Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Sikap Individu Mahasiswa Akuntansi Atas Knowledge Sharing
Fadil1, Yeasy Darmayanti1, Popy Fauziati1Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Bung Hatta, Padang.
E-mail : [email protected]
ABSTRACT
This study examined the significant effects of intrinsic motivation, extrinsic motivation, absorptive capacity and channel richness to knowledge sharing attitude. The main data collection method is by using a questionnaire. Multiple regression tools are used for research. Data for this study were obtained from samples of accounting students at universities in the city of Padang. This study uses 64 respondents (64%).
Results of the study showed that intrinsic motivation, absorptive capacity and channel richness affect knowledge sharing attitude in college accounting students in Padang. While extrinsic motivation had no effect to knowledge sharing attitude in college accounting students in Padang.
Keywords: intrinsic motivation, extrinsic motivation, absorptive capacity, channel richness and knowledge sharing attitude
I. PENDAHULUAN
Knowledge sharing salah satu aspek
penting dari knowledge management, yang
menjadi perhatian dari berbagai bidang baik praktisi maupun akademisi. Salah satu
manfaat knowledge management adalah
untuk mendukung proses pembelajaran yang memberikan dampak bagi pengembangan kemampuan inovasi melalui penciptaan knowledge baru. Bagian paling penting dari
knowledge management adalah bagaimana
mendukung individu dan organisasi untuk
melakukan knowledge sharing tentang apa
yang mereka ketahui (Wei, 2006 dalam Nazar, 2011). Menurut Wiig dalam bukunya
yang berjudul Knowledge Management
Foundations (1993) mengemukakan bahwa
knowledge management merupakan
kekhususan organisasi
(organization-specific), ketika perhatian dasarnya adalah
eksploitasi dan pengembangan
organizational knowledge assets kepada
tujuan-tujuan organisasi selanjutnya.
Knowledge management bukan merupakan sesuatu yang lebih baik (better things), tapi untuk mengetahui bagaimana mengerjakan sesuatu dengan lebih baik (things better).
Akuntansi adalah proses
mengidentifikasi, mengukur, dan
melaporkan informasi ekonomi untuk
memungkinkan adanya penilaian dan
pengambilan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang menggunakan informasi tersebut. Tingkat pemahaman akuntansi mahasiswa dinyatakan dengan seberapa mengerti seorang mahasiswa terhadap apa
yang sudah dipelajari yang dalam konteks ini mengacu pada mata kuliah akuntansi dan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK). Tanda seorang mahasiswa memahami akuntansi tidak hanya ditujukan dari nilai-nilai yang didapatkannya dalam mata kuliah tetapi juga apabila mahasiswa tersebut mengerti dan dapat menguasai konsep-konsep yang terkait (Praptiningsih, 2009 dalam Evytasari, 2010). Agar mahasiswa dapat memahami mata kuliah akuntansi dengan baik, maka dibutuhkan Knowledge sharing attitude. Knowledge sharing attitude adalah tingkat
perasaan positif seseorang, tentang
pengetahuan seseorang berbagi pengetahuan tentang akuntansi dengan orang lain. Menurut Nazar (2011), sikap sangat mempengaruhi niat seseorang mahasiswa
dalam knowledge sharing. Salah satu dari
faktor yang dapat mempengaruhi sikap
individu terhadap Knowledge sharing
attitude adalah intrinsic motivation. Menurut pendapat Suganda (2008), tinggi rendahnya motivasi seorang mahasiswa yang akan
berdampak pada pencapaian prestasi
akademik dipengaruhi oleh intrinsic
motivation yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri mahasiswa yang bersangkutan.
Ada beberapa faktor selain motivasi intrinsik yang mempengaruhi sikap individu
terhadap Knowledge sharing attitude, antara
lain extrinsic moivation, absorptive capaciy,
dan channel richness. Extrinsic motivation
adalah motif-motif yang aktif dan
berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Suganda (2008) berpendapat bahwa extrinsic motivation (situasi kegiatan belajar, kondisi ruang kelas, support dari orang tua dan teman, lingkungan tempat tinggal
mahasiswa) sangat memitivasi dalam
belajar. Absorptive capacity adalah
kemampuan untuk mengenali nilai dari
informasi baru, memahaminya dan
menggunakan pengetahuan baru tersebut. Eliada (2009) berpendapat bahwa absorptive capacity pada konteks belajar digunakan
untuk mengukur kemampuan mahasiswa
untuk menilai, mengasimilasi, dan
menerapkan Knowledge sharing attitude,
yang dipelajari pada berbagai tingkatan baik individu ataupun kelompok.
