• Tidak ada hasil yang ditemukan

Deskripsi Karakteristik Responden

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Deskripsi Karakteristik Responden"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

HASIL

DAN

PEMBAHASAN Deskripsi Karakteristik Responden

Deskripsi mengenai 408 responden peserta

KB

sterilisasi Di Klinik Bersalin Raden Saleh Jakarta pada Tahun 1993 dapat dilihat berdasarkan faktor-faktor resiko terjadinya efek samping sterilisasi wanita dan berdasarkan angka kejadian efek samping sterilisasi sebagai berikut.

Sebaran Responden Berdasarkan Faktor -faktor Resiko

Tabel 1 menunjukkan sebaran responden berdasarkan saat sterilisasi. Pada tabel tersebut terlihat bahwa sebagian besar responden atau sekitar 95.3 % melakukan sterilisasi pasca keguguran, sedangkan 3.2 % responden melakukan sterilisasi pasca persalinan, dan hanya sekitar 1.5 % responden yang melakukan sterilisasi pada internal kehamilan.

Tabel 1. Sebaran Responden Berdasarkan Saat Steriiisasi

Berdasarkan faktor resiko cara sterilisasi terdapat 21.6 % responden yang melakukan sterilisasi dengan cara minilap, sedangkan 78.4 % lainnya menggunakan cara !aparoskopi. Adapun tipe penyumbatan yang paling banyak digunakan adalah cincin falope (78.7 %), kemudian diikuti tipe penyumbatan pomeroy (21.3 %).

Berdasarkan faktor resiko k o m p l i i i tindakan, hanya sebagian kecil responden yang mengalami komplikasi yaitu sekitar 4.4 %, sedangkan 95.6 % responden lainnya menjalani operasi sterilisasi tanpa komplikasi.

Sebagian besar responden temyata telah menggunakan alat KB lain sebelum melakukan sterilisasi, yaitu 78.4 % dari seluruh responden. Sedangkan hanya 21.6 % yang belum ber-KB sebelum melakukan sterilisasi. Dari 4 jenis alat

KB

yang d~gunakan responden sebelum melakukan sterilisasi, jenis KB IUD dan pi1

(2)

paling banyak digunakan responden, masing-masing 33.8 % dan 28.2 %. S e h g k a n alat KB yang paling sedikit digunakan responcien adalah susuk (0.2 %). Gambaran tersebut tampak pada Tabel 2 berikut ini.

Tabel 2. Sebaran Responden Berdasarkan Jenis KB Sebelum Sterilisasi

Gambar 2 menunjukkan grafik sebaran responden berdasarkan jumlah anak saat sterilisasi. Gambar tersebut menunjukkan bahwa responden dengan jumlah anak 4 memberikan persentase terbesar (28.2 %), sedangkan responden dengan

jumlah anak 1 , 9 , l l dan 12 memberikan persentase terkecil(0.2 %).

10

Jumlah Anak

Gambar 2. Grafik Sebaran Responden Berdasarh Jumlah Anak Saat Sterilisasi

.

d

Sebaran responden berdasarkan faktor resiko lama KB sebelum sterilisasi dan usia responden saat sterilisasi dapat digambarkan sebagai berikut. Lama responden menggunakan KB sebelum sterilisasi berkisar antara 0 s.d. 96 bulan

(3)

dengan rataan 22.248 bulan. Sedangkan usia responden saat sterilisasi berkisar antara 26 s.d. 52 ta!un dengan rataan 40.032 tahun.

Tabel 3. Statistik Deskriptif untuk Lama KB Pra Sterilisasi dan Usia Saat Sterilisasi

Gambar 3 menunjukkan grafik sebaran responden berdasarkan lama KB pra sterilisasi. Berdasarkan grafik tersebut, responden dengan lama KB pra sterilisasi 0 s.d. 4 bulan menunjukkan proporsi yang terbesar (23.7 %). Adapun responden dengan masa KB pra sterilisasi terlama (96 bulan) a& sebanyak 2 orang (0.5 %).

