• Tidak ada hasil yang ditemukan

KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PRODUKSI TELUR BANDENG DI HATCHERI SWASTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PRODUKSI TELUR BANDENG DI HATCHERI SWASTA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

82

KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PRODUKSI TELUR BANDENG

DI HATCHERI SWASTA

Anak Agung Alit

Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol Po Box 140 Singaraja 8115-Bali Telp. 0362.92278 Fax 036292272

Email : ringdl @ Indosat.net.id.

Abstract: Financial feasibility research on eggs production of milk fish has been

carried out during, the period of Januari 2010 – Desember 2010 in Gerokgak, Buleleng region of Bali provice. The primary approach data collection is the Rapid Rural Appraisal tehnique and interviews with milkfish farmers at the reservoir. In this case, topical data corresponding to the economic and technical aspects of the aquaculture were used as guidance. Data obtained were financially analyzed in tems of profitability, break even point, and pay back period. Results of research show that milk fish aquaculture on production eggs of milk fish at hatchery profits of Rp 74,916,000.00 per production/unit consisting of two box per 12 months. Total invesment required to initiate this production eggs of milk fish is Rp 225,000,000.00 Break even point is found to be 56,470,588.00 while the pay back periode 30 months or 2 production periods. These financial indicator suggest that production eggs of milkfish culture is feasible for farmes or big operator.

Key words: Financial feasibility, eggs of Milk fish, tanks of milk fish, and hatchery

PENDAHULUAN

Ikan bandeng, Chanos chanos Fors-kal adalah salah satu sumber protein he-wani yang relatif murah, bisa dikonsumsi dalam bentuk segar, dan juga dikonsumsi dalam bentuk lahan seperti pindang, dan presto. Permintaan bandeng meningkat hampir setiap hari baik terhadap ukuran konsumsi maupun ukuran benih (nener). Dihitung berdasarkan luas tambak yang ada dengan asumsi 90% untuk budidaya bandeng dengan padat penebaran sekitar 10.000 ekor nener per hektar, maka jum-lah nener yang diperlukan sekitar 3.8 mil-yar ekor per tahun atau lebih dari dua kali lipat potensi nener alam (Ahmad, 1992). Kesenjangan antara permintaan dari pe-masok tersebut harus diatasi untuk

men-cegah padat penebaran yang relatif ren-dah yang pada gilirannya akan menurun-kan produksi dan populasi nener di alam. Produksi nener hatcheri merupakan salah satu upaya yang dapat diandalkan untuk menutupi kesenjangan. Sejalan dengan pesatnya perkembangan hatcheri skala rumah tangga, di samping permintaan pa-sok telur yang akan meningkat untuk me-menuhi permintaan tersebut, usaha pe-ngembangan induk bandeng untuk meng-hasilkan telur bandeng juga sangat diper-lukan.

Kesenjangan antara permintaan dan pasok benih bandeng atau nener harus bisa diatasi dengan produksi telur melalui pemeliharaan induk bandeng di bak-bak semen secara terkontrol maupun di tam-bak untuk mencegah penurunan dan

(2)

po-Anak Agung Alit: Kelayakan Finansial Usaha Produksi Telur 83

pulasi nener. Adanya pengembangan hat-chery skala rumah tangga dalam usaha pembenihan dapat menambah pendapa-tan pependapa-tani.

Penelitian ini bertujuan untuk me-nganalisis kelayakan finansial usaha pro-duksi telur bandeng di hatcheri yang da-pat memberi keuntungan sehingga dada-pat dipertimbangkan sebagai usaha yang ber-kelanjutan. Hasil analisis yang dilakukan diharapkan dapat memberi masukan un-tuk menenun-tukan arah kebijakan pemerin-tah setempat dalam mengoptimalkan fu-ngsi usaha produksi telur bandeng, sekali-gus menyejahterakan petani di wilayah Kecamatan Gerokgak Kabupaten Buleleng Bali.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan dengan meng-gunakan metode studi kasus dalam ben-tuk pengumpulan data primer pada bebe-rapa informan kunci maupun pembudi-daya ikan bandeng di wilayah Kecamatan Gerokgak Kabupaten Buleleng Bali Utara. Pemahaman daerah penelitian yang digu-nakan sebagai sumber informasi awal un-tuk mendapatkan gambaran umum ke-adaan wilayah pantai dan akvitas yang ada di dalamnya didapatkan dari teknisi dan petani pengusaha produksi telur ban-deng.

