• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMPARASI ANALISISUSAHATANI TERNAK SAPI PERAH BERDASARKAN SALURAN PEMASARAN MELALUI KUD DAN NON KUD DI KABUPTEN BOYOLALI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KOMPARASI ANALISISUSAHATANI TERNAK SAPI PERAH BERDASARKAN SALURAN PEMASARAN MELALUI KUD DAN NON KUD DI KABUPTEN BOYOLALI"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

KOMPARASI ANALISISUSAHATANI TERNAK SAPI PERAH BERDASARKAN SALURAN PEMASARAN MELALUI KUD

DAN NON KUD DI KABUPTEN BOYOLALI

Imroatie Thoyyibah Istiqomah, Minar Ferichani, Widiyanto

Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret JalanIr. Sutami No. 36 A Kentingan Surakarta 57126 Telp./ Fax.(0271) 637457

E-mail:imoadien@gmail.com. Telp. 085728654207

Abstract:This study aims to determine the cost, revenue, earnings, profits, business efficiency and profitability of dairy farming marketing through KUD and non-KUD marketing chains in Boyolali.The method of this research is analytical description method using survey techniques. The study was conducted in Boyolali regency. The Samples were determined by multi-stage cluster random sampling. The analysis methods used are cost, revenue, income, and profit analysis,efficiency, profitability, t-test, and chi square analysis.The data used was primary data and secondary data that were obtained through interview, record and observation. The result shows that the average cost and revenues of dairy cattle farms which sell their products to Non-KUD is higher than Non-KUD, but the obtained income, profit, efficiency and profitability of dairy cattle farms which sell their products to KUD is higher than Non-KUD. The result of t-test and chi square analysis showed insignificant difference between income, profit, efficiency, and profitability of dairy cattle farming based on KUD and non KUD marketing chains in Boyolali regency.The following advice is given for the farmers to get high profits, it’s better for the farmers to sell their milk through KUD because it provide several facilities. Beside this, farmers can also utilize the cow manure for the biogas and organic fertilizer. KUD need to improves management in order to achieve excellence in terms of economic, social and be able to compete with other business organizations.

Keywords:dairy cows, milk marketing chains, profit, efficiency, profitability

Abstrak:Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya biaya, penerimaan, pendapatan, keuntungan, efisiensiserta profitabilitas usahatani ternak sapi perah berdasarkan saluran pemasaran melalui KUD dan Non KUD di Kabupaten Boyolali. Metode dasar penelitian ini adalah deskripsi analisis danmenggunakan teknik survey. Penelitian dilakukan di Kabupaten Boyolali. Penentuan sampel menggunakan metode acak kelompok banyak tahap. Metode analisis data yang digunakan antara lain : analisis biaya, penerimaan, pendapatan, keuntungan, efisiensi, profitabilitas, uji t dan uji chi kuadrat. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder yang diperoleh dengan melakukan wawancara, pencatatan, dan observasi. Hasil analisis menunjukkan bahwa rata-rata biaya dan penerimaan usahatani ternak sapi perah berdasarkan saluran pemasaran melalui Non KUD lebih tinggi daripada KUD, tetapi rata-rata pendapatan, keuntungan, efisiensi dan profitabilitas usahatani ternak sapi perah berdasarkan saluran pemasaran melalui KUD lebih tinggi daripada Non KUD. Hasil uji t dan uji chi kuadrat menunjukkan tidak terdapat beda yang signifikan antara pendapatan, keuntungan, efisiensi dan profitabilitas usahatani ternak sapi perah berdasarkan saluran pemasaran melalui KUD dan Non KUD di Kabupaten Boyolali. Saran yang diberikan adalah bagi peternak untuk mendapatkan keuntungan yang tinggi, peternak dapat memasarkan susu melalui KUD. Bagi KUD perlu adanya peningkatan manajemen agar tercapai keunggulan dari segi ekonomi dan segi sosial serta mampu bersaing dengan lembaga usaha yang lain.

Kata kunci : Sapi Perah, Ragam Saluran Pemasaran Susu, Keuntungan, Efisiensi, Profitabilitas

(2)

PENDAHULUAN

Peternakan merupakan suatu usaha dalam meningkatkan alam biotik berupa ternak dengan cara produksi

untuk dapat memenuhi

perkembangan kebutuhan manusia dengan tetap memperhatikan keseimbangan ekologis dan kelestarian alam(Mukhtar, 2006).Subsektor peternakan juga merupakan salah satu sumber pertumbuhan, khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya(Yusdja et al, 2003).

Salah satu usaha di subsektor peternakan adalah usahatani ternak sapi perah. Usahatani ternak sapi perah di Indonesia merupakan usaha yang masih bersifat tradisional dan belum berorientasi pada keuntunagn. Banyak sedikitnya sapi yang diusahakan akan berdampak pada penerimaan yang diperoleh oleh petani peternak. Penerimaan dalam

usahatani ternak sapi perah dapat berasal dari produk susu, anakan dan kotoran yang dihasilkan oleh sapi.

Permasalahan yang dihadapi dalam usahatani ternak sapi perah terbagi dalam tiga sektor yaitu hulu, tengah dan hilir. Pada sektor hulu permasalahannya antara lain produktivitas rendah, bibit sapi perah kurang, biaya pakan tinggi, skala pemilikan rendah dan mutu SDM rendah. Permaslahan di sektor tengah meliputi teknis budidaya dan system recording rendah, ketersediaan lahan untuk produksi pakan menurun, konversi lahan pertanian ke non pertanian, modal usaha dari perbankan masih rendah serta kerjasama lintas sektoral belum terpadu sedangkan pada sektor hilir antara lain harga susu segar dari konsumen masih rendah serta harga jual pedet/sapi perah tidak stabil (Emawati, 2011).

