• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KESULITAN-KESULITAN BELAJAR IPS SISWA KELAS IV

DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI SD PILOTING

SE-KABUPATEN GIANYAR TAHUN PELAJARAN 2014/2015

1

Gita Candra Nurani,

2

I Gd. Meter,

3

I Gst. Agung Oka Negara

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail:

1

gita.candra88@gmail.com,

2

igedemeter@gmail.com,

3

igustiagungokanegara@yahoo.co.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis dan mendeskripsikan kesulitan-kesulitan belajar IPS siswa kelas IV dalam implementasi Kurikulum 2013 di SD Piloting se-Kabupaten Gianyar, serta (2) menganalisis dan mendeskripsikan faktor-faktor penyebab kesulitan-kesulitan belajar IPS siswa kelas IV dalam implementasi Kurikulum 2013 di SD Piloting se-Kabupaten Gianyar tahun pelajaran 2014/2015. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV di SD Piloting Kurikulum 2013 se-kabupaten Gianyar, yaitu sebanyak 476 siswa. Untuk pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Porposive Sampling, yaitu dipilih siswa-siswa yang mengalami kesulitan belajar IPS. Dari teknik sampling tersebut diperoleh sampel sebesar 86 orang. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode studi dokumen, tes, angket dan wawancara. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan metode analisis data deskriptif secara kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian ini adalah (1) kesulitan belajar IPS siswa kelas IV dalam implementasi Kurikulum 2013 di SD Piloting se-kabupaten Gianyar meliputi kesulitan pemahaman konsep IPS sebesar 61,04% dari 86 siswa yang mengalami kesulitan belajar IPS dan kesulitan dalam keterampilan intelektual sebesar 76,74% dari 86 siswa yang mengalami kesulitan belajar IPS di sekolah piloting tersebut, (2) faktor-faktor yang menjadi penyebab kesulitan-kesulitan belajar IPS siswa kelas IV dalam implementasi kurikulum 2013 di SD Piloting Kurikulum 2013 se-Kabupaten Gianyar meliputi faktor internal, yaitu minat dengan persentase 51,05%, motivasi dengan persentase 50,75% dan bakat dengan persentase 49,38%. Sedangkan faktor eksternal yang memberi pengaruh terhadap kesulitan belajar IPS siswa adalah proses pembelajaran dengan persentase pengaruh 52,71% dan sarana/prasarana sekolah dengan persentase 61,77%.

Kata kunci: kesulitan belajar IPS, Kurikulum 2013, faktor penyebab kesulitan belajar

Abstract

This research aims to (1) analyze and describe the difficulties of learning IPS fourth grade students in the implementation of Curriculum 2013 in SD Piloting at Gianyar, and (2) analyze and describe the factors that cause learning difficulties IPS students in the fourth grade implementation of Curriculum 2013 in SD Piloting Gianyar throughout the school year 2014/2015. The population in this research were all fourth grade students in elementary Piloting Curriculum 2013 at Gianyar, as many as 476 students. For sampling was done by using purposive sampling, which have been students who have difficulty learning IPS. The sampling technique derived from a sample of 86 people. Data collection method used is the method of study documents,

(2)

tests, questionnaires and interviews. Data were analyzed using descriptive data analysis method qualitatively and quantitatively. Results of this research were (1) the difficulty of learning IPS fourth grade students in the implementation of Curriculum 2013 in SD Piloting at Gianyar include difficulty understanding the concept of IPS for 61.04% of the 86 students who have difficulty learning social studies and difficulties in intellectual skills by 76.74% of the 86 students who have difficulty learning social studies in the piloting school, (2) the factors that cause learning difficulties IPS fourth grade students in the implementation of the curriculum in primary Piloting Curriculum 2013 Gianyar include internal factors, ie with a percentage of 51.05% interest, with a percentage of 50.75% motivation and talent with the percentage of 49.38%. While external factors influencing the students' learning difficulties IPS is a learning process with a percentage of 52.71% and the effect of facilities / infrastructure of the school with the percentage of 61.77%.

Keywords : learning difficulties IPS, the curriculum 2013, the factors that cause learning difficulties

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mendukung kemajuan suatu negara, karena pendidikan dapat membantu meningkatkan sumber daya manusia untuk pengembangan negara. Pendidikan merupakan bagian dari kebudayaan dan peradaban manusia yang terus berkembang. Sehingga sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini, maka pendidikan tidak pernah selesai sampai kapanpun.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Sedangkan Hamalik (2013: 3) berpendapat bahwa “pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya, dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya”. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan sebuah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan, bagi peranannya di masa yang akan datang.

