• Tidak ada hasil yang ditemukan

Workshop Vokasi UNAIR Bahas Capaian Pembelajaran Pendidikan Tinggi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Workshop Vokasi UNAIR Bahas Capaian Pembelajaran Pendidikan Tinggi"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Workshop Vokasi UNAIR Bahas

Capaian

Pembelajaran

Pendidikan Tinggi

UNAIR NEWS – Prodi D-3 Kearsipan dari 14 Perguruan Tinggi

berkumpul di Hotel Swiss Berlin, Surabaya, untuk mengikuti sebuah lokakarya bertajuk Perumusan Capaian Pembelajaran Pendidikan Tinggi Vokasi. Selain Perguruan Tinggi dari Jawa, 14 Perguruan Tinggi yang mengikuti workshop sebagian di antaranya dari Sumatera Utara, Bengkulu, dan juga Padang. Bahasan dalam acara yang dihelat selama tiga hari berturut sejak tanggal 18 tersebut fokus pada dua prodi, yaitu perpustakaan dan kearsipan serta manajemen perkantoran dan kesekretariatan.

“Acara ini merupakan amanah dari DIKTI yang memerintahkan setiap prodi yang sama di perguruan tinggi harus memiliki capaian pembelajaran dan profil lulusan,” jelas Endang Fitriyah Mannan, S.Sos., M.Hum, Ketua Prodi D-3 Teknisi Perpustakaan UNAIR.

Para pemateri yang dihadirkan dalam workshop tersebut, di antaranya Ir. Hotma Prawoto Sulistiyadi, MT, yang pernah menjabat sebagai Direktur Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada, Prof. Dr. Djoko Agus Purwanto, Apt., M.Si yang merupakan Ketua Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Pendidikan UNAIR. Kemudian Dr. Pawit M Yusuf, M.Si dari Universitas Padjajaran Bandung. Terakhir, Sancoko, S.Sos., ME, staf pengajar Program Studi Administrasi Perkantoran dan Sekretaris Program Vokasi Universitas Indonesia.

“Kami setidaknya merumuskan capaian pembelajaran dan profil lulusan dengan ketentuan sikap umum, keterampilan umum serta keterampilan khusus pada mahasiswa,” tutur Endang.

(2)

Endang mengungkapkan bahwa capaian yang telah dirumuskan ini akan dilanjutkan ke Asosiasi Perguruan Tinggi Penyelenggara Pendidikan Perpustakaan Indonesia. “Hasil dari musyawarah ini nantinya akan dilanjutkan ke Asosiasi dan diteruskan ke DIKTI untuk disetujui,” tandasnya.

“Dengan adanya capaian tersebut maka mahasiswa dari dua prodi ini menjadi lulusan yang siap bekerja sesuai kebutuhan pasar,” pungkasnya.(*)

Penulis : Akhmad Janni Editor : Dilan Salsabila

’World Food Day’ 2016 di

Taman Blambangan Banyuwangi

UNAIR NEWS – World Food Day atau sering dikenal sebagai Hari

Pangan Sedunia merupakan kegiatan rutin yang diperingati setiap tahun di lebih dari 150 negara. Dalam rangka meningkatkan kepedulian terhadap masalah kemiskinan,

kelaparan, serta bentuk dorongan untuk ketahanan pangan, Hima Program Studi Kedokteran Hewan (HMKH) PDD UNAIR Banyuwangi mengadakan kegiatan bagi-bagi produk pangan hewani sebagai bentuk apresiasi terhadap peringatan Hari Pangan Sedunia. Acara ini diadakan di Taman Blambangan Banyuwangi, Minggu (16/10) pekan lalu.

Menurut Ainun Amerta Savitri, Ketua Pelaksana Kegiatan, kegitan ini di pelopori oleh Divisi Fowl Care & Swine and

Ruminane Care (FoCa & SCR) HMKH PDD UNAIR Banyuwangi.

Sasarannya masyarakat umum yang berkunjung di taman Blambangan Banyuwangi pada hari itu. Pendukung kegiatan ini seluruh mahasiswa Prodi Kedokteran Hewan PDD Banyuwangi beserta Ketua

(3)

Hima dari tiga prodi lain di PDD UNAIR Banyuwangi.

“Kegiatan ini melibatkan seluruh mahasiswa prodi Kedokteran Hewan UNAIR Banyuwangi angkatan 2014, 2015 dan 2016. Dengan semangat berpartisipasi membagikan produk olahan pangan hewani seperti susu sapi, susu kambing dan telur dari hasil peternakan yang dikelola mahasiswa,” kata Ainun.

