Fahma Sari : Penetapan Kadar Ciprofloxacin Dalam Sediaan Kaplet Dengan Nama Dagang Dan Generik Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, 2009.
PENETAPAN KADAR CIPROFLOXACIN DALAM SEDIAAN KAPLET DENGAN NAMA DAGANG DAN GENERIK SECARA
KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI
SKRIPSI
OLEH: FAHMA SARI NIM: 071524022
PROGRAM EKSTENSI SARJANA FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Fahma Sari : Penetapan Kadar Ciprofloxacin Dalam Sediaan Kaplet Dengan Nama Dagang Dan Generik Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, 2009.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada ALLAH SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat meyelesaikan praktikum
biofarmasi dan penulisan Skripsi ini.
Melalui tulisan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof.Dr.Effendy De Lux PutraSU.,Apt selaku pembimbing I yang telah
membimbing saya dari awal penelitian hingga selesainya skripsi ini.
2. Drs.Muchlisyam,Msi.,Apt selaku pembimbing II yang telah membimbing saya
dari awal penelitian hingga selesainya skripsi ini.
3. Prof.Dr.Sumadio Hadisahputra,Apt selaku dekan Fakultas Farmasi USU, yang
telah memberikan saya kesempatan untuk melakukan penelitian ini.
4. M.Akhir dan fatimah selaku orang tua saya yang selalu memberikan kasih
sayang dan semangat buat saya dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Rekan-rekan mahasiswa jurusan Farmasi khususnya stambuk 2007 yang tidak
dapat disebutkan satu per satu atas bantuan dan kerjasama yang baik sehingga
dapat menyelesaikan praktikum dan penulisan laporan ini.
Akhirnya penulis berharap semoga Skripsi ini dapat menjadi sumbangan
yang berarti bagi ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu farmasi pada khususnya.
Medan, Agustus 2009
Fahma Sari : Penetapan Kadar Ciprofloxacin Dalam Sediaan Kaplet Dengan Nama Dagang Dan Generik Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, 2009.
Penetapan kadar Ciprofloxacin dalam sediaan kaplet dengan nama dagang dan generik secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
Abstrak
Ciprofloxacin adalah antibiotik yang berasal dari golongan Fluoroquinolon. Ciprofloxacin diindikasikan untuk pengobatan infeksi saluran kemih yang disebabkan oleh kuman - kuman yang multi resisten dan Pseudomonas Auroginosa. Kadarnya dapat ditentukan secara Kromatografi Cair
Kinerja Tinggi.
Dalam penelitian ini dilakukan penetapan kadar Ciprofloxacin dalam sediaan kaplet dengan nama dagang dan generik secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi ( KCKT ) metode fase balik menggunakan kolom VP-ODS ( 4,6 mm x 25 cm ), fase gerak yang digunakan campuran larutan asam fosfat 0,025 M : Acetonitril ( 80:20 ), laju alir 1,5 ml/menit dan pengukuran dilakukan pada panjang gelombang 278 nm.
Hasil uji identifikasi yang dilakukan terhadap Ciprofloxacin HCl BPFI, kaplet Ciprofloxacin dengan nama dagang dan generik diperoleh puncak dengan waktu tambat rata-rata 2,9 menit.
Luas puncak dengan konsentrasi, pada berbagai konsentrasi dengan koefisien korelasi (r) = 0,9993 dan dari hasil perhitungan diperoleh persamaan regresi Y = 76080,88 X + 2385291,75.
Hasil penelitian diperoleh kadar Ciprofloxacin sebenarnya berdasarkan luas puncak dari sediaan kaplet dangan nama dagang produksi Industri Farmasi : 104,51 ± 1,37% ( PT. Indofarma ), 104,03 ± 0,52% ( PT. Novell ), 104,02 ± 0,33% ( Sanbe ), dan dengan dagang Floxigra 95,11 ± 0,02% ( PT. Grahafarma ), Floxifar 103,09 ± 1,12% ( PT. Ifars ), Lapiflok 105,25 ± 0,73% ( PT. Lapi ), Viflox 107,12 ± 0,89% ( PT. Tropicana Mas Pharmaceutical ).
Kadar yang diperoleh dari hasil percobaan untuk sediaan kaplet yang ditentukan berdasarkan pengukuran luas puncak keseluruhannya memenuhi persyaratan kadar yang tertera dalam USP 30.
Fahma Sari : Penetapan Kadar Ciprofloxacin Dalam Sediaan Kaplet Dengan Nama Dagang Dan Generik Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, 2009.
The determine of Ciprofloxacin grade in caplet with brand and generic name by High Performance Liquid Chromatography.
Abstract
Ciprofloxacin is an antibiotic of fluoroquinolon group. Ciprofloxacin is indicated to cure track infection caused by bacterials, that multi resisten and Pseudomonas Auroginosa, the grade could be determined by high performance
liquid chromatography.
This research is done determine grade of Ciprofloxacin in caplet with brand and generic name by high performance liquid chromatography, ( KCKT ) with reverse phase method use column VP-DOS ( 4,6 mm x 25 cm ) mobile phase is used mix phosfat acid 0,025 M : Acetonitril ( 80:20 ) , Flow rate 1,5 ml/menit
and measuring is done at ; 278 nm.
The result of identification test is done for Ciprofloxacin HCl BPFI caplet Ciprofloxacin with brand and generic name is gotton peak with retention time average 2,9 minutes.
Peak area with concentration at several concentration with coorelation coefision (r) = 0,9993 and the result of account is gotten regression aquation Y= 76080,88 X + 2385291,75.
The result of research is gotten truly Ciprofloxacin grade base on peak are or caplet with generic pharmacy Industrial production : 104,51 ± 1,37% (PT. Indofarma), 104,03 ± 0,52% ( PT. Novel ), 104,02 ± 0,33% (PT. Sanbe ), and with brand name Floxigra 95,11 ± 0,02% ( PT. Graha farma ), Floxifar 103,09 ± 1,12% ( PT. Ifars ), Lapiflox 105,25 ± 0,739% ( PT. Lapi ) piflox 107,12 ± 0,89% ( PT. Tropica Mas Pharmaceutical ).
The grade is gotten of practical result for tablet that determinedbased on measuring all peak area is suitable in USP 30 condition.
Fahma Sari : Penetapan Kadar Ciprofloxacin Dalam Sediaan Kaplet Dengan Nama Dagang Dan Generik Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, 2009.
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
ABSTRAK ... iii
ABSTRACT ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 3
1.3 Hipotesis ... 3
1.4 Tujuan ... 3
1.5 Manfaat ... 4
BAB II METODOLOGI PENELITIAN ... 5
2.1 Waktu dan Tempat Penelitian ... 5
2.2 Alat - alat ... 5
2.3 Bahan - bahan... 5
2.4 Pengambilan Sampel dan Pengolahan Sampel ... 5
2.6 Pola Penelitian ... 6
2.5.1 Pembuatan Fase Gerak Asam Posfat 0,25 M : Acetonitrril ... 6
Fahma Sari : Penetapan Kadar Ciprofloxacin Dalam Sediaan Kaplet Dengan Nama Dagang Dan Generik Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, 2009.
2.5.3 Penentuan Garis Alas ... 6
2.5.4 Penentuan Kualitatif... 6
2.5.5 Penentuan Kuantitatif ... 7
2.5.5.1 Pembuatan Larutan Induk Baku Ciprofloxacin HCl BPFI ... 7
2.5.5.2 Pembuatan Kurva Kalibrasi Ciprofloxacin HCl BPFI ... 7
2.5.5.3 Penetapan Kadar Sampel ... 7
2.5.5.4 Penentuan Limit Of Detection (LOD) dan Limit Of Quantitation (LOQ) ... 8
2.5.5.5 Analisa Statistik ... 8
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ... 10
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN... 16
4.1 Kesimpulan ... 16
4.2 Saran ... 16
DAFTAR PUSTAKA ... 17
Fahma Sari : Penetapan Kadar Ciprofloxacin Dalam Sediaan Kaplet Dengan Nama Dagang Dan Generik Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, 2009.
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Nilai Qkritis pada Taraf Kepercayaan 99% ... 9
Tabel 2 Hasil Pengolahan Data dari Sediaan Tablet Ciprofloxacin ... 14
Tabel 3 Data Kadar Ciprofloxacin dalam Sediaan Tablet dengan Nama
Fahma Sari : Penetapan Kadar Ciprofloxacin Dalam Sediaan Kaplet Dengan Nama Dagang Dan Generik Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, 2009.
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Kromatogram dari Larutan Ciprofloxacin HCl BPFI
pada Konsentrasi 200 mcg/ml yang dianalisa secara KCKT pada 278 nm, kolom VP – ODS (4,6 mm x 25 cm),
Fase Gerak Larutan Asam Posfat pH 3 dan Acetonitril (80:20), Laju Alir 1,5 ml/menit ... 11
Gambar 2 Kurva Kalibrasi Ciprofloxacin HCl BPFI
Fahma Sari : Penetapan Kadar Ciprofloxacin Dalam Sediaan Kaplet Dengan Nama Dagang Dan Generik Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, 2009.