Pendidikan sangat erat kaitannya dengan kegiatan belajar. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana

proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai peserta didik. Belajar dapat diartikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2010). Sejalan dengan hal tersebut, Aunurahman (2009) mendefinisikan belajar sebagai suatu aktivitas menuju suatu perubahan tingkah laku pada diri individu melalui proses interaksi dengan lingkungannya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku.

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di Sekolah Dasar. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Menurut Susanto (2013: 138), “hakikat IPS di sekolah dasar adalah memberikan pengetahuan dasar dan keterampilan sebagai media pelatihan bagi siswa sebagai warga negara sedini mungkin”. Pengetahuan dasar yang dimaksud adalah pemahaman terhadap konsep-konsep yang berkaitan dengan

kehidupan masyarakat dan

lingkungannya. Sedangkan keterampilan yang dimaksud adalah keterampilan intelektual yaitu keterampilan berpikir kristis dan cepat tanggap dalam

(3)

menghadapi permasalahan sosial di masyarakat. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.

Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar selama ini dibelajarkan sendiri, terpisah dari mata pelajaran lain. Namun, dengan diterapkannya kurikulum baru yaitu Kurikulum 2013, pembelajaran IPS di Sekolah Dasar dibelajarkan menggunakan pendekatan tematik-integratif, yaitu dikaitkan dengan mata pelajaran lain dan diintegrasikan ke dalam tema-tema pembelajaran. Fadlillah (2014) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan pendekatan tematik terintegrasi adalah pembelajaran tersebut dibuat per tema dengan mengacu karakteristik peserta didik dan dilaksanakan secara terintegrasi antara tema satu dengan yang lain maupun antara mata pelajaran satu dengan pelajaran yang lain. Jadi setiap mata pelajaran diintegrasikan ke dalam tema-tema pembelajaran, termasuk mata pelajaran IPS. Istilah mata pelajaran diganti menjadi muatan pembelajaran. IPS tidak lagi menjadi bidang studi yang berdiri sendiri, tetapi dibelajarkan dengan diintegrasikan ke dalam tema-tema.

Pendekatan pembelajaran tematik integratif dipilih dengan beberapa alasan.

Pertama, sesuai dengan

perkembangannya, siswa sekolah dasar lebih mudah memahami pengetahuan faktual, sehingga melalui tema-tema pembelajaran siswa diajak mengikuti proses pembelajaran transdisipliner dimana kompetensi yang diajarkan dikaitkan dengan konteks peserta didik dan lingkungannyanya. Kedua, melalui pendekatan terpadu, pembelajaran multidisipliner-interdisipliner diwujudkan agar tumpang tindih antar materi mata pelajaran dapat dihindari demi tercapainya efisensi materi pembelajaran dan efektivitas penyerapannya oleh peserta didik.

Namun pada kenyataannya di Sekolah Dasar, untuk mengubah pola pikir siswa dari belajar secara terpisah menjadi belajar dengan cara terpadu tentu tidak mudah. Perubahan pendekatan

pembelajaran ini malah menimbulkan hambatan belajar bagi siswa. Masih banyak siswa yang mengalami hambatan dalam belajar akibat perubahan pendekatan pembelajaran ini. Kompetensi dari suatu mata pelajaran yang seharusnya dikuasi oleh siswa tidak dapat dikuasai sesuai dengan apa yang diharapkan.

Hambatan-hambatan dalam kegiatan belajar tersebut disebut dengan kesulitan belajar. Hal ini didukung oleh pendapat Mulyadi (2010: 6) yang menyatakan bahwa “kesulitan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi dalam suatu proses belajar yang ditandai adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar”. Kesulitan belajar juga memiliki pengertian yang hampir mirip dengan masalah belajar. Aunurahman (2009) menjelaskan secara sederhana masalah belajar dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat menghambat tercapainya tujuan belajar. Masalah belajar atau kesulitan-kesulitan belajar akan timbul berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar seseorang. Pada umumnya, ada dua faktor penyebab kesulitan belajar, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor-faktor yang berasal dari siswa itu sendiri, sedangkan faktor eksternal merupakan faktor-faktor yang berasal dari luar atau lingkungan. Faktor internal dapat dilihat dari aspek minat, motivasi dan bakat sedangkan faktor eksternal dapat dilihat dari aspek proses pembelajaran dan sarana/prasarana sekolah.

