• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORI DAN KONSEP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN TEORI DAN KONSEP"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN TEORI DAN KONSEP

1. Definisi Menua

Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupanya, yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakkan lambat, dan figure tubuh yang tidak proporsional ( Wahyudi Nugroho, 2008 ).

Penuaan adalah suatu proses salami yang tidak dapat dihindari, berjalan terus menerus, dan berkesinambungan. Selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis dan bio kimia pada tubuh sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan ( Maryam, R,Siti dkk,2008 ).

a. Batasan Lanjut Usia

1) Batasan umur lansia menurut kesehatan dunia ( WHO ) meliputi :

(2)

b) Lanjut usia (elderly) ( 60-74 tahun ) c) Lanjut usia tua (old) ( 75-90 tahun )

d) Usia sangat tua (very old) ( di atas 90 tahun ) 2) Menurut Dra. Ny. Jos Masdani ( psikolog dari universitas

Indonesia ), lanjut usia merupakan kelanjutan usia dewasa. Kedewasaan dapat dibagi menjadi empat bagian, yaitu :

a) Fase iuventus, antara usia 25-40 tahun. b) Fase verilitas, antara usia 40-50 tahun. c) Fase praesenium, antara usia 55-65 tahun.

d) Fase senium, antara usia 65 tahun hingga tutup usia. ( Wahjudi Nugroho, 2008 )

b. Teori – teori proses menua

Teori penuaan secara umum dapat dibedakan menjadi dua yaitu teori penuaan secara biologi dan teori penuaan psikososial.

1) Teori Biologi

a) Teori genetic dan mutasi ( Somatic Mutatie Theory) Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetic untuk spesies – spesies tertentu. Menua terjadi akibat dari perubahan biokimia yang deprogram oleh molekul – molekul / DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi. Sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari sel –

(3)

sel kelamin ( terjadi penurunan kemampuan fungsional sel ).

b) Pemakaian dan rusak kelebihan usaha dan strees menyebabkan sel – sel tubuh lelah ( terpakai ). c) Pengumpulan dari pigmen atau lemak dalam tubuh

yang disebut teori akumulasi dari produk sisa. Sebagai contoh adanya pigmen Lipofuchine di sel otot jantung dan sel susunan syaraf pusat pada orang lanjut usia yang mengakibatkan menganggu fungsi sel itu sendiri.

d) Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan.

e) Reaksi dari kekebalan sendiri ( Auto Immune Theory )

Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat di produksi suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit. Sebagai contoh ialah tambahan kelejar timus yang ada pada usia dewasa berinvolusi dan semenjak itu terjadilah kelainan autoimun.

f) Theory Immunology Slow Virus ( immunology Slow Virus Theory )

(4)

Sistem imun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus ke dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.

g) Teory stress

Menua terjadi akibat hilangnya sel – sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel – sel tubuh lelah terpakai.

h) Teori radikal bebas

Radikal bebas dapat terbentuk di dalam bebas, tidak stabilnya radikal bebas ( kelompok atom ) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan – bahan organik seperti karbohidrat dan proteon. Radikal ini menyebabkan sel – sel tidak dapat regenerasi.

i) Teori rantai silang

Sel – sel yang tua atau using, reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya ini menyebabkan kurangnya elastis, kekacauan, dan hilangnya fungsi.

(5)

j) Teory program

Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah setelah sel – sel tersebut mati. ( Siti Bandiyah,2009)

2) Teori Kejiwaan Sosial

a) Aktivitas atau kegiatan ( Activity Theory )

(1) Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan secara langsung. Teori ini menyatakan bahwa pada lanjut usia yang sukses adalah merek yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial.

(2) Ukuran optimum ( pola hidup ) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut usia.

(3) Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia.

b) Kepribadian berlanjut ( Continuity Theory )

Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Pada teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia dipengaruhi oleh tipe personality yang dimilikinya.