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Gambar Alat KCKT dan Syringe 100 µ l ... 18
Lampiran 2 Gambar Alat ultrasonoc cleaner dan penyaring ... 19
Lampiran 3 Kromatogram dari Larutan Ciprofloxacin HCl BPFI Konsentrasi 200 mcg/ml, Fase Gerak
Asam Posfat : Acetonitril (87:13) ... 20
Lampiran 4 Kromatogram dari Larutan Ciprofloxacin HCl BPFI Konsentrasi 200 mcg/ml, Fase Gerak
Asam Posfat : Acetonitril (80:20) ... 21
Lampiran 5 Kromatogram dari Larutan Ciprofloxacin HCl BPFI
Konsentrasi 50 mcg/ml ... 22
Lampiran 6 Kromatogram dari Larutan Ciprofloxacin HCl BPFI
Konsentrasi 100 mcg/ml ... 22
Lampiran 7 Kromatogram dari Larutan Ciprofloxacin HCl BPFI
Konsentrasi 200 mcg/ml ... 23
Lampiran 8 Kromatogram dari Larutan Ciprofloxacin HCl BPFI
Konsentrasi 250 mcg/ml ... 23
Lampiran 9 Perhitungan Persamaan Regresi dari Kurva Kalibrasi Ciprofloxacin HCl BPFI yang Diperoleh seccara KCKT
pada 278 nm ... 24
Fahma Sari : Penetapan Kadar Ciprofloxacin Dalam Sediaan Kaplet Dengan Nama Dagang Dan Generik Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, 2009.
dan Limit Of Quantitation (LOQ) Ciprofloxacin ... 26
Lampiran 11 Kromatogram dari Larutan Tablet Ciprofloxacin
(PT Indofarma) ... 27
Lampiran 12 Analisa Data Statistik untuk Mencari Kadar Sebenarnya dari Penyuntikan Larutan Ciprofloxacin (PT Indofarma)
secara KCKT ... 30
Lampiran 13 Kromatogram dari Larutan Tablet Ciprofloxacin (PT Novell) 31
Lampiran 14 Analisa Data Statistik untuk Mencari Kadar Sebenarnya dari Penyuntikan Larutan Ciprofloxacin (PT Novell)
secara KCKT ... 34
Lampiran 15 Kromatogram dari Larutan Tablet Ciprofloxacin (PT Sanbe) . 35 Lampiran 16 Analisa Data Statistik untuk Mencari Kadar Sebenarnya
dari Penyuntikan Larutan Ciprofloxacin (PT Sanbe)
secara KCKT ... 38
Lampiran 17 Kromatogram dari Larutan Tablet Floxigra
(PT Graha Farma) ... 39
Lampiran 18 Analisa Data Statistik untuk Mencari Kadar Sebenarnya dari Penyuntikan Larutan Floxigra (PT Graha Farma)
secara KCKT ... 42
Lampiran 19 Kromatogram dari Larutan Tablet Floxifar (PT Ifars)... 43
Lampiran 20 Analisa Data Statistik untuk Mencari Kadar Sebenarnya dari Penyuntikan Larutan Floxifar (PT Ifar)
Fahma Sari : Penetapan Kadar Ciprofloxacin Dalam Sediaan Kaplet Dengan Nama Dagang Dan Generik Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, 2009.
Lampiran 21 Kromatogram dari Larutan Tablet Lapiflok (PT Lapi) ... 47
Lampiran 22 Analisa Data Statistik untuk Mencari Kadar Sebenarnya dari Penyuntikan Larutan Floxifar (PT Lapi)
secara KCKT ... 50
Lampiran 23 Kromatogram dari Larutan Tablet Viflox
(PT Tropika Mas Parmaceutikal) ... 51
Lampiran 24 Analisa Data Statistik untuk Mencari Kadar Sebenarnya dari Penyuntikan Larutan Viflox
(PT Tropika Mas Parmaceutical ) ... 54 secara KCKT
Lampiran 25 Contoh Perhitungan Penimbangan Sampel... 55
Lampiran 26 Contoh Perhitungan Mencari Kadar Ciprofloxacin... 56
Fahma Sari : Penetapan Kadar Ciprofloxacin Dalam Sediaan Kaplet Dengan Nama Dagang Dan Generik Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, 2009.
BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Antibiotik adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman,
sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil.
Menurut USP 30 (2007) kaplet Ciprofloxacin ditentukan secara
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi menggunakan kolom VP-ODS (4,6mm x 25cm) Dengan fase gerak campuran asam fosfat dan asetonitril (87:13) volume penyuntikan 10 µ l dan deteksi dilakukan pada panjang gelombang 278 nm.
Masih adanya anggapan masyarakat yang cenderung menilai kualitas obat dengan melihat harganya, dimana mereka beranggapan bahwa obat yang mahal
lebih baik kualitasnya dibandingkan obat yang murah harganya.
Untuk mengatasi hal tersebut, Departemen kesehatan telah menetapkan peningkatan penggunaan obat generik yang didukung dengan peraturan mentri
kesehatan NO. 085/Menkes/Per/I/1989, tanggal 28 januari 1989 tentang kewajiban menulis resep dan atau menggunakan obat generik di fasilitas
pelayanan kesehatan pemerintah. (Depkes, 1989)
Kromatografi cair kinerja tinggi merupakan sistem pemisahan dengan kecepatan dan efisiensi yang tinggi karena didukung oleh kemajuan dalam
Fahma Sari : Penetapan Kadar Ciprofloxacin Dalam Sediaan Kaplet Dengan Nama Dagang Dan Generik Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, 2009.
maupun kuantitatif, baik dalam komponen tunggal maupun campuran. (Ditjen
POM, 1995 )
Persyaratan kadar untuk sediaan kaplet Ciprofloxacin menurut USP 30
yaitu mengandung Ciprofloxacin tidak kurang dari 90,0 % dan tidak kebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
Berdasarkan hal tersebut diatas, peneliti tertarik menggunakan metode
KCKT menggunakan kolom shimpack VP-ODS (4,6mm x 25cm),dengan memodifikasi fase gerak asam fosfat dan asetonitril, untuk menetapkan kadar
Ciprofloxacin dalam sediaan kaplet dengan nama dagang dan generik yang beredar dipasaran dan membandingkan hasil yang diperoleh dengan persyaratan yang tercantum dalam USP 30.
1.2 Perumusan Masalah
1. Apakah penetapan kadar kaplet Ciprofloxacin dapat dilakukan secara
kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT), menggunakan kolom VP-ODS (4,6 mm x 25 cm) dan dengan memodifikasi fase gerak campuran larutan asam fosfat dan acetonitril
2. Apakah kadar kaplet Ciprofloxacin dengan nama dagang dan generik
memenuhi persyaratan yang ditetapkan USP 30.
1.3 Hipotesis
1. Diduga penetapan kadar kaplet Ciprofloxacin dapat dilakukan secara
kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) dengan memodifikasi fase gerak.
2. Diduga kadar Ciprofloxacin dalam sediaan kaplet memenuhi persyaratan
Fahma Sari : Penetapan Kadar Ciprofloxacin Dalam Sediaan Kaplet Dengan Nama Dagang Dan Generik Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, 2009.
1.4 Tujuan Penelitian
1. Melakukan penetapan kadar kaplet Ciprofloxacin secara kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) menggunakan kolom VP-ODS (4,6 mm x 25 cm)
dan dengan memodifikasi fase gerak campuran larutan asam fosfat dan acetonitril.
2. Melakukan pengujian hasil yang diperoleh dengan persyaratan kadar yang
ditetapkan USP 30.
1.5 Manfaat Penelitian
1. Pengembangan ilmu bahwa penetapan kadar Ciprofloxacin dalam sediaan
kaplet dapat juga dilakukan dengan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) menggunakan kolom VP-ODS (4,6 mm x 25 cm).
Fahma Sari : Penetapan Kadar Ciprofloxacin Dalam Sediaan Kaplet Dengan Nama Dagang Dan Generik Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, 2009.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ciprofloxacin 2.1.1 Sifat Fisikokimia Rumus struktur :
Nama Kimia : 1- cyclopropyl-6 fluoro1,4 dihydro- 4- oxo-7- (1- piperazin yl)-3- quinoline carboxylic acid
Rumus Molekul : C17H18FN3O3
Berat Molekul : 331,346
Pemerian : serbuk dengan kekuningan hingga bewarna kuning
Kelarutan : mempunyai kelarutan dalamair pada suhu 25 0 C.Pka obat 6 dan 8,8
2.1.2 Farmakokinetik A. Absorpsi
Ciprofloxacin oral diserap dengan baik melalui saluran cerna.
Bioavailabilitas absolut adalah sekitar 70%, tanpa kehilangan yang bermakna dari metabolisme fase pertama. Berikut ini adalah konsentrasi serum maksimal dan area di bawah kurva (area under the curve, AUC) dari Ciprofloxacin yang
Fahma Sari : Penetapan Kadar Ciprofloxacin Dalam Sediaan Kaplet Dengan Nama Dagang Dan Generik Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, 2009.
Tabel . Konsentrasi serum maksimum dan area di bawah kurva dari Ciprofoxacin
Dosis (mg)
Konsentrasi serum maksimal (ug/mL)
Area di bawah kurva (mg.hr/mL)
250 1.2 4.8
500 2.4 11.6
750 4.3 20.2
1000 5.4 30.0
Konsentrasi serum maksimal dicapai 1 sampai 2 jam setelah dosis oral. Konsentrasi rata-rata 12 jam setelah dosis 250, 500 dan 750 mg adalah 0,1; 0,2 dan 0,4 mg/mL.
