generik dan
nama dagang yang beredar di pasaran memenuhi persyaratan kadar yang
1.3 Hipotesis
1. Metode KCKT menggunakan fase gerak metanol:air pada kondisi kolom
VP-ODS (250 x 4,6 mm) dapat digunakan pada penetapan kadar
domperidone dalam sediaan tablet dan memberikan uji validasi metode
yang memenuhi syarat.
2. Kadar domperidone dalam sediaan tablet dengan nama generik dan nama
dagang yang beredar di pasaran memenuhi persyaratan kadar yang
ditetapkan dalam British Pharmacopoeia (2009).
1.4 Tujuan Penelitian
1. Menetapkan kadar domperidone dalam sediaan tablet dengan
menggunakan metode KCKT serta memberikan uji validasi metode yang
memenuhi syarat.
2. Mengetahui kesesuaian kadar tablet domperidone dengan nama generik
dan nama dagang yang beredar di pasaran dengan persyaratan kadar yang
ditetapkan dalam British Pharmacopoeia (2009).
1.5 Manfaat Penelitian
Pengembangan ilmu bahwa penetapan kadar domperidone dalam sediaan
tablet dapat dilakukan dengan metode KCKT menggunakan kolom VP-ODS (250
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Domperidone
2.1.1 Sifat fisikokimia
Menurut British Pharmacopeia (2009), sifat fisikokimia domperidone
adalah sebagai berikut:
Rumus struktur :
Gambar 1 Struktur domperidone
Nama Kimia : 5-kloro-1-[1-[3-(2-okso-2,3-dihidro-1H-benzimidazol-1-il)
propil]piperidin-4-il]-1,3-dihidro- 2H-benzimidazol-2-on
Rumus Molekul : C22H24ClN5O2
Berat Molekul : 425,9
Pemerian : Serbuk putih atau hampir putih
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam dimetilformamida,
agak sukar larut dalam etanol (96%) dan dalam metanol.
2.1.2 Farmakologi
Domperidone merupakan obat antimual kelompok antagonis dopamin
yang bekerja melawan rasa mual dengan jalan memblokade reseptor dopamine
Zone) ke pusat muntah yang terdapat di sumsum-sambung (medulla oblongata)
(Tan dan Rahardja, 2007).
2.2 Kromatografi
Kromatografi merupakan suatu proses pemisahan yang mana analit-analit
dalam sampel terdistribusi antara dua fase, yaitu fase diam dan fase gerak. Fase
diam dapat berupa bahan padat atau dalam bentuk molekul kecil atau dalam
bentuk cairan yang dilapiskan pada pendukung padat atau dilapiskan pada dinding
kolom. Fase gerak dapat berupa gas atau cairan (Rohman, 2009).
Saat ini kromatografi merupakan teknik pemisahan yang paling umum dan
paling sering digunakan dalam bidang kimia analisis kualitatif, kuantitatif, atau
preparatif dalam bidang farmasi, lingkungan, industri, dan sebagainya.
Kromatografi merupakan suatu teknik pemisahan yang menggunakan fase diam
(stationary phase) dan fase gerak (mobile phase) (Gandjar dan Rohman, 2007).
2.2.1 Penggunaan Kromatografi
Menurut Gritter, dkk., (1985) penggunaan kromatografi adalah sebagai berikut:
- Pemakaian untuk tujuan kualitatif mengungkapkan ada atau tidak adanya
senyawa tertentu dalam cuplikan.
- Pemakaian untuk tujuan kuantitatif menunjukkan banyaknya masing-masing
komponen campuran.
- Pemakaian untuk tujuan preparatif untuk memperoleh komponen campuran
dalam jumlah memadai dalam keadaan murni.
2.2.2 Klasifikasi Kromatografi
Kromatografi dapat dibedakan atas berbagai macam, tergantung pada
dibedakan menjadi : (a) kromatografi adsorbsi; (b) kromatografi partisi; (c)
kromatografi pasangan ion; (d) kromatografi penukar ion (e) kromatografi
eksklusi ukuran dan (f) kromatografi afinitas (Johnson dan Stevenson, 1977;
Rohman, 2009).
Berdasarkan pada alat yang digunakan, kromatografi dapat dibagi atas: (a)
kromatografi kertas; (b) kromatografi lapis tipis, yang kedua sering disebut
kromatografi planar; (c) kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) dan (d)
kromatografi gas (KG) (Johnson dan Stevenson, 1977; Rohman, 2009).
2.3 Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
Kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) merupakan sistem pemisahan
dengan kecepatan dan efisiensi yang tinggi. Hal ini karena didukung oleh
kemajuan dalam teknologi kolom, sistem pompa tekanan tinggi, dan detektor yang
sangat sensitif dan beragam. KCKT mampu menganalisa berbagai cuplikan secara
kualitatif maupun kuantitatif, baik dalam komponen tunggal maupun campuran
(Ditjen POM, 1995).
KCKT merupakan teknik pemisahan yang diterima secara luas untuk
analisis dan pemurnian senyawa tertentu dalam suatu sampel pada sejumlah
bidang antara lain: farmasi, lingkungan dan industri-industri makanan (Munson,
1984).
2.3.1 Jenis KCKT
Hampir semua jenis campuran solut dapat dipisahkan dengan KCKT
karena banyaknya fase diam yang tersedia dan selektifitas yang dapat ditingkatkan
dengan mengatur fase gerak. Pemisahan dapat dilakukan dengan fase normal atau
Berdasarkan pada kedua pemisahan ini, sering kali KCKT dikelompokkan
menjadi KCKT fase normal dan KCKT fase terbalik. Berdasarkan mekanisme
interaksi antara analit dengan fase diam, kromatografi cair dapat dibagi menjadi 4
metode, yakni: kromatografi fase normal (normal phase chromatography) atau
disebut juga kromatografi adsorpsi (adsorption chromatography), kromatografi
fase balik (reversed-phase chromatography), kromatografi penukar ion (
ion-exchange chromatography) dan kromatografi eksklusi ukuran (size-exclusion
chromatography) (Gandjar dan Rohman, 2007).