Pembudidaya induk bandeng yang dijadikan responden adalah mereka yang memelihara induk bandeng. Pengamatan menunjukkan bahwa kepemilikan jumlah usaha induk bandeng di Gondol bervariasi dengan kisaran 1 unit (2 bak) sampai 4 unit (8 bak) untuk setiap pembudidaya. Untuk pengumpulan data penelitian ini dilakukan pengumpulan data per unit (2 bak) untuk setiap pemilik induk bandeng yang menjadi responden. Data penelitian

diperoleh melalui pengumpulan data per unit (2) untuk setiap pemilik induk ban-deng yang menjadi responden. Jumlah responden yang diwawancarai sebanyak 5 orang yang kesemuanya merupakan in-forman kunci mengingat responden ada-lah pembudidaya yang berkeahlian mena-ngani induk serta pengusaha induk ban-deng.

Data primer dikumpulkan dari kegi-atan usaha selama dua tahun, yaitu bulan Januari 2009 sampai Desember 2010. Pe-ngolahan data dilakukan dengan cara ta-bulasi dan persentase yang kemudian di-analisis secara deskriptif menggunakan pendekatan metode logik. Pada metode ini data diamati dan dipilah-pilah, kemu-dian hasilnya dipertimbangkan, dan di-analisis untuk pengambilan kesimpulan (Nazir, 1988)

Dalam studi ini dilakukan pengum-pulan data sekunder berupa peraturan dan pengaturan yang berhubungan de-ngan usaha produksi telur bandeng. Hal ini dilakukan atas pertimbangan bahwa dalam menganalisis suatu kebijakan pe-ngembangan budidaya untuk usaha harus disertai dengan pemahaman tentang pe-raturan dan pengaturan yang terkait de-ngan usaha pembenihan benih (nener) ikan bandeng tersebut.

Analisis R/C bertujuan untuk meli-hat seberapa jauh setiap nilai rupiah yang digunakan dalam kegiatan usaha dapat memberikan sejumlah nilai penerimaaan sebagai manfaatnya. Kegiatan usaha yang paling menguntungkan mempunyai nilai R/C ratio yang terbesar (Hernanto, 1998). Menurut Soekartawi (1995), penerimaan usaha adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual yang dirumuskan:

(3)

84 Neptunus Jurnal Kelautan, Vol. 17, No. 2, Juli 2011

dengan:

TR (Total Revenue) = total penerimaan Y = produksi yang diperoleh dalam usaha

PY = harga Y

Sedangkan total biaya merupakan penjumlahan dari biaya tetap dan biaya tidak tetap yang dirumuskan sebagai berikut:

TC = FC + VC dengan

TC (Total Cost) = total biaya FC (Fixed cost) = biaya tetap VC(Variable Cost) = biaya tidak tetap

Pendapatan usaha tani adalah seli-sih antara penerimaan dan semua biaya yang dirumuskan sebagai berikut :

KU = TR – TC dengan:

KU = keuntungan usaha TR = total penerimaan TC = total biaya

Analisis rasio penerimaan dan biaya digunakan untuk mengetahui sejauh ma-na hasil yang diperoleh dan kegiatan usa-ha selama masa pemeliusa-haraan cukup me-nguntungkan, dengan menggunakan ru-mus:

Revenue Cost Ratio = TR/TC dengan:

Total Revenue = Penerimaan usaha pro- duksi telur bandeng

Tota Cost = Biaya usaha produksi telur Bandeng

Kriteria usaha yang digunakan adalah : R/C > 1, maka usaha untung R/C < 1, maka usaha rugi R/C = 1, maka usaha impas

Perhitungan penerimaan dan biaya produksi mengikuti kaidah anggaran ma-sukan dan pengeluaran (output) hasil se-perti yang dikemukan Soekartawi et al.

