• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS TEMA DALAM SERAT MENAK PANDHAWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS TEMA DALAM SERAT MENAK PANDHAWA"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS TEMA DALAM SERAT MENAK PANDHAWA

Reza Agung Priambodo, I Made Suparta

Program Studi Jawa, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, 16424. Email: reza.agung90@yahoo.com

ABSTRAK

Naskah yang menjadi objek penelitian ini adalah Menak Pandhawa. Naskah Menak

Pandhawa merupakan sebuah karya sastra dari pesisiran yang bercirikan sebagai naskah menak. Hal yang menarik dari teks Menak Pandhawa adalah isi dari cerita yang

menggabungkan dua epos berbeda yaitu menak dan Mahabharata. Menak adalah sebuah cerita epos dengan latar belakang kerajaan Islam sedangkan Mahabharata adalah sebuah epos dengan latar belakang Hindu. Dalam cerita, terjadi usaha pengislaman yang dilakukan oleh kerajaan Kuparman terhadap Astina dan Amarta. Setelah berhasil menaklukkan Astina, Kuparman tidak berhasil dalam menaklukkan Amarta. Namun pada akhir cerita terjadi pernikahan antara putri kerajaan Kuparman dan putra dari Pandawa yang mengakibatkan kedua kerajaan berdamai. Kejadian-kejadian yang ada di dalam naskah, berkemungkinan merupakan sebuah gambaran bagaimana reaksi dari masyarakat di Jawa dengan adanya agama baru yaitu Islam yang masuk ke dalam pulau Jawa. Analisis struktural (alur, tokoh dan penokohan) digunakan untuk mencari tema besar yang terkandung dalam teks Menak

Pandhawa. Tema besar dicari untuk mengetahui apa maksud atau tujuan yang ingin

disampaikan oleh penulis naskah Menak Pandhawa kepada para pembacanya. Kata Kunci: Menak Pandhawa, Pengislaman, Analisis Struktur, Tema

ABSTRACT  

The object manuscript of this study is Menak Pandhawa. Menak Pandhawa script is a literary work of coastal characterized as a menak script. Menak Pandhawa is interisting because the text content of a story that combines two different epics Menak and Mahabharata. Menak is epic story against the background of the Islamic Kingdom and than the Mahabharata is an epic with a Hindu background. In the story, going on the Islamization efforts undertaken by the kingdom of Astina and Amarta by Kuparman. After successfully conquering Astina, Kuparman not succeed in conquering Amarta. But at the end of the story happens Kuparman royal wedding between the daughter and sons of the Pandawa which resulted in the two kingdoms at peace. Events that exist in the text, is a picture of how likely the reaction of people in Java with a new religion that is Islam goes to the island of Java. Structural analysis (plot, character and characterization) is used to find the major themes contained in the text

Menak Pandhawa. Great theme sought to know what the intent or purpose to be conveyed by

the writer of Menak Pandhawa to the readers.  

(2)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Naskah pesisiran memiliki kekhasan dalam hal isi dan bahasa. Isi cerita bisa saja dikaitkan dengan cerita yang merupakan karangan dari sang penulis, dan bahasa yang digunakan adalah bahasa Jawa dialek pesisiran, serta kekhasan dalam hal aksara yang kebanyakan ditulis dengan aksara pegon disamping aksara Jawa. Ciri yang lebih spesifik dari teks pesisiran sebagaimana diungkapkan oleh Karsono (1994), antara lain adalah apabila disusun prosodi macapat, kebanyakan pupuh pertama bertembang asmarandana, teks yang berprosodi macapat kebanyakan diawali dengan mukadimah yang khas-

bismillahirrahmanirrahim, ingsun amiwiti amuji, anebuting namaning Allah, wontening carita winarni, tumraping delancang kertas, baik manggala maupun kolofon sebagian besar

tidak memberi keterangan titimangsa penulisan atau penyalinan dengan lengkap.

Salah satu hasil karya sastra pesisiran yang laik untuk diteliti adalah sebuah naskah berjudul Menak Pandhawa. Teks ini berupaya meramu dua kebudayaan yang berasal dari latar belakang religi yang berbeda dalam kisahnya. Dilihat dari judul naskah yaitu Menak

Pandhawa, tersirat gambaran bahwa teks tersebut merupakan penggabungan dari dua epos

klasik Jawa yaitu Menak dan Mahabarata.

Dari segi isi cerita, naskah Menak Pandhawa laik untuk diteliti karena menceritakan tentang bagaimana upaya penaklukkan Kerajaan Astina (Kurawa) yang dilakukan oleh pasukan Kuparman yang dipimpin oleh Wong Agung Jayengrana dan setelah berhasil mengalahkan Astina berlanjut untuk mengalahkan Kerajaan Amarta (Pandhawa). Saat berupaya untuk menaklukkan kedua kerajaan itu disebutkan pula tentang hal-hal yang berkaitan dengan Islam. Sebagai contoh kata Agama Islam, Nabi Ibrahim, Kalimat Sahadat.