Ditambahkan oleh Titis Dwi Laksono, seorang mahasiswa prodi Kedokteran Hewan angkatan 2015, kegiatan ini merupakan bentuk kepedulian mahasiswa terhadap permasalahan pemanfaatan gizi dari sumber hewani yang kurang optimal, sehingga perlu pengembangan agar produk hewani dengan pengolahan alami, tidak kalah dengan produk instan dalam pemenuhan gizi keluarga.

Hari Pangan Sedunia ini diperingati setiap tanggal 16 Oktober, saat Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), lembaga di PBB

didirikan pada 1945. Delegasi Hongaria, Menteri Pertanian dan Pangan Dr. Pal Romany adalah pengusul ide perayaan Hari Pangan Sedunia ini.

Menurut Zeni Prastika, seorang peserta acara ini berpendapat bahwa kegiatan ini sangat menarik. Masyarakat senang saat diberikan susu dan telur secara gratis. Bahkan banyak diantara mereka berfoto bersama di stand–icon, yang memang sengaja diberi kesempatan untuk berdandan menggunakan kostum yang berkaitan dengan hari pangan sedunia ini.

”Saya sebagai peserta juga merasa sangat senang karena dapat pengetahuan baru terkait sumber makanan hewani yang tak kalah dengan produk instan,” kata Zeni Prastika. (*)

Penulis: Suti Mufaidah Editor: Bambang Bes

(4)

Bulan Peduli Kanker Payudara

2016 Bersama FKM UNAIR

Banyuwangi

UNAIR NEWS – Our Days Breast Cancer Awardness Day merupakan

serangkaian acara dalam peringatan Bulan Peduli Kanker Payudara 2016 yang diselenggarakan oleh mahasiswa bersama dosen program studi kesehatan masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) PDD Universitas Airlangga di Banyuwangi. Kegiatan itu dilaksanakan di Balai Desa Kampung Mandar, Banyuwangi, yang berakhir Sabtu (15/10) lalu.

Menurut Rizka Khawari (20), ketua pelaksana kegiatan, ODBCAD ini bertemakan “Peningkatan pengetahuan dan Deteksi Dini Kanker Payudara Melalui SADARI pada ibu PKK Kampung Mandar”. Tujuannya untuk mengajak masyarakat Banyuwangi agar turut berperan aktif dan peduli terhadap kesehatan payudara untuk meminimalkan prevalensi kanker payudara di Banyuwangi. Hadir pada kegiatan ini antara lain Suciati (40), Ketua PKK Kecamatan Banyuwangi, untuk men-support ibu-ibu PKK setempat. ”Kegiatan ini dikemas dalam bentuk talkshow sederhana dengan narasumber dr. Abdul Hanan Sp.B-Onk, alumni UNAIR tahun 2002 bersama dengan Siti Romlah, survivor penderita kanker payudara yang sudah sembuh, dan ditemani Adi Suraya, suami survivor,” katanya.

Faris Mohammad HM (20), wakil ketua pelaksana, menjelaskan, kegiatan ini merupakan bentuk promosi kesehatan kepada masyarakat, utamanya wanita paruh baya. Dalam hal ini 50 orang ibu-ibu PKK Kampung Mandar yang berusia 35 tahun keatas. Dengan demikian mereka diharapkan mengetahui bahaya, gejala, epidemiologi, pengobatan kanker payudara, dan juga deteksi dini kanker payudara melalui praktik SADARI.

(5)

tidak hanya diikuti para ibu-ibu, tetapi juga suaminya. Mengapa? Ketika dirinya mengantar istrinya, banyak diantara ibu-ibu yang hendak menjalani operasi itu merasa iri karena tidak diantar oleh suaminya, jadi merasa seperti tidak didukung suaminya.

”Mengingat kanker payudara itu bahaya, dan pengambil keputusan dalam keluarga itu suami, rasanya miris saya mendengar curhatan ibu-ibu teman istri saya,” kata Adi Suraya.

Dijelaskan oleh dr.Abdul Hanan, kanker payudara merupakan penyakit yang berbahaya, gejala awalnya jarang terdeteksi. Untuk tumbuh sebesar 1 Cm saja butuh waktu delapan tahun, namun akan sangat cepat merambat menjadi 10 Cm dalam waktu tiga tahun kemudian. Kanker ini akan bergerak sangat cepat ketika masuk stadium IV dimana sangat kecil kemungkinan pasien bisa bertahan hidup, katanya.