(6)

c) Teori pembebasan ( Didengagement Theory )

Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur – angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering terjadi kehilangan ganda ( Triple Loos ), yakni :

(1) Kehilangan peran ( Loss of Role )

(2) Hambatan kontak sosial ( Restrastion of Contracts and Relation Ships )

(3) Berkurangnya komitmen ( Reuced commitment to Social Mores and Values ) ( Siti Bandiyah, 2009 )

c. Perubahan – Perubahan yang terjadi pada lanjut usia 1) Sel

a) Lebih sedikit jumlahnya. b) Lebih besar ukuranya.

c) Berkurangngnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler.

d) Menurunya proporsi protein di otak, otot, ginjal dan darah dan hati.

(7)

e) Jumlah sel otak menurun.

f) Terganggunya mekanisme perbaikan sel.

g) Otak menjadi atrofis beratnya berkurang 5 – 10 % 2) Sistem pernafasan

a) Berat otak menurun 10 – 20 % ( setiap orang berkurang sel saraf otaknya dalam setiap harinya ) b) Membran timpani menjadi atrofi menyebabkan

otosklerosis.

c) Terjadinya pengumpulan cerumen dapat mengeras karena meningkatnya kratin.

d) Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan jiwa / stress.

3) Sistem Penglihatan

a) Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.

b) Kornea lebih berbentuk sferis ( bola )

c) Lensa lebih suram ( kekeruhan pada lensa ) menjadi katarak, jelas menyebabkan gangguan penglihatan. d) Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya

adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat, dan sudah melihat dalam cahaya gelap.

e) Hilangnya daya akomodasi. f) Menurunnya lapangan pandang.

(8)

g) Menurunya daya membedakan warna biru atau hijau pada skala.

4) Sistem pendengaran

a) Presbiakusis ( gangguan pada pendengaran ). Hilangnya kemampuan ( daya ) pendengaran pada telinga dalam terutama terhadap bunyi atau suara – suara atau nada – tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata – kata 50 % terjadi pada usia di atas umur 65 tahun.

b) Membran timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis.

c) Terjadinya pengumpulan cerumen dapat mengeras karena meningkatnya kratin.

d) Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan jiwa / stress.

5) Sistem kardiovaskuler

a) Elastisitas, dinding aorta menurun.

b) Katup jantung menebal dan menjadi kaku.

c) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumennya.

(9)

d) Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektivitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi. e) Tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer.

6) Sistem respirasi

a) Otot – otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.

b) Menurunya aktivitas dari silia.

c) Paru – paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun, dan kedalaman bernafas menurun.

d) Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang.

e) Kemampuan untuk batuk berkurang.

f) Kemampuan pegas, dinding, dada, dan kekuatan otot pernafasan akan menurun seiring dengan pertambahan usia.

7) Sistem kulit ( Integumentary System )

a) Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak.

(10)

b) Permukaan kulit kasar dan bersisik ( karena kehilangan proses keratinasi serta perubahan ukuran dan bentuk – bentuk sel epidermis.

c) Mekanisme proteksi kulit menurun : Produksi serum menurun , penurunan produksi VTD, gangguan permegtansi kulit.

d) Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu. e) Berkurangnya elastisitas akibat dari menurunnya

cairan dan vaskularisasi.

f) Kuku jari menjadi keras dan rapuh.

g) Kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk. ( Siti Bandiyah, 2009 )

2. Pengertian Hipertensi a. Definisi

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan ( morbiditas ) dan angka kematian / mortalitas. Tekanan darah 140 / 90 mmHg didasarkan pada dua fase dalam setiap denyut jantung yaitu fase sistolik 140 menunjukan fase darah yang sedang dipompa oleh jantung dan fase diastolik 90 menunjukkan fase darah yang kembali ke jantung. ( Endang Triyanto, 2014 )

(11)

Menurut WHO, batas tekanan darah yang masih dianggap normal adalah kurang dari 130 / 85 mmHg, sedangkan bila lebih dari 140 / 90 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi dan diantara nilai tersebut disebut sebagai normal – tinggi. Dan batas tekanan darah yang masih dianggap normal adalah kurang dari 130 / 85 mmHg. ( CBN, 2006 )

Tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal. Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih dalam kisaran normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut. Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah. Tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55 – 60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis. ( Endang Triyanto, 2014 )

(12)

b. Patogenesis Hipertensi Lansia

Pada usia lanjut patogenesis terjadinya hipertensi usia lanjut sedikit berbeda dengan yang terjadi pada dewasa muda. Faktor yang berperan pada usia lanjut terutama adalah :

1) Penurunan kadar rennin karena menurunya jumlah nefron akibat proses menua. Hal ini menyebabkan suatu sirkulus vitiosus : hipertensi glomerulo sklerosis hipertensi yang berlangsung terus menerus.