Serat Menak Pandhawa menjadi naskah yang perlu diteliti lebih mendalam karena naskah ini berkemungkinan merupakan satu-satunya naskah menak yang menceritakan tentang upaya penaklukkan penguasa Jawa yaitu kerajaan Astina (Kurawa) dan Amarta (Pandhawa) oleh pasukan Kuparman yang dipimpin oleh Wong Agung Jayengrana. Astina dan Amarta yang menguasai Jawa berkemungkinan adalah sebuah simbol kekuasaan dari ajaran Hindu yang telah berkembang di Jawa. Sedangkan Kuparman merupakan simbol dari agama Islam yang mencoba masuk dan diperkenalkan kepada penduduk Jawa.

(3)

Dalam segi sejarah, Pulau Jawa tidak pernah diduduki oleh Kerajaan Astina dan Amarta karena kedua kerajaan tersebut merupakan bagian dari kisah epos Mahabharata. Namun dari segi sastra, naskah ini berkemungkinan mengandung nilai-nilai moral ataupun pesan tertentu mengingat masa pembuatan naskah ini diperkirakan awal atau pertengahan abad ke-18 yang pada saat itu ajaran Islam masih berusaha untuk diperkenalkan dan diterima oleh masyarakat luas di tanah Jawa menggeser pengaruh kuat ajaran Hindu-Buddha yang lebih dahulu masuk beberapa abad sebelum Islam.

Serat Menak yang berkembang di Nusantara menceritakan tentang kepahlawanan

yang menggambarkan sosok Amir Hamzah yang dilatarbelakangi kebudayaan Parsi. Amir Hamzah adalah salah satu tokoh kerabat Nabi Muhammad yang turut membantu upaya Nabi dalam menyiarkan agama Islam. Cerita tentang Amir Hamzah tersebut kemudian masuk ke dalam khazanah kesusastraan Melayu yang dikenal dengan Hikayat Amir Hamzah.

Liau Yock Fang (1991:269) menyebutkan, Hikayat Amir Hamzah adalah salah satu hikayat yang sangat digemari dan banyak mengandung cerita-cerita pengembaraan dan cerita tentang negara-negara di kawasan Asia. Hikayat Amir Hamzah adalah sebuah hikayat yang populer. Terjemahannya terdapat dalam berbagai bahasa. Mula-mula dalam bahasa Arab, kemudian berlanjut ke beberapa bahasa di India seperti bahasa Hindustani, Benggali, dan terakhir ke dalam bahasa Nusantara (Bugis, Jawa, Bali, Sunda). Versi cerita Amir Hamzah berbahasa Jawa yang terkenal adalah diberi tajuk Menak. Menak adalah karya sastra Jawa yang terkenal pada masanya. Cerita Menak yang terkenal adalah yang disusun oleh Jasadipura.

Menurut penelitian dari Van Ronkel yang dikutip oleh Yock Fang (1991:271), cerita

Menak atau Serat Menak sebenarnya adalah saduran dari bahasa Melayu, yaitu Hikayat Amir Hamzah. Akan tetapi isinya jauh lebih luas daripada versi Melayu. Hal tersebut diperkirakan

karena orang Jawa punya kecenderungan suka mengembangkan dan meluaskan semua cerita yang mereka baca. Hikayat Amir Hamzah menceritakan tentang kelahiran, masa kecil hingga dewasa dari sosok pahlawan yang bernama Amir Hamzah. Selain itu, dikisahkan pula tokoh Islam lainnya yang berhasil menaklukkan negeri lain sekaligus mengislamkan rakyat yang berada dalam negeri yang telah berhasil ditaklukkan.

Sebagaimana hal yang telah disebutkan sebelumnya, naskah-naskah pesisiran secara umum berisi teks-teks keagamaan dan kesusastraan Islam (sastra pesisiran) yang berinduk

(4)

dari Parsi. Akan tetapi, ada pula karya-karya sastra yang merupakan perpaduan antara karya Islam dengan karya-karya yang berasal dari masa Hindu-Buddha. Sebagai contoh adalah

Serat Cabolek, Serat Bustam, dan yang terakhir adalah Serat Menak.

Zoetmulder (1985:26-27) menyebutkan bahwa tokoh-tokoh dalam epos Mahabarata dan Ramayana masih lebih populer jika dibandingkan dengan tokoh-tokoh sejarah Islam yang sengaja dihadirkan untuk “mengalahkan” pengaruh dari tokoh-tokoh epos terkenal tersebut yang telah terlebih dahulu muncul dan melekat dalam imajinasi masyarakat Jawa secara umum. Zoetmulder menambahkan bahwa usaha menghadirkan tokoh sejarah Islam seperti Amir Hamzah sangat terbatas pengaruh dan keberhasilannya pada suatu kelompok masyarakat saja. Kepoluleran ini tampak pada kesenian wayang yang ceritanya bersumber pada epos Mahabarata dan Ramayana. Kedua epos tersebut diketahui merupakan hasil budaya pada masa Hindu yang mengandung nilai religi yang tinggi, dan keberadaannya tidak hilang meskipun agama Islam yang tergolong agama baru pada zaman itu masuk di Nusantara, khususnya di pulau Jawa.