Faktor Resiko Lama KB Pra

Sterilisasi Usia Saat Sterilisasi

Lama KB Pra Sterilisasi (Bulan)

Gambar 3. Grafik Sebaran Responden Berdasarkan Lama KB Pra Sterilisasi

N

408 408

Adapun gambar 4 adalah grafk sebaran responden berdasarkan usia saat sterilisasi. Berdasarkan faktor resiko usia saat sterilisasi, terdapat 12.7 % responden yang bemsia 40 tahun sebagai persentme terbesar, sedangkan persentme terkecil ditunjukkan oleh responden yang berusia 2 6 , 2 9 , 3 1,33 dan 52 tahun, yaitu hanya 0.2 %.

Wmum

0.0 26.0 M a k s . i m 96.0 52.0 ~afaanJ, 22.248 40.032 6hiqi8ngaaBaku 22.036 3.592

(4)

Usia Responden

Gambar 4. Grafk Sebaran Responden Berdasarkan Usia Saat Sterilisasi

Sebaran Responden Berdasarkan Efek Samping Sterilisasi

Tabel 4 berikut

ini

menunjukkan sebaraa responden berdasarkan enam efek samping sterilisasi yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Berdasarkan tabel tersebut t a l i i t bahwa efek samping pembahan lama haid clan perubahan

siklus

haid merupakan dua efek samping dengan angka kejadian tertinggi (36.5 % dan 33.3 %), sedangkan efek samping dengan angka kejadian terendah adalah kehidupan rumah tangga yang terganggu (8.3 %).

Tabel 4. Sebaran Responden Ber?asarkan Efek Samping Sterilisasi

Siklus Haid Tidak Teratur Perubahan Siklus Haid Perubahan Lama Haid

Kehidupan Rumah Tangga Terganggu

Pohon Klasifikasi Untuk Keenam Peubah Respons Secara Simultan Data yang ada diolah menggunakan metode pohon klasifikasi yang telah dikemas dalam perangkat lunak program CTMBR hasil pengembangan Zhang

(1998). Hasil pengolahan datanya merupakan dasar pembentukan pohon klasifikasi pada Garnbar 5. Pada simpul akar dan simpul dalam terdapat

(5)

keterangan peubah pemilah dan jumlah amatan, sedangkan pada simpul terminal terdapat keterangan jumlah amatannya saja. Tabel di bawah setia;: sirnpul menunjukkan persentase angka kejadian pada setiap peubah respons. Sedangkan nilai-nilai pemilah diternpatkan di kiri dan di kanan tanda panah.

Simpul 0 Xi (408)

n

sterilisasi Simpul 1 saat sterilisasi Simpul 5 Simpul 6 Simpul 8 65 66

(6)

Berdasarkan pohon klasifikasi yang terbentuk tampak bahwa pemilahan pertama (simpul akar) terjadi pada peubah X; (lama K33 pra sterilisasi). Penils!!

kedua terjadi pada peubah X8 (jumlah anak saat sterilisasi). Peubah Xg (jenis

KB

pra sterilisasi) menjadi peubah pemilah pada pemilahan yang ketiga dan terakhir pemilahan terjadi pada peubah Xs (Jumlah anak saat sterilisasi).

Tahapan Pemilahan Simpul

Tahapan pemilahan yang terjadi dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Pemilahan Pertama (Simpul 0)

Peubah pemilah pada pemilahan yang pertama adalah X7 (lama KB pra

sterilisasi) dengan nilai pemilah yaitu lama

KB

pra sterilisasi 2 bulan. Dua kelompok amatan yang terbentuk yaitu :

a. Simpul 1 sebagai simpul terminal dengan jumlah amatan 97. Sedangkan gambaran angka kzjadian efek samping sterilisasi pada simpul 1 adalah :

-

angka kejadian tertinggi : 3 1.9 % responden mengalami perubahan lama haid pasca sterilisasi

.