Channel richness adalah tingkat keberagaman dan efektivitas informasi yang dapat menjadi wahana proses transformasi pengetahuan antar individu atau antar hirarki dalam organisasi. Semakin tinggi tingkat channel richness, semakin tinggi pula keinginan untuk melakukan knowledge sharing (Lenny, 2011).
Dalam mencapai Knowledge sharing yang efektif tidaklah mudah. Sulit bagi
mahasiswa untuk melakukan aktivitas
Knowledge sharing selama mereka belajar.
Kesulitan terbesar dari pengaturan
knowledge adalah untuk mengubah perilaku dari orang-orang (Ruggles, 1998 dalam Rafky, 2011). Prusak (1995) dalam Nazar (2011) menjelaskan bahwa ada beberapa
faktor penghambat dalam knowledge
sharing antara individu dan individu, seperti
adanya paradigma bahwa knowledge adalah
kekuatan, jika knowledge itu tersebar, maka
akan menyebabkan seseorang kehilangan
jaminan pribadinya. Di sisi lain,
keterbatasan faktor waktu, apresiasi rendah
ke kontributor knowledge dan beberapa
faktor lain (Wei, 2006 dalam Nazar, 2011).
Untuk dapat mencapai Knowledge sharing
yang efektif tidaklah mudah (Nazar, 2011). Sulit bagi individu untuk melakukan
aktivitas knowledge sharing selama mereka
bekerja kecuali jika mereka menemukan aktivitas berguna dan menguntungkan,
Kesulitan terbesar dari pengaturan
knowledge adalah untuk mengubah perilaku dari orang-orang (Ruggles, 1998 dalam Nazar, 2011).
Permasalahan yang sering terjadi adalah proses berbagi pengetahuan kurang
baik karena tidak adanya dukungan
manajemen pengetahuan yang terstruktur.
management) adalah teknik membangun lingkungan pembelajaran, agar orang-orang di dalamnya terus termotivasi untuk belajar, memanfaatkan informasi yang ada, dan
dapat menyelesaikan masalah yang
dihadapi.
Masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah intrinsic motivation
berpengaruh terhadap sikap individu
mahasiswa akuntansi atas
Knowledge sharing attitude?
2. Apakah extrinsic motivation
berpengaruh terhadap sikap individu
mahasiswa akuntansi atas
Knowledge sharing attitude?
3. Apakah absorptive capacity
berpengaruh terhadap sikap individu
mahasiswa akuntansi atas
Knowledge sharing attitude?
4. Apakah channel richness
berpengaruh terhadap sikap individu
mahasiswa akuntansi atas
Knowledge sharing attitude? Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mendapatkan bukti empiris
intrinsik motivation memiliki
pengaruh terhadap sikap individu
mahasiswa akuntansi atas
Knowledge sharing attitude.
2. Untuk mendapatkan bukti empiris
ekstrinsik motivation memiliki
pengaruh terhadap sikap individu
mahasiswa akuntansi atas
Knowledge sharing attitude.
3. Untuk mendapatkan bukti empiris
absorptive capacity memiliki
pengaruh terhadap sikap individu
mahasiswa akuntansi atas
Knowledge sharing attitude.
4. Untuk mendapatkan bukti empiris
channel richness memiliki pengaruh terhadap sikap individu mahasiswa
akuntansi atas Knowledge sharing
attitude.
Dengan adanya penelitian ini
diharapkan akan diperoleh informasi yang akurat dan relevan, serta dapat digunakan oleh:
1. Akademis; sebagai pedoman dan
bahan referensi untuk penelitian lanjut dibidang akuntansi prilaku dan dapat menambah wawasan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi sikap individu mahasiswa akuntansi atas Knowledge sharing attitude.