Kabupaten Gianyar merupakan salah satu kabupaten di provinsi Bali. Di kabupaten Gianyar, terdapat 7 sekolah dasar piloting Kurikulum 2013, diantaranya SD Negeri 1 Gianyar, SD Negeri 2 Gianyar, SD Negeri 7 Gianyar, SD Negeri 1 Ubud, SD Negeri 2 Blahbatuh, SD Negeri 2 Batubulan, dan SD Negeri 4 Sebatu. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan Kepala Sekolah, Guru serta beberapa siswa di SD yang menjadi piloting kurikulum 2013 di kabupaten Gianyar pada bulan Januari 2015, hambatan-hambatan atau kesulitan-kesulitan belajar dalam proses

(4)

pembelajaran menggunakan kurikulum 2013 memang kerap kali dialami oleh siswa di sekolah tersebut. Oleh karena itu, dilakukan sebuah penilitian untuk menganalisis kesulitan-kesulitan belajar, khususnya kesulitan-kesulitan belajar IPS yang dialami oleh siswa dalam implementasi Kurikulum 2013, dengan judul “Analisis Kesulitan-kesulitan Belajar IPS Siswa Kelas IV dalam Implementasi Kurikulum 2013 di SD Piloting se-Kabupaten Gianyar Tahun Pelajaran 2014/2015”.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mendeskripsikan kesulitan-kesulitan belajar IPS siswa kelas IV dalam implementasi Kurikulum 2013 di SD Piloting se-kabupaten Gianyar tahun pelajaran 2014/2015, serta menganalisis dan mendeskripsikan faktor-faktor penyebab kesulitan-kesulitan belajar IPS siswa kelas IV dalam implementasi Kurikulum 2013 di SD Piloting se-Kabupaten Gianyar tahun pelajaran 2014/2015.

METODE

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan jenis penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu gejala, keadaan, atau fenomena dengan apa adanya atas dasar data yang diperoleh di lapangan pada saat penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan di sekolah dasar piloting Kurikulum 2013 di Kabupaten Gianyar. Sekolah piloting kurikulum 2013 adalah sekolah yang ditunjuk sebagai percontohan dalam melaksanakan kurikulum 2013. Sekolah-sekolah ini ditunjuk sebagai Sekolah-sekolah piloting Kurikulum 2013 karena memiliki akreditasi A atau B, memiliki sarana/prasarana sekolah yang memadai serta memiliki ketenagaan dan sumber daya manusia yang lengkap (memiliki kepala sekolah, guru kelas untuk masing-masing kelas, guru agama dan guru penjaskes). Sekolah dasar piloting kurikulum 2013 yang ada di kabupaten Gianyar dan dijadikan sebagai tempat penelitian ini adalah SD Negeri 1 Gianyar,

SD Negeri 2 Gianyar, SD Negeri 7 Gianyar, SD Negeri 2 Blahbatuh, SD Negeri 2 Batubulan, SD Negeri 1 Ubud dan SD Negeri 4 Sebatu.

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV di SD Piloting Kurikulum 2013 kabupaten Gianyar tahun pelajaran 2014/2015. Jumlah populasi keseluruhan adalah 476 siswa. Dalam pengambilan data dengan metode studi dokumen untuk memperoleh data siswa yang mengalami kesulitan belajar, digunakan sampel jenuh. Sampel jenuh merupakan sampel yang diambil dari seluruh populasi, jadi seluruh anggota populasi merupakan sampel. Kemudian untuk memperoleh data tentang jenis kesulitan belajar yang dialami siswa dan faktor-faktor penyebabnya, sampel diambil dengan teknik purposive sampling. Menurut Sugiyono (2014), purposive sampling merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Jadi pemilihan sampel didasarkan atas pertimbangan seperti keterwakilan dan tujuan dari penelitian, subjek tersebut dipilih karena mereka dapat memberi informasi mengenai kesulitan-kesulitan belajar IPS yang sedang dianalisis untuk mengetahui jenis kesulitan belajar IPS yang dihadapi dan faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar tersebut. Dari teknik pengambilan sampel tersebut diperoleh sampel sebanyak 86 siswa, yaitu siswa yang mengalami kesulitan belajar IPS.

Varibel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kesulitan-kesulitan belajar IPS dalam implementasi Kurikulum 2013. Kesulitan-kesulitan belajar IPS dapat diartikan sebagai hambatan-hambatan yang dialami oleh siswa saat pembelajaran IPS. Kesulitan belajar IPS ini ditandai dengan tidak tercapainya tujuan pembelajaran IPS itu sendiri. Pembelajaran IPS di sekolah dasar pada hakikatnya adalah memberikan pengetahuan dasar dan keterampilan sebagai media pelatihan bagi siswa sebagai warga negara sedini mungkin. Pengetahuan dasar yang dimaksud adalah pemahaman terhadap konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.