Tabel 1. Jumlah Peternak, Jumlah Ternak dan Jumlah Poduksi Susu di Kabupaten Boyolali Tahun 2005-2010 Tahun Jumlah peternak (orang) Jumlah ternak (ekor) Produksi Susu (liter) 2005 2006 2007 2008 2009 2010 28.435 28.450 28.450 29.179 29.183 29.194 58.792 59.687 59.687 61.749 62.038 62.484 26.541.286 29.461.368 28.825.200 32.400.000 35.910.000 42.522.500 Jumlah 172.891 364.437 195.660.354 Rata-rata 28.815 60.739 32.610.059

Sumber: Kabupaten Boyolali dalam Angka, BPS 2011 Berdasarkan data Badan

Pusat Statistika Kabupaten Boyolali pada Tabel 1 dapat diketahui bahwa jumlah pemilik sapi perah di Kabupaten Boyolali dari tahun 2005-2010 mengalami peningkatan. Kondisi tersebut menunjukkanbahwa

minat petani untuk mengusahakan usahatani ternak sapi perah cukup besar, terbukti dengan semakin bertambah banyaknya jumlah peternak dan sapi perah yang diusahakan. Peningkatan jumlah pemilik dan jumlah sapi perah diikuti

(3)

dengan peningkatan jumlah produksi susu. Jumlah produksi susu berpengaruh terhadap besarnya penerimaan peternak sapi perah karena sebagaian besar penerimaan berasal dari penjualan susu sapi perah. Petani yang mempunyai ternak sapi perah mereka dapat memasarkan susu sapi melalui KUD atau bisa juga memasarkan melalui non KUD.

Salah satu faktor yang mempengaruhi seorang peternak dalam memasarkan produksi susu sapi misalnya harga yang ditawarkan dari pengepul susu. Perbedaan harga yang ditawarkan dalam pemasaran susu disebabkan oleh perbedaan industri pengolah susu (IPS), perbedaan kualitas susu, panjang pendeknya saluran pemasaran dan besar keuntungan yang diambil oleh masing-masing pengepulsusu.

Berakar dari itu maka

penelitibertujuan untuk mengkaji besarnya biaya, penerimaan, pendapatan, efisiensi dan profitabilitas usahatani ternak sapi perah berdasarkan saluran pemasaran melalui KUD dan Non KUD di Kabupaten Boyolali, selain itu juga untuk mengetahui ada tidaknya beda yang signifikan antara pendapatan, keuntungan, efisiensi dan profitabilitas usahatani ternak sapi perah berdasarkan saluran pemasaran melalui KUD dan Non KUD di Kabupaten Boyolali.

METODE PENELITIAN Metode dasar penelitian yang digunakan adalah metode deskripsi analisis (Surakhmad, 1994), Sedangakan teknik penelitian ini menggunakan tekniksurvey

(Singarimbun dan Effendi, 1995).

Penelitian dilaksanakandi Kabupaten Boyolali dengan alasanpopulasi sapi perah dan produksi susu sapi tertinggi di Propinsi Jawa Tengah pada tahun 2010 berada di Kabupaten Boyoalali. Populasi sapi perah di Kabupaten Boyolali sebesar 87.793 ekor atau 58,55% dari total populasi sapi di Propinsi Jawa Tengah, sedangkan produksi susu di Kabupaten Boyolali sebesar 46.260.000 liter atau 44,42% dari total produksi susu sapi di Propinsi Jawa Tengah.

Metode yang digunakan untuk menentukan sampel adalah Acak kelompok banyak tahap (multi

stage cluster random sampling).

Pada teknik inipengelompokan dilakukan beberapa tahap yaitu pertama dikelompokkan berdasar wilayah, kemudian ragam saluran pemasaran, selanjutnya berdasar kelompok penampungan susu, pada akhirnya diperoleh kelompok terkecil dan dilakukan pengambilan sampel secara acak yang besarnya sesuai proporsianal.

Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:Analisis Biaya Usahatani Ternak Sapi Perah dengan rumus TC = TFC + TVC,TFC = Bnt + Bp dan TVC = BP + BIb + BTk + BO + BL.Keterangan: TC (Biaya total), TFC (Total biaya tetap),TVC (Total biaya variabel)Bnt (Biayapenyusutan nilai ternak), Bp (Biaya penyusutan alat dan Kandang), BP (Biaya pakan), Bib (Biaya Inseminasi buatan), BTk (Biaya tenaga kerja luar), BO(Biaya Obat-obatan), BS (Biaya Lain-lain) untuk perhitungan

dinyatakan dalam

(4)

Analisis penerimaan dari usahatani ternak sapi perah.PrT =PrS + PrA + PrN+PrK. Keterangan:PrT (Penerimaan total usahatani ternak sapi perah), PrS (Penerimaan hasil penjualan susu), PrA (Penerimaan

nilai anakan sapi),

PrN(Penerimaannilai tambah ternak), PrK (Penerimaan kotoran sapi)yang

dinyatakan dalam

Rp/Usahatani/Tahun(Hanafie, 2010). Analisis pendapatan usahatani ternak sapi perah. Pd = TR-TC atau Pd= PrT-TC. Keterangan :Pd (Pendapatan usahatani ternak sapi perah), TR (Penerimaan usahatani ternak sapi perah), TC (Total Biaya

usahatani ternak sapi

perah)dinyatakan dalam

Rp/Usahatani/ Tahun (Soekartawi, 2006).

Analisis keuntungan usahatani ternak sapi perah menurut Suratiyah (2006)secara sistematis dapat ditulis: π = Pd-(BTkd+BBm). Keterangan: Π (Keuntungan usahatani ternak sapiperah), Pd (Pendapatan usahatani ternak sapi perah), BTkd (Biaya tenaga kerja dalam), BBm (Biaya bunga modal sendiri) yang dinyatakan dalam Rp/Usahatani/ Tahun.