2) Peningkatan sensitivitas terhadap asupan natrium. Makin lanjutnya usia makin sensitif terhadap peningkatan atau penurunan kadar natrium.

3) Penurunan elastisitas pembuluh darah perifer akibat proses menua akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer yang pada akhirnya akan mengakibatkan hipertensi sistolik saja.

4) Perubahan ateromatous akibat proses menua menyebabkan disfungsi endotel yang berlanjut pada pembentukan berbagai sitokin dan substansi kimiawi lain yang kemudian menyebabkan resorbsi natrium di tubulus ginjal, meningkatkan proses sklerosis pembuluh darah perifer dan keadaan lain yang berakibat pada kenaikan tekanan darah. ( R. Boedhi Darmojo & H. Hadi Martono, 2004 )

(13)

c. Jenis – jenis Hipertensi Pada Lanjut Usia

Berdasarkan klasifikasi dari JNC – VI maka hipertensi pada usia lanjut dapat dibedakan :

1) Hipertensi sistolik saja ( Isolated systolic hypertension ), terdapat pada 6 – 12 % penderita diatas usia 60 tahun ,terutama pada wanita. Insidensi meningkat dengan bertambahnya umur.

2) Hipertensi diastolic ( Diastolic hypertension ), terdapat antara 12 – 14 % penderita diatas usia 60 tahun, terutama pada pria. Insidensi menurun dengan bertambahnya umur. 3) Hipertensi sistolik – diastolic : terdapat pada 6 – 8 %

penderita usia > 60 tahun, lebih banyak pada wanita. Meningkat dengan bertambahnya umur.

d. Faktor Penyebab Hipertensi Pada Lansia

Menurut Smeltzer dan Bare ( 2000 ) penyebab hipertensi dibagi menjadi 2, yaitu :

1) Hipertensi Esensial atau Primer

Penyebab pasti dari hipertensi esensial sampai saat ini masih belum dapat diketahui. Kurang lebih 90 % penderita hipertensi tergolong hipertensi esensial sedangkan 10 %nya tergolong hipertensi sekunder. Onset hipertensi primer terjadi pada usia 30 -50 tahun. Hipertensi primer adalah suatu kondisi hipertensi dimana penyebab sekunder dari

(14)

hipertensi tidak ditemukan ( Lewis, 2000 ). Pada hipertensi primer tidak ditemukan penyakit renovaskuler, aldosteronism, pheochro – mocytoma, gagal ginjal, dan penyakit lainnya. Genetic dan ras merupakan bagian yang menjadi penyebab timbulnya hipertensi primer, termasuk faktor lain yang diantaranya adalah faktor stress, intake alkhohol moderat, merokok, lingkungan, demografi dan gaya hidup.

2) Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui, antara lain kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid ( hipertiroid ), penyakit kelenjar adrenal ( hiperaldosteronisme ). Golongan terbesar dari penderita hipertensi adalah hipertensi esensial, maka penyelidikan dan pengobatan lebih banyak ditujukan ke penderita hipertensi esensial.

3) Faktor Resiko a) Faktor Usia

Faktor usia sangat berpengaruh terhadap hipertensi karena dengan bertambahnya umur maka semakin tinggi mendapat resiko hipertensi. Insiden hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya usia. Ini sering disebabkan oleh perubahan alamiah di dalam

(15)

tubuh yang mempengaruhi jantung, pembuluh darah dan hormon.

b) Jenis Kelamin

Jenis kelamin juga sangat erat kaitanya terhadap terjadinya hipertensi dimana pada masa muda dan paruh baya lebih tinggi penyakit hipertensi pada laki – laki dan pada wanita lebih tinggi setelah umur 55 tahun, ketika seorang wanita mengalami menopause.

c) Faktor Lingkungan seperti stress

Faktor lingkungan seperti stress berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi esensial. Hubungan antara stres dengan hipertensi, diduga melalui aktivasi saraf simpatis. Saraf simpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas, saraf parasimpatis adalah saraf yang yang bekerja pada saat kita tidak beraktivitas. Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat meningkatkan tekanan darah secara intermitten ( tidak menentu ). Apabila stres berkepanjangan, dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi dan selam terjadi rasa takut ataupun stres tekanan arteri sering kali meningkat

(16)

sampai setinggi dua kali normal dalam waktu beberapa detik.