B. Distribusi
Ikatan siprofloxacin terhadap protein serum adalah 20-40% sehingga tidak
cukup untuk menyebabkan interaksi ikatan protein yang bermakna dengan obat lain.
Setelah administrasi oral, Ciprofloxacin didistribusikan ke seluruh tubuh.
Konsentrasi jaringan seringkali melebihi konsentrasi serum, terutama di jaringan genital, termasuk prostat. Ciprofloxacin ditemukan dalam bentuk aktif di saliva,
sekret nasal dan bronkus, mukosa sinus, sputum cairan gelembung kulit, limfe, cairan peritoneal, empedu dan jaringan prostat. Ciprofloxacin juga dideteksi di paru-paru, kulit, jaringan lemak, otot, kartilago dan tulang. Obat ini berdifusi ke
Fahma Sari : Penetapan Kadar Ciprofloxacin Dalam Sediaan Kaplet Dengan Nama Dagang Dan Generik Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, 2009.
konsentrasi serum puncak Ciprofloxacin juga ditemukan pada konsentrasi rendah
di aqueous humor dan vitreus humor.
C. Metabolisme
Empat metabolit Ciprofloxacin yang memiliki aktivitas antimikrobial yang lebih rendah dari Ciprofloxacin bentuk asli telah diidentifikasi di urin manusia sebesar 15% dari dosis oral.
D. Ekskresi
Waktu paruh eliminasi serum pada subjek dengan fungsi ginjal normal
adalah sekitar 4 jam. Sebesar 40-50% dari dosis yang diminum akan diekskresikan melalui urin dalam bentuk awal sebagai obat yang belum diubah. Ekskresi Ciprofloxacin melalui urin akan lengkap setelah 24 jam . Dalam urin
semua fluorokuinolon mencapai kadar yang melampaui konsentrasi hambat minimal (KHM) untuk kebanyakan kuman patogen selama minimal 12 jam.
Klirens ginjal dari Ciprofloxacin, yaitu sekitar 300 mL/menit, melebihi laju filtrasi glomerulus yang sebesar 120 mL/menit. Oleh karena itu, sekresi tubular aktif memainkan peran penting dalam eliminasi obat ini. Pemberian Ciprofloxacin
bersama probenesid berakibat pada penurunan 50% klirens renal Ciprofloxacin dan peningkatan 50% pada konsentrasi sistemik.
E. Efek Samping
Seperti obat lain ciprofloxacin juga dapat menimbulkan efek samping, Bila overdosis akan beresiko menimbulkan efek toksik dan sebaiknya dosis terapi yang
diberikan diturunkan atau dihentikan,tanda-tanda overdosis yang paling sering terlihat antara lain adalah pucat,masalah urinasi dan dalam penggunaan obat ini
Fahma Sari : Penetapan Kadar Ciprofloxacin Dalam Sediaan Kaplet Dengan Nama Dagang Dan Generik Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, 2009.
seperti tanda-tanda yang terlihat seperti reaksi alergi,Sulit untuk bernafas,Pucat
pada bibir dan wajah, Diare dan pengeluaran urin berlebihan
,Halusinasi,depresi,kadang terdapat nyeri yang didapti pada berbagai tempat yang
berbeda. Pada efek samping yang lebih serius akan didapati gejala sebagai berikut antara lain insomnia, nyeri otot, Pandangan yang berkunang-kunang, Sangat sensitif terhadap sinar matahari, diare berat, nyeri perut dan anafilaksis (shok).
F. Bentuk Sediaan
Menurut USP 30 (2007) Ciprofloxacin dapat ditetapkan kadarnya secara
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Selain itu menurut Clarke’s Ciprofloxacin dapat ditentukan kadarnya dengan Spektrofotometri.
2.1.3 Kegunaan
Ciprofloxacin merupakan antibiotik yang sering disebut atau digolongkan sebagai fluoroquinolones, ciprofloxacin bekerja dengan melawan bakteri yang ada
pada tubuh yaitu dengan menghentikan multiplikasi bakteri dengan cara menghambat reproduksi dan perbaikan materi genetik atau DNA. Pengobatan Ciprofloxacin digunakan dengan berbagai tipe sesuai dengan jenis bakteri yang
berbeda-beda.
2.2 Kromatografi
Kromatografi adalah suatu terminologi umum yang digunakan untuk bermacam- macam teknik pemisahan yang didasarkan atas partisi cuplikan diantara suatu fase gerak yang bisa berupa gas ataupun cairan, dan fase diam yang
Fahma Sari : Penetapan Kadar Ciprofloxacin Dalam Sediaan Kaplet Dengan Nama Dagang Dan Generik Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, 2009.
Kromatografi dapat dibedakan atas berbagai macam tergantung pada
pengelompokannya. Berdasarkan pada mekanisme pemisahannya, kromatografi dibedakan menjadi :
a) Kromatografi adsorbsi b) Kromatografi partisi
c) Kromatografi pasangan ion
d) Kromatografi penukar ion
e) Kromatografi eksklusi ukuran, dan
f) Kromatografi afinitas A. Penggunaan Kromatografi
1. Pemakaian untuk tujuan kualitatif mengungkapkan ada atau tidak adanya
senyawa tertentu dalam cuplikan
2. Pemakaian untuk tujuan kuantitatif menunjukkan banyaknya masing-masing
komponen campuran
3. Pemakaian untuk tujuan preparatif untuk memperoleh komponen campuran
dalam jumlah memadai dalam keadaan murni. (Gritter, dkk., 1991)
Profil puncak dan pelebaran puncak
Selama pemisahan kromatografi, solut individual akan membentuk profil
konsentrasi yang simetris atau dikenal juga dengan profil Gaussian dalam arah aliran fase gerak. Profil dikenal juga dengan punak atau pita, secara perlahan - lahan akan melebar dan sering juga membentuk profil yang asimetrik karena solut
Fahma Sari : Penetapan Kadar Ciprofloxacin Dalam Sediaan Kaplet Dengan Nama Dagang Dan Generik Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, 2009.
Puncak asimetris
Profil konsentrasi solut yang bermigrasi akan simetris jika rasio distribusi solut (D) konstan selama dikisaran konsentrasi keseluruhan puncak,
sebagaimana ditunjukkan oleh isoterm sorpsi yang linear yang merupakan plot konsentrasi solut dalam fase diam (Cs) terhadap konsentrasi solut dalam fase gerak(Cm). Meskipun demikian, kurva isot erm akan berubah menjadi 2 jenis
puncak asimetris yakni membentuk puncak yang berekor (tailing) dan adanya puncak pendahulu (fronting) jika ada perubahan rasio distribusi solut yang lebih
Fahma Sari : Penetapan Kadar Ciprofloxacin Dalam Sediaan Kaplet Dengan Nama Dagang Dan Generik Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, 2009.
Untuk kromatografi yang melibatkan kolom, kuantifikasi dapat
dilakukan dengan luas puncak atau tinggi puncak. Tinggi puncak atau luas puncak berbanding langsung dengan banyaknya solut yang dikromatografi, jika dilakukan
pada kisaran detektor yang linier.
1. Metode tinggi puncak
Metode yang paling sederhana untuk pengukuran kuantitatif adalah
dengan tinggi puncak. Tinggi puncak diukur sebagai jarak dari garis dasar ke puncak maksimum seperti puncak 1, 2, dan 3 pada gambar 3. Penyimpangan garis
dasar diimbangi dengan interpolasi garis dasar antara awal dan akhir puncak.
Gambar 1. Pengukuran tinggi puncak
Metode tinggi puncak hanya digunakan jika perubahan tinggi puncak linier dengan konsentrasi analit. Kesalahan akan terjadi jika metode ini digunakan pada puncak yang mengalami penyimpangan (asimetris) atau jika kolom
mengalami kelebihan muatan.
2. Metode luas puncak
Prosedur penentuan luas puncak serupa dengan tinggi puncak. Suatu teknik untuk mengukur luas puncak adalah dengan mengukur luas puncak sebagai hasil kali tinggi puncak dan lebar pada setengah tinggi (W1/2). Teknik ini hanya
dapat digunakan untuk kromatografi yang simetris atau yang mempunyai bentuk serupa (Johnson, 1991).
Fahma Sari : Penetapan Kadar Ciprofloxacin Dalam Sediaan Kaplet Dengan Nama Dagang Dan Generik Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, 2009.
Integrator digital mengukur luas puncak dan mengubahnya dalam bentuk angka
(Rohman, 2007).
Baik tinggi puncak maupun luasnya dapat dihubungkan dengan
konsentrasi. Tinggi puncak mudah diukur, akan tetapi sangat dipengaruhi perubahan waktu retensi yang disebabkan oleh variasi suhu dan komposisi pelarut. Oleh karena itu, luas puncak dianggap merupakan parameter yang lebih
akurat untuk pengukuran kuantitatif (Ditjen POM, 1995).
2.3 Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)
Kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) merupakan sistem pemisahan dengan kecepatan dan efisiensi yang tinggi. Hal ini karena didukung oleh kemajuan dalam teknologi kolom, sistem pompa tekanan tinggi, dan detektor yang
sangat sensitif dan beragam. KCKT mampu menganalisa berbagai cuplikan secara kualitatif maupun kuantitatif, baik dalam komponen tunggal maupun campuran
(Ditjen POM, 1995).