Analisis Efisiensi ekonomi dihitung dengan Return Cost

Ratiodengan menggunakan rumus :

, (Soekartawi, 2006) Keterangan:R=Revenue (penerimaan usahatani ternak sapi perah (Rp/UT/Tahun), C=Cost (biaya usahatani ternak sapi perah (Rp/UT/Tahun), dengan kriteria :R/C Ratio < 1 : usaha ternak sapi perah tidak efisien (merugi), R/C Ratio = 1 : usaha ternak sapi perah break even point, R/C Ratio > 1 : usaha ternak

sapi perah efisien (menguntungkan) Analisis

ProfitabilitasUsahatani Ternak.

Profitabilitas = ,

Keterangan :π (Keuntungan usahatani ternak sapi perah), TC (Biaya menghasilkan usahatani ternak sapi), dengan kriteria apabilaprofitabilitas >0 berarti usahatani ternak menguntungkan, profitabilitas = 0 berarti usahatani ternak mengalami BEP (impas), profitabilitas < 0 berarti pada usahataniternaktidak

menguntungkan(Prawirokusumo,199 0).

Analisis Komparatif. (a)Uji t (t-test), Ho : µ1 = µ2, artinya tidak terdapat beda yang signifikan antara pendapatan atau keuntungan atau efisiensi atau profitabilitas pada usahatani ternak sapi perah berdasarkan saluran pemasaran melalui KUD dan Non KUD di Kabupaten Boyolali. Ha : µ1 ≠ µ2, artinya terdapat beda yang signifikan antara pendapatan atau keuntungan atau efisiensi atau profitabilitas pada usahatani ternak sapi perah berdasarkan saluran pemasaran melalui KUD dan Non KUD di Kabupaten Boyolali.

Pengujian dilakukan dengan uji dua ekor (two tail test) dengan tingkat kepercayaan 95%, besarnya nilai t-hitung dapat diketahui dengan

rumus , (Nazir, 1983). C R Ratio C R % 100 x TC 2 1 2 1 2 1 2 1 1 1 2 n n n n SS SS X X t n X X SS i i 2 2 ( )

(5)

Kriteria:Jika -thitung<-ttabelatau thitung> ttabel, maka hipotesis alternatif (Ha) diterima. Jadi terdapat beda yang signifikanantara pendapatan atau keuntungan atau efisiensi atau profitabilitas usahatani ternak sapi perah berdasarkan saluran pemasaran melalui KUD dan Non KUD. Jika –t tabel ≤ thitung ≤ ttabel, maka hipotesis alternatif (Ha) ditolak. Jadi tidak terdapatbeda yang signifikan antara pendapatan atau keuntungan atau efisiensi atau profitabilitas usahatani ternak sapi perah berdasarkan saluran pemasaran melalui KUD dan Non KUD.(b)Uji Chi Kuadrat. Rumus yang digunakan untuk menghitung uji chi kuadarat yaituX2 = ∑

fh fh fo )2 (

Keterangan :X2 = Nilai chi kuadarat hitung, fo = pendapatan atau keuntungan atau efisiensi atau profitabilitas usahatani ternak sapi perah berdasarkan saluran pemasaran KUD, fh = pendapatan atau keuntungan atau efisiensi atau profitabilitas usahatani ternak sapi perah berdasarkan saluran pemasaran Non KUD, dengan kriteria sebagai berikut :Jika chi kuadarthitung>chi kuadarattabel, maka hipotesis alternatif (Ha) diterima. Jadi terdapat beda yang signifikan antara pendapatan atau keuntungan atau efisiensi atau profitabilitas usahatani ternak sapi perah berdasarkan saluran pemasaran melalui KUD dan Non KUD. Jika chi kuadarathitung ≤ chikuadarattabel, maka hipotesis alternatif (Ha) ditolak. Jadi tidak terdapat beda yang signifikan pendapatan atau keuntungan atau efisiensi atau profitabilitas usahatani ternak sapi perah berdasarkan saluran

pemasaran melalui KUD dan Non KUD(Hartono, 2011).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Usahatani Ternak Sapi Perah di Kabupaten Boyolali

Usahatani ternak sapi perah di Kabupaten Boyolali merupakan usahatani pedesaan yang bersifat tradisional dan belum mencapai usaha yang berorientasi ekonomi. Produk harian yang dihasilkan oleh sapi perah adalah susu segar dan kotoran, sedangkan anakan (pedet) dihasilkan dalam tahunan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan sapi perah antara lain kebersihan kandang, kesehatan sapi, ketersediaan pakan dan perawatan sapi.

Produksi susu paling tinggi yaitu bulan ke dua setelah melahirkan dan pada laktasi ke 4 (umur 6 tahun). Sapi mengalami masa laktasi selama 305 hari (10 bulan) setelah itu dikeringkan selama (8 minggu) menjelang melahirkan. Hal ini bertujuan untuk memulihkan kondisi sapi dan mempersiapkan sapi untuk produksi susu periode selanjutnya. Sapi diperah sebanyak 2 kali sehari semalam yaitu pukul 05.00 wib dan 15.00 wib. Selama proses pemerahan harus diciptakan suasana yang nyaman dan jangan sampai sapi terkejut, hal itu dapat berpengaruh pada proses pengeluaran air susu sapi.