4) Obesitas / Kegemukan

Obesitas / kegemukan merupakan cirri khas dari populasi hipertensi dan dibuktikan bahwa faktor ini mempunyai kaitan yang erat dengan terjadinya hipertensi di kemudian hari. Walaupun belum dapat dijelaskan hubungan antara obesitas dan hipertensi esensial, tetapi penyelidikan membuktikan bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibandingkan dengan penderita yang mempunyai berat badan normal. Terbukti bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dari pada penderita hipertensi dengan berat badan normal. ( Endang Triyanto, 2014 ).

e. Patofisiologi

Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara yaitu jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya arteri besar kehilangan kelenturanya dan menjadi kaku sehingga mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit dari pada biasanya dan

(17)

menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena arterioskalierosis.

Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi vasokontriksi, yaitu jika arteri kecil ( arteriola ) untuk sementara waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau hormone di dalam darah. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat sehingga tekanan darah juga meningkat.

Sebaliknya, jika aktivitas memompa jantung berkurang, arteri mengalami pelebaran, banyak cairan keluar dari sirkulasi maka tekanan darah akan menurun. Penyesuaian terhadap faktor – faktor tersebut dilaksanakan oleh perubahan di dalam fungsi ginjal dan sistem saraf otonom ( bagian dari sistem saraf yang mengatur berbagai fungsi tubuh secara otomatis ). Perubahan fungsi ginjal, ginjal mengendalikan mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara : jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran garam dan air, yang akan menyebabkan berkurangnya volume darah dan mengembalikan tekanan darah ke normal.

(18)

Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam dan air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali ke normal. Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan enzim yang disebut renin, yang memicu pembentukan hormon angiotensi, yang selanjutnya akan memicu pelepasan hormone aldosteron. Ginjal merupakan organ penting dalam mengendalikan tekanan darah, karena itu berbagai penyakit dan kelainan pada ginjal dapat menyebabkan tekanan darah tinggi. Misalnya penyempitan arteri yang menuju ke salah satu ginjal ( stenosis arteri renalis ) bisa menyebabkan hipertensi. Peradangan dan cidera pada salah satu atau kedua gijal juga bisa menyebabkan naiknya tekanan darah.

Sisitem saraf simpatis merupakan bagian dari sistem saraf otonom yang untuk sementara waktu akan meningkatkan tekanan darah selama respon fight-or-flight ( reaksi fisik tubuh terhadap ancaman dari luar ), meningkatkan kecepatan dan kekuatan denyut jantung dan juga mempersempit sebagian besar arteriola, tetapi memperlebar arteriola di daerah tertentu ( misalnya otot rangka yang memerlukan pasokan darah yang lebih banyak ), mengurangi pembuangan air dan garam oleh ginjal, sehingga akan meningkatkan volume darah dalam tubuh, melepaskan hormon epinefrin ( adrenalin ) dan nonepinefrin ( nonadrenalin ), yang merangsang jantung dan pembuluh darah. Faktor stres merupakan