KCKT merupakan teknik pemisahan yang diterima secara luas untuk analisis dan pemurnian senyawa tertentu dalam suatu sampel pada sejumlah
bidang antara lain; farmasi, lingkungan dan industri-industri makanan.
Kegunaan umum KCKT adalah untuk pemisahan sejumlah senyawa
organik, anorganik, maupun senyawa biologis, analisis ketidakmurnian (impurities) dan analisis senyawa-senyawa yang tidak mudah menguap (nonvolatil). KCKT paling sering digunakan untuk: menetapkan kadar
senyawa-senyawa tertentu seperti asam-asam amino, asam-asam nukleat dan protein-protein dalam cairan fisiologis, menentukan kadar senyawa-senyawa aktif obat
Fahma Sari : Penetapan Kadar Ciprofloxacin Dalam Sediaan Kaplet Dengan Nama Dagang Dan Generik Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, 2009.
Kelebihan KCKT antara lain:
−Mampu memisahkan molekul-molekul dari suatu campuran
−Resolusinya baik
−Mudah melaksanakannya
−Kecepatan analisis dan kepekaannya tinggi
−Dapat dihindari terjadinya dekomposisi/kerusakan bahan yang dianalisis
−Dapat digunakan bermacam-macam detektor
−Kolom dapat digunakan kembali
−Mudah melakukan rekoveri cuplikan
−Tekniknya tidak begitu tergantung pada keahlian operator dan
reprodusibilitasnya lebih baik
−Instrumennya memungkinan untuk bekerja secara automatis dan kuantitatif
−Waktu analisis umumnya singkat
−Kromatografi cair preparatif memungkinkan dalam skala besar −Ideal untuk molekul besar dan ion.
Keterbatasan metode KCKT adalah untuk identifikasi senyawa, kecuali
jika KCKT dihubungkan dengan spektrometer massa (MS). Keterbatasan lainnya adalah jika sampelnya sangat kompleks, maka resolusi yang baik sulit diperoleh (Munson, 1991).
2.3.1 Cara Kerja KCKT
Kromatografi merupakan teknik yang mana solut atau zat-zat terlarut
Fahma Sari : Penetapan Kadar Ciprofloxacin Dalam Sediaan Kaplet Dengan Nama Dagang Dan Generik Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, 2009.
penggabungan secara tepat dari berbagai macam kondisi operasional seperti jenis
kolom, fase gerak, panjang dan diameter kolom, kecepatan alir fase gerak, suhu kolom, dan ukuran sampel (Rohman, 2007).
2.3.2 Komponen KCKT
Gambar 2. Bagan alat KCKT pompa
injektor
kolom
oven
detektor
Wadah
Fahma Sari : Penetapan Kadar Ciprofloxacin Dalam Sediaan Kaplet Dengan Nama Dagang Dan Generik Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, 2009.
2.3.2.1 Wadah Fase Gerak
Wadah fase gerak harus bersih dan lembam (inert). Wadah pelarut kosong ataupun labu laboratorium dapat digunakan sebagai wadah fase gerak. Wadah ini
biasanya dapat meampung fase gerak antara 1 sampai 2 liter pelarut.Fase gerak sebelum digunakan harus dilakukan degassing(penghilangan gas) yang ada pada fase gerak, sebab adanya gas akan berkumpul dengan komponen lain terutama
dipompa dan detektor sehingga akan mengacaukan analisis. (Rohman, 2007)
2.3.2.2 Pompa
Pompa yang cocok digunakan untuk KCKT adalah pompa yang mempunyai syarat sebagaimana syarat wadah pelarut yakni pompa harus inert terhadap fase gerak. Bahan yang umum dipakai untuk pompa adalah gelas, baja
tahan karat, Teflon, dan batu nilam. Pompa yang dgunakan sebaiknya mampu memberikan tekanan sampai 5000 psi dan mampu mengalirkan fase gerak dengan
kecepatan alir 3 ml/ menit. 2.3.2.3 Injektor
Cuplikan harus dimasukkan kedalam pangkal kolom (kepala kolom),
diusahakan agas sesedikit mungkin terjadi gangguan pada kemasan kolom. Ada tiga jenis dasar injektor, yaitu:
a. Hentikan aliran/stop flow: aliran dihentikan, injeksi dilakukan pada kinerja atmosfir, sistem tertutup, dan aliran dilanjutkan lagi. Teknik ini bisa digunakan karena difusi di dalam aliran kecil dan resolusi tidak dipengaruhi.
b. Septum: injektor-injektor langsung ke aliran fase gerak umumnya sama
dengan yang digunakan pada kromatografi gas. Injektor ini dapat digunakan
Fahma Sari : Penetapan Kadar Ciprofloxacin Dalam Sediaan Kaplet Dengan Nama Dagang Dan Generik Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, 2009.
semua pelarut-pelarut kromatografi cair. Disamping itu, partikel kecil dari
septum yang terkoyak (akibat jarum injektor) dapat menyebabkan penyumbatan.
c. Katup putaran (loop valve): ditunjukkan secara skematik dalam Gambar 5,
tipe injektor ini umumnya digunakan untuk menginjeksi volume lebih besar daripada 10 µ l dan sekarang digunakan dengan cara otomatis (dengan adaptor
khusus, volume-volume lebih kecil dapat diinjeksikan secara manual). Pada posisi LOAD, sampel loop (cuplikan dalam putaran) diisi pada tekanan
atmosfir. Bila katup difungsikan, maka cuplikan di dalam putaran akan bergerak ke dalam kolom.
Gambar 3. Tipe injektor katup putaran 2.3.2.4 Kolom
Kolom adalah jantung kromatografi. Berhasil atau gagalnya suatu analisis tergantung pada pemilihan kolom dan kondisi percobaan yang sesuai. Kolom dapat dibagi menjadi dua kelompok:
1. Kolom analitik: diameter khas adalah 2-6 mm. Panjang kolom tergantung
pada jenis kemasan. Untuk kemasan pelikel biasanya panjang kolom 50-100
Fahma Sari : Penetapan Kadar Ciprofloxacin Dalam Sediaan Kaplet Dengan Nama Dagang Dan Generik Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, 2009.
2. Kolom preparatif: umumnya memiliki diameter 6 mm atau lebih besar dan
panjang kolom 25-100 cm.
Kolom umumnya dibuat dari stainless steel dan biasanya dioperasikan
pada temperatur kamar, tetapi bisa juga digunakan temperatur lebih tinggi, terutama untuk kromatografi penukar ion dan kromatografi eksklusi. Kemasan kolom tergantung pada mode KCKT yang digunakan.
2.3.2.5 Detektor
Suatu detektor dibutuhkan untuk mendeteksi adanya komponen cuplikan
dalam aliran yang keluar dari kolom. Detektor-detektor yang baik memiliki sensitifitas yang tinggi, gangguan (noise) yang rendah, kisar respons linier yang luas, dan memberi tanggapan/respon untuk semua tipe senyawa. Suatu kepekaan
yang rendah terhadap aliran dan fluktuasi temperatur sangat diinginkan, tetapi tidak selalu dapat diperoleh.
Detektor yang paling banyak digunakan dalam kromatografi cair modern kecepatan tinggi adalah detektor spektrofotometer UV 254 nm. Bermacam-macam detektor dengan variasi panjang gelombang UV-Vis sekarang menjadi populer
karena mereka dapat digunakan untuk mendeteksi senyawa-senyawa dalam rentang yang luas. Detektor indeks refraksi juga secara luas digunakan, terutama
dalam kromatografi eksklusi, tetapi umumnya kurang sensitif dari pada detektor spektrofotometer UV. Detektor lainnya, antara lain: detektor fluometer, detektor ionisasi nyala, detektor elektrokimia dan lain-lain juga telah digunakan.
2.3.2.6 Pengolahan Data
Komponen yang terelusi mengalir ke detektor dan dicatat sebagai
Fahma Sari : Penetapan Kadar Ciprofloxacin Dalam Sediaan Kaplet Dengan Nama Dagang Dan Generik Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, 2009.
Gambar 4. Kromatogram
Guna kromatogram: 1. Kualitatif
Waktu retensi selalu konstan dalam setiap kondisi kromatografi yang sama dapat digunakan untuk identifikasi.
2. Kuantitatif
Luas puncak proporsional dengan jumlah sampel yang diinjeksikan dan
dapat digunakan untuk menghitung konsentrasi.
3. Kromatogram dapat digunakan untuk mengevaluasi efisiensi pemisahan
dan kinerja kolom (kapasitas ‘k’, selektifitas ‘α’, jumlah pelat teoritis
‘N’, jarak setara dengan pelat teoritis ‘HETP’ dan resolusi ‘R’).
2.3.2.7 Fase Gerak
Fase gerak atau eluen biasanya terdiri atas campuran pelarut yang dapat
bercampur yang secara keseluruhan berperan dalam daya elusi dan resolusi. Daya elusi dan resolusi ini ditentukan oleh polaritas keseluruhan pelarut, polaritas fase diam, dan sifat komponen-komponen sampel (Johnson & Stevenson, 1991).