Dalam teks Menak Pandhawa, diceritakan bahwa Aliman yang terhanyut di lautan kemudian ditolong oleh nahkoda dari Arab. Setelah itu, ia dibawa untuk menghadap pada penguasa Arab yaitu Jayengrana. Jayengrana meminta Aliman untuk menceritakan bagaimana keadaan di Jawa dan siapa yang menguasainya. Penjelasan dari Aliman membuat Jayengrana geram dan memerintahkan untuk menghimpun pasukan lalu menggempur Astina. Setelah berhasil mengalahkan Astina, semuanya menolak masuk Islam jika Amarta belum takluk. Jayengrana memutuskan untuk menggempur Amarta. Di akhir peperangan, pasukan Kuparman kalah namun kedua kerajaan dapat berdamai karena terjadi pernikahan antara Kuraisin dan Abimanyu. Pesta pernikahan digelar, namun setelah pesta pada akhir teks Amarta diserang oleh Raja Bergosa yang balas dendam kepada Kresna.

Dari hasil bacaan atas naskah yang telah dilakukan, naskah Menak Pandhawa ini laik untuk diketengahkan karena hadirnya dua kebudayaan yang berbeda masa, dan terutama tema dan pesan apa yang ingin disampaikan oleh penulis kepada para pembaca. Pertanyaan-pertanyaan tematis yang muncul terkait dengan teks ini sebagai contoh, apa yang terjadi jika ada agama baru (Islam) yang coba untuk diperkenalkan pada saat agama Hindu sudah ada, mengapa ketika melawan Kurawa pasukan dari Kuparman yang dipimpin oleh Wong Agung Jayengrana begitu mudah mengalahkan kerajaan Astina, sedangkan ketika melawan Pandhawa pertempuran terjadi sama kuat dan di tengah-tengah peperangan keduanya

(5)

mengadakan pembicaraan yang berujung pada pernikahan putra-putri mereka sebagai jalan perdamaian di antara keduanya.

Permasalahan

Berdasarkan pembacaan yang telah dilakukan atas teks Menak Pandhawa, ditentukan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

Apakah yang menjadi tema utama cerita dalam teks Menak Pandhawa yang tersirat dalam struktur yang membangun cerita secara keseluruhan?

Permasalahan ini diangkat agar teks dapat dibaca dan dimanfaatkan oleh masyarakat secara umum dan penelitian di bidang lain secara khusus serta untuk mengetahui apa tujuan pembuatan naskah Menak Pandhawa.

Tujuan

Bertolak dari permasalahan penelitian yang telah disebutkan dalam subbab sebelumnya, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

Mengetahui tema yang ada dalam struktur cerita teks Menak Pandhawa.

Metodologi Penelitian

Beberapa bagian isi yang akan diambil adalah bagian peristiwa yang terpenting dari teks Menak Pandhawa dan melalui bagian peristiwa itu akan diperoleh tokoh yang dominan, penokohan dan alur. Dari struktur itu akan bertujuan untuk memperoleh tema besar yang terkandung dalam teks Menak Pandhawa.

Analisis tema dalam penelitian ini akan dilakukan melalui pembedahan akan struktur teks Menak Pandhawa sebagai sebuah karya sastra. Struktur yang akan ditelaah meliputi tokoh dan penokohan, serta alur. Analisis struktur atas teks Menak Pandhawa yang dilakukan dalam penelitian ini akan berpedoman pada buku Memahami Cerita Rekaan karya Panuti Sudjiman (1992). Analisis tema dilakukan untuk membuktikan hipotesis awal panulis

(6)

bahwa naskah Menak Pandhawa merupakan sebuah karya sastra yang digunakan sebagai media negosiasi antara agama Islam dan Hindu. Negosiasi di sini dimaksudkan memperkenalkan agama baru yaitu Islam kepada masyarakat Jawa pada masa itu tanpa menghilangkan pengaruh agama Hindu yang terlebih dahulu masuk ke tanah Jawa.

ANALISIS TEMA

Dalam analisis ini, unsur instrinsik yang akan dibahas meliputi alur, tokoh dan penokohan. Dari kedua unsur yang akan dibahas tersebut akan bertujuan untuk menemukan tema yang terdapat pada teks Menak Pandhawa. Di dalam analisis stuktural tema bisa diartikan sebagai makna menyeluruh yang ingin dicapai dan pencapaian tersebut membutuhkan keterkaitan dan keterjalinan semua anasir dan aspek karya sastra. Tema memiliki hubungan yang erat dengan alur dan tokoh penokohan. Menurut Culler sub sistem terpenting dalam sebuah cerita rekaan adalah alur, tema, dan tokoh (Sudjiman, 1992: 11).