(1986). Nilai breakevenpoint (titik impas) dan jangka waktu pegembalian investasi diperhitungkan menurut kaidah yang di-kemukan oleh Sigit (1979) dan Gittinger (1986) yang secara sederhana dapat ditu-lis sebagai berikut:

Nilai Tititk impas (BEP): YiXPYi) : (VC 1 FC  

Jangka waktu pengembalian investasi: KU

VC FC

dengan:

Yi = jumlah produksi (ekor/tahun) Pyi = harga satuan produk (Rp/ekor) FC = fixed Cost (Biaya Tetap) (Rp/thn)

VC = variable Cost (Biaya Variabel) (Rp/tahun)

KU = kuntungan Usaha (Rp/tahun)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sarana Pemelihara Induk Bandeng

Induk dipelihara pada 2 buah tangki induk beton yang digunakan berbentuk persegi dengan sudut dalam tangki di-bulatkan, volume air 100 m³ (7 x 7 x 2 m). Bak induk dengan sistem perpipaan air mengalir dan bak kolektor yang juga ver-fungsi untuk mengumpulkan telur sehing-ga mempermudah pemanenan. Air laut dipompa dengan menggunakan pompa

(4)

Anak Agung Alit: Kelayakan Finansial Usaha Produksi Telur 85 submersible pump 2 inci. Untuk

menam-bah kandungan oksigen dalam air di bak induk digunakan blower 200 watt. Sum-ber tenaga listrik menggunakan PLN dan untuk mengantisipasi pemadaman listrik digunakan generator.

Sarana Panen Telur

Tempat telur untuk inkubasi berupa aquarium sebanyak 2 buah dengan uku-ran (40 x 40 x 40) cm yang diisi air laut dan dilengkapi aerator. Selain itu diguna-kan juga peralatan lain berupa serok un-tuk pengambilan telur, alat sampling te-lur, beaker glass, plastik untuk packing te-lur, karet, dan oksigen murni.

Cara Pemeliharaan Induk Bandeng Dan Penanganan Telur

Induk bandeng dibeli dari petani tambak Sidoarjo Jawa Timur dengan pan-jang 50 – 65 cm, kemudian dipelihara pa-da tangki terkontrol sebanyak 2 tangki de-ngan volume rata-rata 100 m³, menggu-nakan sistem air mengalir dengan pergan-tian air sekitar 200 - 400% per hari. Ma-sing-masing tangki diisi 40 ekor induk de-ngan perbandide-ngan 2 betina, dan 1 jan-tan. Berat induk sekitar 4 - 8 kg diberi pa-kan pelet komersial dengan dosis 2 - 4% dari biomassa induk per hari dengan di-tambahkan vitamin E, telur bebek, madu, dan minyak cumi dicampur di dalam pa-kan pelet komersial.

Setiap pagi, air pada tangki induk di-turunkan sampai tersisa air seperempat bagian agar dasar tangki tidak terlalu kotor. Kegiatan ini dilakukan setiap dua hari sekali. Pembilasan tangki dilakukan setiap dua minggu sekali, agar dasar tang-ki tidak terlalu kotor, untuk menghindar-kan induk dari penyakit. Jika induk imenghindar-kan bandeng terserang penyakit atau kutu dapat dicuci dengan air tawar selama 15 menit.

Telur yang dikeluarkan saat memi-jah pada umumnya mengapung di permu-kaan air, dan dengan sistem air yang me-ngalir telurnya akan terkumpul di kolek-tor. Selanjutnya telur dipanen secara per-lahan-lahan dengan menggunakan serok halus untuk menghidari telur rusak akibat penumpukan telur. Telur kemudian diin-kubasi di aquarium dengan menggunakan aerator. Telur yang mengapung atau ba-gus dipisahkan dengan telur yang jelek atau mengendap. Telur dihitung dengan cara sampling untuk mengetahui perkira-an jumlahnya. Pada pukul 13.00 telur di-keluarkan dengan menggunakan kantong plastik, dilengkapi dengan oksigen dan langsung bisa dijual sesuai dengan pe-sanan untuk backyard hatcheri atau hatcheri sepenggal.