2. Praktisi; untuk menyadarkan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi sikap individu mahasiswa akuntansi
atas Knowledge sharing attitude
perlu diperhatikan, sehingga
diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat menginspirasi mahasiswa-mahasiswa akuntansi untuk lebih berprestasi.
3. Riset selanjutnya; untuk memahami
lebih dalam mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi sikap individu
mahasiswa akuntansi atas
Knowledge sharing attitude yang
bertujuan untuk kebaikan mahasiswa akuntansi yang sedang melakukan studi di universitasnya masing-masing.
KERANGKA TEORI
Intrinsic Motivation
Motivasi intrinsik menurut Suganda (2008) adalah motif-motif yang menjadi
aktif atau berfungsinya tidak perlu
dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Misalnya seorang yang senang mempelajari ilmu akuntansi, maka tidak perlu lagi didorong untuk mempelajari
ilmu akuntansi tersebut, ia dengan
sendirinya akan mencari buku-buku tentang akuntansi untuk mempelajarinya. Motivasi
intrinsik juga dapat diartikan sebagai kegiatan belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan penghayatan suatu kebutuhan dan dorongan yang secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.
Apabila ditinjau dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya (misalnya kegiatan belajar), maka yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah keinginan mencapai tujuan yang terkandung dalam perbuatan belajar. Contohnya, siswa belajar karena sungguh-sungguh ingin mendapatkan pengetahuan, nilai atau keterampilan agar dapat berubah tingkah lakunya secara konstruktif. Dengan demikian motivasi intrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan dari dalam diri dan secara mutlak terkait dengan aktivitas belajarnya (Rahmawati, 2008).
Menurut Rahmawati (2008), bentuk motivasi intrinsik antara lain; mahasiswa belajar karena ingin mengetahui seluk beluk suatu masalah selengkap-lengkapnya atau ingin ahli dibidang tertentu dan sebagainya, adanya minat dan perasaan senang karena mahasiswa menyadari bahwa dengan belajar dapat memperkaya dirinya sendiri, orang yang gemar membaca, orang yang rajin dan
bertanggung jawab. Unsur-unsur atau
indikator-indikator motivasi intrinsik
sebagai berikut; senang menjalankan tugas belajar, menunjukan minat mendalami
materi yang di pelajari lebih jauh,
bersemangat dan bergairah untuk
berprestasi, merasakan pentingnya belajar, ulet dan tekun dalam menghadapi masalah belajar, mempunyai keinginan untuk meraih cita-cita dengan cara belajar.
Extrinsic Motivation
Teori motivasi mengasumsikan
bahwa perilaku individu ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan
tertentu. Extrinsic motivation adalah
dorongan seseorang untuk mencapai tujuan tertentu (penghargaan) misal peningkatan tugas, upah, promosi, dll (Eliada, 2009). Extrinsic motivation dapat dikatakan sebagai kinerja aktivitas dimana aktivitas tersebut
dirasakan dapat menjadi alat untuk
mencapai outcome yang berbeda nilai. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Sebagai contoh seseorang itu belajar, karena tahu besok
paginya akan ujian dengan harapan
mendapat nilai yang baik. Jadi faktor
pendorongnya bukan karena ingin
mengetahui sesuatu, tetapi ingin
mendapatkan nilai yang baik, atau mendapat pujian atau hadiah. Jika dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya, tidak secara langsung berhubungan dengan esensi kegiatan. Oleh karena itu motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar
dimulai dan diteruskan berdasarkan
dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar (Nazar, 2011).
Dalam kegiatan pembelajaran,
motivasi ekstrinsik ini tetap penting karena kemungkinan besar keadaan mahasiswa itu dinamis, berubah-ubah, dan juga mungkin komponen-komponen lain dalam proses belajar mengajar ada yang kurang menarik
bagi mahasiswa, sehingga diperlukan
motivasi ekstrinsik. Unsur-unsur atau
indikator-indikator motivasi ekstrinsik
adalah sebagai berikut; ganjaran (award)
atau hadiah (reward), hukuman
(punishment), persaingan dengan teman /lingkungan ( Competition) (Eliada, 2009).