Kromatografi fase balik menggunakan fase diam dari silika yang
dimodifikasi secara kimiawi. Fase diam yang paling popular digunakan adalah
oktadesilsilan (ODS atau C18) yang relatif non polar sedangkan fase geraknya
relatif lebih polar daripada fase diam. Kondisi kepolaran kedua fase ini
merupakan kebalikan dari kromatografi fase normal sehingga disebut
kromatografi fase balik (Meyer, 2010).
2.3.2 Proses Pemisahan dalam Kolom Kromatografi Cair
Pemisahan analit dalam kolom kromatografi berdasarkan pada aliran fase
gerak yang membawa campuran analit melalui fase diam dan perbedaan interaksi
analit dengan permukaan fase diam sehingga terjadi perbedaan waktu perpindahan
setiap komponen dalam campuran (Meyer, 2010).
Sebagai contoh, campuran dua komponen dimasukkan ke dalam sistem
kromatografi (partikel ● dan ▲). Di mana komponen ▲ cenderung menetap di
Gambar 2 Ilustrasi proses pemisahan yang terjadi di dalam kolom KCKT (Meyer, 2010)
Masuknya eluen (fase gerak) yang baru ke dalam kolom akan
menimbulkan kesetimbangan baru, molekul sampel dalam fase gerak diadsorpsi
sebagian oleh permukaan fase diam berdasarkan pada koefisien distribusinya,
sedangkan molekul yang sebelumnya diadsorpsi akan muncul kembali di fase
gerak (Gambar 2). Setelah proses ini terjadi berulang kali, kedua komponen akan
terpisah. Komponen ● yang lebih suka dengan fase gerak akan berpindah lebih
cepat daripada komponen ▲ yang cenderung menetap di fase diam, sehingga
komponen ● akan muncul terlebih dahulu dalam kromatogram, kemudian diikuti
oleh komponen ▲ (Meyer, 2010).
2.3.3 Parameter Penting dalam Kromatografi Cair
2.3.3.1 Tinggi dan Luas Puncak
Tinggi dan luas puncak berkaitan secara proporsional dengan kadar atau
jumlah analit tertentu yang terdapat dalam sampel (memiliki informasi
kuantitatif). Namun demikian, luas puncak lebih umum digunakan dalam
perhitungan kuantitatif karena lebih akurat/cermat daripada perhitungan
menggunakan tinggi puncak. Hal ini dikarenakan luas puncak relatif tidak banyak
puncak dipengaruhi oleh banyak faktor seperti misalnya faktor tambat, suhu
kolom serta cara injeksi sampel (Ornaf dan Dong, 2005).
2.3.3.2 Waktu tambat
Periode waktu antara penyuntikan sampel dan puncak maksimum yang
terekam oleh detector disebut sebagai waktu tambat/retention time (tR). Waktu
tambat dari suatu komponen yang tidak ditahan/dihambat oleh fase diam disebut
sebagai waktu hampa/void time (t0). Waktu tambat merupakan fungsi dari laju alir
fase gerak dan panjang kolom. Jika fase gerak mengalir lebih lambat atau kolom
semakin panjang, waktu hampa dan waktu tambat akan semakin besar, dan
sebaliknya bila fase gerak mengalir lebih cepat atau kolom semakin pendek, maka
waktu hampa dan waktu tambat akan semakin kecil (Meyer, 2010).
2.3.3.3 Faktor Kapasitas
Waktu tambat dipengaruhi oleh laju alir, ukuran kolom dan parameter
yang lain. Oleh karena itu, diperlukan suatu ukuran derajat tambatan dari analit
yang lebih independen yaitu faktor kapasitas (k’). Faktor kapasitas dihitung
dengan membagi waktu tambat bersih (t’R) dengan waktu hampa (t0) seperti yang
dapat dilihat pada rumus berikut ini (Ornaf dan Dong, 2005).
Dalam beberapa literatur lain, faktor kapasitas juga disebut sebagai faktor
tambat (k). Idealnya, analit yang sama jika diukur pada dua instrumen yang
berbeda namun memiliki fase diam dan fase gerak yang sama, maka faktor tambat
dari analit pada kedua system KCKT tersebut secara teoritis adalah sama (Meyer,
Faktor tambat yang disukai berada diantara nilai 1 hingga 10. Jika nilai k
terlalu kecil menunjukkan bahwa analit terlalu cepat melewati kolom sehingga
tidak terjadi interaksi dengan fase diam dan oleh karena itu tidak akan muncul
dalam kromatogram. Sebaliknya nilai k yang terlalu besar mengindikasikan waktu
analisis akan panjang (Meyer, 2010).
Faktor kapasitas dipengaruhi oleh perbandingan komposisi fase gerak
yang digunakan sehingga akan dihasilkan resolusi dan waktu retensi dari
puncak-puncak kromatogram yang berbeda pada setiap perbandingan komposisi fase
gerak (Snyder, dkk., 2010).
2.3.3.4 Selektivitas
Kemampuan system kromatografi dalam memisahkan/membedakan analit
yang berbeda dikenal sebagai selektivitas (α). Selektivitas umumnya tergantung
pada sifat analit itu sendiri, interaksinya dengan permukaan fase diam serta jenis
fase gerak yang digunakan (Meyer, 2010).
Selektivitas ditentukan sebagai rasio perbandingan dua faktor kapasitas
dari analit yang berbeda. Selektivitas ditentukan dengan rumus sebagai berikut:
Nilai selektivitas yang didapatkan dalam sistem KCKT harus lebih besar dari 1
(Ornaf dan Dong, 2005).
2.3.3.5 Efisiensi Kolom
Ukuran kuantitatif dari efisiensi kolom disebut sebagai nilai lempeng/plate
number (N) (Ornaf dan Dong, 2005). Kolom yang efisien adalah kolom yang
Nilai lempeng akan semakin tinggi jika ukuran kolom semakin panjang, hal ini
berarti proses pemisahan yang terjadi semakin baik. Hubungan proporsionalitas
antara nilai lempeng dengan panjang kolom disebut sebagai nilai HETP/High
Equivalent of a Theoretical Plate. Pengerjaan HPLC yang baik adalah
mendapatkan nilai HETP yang kecil untuk nilai N yang maksimum dan efisiensi
kolom yang tertinggi (Snyder, dkk., 2010).