(19)

satu faktor pecetus terjadinya peningkatan tekanan darah dengan proses pelepasan hormon epinefrin dan norepinefrin. ( Endang Triyanto, 2014 )

f. Manifestasi Klinis

Menurut Aidinil ( 2004 ) gejala klinis yang dialami oleh para penderita hipertensi biasanya berupa : pusing, mudah marah, telinga berdengung, sukar tidur, sesak nafas, rasa berat di tengkuk, mudah lelah, mata berkunang – kunang, dan mimisan ( jarang dilaporkan ). Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakan gejala sampai bertahun – tahun. Gejala bila ada menu jukan adanya kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan. Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia ( peningkatan urinasi pada malam hari ) dan azetoma peningkatan nitrogen urea darah. Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik transien yang bermanifestasi sebagai paralis sementara pada satu sisi ( hemiplagia ) atau gangguan ntajam penglihatan ( Wijayakusuma, 2000 )

g. Komplikasi Hipertensi 1) Stroke

Stoke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh

(20)

non otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri – arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertropi dan menebal, sehingga aliran darah ke daerah – daerah yang diperdarahinya berkurang. Arteri – arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat menjadi lemah, sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma. Gejala terkena stroke adalah sakit kepala secara tiba – tiba, seperti orang bingung, limbung atau bertingkah laku seperti orang mabuk, salah satu bagian tubuh terasa lemah atau sulit digerakan ( misalnya wajah, mulut, atau lengan terasa kaku, tidak dapat berbicara secara jelas ) serta tidak sadarkan diri secara mendadak.

2) Infark miokard

Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerosis tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk thrombus yang menghambat aliran darah melalui pembuluh darah tersebut. Hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga hipertropi ventrikel dapat menimbulkan perubahan – perubahan waktu hantaran listrik melintasi

(21)

ventrikel sehingga terjadi distritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan resiko pembentukan bekuan 9 coerwin, 2000 ). 3) Gagal ginjal

Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler – kapiler ginjal, glomerulus. Dengan rusaknya glomerulus, darah akan mengalir keunit – unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan kematian. Dengan rusaknya membrane glomerulus, protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotic koloid plasma berkurang, menyebabkan edema yang sering dijumpai pada hipertensi kronik ( Endang Triyanto, 2014 ).

Berikut penjelasan mengenai komplikasi menurut Burnside dan Thomas, 2004 :

1. Jantung

Komplikasi : Infark miokard, Angina pectoris dan gagal jantung kongesif

2. Sistem saraf pusat

Komplikasi : Stroke, Enselopati hipertensif 3. Ginjal

Komplikasi : Gagal ginjal kronis 4. Mata

(22)

5. Pembuluh darah perifer

Komplikasi : Penyakit pembuluh darah perifer h. Penatalaksanaan Hipertensi pada Lansia

Menurut mansjoer 2002, kategori penatalaksanaan di kategorikan dalam kelompok risiko menjadi :

1) Pasien dengan tekanan darah perbatasan, atau tingkat 1, 2, atau 3 tanpa gejala penyakit kardiovaskuler, kerusakan organ, atau faktor risiko lainya. Bila dengan modifikasi gaya hidup tekanan darah belum dapat diturunkan, maka harus diberikan obat anti hipertensi.

2) Pasien tanpa penyakit kardiovaskuler atau kerusakan organ lainnya, tapi memiliki satu atau lebih faktor resiko yang tertera di atas, namun bukan dibetes mellitus. Jika terdapat beberapa faktor maka harus langsung diberikan obat hipertensi.

3) Pasien dengan gejala klinis penyakit kardiovaskuler atau kerusakan organ yang jelas.

Tabel Penatalaksanaan berdasarkan klasifikasi resiko Tekanan Darah Kelompok Risiko A Kelompok Risiko B Kelompok Risiko C 130 – 135 / 85 -89 Modifikasi gaya hidup Modifikasi gaya hidup Dengan obat 140 – 159 / 90 - 99 Modifikasi gaya hidup Modifikasi gaya hidup Dengan obat >160 / 100 Dengan obat Dengan obat Dengan obat

(23)

Penatalaksanaan secara umum bagi lansia penderita hipertensi menurut Mansjoer ( 2002 ) adalah menurunkan berat badan bila terdapat kelebihan (indeks masa tubuh > 27), membatasi alkohol, meningkatkan aktifitas fisik aerobik (30 – 45 menit / hari), mempertahankan asupan kalsium dan magnesium yang adekuat, mengurangi asupan natrium, mempertahankan asupan kalium yang adekuat, dan berhenti merokok dan mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol dalam makanan.