Menurut Mujiati (40), kegiatan ini sangat bermanfaat. Ia jadi mengerti caranya melakukan pemeriksaan payudara sendiri. Selain itu, pengetahuan terkait bahayanya kanker payudara yang begitu cepat, semakin menyadarkan diri akan pentinya deteksi dini. Ia berharap kegiatan ini tak hanya berhenti sampai disini, tetapi dapat diteruskan untuk ibu-ibu di wilayah lainnya agar mereka juga tahu resiko kanker ini. (*)

Penulis: Siti Mufaidah Editor : Bambang Bes

(6)

Mengkaji Dua Film Religi,

Intan Fitranisa Lulus Terbaik

S2 FISIP

UNAIR NEWS – Siapa yang tidak mengenal film “99 Cahaya di Langit Eropa” dan “Haji Backpaker”? Keduanya merupakan film

Indonesia yang laris ditonton oleh masyakarat Indonesia karena menampilkan corak identitas keislaman yang unik dan beragam. Bagi Intan Fitranisa, M.Med., Kom, kajian mengenai film tersebut menumbuhkan keinginan untuk menjadikannya sebagai penelitian akhir studi program masternya di FISIP UNAIR.

Mengapa ia menulis tesis berjudul “Membaca film Indonesia bertema Religi: Studi Film Discourse Interpretation tentang Identitas Keislaman dalam film 99 cahaya di Langit Eropa & Haji Backpacker”, karena ia melihat dua film itu menawarkan diskursus berbeda tentang identitas keislaman dalam konteks global.

“Bagi saya, meneliti tentang media dan Islam adalah hal yang baru, karena sebelumnya saya lebih banyak belajar tentang perempuan, gender, dan etnisitas,” kata alumni SMAN 5 Surabaya kelahiran 18 Mei 1998 ini.

Dijelaskan, film 99 Cahaya di Langit Eropa dan Haji Backpacker menunjukkan adanya perbedaan formasi diskursif tentang identitas keislaman yang ditawarkan kedua film. Hal ini disebabkan film 99 Cahaya di Langit Eropa dan Haji Backpacker mengambil locus berbeda dalam merepresentasikan identitas keislaman pada konteks global.

Penelitian ini ia lakukan selama dua semester, dibimbing oleh Prof. Rachma Ida, Dra., M.Comm., Ph.D dan Dr. Yayan Sakti Suryandaru, S.Sos., MSi. Intan mengaku keduanya memberikan tantangan dalam penelitian, khususnya dalam teori dan metodologi serta ketelitian dalam mengoreksi tugas akhirnya

(7)

secara detail. Disela kuliah ia aktif di berbagai aktivitas peneliti, konsultan, dan berkesenian.

Lulus dengan IPK 3,86 dan dinyatakan sebagai wisudawan terbaik S2 FISIP, Intan mengaku bahwa yg ia raih ini hasil usaha total dalam mengerjakan apapun selama di kampus. Selain itu ia juga menyukai apa yang ia lakukan. “Untuk ini saya sangat berterima kasih kepada kedua orang tua karena memberikan kepercayaan penuh untuk menjalani apa yang sudah jadi passion saya sejak lama,” kata Intan.(*)

Penulis: Moh Ahalla Tsauro Editor: Nuri Hermawan

Esti Yunitasari Wisudawan

Terbaik FKM, Dessy Wulansari

S1 Psikologi

UNAIR NEWS – Berawal dari profesinya saban hari, timbul

motivasi besar dari Esti Yunitasari untuk mengambil tema disertasinya tentang kesehatan perempuan dalam kaitan dengan penyakit kanker serviks. Ternyata, disertasi itulah yang ikut mengantar Esti menjadi wisudawan terbaik S-3 Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga. Ia meraih IPK 3,96.

(8)

Esti Yunitasari wisudawan terbaik S - 3 F a k u l t a s K e s e h a t a n Masyarakat (FKM) dengan IPK 3,96. (Foto: Istimewa)

Dosen Fakultas Keperawatan UNAIR yang mengampu mata kuliah Maternity Nursing ini, mengangkat disertasi “Pengembangan Model Asuhan Keperawatan Koping Berbasis Adaptasi Roy dalam Upaya Meningkatkan Resiliensi Pasien Kanker Serviks Post Radikal Histerectomy yang mendapatkan Kemoterapi.”

“Sebagai perawat saya punya empati terhadap perempuan yang terkena kanker serviks. Jadi saya berusaha meningkatkan resiliensi terhadap kondisinya. Harapan saya meski perempuan itu menjadi survivor cancer tetapi secara peran fungsi sebagai perempuan tidak terganggu,” jelasnya.