Analisis Kelayakan Finansial

Untuk penelitian ini, kelayakan fi-nansial budidaya benih ikan bandeng mencakup aspek struktur biaya produksi dan keuntungan usaha pada berbagai tingkat keuntungan harga jual telur bandeng.

Struktur Biaya Produksi dan Keuntungan Usaha

Biaya usaha produksi bandeng pada hatcheri swasta terdiri atas biaya tetap dan tidak tetap. Biaya tetap mencakup bi-aya penyusutan modal dan bunga inves-tasi. Biaya tidak tetap atau biaya opera-sional terdiri atas dari biaya pakan pelet, listrik, telur bebek, madu, vitamin E, plas-tik, karet, oksigen dan tenaga kerja sela-ma usaha produksi berlangsung. Besaran nilai dan struktur biaya usaha produksi te-lur bandeng dan nilai yang dilakukan oleh pembudidaya pada usaha produksi telur bandeng dapat dilihat pada Tabel 1.

(5)

86 Neptunus Jurnal Kelautan, Vol. 17, No. 2, Juli 2011 Tabel 1. Modal investasi dan penyusutan pada usaha produksi telur bandeng di

hatcheri untuk 1 unit (Rp 000)

Jenis Satuan Investasi

(Rp) Umur Ekonomis(Th) Penyusutan 12 bulan (Rp) Lahan 40 m2 - - Bak induk 2 bh 100.000 5 20.000

Induk bandeng 80 ekor 40.000 - -

Pompa air laut & genset 3 bh 8.500 2 4.250

Blower 2 bh 8.500 2 4.250

Instalasi air laut 1 set 25.500 3 8.500

Instalasi listrik 1 set 10.000 - -

Peralatan induk bandeng 1 set 7.500 5 1.500 Rumah teknisi 1 unit 25.000 5 5.000

Total 225.000 43.500

Keterangan: Penyusutan diperhitungkan untuk satu unit selama 12 bulan

Tabel 1 memperlihatkan bahwa in-vestasi yang diperlukan untuk mengusa-hakan satu unit selama usaha berlang-sung diperlukan investasi sebesar Rp225.000.000,00. Modal ini merupakan dana yang cukup besar jika seorang pem-budidaya adalah seorang kepala keluarga yang bermata pencarian utama sebagai

buruh atau nelayan. Terlihat pula bahwa dana investasi sebesar Rp225.000.000,00 juga berfungsi untuk memenuhi kebutu-han peralatan, bakebutu-han, dan alat-alat untuk kegiatan usaha pemelihara induk untuk memproduksi telur. Di lain pihak beban bunga investasi selama 12 bulan sebesar Rp4.500.000,00 (Tabel 2).

Tabel 2. Struktur biaya produksi usaha produksi telur bandeng di hatcheri selama 12 bulan

Uraian Nilai (Rupiah) Persentase

Biaya tetap 48.000.000 100

-Penyusutan modal investasi 12 bulan =Rp 43.500.000,-

-Bunga investasi selama 12 bulan (20%/tahun)=Rp 4.500.000 43.500.000 4.500.000 90.63 9.37 Biaya variable 101.400.000 100

Pakan pelet 10 zak a”Rp 250.000 x12 bln

Listrik (watt) Rp 4.500.000/bln Pakan tambahan (Vitamin E, telur bebek, dan madu) Rp 650.000/bln Tenaga kerja 1 bulan

@Rp 800.000/bln 30.000.000 54.000.000 7.800.000 9.600.000 29.58 53.25 7.69 9.48

(6)

Anak Agung Alit: Kelayakan Finansial Usaha Produksi Telur 87

Uraian Nilai (Rupiah) Persentase

Total biaya produksi (A+B) 149.400.000 100 Produksi telur bandeng rata-rata

perbulan 7.477. 200 x 12 bln x Rp 2.5 224.316.000 100 Total nilai Produksi telur bandeng 224.316.000 100 Keuntungan usaha total (E-C) 74.916.000 100