Menurut Anderson ( 2011 ) menjelaskan mengenai pemakaian obat pada lanjut usia perlu dipikirkan kemungkinan adanya gangguan absorbs dalam alat pencernaan, interaksi obat, efek samping obat, dan gangguan akumulasi obat terutama obat – obatan yang eskresinya melalui ginjal. Melaksanakan terapi anti hipertensi perlu penetapan jadwal rutin harian minum obat, mencatat obat – obatan yang di minum dan keefektifan mendiskusikan untuk tindak lebih lanjut.

i. Latihan Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang membutuhkan energi di dalam setiap pekerjaanya. Aktivitas yang

(24)

dimaksud dapat dapat berupa berjalan, menari, menyapu, mencuci dan lain sebagainya. Latihan aktivitas fisik yang dilakukan secara rutin dan terus menerus disebut olah raga ( Karim, 2005 ). Sedangkan menurut Depkes ( 2007 ) aktivitas fisik adalah pergerakan anggota badan yang menyebabkan pengeluaran tenaga secara sederhana dan sangat penting bagi pemeliharaan fisik, mental dan kualitas hidup yang sehat. Aktivitas fisik juga berperan dalam menurunkan tekanan darah. Aktivitas fisik ( olah raga ) dapat memperbaiki profil lemak darah, yaitu menurunkan kadar total kolesterol, LDL dan trigliserida. Bahkan yang lebih penting olah raga dapat memperbaiki HDL. Takaran olah raga yang tepat dapat menurunkan hipertensi, obesitas serta diabetes mellitus. Hasil penelitian dengan olah raga sama saja efektifnya dengan kombinasi antara olahraga dengan obat ( Soeharto, 2004 ).

j. Macam Latihan Fisik pada Lansia

Menurut Villareal, Binder, dan Yarasheki ( 2004 ) latihan aktivitas fisik yang dilakukan lansia pada umumnya mengarah pada fungsi organ vital lansia seperti fungsi sistem pencernaan, fungsi sistem pernafasan dan fungsi organ lainya. Latihan fisik yang dilakukan oleh lansia tidak boleh terlalu berat dan berlebihan.

Menurut R. Siti Maryam dkk, ( 2008 ) beberapa contoh olah raga atau latihan fisik yang dapat dilakukan oleh lansia untuk meningkatkan dan memelihara kebugaran, kesegaran, dan

(25)

kelenturan fisik diantaranya seperti : Melakukan pekerjaan rumah, berjalan – jalan, renang, bersepeda danSenam Lansia.

k. Senam Lansia

1) Konsep Teori

Senam adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah serta terencana yang dilakukan secara tersendiri atau berkelompok dengan maksud meningkatkan kemampuan fungsional raga untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam bahasa inggris terdapat istilah exercise atau aerobic yang merupakan suatu aktivitas fisik yang dapat memacu jantung dan peredaran darah serta pernafasan yang dilakukan dalam jangka waktu yang cukup lama sehingga menghasilkan perbaikan dan manfaat bagi tubuh. Senam berasal dari bahasa yunani yaitu gymnastic ( gymnos ) yang berarti telanjang, dimana pada zaman tersebut orang yang melakukan senam harus telanjang, dengan maksud agar keleluasan gerak dan pertumbuhan badan yang dilatih dapat terpantau ( Suroto, 2004 ). Senam merupakan bentuk latihan – latihan tubuh dan anggota tubuh untuk mendapatkan kekuatan otot, kelentukan persendian, kelincahan gerak, keseimbangan gerak, daya tahan, kesegaran jasmani dan stamina. Dalam senam semua anggota tubuh ( otot – otot ) mendapat suatu perlakuan.

(26)

Otot – otot tersebut adalah gross muscle ( otot untuk melakukan tugas berat ) dan fine muscle ( otot untuk melakukan tugas ringan ).