Melihat perkembangan penyakit kanker serviks di Indonesia yang menduduki peringkat pertama penyebab kematian perempuan, Esti berhasil meningkatkan resiliensi dengan menggunakan pengembangan Model Adaptasi Roy. Yakni dengan model ini berhasil meningkatkan resiliensi pasien kanker yang bertujuan dapat digunakan sebagai upaya menurunkan angka mortalitas dan morbiditas bagi perempuan yang menderita kanker serviks.

(9)

Esti menjalankan peran sebagai seorang ibu, istri, dosen, perawat, dan aktif dalam organisasi perawat maternitas Jatim. Meski demikian, tak menghalanginya untuk berprestasi di bidang akademik. Meski banyak kendala yang ia alami saat perkuliahan, ia optimis dengan yang dijalani. Sebab ia percaya, tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan dengan doa dan usaha.

“Selama kuliah S-3, ini pasti ada masalah dan kendala. Tapi saya terus berikhtiar mencari inspirasi untuk memecahkan masalah. Sebab, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Jadi harus semangat, berusaha dan berdoa. Sejatinya berprestasi bukan hanya sekedar prestasi akademik semata, tetapi juga prestasi dalam bidang lainnya,” tambahnya.

Makanan Instan’ Tak Menyehatkan

Dessy Wulan Sari wisudawan terbaik S - 1 F a k u l t a s P s i k o l o g i U n i v e r s i t a s Airlangga dengan IPK 3,68. (Foto: Istimewa)

SEDANGKAN Dessy Wulan Sari tertarik dengan topik work engagement sebagai satu aspek penting mendorong keberhasilan

(10)

antara Persepsi pada Leader -Member Exchange (LMX) dengan Work Engagement pada Karyawan Tetap Non-Manajerial di Rumah Sakit Bedah Surabaya” ikut mengantarkan meraih predikat wisudawan terbaik S-1 Fakultas Psikologi Universitas Airlangga. Ia meraih IPK 3,68.

Dalam penelitiannya, dara kelahiran Surabaya tahun 1993 ini mengungkap, isu kepemimpinan menjadi hal yang cenderung dikeluhkan banyak karyawan. Sebanyak 43% dari karyawan responden merasa tidak puas dengan pimpinannya. Karena itu ia tertarik mengkaji hubungan antara persepsi pada LMX dengan tingkat work engagement pada karyawan tetap non-manajerial di Rumah Sakit Bedah Surabaya.

“Orang tua terus menyemangati saya untuk segera menyelesaikan studi,” kata anggota Paduan Suara UNAIR ini. Diakui, bukan hal mudah meneliti work engagement dalam instansi/perusahaan. Sebab penelitian ini berkaitan dengan data krusial, seperti

turnover, review kinerja karyawan, feedback customer, dan

beberapa data lain. Tapi akhirnya pihak RS bersedia.

Saat presentasi hasil skripsinya, Dessy sempat merasa kurang percaya diri dengan penelitian ini dan beberapa kali mengalami kejadian tidak mengenakkan, diantaranya kehilangan data kuantitatif yang sudah diolah.

“Saya sangat bersyukur karena semua hambatan bermunculan, kini terbayar dengan hasil akhirnya. Melelahkan, tapi pengalaman saya dua semester melakukan penelitian itu cukup membuat saya berproses,” paparnya.

Pesan Dessy kepada mahasiswa yang masih berproses, bahwa apapun yang kita kerjakan, nikmatilah prosesnya. Karena ‘makan yang instan’ itu tak selalu menyehatkan. Jadi berproseslah. ”Making a mistake is a proof that we have tried. Itu wajar. Tapi jangan terus bertoleransi dengan kesalahan yang sama. Itu menunjukkan kita tidak belajar dari pengalaman,” tuturnya. (*) Penulis: Disih Sugianti & Lovita Marta Fabela

(11)

Editor: Bambang ES

Ajak 2.000 Siswa SD, Para

Dokter

Gigi

Anak

Siap

Pecahkan Rekor MURI

UNAIR NEWS – Berdasarkan laporan riset kesehatan dasar

(Riskesdas) tahun 2013, sebanyak 53 persen penduduk Indonesia di atas usia 12 tahun mengalami karies pada gigi (gigi berlubang). Angka meningkat dibandingkan tahun 2007 yang berada pada angka 43 persen. Padahal, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan RI menargetkan penduduk Indonesia bebas karies pada tahun 2030.