(5)

Sedangkan keterampilan yang dimaksud adalah keterampilan intelektual yaitu keterampilan berpikir kritis dan cepat

tanggap dalam menghadapi

permasalahan sosial di masyarakat. Ketika penguasaan terhadap konsep-konsep IPS dan keterampilan berpikir kritis dalam menghadapi permasalahan sosial di masyarakat tidak mampu dilakukan oleh siswa, maka siswa tersebut dapat dikatakan mengalami kesulitan belajar IPS. Pada penelitian ini, kesulitan-kesulitan belajar IPS difokuskan pada kesulitan belajar IPS pada tema Indahnya Negeriku di kelas IV semester genap dengan pendekatan tematik integratif Kurikulum 2013, yaitu kesulitan dalam belajar pemahaman konsep dan kesulitan belajar keterampilan intelektual.

Metode pengumpulan data yang digunakan untuk mengetahui kesulitan-kesulitan belajar IPS siswa kelas IV dalam implementasi Kurikulum 2013 dan faktor-faktor penyebabnya adalah metode studi dokumen, metode tes, metode angket dan metode wawancara. Metode pencatatan dokumen atau studi dokumen merupakan cara memperoleh data dengan jalan mengumpulkan segala macam dokumen dan melakukan pencatatan secara sistematis (Agung, 2012). Metode studi dokumen ini digunakan untuk mengetahui siswa yang mengalami kesulitan-kesulitan belajar IPS dalam implementasi kurikulum 2013. Sedangkan menurut Agung (2012: 94) “metode tes dalam kaitannya dengan penelitian ialah cara memperoleh data yang berbentuk suatu tugas yang harus dikerjakan oleh seorang atau sekelompok orang yang dites (testee), dan dari tes dapat menghasilkan suatu skor (interval). Dalam penelitian ini, metode tes digunakan untuk mengetahui jenis kesulitan belajar IPS yang dihadapi oleh siswa dan persentase kesulitannya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2014). Penyebaran kuesioner atau angket kepada subyek penelitian bertujuan untuk memperoleh data atau informasi mengenai masalah yang diteliti.

Penyebaran kuesioner kepada siswa bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab kesulitan-kesulitan belajar yang dialami oleh siswa. Wawancara menurut Sugiyono (2014) dapat diartikan sebagai pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Dalam penelitian ini, wawancara akan dilakukan kepada beberapa orang siswa yang mengalami kesulitan belajar IPS untuk mengetahui lebih dalam mengenai faktor penyebab kesulitan belajar IPS yang dialami.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes diagnostik, angket dan pedoman wawancara. Menurut Arikunto (2013: 34), “tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut dapat dilakukan pemberian pemberlakukan yang tepat”. Sejalan dengan hal tersebut, Rasyid dan Mansyur (2007) menjelaskan bahwa tes diagnostik berguna untuk mengetahui kesulitan belajar yang dihadapi peserta didik, termasuk kesalahan pemahaman konsep. Sudijono (2008) mendefinisikan tes diagnostik sebagai tes yang dilakukan untuk menentukan secara tepat jenis kesukaran yang dihadapi peserta didik dalam suatu mata pelajaran tertentu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tes diagnostik merupakan tes yang digunakan untuk mendapat informasi tentang kesulitan belajar siswa. Bentuk tes diagostik yang berikan berupa tes uraian. Penyusunan tes diagnostik ini berpatokan pada kompetensi dasar IPS dan indikator pada buku guru dan buku siswa tema 6 (indahnya negeriku). Tes diagnostik ini terdiri atas 5 butir soal, namun setelah dilakukan uji validitas butir dengan rumus kolerasi product moment dengan angka kasar, hanya 4 butir soal yang valid. Untuk uji reliabilitas, digunakan rumus Alpha. Setelah dilakukan uji coba diperoleh reliabilitas 0.595 yang berarti interumen tersebut reliabel.

Kuesioner atau anget yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dengan item pernyataan

(6)

tertutup. Kuesioner dengan item pernyataan tertutup merupakan kuesioner yang terdiri atas pernyataan dengan sejumlah jawaban tertentu sebagai pilihan. Kuesioner berupa daftar pernyataan yang dapat digunakan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab kesulitan belajar IPS yang dialami siswa dalam implementasi Kurikulum 2013. Kuesioner ini diberikan kepada siswa kelas IV di SD piloting Kurikulum 2013 kabupaten Gianyar yang mengalami kesulitan belajar IPS. Penyusunan kuesioner tentang faktor-faktor penyebab kesulitan belajar IPS dalam implementasi kurikulum 2013 ini berpatokan pada berbagai faktor-faktor umum penyebab kesulitan belajar. Faktor penyebab tersebut antara lain: faktor internal, yaitu minat, motivasi dan bakat belajar serta faktor eksternal, yaitu proses pembelajaran dan sarana/prasarana sekolah. Instrumen angket ini merupakan angket dengan skala likert yang terdiri atas 30 item penyataan positif dan neggatif. Setelah dilakukan uji validitas butir dengan rumus kolerasi product moment dengan angka kasar, semua item dinyatakan valid. Untuk uji reliabilitas dengan rumus Alpha, diperoleh reliabilitas 0,892 yang berarti instrumen tersebut reliabel.