Rata-rata peternak sapi perah di Kabupaten Boyolali menjual susu kepada pengepul KUD maupun Non KUD dengan harga yang ditawarkan berbeda. Rata-rata harga susu per liter oleh KUD yaitu Rp 3.125,00

sedangkan Non KUDRp

fh fh fo )2 (

(6)

3.575,00/liter.Harga yang ditawarkan oleh tiap pengepul

berbeda tergantung pada kualitas susu, panjang pendeknya saluran pemasaran, perbedaan industri pengolahan susu (IPS) dan besar keuntungan yang diambil oleh masing-masing pengepul. Peternak memilih menjual di KUD karena sejak dari semula sudah menjual di KUD dan menjadi anggota sehingga mereka tetap memilih menjual di KUD. Selain itu KUD sudah berbadan hukum sehingga lebih merasa nyaman dan para petani peternak tidak takut jika akan mengalami gulung tikar. Sementara peternak yang memilih menjual ke penampungan Non KUD memiliki alasan yaitu harga yang ditawarkan lebih tinggi dan lebih efisien karena tidak menyetorkan ke penampungan yang cukup jauh tetapi sudah diambil oleh pengepul susu ke rumah masing-masing petani peternak. Karakteristik Sampel

Rata-rata umur responden menunjukkan bahwa yang melakukan kegiatan usahatani ternak sapi perah di Kabupaten Boyolali adalah penduduk golongan penduduk usia produktif yang sangat memungkinkan untuk dapat meningkatkan keterampilannya dalam berusahatani ternak sapi perah dan dapat menyerap teknologi baru dalam rangka peningkatan pendapatan usahatani ternak sapi perah.Rata-rata umur responden yang memasarkan susu sapi melewati KUD (51 tahun) lebih tua dari pada rata-rata umur responden yang memasarkan susu sapi melalui Non KUD (44 tahun). Hal tersebut dapat terjadi karena orang yang sudah tua cenderung mantap, tidak mau

pindah-pindah dan sudah merasa nyaman dengan pelayanan yang di berikan oleh KUD.Berbeda dengan orang-orang yang masih muda yang masih ingin mencoba hal-hal baru dan masih mau mengambil resiko yang ada.

Tingkat pendidikan juga akan berpengaruh pada sikap peternak dalam mengambil keputusan terkait kegiatan usahatani yang dilakukan seperti dalam penggunaan pakan, teknik pemeliharaan dan dalam penyerapan teknologi baru.Tingkat pendidikan peternak rata-rata SMP. Selain pendidikan formal, peternak responden memperoleh pendidikan non formal dari berbagai kegiatan kelompok ternak maupun penyuluhan dari PPL Dinas Peternakan Kabupaten Boyolali.

Lama pengalaman dalam

berusahatani yaitu 15 tahun untuk peternak Non KUD dan 19 tahun untuk peternak KUD. Lama pengalaman akan berpengaruh pada pengetahuan yang diperoleh petanisehingga pengetahuan tersebut akan dapat membantu petani dalam mengelola usahataninya dimasa yang akan datang terutama dalam upaya untuk meningkatkan pendapatan usahatani.

Rata-rata jumlah keluarga adalah 4 orang dan yang aktif dalam usahatani ternak sapi perah 2 orang. Sedangkan skala kepemilikan sapi baik peternak KUD maupun Non KUD yaitu sapi laktasi 1 ekor, sapi dara 1 ekor dan sapi pedet 1 ekor. Banyaknya sapi produktif yang dipelihara lebih tinggi daripada sapi non produktif akan berdampak pada pendapatan yang semakin tinggi.

(7)

7

Analisis Usahatani Ternak Sapi Perah

Penggunaan Sarana Produksi. Rata-rata penggunaan pakan sapi laktasi lebih tinggi dari pada sapi non laktasi karena pakan merupakan salah satu faktor yang penting bagi sapi laktasi untuk menunjang produksi susu (tabel 2 dan 3). Ampas tahu berfungsi untuk meningkatkan kuantitas produksi susu sedangkan brand/polar, konsentrat dan singkong berperan untuk meningkatkan kualitas susu , mineral berperan untuk menyediakan Ca dan P sedangkan garam sebagai sumber Na dan Cl.

Harga ampas untuk tiap kg adalah Rp 550,00-Rp 600,00, Harga konsentrat Rp 90.000,00/50 kg. KUD memberikan subsidi pakan sebesar Rp 50,00/kg konsentrat. Harga bekatul Rp 3000,00/kg, harga mineral Rp 10.000,00/kg, harga garam Rp 1.500,00/kg dan harga singkong Rp 1.500,00/kg. Selain jenis pakan diatas peternak memberikan campuran pakan dari

pohon pisang, pohong papaya, jagung sebagai cacahan yang dicampur pada saat ngombor. Sedangkan hijauan yang digunakan antara lain rumput gajah, daun sengon, daun mindi, daun mahoni, rumput, daun jagung, dami dan hijauan lainnya. Fungsi pakan hijauan adalah sebagai sumber serat untuk pembentukan lemak susu. Pemberian pakan dilakukan 2 kali sehari sedangkan hijauan sekali pada sore hari. Pakan merupakan faktor yang menunjang dalam produksi susu. Ketersediaan dan pemberian pakan semakin tinggi maka produksi susu juga akan lebih optimal.

Pengepul susu baik KUD

maupun Non KUD menyediakan berbagai pakan sapi untuk petani peternak yang cara pembayarannya dapat diangsur dengan dilakukan pemotongansaat pembayaran susu. Pembayaran susu dilakukan setiap sepuluh hari sekali.