Untuk mencapai target itu, tenaga medis pun tak tinggal diam. Para anggota Ikatan Dokter Gigi Anak Indonesia (IKDGAI) Pengurus Daerah Jawa Timur bekerja sama dengan pengajar Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Airlangga, akan menyelenggarakan acara pengabdian masyarakat yang diikuti ribuan siswa sekolah dasar. Tepatnya, sekitar 2.000 siswa sekolah dasar di Kota Batu akan diajak untuk berpartisipasi dalam mencegah karies pada gigi. Rencananya, acara bertajuk “Jambore Nasional Pengabdian Masyarakat: Gigi Sehat Senyum Ceria Anak Indonesia” akan diselenggarakan selama dua hari, yakni pada 28 – 29 Oktober 2016. Acara akan dilaksanakan di halaman Balai Kota Pemerintah Kota Batu, bertepatan dengan momentum selebrasi Hari Jadi Kota Batu ke-15.

Menurut Ketua Jambore Nasional Dr. Sindy Cornelia Nelwan, drg., Sp.KGA (K), acara ini merupakan tindakan preventif yang

(12)

dilakukan oleh para dokter gigi anak untuk mencegah karies pada gigi. Tujuannya, membangkitkan masyarakat untuk mencegah gigi agar tidak berlubang.

“Kita ingin menggaungkan pencegahan karies pada gigi. Kita tidak bisa kalau hanya sekadar leaflet. Kita harus bergerak langsung. Kalau mau kontinyu, ini dilakukan oleh tenaga medis. Kita ingin membuat event yang akbar supaya gaungnya terdengar dulu agar nanti di follow up oleh pemerintah,” tutur Sindy. Acara ini melibatkan para dokter gigi se-Indonesia. Sekitar 200 dokter gigi dan dokter gigi anak yang tergabung dalam IKDGAI dan PDGI (Persatuan Dokter Gigi Indonesia) akan memberikan pelayanan medis terhadap dua ribu siswa kelas empat sampai enam sekolah dasar.

Acara ini terdiri atas empat kegiatan. Pertama, penyuluhan kesehatan gigi anak. Kedua, sikat gigi bersama. Ketiga, pemeriksaan kesehatan gigi anak. Keempat, pemberian topikal aplikasi fluor.

Topikal aplikasi fluor adalah pengulasan zat yang mengandung fluor pada seluruh permukaan gigi. Sindy menjelaskan, gigi anak-anak diolesi dengan bahan cair seperti kuteks. “Gigi pada anak-anak diolesi dengan bahan seperti kuteks tapi dia bersatu dan diserap oleh gigi sehingga zat tersebut bisa melindungi gigi agar gigi lebih kuat dan tidak berlubang,” tutur pengajar pada Departemen Ilmu Kesehatan Gigi Anak FKG UNAIR.

Acara jambore nasional ini juga sudah didaftarkan ke Museum Rekor Indonesia (MURI) oleh pihak panitia. Sindy menjelaskan, acara pencegahan karies terutama dengan massa sebanyak itu, belum pernah dilakukan sebelumnya. Oleh karenanya, bukan tak mungkin acara yang merupakan bagian dari Dies Natalis UNAIR ke-62 ini berhasil memecahkan rekor di Indonesia. (*)

Penulis: Defrina Sukma S

(13)

Impor Guru Besar Harus

Selektif

NEWS UNAIR – Wacana “impor” Guru Besar yang dilontarkan

Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) direspon positif oleh Rektor UNAIR Prof Dr. H. Mohammad Nasih, MT., SE., Ak, CMA. Ditemui awak media di ruang kerjanya Rabu pagi (19/10), lelaki kelahiran Gresik itu mengungkapkan, asalkan Perguruan Tinggi Negeri (PTN) tidak dibebani anggaran untuk mereka, tidak ada alasan untuk takut. Yang tak kalah penting pula, jangan sampai kehadiran mereka menghambat proses pengangkatan Guru Besar di PTN masing-masing.

Prof. Nasih menuturkan, kehadiran Guru Besar atau Profesor dari luar negeri justru memiliki dampak positif. Mereka bisa melakukan riset atau publikasi bersama akademisi PTN. Sehingga, para dosen yang bertitel Doktor dapat ikut mendapat manfaat. Sebab, proses mereka menuju gelar profesor dapat lebih dipercepat. Transfer ilmu dari para profesor “impor” itu pun dapat menjadi pelecut dan katalisator dalam tubuh PTN.

“Kehadiran mereka untuk riset dan publikasi juga bisa menjadi sarana menguji tingkat kecemburuan para profesor lokal. Maksudnya, para profesor di PTN yang sudah jarang mengajak juniornya melakukan riset dan publikasi mestinya peka. Kalau mereka sudah tidak cemburu dan peka atas kehadiran profesor luar negeri yang ada di kampus, kecintaan mereka pada almamater perlu mulai dipertanyakan,” ungkap dia.