Pedoman wawancara berupa daftar pertanyaan-pertanyaan yang digunakan untuk menelusuri faktor-faktor penyebab kesulitan-kesulitan belajar yang dialami oleh siswa secara lebih mendalam dalam implementasi Kurikulum 2013. Wawancara ini dilakukan kepada beberapa orang siswa kelas IV yang mengalami kesulitan belajar IPS. Wawancara yang digunakan adalah wawancara semiterstruktur (semistructure interview). Pendekatan menggunakan petunjuk umum wawancara terpimpin dan tak terpimpin yang menggunakan beberapa inti pertanyaan yang diajukan, yaitu dengan pewawancara membuat garis-garis pokok pembicaraan. Dalam pelaksanaannya pewawancara mengajukan pertanyaan secara bebas, pokok-pokok pertanyaan yang dirumuskan tidak perlu dipertanyakan secara berurutan dan pemilihan kata yang digunakan tidak baku tetapi dimodifikasi

pada saat wawancara berdasarkan situasinya (Satori dan Komariah, 2014).

Metode yang digunakan dalam menganalisis data penelitian ini adalah analisis deskriptif secara kualitatif dan kuantitatif. Agung (2012) menjelaskan bahwa metode analisis deskriptif kualitatif yaitu suatu cara analisis/pengolahan data dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk kalimat/kata-kata, kategori-kategori mengenai suatu objek (benda, gejala, variabel tertentu), sehingga diperoleh kesimpulan umum. Sedangkan untuk metode analisis deskriptif kuantitatif, Agung (2012) menjelaskan sebagai suatu cara mengolah data dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau persentase mengenai suatu objek yang diteliti, sehingga diperoleh kesimpulan umum.

Data yang diperoleh dari studi dokumen berupa hasil belajar siswa, dianalisis untuk mengetahui siswa yang mengalami kesulitan belajar IPS. Kemudian data yang diperoleh dari tes diagnostik dianalisis untuk menentukan jenis kesulitan belajar IPS yang dialami oleh siswa dan persentase kesulitan belajar IPS yang dialami. Data yang diperoleh dari angket berupa data kualitatif, agar data tersebut dapat diukur dan dianalisis maka diadakan transformasi dari data kualitatif menjadi data kuantitatif dengan menggunakan skala pengukuran, yaitu dengan cara memberi skor pada setiap jawaban dan menghitung persentasenya. Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Linkert. Skala Likert yang digunakan dimodifikasi dengan menghilangkan pilihan jawaban “Tidak Berpendapat” untuk menghindari agar tidak semua jawaban yang diberikan netral. Kemudian dalam penyusunan skala jawaban, digunakan penskoran data berdasarkan pada pernyataan positif dan pernyataan negatif pada kuesioner. Kumpulan data berupa skor dari setiap item pernyataan, dikelompokkan berdasarkan aspek dari faktor penyebab kesulitan belajar kemudian dianalisis untuk mengetahui persentase setiap indikator sehingga dapat diketahui faktor penyebab kesulitan-kesulitan belajar IPS yang dialami siswa.

(7)

Hasil persentase tersebut kemudian dikategorikan menjadi empat kriteria, yaitu sangat berpengaruh, berpengaruh, cukup

berpengaruh dan tidak berpengaruh seperti yang dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kriteria Prensentase Indikator

Interval Persentase

(%)

Kriteria

76 – 100

Tidak Berpengaruh

51 – 75

Cukup Berpengaruh

26 – 50

Berpengaruh

0 – 25

Sangat Berpengaruh

Selanjutnya, data yang diperoleh melalui pedoman wawancara dikumpulkan kemudian dianalisis secara deskriptif untuk menentukan suatu kesimpulan yang jelas. Proses analisis data wawancara dilakukan sejak data diperoleh melalui beberapa tahap, yaitu tahap reduksi data (data reduction), penyajian data (data display) dan penarikan kesimpulan (conclusion drawing).

Patilima (dalam Trianto, 2011: 287) mendefinisikan reduksi data sebagai suatu proses analisis untuk menyederhanakan, mengabstraksikan, memilih, memusatkan perhatian, serta mentransformasikan data yang muncul dari catatan-catatan lapangan. Reduksi data dilakukan dengan pertimbangan bahwa data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu dipilih dan dipilah sesuai dengan kebutuhan dalam pemecahan masalah penelitian.