Analisis Alur

Alur adalah pengaturan urutan penampilan peristiwa untuk memenuhi beberapa tuntutan (Sudjiman, 1992: 30). Selanjutnya, dalam bukunya Panuti Sudjiman memaparkan bahwa terdapat struktur umum dalam alur. Struktur umum alur terdiri dari tiga bagian dan setiap bagian-bagian itu memiliki sub bagian. Berikut merupakan struktur umum alur beserta penggolongannya dalam peristiwa-peristiwa penting yang terdapat pada teks Menak

Pandhawa:

Awal : 1. Paparan (Exposition)

2. Rangsangan (Inciting moment) 3. Gawatan (Rising Action) Tengah : 4. Tikaian (Conflict)

5. Rumitan (Complication) 6. Klimaks

Akhir :7. Leraian (Falling Action) 8. Selesaian (Denounment)

(7)

No. Halaman Daftar peristiwa penting teks Menak Pandhawa

1 1-12 Aliman seorang nahkoda Jawa yang tenggelam di laut Arab diselamatkan oleh nahkoda Arab. Setelah itu dibawa menghadap ke Jayengrana dan diminta untuk menceritakan tentang keadaan di nusa Jawa. (awalan)

2 12-17 Jayengrana beserta para pasukan berlayar ke tanah Jawa dan mendarat di pesisir Jepara. (rangsangan)

3 17-23 Penguasa Jepara melaporkan ke kerajaan Astina bahwa di pesisir terdapat musuh yang datang dari sabrang (Kuparman) dan sang Raja Suyudana bersiap mengumpulkan para pasukan. (gawatan)

4 24-32 Kuparman memberikan surat tantangan ke Astina. (gawatan) 5 32-100 Proses penaklukan Astina (Kurawa) oleh Kuparman. (tikaian)

6 101-125 Penolakan seruan untuk masuk ke dalam agama Islam kepada kerajaan-kerajaan. (rumitan)

7 126-239 Peperangan antara Kuparman dan Amarta (Pandawa) serta pembebasan Kurawa. (klimaks dan leraian)

8 240-252 Pernikahan antara Kuraisin dan Abimanyu. (selesaian) 9 253-268 Raja Bergosa menyerang Pandhawa dan Kuparman.

Jika dapat divisualisasikan, alur yang terdapat pada teks Menak Pandhawa adalah sebagai berikut:

(8)

f. klimaks e. rumitan d. tikaian g. leraian c. gawatan b. rangsangan a. paparan h. selesaian

Paparan merupakan sebuah awalan dari cerita, dari paparan grafik pada cerita terus meningkat dan mencapai puncak cerita pada bagian klimaks. Grafik cerita mulai turun pada kondisi leraian hingga pada akhirnya pada tahap selesaian cerita kembali turun.

Pergerakan alur yang ditimbulkan telah memunculkan masalah utama dan menunjukkan beberapa tokoh dominan dan tokoh-tokoh tersebut juga berfungsi sebagai pembangun cerita. Masalah utama dari teks Menak Pandhawa adalah pengenalan agama Islam yang dilakukan oleh Jayengrana dan pasukan Kuparman di pulau Jawa. Upaya pengenalan agama Islam yang dilakukan menimbulkan peperangan antara Kuparman melawan Astina dan Amarta. Selanjutnya, peristiwa pernikahan yang ada dalam teks merupakan bentuk dari pemecahan masalah agar peperangan dihentikan.

Dari sekian banyak tokoh yang ditampilkan di dalam teks Menak Pandhawa, tokoh-tokoh dominan yang muncul dari permasalahan, peristiwa-peristiwa penting dan pergerakan alur tersebut adalah Jayengrana, Marmaya, Maktal, Aliman, Kuraisin, Suyudana, Sengkuni, Salya, Bisma, Werkudara, Yudhistira, Danangjaya (Arjuna), Kresna, dan Abimanyu. Semua tokoh yang disebutkan memiliki fungsi dan peran yang berbeda, oleh karena itu tokoh-tokoh tersebut akan dianalis mengenai tungsi dan perannya dalam analisis tokoh dan penokohan.

Analisis Tokoh

Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan di dalam berbagai peristiwa (Sudjiman, 1992: 16). Dalam penokohan, penulis hanya akan meneliti penokohan dari tokoh-tokoh yang berperan penting dan mempunyai intensitas keterlibatan untuk dibicarakan maupun membicarakan peristiwa yang membangun cerita. Selain itu,

(9)

penokohan yang akan diteliti dimaksudkan untuk mendekatkan dan membantu memperoleh tema yang terdapat pada teks Menak Pandhawa.

Berdasarkan fungsinya, tokoh dibedakan menjadi dua yaitu tokoh utama dan tokoh bawahan. Tokoh utama adalah tokoh yang memegang peranan penting. Tokoh bawahan adalah tokoh yang tidak sentral kedudukannya di dalam cerita, tetapi kehadirannya sangat diperlukan untuk menunjang atau mendukung tokoh utama.

Tokoh Utama

Tokoh utama dalam cerita Menak Pandhawa adalah Jayengrana. Hal ini terlihat dari keterlibatannya dalam peristiwa-peristiwa penting yang ada, Jayengrana selalu muncul dan memiliki kekuatan paling kuat untuk membangun cerita.