Dalam kromatografi cair komposisi pelarut atau fase gerak adalah satu variabel yang mempengaruhi pemisahan. Terdapat keragaman yang luas dari fase
Fahma Sari : Penetapan Kadar Ciprofloxacin Dalam Sediaan Kaplet Dengan Nama Dagang Dan Generik Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, 2009.
gerak yang digunakan dalam semua mode KCKT, tetapi ada beberapa sifat-sifat
yang diinginkan yang mana umumnya harus dipenuhi oleh semua fase gerak.
Fase gerak harus:
• Murni; tidak ada pencemar/kontaminan
• Tidak bereaksi dengan pengemas
• Sesuai dengan detektor
• Melarutkan cuplikan
• Mempunyai viskositas rendah
• Mudah rekoveri cuplikan, bila diinginkan
• Tersedia diperdagangan dengan harga yang pantas
Umumnya, pelarut-pelarut dibuang setelah digunakan karena prosedur
pemurnian kembali membosankan dan mahal. Dari semua persyaratan di atas, 4 persyaratan pertama adalah yang paling penting.
Gelembung udara (degassing) yang ada harus dihilangkan dari pelarut, karena udara yang terlarut keluar melewati detektor dapat menghasilkan banyak noise sehingga data tidak dapat digunakan (Putra, 2007).
Elusi Gradien dan Isokratik
Elusi pada KCKT dapat dibagi menjadi dua sistem yaitu:
1. Sistem elusi isokratik. Pada sistem ini, elusi dilakukan dengan satu macam atau lebih fase gerak dengan perbandingan tetap (komposisi fase gerak tetap selama elusi).
2. Sistem elusi gradien. Pada sistem ini, elusi dilakukan dengan campuran fase gerak yang perbandingannya berubah-ubah dalam waktu tertentu (komposisi
Fahma Sari : Penetapan Kadar Ciprofloxacin Dalam Sediaan Kaplet Dengan Nama Dagang Dan Generik Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, 2009.
Elusi gradien didefinisikan sebagai penambahan kekuatan fase gerak
selama suatu analisis kromatografi berlangsung. Digunakan untuk meningkatkan resolusi campuran yang kompleks terutama jika sampel mempunyai kisaran
polaritas yang luas. Pengaruh yang menguntungkan dari elusi gradien adalah memperpendek waktu analisis senyawa-senyawa yang secara kuat ditahan di dalam kolom (Putra, 2007).
Tipe kromatografi
a. Kromatografi fase normal
Kromatografi fase normal (fase diam lebih polar daripada fase gerak), kemampuan elusi meningkat dengan meningkatnya polaritas pelarut. Fase gerak ini biasanya tidak polar. Dietil eter, benzen, hidrokarbon lurus seperti
pentana, heksana, heptana maupun iso-oktana sering digunakan. Halida alifatis seperti dikloro metana, dikloroetana, butilklorida dan kloroform juga
digunakan. Umumnya gas terlarut tidak menimbulkan masalah pada fase normal. Tekanan rendah diperlukan untuk menjaga kecepatan aliran yang memadai, karena pelarut ini kebanyakan kurang kental (Munson, 1991).
Fase diam yang digunakan dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Fahma Sari : Penetapan Kadar Ciprofloxacin Dalam Sediaan Kaplet Dengan Nama Dagang Dan Generik Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, 2009.
b. Kromatografi fase terbalik
Kromatografi fase terbalik (fase diam kurang polar daripada fase gerak), kemampuan elusi menurun dengan meningkatnya polaritas pelarut.
Kandungan utama fase gerak fase terbalik adalah air. Pelarut yang dapat campur dengan air seperti metanol, etanol, asetonitril, dioksan, tetrahirofuran dan dimetilformamida ditambahkan untuk mengatur kepolaran fase gerak.
Dapat ditambahkan pula asam, basa, dapar dan/atau surfaktan. Mutu air harus tinggi baik air destilasi maupun awamineral.
Fase diam yang digunakan dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Gambar 6. Jenis-jenis fase diam untuk tipe kromatografi fase terbalik Adsorpsi solut oleh fase diam atau adsorben sangat tergantung pada:
1. Struktur kimia solut atau adanya gugus aktif tertentu yang berinteraksi dengan adsorben.
2. Ukuran partikel adsorben. Semakin kecil ukuran partikel adsorben, maka luas permukaannya semakin luas sehingga interaksinya dengan solut juga semakin luas.
3. Kelarutan solut dalam fase gerak. Solut yang makin mudah larut dalam fase
Fahma Sari : Penetapan Kadar Ciprofloxacin Dalam Sediaan Kaplet Dengan Nama Dagang Dan Generik Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, 2009.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan tempat penelitian
Penelitian dilakukan dilaboratorium kimia farmasi kuantitatif Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan pada bulan juni tahun 2009.
3.2 Alat-alat
Alat-alat yang digunakan adalah satu unit alat KCKT (Shimadzu) yang
terdiri dari vacum desagger(06 U – 20 As), pompa( LC – 20 AD), UV/Vis detector (dilengkapi dengan komputer dan printer) , kolom Shimpac VPODS (4,6 mm x 30 cm), wadah fase gerak, penyuntik µ l (100µ l), membran filter 0,45 µm,
dan 0,2µ m, neraca listrik dan alat gelas lainnya. 3.3 Bahan-bahan
Bahan – bahan yang digunakan adalah asam posfat p.a (Merck) , asetonitril p.a (Merck) , aquabidestilata (PT. Ikapharmindo Putramas), trietylamin p.a (Merk), Ciprofloxacin (Badan POM RI), kaplet Ciprofloxacin (PT.
Indofarma), Ciprofloxacin (PT. Novell), Ciprofloxacin (PT. Sanbe), Floxigra (PT. Graha Farma), Floxifar (PT. Ifar), Lapiflok (PT. Lapi) Viflox (PT. Tropica
Mas Pharmaceutical). 3.4 Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan secara purposif yaitu tanpa
membandingkan satu tempat dengan tempat yang lain karena tempat pengambilan sampel dianggap homogen. Dari hasil sampling diperoleh kaplet
Fahma Sari : Penetapan Kadar Ciprofloxacin Dalam Sediaan Kaplet Dengan Nama Dagang Dan Generik Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, 2009.
Sanbe), Floxigra (PT. Graha Farma), Floxifar (PT. Ifars), Lapiflok (PT. Lapi),
Viflox (PT. Tropica Mas Pharmaceutical).
3.5 Pola penelitian
3.5.1 Pembuatan fase gerak Asam Posfat 0,025 M : Acetonitril
Tambahkan 0,85 ml asam posfat 85 % kedalam labu 500 ml, kemudian ditambahkan 450 ml aquabidestilata dan diatur pH hingga 3,0 dengan
penambahan trietylamin lalu di cukupkan hingga garis tanda. dibuat campuran asam posfat : acetonitril (80:20).
3.5.2 Penyiapan alat Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
Masing - masing unit diatur, menggunakan kolom shimpac VP-ODS (4,6 mm x 25 cm). Sensitivitas 0,01 AUFS dan pengukuran menggunakan
detektor UV/Vis pada panjang gelombang 278 nm. Pada pompa dipilih mode aliran tetap dengan laju aliran 1,5 ml/menit.
3.5.3 Penentuan garis alas
Setelah diperoleh kondisi seperti 2.5.2 maka pompa dijalankan, Fase gerak dibiarkan mengalir selama 30 menit diperoleh garis alas yang cukup lurus
yang menandakan sistem tersebut telah stabil.
3.5.4 Penentuan kualitatif
Ciprofloxacin HCl BPFI dan Ciprofloxacin dalam sedian kaplet dengan nama dagang dan generik dengan konsentrasi 0,2 mg/ml masing-masing disuntikka n ke sistem KCKT dengan volume penyuntikan 20 µ l. Puncak yang
ditunjukkan diperhatikan dan dicatat waktu tambatnya kemudian waktu tambat masing-masing kaplet dibandingkan dengan waktu tambat Ciprofloxacin HCl
Fahma Sari : Penetapan Kadar Ciprofloxacin Dalam Sediaan Kaplet Dengan Nama Dagang Dan Generik Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, 2009.
3.5.5 Penentuan kuantitatif
3.5.5 .1 Pembuatan larutan induk baku Ciprofloxacin HCl BPFI
Ditimbang Seksama sejumlah 10,0 mg Ciprofloxacin HCl BPFI,
dimasukkan kedalam labu tentukur 50 ml, dilarutkan dan diencerkan dengan aquabidestilata hingga garis tanda sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 200 mcg/ml, disaring. Filtratnya digunakan sebagai larutan induk.
3.5.5.2 Pembuatan Kurva Kalibrasi Ciprofloxacin HCl BPFI
Dipipet larutan induk baku Ciprofloxacin sebanyak 0,5; 1; 2; 2,5 ml,
masing-masing dimasukkan kedalam labu tentukur 10 ml, diencerkan dengan aquabidestilata hingga garis tanda sehingga diperoleh konsentrasi 50, 100, 200, 250 mcg/ml, kemudian masing-masing konsentrasi diinjeksikan sebanyak 6 kali
ke sistem KCKT dengan volume penyuntikan 20 µ l. diukur pada panjang gelombang 278 nm dengan laju alir 1,5 ml/menit, lalu dicatat luas dan tinggi
puncaknya yang ditunjukkan pada kromatogram dan dibuat kurva kalibrasi serta dihitung persamaan garis regresinya.