-

angka kejadian terendah : 3.1 % responden mengaku kehidupan rumah tangganya terganggu pasca sterilisasi.

b. Simpul 2 sebagai simpul dalam dengan jumlah amatan 3 1 1. Gambaran angka kejadian efek samping sterilisasi pada sirnpul2 adalah :

-

angka kejadian tertinggi : 37.9 % responden mengalami perubahan lama haid pasca sterilisasi.

-

angka kejadian terendah : 9.9 % responden mengaku kehidupan rumah tangganya terganggu pasca sterilisasi.

2. Pemilahan Kedua (Simpul2)

Peubah pemilah pada pemilahan kedua adalah Xs (jumlah anak saat

sterilisasi) dengan nilai pemilah yaitu jumlah anak 4. Dua kelompok amatan yang terbentuk yaitu :

a. Simpul 3 sebagai simpul dalam dengan jumlah amatan 180. Gambaran angka kejadian efek samping sterilisasi pada simpul3 adalah :

-

angka kejadian tertinggi : 30.1 % responden mengalami perubahan lama haid pasca sterilisasi.

(7)

-

angka kejadianterendah : 6.7 % responden mengaku kehidupan

nlmah tmgganya terganggu pasca sterilisasi.

b. Simpul 4 sebagai simpul dalam dengan jumlah amatan 131. Gambaran angka kejadian efek samping sterilisasi adalah :

-

angka kejadian tertnggi : 48.5 % responden mengalami perubahan lama haid pasca sterilisasi.

-

angka kejadian terendah : 12.5 % responden mengaku kehidupan seksnya terganggu pasca sterilisasi.

3. Pemilahan Ketiga (Simpul3)

Peubah pemilah pada pemilahan yang ketiga adalah X g (jenis

KB

pra sterilisasi) dengan batas pemilah yaitu alat

KB

IUD. Dua kelompok amatan yang terbentuk yaitu :

a. Simpul 5 sebagai simpul terminal dengan jumlah amatan 93. Gambaran angka kejadian efek samping sterilisasi pada simpul5 adalah :

-

angka kejadian tertinggi : 36.6 % responden mengalami perubahan lama haid pasca sterilisasi.

-

angka kejadian terendah : 6.4 % responden mengalami gangguan

haid yang memerlukan pemeriksaan dokter dan kehidupan rumah

tangganya terganggu pasca sterilisasi.

b. Simpul 6 sebagai simpul terminal dengan jumlah amatan 87. Gambaran angka kejadian efek samping sterilisasi pada simpul6 adalah :

-

an& kejadian tertinggi : 28.7 % responden mengalami perubahan siklus haid dibandiigkan dengan pra sterilisasi.

-

angka kejadian terendah : 6.9 % responden mengalami siklus haid yang tidak teratur dan kehidupan rumah tangganya terganggu pasca sterilisasi.

4. Pemilahan Keempat (Simpul4)

Peubah pemilah pada pemilahan yang keempat adalah

X8

(jumlah anak saat sterilisasi) dengan nilai pemilah yaitu jumlah anak 5. Dua kelompok amatan

(8)

yang terbentuk yaitu :

a, Simpul 7 sebagai simpul temind dengan jumlh aqatan 55. Gm.5aran angka kejadian efek samping sterilisasi pada simpul7 adalah :

-

angka kejadian tertinggi : 52.3 % responden mengalami pembahan lama haid pasca sterilisasi.

-

angka kejadian terendah : 12.3 % responden mengalami gangguan haid yang memerlukan pemeriksaan dokter dan kehidupan seksnya terganggu pasca sterilisasi.

b. Simpul 8 sebagai simpul terminal dengan jumlah amatan 66. Gambaran angka kejadian efek samping sterilisasi pada simpul8 adalah :

-

angka kejadian tertinggi : 40.9 % responden mengalami siklus haid yang tidak teratur dan mengalami perubahan lama haid pasca sterilisasi.

-

angka kejadianterendah : 13.6 % responden mengaku kehidupan seksnya terganggu pasca sterilisasi.