Langkah analisis selanjutnya adalah penyajian data. Tujuan peneliti menyusun sajian data agar data hasil reduksi semakin mudah dipahami. Beberapa bentuk penyajian data antara lain uraian naratif, bagan, diagram alur, dan lain sejenisnya. Bentuk-bentuk penyajian data tersebut akan memudahkan peneliti memahami apa yang terjadi dan merencanakan kerja penelitian selanjutnya (Trianto, 2011). Dalam penelitian ini, data yang didapat melalui wawancara diberi kode (coding). Beberapa kode yang digunakan antara lain kode (A) untuk SD Negeri 1 Gianyar, kode (B) untuk SD Negeri 2 Gianyar, kode (C) untukSD

Negeri 7 Gianyar, kode (D) untuk SD Negeri 2 Blahbatuh, kode (E) untuk SD Negeri 2 Batubulan, kode (F) untuk SD Negeri 1 Ubud, dan kode (G) untuk SD Negeri 4 Sebatu. Misalnya, data wawancara pada siswa 1 di SD Negeri 1 Gianyar diberi kode (A01).

Langkah analisis berikutnya adalah menarik kesimpulan. Penarikan kesimpulan ini berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan untuk menjawab rumusan masalah yang telah dirumuskan. Data yang diperoleh dari wawancara ini akan digunakan sebagai pendukung data yang telah diperoleh melalui angket.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data yang diperoleh selama pelaksanaan penelitian berupa data hasil studi dokumen, hasil tes diagnostik IPS, data angket faktor penyebab kesulitan-kesulitan belajar IPS dan hasil wawancara dengan beberapa siswa yang mengalami kesulitan belajar IPS.

Dalam penelitian ini, studi dokumen dilakukan dengan melihat portopolio siswa dan nilai-nilai muatan pelajaran IPS tema 6 seluruh siswa kelas IV di SD Piloting Kurikulum 2013 kabupaten Gianyar, yaitu dengan jumlah subjek sebanyak 476 siswa. Dari hasil studi dokumen ini dicari siswa-siswa yang mengalami kesulitan belajar IPS, yaitu siswa dengan nilai rata-rata muatan pelajaran IPS di bawah nilai rata-rata kelas. Hasil dari studi dokumen dapat disajikan dalam Tabel 2.

(8)

No. Nama Sekolah Jumlah Siswa Jumlah Siswa Berkesulitan IPS Persentase Siswa Berkesulitan IPS (%) 1. SD Negeri 1 Gianyar 81 14 17,28 2. SD Negeri 2 Gianyar 93 13 13,97 3. SD Negeri 7 Gianyar 34 8 23,52 4. SD Negeri 2 Blahbatuh 41 9 21,95 5. SD Negeri 2 Batubulan 100 15 15,00 6. SD Negeri 1 Ubud 94 17 18,08 7. SD Negeri 4 Sebatu 33 10 30,30 Total 476 86 18,06

Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat bahwa dari 476 siswa, terdapat 86 orang siswa yang mengalami kesulitan belajar IPS di SD Piloting Kurikulum 2013 kabupaten Gianyar. Atau dengan kata lain, dari 476 siswa di SD Piloting Kurikulum 2013 kabupaten Gianyar, terdapat sekitar 18,06% siswa yang mengalami kesulitan belajar IPS.

Untuk mengetahui jenis kesulitan belajar IPS yang dialami oleh siswa, seluruh siswa yang mengalami kesulitan belajar IPS diberikan tes diagnostik. Tes diagnostik ini diberikan kepada 86 orang siswa yang mengalami kesulitan belajar IPS untuk dapat dianalisis persentase jenis kesulitan belajar IPS yang dialami siswa tersebut. Hasil analisis tes diagnostik disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 3. Hasil Tes Diagnostik

No. Nama Sekolah Soal 1 Soal 2 Soal 3 Soal 4

∑ B ∑ S ∑ B ∑S ∑ B ∑S ∑ B ∑ S 1 SD Negeri 1 Gianyar 5 9 2 12 8 6 4 10 2 SD Negeri 2 Gianyar 4 9 3 10 6 7 8 5 3 SD Negeri 7 Gianyar 2 6 1 7 4 4 3 5 4 SD Negeri 2 Blahbatuh 2 7 0 9 3 6 1 8 5 SD Negeri 2 Batubulan 6 9 0 15 5 10 3 12 6 SD Negeri 1 Ubud 9 8 4 13 6 11 7 10 7 SD Negeri 4 Sebatu 3 7 1 9 4 6 3 7 Total 31 55 11 75 36 50 29 57

Faktor penyebab kesulitan belajar IPS siswa kelas IV di SD piloting Kurikulum 2013 se-kabupaten Gianyar diperoleh melalui angket yang diberikan kepada seluruh siswa yang mengalami kesulitan belajar IPS sebagai respondennya. Dalam angket penelitian ini terdapat 2 faktor yang diduga menjadi penyebab kesulitan belajar siswa, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Pada faktor internal terdiri dari 3 aspek, yaitu

minat siswa, motivasi siswa, dan bakat siswa, Setiap aspek tersebut terdiri dari beberapa indikator. Sedangkan faktor eksternal yang berasal dari luar diri siswa itu sendiri juga terdiri dari beberapa aspek, di antaranya proses pembelajaran dan sarana/prasarana pembelajaran yang nantinya juga dijabarkan lagi ke dalam beberapa indikator.