Parameter yang dapat mempengaruhi nilai lempeng antara lain waktu
tambat puncak, ukuran partikel kolom, laju alir fase gerak, suhu kolom, viskositas
fase gerak dan berat molekul analit. FDA (Food and Drug Administration)
merekomendasikan agar tiap analisis KCKT yang valid mempunyai nilai lempeng
lebih besar dari 2000 (Meyer, 2010).
2.3.3.6 Resolusi
Resolusi merupakan derajat pemisahan dari dua puncak analit yang
bersebelahan (Ornaf dan Dong, 2005).
Harga resolusi yang semakin besar memiliki arti proses pemisahan
semakin bagus dan sebaliknya resolusi yang kecil merupakan pertanda proses
pemisahan yang buruk. Dua puncak yang tidak terpisah dengan sempurna namun
sudah dapat terlihat memiliki resolusi 1. Sedangkan bila kedua puncak yang saling
berdekatan terpisah sempurna tepat pada garis alas, resolusi bernilai 1,5. Oleh
karena itu pada analisis kuantitatif, resolusi yang ditunjukkan harus lebih besar
dari 1,5. Sementara bila kedua puncak memiliki perbedaan yang signifikan, maka
2.3.3.7 Faktor Ikutan dan Faktor Asimetri
Puncak kromatogram dalam kondisi ideal akan memperlihatkan bentuk
Gaussian dengan derajat simetris yang sempurna (Ornaf dan Dong, 2005). Namun
kenyataannya dalam praktik kromatografi, puncak yang simetris secara sempurna
jarang dijumpai. Jika diperhatikan dengan cermat, maka hampir setiap puncak
dalam kromatografi memperlihatkan tailing dalam derajat tertentu (Dolan, 2003).
Gambar 3 Tiga jenis puncak (Meyer,2010)
Ada dua cara yang digunakan untuk pengukuran derajat asimetris puncak,
yakni faktor ikutan dan faktor asimetri. Faktor ikutan/tailing factor (Tf) seperti
yang diterangkan dalam Farmakope Amerika Serikat Edisi Ketiga puluh dihitung
dengan menggunakan lebar puncak pada ketinggian 5% (W0,05), rumusnya
dituliskan sebagai berikut:
Dengan nilai a dan b merupakan setengah lebar puncak pada ketinggian 5%
[image:31.595.205.485.594.722.2]seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.
Sementara itu, faktor asimetri/asymmetry factor(As) dihitung dengan
rumus sebagai berikut:
Namun nilai a dan b dalam perhitungan faktor asimetri merupakan setengah lebar
puncak pada ketinggian 10% seperti yang ditunjukkan di Gambar 4. Jika nilai a
sama dengan b, maka faktor ikutan dan asimetri bernilai 1. Kondisi ini
menunjukkan bentuk puncak yang simetris sempurna (Dolan, 2003). Bila puncak
berbentuk tailing, maka kedua faktor ini akan bernilai lebih besar dari 1 dan
sebaliknya bila puncak berbentuk fronting, maka faktor ikutan dan asimetri akan
bernilai lebih kecil dari 1 (Hinshaw, 2004).
2.3.4 Instrumen KCKT
Instrumen KCKT tersusun atas 6 bagian dasar, yakni wadah fase gerak
(reservoir), pompa (pump), tempat injeksi sampel (injector), kolom (coloumn),
detector (detector) dan perekam (recorder) (McMaster, 2007). Ilustrasi instrument
dasar KCKT dapat dilihat pada Gambar 5.
[image:32.595.124.507.529.708.2]
Gambar 5 Instrumen Dasar KCKT (McMaster, 2007)
Injektor Pompa
Wadah Fase
Gerak
Detektor
Perekam Pembuangan
2.3.4.1 Wadah Fase Gerak
Wadah fase gerak harus bersih dan lembam (inert). Wadah pelarut kosong
ataupun labu laboratorium dapat digunakan sebagai wadah fase gerak. Wadah ini
biasanya dapat menampung fase gerak antara 1 sampai 2 liter pelarut. Fase gerak
sebelum digunakan harus dilakukan degassing (penghilangan gas) yang ada pada
fase gerak, sebab adanya gas akan berkumpul dengan komponen lain terutama
dipompa dan detektor sehingga akan mengacaukan analisis (Gandjar dan Rohman,
2007).
2.3.4.2 Pompa
Pompa yang cocok digunakan untuk KCKT adalah pompa yang
mempunyai syarat sebagaimana syarat wadah pelarut yakni : pompa harus inert
terhadap fase gerak. Bahan yang umum dipakai untuk pompa adalah gelas, baja
tahan karat, teflon, dan batu nilam. Pompa yang digunakan sebaiknya mampu
memberikan tekanan sampai 6000 psi dan mampu mengalirkan fase gerak dengan
kecepatan alir 0,1-10 ml/menit. Tujuan penggunaan pompa atau sistem
penghantaran fase gerak adalah untuk menjamin proses penghantaran fase gerak
berlangsung secara tepat, konstan dan bebas dari gangguan. Ada dua jenis pompa
dalam KCKT yaitu: pompa dengan tekanan konstan dan pompa dengan aliran fase
gerak yang konstan. Tipe pompa dengan aliran fase gerak yang konstan sejauh ini
lebih umum dibandingkan dengan tipe pompa dengan tekanan konstan (Gandjar
dan Rohman, 2007).