Senam lansia yang dibuat oleh Mentri Negara Pemuda dan Olahraga ( MENPORA ) merupakan upaya peningkatan kesegaran jasmani kelompok lansia yang jumlahnya semakin bertambah. Senam lansia sekarang sudah diberdayakan diberbagai tempat seperti dip anti wredha, posyandu, klinik kesehatan dan puskesmas ( Suroto, 2004 ). Senam lansia adalah olahraga ringan dan mudah dilakukan tidak memberatkan yang diterapkan pada lansia. Aktivitas ini membantu agar tetap bugar dan tetap segar karena melatih tulang tetap kuat, mendorong jantung bekerja optimal, dan membantu menghilangkan radikal bebas yang ada di dalam tubuh. Jadi senam lansia adalah rangkaian gerak nada yang teratur dan terarah serta terencana yang diikuti oleh orang lanjut usia yang dilakukan dengan maksud meningkatkan kemampuan fungsional raga untuk mencapai tujuan tersebut.

Senam merupakan bentuk latihan – latihan tubuh dan anggota tubuh untuk mendapatkan :

(27)

a) Kekuatan otot merupakan kemampuan otot untuk membangkitkan tegangan atau kekuatan terhadap suatu tahanan.

b) Kelentukan persendian merupakan kemampuan untuk bergerak dalam ruang gerak sendi.

c) Kelincahan gerak merupakan kemampuan seseorang untuk dapat merubah arah posisi tertentu dengan kecepatan.

d) Keseimbangan gerak merupakan kemampuan seseorang mengendalikan organ – organ syaraf otot dalam mencapai posisi seimbang.

e) Daya tahan ( endurance ) merupakan keadaan atau kondisi tubuh yang dapat berlatih untuk waktu yang lama, tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan setelah menyelesaikan latihan.

f) Kesegaran jasmani merupakan kemampuan untuk melaksanakan tugas sehari – hari dengan giat dan dengan penuh kewaspadaan, tanpa mengalami kelelahan yang berarti, dan dengan energi yang cukup untuk menikmati waktu senggangnya dan menghadapi hal – hal yang darurat yang tak terduga. g) Stamina merupakan kemampuan seseorang untuk bertahan terhadap kelelahan dalam latihan semua

(28)

anggota tubuh ( otot – otot ) mendapat suatu perlakuan atau perkenaan ( Suroto, 2004 ).

2) Manfaat senam

Orang yang melakukan senam secara teratur akan mendapatkan kesegaran jasmani yang baik ( good physcial fitness ).

Unsur – unsurnya yang terdiri dari : a) Kekuatan otot.

b) Kelentukan persendian. c) Kelincahan gerak. d) Keluwesan

e) Cardio vascular fitness f) Neuro muscular fitness.

Apabila orang melakukan senam, peredaran darah akan lancar dan meningkat jumlah atau volume darah. Dan 20 % darah terdapat di otak, maka akan terjadi proses indorfin. Sehingga terbentuk hormone norepinefrin yang menimbulkan :

a) Rasa gembira b) Rasa sakit hilang

(29)

Manfaat senam lainya yaitu keseimbangan antara osteoblast dan osteoclast. Osteoblast yaitu resorbsi tulang, sel – sel osteoblast membuat tulang lubang – lubang pada tulang, sehingga tulang menipis. Sedangkan osteoclast yaitu sel – sel yang membentuk tulang dan mengisi lubang – lubang. Apabila kegiatan senam terhenti, maka osteoblast berkurang, sehingga sehingga pembeentukan tulang terhentidan akan terjadi ostheoporosis yaitu keropos tulang. Senam yang diiringi dengan latihan stretching dapat memberi efek otot yang tetap kenyal karena ditengah-tengah serabut otot ada impuls saraf yang dinamakan muscle spindle, bila otot diulur (recking) maka muscle spindleakan bertahan atau mengatur sehingga terjadi tarik-menarik, akibatnya otot menjadi kenyal. Orang yang melakukan stretching akan menambah cairan sinoval sehingga persendian akan licin dan mencegah cedera (Suroto, 2004).