Tabel 2. Rata-rata Penggunaan dan Biaya Pakan Sapi laktasi dalam Usahatani Ternak Sapi Perah Berdasarkan Saluran Pemasaran Melalui Non KUD di Kabupaten Boyolali Per Usahatani Per Tahun

No Uraian KUD Non KUD

Kg Rp Kg Rp 1. Brand/Polar 888,17 2.611.210,00 1.128,46 3.310.854,17 2. Konsentrat 2.767,92 4.815.201,67 2.822,67 4.924.945,00 3. Bekatul 365,00 1.003.020,00 219,00 657.000,00 4. Ampas Tahu 15.390,83 9.234.500,00 21.741,83 12.570.600,00 5. Mineral 15,45 15.208,33 18,74 18.736,67 6. Garam 175,81 278.312,50 118,02 177.025,00 7. Singkong 1.447,83 2.153.500,00 1.204,50 1.825.000,00 Jumlah 21.051,01 20.110.952,50 55.269,33 23.484.160,83

(8)

8

Tabel 3. Rata-rata Penggunaan dan Biaya Pakan Sapi Non laktasi dalam Usahatani Ternak Sapi Perah Berdasarkan Saluran Pemasaran Melalui Non KUD di Kabupaten Boyolali Per Usahatani Per Tahun

No Uraian KUD Non KUD

Kg Rp Kg Rp 1. Brand/Polar 176,00 517.440,00 175,83 516.950,00 2. Konsentrat 794,67 1.382.720,00 519,67 1.357.800,00 3. Bekatul 97,17 291.500,00 219,00 66.500,00 4. Ampas Tahu 3.400,33 2.040.200,00 2.882,17 1.729.300,00 5. Mineral 2,56 2.555,00 1,22 1.216,67 6. Garam 8,40 87.600,00 41,35 80.050,00 7. Singkong 366,50 555.750,00 514,67 722.000,00 Jumlah 4.895,62 4.877.765,00 4.157,07 4.101.416,67

Sumber : Analisis Data Primer, 2013

Tabel 4. Rata-Rata Penggunaan dan Biaya Obat-Obatan Usahatani Ternak Sapi Perah Berdasarkan Saluran Pemasaran Melalui KUD dan Non KUD di Kabupaten Boyolali Per Usahatani Per Tahun

No Uraian Non KUD (Rp) KUD (Rp)

Non Laktasi Laktasi Non Laktasi Laktasi 1. Suntikan Kesehatan 2.500,00 44.166,67 9.000,00 37,166,67 2. Suntikan Pasca Beranak 0,00 63.333,33 0,00 47,466.67 3. Obat Cacing 10.300,00 14.000,00 7.900,00 24.800,00 4. Inseminasi Buatan 6.000,00 101.100,00 20.000,00 83.000,00 5. Telur Bebek 6.500,00 29.650,00 8.400,00 42.050,00 6. Jamu 2.200,00 4.933,33 2.333,33 6.000,00 Jumlah 27.500,00 257.183,33 47.633,33 240.483,34

Sumber : Analisis Data Primer, 2013 Obat-obatan yang sering digunakan oleh sapi perah laktasi adalah telur bebek/banyak dan jamu air mancur yang diberikan sebulan sekali, 2 bulan sekali atau setelah melahirkan tergantung peternak masing-masing. Sedangkan obat cacing banyak dikonsumsi pedet. Jika sapi sedang tidak sehat biasanya peternak memanggil mantri sapi untuk suntik kesehatan dengan biaya Rp 25.000,00-Rp 50.000,00. Perkawinan sapi banyak menggunakan IB karena dapat memilih bibit pedet yang diinginkan, untuk harga tiap IB berbeda tergantung dari kualitas bibitnya yaitu antara Rp 30.000,00- Rp 35.000,00. Suntik pasca beranakdilakukan ketika kondisi sapi kurang sehat setelah melahirkan.

Penggunaan tenaga kerja keluarga dalam usahatani ternak sapi perah dipengaruhi oleh skala kepemilikan sapi perah. Semakin banyak sapi yang dimiliki maka curahan waktu yang dibutuhkan untuk perawatan sapi perah akan semakin banyak. Kebutuhan tenaga kerja yang paling sedikit adalah untuk perawatan sapi, yaitu 0,25 jam/hari dan membersihkan kandang selama 0,25 jam/hari. Sedangkan untuk pemerahan susu selama 0,50 jam/hari dengan skala kepemilikan sapi perah 1-2 ekor. Kebanyakan responden menggunakan tenaga kerja keluarga sedangkan yang menggunakan tenaga kerja luar hanya 4 responden dan upah yang dibayarkan yaitu Rp 20.000,00/hari(4

(9)

9

jam) dan pekerjaan yang harus dilakukan yaitu pembersihan kandang dan sapi sebelum pemerahan, pemerahan sapi dan pemberian pakan.

Biaya Usahatani Ternak Sapi Perah.

Penggunaan biaya lain-lain dalam usahatani ternak sapi perah di Kabupaten Boyolali adalah biaya untuk pengadaan selametan, biaya listrik dan air jika musim kemarau.Penyusutan kandang dan peralatan dapat dihitung dengan

metode garis lurus dalam satuan rupiah/ tahun, yaitu nilai awal dikurangi nilai akhir dan dibagi dengan umur ekonomis peralatan atau kandang, sedangkan penyusutan nilai ternak diperhitungkan mulai dari saat sapi dibeli sampai beranak yang pertama kali hingga sapi tua yang sudah tidak produktif lagi dibagi dengan umur produktif, Ternak dari hasil anakan atau peremajaan tidak dikenakan

biayapenyusutan (lihat Tabel 5). Tabel 5. Rata-rata Biaya Total Usahatani Ternak Sapi Perah Berdasarkan saluran