3.5.5.3 Penetapan kadar sampel
Ditimbang 5 kaplet untuk masing – masing jenis kaplet, kemudian digerus sejumlah serbuk dan ditimbang seksama sejumlah kaplet setara dengan lebih
kurang 50 mg Ciprofloxacin, masukkan kedalam labu tentukur 50 ml, dilarutkan dan diencerkan dengan aquabidestilata hingga garis tanda sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 1000 mcg/ml, kocok selama 15 menit dan disaring,
filtar pertama dibuang dan filtrat selanjutnya ditampung. Filtrat yang jernih digunakan sebagai larutan uji. Kemudian dari larutan ini dipipet 2 ml dan
Fahma Sari : Penetapan Kadar Ciprofloxacin Dalam Sediaan Kaplet Dengan Nama Dagang Dan Generik Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, 2009.
hingga garis tanda sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 200 mcg/ml.
Diinjeksikan 6 kali ke sistem KCKT dideteksi pada panjang gelombang 278 nm, laju alir 1,5 ml/menit kemudian dihitung kadarnya.
3.5.5.4 Penentuan Limit of Detection (LOD) dan Limit of Quantitation (LOQ) Batas deteksi atau Limit of Detection (LOD) adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi. Batas kuantitasi atau Limit of Quantitation
(LOQ) merupakan kuantitas terkecil analit dalam sampel.
Batas deteksi dapat dihitung berdasarkan pada Standar Deviasi (SD) dari
kurva antara respon dan kemiringan (slope) dengan rumus :
SD = 1 ) ( 2 _ − −
∑
n X X LOD = slope SD x 3Sedangkan untuk penentuan batas kuantitasi dapat digunakan rumus :
LOQ = slope SD x 10 (Harmita, 2004)
3.5.5.5 Analisis Statistik Penolakan Hasil Pengamatan
Kadar Ciprofloxacin sebenarnya dalam sampel dapat diketahui dengan
menggunakan uji Q test. Cara untuk melakukan analisis terhadap data yang menyimpang adalah dengan Dixon’s Q-test yang dirumuskan sebagai berikut:
Fahma Sari : Penetapan Kadar Ciprofloxacin Dalam Sediaan Kaplet Dengan Nama Dagang Dan Generik Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, 2009.
Jika nilai Qhitung lebih kecil dari nilai Qkritis maka hipotesis nol diterima
berarti tidak ada perbedaan antara nilai yang dicurigai dengan nilai-nilai yang lain (Rohman, 2007).
[image:36.595.114.441.244.562.2]Hasil pengujian atau nilai Q yang diperoleh ditinjau terhadap daftar harga Q pada Tabel 1, apabila Q>Q0,99 maka data tersebut ditolak.
Tabel 1. Nilai Qkritis pada Taraf Kepercayaan 99%
Banyak data Nilai Qkritis
4 0,926
5 0,821
6 0,740
7 0,680
8 0,634
Fahma Sari : Penetapan Kadar Ciprofloxacin Dalam Sediaan Kaplet Dengan Nama Dagang Dan Generik Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, 2009.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Menurut USP 30 (2007) penetapan kadar Ciprofloxacin dalam sediaan kaplet dilakukan secara KCKT menggunakan kolom VP-ODS (Oktadesil silan 4,6 mm x 25 cm), fase gerak larutan asam fosfat pH 3 dan asetonitril (87:13). laju alir
1,5 ml/menit, volume penyuntikan 20 µl dan deteksi pada panjang gelombang 278
nm sehingga diperoleh kromatogram tunggal dari Ciprofloxacin.
Hasil orientasi identifikasi BPFI Ciprofloxacin pada konsentrasi 200
mcg/ml diperoleh waktu tambat 11,17 menit, dengan menggunakan fase gerak asam fosfat pH 3 dan acetonitril (87:13), oleh karena waktu tambatnya lebih besar
dari 10 menit maka peneliti melakukan modifikasi fase gerak untuk memperoleh waktu tambat yang optimum, dan dari hasil orientasi berikutnya diperoleh perbandingan fase gerak asam fosfat dan asetonitril (80:20) dengan waktu retensi
2,96 menit.
Pada kondisi yang sama untuk sampel Kaplet diperoleh waktu tambat
rata-rata sebagai berikut: kaplet Ciprofloxacin (PT. Indofarma) mempunyai waktu tambat rata-rata 2,96 menit, kaplet Ciprofloxacin (PT. Novell) mempunyai waktu tambat rata-rata 2,95 menit, kaplet Ciprofloxacin (PT. Sanbe) mempunyai waktu
tambat rata-rata 2,86 menit, kaplet Floxifar mempunyai waktu tambat rata-rata 2,96 menit, kaplet Floxigra mempunyai waktu tambat rata-rata 2,97 menit, kaplet
Fahma Sari : Penetapan Kadar Ciprofloxacin Dalam Sediaan Kaplet Dengan Nama Dagang Dan Generik Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, 2009.
Adanya perbedaan waktu tambat pada kromatogram yang dihasilkan
karena perbedaan waktu penyuntikan analit sehingga kondisi analisis tidak sama. Hal ini disebabkan pula karena adanya penyimpanan analit yang akan diinjeksikan
dalam waktu yang cukup lama.
Waktu tambat dapat dipakai untuk mengidentifikasi suatu senyawa dengan cara membandingkannya dengan waktu tambat senyawa yang dikenal. Agar
perbandingan tersebut sahih, kondisi analitik yang dipakai untuk memperoleh waktu tambat, yaitu suhu, laju alir, beban kolom, dapar dan sebagainya harus
sama serta perbedaan waktu pengoperasian diusahakan mungkin (Rohman, 2007). Menurut Adnan (1997), untuk menghasilkan waktu retensi yang diharapkan maka aliran pelarut diharapkan dapat konstan. Hal ini dapat tercapai,
bila sistem pemompaan dapat diandalkan. Waktu retensi berbeda oleh faktor lain dari alatnya, misalnya panjang kolom, jenis fase diam serta banyaknya yang
digunakan pada lapisan penyangga padat, dan banyaknya sampel yang diinjeksikan.
Contoh kromatogram waktu tambat BPFI Ciprofloxacin pada konsentrasi
Fahma Sari : Penetapan Kadar Ciprofloxacin Dalam Sediaan Kaplet Dengan Nama Dagang Dan Generik Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, 2009.
Gambar 1. Kromatogram dari larutan Ciprofloxacin HCl BPFI pada konsentrasi
200 mcg/ml, yang dianalisa secara KCKT pada λ 278 nm, kolom VP-ODS (4,6
mm x 25 cm), fase gerak larutan asam fosfat pH 3 dan acetonitril (80:20), laju aliran 1,5 ml/menit.
Penentuan linieritas kurva kalibrasi BPFI Ciprofloxacin ditentukan
berdasarkan luas puncak pada konsentrasi 50, 100, 200 dan 250 mcg/ml, diperoleh hubungan yang linier dengan koefisien korelasi (r) = 0,9993 dan
persamaan garis regresi Y = 76080,88 X + 2385291,75 dengan data penyuntikan larutan baku ciprofloxacin dapat dilihat pada lampiran 9.
Menurut Johnson & Stevenson (1991), penentuan kadar dapat dilakukan
dengan mengukur luas puncak atau tinggi puncak. Luas puncak dapat dipakai untuk pengkuantitatifan jika kita dapat mengendalikan laju alir dengan baik
karena luas puncak tidak begitu bergantung pada keragaman operator dan instrumen. Menurut Snyder & Kirkland (1979), penentuan kadar lebih baik dengan cara pengukuran luas puncak dibanding cara pengukuran tinggi puncak.
Fahma Sari : Penetapan Kadar Ciprofloxacin Dalam Sediaan Kaplet Dengan Nama Dagang Dan Generik Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, 2009.
perubahan waktu retensi yang disebabkan oleh variasi suhu dan komposisi
Fahma Sari : Penetapan Kadar Ciprofloxacin Dalam Sediaan Kaplet Dengan Nama Dagang Dan Generik Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, 2009.
Hasil linieritas kurva kalibrasi larutan Ciprofloxacin HCl BPFI ditentukan
berdasarkan luas puncak pada berbagai konsentrasi dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 2. Kurva kalibrasi baku Ciprofloxacin konsentrasi versus luas puncak pada konsentrasi 50, 100, 200, 250 mcg/ml yang dianalisa secara KCKT pada λ
[image:41.595.129.446.170.570.2]Fahma Sari : Penetapan Kadar Ciprofloxacin Dalam Sediaan Kaplet Dengan Nama Dagang Dan Generik Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, 2009.