Hasil Pengelompokan Responden

Simpul-simpul terminal yang tampak pada pohon klasifikasi menunjukkan kelompok-kelompok yang dapat diidentifikasi. Berdasarkan simpul-simpul terminal ini, terdapat lima kelompok responden, yaitu :

1. Kelompok 1, Simpul 1 ; kelompok dengan lama KB pra sterilisasi paling lama 2 bulan.

2. Kelompok 2, Simpul 5 ; kelompok dengan lama KB pra sterilisasi lebih

dari 2 bulan, dengan jumlah anak paling banyak 4 pada saat sterilisasi, dan jenis KB yang digunakan pra sterilisasi adalah

IUD.

3. Kelompok 3, Simpul 6 ; kelompok dengan lama KB pra sterilisasi lebii dari 2 bulan, dengan jumlah anak lebih dari 4 pada saat sterilisasi, dan jenis KB yang digunakan pra sterilisasi adalah kondom, pi], suntikan, susuk da. lain-lain.

4. Kelompok 4, Simpul 7 ; kelompok dengan lama KB pra sterilisasi lebih dari 2 bulan, dengan jurnlah anak 5 pada saat sterilisasi.

5. Kelompok 5, Simpul 8 ; kelompok dengan lama KB pra sterilisasi lebih dari 2 bulan dan jumlah anak lebih d a i 5 pada saat sterilisasi.

(9)

Identifikasi terhadap prioritas peubah-peubah penjelas yang mempengaruhi terjadinya efek sampiag steri!isasi dapat dilakukan dengar. menggundcan pohon klasifikasi yang terbentuk. Berdasarkan pohon klasifikasi yang terbentuk terdapat tiga peubah pemilah yaitu lama KE pra sterilisasi, jumlah anak saat sterilisasi dan jenis KB pra sterilisasi. Berdasarkan urutan pemilahan, maka prioritas peubah penjelasnya adalah sebagai berikut :

1. Peubah penjelas pertama yaitu lama KB pra sterilisasi.

2. Peubah penjelas kedua yaitu jumlah anak saat sterilisasi. 3. Peubah penjelas ketiga yaitu jenis KB pra sterilisasi.

Deskripsi Peubah Respons pada Kelompok Responden

Adapun hasil pengelompokan responden untuk tiap simpul terminal dan persentase angka kejadian efek samping sterilisasi yang terdapat pada Gambar 5

disajikan dalam Tabel 5 sebagai berikut.

Tabel 5. Persentase Angka Kejadian Efek Samping Sterilisasi terhadap Jumlah Amatan

untuk Setiap Peubah Respons

Pada tabel tersebut setiap kolom peubah respons menunjukkan persentase angka kejadian efek samping sterilisasi terhadap jumlah amatan pada masing- masing kelompok responden.

Berdasarkan Tabel 5 tersebut, deskripsi mengenai angka kejadian tertinggi pada setiap peubah respons dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Untuk peubah

Y1,

pada kelompok 5, persentase jumlah responden yang mengalami gangguan haid yang memerlukan pemeriksaan dokter, mencapai

(10)

2. Untuk peubah Yz, pada kelompok 5 terlihat bahwa 21.2 % responden menyatakan mengalami siklus haid yang tidak teratur pasca skrilisasi.

3. Untuk peubah

Y3,

pada kelompok 4 terlihat bahwa 49.2 % responden menyatakan terjadi perubahan siklus haid pasca sterilisasi.

4. Untuk peubah Y4, kelompok 4 juga memberikan angka kejadian tertinggi, yaitu

52.3 % responden mengalami perubahan lama haid pasca sterilisasi.

5. Untuk peubah

Ys,

pada kelompok

5,

15.2 % responden mengaku kehidupan rumah tangganya kurang hannonis setelah melakukan sterilisasi.

6. Untuk peubah

Y6,

pada kelompok 5,13.6 % responden menyatakan kehidupan seksnya kurang menggairahkan setelah melakukan sterilisasi.