Strategi motivasional ekstrinsik
dapat jadi efektif diterapkan pada keadaan dimana tugas ditentukan lebih kreatif, ada pengawasan yang ketat, dan peraturan yang terinci saat perilaku dilakukan. Oleh karena itu, individu yang termotivasi secara ekstrinsik cenderung untuk menghasilkan
stereotyped works dan kemampuan pembelajaran yang kian lama semakin rendah (Amabile, 1998 dalam Nazar, 2011).
Penelitian psikologis ekstensif telah
memberikan bukti atas keburukan dari
motivasi ekstrinsik. Diduga bahwa reward
eksternal atau penghukuman akan
mempunyai efek minor bahkan negatif dalam memfasilitasi knowledge sharing, dan proses pembelajaran interaktif. Hasil dari
beberapa riset manajemen knowledge telah
menunjukkan efek-efek dari motivasi
ekstrinsik atas knowlege sharing dan
transfer antar organisasi (Bock dan Kim, 2002 dalam Nazar, 2011). Kohn (1993) dalam Nazar (2011) menyatakan bahwa insentif eksternal pada dasarnya tidak mengubah sikap yang mendasari perilaku.
Absorptive Capacity
Konsep yang diperkenalkan oleh Cohen&Levinthal (1990) dalam Lenny (2011) didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengenali nilai dari informasi baru,
memahaminya dan menggunakan
pengetahuan baru tersebut. Terdapat 2
dimensi untuk mengukur absorptive
capacity pengetahuan, yaitu kedalaman dan keluasan. Dalam Cohen & Levinthal (1990) mengajukan model bahwa:
efektivitas absorptive capacity =
pengetahuan dasar yang relevan ditambah intensitas usaha.
Menurut Eliada (2009), absorptive
capacity pada konteks belajar digunakan untuk mengukur kemampuan mahasiswa
untuk menilai, mengasimilasi, dan
menerapkan sharing knowledge, yang
dipelajari pada berbagai tingkatan baik
individu ataupun kelompok. Dalam Theory
of Absorptive Capacity (Cohen dan
Levinthal, 1990 dalam Eliada, 2009),
didefinisikan bahwa absorptive capacity
seseorang adalah kemampuan yang bukan hanya ditujukan untuk memperoleh dan
mengasimilasi tapi juga untuk menggunakan knowledge.
Absorptive capacity pengetahuan
pada dasarnya dimiliki oleh setiap
mahasiswa akuntansi dan dihipotesiskan
berperan dalam proses knowledge sharing
baik dalam peran individu tersebut sebagai
kontributor maupun sebagai penerima
pengetahuan tentang akuntansi. Sebagai kontributor pengetahuan, mahasiswa perlu
memiliki absorptive capacity pengetahuan
akuntansi sampai tingkat tertentu agar dapat menghubungkan pengetahuan yang akan ia sharing sesuai dengan konteks penerima sehingga penerima yang juga memiliki absorptive capacity pengetahuan akuntansi pada tingkat tertentu dan dapat melihat manfaat dari pengetahuan baru yang ia terima sebagai sumber inovasi atau solusi dari permasalahan yang dihadapi, sehingga penerima pengetahuan berkeinginan untuk
berpartisipasi aktif dalam aktivitas
accounting knowledge sharing. Mahasiswa
dengan absorptive capacity yang besar akan
lebih mampu untuk belajar, mengasimilasi
dan memanfaatkan knowledge yang
dibagikan pada proses knowledge sharing. Menurut Yani (2010), kecerdasan
intelektual berpengaruh terhadap absorptive
capacity akuntansi pada mahasiswa
pendidikan ekonomi Universitas Riau. Hal ini karena kecerdasan intelektual merupakan kecerdasan pertama yang dikembangkan yang mampu membuat seorang mahasiswa berfikir secara rasional untuk belajar akuntansi dan memahaminya. Menurut Mardahlena (2007) dalam Yani (2010),
absorptive capacity akuntansi seorang
mahasiswa diukur dengan menggunakan nilai mata kuliah yang didapatkan oleh
mahasiswa tersebut, dimana dalam
penelitian ini terdiri dari nilai mata kuliah Dasar-Dasar Akuntansi I, Dasar-Dasar Akuntansi II, Akuntansi Biaya, Akuntansi
Biaya Lanjutan, Akuntansi Keuangan
Menengah II, Akuntansi Keuangan Lanjutan I, Akuntansi Keuangan Lanjutan II.