2.3.4.3 Injektor
a. Hentikan aliran/stop flow
Aliran dihentikan, injeksi dilakukan pada sistem tertutup dan aliran
dilanjutkan lagi. Teknik ini bisa digunakan karena difusi di dalam aliran kecil dan
resolusi tidak dipengaruhi.
b. Septum
Injektor-injektor langsung ke aliran fase gerak, umumnya sama dengan
yang digunakan pada kromatografi gas. Injektor ini dapat digunakan pada kinerja
sampai 60-70 atmosfir. Tetapi septum ini tidak tahan dengan semua
pelarut-pelarut kromatografi cair. Di samping itu, partikel kecil dari septum yang
terkoyak (akibat jarum injektor) dapat menyebabkan penyumbatan.
c. Katup putaran (loop valve)
Injektor ini umumnya digunakan untuk menginjeksi volume lebih besar
daripada 10 µl dan sekarang digunakan dengan cara automatis (dengan
adaptor khusus, volume-volume lebih kecil dapat diinjeksikan secara manual).
Pada posisi LOAD, sampel loop (cuplikan dalam putaran) diisi pada tekanan
atmosfir. Bila katup difungsikan, maka cuplikan di dalam putaran akan bergerak
[image:34.595.180.448.555.717.2]ke dalam kolom.
2.3.4.4 Kolom
Menurut Johnson dan Stevenson (1977), kolom adalah jantung
kromatografi. Berhasil atau gagalnya suatu analisis tergantung pada pemilihan
kolom dan kondisi percobaan yang sesuai. Kolom dapat dibagi menjadi dua
kelompok :
a. Kolom analitik : diameter khas adalah 2 – 6 mm. Panjang kolom
tergantung pada jenis kemasan. Untuk kemasan pellikular, panjang yang
umumnya adalah 50 – 100 cm. Untuk kemasan poros mikropartikulat,
umumnya 10 – 30 cm. Dewasa ini ada yang 5 cm.
b. Kolom preparatif : umumnya memiliki diameter 6 mm atau lebih besar
dan panjang kolom 25 – 100 cm.
2.3.4.5 Detektor
Suatu detektor dibutuhkan untuk mendeteksi adanya komponen cuplikan
dalam aliran yang keluar dari kolom. Detektor-detektor yang baik memiliki
sensitifitas yang tinggi, gangguan (noise) yang rendah, kisar respons linier yang
luas, dan memberi tanggapan/respon untuk semua tipe senyawa. Suatu kepekaan
yang rendah terhadap aliran dan temperatur sangat diinginkan, tetapi tidak selalu
dapat diperoleh (Johnson dan Stevenson, 1977).
Detektor yang paling banyak digunakan dalam kromatografi cair modern
kecepatan tinggi adalah detektor spektrofotometer UV 254 nm.
Bermacam-macam detektor dengan variasi panjang gelombang UV-Vis sekarang menjadi
populer karena mereka dapat digunakan untuk mendeteksi senyawa-senyawa
detektor ionisasi nyala, detektor elektrokimia dan lain-lain juga telah digunakan
(Johnson dan Stevenson, 1977).
2.3.4.6 Perekam
Alat pengumpul data seperti komputer, integrator, rekorder dihubungkan
dengan detektor. Alat ini akan mengukur sinyal elektronik yang dihasilkan oleh
detektor lalu mem-plotkannya sebagai suatu kromatogram yang selanjutnya dapat
dievaluasi oleh seorang analis (Rohman, 2009).
2.3.5 Fase Gerak
Dalam kromatografi cair komposisi pelarut atau fase gerak adalah satu
variabel yang mempengaruhi pemisahan. Terdapat keragaman yang luas dari fase
gerak yang digunakan dalam semua mode KCKT, tetapi ada beberapa sifat-sifat
yang diinginkan yang mana umumnya harus dipenuhi oleh semua fase gerak
(De Lux Putra, 2007).
Menurut Johnson dan Stevenson (1977), fase gerak harus:
• Murni, tidak ada pencemar/kontaminan
• Tidak bereaksi dengan pengemas
• Sesuai dengan detektor
• Melarutkan cuplikan
• Mempunyai viskositas rendah
• Tersedia di perdagangan dengan harga yang pantas
Umumnya, pelarut-pelarut dibuang setelah digunakan karena prosedur
pemurnian kembali membosankan dan mahal. Dari semua persyaratan di atas, 4
persyaratan pertama adalah yang paling penting. Gelembung udara (degassing)
detektor dapat menghasilkan banyak gangguan sehingga data tidak dapat
digunakan.
2.3.6 Fase Diam
Oktadesil silika (ODS atau C18) merupakan fase diam yang paling banyak
digunakan karena mampu memisahkan senyawa-senyawa dengan kepolaran yang
rendah, sedang maupun tinggi (Gandjar dan Rohman, 2007).
Sekarang ini, gel silika ODS atau fase-fase sejenis seperti gel silika oktil
digunakan untuk >80% analisis farmasi namun fase-fase lain hanya digunakan
jika diperlukan selektivitas khusus, misalnya untuk senyawa-senyawa yang sangat
mudah larut dalam air atau untuk pemisahan bioanalisis yang menjadi penting
karena matriks sampel tersebut menghasilkan banyak puncak yang
mengganggu (Watson, 2009).
2.3.7Elusi Gradien dan Isokratik
Menurut Gritter, dkk., (1985), elusi pada kromatografi cair kinerja
tinggi dapat dibagi menjadi dua sistem yaitu:
1. Sistem elusi isokratik
Pada sistem ini, elusi dilakukan dengan satu macam atau lebih fase
gerak dengan perbandingan tetap (komposisi fase gerak tetap selama elusi).
2. Sistem elusi gradien
Pada sistem ini, elusi dilakukan dengan campuran fase gerak yang
perbandingannya berubah-ubah dalam waktu tertentu (komposisi fase
gerak berubah-ubah selama elusi).
2.4 Validasi Metode
parameter tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium, untuk membuktikan
bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya
(Harmita, 2004).
Validasi metode menurut United States Pharmacopeia (USP) dilakukan
untuk menjamin bahwa metode analisis akurat, spesifik, reprodusibel dan tahan
pada kisaran analit yang akan dianalisis. Suatu metode analisis harus divalidasi
untuk verifikasi bahwa parameter-parameter kinerjanya cukup mampu untuk
mengatasi masalah dalam analisis. Parameter analisis yang ditentukan pada
validasi adalah akurasi, presisi, batas deteksi, batas kuantitasi, spesifikasi,
linieritas dan rentang, kekasaran (Ruggedness) dan ketahanan (Robutness).