Analisis secara keseluruhan terhadap angka kejadian efek samping sterilisasi pada Tabel 5 adalah sebagai berikut :

1. Angka kejadian efek samping sterilisasi pada kelompok responden 4 dan 5 adalah angka kejadian yang paling tinggi untuk hampir semua peubah respons

dibandingkan dengan kelompok responden yang lain. Bila dikaji berdasarkm hubungan antara peubah penjelas dengan peubah responsnya, lamanya penggunaan jenis KB lain pra sterilisasi (lebih

dari

2 bulan) dan tingginya intensitas kelh yang telah dialami ijumlah anak 5 dan lebih dari 5 saat sterilisasi) sangat mempengaruhi terjadinya efek samping dari sterilisasi yang dilakukan. Cukup lamanya penggunaan jenis

KB

lain sebelum sterilisasi telah mempengaruhi produksi hormon progesteron yang sangat berperan terhadap pola haid, sehingga perubahan jenis

KB

menjadi sterilisasi juga mempengaruhi pola haid responden. J u d a h an& yang cukup besar juga memberikan pengaruh psikologis yaitu dengan munculnya rasa khawatir akan keberhasilan sterilisasi sehingga mengganggu kehidupan seks dan rumah tangga.

2. Berdasarkan angka kejadian efek samping pada setiap peubah respons, peubah

Y3

(perubahan siklus haid pasca sterilisasi) clan peubah

Y4

(perubahan lama haid pasca sterilisasi) memiliki angka kejadian tertinggi dibandingkan dengan peubah respons yang lain. Sedangkan peubah

YI

(mengalami gangguan haid yang memerlukan pemeriksaan dokter),

Ys

(kehidupan rumah tangga terganggu pasca sterilisasi) dan

Yg

(kehidupan seks terganggu pasca sterilisasi) menunjukkan angka kejadian yang rendah. Tingginya angka kejadian

(11)

perubahan siklus haid dan lama haid pasca sterilisasi lebih dipengaruhi oleh jenis KB d m lama penggwmn

KB

pra sterilisasi yang smgat berpengzruh terhadap pola haid responden. Angka kejadian yang relatif rendah untuk gangguan haid pasca sterilisasi menunjukkan bahwa sterilisasi cukup aman secara medis. Sedangkan rendahnya angka kejadian untuk gangguan kehidupan rumah tangga dan kehidupan seks menunjukkan bahwa sterilisasi tidak memberikan dampak yang besar secara psikologis dan anggapan bahwa sterilisasi menyebabkan wanita menjadi "dingin" dalam kehidupan seksual tidak terbukti.

Perbandingan Peubah Respons Antar Kelompok Responden

Untuk membandingkan kelompok-kelompok responden yang terbentuk berdasarkan angka kejadian pada keenam peubah respons, disusun matriks yang menampilkan peubah-peubah respons dengan perbedaan persentase angka kejadian lebih dari 4 % antara dua kelompok responden.

Tabel 6. Matriks Perbandingan Peubah Respons Antar Kelornpok Responden

Berdasarkan matriks antar kelompok responden yang terbentuk, karakteristik yang membedakan peubah-peubah respons antar kelompok responden adalah

sebagai berikut :

1. Kelompok 1 dan 2

Responden pada kelompok 1 d m 2 dibedekan oleh angka kejadian siklus haid

tidak teratur dan perubahan lama haid pasca sterilisasi. Responden pada 5

Keterangan : Sel menunjukkan peubah yang berbeda dan pernyataan perbandingan. Pernyataan perbandingan adalah baris terhadap kolorn.

Y1 s.d.Y6, > YI s.d.Y6, > YI s.d. Y5, > Y1, > ; y3, < ; y4, <

(12)

kelompok 2 mengalami angka kejadian yang lebih tinggi untuk kedua efek samping tersebut dibandingkan dengan responden pada kelompck 1.

2. Kelompok 1 dan 3

Responden pada kelompok 1 mengalami angka kejadian efek samping gangguan haid dan gangguan kehidupan seks yang lebih rendah, tetapi mengalami angka kejadian perubahan lama haid yang lebih tinggi dibandingkan dengan responden pada kelompok 3. Ketiga efek samping tersebut menjadi pembeda antara kelompok 1 dan kelompok 3.