Dalam episode I Jayengrana yang merupakan penguasa negeri Kuparman mendapat berita jika ada seseorang dari Jawa yang telah diselamatkan oleh nakuda dari Juldah. Jayengrana meminta untuk menceritakan tentang keadaan di Jawa.

Dalam episode II Jayengrana memerintahkan kepada para petinggi kerajaan dan pasukan untuk menyerang tanah Jawa dan menaklukkannya.

Dalam episode III Jayengrana memerintahkan panglimanya untuk mengirimkan surat kepada Prabu Suyudana penguasa Astina untuk menyerah.

Dalam episode IV Jayengrana selalu menjadi andalan Kuparman dalam pertempuran untuk mengalahkan semua panglima kerajaan Astina dan yang terakhir mengalahkan Prabu Suyudana.

Dalam episode V Jayengrana yang telah berkuasa di Astina memerintahkan kepada seluruh pasukan Astina beserta para petingginya untuk memeluk agama Islam. Selian itu, Jayengrana juga memerintahkan kepada para panglimanya untuk mengirimkan surat kepada kerajaan-kerajaan yang ada di Jawa untuk menyerah.

Dalam episode VI Jayengrana menjadi andalan dari Kuparman untuk berperang melawan pasukan Amarta dan Pandawa. Setelah perang berakhir, dengan besar hati Jayengrana menerima kekalahannya dan membebaskan para tahanan perang saat melawan Astina.

Dalam episode VII Jayengrana yang telah menyerah kepada Amarta menjadi saksi dari pernikahan anaknya Kuraisin dengan Abimanyu.

(10)

Tokoh Bawahan

Tokoh bawahan dalam teks Menak Pandhawa berfungsi sebagai pendukung dan penunjang tokoh utama. Ada beberapa tokoh bawahan yang terdapat pada teks Menak

Pandhawa baik dari Kupraman, Astina, dan Amarta. Banyak tokoh yang terdapat pada teks

namun penulis hanya memilih beberapa tokoh yang perannya mampu menunjang dan mendukung memunculkan karakter tokoh utama. Beberapa tokoh tersebut adalah:

Tokoh Bawahan kerajaan Kuparman: a. Umarmaya

Umarmaya di dalam teks berperan sebagai penasehat dari Jayengrana. Hal ini terlihat saat peperangan Jayengrana selalu meminta pendapat Umarmaya mengenai strategi dan apa yang harus dilakukan. Umarmaya adalah orang yang memberikan ide untuk melakukan pengislaman kepada kerjaan yang berhasil ditaklukkan.

b. Maktal

Merupakan orang yang menceritakan tentang kerajaan yang menandingi Kuparman yaitu Jawa. Karena ceritanya tersebut, Kuparman menyerang ke Jawa, dan memunculkan sisi emosi dari Jayengrana.

c. Kuraisin

Kuraisin adalah anak perempuan dari Jeyangrana. Dalam teks ini, Kuraisin menjadi tokoh yang memiliki peran penting dalam menentukan akhir dari cerita. Di saat berperang membantu Jeyengrana mengalahkan musuhnya, ia jatuh cinta kepada Abimanyu dan pada akhir cerita keduanya menikah.

d. Aliman

Aliman merupakan orang yang memulai cerita pada teks ini. Berawal dari dirinya yang tenggelam dan diselamatkan oleh nahkoda dari Arab. Ia bertemu dengan tokoh utama Jayengrana. Melalui ceritanya Jayengrana memutuskan untuk pergi ke Jawa. Ia juga berperan sebagai penulis surat untuk kerajaan-kerajaan di Jawa untuk menyerah kepada Kuparman.

Tokoh Bawahan Kerajaan Astina: a. Prabu Suyudana

(11)

Ia merupakan alasan pertama mengapa Jayengrana dan pasukan Kuparman menyerang Jawa. Kerajaan Astina yang dipimpinnya makmur dan ia memiliki kekuasaan besar di pulau Jawa. Oleh karena itu, Jayengrana beranggapan jika ia berhasil menaklukkannya maka Jawa juga akan tunduk oleh kekuatan Kuparman.

b. Sengkuni

Sengkuni memiliki peran sebagai penasihat dari Prabu Suyudana. Dan ketika Kuparman berperang melawan Amarta ia diminta sebagai sesepuh untuk menjelaskan kekuatan Amarta kepada Jayengrana.

c. Raja Salya

Raja Salya merupakan panglima dari Astina yang mampu merepotkan pasukan Kuparman dalam tengah-tengah pertempuran. Jayengrana yang maju ke medan perang melawan Raja Salya sempat terdesak karena kesaktian Candabirawa yang dimiliki oleh Raja Salya.

d. Bisma

Bisma berperan sebagai orang yang menolak secara halus ajakan Jayengrana kepada Suyudana, Sengkuni, Salya, dan dirinya untuk masuk agama Islam. Ia beralasan jika Amarta sudah takluk barulah ia dan para petinggi Astina mengikuti kemauan dari Jayengrana.