2.4.1 Akurasi (Kecermatan)
Akurasi merupakan ketelitian metode analisis atau kedekatan antara nilai
terukur dengan nilai sebenarnya. Akurasi dinyatakan dalam persen perolehan
kembali (% recovery) (Harmita, 2004).
2.4.2 Presisi (Keseksamaan)
Presisi merupakan ukuran keterulangan metode analisis yang diperoleh
dari beberapa kali pengukuran pada sampel yang sama dan biasanya diekspresikan
sebagai Relatif Standar Deviasi (RSD) (Gandjar dan Rohman, 2007).
2.4.3 Batas Deteksi (limit of detection, LOD)
Batas deteksi (limit of detection, LOD) didefinisikan sebagai konsentrasi
analit terendah dalam sampel yang masih dapat dideteksi, meskipun tidak selalu
dapat dikuantifikasi. LOD merupakan batas uji yang secara spesifik menyatakan
2.4.4 Batas Kuantitasi (limit of quantitation, LOQ)
Batas kuantitasi (limit of quantitation, LOQ) didefinisikan sebagai
konsentrasi analit terendah dalam sampel yang dapat ditentukan dengan presisi
dan akurasi yang dapat diterima pada kondisi operasional metode yang digunakan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara pada bulan Februari sampai Mei tahun 2013.
3.2 Alat-alat
Alat – alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah spektrofotometer
UV-Visible (UV-1800, Shimadzu), seperangkat instrumen KCKT lengkap (Shimadzu)
dengan pompa, degasser, penyuntik mikroliter (50µl), kolom VP-ODS (250 x 4,6
mm), detektor UV-Vis, wadah fase gerak, vial, Sonifikator (Branson 1510),
pompa vakum (Gast DOA – P604 – BN), neraca analitik (Mettler Toledo),
membrane filter PTFE 0,5 µm dan 0,2 µm, cellulose nitrate membran filter 0,45
µm.
3.3 Bahan-bahan
Bahan-bahan yang digunakan adalah metanol grade for HPLC (E.Merck®),
akuabides (PT Ikapharmindo Putramas), domperidone maleat BPFI, domperidone
baku pabrik, tablet Dometa® (PT Ikapharmindo Putramas), tablet Motilium™
(Janssen-Cilag), tablet Vomitas® (PT Kalbe Farma), tablet Vosedon® (PT Sanbe
Farma), tablet domperidone generik produksi: PT Indofarma, PT Novell, PT Dexa
3.4 Pengambilan Sampel
Proses sampling dilakukan dengan menggunakan rumus:
�= √�+ 1
Keterangan: n = jumlah sampel yang diteliti N = jumlah sampel dalam populasi
Pemilihan sampel yang akan dianalisis dilakukan dengan cara pemilihan
secara acak (random sampling) (Nickerson, 2011; Torbeck, 2009).
Dari survey yang dilakukan, terdapat 4 nama generic dan 10 nama
dagang tablet domperidone. Karena hanya terdapat 4 nama generik, maka
semuanya diteliti, sedangkan untuk sampel nama dagang, jumlah yang diteliti:
� =√10 + 1
n = 4,16
n = 4 sampel
Sehingga sampel yang diteliti berjumlah 8 sampel yaitu 4 nama
generik dan 4 nama dagang.
3.5 Prosedur Penelitian
3.5.1 Pembuatan Fase Gerak
Metanol 500 ml disaring dengan menggunakan membran filter PTFE 0,5
µm dan diawaudarakan selama 30 menit. Akuabides 500 ml disaring dengan
menggunakan cellulose nitrate membrane filter 0,45 µm dan diawaudarakan
3.5.2 Prosedur Analisis
3.5.2.1 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
Dibuat larutan baku domperidone dengan konsentrasi 20 µg/ml dengan
menggunakan pelarut campuran air dan metanol, kemudian diukur pada panjang
gelombang 200 – 400 nm.
3.5.2.2 Penyiapan KCKT
Masing-masing unit diatur, kolom yang digunakan VP-ODS (250 x 4,6
mm), detektor UV-Vis dan dideteksi pada panjang gelombang yang diperoleh.
Setelah alat KCKT dihidupkan, maka pompa dijalankan dan fase gerak dibiarkan
mengalir selama 30 menit dengan laju alir 1 ml/menit sampai diperoleh garis alas
yang datar, menandakan sistem tersebut telah stabil.
3.5.2.3 Penentuan Perbandingan Fase Gerak yang Optimum
Pada kondisi kromatografi komposisi fase gerak divariasikan untuk
mendapatkan hasil analisis yang optimum. Sebelumnya, peneliti telah melakukan
orientasi menggunakan fase gerak yang dilakukan Suparna, dkk (2012) yaitu
air:metanol (55:45) v/v, tetapi kromatogram yang di hasilkan tidak dapat
digunakan (tidak terdapat puncak). Dari hasil orientasi yang dilakukan, diketahui
untuk memperoleh puncak yang lebih stabil maka jumlah metanol dalam
perbandingan fase gerak harus ditingkatkan. Perbandingan fase gerak metanol:air
yang divariasikan adalah 95:5, 90:10, 85:15 v/v dengan laju alir 1 ml/menit.
3.5.3 Analisis Kualitatif Menggunakan KCKT
3.5.3.1 Uji Identifikasi Domperidone Menggunakan KCKT
Sampel dan bahan baku domperidone masing-masing dengan konsentrasi
perbandingan fase gerak serta panjang gelombang yang diperoleh. Sampel
dinyatakan mengandung domperidone dengan membandingkan waktu retensi
bahan baku domperidone dan waktu retensi sampel. Selanjutnya untuk identifikasi
lanjutan, pada larutan sampel domperidone ditambahkan sedikit larutan baku
domperidone (spiking) kemudian diinjeksikan dan dianalisa kembali pada kondisi
KCKT yang sama.