pemasaran melalui KUD dan Non KUD di Kabupaten Boyolali Per Usahatani Per Tahun

No Uraian Non KUD KUD

Jumlah (Rp) Jumlah (Rp) 1. Biaya Tetap

a. Biaya Penyusutan Alat 599.887,83 518.254,83

b. Biaya Penyusutan Nilai Ternak 629.416,67 589.228,89

Jumlah 1.229.304,50 1.107.483,72

2. Biaya Variabel

a. Biaya Pakan 27.585.577,50 24.988.717,50

b. Biaya Obat-obatan&TK luar 1.014.683,33 683.533,33

c. Biaya Lain-lain 422.666,67 422.000,00

Jumlah 28.008.244,17 26.094.250,83

Jumlah Biaya 29.237.548,67 27.352.297,89

Sumber : Analisis Data Primer, 2013

Penerimaan Usahatani.Penerimaan

peternak berdasarkan saluran pemasaran melalui Non KUD lebih tinggi dari pada melalui KUD (Tabel 6).Hal tersebut dikarenakan harga susu yang di tawarkan oleh tiap pengepul berbeda. Harga yang di tawarkan oleh pengepul non KUD adalah Rp 3.550,00 dan Rp 3700,00 di Kecamatan Mojosongo, sedangkan di Kecamatan Musuk sebesar Rp 3.450,00 dan Rp 3.600,00 per liter. Harga yang di tawarkan untuk kedua daerah berbeda karena digunakan untuk biaya transportasi.Harga yang ditawarkan oleh pengepul KUD di Kecamatan Mojosongo sebesar Rp 3.275,00 per liter dan Rp 2.975,00

per liter di Kecamatan Musuk. Harga jual pedet untuk umur 3 bulan Rp 3.000.000,00 untuk betina dan Rp 3.500.000,00 untuk jantan, tetapi hal tersebut tidak dapat menjadi patokan karena harga jual pedet ataupun dara tergantung dari kondisi fisik meliputi kesehatan, bibit dan ukuran tubuh. Nilai kotoran untuk tiap satu truk kecil (1 ton) sebesar Rp 35.000,00.Rendahnya harga jual kotoran membuat para peternak tidak menjual kotoran sapi tetapi kotoran sapi di keringkan dan di gunakan sebagai pupuk untuk tanaman di tegal atau sawah, selain itu beberapa peternak menggunakan kotoran ternak sebagai biogas.

(10)

10

Tabel 6. Rata-rata Penerimaan Usahatani Ternak Sapi Perah Berdasarkan Saluran Pemasaran melalui KUD dan Non KUD di Kabupaten Boyolali Per Usahatani Per Tahun

No Keterangan

Non KUD KUD

Jumlah (Rp) Jumlah (Rp)

1. Susu Sapi 33.317.178,18 29.484.602,32

2. Nilai Tambah Sapi 11.145.000,00 11.246.666,67

3. Kotoran Sapi 1.095.243,33 1.134.845,83

4. Nilai Anakan 6.903.333,33 9.290.000,00

Jumlah 52.460.754,85 51.156.114,82

Sumber : Analisis Data Primer, 2013

Pendapatan Usahatani.Pendapatan

usahatani ternak sapi perah diperoleh dari pengurangan penerimaan usahatani ternak sapi perah dengan biaya alat-alat luar usahatani ternak sapi perah. Rata-rata pendapatan usahatani ternak sapi perah di Kabupaten Boyolali dengan saluran pemasaran melaluiKUDadalahRp 23.802.816,93 per usahatani per tahun

sedangkan rata-rata pendapatan usahatani ternak sapi perah berdasarkan saluran pemasaran melalui Non KUD sebesar Rp 23.223.206,18per usahatani per tahun. Jadi dapat dikatakan bahwa pendapatan usahatani ternak sapi perah berdasarkan saluran pemasaran melalui KUD lebih tinggi dari pada Non KUD (Tabel 7).

Tabel 7. Rata-rata Pendapatan Usahatani Ternak Sapi Perah Berdasarkan Saluran Pemasaran melalui KUD dan Non KUD di Kabupaten Boyolali Per Usahatani Per Tahun

No Uraian

Non KUD KUD

Jumlah (Rp) Jumlah (Rp)

1. Penerimaan 52.460.754,85 41.866.114,82

2. Biaya Total 29.237.548,68 27.352.297,89

3. Pendapatan 23.223.206,18 23.802.816,93

Sumber : Analisis Data Primer, 2013

Keuntungan Usahatani.Berdasarkan

Tabel 8 penggunaan tenaga kerja keluarga dihitung dalam satuan HKO (1 HKO = 8 jam kerja) dengan upah Rp 40.000,00/HKO. Penggunaan tenaga kerja petani peternak non KUD lebih tinggi dari pada KUD karena petani peternak non KUD sedikit yang menggunakan tenaga kerja luar.

Besar keuntunganusahatani ternak sapi perah diperoleh dari pengurangan pendapatan dengan biaya tenaga kerja keluarga dan bunga modal sendiri dalam usahatani

ternak sapi perah. Rata-rata keuntungan usahatani ternak sapi perah di Kabupaten Boyolali dengan saluran pemasaran melalui Non KUD adalahRp 10.186.987,70 per usahatani per tahun sedangkan rata-rata keuntungan usahatani ternak sapi perah dengan saluran pemasaran melalui KUD sebesar Rp 10.410.150,95 per usahatani per tahun. Jadi dapat dikatakan bahwa keuntungan usahatani ternak sapi perah berdasarkan saluran pemasaran melalui KUD lebih tinggi dari pada Non KUD (Tabel 9).

(11)

11

Tabel 8. Rata-rata Biaya Tenaga Kerja Usahatani Ternak Sapi Perah di Kabupaten Boyolali Per Usahatani Per Tahun

Sumber : Analisis Data Primer, 2013

Tabel 9. Rata-rata Keuntungan Usahatani Ternak Sapi Perah berdasarkan Saluran Pemasaran melalui KUD dan Non KUD di Kabupaten Boyolali Per Usahatani Per Tahun

No Uraian Non KUD KUD

Jumlah (Rp) Jumlah (Rp)

1. Pendapatan 23.223.206,18 23.803.816,93

2.