Channel Richness
Channel richness didefinisikan
sebagai tingkat keberagaman dan efektivitas saluran informasi yang dapat menjadi wahana proses transformasi pengetahuan antar individu atau antar hirarki dalam organisasi. Channel richness ditentukan oleh
kemampuannya dalam menyampaikan
berbagai jenis isyarat secara simultan,
menfasilitas feedback dari penerima
pengetahuan dengan cepat, dan konteksnya dapat disesuaikan dengan pribadi penerima pengetahuan (Lenny,2011). Robbins (2003)
dalam Lenny (2011) mengemukakan 3
faktor yang menentukan tingkat channel
richness, yaitu: kemampuannya untuk
menyampaikan berbagai jenis isyarat secara
bersamaan/simultan, menfasilitasi feedback
dari penerima dengan cepat, dan konteksnya
pribadi, mudah disesuaikan dengan
penerima.
Proses knowledge sharing
memerlukan media komunikasi untuk
melakukan transfer pengetahuan dari sumber
kepada penerima. Channel richness dalam
riset Kwok dan Gao (2005) dalam Lenny (2011) mengindikasikan keberadaan dan ketersediaan pendekatan/ cara yang beragam
dalam proses knowledge sharing. Channel
richness mengindikasikan keberadaan dan ketersediaan dari pendekatan yang beragam untuk pembagian knowledge antara individu. Holtham dan Courtney (1998) dalam Nazar (2011) meringkas empat macam dari saluran transmisi yang berupa informal dan formal, personal atau impersonal.
Channel richness dapat membantu
mahasiswa akuntansi untuk melakukan
knowledge sharing, selain itu juga
memungkinkan mahasiswa akuntansi untuk
melaksanakan proses knowledge sharing
dengan nyaman dan fleksible dari sisi
tempat dan waktu. Keberhasilan knowledge
sharing dapat dilakukan dengan cara yang paling sederhana seperti halnya percakapan atau dialog sehari-hari dengan teman kuliah.
Dengan kata lain, luasnya channel richness
dapat bervariasi pada kondisi yang berbeda
dan dapat jadi memudahkan untuk
knowledge sharing dengan teman kuliah. Menurut Lenny (2011), semakin tinggi
tingkat channel richness, semakin tinggi
pula keinginan untuk melakukan knowledge sharing. Channel richness secara positif
berpengaruh terhadap knowledge sharing
attitude pada mahasiswa akuntansi (Nazar, 2011)
Knowledge sharing attitude
Sikap merupakan faktor penting, memotivasi orang untuk terlibat dalam
kegiatan knowledge sharing. Bock et al,
(2005) dalam Nazar (2011) mendefinisikan
sikap terhadap knowledge sharing sebagai
tingkat perasaan positif seseorang tentang pengetahuan seseorang berbagi dengan orang lain. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa orang yang memiliki sikap positif terhadap knowledge sharing lebih cenderung berniat untuk berbagi pengetahuan dengan orang lain. Menurut Eliada (2009), individu
mempunyai pilihan untuk membagi
knowledge yang mereka miliki dengan individu yang lainnya dalam rutinitas belajar mereka sehari-hari. Pilihan tersebut akan
dipengaruhi oleh bagaimana mereka
bersikap terhadap perilaku Knowledge
sharing. Sikap seorang individu terhadap suatu perilaku tertentu dapat mempengaruhi perhatian mereka untuk melakukan perilaku sharing.
Worldbank (2003) dalam Lenny
(2011) mendefinisikan knowledge sharing
sebagai proses menyerap pengetahuan dari penelitian dan pengalaman secara sistematis, mengelola dan menyimpan pengetahuan dan informasi untuk kemudahan akses dan memindahkan atau diseminasi pengetahuan,
termasuk dalam perpindahan dua arah. Menurut Cummings (2003) dalam Lenny (2011), knowledge sharing dapat dilihat dari
dua perspektif teoritis yaitu teori
pembelajaran organisasi dan teori
komunikasi.