3.5.4 Analisis Kuantitatif
3.5.4.1 Pembuatan Larutan Induk Baku Domperidone
Ditimbang seksama sejumlah 12,7 mg domperidone maleat (setara dengan
10 mg domperidone), dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml, dilarutkan dan
diencerkan dengan metanol hingga garis tanda sehingga diperoleh larutan dengan
konsentrasi 100 µg/ml (LIB I).
3.5.4.2 Pembuatan Kurva Kalibrasi Domperidone
Dipipet LIB I sebanyak 2,5 ml; 5,0 ml; 7,5 ml; 10,0 ml; 12,5 ml; dan 15,0
ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, diencerkan dengan metanol hingga
garis tanda. Kocok sehingga diperoleh konsentrasi 5,0 µg/ml, 10,0 µg/ml, 15,0
µg/ml, 20,0 µg/ml 25,0 µg/ml, dan 30,0 µg/ml. Kemudian masing-masing larutan
disaring dengan membran filter PTFE 0,2 µm, dan diinjeksikan ke sistem KCKT
sebanyak 20 µl dan dideteksi pada panjang gelombang yang diperoleh. Dari luas
area yang diperoleh pada kromatogram dibuat kurva kalibrasi kemudian dihitung
3.5.4.3 Penetapan Kadar Sampel
Ditimbang berat 20 tablet, kemudian digerus homogen dan ditimbang
seksama sejumlah serbuk setara dengan 20 mg domperidone, lalu dimasukkan ke
dalam labu tentukur 100 ml, dilarutkan dan dicukupkan dengan metanol hingga
garis tanda sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 200 µg/ml, dikocok
selama 5 menit, kemudian disaring dengan kertas saring, 5 ml filtrat pertama
dibuang. Dipipet 5 ml filtrat, dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, dan
dicukupkan hingga garis tanda sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 20
µg/ml. Dikocok 5 menit lalu disaring dengan membran filter PTFE 0,2 µm.
Diinjeksikan sebanyak 20 µl ke sistem KCKT. Dilakukan sebanyak 6 kali
pengulangan untuk setiap sampel.
Kadar dapat dihitung dengan mensubstitusikan luas area sampel pada Y
dari persamaan regresi : Y = aX + b.
3.5.4.4 Analisis Data Penetapan Kadar Secara Statistik
Data perhitungan kadar dianalisis secara statistik menggunakan uji t.
Menurut Harmita (2004), rumus yang digunakan untuk menghitung Standar
Deviasi (SD) adalah :
1 ) ( 2 − − =
∑
n X X SDKadar dapat dihitung dengan persamaan garis regresi dan untuk
menentukan data diterima atau ditolak digunakan rumus:
Dasar penolakan apabila t hitung ≥ t tabel , pada taraf kepercayaan 99%
dengan nilai α = 0,01, dk = n – 1.
Keterangan : SD = Standar deviasi X = Kadar
X = Kadar rata-rata n = Jumlah pengulangan
Menurut Wibisono (2005), untuk mencari kadar sebenarnya dapat
digunakan rumus:
n SD x t
X (1 1/2α)dk µ= ± −
Keterangan: μ = Kadar sebenarnya
X = Kadar sampel
n = Jumlah pengulangan
t = Harga ttabel sesuai dengan derajat kepercayaan dk = Derajat kebebasan
3.5.5 Validasi Metode
3.5.5.1 Akurasi (kecermatan)
Ditimbang berat 20 tablet kemudian ditentukan pada rentang spesifik 80%,
100%, dan 120% terhadap berat yang sama seperti pada penetapan kadar sampel
yaitu setara 20 mg domperidone. Ditimbang serbuk yang mengandung 70% analit
dari rentang spesifik lalu dilakukan prosedur yang sama seperti pada penetapan
kadar sampel. Ditimbang lagi serbuk yang mengandung 70% analit rentang
spesifik dan 30% bahan baku lalu dilakukan prosedur yang sama seperti pada
penetapan kadar sampel. Dilakukan 3 kali replikasi untuk masing-masing rentang
Menurut Harmita (2004), hasil dinyatakan dalam persen perolehan
kembali (% recovery). Persen perolehan kembali dapat dihitung dengan rumus:
% Perolehan kembali =
A A F C C C * −
x 100 %
Keterangan : CF = konsentrasi sampel dengan penambaham baku yang diperoleh dari pengukuran (µg/ml)
CA = konsentrasi sampel (µg/ml)
C*A = konsentrasi analit yang ditambahkan (µg/ml)
3.5.5.2 Presisi (keseksamaan)
Untuk menguji data presisi (RSD), diambil rata-rata % perolehan kembali
(9 kali replikasi) kemudian dihitung standar deviasi. Setelah itu, dihitung % RSD
dengan cara standar deviasi dibagi rata-rata dari % perolehan kembali kemudian
dikali 100%.
Menurut Gandjar dan Rohman (2007), nilai RSD dirumuskan dengan:
% 100 x X SD RSD= Keterangan:
RSD = Relatif Standar Deviasi (%) SD = Standar deviasi
X = Kadar rata-rata sampel
Nilai SD dihitung dengan :
SD =
(
(
)
)
2 1 − −
∑
n X XDimana : X = nilai dari masing-masing pengukuran
3.5.5.3 Batas Deteksi (LOD) dan Batas Kuantitasi (LOQ)
Nilai batas deteksi (LOD) dan batas kuantitasi (LOQ) dihitung dari
persamaan regresi yang diperoleh dari kurva kalibrasi. Menurut Ephstein (2004),
Batas Deteksi (Limit Of Detection/ LOD) dan Batas Kuantitasi (Limit Of
Quantitation/ LOQ) dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
2 ) ( /
2
− −
=
∑
n Yi Y x
Sy
Slope x Sy x
LOD=3 /
Slope x Sy x
LOQ=10 /
Keterangan:
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
Sebelum dilakukan penetapan kadar dengan menggunakan metode KCKT,
terlebih dahulu dilakukan penentuan panjang gelombang maksimum. Oleh karena
harga A11 dari domperidone tidak terdapat dalam literatur, maka konsentrasi yang
digunakan sesuai dengan konsentrasi pada penetapan kadar sampel yaitu 20 µg/ml
dan diukur pada panjang gelombang 200-400 nm. Kurva serapan domperidone
[image:48.595.115.494.354.593.2]dapat dilihat pada Gambar 7 dan Tabel 1.