Berdasarkan hasil perhitungan yang dikemukakan pada Tabel 2, terlihat bah-wa komponen biaya produksi tertinggi pada usaha produksi telur bandeng pada hatcheri untuk satu unit adalah biaya pe-nyusutan modal investasi selama 12 bu-lan yang mencapai 90,63% atau mencapai Rp43.500.000,00 selama 12 bulan. Disu-sul biaya listrik yang mencapai 53,25% atau Rp54.000.000,00 per 12 bulan. Mes-kipun demikian, usaha tersebut masih memberikan keuntungan secara total untuk sebesar Rp74.916.000,00.

Keuntungan Usaha pada Berbagai Ting-kat Harga Jual Telur Bandeng

Tingkat keuntungan yang diperoleh sangat bergantung pada produksi telur. Harga telur dipengaruhi oleh tingkat har-ga jual benih ikan bandeng dan nilai hasil produksi budidaya tersebut. Semakin tinggi harga benih (nener) semakin tinggi pula keuntungan usaha produksi telur yang didapatkan oleh pengusaha selaku produsen. Namun sebaliknya, di pasar ekspor harga benih bandeng menurun dan permintaan pasar lokal pun menurun, sehingga keuntungan usaha produksi telur juga menurun.

Tabel 3. Tingkat keuntungan usaha produksi telur bandeng pada usaha swasta (satu unit/12 bulan)

Harga Jual Telur Bandeng (Rp/butir)

Total Nilai Produksi/ (Rupiah)

Total Keuntungan Usaha/ (Rupiah) 6 5.5 5 4.5 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1.0 538.358.400 493.495.200 448.632.000 403.768.800 358.905.600 314.042.400 269.179.200 224.316.000 179.452.800 134.589.600 89.726.400 388.958.400 344.095.200 299.232.000 254.368.800 209.505.600 164.642.400 119.779.200 74.916.000 30.052.800 - 14.810.400 - 59.673.600

(7)

88 Neptunus Jurnal Kelautan, Vol. 17, No. 2, Juli 2011 Tabel 4. Nilai titik impas usaha telur bandeng pada hatcheri swasta berbagai tingkat

harga jual telur bandeng hasil produksi

Harga Jual Telur Bandeng (Rp/Ekor)

Total Nilai Produksi (Rupiah)

Nilai Titik Impas

Rupiah butir 6 538.358.400 6.666.666 1.111.111 5.5 493.495.200 68.571.428 12.467.532 5 448.632.000 71.641.791 14.328.358 4.5 403.768.800 76.190.476 16.931.216 4.0 358.905.600 82.758.621 20.689.655 3.5 314.042.400 905.660.377 258.760.107 13.0 269.179.200 106.666.667 35.555.555 2.5 224.316.000 141.176.471 56.470.588 2.0 179.452.800 282.352.941 141.176.470 1.5 134.589.600 -480.000.000 -320.000.000 1.0 89.726.400 -800.000.000 -800.000.000

Tabel 3 menunjukkan tingkat keun-tungan usaha produksi telur bandeng di hatcheri yang diperoleh berdasarkan per-hitungan beberapa tingkat harga jual telur bandeng dan nilai hasil produksi, se-dangkan harga dan jumlah faktor pro-duksi lainnya diasumsikan tidak berubah. Berdasarkan perhitungan yang dikemuka-kan pada Tabel 3 terlihat bahwa jika ting-kat harga jual mencapai Rp1,5,00 per bu-tir, maka usaha telur bandeng di hatcheri swasta mengalami kerugian sebesar Rp480.000.000,00 per tahun; sedangkan bila harga jual Rp1,00 per butir kerugian yang dialami sebesar Rp800.000.000,00 per tahun atau Rp40.000.000,00 per bu-lan. Sementara ini harga telur bandeng yang pernah turun hingga mencapai Rp2,00 per butir masih memberikan ke-untungan bagi pengusaha telur bandeng sebesar Rp30.052.800,00 selama 12 bulan atau rata-rata per bulan hanya sebesar Rp2.504.400,00. Dengan demikian pengu-saha disarankan memiliki lebih dari 1 unit bak induk untuk meningkatkan penda-patan rata-rata lebih dari Rp 2.504.400,00 per bulan.