3. Kelompok 1 dm 4

Kelompok responden pada kelompok 1 dan 4 dibedakan oleh keenam peubah respons. Hal tersebut ditunjukkan oleh angka kejadian efek samping pada kelompok 4 yang lebih tinggi dibandingkan dengan responden pada kelompok 1 untuk semua peubah respons.

4. Kelompok 1 dan 5

Kelompok 5 mengandung responden dengan angka kejadian efek sanlping yang lebih tinggi untuk semua peubah respons dibandingkan dengan responden pada kelompok 1. ~ e n g a n demikian, kelompok 1 dan 5 dibedakan oleh keenam peubah respons.

5. Kelompok 2 dan 3

Responden pada kelompok 2 mengalami angka kejadian yang lebih rendah untuk gangguan haid, tetapi mengalami angka kejadian yang l e b i tirlggi untuk siklus haid yang tidak teratur dan perubahan lama haid dibandi11gi:an dengan responden pada kelompok 3. Oleh karena itu, gangguan haid, siklus haid yang tidak teratur dan perubahan lama haid menjadi pembeda aitara responden pada kelompok 2 dan kelompok 3.

6. Kelompok 2 dan 4

Responden pada kelompok 2 clan 4 dibedakan oleh keenam peubah respons.

Responden pada kelompok 2 mengalami angka kejadian yang lebih rendah untuk semua efek samping dibandingkan responden pa& kelompok 4.

7. Kelompok 2 dan 5

Seperti halnya kelompok 2 dan 4, responden pada kelompok 2 dan 5 juga dibedakan oleh keenam peubah respons. Untuk semua efek samping

(13)

sterilisasi, responden pada kelompok 5 mengalami angka kejadian yang lebih tinggi dibandingkan de~gan responden pada kelompok 2.

8. Kelompok 3 dan 4

Responden pada kelompok 3 dan 4 mengalami angka gangguan haid dan angka gangguan kehidupan seks yang relatif sama, sementara responden pada kelompok 4 mengalami angka kejadian efek samping yang lebih tinggi untuk peubah respons laimya. Artinya, selain gangguan haid dan gangguan kehidupan seks, kelompok 3 dan 4 berbeda untuk peubah respons lainnya.

9. Kelompok 3 clan 5

Responden di kedua kelompok mengalami angka kejadian untuk gangguan kehidupan seks yang relatif setara, tetapi mtuk peubah respons lainnya, responden pada kelompok 5 mengalami angka kejadian yang lebih tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa kecuali gangguan kehidupan seks, kondisi efek samping laimya berbeda pada kedua kelompok.

10. Kelompok 4 dan 5

Responden pada kelompok 4 mengalami lebih sedikit gangguan haid, tetapi mengalami perubahan siklus haid dan pembahan lama haid yang lebih tinggi dibandingkan dengan responden pada kelompok 5. Dengan demikian, responden pada kelompok 4 dan 5 dibedakan oleh efek samping gangguan haid, pernbahan siiklus haid dan pembahan lama haid.

Pohon Klasifikasi untuk Keenam Peubah Respons Secara Terpisah

Sebagai pembanding pohon klasifikasi untuk enam peubah respons yang dianalisis secara simultan, maka dibentuk pohon klasifikasi untuk masing-masing

peubah respons tersebut secara terpisah. Berdasarkan pohon klasifikasi yang terbentuk pada Lampiran 4, dapat dikatakan bahwa sebagian besar pemilahan yang terjadi pada tiap-tiap pohon tampak pula pada pohon klasifikasi dengan keenam peubah rapons ganda. Hal tersebut dapat dilihat dari peubah-peubah pemilah (split variables ) untuk tiap-tiap pohon.

Simpul akar ( root node ) untuk tiap-tiap pohon diwakili oleh peubah-peubah pang muncul pada pohon klasifikasi untuk keenam peubah respons ganda. Kecuali

(14)

pada pohon untuk peubah respons Y I (gangguan haid pasca sterilisasi) dan

peubah respons

Yq

(lama haid pasca sterilisasi).