Seperti ramai diberitakan di media massa, Menristekdikti M. Nasir mewacanakan masuknya 500 profesor dari luar negeri. Dengan dalih, sebagai pemicu suasana akademik di segala aspek

(14)

pada perguruan tinggi dalam negeri. Kabarnya, bila kebijakan itu jadi direalisasikan, ada kemungkinan enam sampai sepuluh guru besar akan diterjunkan ke UNAIR.

Bila memang demikian, bidang atau fakultas yang menurut Prof. Nasih perlu mendapat “asupan” profesor asing guna penguatan riset dan publikasi antara lain yang berkaitan dengan Humaniora. Keberadaan profesor asing akan membantu jaring relasi internasional pula.

“Bahkan, diberi lima puluh guru besar pun kami siap. Asalkan, sekali lagi, kami tidak dibebani anggaran. Bayangkan saja, kalau dari lima puluh profesor itu, setahun bisa menghasilkan publikasi internasional seratus judul, dan itu riset bersama para Doktor kami, manfaatnya sudah pasti besar,” papar dia. (*)v

Penulis: Rio F. Rachman Editor : Dilan Salsabila

Islamic Development Bank

Jalin Kerjasama dengan FEB

UNAIR

UNAIR NEWS – Dalam lima tahun terakhir, Fakultas Ekonomi dan

Bisnis (FEB) Universitas Airlangga dipercaya oleh Islamic Development Bank (IDB) untuk menjalin kerjasama. Tahun ini, FEB dipercaya oleh IDB untuk mengundang para peneliti dari berbagai negara di dunia untuk berbagi ide seputar pengelolaan ‘social capital’.

(15)

tersebut bermacam-macam. Seperti yang telah diselenggarakan pada Senin-Selasa (18-19/10) yakni penyelenggaraan call for paper dan “Thematic Workshop On Islamic Cooperatives as The Economic Organization of Social Capital”. Acara bertempat di FEB UNAIR, diikuti oleh puluhan peneliti yang berasal dari Brunei Darussalam, Malaysia, Thailand, Nigeria, Afrika, Pakistan, dan Indonesia.

“Kalau negara hutang terus seperti yang terjadi selama ini, yang menanggung bebannya anak cucu kita. Di Indonesia bayi lahir langsung menanggung hutang, kalau dilihat dari besar hutang Indonesia dibanding besar jumlah penduduk. Padahal ada alternatif lain yang sebetulnya sudah lama ada di Indonesia,” ujar Nisful Laila, SE.,M.Com, Wakil Dekan III FEB UNAIR.

“Degan adanya realitas yang seperti itu, kita dipercaya oleh IDB untuk mengundang para peneliti dari seluruh dunia, dunia islam terutama, untuk berbagi ide mereka terkait pengelolaan ‘social capital’, bagaimana optimalisasinya, dan juga bagaimana memitigasi resiko kalau ada resikonya. Hal lain yang di diskusikan adalah bagaimana best praktices pengelolaan social capital di masing-masing negara peserta workshop” lanjutnya.

Nisful menambahkan, konsep sosial capital telah menjadi isu kekinian di lingkup internasional. Sebab, pengelolaan keuangan dengan konsep social capital ini, memiliki ciri from local for local. Jadi dana dari masyarakat Surabaya, misalnya, akan digunakan untuk mendanai keperluan masyarakat Surabaya juga. Berbeda dg konsep bank.

Contoh institusi keuangan dengan social capital adalah koperasi syariah atau yang lebih umum dikenal dengan Baitul Maal wa at-Tamwil (BMT), dimana sumber dananya bisa berasal dari dana-dana zakat, infaq, sodaqoh, dan wakaf, disamping dana simpanan masyarakat lainnya. Konsep pendanaan dengan social capital tersebut bisa digunakan untuk menjalankan pembangunan di Indonesia yang selama ini dilakukan dengan

(16)

hutang ke luar negeri dan terbukti memberatkan negara.

“Dengan mengoptimalkan social capital, negara tidak dibebani dengan bunga yang harus dibayar setiap kurun waktu tertentu. Ini jelas potensi yang luar biasa, seperti halnya potensi zakat yang sekarang ini banyak diberi perhatian pemerintah sebagai salah satu sumber pendanaan pembangunan. Sekarang kan orang yang sudah bayar zakat, pajaknya bisa dikurangi. Artinya, itu sudah diakui sebagai kontribusi masyarakat dalam pembangunan” tambahnya.