Dari pengolahan data dapat dihitung kadar Ciprofloxacin berdasarkan luas
[image:42.595.113.510.189.755.2]puncak yang terdapat dalam sediaan kaplet Ciprofloxacin. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Hasil pengolahan data dari sediaan kaplet Ciprofloxacin
No Sampel Perlakuan Luas Puncak Kadar
(%) 1
Kaplet Ciprofloxacin 500 mg (PT. Indofarma)
1 18288731 102,90
2 18533504 104,48
3 18556158 104,63
4 18581659 104,79
5 18633359 105,17
6 18631713 105,12
2
Kaplet Ciprofloxacin 500 mg (PT. Novell)
1 18470100 104,07
2 18497617 104,52
3 18475627 104,11
4 18441358 103,88
5 18391650 103,56
6 18466128 104,04
3
Kaplet Ciprofloxacin 500 mg (PT. Sanbe)
1 18429592 103,81
2 18437000 103,86
3 18452140 103,95
4 18491889 104,21
5 18450327 103,94
6 18508245 104,32
4
Kaplet Floxifar 500 mg (PT. Ifars)
1 18429435 103,81
2 18349220 103,29
3 18388577 103,54
4 18346932 103,27
5 18272796 102,79
6 18132748 101,89
5
Kaplet Floxigra 500 mg (PT. Graha Farma)
1 17067454 94,99
2 17097816 95,19
3 17067629 94,99
4 17094987 95,17
5 17084408 95,10
6 17099982 95,20
6
Kaplet Lapiflok 500 mg (PT. Lapi)
1 18538495 104,51
2 18601267 104,92
3 18679135 105,42
4 18714052 105,65
5 18684932 105,46
6 18698094 105,55
Fahma Sari : Penetapan Kadar Ciprofloxacin Dalam Sediaan Kaplet Dengan Nama Dagang Dan Generik Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, 2009.
Kaplet Viflox 500 mg
(PT.TropicaMaspharmaceutical)
2 18836993 106,44
3 18903570 106,87
4 18972793 107,32
5 18977614 107,35
6 19073339 107,97
Berdasarkan pada hasil pengolahan data dan perhitungan statistik
diperoleh kadar Ciprofloxacin dalam sediaan kaplet seperti pada tabel 3. di bawah ini.
Tabel 3. Data kadar Ciprofloxacin dalam sediaan kaplet yang ditentukan berdasarkan luas puncak
No. Nama Sediaan Kadar
Ciprofloxacin
1. Kaplet Ciprofloxacin (PT.Indofarma) 104,51± 1,37%
2. Kaplet Ciprofloxacin (PT.Novell) 104,03± 0,52%
3. Kaplet Ciprofloxacin (PT.Sanbe) 104,02±0,33 %
4. Kaplet Floxigra 95,11±0,02 %
5. Kaplet Floxifar 103,09±1,12%
6. Kaplet Lapiflok 105,52±0,73%
7. Kaplet Viflox 107,12±0,89%
Sediaan kaplet Ciprofloxacin yang ditentukan kadarnya berdasarkan luas
puncak, keseluruhannya memenuhi persyaratan yang ditetapkan USP 30 (2007) yaitu mengandung Ciprofloxacin, C17H18FN3O3, tidak kurang dari 90,0% dan
tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket
[image:43.595.116.510.86.168.2]Fahma Sari : Penetapan Kadar Ciprofloxacin Dalam Sediaan Kaplet Dengan Nama Dagang Dan Generik Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, 2009.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Ciprofloxacin dapat ditentukan kadarnya secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi menggunakan kolom L1 (Oksadetil silana) dengan fase gerak Asam posfat
: acetonitril (80:20).
Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan kadar Ciprofloxacin dalam sediaan kaplet yang ditentukan berdasarkan pengukuran luas puncak
keseluruhannya sesuai dengan persyaratan kadar yang tertera dalam USP 30 (2007), yaitu mengandung Ciprofloxacin C17H18FN3O3 tidak kurang dari 90,0%
dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. 5.2 Saran
Disarankan agar dilakukan penelitian lebih lanjut kadar Ciprofloxacin
Fahma Sari : Penetapan Kadar Ciprofloxacin Dalam Sediaan Kaplet Dengan Nama Dagang Dan Generik Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, 2009.
DAFTAR PUSTAKA
Anief, M. (2004). Ilmu Meracik Obat. Cetakan Kesebelas. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press. Hal. 13.
Badan Pengawasan Obat dan Makanan.(2003). Cara Pembuatan Obat yang Baik.Badan pengawasan Obat dan Makanan. Bandung. Hal 1-21
De Lux Putra, E. (2007). Dasar-dasar Kromatografi Gas & Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Fakultas Farmasi USU-Medan. Hal. 88-91.
Ganiswarna,S.(2007). Farmakologi dan Terapi. Edisi kelima. Bagian Farmakologi FKUI. Jakarta. Universitas Indonesia Press. Hal. 720-721
Gritter, R.J, Bobbit, J.M, dan Schwarting, A.e. (1985). Introduction of Chromatograpy. Penerjemah: K. Padmawinata. Pengantar Kromatografi.Edisi III.Bandung: Penerbit ITB. Hal 186
Moffat, A. C., dkk. (2004). Clarke’s Analysis of Drugs and Poisons.Third Edition. Volume 1. London . The pharmaceutical Press. Hal 808-810
Pharmacopeia USP, (2007). The National Formulary. Edition 30 . The United States Pharmacopeial Convention. Page. 1759 – 1760.
Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta. Penerbit Pustaka Pelajar. Hal. 378- 379, 406.
Snyder, L. R., and Kirkland, J. J. (1979). Introduction to Modern Liquid Chromatography. 2nd edition, By Jhon Wiley and Son. London. Page. 554.
Stevenson, R., Johnson, E. (1991). Dasar Kromatografi Cair. Bandung. Penerbit ITB. Hal. 99, 170 – 177.
Sudjana, (2002). Metoda Statistika. Edisi Keenam. Penerbit Tarsito. Bandung. Hal. 165, 229, 491.
Fahma Sari : Penetapan Kadar Ciprofloxacin Dalam Sediaan Kaplet Dengan Nama Dagang Dan Generik Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, 2009.
Fahma Sari : Penetapan Kadar Ciprofloxacin Dalam Sediaan Kaplet Dengan Nama Dagang Dan Generik Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, 2009.
Lampiran 1. Gambar Alat KCKT dan Syringe 100 µl
Fahma Sari : Penetapan Kadar Ciprofloxacin Dalam Sediaan Kaplet Dengan Nama Dagang Dan Generik Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, 2009.
Lampiran 2. Gambar alat ultrasonic cleaner dan penyaring
Fahma Sari : Penetapan Kadar Ciprofloxacin Dalam Sediaan Kaplet Dengan Nama Dagang Dan Generik Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, 2009.
Fahma Sari : Penetapan Kadar Ciprofloxacin Dalam Sediaan Kaplet Dengan Nama Dagang Dan Generik Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, 2009.
Fahma Sari : Penetapan Kadar Ciprofloxacin Dalam Sediaan Kaplet Dengan Nama Dagang Dan Generik Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, 2009.
Fahma Sari : Penetapan Kadar Ciprofloxacin Dalam Sediaan Kaplet Dengan Nama Dagang Dan Generik Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, 2009.
Fahma Sari : Penetapan Kadar Ciprofloxacin Dalam Sediaan Kaplet Dengan Nama Dagang Dan Generik Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, 2009.
Fahma Sari : Penetapan Kadar Ciprofloxacin Dalam Sediaan Kaplet Dengan Nama Dagang Dan Generik Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, 2009.
[image:55.595.110.460.162.594.2]Lampiran 9. Perhitungan persamaan regresi dan kurva kalibrasi Ciprofloxacin HCl BPFI yang diperoleh secara KCKT pada 278 nm
Tabel 1.Data Kalibrasi Ciprofloxacin Konsentrasi (X) terhadap Luas Puncak (Y)
No. X
(mcg/ml) Y XY X
2
Y2
1. 50 5941483 297074150 2500 35301220240000
2. 100 10268037 1026803700 10000 105432583800000
3. 200 17768907 3553781400 40000 315734056000000
4. 250 21211268 5302817000 62500 449917890200000
Σ 600 55189665 1080476250 115000 906385750200000
a =
( ) ( )( )
( )
x( )
x nn y x xy / / 2 2 − ∑
∑ ∑ ∑ − ∑ a = 4 / ) 600 ( ) 115000 ( 4 / ) 55189665 )( 600 ( ) 0 1018047625 ( 2 − − a = 90000 115000 8278454250 0 1018047625 − − a = 25000 1902022000
a = 76080,88 Y = ax + b
b = Y – a x
b = 13797423,75 – 76080,88 x 150 b = 13797423,75 - 11412132
b = 2385291,75 Y = aX + b
Sehingga diperoleh persamaan regresi Y = 76080,88 X + 2385291,75
Fahma Sari : Penetapan Kadar Ciprofloxacin Dalam Sediaan Kaplet Dengan Nama Dagang Dan Generik Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, 2009.
r =
( ) ( )( )
( )
( )
[
x x n]
[
( )
y( )
y n]
n y x xy / / / 2 2 22 − ∑ ∑ − ∑
∑ ∑ ∑ − ∑ r =
[
(115000) (600) /4][
(906385750200000) (55189695) /4]
4 / ) 55189695 )( 600 ( ) 0 1018047625 ( 2 2 − − − r =
[
25000]
[
906385750200000 (55189695) /4]
1902022000 2 − r = 1903354025 1902022000Fahma Sari : Penetapan Kadar Ciprofloxacin Dalam Sediaan Kaplet Dengan Nama Dagang Dan Generik Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, 2009.
Lampiran 10. Perhitungan Limit of Detection (LOD) dan Limit of Quantitation (LOQ) Ciprofloxacin
Persamaan garis regresi Ciprofloxacin BPFI: y = aX + b
y = 76080,88 X + 2385291,75
No Konsentrasi(X)
X - X ( X - X )²
1 50 -100 10000
2 100 -50 2500
3 200 50 2500
4 250 100 10000
∑X = 600
X = 150 ((X-X)² = 25000
SD = 1 ) ( 2 _ − −
∑
n X X= 25000
3 = 91,29
LOD = slope
SD x 3
= 3 91, 26 76080,88
x
= 0,0035 mcg/ml
LOQ =
slope SD x 10
= 10 91, 26
76080,88 x
Fahma Sari : Penetapan Kadar Ciprofloxacin Dalam Sediaan Kaplet Dengan Nama Dagang Dan Generik Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, 2009.