Nilai Titik Impas

Nilai titik impas adalah nilai yang menjelaskan saat usaha telur bandeng pada hatcheri swasta tidak mendapatkan keuntungan tetapi tidak mengalami ke-rugian. Nilai ini akan berbeda pada ber-bagai harga jual telur bandeng yang di-kemukakan pada Tabel 4. Berdasarkan hasil perhitungan terlihat bahwa usaha telur bandeng yang berlangsung saat ini mencapai titik impas Rp141.176.471,00 Namun demikian, jika harga telur ban-deng menurun hingga Rp1,5,00 per butir usaha produksi telur di hatcheri swasta ini mengalami kerugian.

Jangka Waktu Pengembalian Investasi

Jangka waktu pengembalian invest-tasi untuk masing-masing tingkat harga jual telur bandeng ditunjukkan pada Ta-bel 5. Bedasarkan hasil perhitungan yang dikemukakan pada Tabel 5 terlihat bahwa jangka waktu pengembalian investasi yang dicapai usaha produksi telur ben-deng saat ini adalah pada tingkat harga jual Rp2.5,00 per butir selama dua peri-ode atau selama 23,8 bulan. Namun jika

(8)

Anak Agung Alit: Kelayakan Finansial Usaha Produksi Telur 89

tingkat harga telur bandeng produksi di hatcheri swasta mencapai di bawah har-ga Rp2,00 per butir, maka usaha produksi telur bandeng di hatcheri swasta ini akan

mengembalikan investasi yang ditanam-kan dalam jangka waktu yang lama yaitu mencapai 59,6 bulan lebih atau 4,9 tahun.

Tabel 5. Jangka waktu pengembalian investasi dan usaha produksi telur bandeng 12 bulan)

Harga Jual Benih Ikan Bandeng (Rp/ekor)

Total Keuntungan Usaha (Rupiah)

Jangka Waktu Pengembalian Periode Produksi Lama Waktu

Pemeliharaan (Bulan) 6 388.958.400 0.38 (0.5)** 7.5 5.5 344.095.200 0.43 (0.5) 5.2 5 299.232.000 0.49 (0.5) 5.8 4.5 254.368.800 0.58 (1) 7.0 4 209.505.600 0.71 (1) 8.5 3.5 164.642.400 0.91 (1) 10.9 3 119.779.200 0.90 (1) 10.8 2.5 74.916.000 2.60 (2) 30,0 2 30.052.800 4.97 (4.5) 59.6

Keterangan: *) Satu periode produksi 12 bulan

**) Angka dalam kurung merupakan pembulatan

Pemasaran Telur Bandeng

Penjualan telur tertinggi terjadi pada bulan September sampai Desember, rata-rata telur yang dijual setiap bulan 7.477.200 butir dan terjual habis dengan harga rata-rata Rp2,5,00 per butir. Pema-saran dilakukan dengan cara berikut: (a) pemesanan dilakukan sehari sebelum bertelur atau pagi hari pada pukul 7.00 WITA, (b) pesanan telur didaftar sesuai dengan urutan dan jumlah telur, (c) telur dikemas dengan menggunakan plastik yang diberi oksigen, (d) jumlah telur de-ngan sampling hitude-ngan 100.000 butir da-lam satu plastik ukuran 30 cm x 55 cm per kantong

Permasalahan dan Prospek Pengem-bangan Produksi Telur Bandeng

Permasalahan utama yang dihada-pi hatceri swasta adalah dalam hal

pe-masaran. Harga jual telur per butir di-harapkan pada kisaran paling rendah de-ngan harga Rp2,00 - 2,5,00, sehingga di- dapatkan keuntungan minimal jika petani induk hanya mepunyai satu unit saja.