Gambar 7 Kurva Serapan Domperidone Baku dengan konsentrasi 20 µg/ml
Tabel 1 Data Absorbansi dari Kurva Serapan Maksimum
No. Panjang Gelombang (nm) Absorbansi
1 285,20 0,677
Dari Gambar di atas, dapat dilihat bahwa kurva serapan domperidone baku
pada panjang gelombang 285 nm, maka panjang gelombang yang
digunakan adalah 285 nm, karena panjang gelombang tersebut sesuai dengan
panjang gelombang domperidone yang tedapat dalam USP MC. (USP, 2012).
4.2 Optimasi Komposisi Fase Gerak Metanol:Air
Pada penelitian ini dilakukan optimasi untuk mendapatkan kondisi
kromatografi yang optimal. Adapun perbandingan fase gerak yang dioptimasi
adalah metanol:air dengan perbandingan 95:5, 90:10, 85:15 v/v, menggunakan
kolom VP-ODS (250 x 4,6 mm) pada laju alir 1 ml/menit, deteksi dilakukan pada
[image:49.595.118.512.379.644.2]panjang gelombang 285 nm. Kromatogram yang diperoleh dapat dilihat pada
Gambar 8, Gambar 9, dan Gambar 10.
Gambar 9 Kromatogram domperidone menggunakan kolom VP-ODS (250 x 4,6 mm) Perbandingan Fase Gerak Metanol:Air (90:10) v/v
[image:50.595.116.513.414.674.2]Dari kromatogram tersebut, diperoleh perbandingan fase gerak yang
paling optimal menggunakan kolom VP-ODS (250 x 4,6 mm) yaitu pada
perbandingan fase gerak metanol:air (90:10) v/v. Pemilihan fase gerak ini
didasarkan pada faktor tailing lebih kecil dari 2, nilai theoretical plate lebih besar
dari 2000 serta puncak senyawa obat yang tidak terganggu oleh puncak pengotor
lain.
4.3 Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif domperidone ditentukan dengan parameter waktu
retensi, yaitu dengan cara membandingkan waktu retensi bahan baku dengan
[image:51.595.117.509.384.677.2]waktu retensi sampel. Hasil kromatogram dapat dilihat pada Gambar 11 dan
Gambar 12.
Gambar 12 Kromatogram tablet domperidone secara KCKT menggunakan kolom VP-ODS (250 x 4,6 mm) Perbandingan Fase Gerak Metanol:Air (90:10) v/v
Dari kromatogram di atas dapat dilihat bahwa waktu retensi domperidone
baku sama dengan waktu retensi domperidone dalam sediaan tablet, yaitu 3,9
menit. Hal ini berarti sampel yang ditentukan mengandung domperidone.
Selanjutnya untuk dapat memastikan kebenaran analisa sampel
mengandung domperidone maka dilakukan spiking yaitu menambahkan bahan
baku domperidone ke dalam sampel dan ditentukan secara KCKT. Hasil
[image:52.595.116.510.86.365.2]Gambar 13 Kromatogram tablet domperidone sebelum penambahan baku secara KCKT menggunakan kolom VP-ODS (250 x 4,6 mm) Perbandingan Fase Gerak Metanol:Air (90:10) v/v
[image:53.595.119.510.428.745.2]
Dari kromatogram di atas dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan luas area
dan tinggi puncak pada kromatogram setelah penambahan baku dibandingkan
dengan sebelum penambahan bahan baku maka dapat diambil kesimpulan sampel
mengandung domperidone (Johnson dan Stevenson, 1977).
4.4 Analisis Kuantitatif
4.4.1 Penentuan Kurva Kalibrasi
Dari hasil penentuan kurva kalibrasi domperidone baku yang ditentukan
berdasarkan luas area pada konsentrasi 5,0 µg/ml, 10,0 µg/ml, 15,0 µg/ml, 20,0
µg/ml, 25,0 µg/ml, 30,0 µg/ml diperoleh hubungan yang linier dengan koefisien
korelasi, r = 0,9997 dan persamaan regresi Y = 40556,61086 X + 23411,227.
Nilai r ≥ 0,995 menunjukkan adanya korelasi linier yang menyatakan adanya
hubungan antara X dan Y (Moffat, dkk., 2005). Hasil penentuan kurva kalibrasi
[image:54.595.196.435.446.681.2]dapat dilihat pada Gambar 15di bawah ini.
4.4.2 Penetapan Kadar Domperidone Dalam Sampel
Setelah diperoleh kadar domperidone pada setiap perlakuan dalam
masing-masing sampel, data tersebut dianalisis secara statistik menggunakan uji t untuk
memperoleh kadar sebenarnya. Hasil penetapan kadar domperidone dalam
sediaan tablet dengan nama generik dan nama dagang dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Hasil penetapan kadar domperidone dalam sediaan tablet dengan nama generik dan nama dagang
Dalam perdagangan, sediaan tablet domperidone dengan nama dagang
mempunyai harga dapat 5 sampai 10 kali lebih mahal dibandingkan dengan nama
generik. Hasil analisis menunjukkan bahwa kadar sediaan domperidone tablet
baik nama generik maupun nama dagang yang ditentukan berdasarkan luas area,
keseluruhannya memenuhi persyaratan British Pharmacopoeia (2009) yaitu
mengandung domperidone tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 105,0%
dari jumlah yang tertera pada etiket.