Lampiran 11. Kromatogram dari Larutan Tablet Ciprofloxacin (PT. Indofarma)
Fahma Sari : Penetapan Kadar Ciprofloxacin Dalam Sediaan Kaplet Dengan Nama Dagang Dan Generik Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, 2009.
Fahma Sari : Penetapan Kadar Ciprofloxacin Dalam Sediaan Kaplet Dengan Nama Dagang Dan Generik Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, 2009.
Fahma Sari : Penetapan Kadar Ciprofloxacin Dalam Sediaan Kaplet Dengan Nama Dagang Dan Generik Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, 2009.
Fahma Sari : Penetapan Kadar Ciprofloxacin Dalam Sediaan Kaplet Dengan Nama Dagang Dan Generik Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, 2009.
Fahma Sari : Penetapan Kadar Ciprofloxacin Dalam Sediaan Kaplet Dengan Nama Dagang Dan Generik Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, 2009.
(f)
a, b, c, d, e, dan f merupakan kromatogram penyuntikan 6 kali dari larutan kaplet Ciprofloxacin (PT. Indofarma) pada konsentrasi 200 mcg/ml yang dianalisa secara KCKT menggunakan kolomVP-ODS (4,6 mm x 25 cm), fase gerak campuran
Fahma Sari : Penetapan Kadar Ciprofloxacin Dalam Sediaan Kaplet Dengan Nama Dagang Dan Generik Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, 2009.
Lampiran 12 Analisa data statistik untuk mencari kadar sebenarnya dari penyuntikan larutan CIPROFLOXACIN ( PT. Indofarma ) secara KCKT
No.
Kadar (%)
X
Area
Y
(
)
X
X −
(
X − X)
21. 102,90* 18288731 -1,61 2,5921
2. 104,48 18533504 -0,03 0,0009
3. 104,63 18556158 0,12 0,0144
4. 104,79 18581659 0,28 0,0784
5. 105,13 18633359 0,62 0,3844
6. 105,12 18631713 0,61 0,3721
∑ X = 627,06
X = 104,51
∑
(
X − X)
2 = 3,4423SD =
(
)
1 2 −− ∑ n X X = 5 4423 , 3
= 0,8297
Dari 6 data yang diperoleh, data ke 1 adalah yang paling menyimpang sehingga diuji dengan uji Q.
102,90 - 104,48
Q = = 0,7085
105,13 – 102,90
Fahma Sari : Penetapan Kadar Ciprofloxacin Dalam Sediaan Kaplet Dengan Nama Dagang Dan Generik Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, 2009.
µ = X ± t(1-1/2 α).dk
n SD ×
µ = 104,51 ± 4,0321
6 8297 , 0 ×
µ = 104,41 ± 1,37
103,14%
Lampiran 13 Kromatogram dari larutan tablet Ciprofloxacin (PT. Novell)
(a)
Fahma Sari : Penetapan Kadar Ciprofloxacin Dalam Sediaan Kaplet Dengan Nama Dagang Dan Generik Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, 2009.
Fahma Sari : Penetapan Kadar Ciprofloxacin Dalam Sediaan Kaplet Dengan Nama Dagang Dan Generik Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, 2009.
(d)
Fahma Sari : Penetapan Kadar Ciprofloxacin Dalam Sediaan Kaplet Dengan Nama Dagang Dan Generik Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, 2009.
(f)
(f)
Fahma Sari : Penetapan Kadar Ciprofloxacin Dalam Sediaan Kaplet Dengan Nama Dagang Dan Generik Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, 2009.
a, b, c, d, e, dan f merupakan kromatogram penyuntikan 6 kali dari larutan kaplet
Ciprofloxacin (Novell) pada konsentrasi 200 mcg/ml yang dianalisa secara KCKT
menggunakan kolomVP-ODS (4,6 mm x 25 cm), fase gerak campuran Asam fosfat dan
acetonitril (80:20), volume penyuntikan 20 µl. Laju
Lampiran 14. Analisa data statistik untuk mencari kadar sebenarnya dari penyuntikan larutan CIPROFLOXACIN (PT. Novell ) secara KCKT
No.
Kadar (%)
X
Area
Y
(
)
X
Fahma Sari : Penetapan Kadar Ciprofloxacin Dalam Sediaan Kaplet Dengan Nama Dagang Dan Generik Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, 2009.
1. 104,07 18533504 0,04 0,0016
2. 104,52* 18556158 0,49 0,2401
3. 104,11 18581659 0,08 0,0064
4. 103,88 18633359 -0,15 0,0225
5. 103,56 18631713 -0,47 0,2209
6. 104,04 18466128 0,01 0,0001
∑ X = 624,18
X = 104,03
∑
(
X − X)
2 = 0,4916SD =
(
)
1 2 −− ∑ n X X = 5 4916 , 0
= 0,3135
Dari 6 data yang diperoleh, data ke 2 adalah yang paling menyimpang sehingga diuji dengan uji Q.
104,52 - 104,11
Q = = 0,4271
104,52 - 103,56
nilai Q yang diperoleh tidak melebihi nilai Q0,99 yaitu 0,740 maka semua data diterima.
µ = X ± t(1-1/2 α).dk
n SD ×
µ = 104,03 ± 4,0321
6 3125 , 0 ×
µ = 104,03 ± 0,52
Fahma Sari : Penetapan Kadar Ciprofloxacin Dalam Sediaan Kaplet Dengan Nama Dagang Dan Generik Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, 2009.
Lampiran 15 Kromatogram dari Larutan Tablet Ciprofloxacin (PT. Sanbe)
Fahma Sari : Penetapan Kadar Ciprofloxacin Dalam Sediaan Kaplet Dengan Nama Dagang Dan Generik Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, 2009.
Fahma Sari : Penetapan Kadar Ciprofloxacin Dalam Sediaan Kaplet Dengan Nama Dagang Dan Generik Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, 2009.
Fahma Sari : Penetapan Kadar Ciprofloxacin Dalam Sediaan Kaplet Dengan Nama Dagang Dan Generik Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, 2009.
Fahma Sari : Penetapan Kadar Ciprofloxacin Dalam Sediaan Kaplet Dengan Nama Dagang Dan Generik Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, 2009.
(e)
Fahma Sari : Penetapan Kadar Ciprofloxacin Dalam Sediaan Kaplet Dengan Nama Dagang Dan Generik Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, 2009.
a, b, c, d, e, dan f merupakan kromatogram penyuntikan 6 kali dari larutan kaplet
Ciprofloxacin (PT. Sanbe) pada konsentrasi 200 mcg/ml yang dianalisa secara KCKT
menggunakan kolomVP-ODS (4,6 mm x 25 cm), fase gerak campuran Asam fosfat dan
acetonitril (80:20), volume penyuntikan 20 µl. Laju alir 1,5 ml/menit pada 278 nm.
Fahma Sari : Penetapan Kadar Ciprofloxacin Dalam Sediaan Kaplet Dengan Nama Dagang Dan Generik Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, 2009.
No.
Kadar (%)
X
Area
Y
(
)
X
X −
(
X − X)
21. 103,81 18429592 -0,21 0,0441
2. 103,86 18437000 -0,16 0,0256
3. 103,95 18452140 -0,07 0,0049
4. 104,21 18491889 0,19 0,0361
5. 103,94 18450327 -0,08 0,0064
6. 104,32* 18508245 0,3 0,09
∑ X = 624,09
X = 104,02
∑
(
)
2X
X − = 0,2071
SD =
(
)
1 2 −− ∑ n X X = 5 2071 , 0
= 0,2035
Dari 6 data yang diperoleh, data ke 6 adalah yang paling menyimpang sehingga diuji dengan uji Q.
104,32 - 104,21
Q = = 0, 2156
104,32 – 103,81
nilai Q yang diperoleh tidak melebihi nilai Q0,99 yaitu 0,740 maka semua data diterima.
µ = X ± t(1-1/2 α).dk
n SD ×
µ = 104,02 ± 4,0321 0, 2035
6 ×
µ = 104,02± 0,33
Fahma Sari : Penetapan Kadar Ciprofloxacin Dalam Sediaan Kaplet Dengan Nama Dagang Dan Generik Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, 2009.
Lampiran 17. Kromatogram dari larutan Tablet Floxigra (PT. Graha Farma)
(a)
Fahma Sari : Penetapan Kadar Ciprofloxacin Dalam Sediaan Kaplet Dengan Nama Dagang Dan Generik Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, 2009.
Fahma Sari : Penetapan Kadar Ciprofloxacin Dalam Sediaan Kaplet Dengan Nama Dagang Dan Generik Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, 2009.
(d)
Fahma Sari : Penetapan Kadar Ciprofloxacin Dalam Sediaan Kaplet Dengan Nama Dagang Dan Generik Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, 2009.
(e)
Fahma Sari : Penetapan Kadar Ciprofloxacin Dalam Sediaan Kaplet Dengan Nama Dagang Dan Generik Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, 2009.
a, b, c, d, e, dan f merup