Tokoh Bawahan Kerajaan Amarta: a. Werkudara

Werkudara yang merupakan kusuma yuda merupakan lawan dari Jayengrana. Werkudara berperan sebagai seseorang yang menyulut kemarahan dari Jayengrana dan imbang saat berperang melawannya.

b. Danangjaya

Danangjaya dan Jenawi merupakan nama lain dari Arjunayang terdapat pada teks ini yang memiliki peranan penting. Danangjaya adalah orang yang berhasil mengalahkan Jayengrana di akhir pertempuran sehingga peperangan berhasil dihentikan.

c. Yudhistira

Yudhistira berperan sebagai raja, ia memutuskan untuk berperang melawan Kuparman. Selain itu, Yudhistira adalah orang yang memiliki kebijaksaan dan kemampuan memimpin yang hebat sehingga membuat dirinya disegani di Jawa. Kelebihan inilah yang mengakibatkan kerajaan-kerajaan Jawa tunduk di bawahnya. Semua Pandawa juga menuruti

(12)

semua perintahnya. Yudhistira dalam teks ini memiliki nama lain yaitu Dermakusuma yang sering sekali muncul dalam teks.

d. Kresna

Kresna merupakan penasehat untuk kerajaan Amarta. Ia juga mampu meramalkan apa yang akan terjadi. Peran Kresna di dalam teks ini penting karena selain menjadi penasehat ia juga memberikan wejangan di akhir episode.

e. Abimanyu

Abimanyu memiliki peran yang penting untuk mengakhiri pertempuran antara Kuparman dan Amarta. Ia yang diculik oleh Kuraisin saat berperang memutuskan untuk menikahinya. Dan karena keputusan tersebut peperangan berhasil dihentikan. Dalam teks Abimanyu juga muncul dengan nama Raden Pekik dan Angkawijaya.

Tokoh bawahan di atas tidak akan dilakukan pembahasan mengenai karakteristik penokohannya. Meskipun demikian, peran-peran dari tokoh bawahan yang telah dijelaskan mampu untuk membantu dalam pencarian tema.

Analisis penokohan hanya dilakukan melalui tokoh utama saja karena pergerakan alur dari awal hingga akhir cerita merupakan upaya pengenalan agama Islam yang dilakukan oleh Jayengrana dan akibat dari upaya tersebut. Tokoh-tokoh bawahan yang ada juga membantu untuk memunculkan karakteristik dari tokoh utama. Oleh karena itu, analisis penokohan hanya dilakukan pada tokoh utama saja.

Analisis Penokohan Tokoh Utama

Penokohan adalah penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh (Sudjiman, 1986: 58). Analisis penokohan akan memberikan gambaran tema apa yang ada dalam lakon karena watak dan lakuan tokoh didasarkan pada tema yang ada.

Jayengrana yang menjadi tokoh utama memiliki sifat pemberani, besar hati, religius, emosional, berkuasa, dan ambisius. Hal ini dibuktikan pada beberapa kutipan dari teks yang mendukung perwatakan dari Jayengrana.

Analisis Tema Menak Pandhawa

Untuk memaknai sebuah cerita, setiap orang dimungkinkan untuk melakukan penafsiran secara berbeda. Seperti yang dijelaskan oleh Panuti Sudjiman (1991: 55), pemaknaan terhadap tema bisa multi interpretable (dimaknai ganda). Namun, penafsiran

(13)

terhadap tema bisa dipertanggungjawabkan dengan ditunjang oleh unsur-unsur dalam karya sastra yang mendukung penafsiran tersebut.

Penentuan tentang tema didasari oleh analisis unsur intrinsik yang ada pada teks. Analisis yang telah dilakukan oleh penulis adalah alur, serta tokoh dan penokohan. Selain itu, kejadian penting dalam teks yaitu peperangan dan perkawinan menjadi faktor pendukung untuk memunculkan tema. Melalui analisis alur dan tokoh penokohan serta faktor yang mendukung tersebut, dapat diketahui bahwa tema yang ada pada teks Menak Pandhawa adalah pengenalan agama baru.

Tema pengenalan agama baru ditunjukkan dalam perjalanan alur yang telah dianalisis menggambarkan proses pengenalan agama Islam yang dilakukan oleh Jayengrana beserta pasukan Kuparman dan akibat dari upaya tersebut.

Tokoh-tokoh yang pembahasannya dilakukan pada analisis tokoh dan penokohan adalah tokoh-tokoh yang berpengaruh dan dominan muncul ketika pengenalan agama Islam dilakukan. Hal tersebut mendukung dan menguatkan tema pengenalan agama baru.

Peperangan yang terjadi antara Kuparman, Astina, dan Amarta yang terdapat pada teks adalah akibat dari pengenalan agama baru yang dilakukan oleh Jayengrana beserta pasukan Kuparman. Peperangan ini berpengaruh dalam penentuan tema dan penyelesaian dalam teks

Menak Pandhawa. Peperangan Kuparman dan Astina yang menolak untuk masuk agama

Islam berakibat Kuparman berperang melawan Amarta karena petinggi Astina yang kalah dalam berperang akan mengikuti perintah jika Amarta telah takluk. Peperangan Kuparman dan Amarta mengakibatkan pertemuan antara Kuraisin dan Abimanyu yang pada akhir cerita melakukan pernikahan.