Biaya TK Keluarga Bunga Modal Sendiri Total biaya menghasilkan

9.440.000,00 3.596.218,49 42.273.767,15 10.029.333,30 3.364.332,64 40.745.963,86 3. Keuntungan 10.186.987,70 10.410.150,95

Sumber : Analisis Data Primer, 2013

Efisiensi Usahatani.Nilai R/C Rasio

usahatani ternak sapi perah di Kabupaten Boyolali baik dengan Saluran Pemasaran melalui Non KUD ataupun KUD mempunyai nilai lebih besar daripada 1, sehingga usahatani ternak sapi perah di Kabupaten Boyolalisudah efisien. Efisiensi usahatani ternak sapi perah berdasarkan saluran pemasaran melalui KUD lebih tinggi daripada Non KUD, hal ini dikarenakan dalam usahatani ternak sapi perah dengan saluran pemasaran melalui KUD

petani peternak tidak harus menggunakan input yang terlalu tinggi untuk dapat menekan biaya operasional dan kualitas susu yang dihasilkan juga sudah mencapai standar yang telah ditetapkan oleh KUD, selain itu penampungan susu KUD memberikan subsidi pakan untuk ternak dan KUD merupakan Badan usaha yang sudah mempunyai kelembagaan sehingga manajemen sudah tertata lebih baik, hal ini yang menjadikan KUD lebih efisien.

Tabel 10. Rata-Rata Efisiensi Usahatani Ternak Sapi Perah Berdasarkan Saluran Pemasaran melalui KUD dan Non KUD di Kabupaten Boyolali Per Usahatani Per Tahun

No Uraian

Non KUD KUD

Jumlah (Rp) Jumlah (Rp)

1. Penerimaan 52.460.754,85 51.156.114,82

2. Biaya Total 29.237.548,68 27.352.297,89

3. Efisiensi 1,79 1,87

Sumber : Analisis Data Primer, 2013

Profitabilitas Usahatani.Nilai

profitabilitas usahatani ternak sapi

perah di Kabupaten Boyolali baik dengan saluran pemasaran melalui

Keterangan Non KUD KUD

HKO Rp HKO Rp 1. Pemerahan Susu 2. Pemberian Pakan 3. Mencari Pakan 4. Membersihkan Kandang 5. Perawatan Sapi 45,5 102,2 57,0 17,0 14,0 1.820.000,00 4.100.000,00 2.280.000,00 680.000,00 560.000,00 48,5 108,0 59,3 18,9 16,1 1.941.333,00 4.314.667,00 2.370.667,00 757.333,00 645.333,00 Jumlah 235,7 9.440.000,00 250,8 10.029.333,33

(12)

12

Non KUD ataupun KUD mempunyai nilai lebih besar daripada 0, sehingga usahatani ternak sapi perah di Kabupaten Boyolali memberikan keuntungan bagi para peternak. Nilai profitabilitas usahatani ternak sapi perah dengan saluran pemasaran melalui KUD lebih tinggi daripada Non KUD, hal ini disebabkan meskipun harga yang ditawarkan

untuk per liter susu sapi lebih rendah tetapi penggunaan input tidak terlalu tinggi sehingga biaya yang dikeluarkan juga lebih sedikit, selain itu dengan saluran pemasaran melalui KUD petani peternak memperoleh insentif seperti SHU, Sembako di hari lebaran, subsidi pakan dan adanya program simpan pinjam.

Tabel 11. Rata-Rata Profitabilitas Usahatani Ternak Sapi Perah Berdasarkan Saluran Pemasaran melalui KUD dan Non KUD di Kabupaten Boyolali Per Usahatani Per Tahun

No Uraian

Non KUD KUD

Jumlah (Rp) Jumlah (Rp)

1. Keuntungan 10.186.987,70 10.410.150,95

2. Total Biaya 42.273.767,15 40.745.963,86

3. Profitabilitas 0,24 0,26

Sumber : Analisis Data Primer, 2013

Analisis Komparatif. (a) Uji t (t test). Uji perbandingan (t-test) terhadap pendapatan, keuntungan, efisiensi dan profitabilitas usahatani ternak sapi perah berdasarkan saluran pemasaran melalui KUD dan Non KUD yang memberikan nilai t-hitung berturutturut sebesar (0,19, 0,09, -0,59, -0,36) lebih kecil daripada nilai t-tabel (2,00) sehingga hipotesis ditolak artinya tidak terdapat beda yang signifikan antara pendapatan atau keuntungan atau efisiensi atau profitabilitas usahatani ternak sapi perah dengan saluran pemasaran melalui Non KUD dan KUD di Kabupaten Boyolali. (b) Uji Chi Kuadrat. Uji perbandingan chi kuadrat terhadap pendapatan, keuntungan, efisiensi dan profitabilitas usahatani ternak sapi perah berdasarkan saluran pemasaran melalui KUD dan Non KUD di Kabupaten Boyolali memberikan nilai chi kuadrat hitung berturut-turut sebesar (1,121; 1,180; 3,037; 0,767) lebih rendah daripada nilai chi

kuadrat tabel (5,991) sehingga Ho diterima artinya tidak terdapat beda yang signifikan antara pendapatan, keuntungan, efisiensi dan profitabilitas usahatani ternak sapi perah berdasarkan saluran pemasaran melalui Non KUD dan KUD di Kabupaten Boyolali.