4.5 Hasil Uji Validasi
Pada penelitian ini dilakukan uji validasi metode dengan metode standar
adisi terhadap sampel tablet domperidone (PT Novell) yang meliputi uji akurasi
No Nama Sediaan Kadar (%)
1 Tablet Domperidone Generik (PT Indofarma) 96,60 ± 0,56
2 Tablet Domperidone Generik (PT Novell) 103,04 ± 0,47
3 Tablet Domperidone Generik (PT Dexa Medica) 100,25 ± 0,35
4 Tablet Domperidone Generik (PT Bernofarm) 96,42 ± 0,5
5 Tablet Dometa® (PT Ikapharmindo Putramas) 104,38 ± 0,22
6 Tablet Motilium™ (Janssen-Cilag) 96,81 ± 0,27
7 Tablet Vomitas® (PT Kalbe Farma) 96,97 ± 0,34
[image:55.595.117.513.257.470.2]dengan parameter % recovery dan uji presisi dengan parameter RSD (Relative
Standard Deviasi), LOD (Limit of Detection) dan LOQ (Limit of Quantitation).
Uji akurasi dengan parameter % recovery dilakukan dengan membuat tiga
konsentrasi analit dengan rentang spesifik 80%, 100%, dan 120%, masing-
masing dengan tiga replikasi dan setiap rentang spesifik mengandung 70% analit
dan 30% baku pembanding (Harmita, 2004).
Data hasil ujivalidasi, parameter akurasi dan presisi domperidone dengan
metode adisi standar dapat dilihat padaTabel 3. Perhitungan % Recovery dengan
Metode Adisi Standar dapat dilihat pada Lampiran 3.
Tabel 3 Hasil Pengujian Validasi, dengan parameter Akurasi, Presisi, Batas Deteksi (LOD), Batas Kuantitasi (LOQ) pada Tablet Domperidone Generik (PT Novell)
N o Rentan g Spesifik (%) Baku yang ditamba h-kan (µg/ml)
Luas Area Konsentrasi (µg/ml)
Recovery (%) Sebelum Penamb ah-an Sesudah Penamb ah-an Sebelum Penamb ah-an Setelah Penamb ah -an
1 80 4,7649 510565 702256 12,0116 16,7382 99,20
2 80 4,7649 506292 699944 11,9064 16,6812 100,21
3 80 4,7649 516202 708084 12,1507 16,8819 99,29
4 100 5,9562 594095 836271 14,0713 20,0426 100,25
5 100 5,9562 597606 841312 14,1579 20,1669 100,89
6 100 5,9562 599368 838567 14,2013 20,0992 99,02
7 120 7,1474 740686 1031429 17,6858 24,8546 100,30
8 120 7,1474 741312 1032808 17,7012 24,8886 100,56
9 120 7,1474 738173 1025695 17,6238 24,7132 99,19
Dari Tabel 3 diperoleh hasil pengujian akurasi dengan kadar rata-rata %
recovery 99,88%. Hasil ini dapat diterima karena memenuhi syarat uji akurasi,
bahwa rentang rata-rata % recovery ialah 98-102%. Maka dapat disimpulkan
bahwa metode ini mempunyai akurasi yang baik (Epshtein, 2004).
Hasil uji presisi dengan parameter RSD (Relative Standard Deviasi)
diperoleh 0,71%, persyaratan nilai RSD yang ditentukan adalah < 2%. Maka dapat
disimpulkan bahwa metode analisis mempunyai presisi yang baik (Harmita,
2004).
Batas deteksi dan batas kuantitasi dihitung dari persamaan regresi yang
diperoleh dalam kurva kalibrasi. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai LOD
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Penetapan kadar Domperidone dalam sediaan tablet dapat dilakukan
secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) menggunakankolom VP-ODS
(250 x 4,6 mm) dengan perbandingan fase gerak metanol:air (90:10) v/v, laju alir
1 ml/ menit, dan dideteksi pada panjang gelombang 285 nm.
Kadar domperidone dalam tablet yang dianalisis dari sediaan yang
terdapat di pasaran dengan kondisi kromatografi yang terpilih diperoleh hasil yang
memenuhi persyaratan kadar pada British Pharmacopoeia (2009) yaitu
mengandung domperidone tidak kurang dari 95,0 % dan tidak lebih dari 105,0 %
dari jumlah yang tertera pada etiket.
5.2 Saran
Disarankan agar dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap penetapan
kadar domperidone dalam sediaan farmasi lainnya secara KCKT dengan fase
DAFTAR PUSTAKA
British Pharmacopoeia. (2009). British Pharmacopoeia. Volume 1 & 2. London: The British Pharmacopoeia Commission. Hal. 2091-2095, 8702-8704.
De Lux Putra, E. (2007). Dasar-Dasar Kromatografi Gas & Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Medan: Fakultas Farmasi USU. Hal. 82-91.
Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia Edisi ke IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hal. 1009.
Dolan, J.W. (2003). Why Do Peaks Tail? LC GC North America 21(7): 612-616.
Epshtein, N.A. (2004). Validation of HPLC Techniques for Pharmaceutical Analysis. Pharmaceutical Chemistry Journal. 38(4): 212 – 228.
Gandjar, I.G., dan Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal. 378-390, 456-473.
Gritter, R.J., Bobbit, J.M., dan Schwarting, A.E. (1985). Introduction to Chromatography. Terjemahan Kosasih Padmawinata (1991). Pengantar Kromatografi. Edisi II. Bandung: Penerbit ITB. Hal. 14-18.
Harmita. (2004). Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungannya. Majalah Ilmu Kefarmasian. 1(3): 117-135.
Hinshaw, J.V. (2004). Anatomy of a Peak. LC GC North America 22(3): 252- 260.
Johnson, E.L., dan Stevenson, R. (1977). Basic Liquid Chromatography. Terjemahan Kosasih Padmawinata (1991). Dasar Kromatografi Cair. Bandung: Penerbit ITB. Hal. 1-14, 278-279.
McMaster, M.C. (2007). HPLC A Practical User’s Guide. Edisi Kedua. New Jersey: John Wiley and Sons Inc. Hal. 106.
Meyer, V.R. (2010). Practical High-Performance Liquid Chromatography. Edisi ke-5. Chichester:John Wiley and Sons Inc. Hal. 19-42.
Moffat, A.C., Osselton, M.D., da