Pernikahan antara Kuraisin dan Abimanyu merupakan penyelesaian dan mengakibatkan perdamaian antara Kuparman dan Amarta. Selain itu, pernikahan tersebut bertujuan untuk menyatukan dan menjalin tali persaudaraan antara Kuparman dan Amarta.

Dalam proses pengenalan agama baru ini, penulis sengaja menampilkan beberapa simbol penting dari agama Hindu yang digunakan sebagai bukti bahwa pengenalan agama dilakukan tanpa menghilangkan pengaruh agama yang lama. Hal ini dibuktikan dengan adanya penggunakan kata Hyang untuk penyebutan Tuhan dan menggunakan cerita Mahabharata dalam teks Menak Pandhawa. Hyang merupakan konsep penyebutan Tuhan

(14)

dalam agama Hindu. Dalam teks ini, kata Hyang juga digunakan oleh pihak Kuparman meskipun Kerajaan Kuparman memeluk agama Islam.

Berikut merupakan nama-nama lain dari Tuhan yang terdapat pada teks Menak

Pandhawa:

Hyang Widi, Hyang Rawi, Hyang Adiluwih, Hyang Wĕning, Hyang Wisesa, Hyang Sukma, Hyang Guru, Hyang Agung, Hyang Winenang, Hyang Dumadi, Hyang Arka, Hyang Ulun, dan Hyang Punggung.

KESIMPULAN

Setelah melalui analisis yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa teks

Menak Pandhawa yang menjadi objek dalam penelitian ini merupakan salah satu teks yang

digolongkan sebagai teks produksi skriptorium pesisir pantai utara Jawa bagian tengah. Hal tersebut tampak pada informasi yang tertera di bagian dalam sampul naskah yang menyebutkan tempat percetakan yang berada di Kudus. Selain itu, di dalam teks disebutkan pula secara spesifik kota Jepara.

Teks Menak Pandhawa menceritakan tentang upaya penaklukkan dan pengenalan agama Islam yang dilakukan oleh Jayengrana beserta pasukan Kuparman di pulau Jawa yang dikuasai oleh Astina dan Amarta. Dalam upayanya ini, terjadi peperangan dan pada akhirnya dapat berdamai karena adanya pernikahan antara Kuraisin dari Kuparman dan Abimanyu dari Amarta.

Menak Pandhawa memasukkan beberapa tokoh utama dari epos Menak.

Tokoh-tokoh Menak yang ada dalam teks Menak Pandhawa adalah Tokoh-tokoh-Tokoh-tokoh sentral dalam cerita

Menak seperti Wong Agung Jayengrana, Umarmaya, Umarmadi, Maktal, Lamdahur, dan

Kuraisin. Alur cerita yang ditampilkan menyiratkan upaya pengislaman yang dilakukan oleh Kerajaan Kuparman. Berdasarkan ciri-ciri yang muncul berdasarkan unsur tokoh, alur, dan tema, teks Menak Pandhawa berkecenderungan untuk mengadaptasi kisah dalam Serat

(15)

Keistimewaan teks Menak Pandhawa adalah karena ceritanya merupakan penggabungan antara dua cerita yang berbeda masa dan latar penciptaan yaitu Menak dan

Mahabharata.

Dari proses analisis yang telah dilakukan, yang menjadi permasalahan utama dalam teks Menak Pandhawa adalah pengenalan agama Islam yang dilakukan oleh Jayengrana beserta Kuparman. Peperangan yang muncul adalah sebuah penolakan yang dilakukan oleh Astina dan Amarta. Pernikahan antara Kuraisin dan Abimanyu di akhir teks merupakan penyelesaian dari teks. Dalam proses pengenalan ini muncul tokoh-tokoh yang dominan dan penting untuk membangun jalannya cerita. Jayengrana dimunculkan sebagai tokoh utama karena perjalanan alur dalam teks ini mengikuti proses pengenalan agama Islam yang dilakukan Jayengrana. Setelah itu, tema yang diperoleh dari analisis alur dan tokoh penokohan adalah pengenalan agama baru.

Menak Pandhawa sebagai salah satu karya sastra Jawa dimungkinkan merupakan

salah satu sarana yang digunakan untuk memperkenalkan agama baru yaitu Islam kepada masyarakat Jawa pada zaman itu, yang sebelumnya telah mengenal agama Hindu.

Peneliti beranggapan bahwa pernikahan antara Kuraisin dan Abimanyu merupakan simbolisasi dari proses negosiasi yang berhasil dilakukan untuk memperkenalkan agama baru yaitu Islam tanpa menghilangkan agama Hindu yang sudah ada. Keberadaan agama Islam dapat diterima oleh masyarakat pada saat itu yang sebelumnya telah mengenal agama Hindu. Pernikahan sendiri merupakan simbol dari sebuah persatuan. Dari pengenalan Islam yang dilakukan dan agama Hindu yang telah ada, terjadi penggabungan antara keduanya dan menghasilkan sebuah agama baru yang dapat dianut oleh masyarakat pada zaman itu.