Harga jual di bawah Rp2,00 per butir dengan nilai investasi (modal) sebesar Rp225.000.000,00 akan berat un-tuk bisa mengembalikan modal selama 4,9 tahun yang tertanam di hatcheri (Tabel 5).

Dengan demikian ditinjau dari segi finansial, usaha produksi telur bandeng di hatcheri swasta hanya memiliki 1 unit (2 bak induk bandeng), layak untuk diperta-hankan dan dikembangkan meskipun di-perlukan investasi yang cukup besar.

(9)

90 Neptunus Jurnal Kelautan, Vol. 17, No. 2, Juli 2011 KESIMPULAN

Secara finansial usaha produksi te-lur bandeng di hatcheri swasta, layak un-tuk dikembangkan. Harga jual telur ban-deng Rp2,00 per butir, usaha produksi telur bandeng masih mendapatkan keun-tungan sebesar Rp30.052.800,00 atau Rp2.504.400,00 per bulan.

DAFTAR RUJUKAN

Ahmad, T. 1992. Support of Research on Milkfish (Chanos-chanos Forsskal)

for Fisheries Development. (in press).

Gittinger, J.P. 1986. Analisa Ekonomi Pro-yek-proyek Pertanian. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Hal 579.

Hermanto, F. 1998. Ilmu Usahatani. Jakar-ta: Penebar Swadaya. Hal 167. Nazir, M. 1988. Metode Penelitian.

Jakar-ta: Ghalia Indonesia. Hal 622. Sigit, S. 1979. Analisa Break Even.

Pen-didikan Ahli Administrasi Perusa-haan. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada. Hal 67.

Soekartawi. Soehajo, A. Dilton, J.L. Hardaker, J.B., 1986. Ilmu Usaha-tani dan Penelitian untuk Pengem-bangan Petani kecil. Jakarta: Uni-versitas Indonesia Press. Hal 162. Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani

Jakarta: Universitas Indonesia Press. Hal 110.

Gambar

Tabel  2.  Struktur  biaya produksi  usaha  produksi  telur bandeng  di  hatcheri  selama  12  bulan
Tabel 3.  Tingkat  keuntungan usaha  produksi  telur  bandeng  pada  usaha  swasta  (satu  unit/12 bulan)
Tabel  3  menunjukkan  tingkat  keun- keun-tungan  usaha  produksi  telur  bandeng  di  hatcheri  yang diperoleh berdasarkan  per-hitungan  beberapa  tingkat  harga  jual  telur bandeng dan nilai hasil produksi,  se-dangkan  harga  dan  jumlah  faktor   pr
Tabel 5.  Jangka waktu pengembalian investasi dan usaha produksi telur bandeng 12  bulan)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis statistik untuk tanaman tomat pada tinggi tanaman umur 40 dan 80 HST, tidak berbeda nyata di setiap perlakuan baik tomat yang ditanam sistem tunggal maupun yang

Kedua, pola pembakaran padi ladang cara semak ditebas, hingga kering; kemudian ditumpuk di luar areal tanam (pepohonan) kemudian dibakar Persepsi petani karet dalam

Pada tugas akhir ini difokuskan pada pengklasifikasian jenis hipertensi berdasarkan penyebabnya menggunakan metode regresi logistik biner dan algoritma C4.5 dengan

[r]

Ketersediaan jalan yang memadai untuk memfasilitasi evakuasi terhadap gelombang tsunami sangat bergantung kepada moda transportasi yang digunakan dan kapasitas jalan yang

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeteksi lokasi sebaran titik panas di Provinsi Riau, serta memetakan daerah-daerah yang berpotensi mengalami kebakaran

Keunggulan mahasiswa yang menggunakan media (video) adalah memiliki kemampuan lebih dalam interaksi dengan internet dan penggunaannya. Pelaksanaan pembelajaran pada

Dalam kegiatan ini mahasiwa praktikan belum mengajar secara penuh, baik dalam penyampaian materi, penggunaan metode maupun pengelolaan kelas tetapi masih dalam pengawasan