KESIMPULAN

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah (1) Biaya usahatani ternak sapi perah berdasarkan saluran pemasaran melalui KUD (Rp 27.352.297,89/UT/Tahun) lebih rendah daripada Non KUD(Rp 29.237.548,68/UT/Tahun),

sedangkan penerimaan usahatani ternak sapi perah berdasarkan saluran pemasaran melalui KUD (Rp 51.156.114,82/UT/Tahun) lebih rendah daripada Non KUD (Rp 52.460.754,85/UT/Tahun), sehingga diperoleh pendapatan usahatani ternak sapi perah berdasarkan saluran pemasaran melalui KUD (Rp 23.802.816,93/UT/Tahun) lebih

(13)

13

tinggi daripada Non KUD (Rp 23.223.206,18/UT/Tahun), (2) Keuntungan dari usahatani ternak sapi perah berdasarkan saluran pemasaran melalui KUD(Rp 10.410.150,95/UT/Tahun)lebih tinggi daripada Non KUD (Rp 10.186.987,70/UT/Tahun).(3)

Efisiensi usahatani ternak sapi perah berdasarkan saluran pemasaran melalui KUD (1,87) lebih tinggi daripada Non KUD (1,79).(4) Nilai profitabilitas usahatani ternak sapi perah berdasarkan saluran pemasaran melalui KUD (0,26) lebih tinggi daripada Non KUD (0,24).(5) Hasil uji t test dan uji chi kuadrat menunjukkan bahwa tidak terdapat beda yang signifikan antara pendapatan, keuntungan, efisiensi dan profitabilitas usahatani ternak sapi perah berdasarkan saluran pemasaran melalui KUD dan Non KUD di Kabupaten Boyolali. Saran yang dapat diberikan diantaranya adalah: (1) Bagi petani peternak untuk memperoleh keuntungan yang lebih tinggi maka dapat memilih memasarkan susu sapi perah melalui KUD, karena dari segi fasilitas KUD lebih mempunyai manajemen yang baik. (2) Perlu adanya peningkatan manajemen dalam KUD sehingga dapat tercapai keunggulan ekonomi dan sosial serta mampu bersaing dengan lembaga usaha yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

BPS. 2011. Kabupaten Boyolali

dalam Angka 2011. BPS

Kabupatern Boyolali.

Emawati, S. 2011. Profitabilitas Usahatani Sapi Perah

Rakyat di Kabupaten Sleman. Jurnal Sains Peternakan.9 (2):100-108. Hanafie, R. 2010. Pengantar

Ekonomi Pertanian. CV

Andi Offset. Yogyakarta. Hartono. 2011. SPSS 16.0, Analisis

data statistik dan penelitian.

Pustaka Pelajar.

Yogyakarta.

Mukhtar, A. 2006. Ilmu Produksi

Ternak Perah. Lembaga

Pengembangan Pendidikan (LPP) UNS dan UPT Penerbitan dan Percetakan

UNS (UNS Press).

Surakarta.

Nazir, M. 1983. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta. Prawirokusumo, S. 1990. Ilmu

Usahatani. BPFE.

Yogyakarta.

Singarimbun, M. dan S. Effendi. 1995. Metode Penelitian Survei. LP3ES. Jakarta Soekartawi. 2006. Analisis

Usahatani. UI Press.

Jakarta.

Surakhmad, W. 1994. Penelitian Ilmiah, Dasar, Metode, dan Teknik. Tarsito. Bandung. Suratiyah, K. 2006. Ilmu Usahatani.

Penebar Swadaya. Jakarta. Yusdja Y, Nyak Ilham dan

Wahyuning K. 2003. Profil

dan Permasalahan

Peternakan. Forum

Penelitian Agro Ekonomi.

Gambar

Tabel 1. Jumlah Peternak, Jumlah Ternak dan Jumlah Poduksi Susu di Kabupaten  Boyolali Tahun 2005-2010  Tahun  Jumlah  peternak  (orang)  Jumlah ternak (ekor)  Produksi Susu (liter)  2005  2006  2007  2008  2009  2010  28.435 28.450 28.450 29.179 29.183 29
Tabel  2.  Rata-rata  Penggunaan  dan  Biaya  Pakan  Sapi  laktasi  dalam  Usahatani  Ternak Sapi Perah Berdasarkan Saluran Pemasaran Melalui Non KUD  di Kabupaten Boyolali Per Usahatani Per Tahun
Tabel  3.  Rata-rata  Penggunaan  dan  Biaya  Pakan  Sapi  Non  laktasi  dalam  Usahatani  Ternak  Sapi  Perah  Berdasarkan  Saluran  Pemasaran  Melalui  Non KUD di Kabupaten Boyolali Per Usahatani Per Tahun
Tabel 5. Rata-rata Biaya Total Usahatani Ternak Sapi Perah Berdasarkan saluran  pemasaran  melalui  KUD  dan  Non  KUD  di  Kabupaten  Boyolali  Per  Usahatani Per Tahun
+2

Referensi

Dokumen terkait

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah berperan dan membantu dalam perancangan dan memberikan data Sehingga sistem informasi ini

Studi oleh Sridhar et al menggunakan 81 pasien sebagai subjek penelitian menunjukkan penggunaan air dan hydrogen peroksida 3% dapat memperbaiki kualitas visual

Babaosn mabasa Bali alus, sane kawedar ring acara pakraman sane daging nyane Ngananin indik ajah-ajahan daging Agama, kawastanin ….. a.Atur Piuning c.Darma Santi

In general, soybean grown during the rainy season had higher content of genistein, daidzein, glycitein and higher total of isoflavone content compared to soybean grown during the

Terhadap Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas X di. SMA

Triac akan tersambung (on) ketika berada di quadran I yaitu saat arus positif kecil melewati terminal gate ke MT1,dan polaritas MT2 lebih tinggi dari MT1, saat triac terhubung

Istilah tindak pidana merupakan terjemahan dari “strafbaar feit” perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum larangan dengan mana disertai ancaman (sanksi)

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas skripsi dengan judul