Cummings (2003) dalam Lenny
(2011) dalam studi literaturnya mengenai
berbagi pengetahuan menemukan 5 konteks yang mempengaruhi implementasi berbagi pengetahuan, yaitu:
1. Hubungan antara sumber dan
penerima,
2. Jenis dan lokasi pengetahuan,
3. Kecenderungan belajar penerima,
4. Kemampuan nara sumber dalam
berbagi pengetahuan, dan
5. Lingkungan tempat aktivitas berbagi
pengetahuan terjadi.
Mengenai bagaimana cara berbagi pengetahuan, Bartol & Srivastava (2000)
dalam Lenny (2011) mengklasifikasikan 4
mekanisme berbagi pengetahuan individu dalam suatu organisasi, yaitu:
1. Berkontribusi terhadap database
organisasi,
2. Berbagi pengetahuan dalam interaksi
formal, didalam atau antar tim atau unit kerja,
3. Berbagi pengetahuan dalam interaksi
informal,
4. Berbagi pengetahuan di kalangan
komunitas praktisi.
METODE PENELITIAN Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/ subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sukmadinata, 2010).
Populasi di dalam penelitian ini adalah seluruh perguruan tinggi di kota Padang yang memiliki program studi akuntansi.
Metode Pengambilan Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sukmadinata, 2010). Metoda pengambilan sampel pada penelitian ini
adalah purposive sampling, yaitu metoda
yang sengaja digunakan karena informasi yang diambil berasal dari sumber yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu yang dianggap dapat memberikan informasi yang dibutukan oleh peneliti.
Kriteria sampel pada penelitian ini adalah mahasiswa tingkat akhir (angkatan 2008 - 2010) jurusan akuntansi dengan minimal IPK 2,75 pada Universitas di kota Padang yang memiliki program studi akuntansi dengan akreditasi minimal B. Alasan pemilihan responden mahasiswa akuntansi tingkat akhir dikarenakan mereka telah mengambil mata kuliah akuntansi keuangan menengah, akuntansi keuangan
lanjutan, audit dan teori akuntansi.
Partisipasi mahasiswa dalam pengisian kuesioner ini tidak bersifat paksaan, dan partisipan tidak akan mendapatkan imbalan apapun, sehingga memungkinkan pengisian kuesioner yang tidak bias.
Tehnik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan data primer. Data primer merupakan data yang berasal dari sumber asli atau pertama (Uma Sekaran, 2006). Data ini tidak tersedia dalam bentuk terkompilasi ataupun dalam bentuk file-file. Data ini harus dicari melalui nara sumber atau dalam istilah teknisnya responden, yaitu orang yang kita jadikan obyek penelitian atau orang yang kita
jadikan sebagai sarana mendapatkan
informasi ataupun data. Partisipasi
mahasiswa dalam pengisian kuesioner ini tidak bersifat paksaan, dan partisipan tidak
akan mendapatkan imbalan apapun,
sehingga memungkinkan pengisian
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah sikap individu
mahasiswa akuntansi atas Knowledge
sharing attitude. Definisi Knowledge
sharing attitude adalah tingkat perasaan positif seseorang, tentang pengetahuan akuntansi seseorang berbagi dengan orang lain.