Angket ini diberikan kepada seluruh siswa yang mengalami kesulitan belajar

(9)

IPS, yaitu sebanyak 86 siswa. Adapun hasil analisis data angket tersebut adalah

sebagai berikut.

Tabel 4. Persentase Pengaruh dan Kualifkasi Faktor yang Diteliti

Faktor yang Diteliti Rata-rata

(%) Kualifikasi

Minat 51.05 Cukup Berpengaruh

Motivasi 50.75 Berpengaruh

Bakat 49.38 Berpengaruh

Proses Pembelajaran 52.71 Cukup Berpengaruh Sarana/Prasarana 61.77 Cukup Berpengaruh Berdasarkan Tabel 4 tersebut dapat

dilihat bahwa ada 2 faktor yang berpengaruh terhadap kesulitan belajar IPS siswa, yaitu faktor motivasi dan bakat siswa. Motivasi dan bakat siswa yang mengalami kesulitan belajar memang rendah sehingga faktor tersebut berpengaruh terhadap kesulitan belajar yang mereka alami. Sedangkan 3 faktor lainnya yaitu faktor minat proses pembelajaran dan sarana/prasarana tergolong dalam kualifikasi cukup berpengaruh. Jika dilihat kembali dalam tabel 4.8 tersebut, maka dapat dilihat rata-rata persentase dari ketiga faktor ini lebih tinggi dari rata-rata persentase faktor motivasi dan bakat. Hal ini berarti bahwa siswa yang mengalami kesulitan belajar IPS ini sudah memiliki cukup minat dalam belajar walaupun masih rendah, proses pembelajaran yang diterima sudah cukup baik walaupun masih terdapat kekurangan dan sarana/prasarana yang diberikan sudah cukup baik. Sehingga ketiga faktor tersebut dikualifikasikan cukup berpengaruh terhadap kesulitan belajar IPS yang dialami oleh siswa tersebut.

Hasil analisis data berdasarkan studi dokumen menunjukkan bahwa masih ada siswa-siswa yang mengalami kesulitan belajar IPS dalam implementasi kurikulum 2013 di SD Piloting Kurikulum 2013 se-Kabupaten Gianyar. Siswa yang mengalami kesulitan belajar tersebut adalah siswa yang memiliki rata-rata nilai di bawah nilai rata-rata kelas. Hal ini sesuai pendapat dari Mulyadi (2010) yang menyatakan bahwa siswa yang mendapat angka di bawah nilai rata-rata kelas,

dianggap mengalami kesulitan belajar. Sehingga kuat hasil penelitian ini bahwa dari 476 siswa, terdapat 86 siswa yang mengalami kesulitan belajar IPS di SD Piloting Kurikulum 2013 kabupaten Gianyar.

Setelah dilakukan analisis terhadap tes diagnostik yang diberikan, dari 86 orang siswa yang mengalami kesulitan belajar IPS terdapat 61,04% siswa yang mengalami kesulitan belajar pemahaman konsep IPS dan 76,74% siswa yang mengalami kesulitan belajar keterampilan intelektual. Konsep-konsep dan keterampilan intelektual dalam pembelajaran IPS yang dikemas dalam soal tersebut sesungguhnya telah diajarkan kepada siswa. Namun dalam menjawab soal yang diberikan, siswa cenderung melupakan konsep-konsep tersebut. Kelupaan siswa tersebut menunjukkan bahwa siswa tidak memahami konsep yang terkait. Ketidakmampuan menjawab soal yang berkaitan dengan keterampilan intelektual menunjukkan bahwa siswa tersebut tidak memiliki kemampuan untuk berpikir kritis. Kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal-soal IPS yang diberikan menandakan siswa masih kesulitan dalam mempelajari IPS.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar siswa adalah faktor internal, seperti minat dengan pengaruh 51,05%, motivasi 50,75%, dan bakat 49,38%. Sedangkan Faktor eksternal yang memberikan perngaruh atau menjadi penyebab kesulitan belajar siswa adalah faktor proses pembelajaran sebesar

(10)

52,71% dan sarana/prasarana sekolah sebesar 61,77%. Hal ini sesuai dengan teori dari Aunurahman (2009) yang menjelaskan bahwa masalah belajar atau kesulitan-kesulitan belajar akan timbul berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar seseorang.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan yang telah diuraikan

sebelumnya, maka dapat disimpulkan

bahwa kesulitan-kesulitan belajar IPS

siswa kelas IV dalam implementasi

kurikulum

2013

di

SD

Piloting

Kurikulum 2013 se-Kabupaten Gianyar

meliputi kesulitan pemahaman konsep

IPS

sebesar

61,04%

dari

total

keseluruhan 86 siswa yang mengalami

kesulitan belajar IPS di sekolah piloting

tersebut

dan

kesulitan

dalam

keterampilan

intelektual

sebesar

76,74% dari total

keseluruhan

86

siswa

yang

mengalami

kesulitan

belajar IPS di sekolah piloting tersebut.