Agama tersebut telah disesuaikan dan diadaptasi yang berkemungkinan menjadi sebuah agama baru di pulau Jawa yaitu agama Islam Jawa (Agami Jawi) yang berkembang pada abad ke-17. Agama Islam yang masuk pada saat itu dinilai sesuai dengan pemahaman tentang keagamaan yang dimiliki oleh orang-orang Jawa pada zaman itu sehingga memudahkan agama Islam berkembang. Sifat orang Jawa yang senang hati menerima sesuatu yang baru dari luar dan menyaringnya untuk disesuaikan dengan pemahaman yang telah dimiliki, lebih memudahkan agama Islam untuk dipelajari.

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Baried, Siti Baroroh, dkk. (1985). Pengantar Ilmu Filologi. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Djamaris, Edwar. (2002). Metode Penelitian Filologi. Jakarta: CV Manasco Fang, Liaw Yock. (1991). Sejarah Kasusastraan Melayu Klasik 1 dan 2. Jakarta: Erlangga

Jandra, Mifedwil. (2011). Pergumulan Islam dengan Budaya Lokal: Kajian atas

Manuskrip Keraton Yogyakarta dalam Jurnal Lektur Keagamaan Vol. 9.

No.1 Juni 2011. Jakarta: Pusat Lektur Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI.

Luxemburg, Jan Van, dkk. (1984). Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta: Gramedia. Pigeaud, Th. G. Th. (1967). Literature of Java Calague Raisonnè of Javanese

Manuscrips in The Library of The University of Leiden and Other Public Colections in The Netherlands Volume I Synopsis of Javanese Literature 900-1900 AD. The Hague: Martinus Nyhoff.

___________________.(1968). Literature of Java Calague Raisonnè of Javanese

Manuscrips in The Library of The University of Leiden and Other Public Colections in The Netherlands Volume II Descriptive Lists of Javanese Manuscripts in The Library of The University of Leiden and Other Public Collections in The Netherlands. The Hague: Martinus Nyhoff.

___________________.(1970). Literature of Java Calague Raisonnè of Javanese

Manuscrips in The Library of The University of Leiden and Other Public Colections in The Netherlands Volume III Descriptive Lists of Javanese Manuscripts in The Library of The University of Leiden and Other Public Collections in The Netherlands. The Hague: Martinus Nyhoff.

Poerbatjaraka, R.M.Ng. (1952). Kapustakan Djawi. Jakarta: Djambatan Robson, S.O. (1994). Prinsip-prinsip Filologi Indonesia. Jakarta: RUL Saputra, Karsono H. (2005). Naskah-Naskah Pesisiran Koleksi FS UI dalam Percik-Percik Bahasa dan Sastra Jawa. Jakarta: Wedatama Widya Sastra

________________. (2008). Pengantar Filologi Jawa. Jakarta: Wedatama Widya Sastra

(17)

Sudjiman, Panuti. (1992). Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya

Zoetmulder, P.J. (1985). Kalangwan. Sastra Jawa Kuno Selayang Pandang,

diterjemahkan oleh Dick Hartoko. Jakarta: Djambatan Daftar Kamus:

Porwadarminta, W.J.S. (1939). Baoesastra Djawa. Batavia: J.B. Wolters’ Uitgevers-Maatschappij N.V.

Jurnal Online:

Istanti, Kun Zachrun. (2006). “Warna Lokal Teks Amir Hamzah Dalam Serat Menak”. Humaniora.Universitas Gajah Mada.

Manuskrip

Referensi

Dokumen terkait

dan target) maka titik koordinat keberaan-nya akan disimpan didalam sebuah variabel yang nantinya akan dipanggil oleh algoritma ketika dilakukan proses pencarian.

9. Syarikat XYZ telah ditegah daripada mengambil bahagian dalam sebarang tawaran Kerajaan.. Peraturan Kewangan 577 - Pemeriksaan ke atas barang-barang simpanan yang

Sehingga dengan alasan tersebut, lebih menguntungkan untuk head sistem yang tinggi digunakan pompa perpindahan positif apabila kapasitas aliran tidak menjadi tujuan utama dari

Tradisi ziarah ke makam-makam di Indonesia khususnya dikota Magetan terkadang terdapat cara-cara yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, ada model ritual yang

diverifikasi oleh LSP ... Asesmen Estimator Biaya lalan direncanakan dan disusun dengan cara yang menjamin bahwa verifikasi persyaratan skema sertifikasi telah.

Jalur kereta api Kunming-Singapura dapat menjadi katalisator pertumbuhan ekonomi (Djankov, 2016). Negara- negara Asia Tenggara pasalnya memiliki pertumbuhan ekonomi yang

Tingkat ratio antara penerimaan dan total biaya yang dikeluarkan atau rata-rata R/C Ratio sebesar 1,69 yang artinya setiap Rp.1 biaya yang dikeluarkan akan

Dengan demikian, Musaqah adalah kerjasama bagi hasil antara pemilik tanah dan penggarap tanah pertanian untuk merawat dan menjaga lahan pertanian yang sudah