(30)

3) Gerakan Senam Lansia

Tahapan latihan kebugaran jasmani adalah rangkaian proses dalam setiap latihan, meliputi pemanasan, kondisioning (inti), dan penenangan (pendinginan) (Sumintarsih, 2006).

a) Pemanasan

Pemanasan dilakukan sebelum latihan. Pemanasan bertujuan menyiapkan fungsi organ tubuh agar mampu menerima pembebanan yang lebih berat pada saat latihan sebenarnya. Penanda bahwa tubuh siap menerima pembebanan antara lain detak jantung telah mencapai 60% detak jantung maksimal, suhu tubuh naik 1ºC - 2ºC dan badan berkeringat. Pemanasan yang dilakukan dengan benar akan mengurangi cidera atau kelelahan. b) Kondisioning

Setelah pemansan cukup dilanjutkan tahap kondisioning atau gerakan inti yakni melakukan berbagai rangkaian gerak dengan model latihan yang sesuai dengan tujuan program latihan.

c) Penenangan

Penenangan merupakan periode yang sangat penting dan esensial. Tahap ini bertujuan mengembalikan kodisi tubuh seperti sebelum berlatih dengan

(31)

melakukan serangkaian gerakan berupa stretching. Tahapan ini ditandai dengan menurunnya frekuensi detak jantung, menurunnya suhu tubuh, dan semakin berkurangnya keringat. Tahap ini juga bertujuan mengembalikan darah ke jantung untuk reoksigenasi sehingga mencegah genangan darah diotot kaki dan tangan.

4) Pengaruh Senam Terhadap Perubahan Tekanan Darah Berdasarkan teori yang telah dijelaskan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa dengan latihan olahraga secara teratur dapat meningkatkan fungsi tubuh terutama fungsi jantung. Jantung yang merupakan salah satu organ vital tubuh sudah seharusnya dijaga kesehatannya. Kerusakan pada jantung akan mempengaruhi semua sistem tubuh. Sebagai contoh penyakit hipertensi, berawal dari hipertensi jika tidak tertangani secara baik akan berakibat fatal salah satunya dapat menyebabkan penyakit stroke yang dapat berakhir dengan kematian. Salah satu cara untuk menjaga kesehatan jantung adalah dengan olahraga yang teratur. Olahraga ringan yang mudah dilakukan adalah senam. Senam memiliki banyak manfaat diantaranya adalah melancarkan peredaran darah dan meningkatkan jumlah volume darah. Sehingga dengan melakukan senam secara teratur dapat

(32)

meminimalkan terjadinya penyakit jantung terutama hipertensi (Suroto, 2004).

Gambar

Tabel Penatalaksanaan berdasarkan klasifikasi resiko Tekanan Darah KelompokRisiko A KelompokRisiko B KelompokRisiko C 130 – 135 / 85 -89 Modifikasigaya hidup Modifikasigaya hidup Denganobat 140 – 159 / 90 - 99 Modifikasigaya hidup Modifikasigaya hidup Deng

Referensi

Dokumen terkait

Maka diharapkan pemberian metode neurac pada alat redcord ini dapat membantu meningkatkan stabilitas scapula, terciptanya tonus postural yang normal, meningkatkan

Berdasarkan pendapat di atas adalah suatu barang atau jasa yang dihasilkan oleh pemerintah dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, pelayanan pembuatan SIUP juga

Penelitian ini dilakukan dengan mereplikasi model modifikasi dari Theory of Planned Behavior yang dikembangkan oleh Beck dan Ajzen (1991). Perbedaan dengan

Rata- rata rasa nori pada penyaringan rumput laut 90% adalah 5,9 dengan rasa hampir sama dengan penyaringan 100% yaitu rasa yang tidak terasa asin dan agak

Berdasarkan hasil pengolahan data di atas dapat di ketahui bahwa Tingkat Keterampilan Teknik Dasar Team Sepakbola Team SMP Negeri 1 Pangean Kabupaten Kuantan Singingi

Dengan pemberian simulasi secara mendetail, gaya hidup glamour ditampilkan secara sempurna pada ruang simulacra yang dikehendaki seperti dalam pemakaian make up

Verifikasi Artikel Artikel yang diajukan ke Jurnal Farmasi Udayana belum pernah dipublikasikan sebelumnya kecuali dalam bentuk abstrak atau sebagai bagian dari skripsi, tidak

4 Menunjukkan ekspresi selalu bersyukur terhadap Allah SWT 3 Menunjukkan ekspresi sering bersyukur terhadap Allah SWT 2 Menunjukkan ekspresi kadang-kadang bersyukur terhadap