Regulasi dari social capital sudah ada saat ini, seperti dibentuknya koperasi syariah berbentuk BMT. Pemerintah selama ini memang lebih memperhatikan bank dibanding koperasi, sebab regulasi bank begitu lengkap hingga bisa tumbuh berkembang. Sementara social capital, baru belakangan ini ditawarkan kepada pemerintah untuk menjadi alternatif pembiayaan negara. Nisful menambahkan, social capital juga relatif aman, tidak mengandung banyak resiko, juga murah karena tidak mengandung bunga. Konsep ini memerlukan dukungan berbagai pihak untuk bisa telaksana secara menyeluruh. (*)

Penulis : Binti Q. Masruroh

Menpan RB Akan Pecat Aparat

Negara Lakukan ’Pungli’

UNAIR NEWS – Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara Reformasi

Birokrasi (Menpan RB) H. Asman Abnur, SE., M.Si., mengatakan jika ada aparat sipil negara yang masih mungut-mungut uang dari pelayanan perizinan dan layanan publik agar segera dilaporkan kepada Kemenpan RB.

(17)

“Saya akan pecat langsung dia. Jadi sekarang tidak boleh lagi ada yang main-main dalam pelayanan publik, karena (pelayanan – red) ini adalah hak rakyat,” kata Menpan RB Asman Abnur kepada pers, usai menghadiri undangan promosi Doktor untuk Lusy Asa Akhrani, S.Psi., M.Psi.T., di Fakultas Psikologi Universitas Airlangga, Rabu (19/10).

Hal itu ditegaskan dalam menindaklanjuti program pemberantasan pungutan liar (pungli) yang digencarkan kembali pemerintah. Menurut Asman Abnur, pungli itu bukan “penyakit sosial” yang baru-baru saja, tetapi sudah lama. Hanya sayangnya, selama ini dirasakannya belum pernah serius dalam membenahi persoalannya. Karena itu, dalam program kerjanya kedepan, yang pertama Kemenpan RB tidak akan memperbaiki sistem yang lain, tetapi akan fokus memperbaiki sistem perijinan-perijinan ini. Dalihnya, jika sistem ini sudah “terkunci” maka tidak akan lagi bergantung pada orang yang menjalankan sistem, sehingga tidak akan mudah untuk dibuka lagi.

Sasaran yang kedua, alur pelayanan perijinan itu harus jelas. Mulai dari pengurusannya sampai dengan lama waktunya. Ditengarai persoalan waktu inilah yang memicu masyarakat pemohon pelayanan menjadi jenuh dalam mengurus sesuatu ke pemerintah. Karena jenuh dan karena tidak ada kepastian kapan selesainya, sehingga mereka mencari jalan keluar, mencari perantara dan bantuan, lalu muncullah calo,” kata politisi PAN alumnus S2 UNAIR ini.

Pembenahan yang ketiga, biaya pelayanan perijinan akan dibuat jelas dan transparan. Sebab dengan transparan, maka aparat sipil negara diharapkan tidak lagi berani bermain-main dengan persoalan perijinan dan layanan publik.

“Tidak boleh lagi mungut-mungut dari perijinan dan layanan masyarakat. Kalau itu masih ada pada aparat sipil negara, segera laporkan ke Menpan RB. Saya akan pecat langsung, jadi dalam pelayanan publik ini tidak boleh main-main, karena ini

(18)

hak rakyat,” tandas Aswan Abnur.

Tiga hal tersebut diatas akan dijadikan tumpuan utama program Kementerian PAN/RB. Program yang kedua adalah memperbaiki sistem pemerintahan dengan menerapkan sistem TI (Teknologi Informasi), sehingga kedepan tidak boleh lagi main-main dengan anggaran.

”Kedepan budgeting anggaran ini harus di-planning berdasarkan sasaran yang sebenarnya. Kalau sasarannya A maka benar-benar harus mencapai sasaran A. Kalau sasarannya B harus mencapai sasaran B. Kalau tidak tercapai berarti anggarannya ada yang bocor,” katanya.

Hal-hal demikian itu ditekankan oleh Menpan RB harus menjadi ciri khas bangsa Indonesia kedepan. Karena itu ia berharap dengan sistem TI, sistem transparansi, perbaikan sistem yang baik, maka negara kita tidak akan kalah dengan Singapura, Malaysia, Vietnam dan Korea.