Faktor-faktor

penyebab

kesulitan-kesulitan belajar IPS siswa kelas IV

dalam implementasi kurikulum 2013 di

SD Piloting Kurikulum 2013

se-Kabupaten Gianyar meliputi faktor

internal,

yaitu

minat

dengan

persentase 51,05%, motivasi dengan

persentase 50,75% dan bakat dengan

persentase 49,38%. Sedangkan faktor

eksternal

siswa

yang

memberi

pengaruh terhadap kesulitan belajar

IPS siswa itu sendiri adalah proses

pembelajaran

dengan

persentase

pengaruh

52,71%

dan

sarana/prasarana

sekolah

dengan

persentase 61,77%.

Berdasarkan

hal

tersebut,

disarankan untuk guru, agar dapat

mengurangi jumlah peserta didik yang

mengalami

kesulitan

belajar,

hendaknya setiap guru melakukan

analisis

kesulitan

belajar

secara

berkala kepada peserta didik yang

menunjukkan gejala kesulitan belajar.

Salah satunya dengan memberikan tes

diagnostik kepada peserta didik yang

menunjukkan gejala kesulitan belajar,

sehingga

kesulitan

yang

dialami

peserta didik dapat diatasi dengan

cepat dan dengan cara yang tepat.

Kemudian

untuk

peneliti

lain,

disarankan jika melakukan penelitian

serupa

agar

meninjau

penyebab

kesulitan belajar IPS dari faktor yang

lain,

seperti fisiologis,

emosional,

sosial maupun faktor internal dan

eksternal lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Agung, A.A. Gede. 2012. Buku Ajar Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Undiksha Press.

Arikunto, Suharsimi. 2013. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Aunurahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Fadlillah, M. 2014. Implementasi

Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Hamalik, Oemar. 2013. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Mulyadi, H. 2010. Diagnisos Kesulitan Belajar dan Bimbingan Terhadap Kesulitan Belajar Khusus. Yogyakarta: Nuha Litera.

Rasyid, Harun dan Mansyur. 2007. Penilaian Hasil Belajar. Bandung : Wacana Prima.

Satori, Djam’an dan Aan Komariah. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafinddo Persada.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

(11)

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana Predana Media Group

Trianto. 2011. Pengantar Penelitian Pendidikan bagi Pengembangan

Gambar

Tabel 3. Hasil Tes Diagnostik
Tabel 4. Persentase Pengaruh dan Kualifkasi Faktor yang Diteliti

Referensi

Dokumen terkait

bekerja di sektor minyak dan gas bumi secara umum memiliki ketentuan yang dengan karyawan yang bekerja di sektor industri lain. Dengan dasar ini, terdapat kewajiban bagi

Kontribusi antar Indikator dalam IPG Indikator yang paling berpengaruh terhadap nilai IPG di Daerah Istimewa Yogyakarta dari tahun 1999, 2002, 2005 adalah indeks kesehatan

 Guru memberikan sebuah narasi informasi secara menarik dengan konsep interaktif untuk menghubungkan materi tentang organ gerak pada hewan vertebrata dengan isi

Klasik olarak ilk fabrikaların kuruluşunda var olan klinker ve hammadde stokholü, daha sonra hammadde için homojene stok sahaları ve klinker stoğu için de klinker

Hasil kueisoner mengungkapkan bahwa persepsi sebagian besar masyarakat terdampak terhadap kegiatan TI adalah baik yang berarti bahwa kegiatan TI diakui dapat meningkatkan

Akan tetapi jika dibandingkan dengan cara pengujian sambungan menggunakan multimeter, alat uji sambungan kabel UTP ini mempunyai daya guna yang lebih baik terutama dalam

Dalam pelaksanaan tax amnesty, pihak Kanwil DJP Jatim III menemukan kendala – kendala yang timbul karena masih banyaknya masyarakat yang kurang paham tentang

Meskipun diwujudkan dengan Octave, contoh-contoh program yang diberikan sangat mudah untuk dikonversikan ke bentuk bahasa pemrograman yang lain seperti Java ataupun