Sebagai contoh, berdasarkan pohon klasifikasi yang terbentuk untuk peubah

YS

(kehidupan rumah tangga pasca sterilisasi) pada Lampiran 4 - Gambar 6e, tampak bahwa peubah pemilah pada simpul akar adalah

X7

(lama KB sebelum

sterilisasi). Kemudian peubah pada pemilahan berikutnya adalah X, dan Xs (jenis KB sebelum sterilisasi). Peubah-peubah pemilah yang muncul sama dengan peubah-peubah pemilah yang terdapat pada pohon klasifikasi untuk peubah respons biner ganda.

Kondisi tersebut menunjukkan bahwa pohon klasifikasi untuk keenam peubah respons ganda menggambarkan informasi yang konsisten tentang peubah-peubah penjelas yang mempengaruhi efek samping sterilisasi yang terjadi.

Kestabilan Pohon yang Terbentuk

Untuk menyelidii kestabilan pohon yang terbentuk, seluruh amatan yang

berjumlah 408 dibagi menjadi dua gugus amatan yang masing-masing memuat 204 amatan. Penentuan kedua gugus amatan tersebut dilakukan secara acak.

Kedua gugus masing-masing dinamakan building set dan validating set.

Kemudian dibentuk pohon klasifikasi dengan gugus amatan building det.

Dari

enam pengacakan yang dilakukan, diperoleh enam building set yang hasil pembentukan pohon k l a s W i y a ditampilkan pada Lampiran 5.

Dibandingkan dengan pohon pada Gambar 5, pohon yang terbentuk mempunyai ukuran yang lebih kecil. Kondisi tersebut merupakan hal yang masuk

aka1 karena semakin kecil jumlah amatan, akan semakin kecil pula ukuran pohon

yang terbentuk. Meskipun te jadi perubahan besar dalam jumiah amatan, tetapi peubah-peubah pemilah yang ada memiliki kemiripan dengan peubah pemilah pohon klasifikasi pada Gambar 5. Karenanya dapat diitakan bahwa pohon yang

terbentuk dengan kriteria yang telah dijelaskan sebelumnya tidak mempunyai

.

-.,...

Gambar

Tabel  2.  Sebaran Responden Berdasarkan Jenis  KB  Sebelum Sterilisasi
Tabel  3.  Statistik Deskriptif untuk Lama KB Pra Sterilisasi  dan  Usia Saat Sterilisasi
Gambar 4.  Grafk  Sebaran  Responden  Berdasarkan Usia  Saat  Sterilisasi
Gambar 5. Pohon Klasifikasi  untuk Peubah Respons Biner Ganda
+2

Referensi

Dokumen terkait

Model pendekatan kooperatif yang paling sederhana dalam pembelajaran kooperatif adalah model Student Team achievment Division (STAD). Berdasarkan observasi pada hari

Ulangi pengamatan arus DC, penguatan mode diferensial, dan penguatan mode bersama ini untuk rangkaian dengan resistansi bias dan tegangan bias negatif yang lebih tinggi

Peningkatan pertumbuhan diperkirakan terjadi di sektor industri pengolahan yang pada triwulan laporan tercatat tumbuh 2,90% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan dengan

Hasil penelitian mengenai struktur histologi magnum itik Magelang, itik Tegal, dan itik Pengging dengan mengamati preparat yang dibuat dengan metode parafin dan

Dari hasil anamnesa ini gambaran lesi mirip mucocele dan hasil AJH dari dokter yang merujuk adalah benigna cystic lesion yang condong ke mucocele, namun dari hasil

Cara yang baik untuk menentukan kapan waktu panen yang tepat untuk buah rambutan menurut Kalie (1994) adalah dengan melihat warna kulit dan rambut buah.. Warna

Selain dikembangkan di klub-klub Wushu, dikembangkan juga senam Taiji di klub-klub khusus Taiji yang tidak menekankan pada kompetisi Wushu, misalnya di klub PORPI

Metode yang digunakan dalam analisis kadar pH darah adalah pengukuran menggunakan pH meter dari serum darah Rattus norvegicus yang diperlakukan dengan dosis asupan teh