“Masak kita sudah 71 tahun merdeka tapi nggak maju-maju. Kemudian untuk perguruan tinggi, saya selalu bicara kepada Pak Rektornya, kedepan tidak boleh lagi kalah dengan perguruan tinggi yang mendunia itu, termasuk UNAIR. Itu tantangan Pak Rektor tentunya,” kata Menpan Asman Abnur. (*)

Penulis: Bambang Bes

Dosen UNAIR Jadi Pembicara

(19)

Program Pertamina

UNAIR NEWS – Iman Prihandono, Ph.D, Ketua Departemen Hukum

Internasional, Fakultas Hukum, Universitas Airlangga, diundang sebagai pembicara pada acara Legal Preventive Program (LPP). Acara ini diselenggarakan oleh Pertamina Refinery Unit VII Kasim bertempat di Sorong, Papua Barat, pada Selasa (18/10). Pada kesempatan ini, Iman menyampaikan materi seputar ‘Audit Bisnis dalam Industri Hilir Migas Ditinjau dari Perspektif Hukum’ kepada sekitar 35 peserta. Mereka diantaranya terdiri dari general manager hingga supervisor lapangan Pertamina Refinery Unit VII Kasim, Sorong, Papua Barat.

General Manajer Pertamina RU VII Kasim, I Gusti Bagus Prihanta menyampaikan, kegiatan legal preventive program ini rutin d i s e l e n g g a r a k a n d u a k a l i d a l a m s a t u t a h u n . D e n g a n berlangsungnya kegiatan, diharapkan dapat membantu Pertamina untuk meningkatkan kepatuhan hukum dalam menjalankan operasi usahanya.

Lokasi Pertamina RU VII yang berada di Kasim, yakni sekitar hampir 100 kilometer dari kota Sorong, memerlukan pengetahuan khusus dalam bidang hukum, terutama hukum yang berkaitan dengan keadaan sosial. Sebab, letak dan jarak wilayah ini menyebabkan masyarakat dan lingkungan memiliki penanganan yang bersifat khusus.

Iman dalam materinya mengemukakan, hadirnya instrumen internasional berkaitan dengan tanggungjawab sosial, masyarakat, dan lingkungan perusahaan. Salah satu diantara instrumen internasional tersebut adalah United Nations Guiding P r i n c i p l e s 2 0 1 1 d a n I S O 2 6 0 0 0 G u i d a n c e o n S o c i a l Responsibility.

Kedua instrumen ini masih bersifat sukarela, dan belum menjadi wajib secara hukum bagi korporasi di Indonesia. Meskipun belum wajib, kedua instrumen ini sangat bermanfaat dalam membantu

(20)

mengidentifikasi risiko yang dapat ditimbulkan oleh perusahaan, dan bagaimana perusahaan dapat mengambil langkah yang sesuai untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan.

Dalam sesi tanya jawab yang dipandu oleh Febriyani S. Rahayu, S.H. selaku Junior Legal Counsel Dispute Management Pertamina RU VII Kasim yang juga alumnus FH UNAIR, dikemukakan berbagai tantangan yang ditemukan di lapangan.

Secara umum, kegiatan ini mendapatkan sambutan yang baik dari karyawan Pertamina RU VII, baik di tingkat manajer sampai pengawas lapangan. Subandi Z selaku Senior Supervisor Legal Counsel Pertamina RU VII Kasim, mengapresiasi kerjasama dengan UNAIR dalam program ini. Ke depan, pihaknya juga akan melanjutkan kerjasama untuk kegiatan LPP lainnya. (*) Editor : Binti Q. Masruroh

Referensi

Dokumen terkait

Perendaman hormon dilakukan dengan tujuan untuk menginduksi akar pada stek batang tanaman tin ( Ficus carica L) yang akan

Hasil data yang diperoleh selama pelaksanaan tindakan siklus I dan siklus II dengan menerapkan pembelajaran dengan penggunaan media gambar maka dapat disimpulkan

identifikasi melalui suara echolokai juga dapat membedakan jenis kelamin dari jenis yang sama pada empat jenis yang diamati yaitu R..

Ketidakserempakan pembungaan akan mengurangi jumlah serangga yang mendatangi bunga dalam populasi tersebut, yang akhirnya akan berdampak pada berkurangnya perpindahan tepung

43 Atas dasar konsep tersebut maka dalam diri tiap pribadi Jawa hendaknya menanamkan sikap cinta kasih tidak hanya pada sesama manusia melainkan terhadap semua

Sediaan setengah padat berbentuk bulat telur digunakan untuk 2agina... Cara penyimpanan obat di rumah tangga sebagai berikut : 1. $impan obat ditempat yang se!uk dan

Pikolih tetilik puniki, inggih ipun (1) kaiwangan Ejaan Bahasa Bali Yang Disempurnakan sane wenten ring sajeroning sasutaran awig-awig subak Kacangbubuan, desa adat

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) model pembelajaran yang menghasilkan prestasi belajar matematika lebih baik di antara model pembelajaran kooperatif