Pengukuran variabel Knowledge
sharing attitude ini di adopsi dari penelitian yang dilakukan oleh Nazar (2011) dengan menggunakan skala likert lima poin yaitu: Sangat Tidak Setuju (STS) = 1, Tidak Setuju (TS) = 2, Netral (N) = 3, Setuju (S) = 4, Sangat Setuju (SS) = 5
Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel yang lain. Variabel independen dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Intrinsic motivation
Definisi intrinsic motivation adalah
motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
Pengukuran variabel intrinsic
motivation ini di adopsi dari
penelitian yang dilakukan oleh Nazar (2011) dengan menggunakan skala likert lima poin yaitu: Sangat Tidak Setuju (STS) = 1, Tidak Setuju (TS) = 2, Netral (N) = 3, Setuju (S) = 4, Sangat Setuju (SS) = 5
2. Extrinsic motivation
Definisi extrinsic motivation adalah
dorongan seseorang untuk mencapai tujuan tertentu (penghargaan) misal peningkatan tugas, upah, promosi,
dll. Pengukuran variabel extrinsic
motivation ini di adopsi dari
penelitian yang dilakukan oleh Nazar (2011) dengan menggunakan skala likert lima poin yaitu: Sangat Tidak Setuju (STS) = 1, Tidak Setuju (TS) = 2, Netral (N) = 3, Setuju (S) = 4, Sangat Setuju (SS) = 5
3. Absorptive capacity
Definisi absorptive capacity adalah
kemampuan yang bukan hanya ditujukan untuk memperoleh dan
mengasimilasi tapi juga untuk
menggunakan knowledge.
Pengukuran variabel absorptive
capacity ini di adopsi dari penelitian yang dilakukan oleh Nazar (2011) dengan menggunakan skala likert lima poin yaitu: Sangat Tidak Setuju (STS) = 1, Tidak Setuju (TS) = 2, Netral (N) = 3, Setuju (S) = 4, Sangat Setuju (SS) = 5
4. Channel richness
Definisi channel richness adalah
media komunikasi yang dipakai sebagai sarana penghubung dari informasi baik secara verbal maupun non verbal.
Pengukuran variabel channel
richness ini di adopsi dari penelitian yang dilakukan oleh Rafky (2011) dengan menggunakan skala likert lima poin yaitu: Sangat Tidak Setuju (STS) = 1, Tidak Setuju (TS) = 2, Netral (N) = 3, Setuju (S) = 4, Sangat Setuju (SS) = 5
Uji Analisis Data Uji Kualitas Data
Uji Validitas (Test of Validity)
Uji validitas adalah suatu langkah pengujian yang dilakukan terhadap isi (content) dari suatu instrumen, dengan tujuan untuk mengukur ketepatan instrumen yang digunakan dalam suatu penelitian (Sugiono, 2006). Uji validitas dalam
penelitian ini digunakan analisis faktor. Analisis faktor adalah analisis struktur hubungan (korelasi) diantara sejumlah variabel dengan menggunakan suatu set dimensi yang disebut faktor. Chia (1995) dalam Nazar (2011) mengatakan bahwa item-item yang terdapat dalam analisis
dengan factor loading lebih dari 0,4 adalah
menunjukkan bahwa item-item pertanyaan tersebut valid.
Uji Reliabilitas (Test of Reliability)
Uji reliabilitas bertujuan untuk
mengetahui sejauh mana hasil pengukuran
tetap konsisten. Reliabilitas adalah
serangkaian pengukuran atau serangkaian alat ukur yang memiliki konsistensi bila pengukuran yang dilakukan dengan alat ukur itu dilakukan secara berulang (Sugiono, 2005). Suatu instrumen dikatakan reliabel
apabila cronbach alpha lebih dari 0,5
(Nunally, 1978 dalam Nazar, 2011).
Uji Normalitas Data
Uji normalitas bertujuan untuk
menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki
distribusi normal (Ghozali, 2011).
Pengujian normalitas ini dilakukan dengan
menggunakan One Sample Kolmogorov
Smirnov Test pada sebesar 5%. Jika nilai signifikan dari pengujian Kolmogorov-Smirnov > 0,05 maka data mempunyai distribusi normal.
Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan alat analisis regresi
berganda (multiple regression). Pengolahan
data dilakukan dengan SPSS. Adapun bentuk matematis dari analisis regresi berganda sebagai berikut:
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3 X3 + β4 X4 Dimana: Y = Knowledge sharing attitude α = Konstanta β 1.... β4 = Koefisien Regresi X1 = Intrinsic Motivation X2 = Extrinsic Motivation X3 = Absorptive Capacity X4 = Channel Richness ε = Error
Uji Koefisien Determinasi (R²)
Koefisien determinasi (R²)
digunakan untuk mengetahui seberapa besar hubungan dari beberapa variabel dalam pengertian yang lebih jelas. Koefisien determinasi akan menjelaskan seberapa besar perubahan atau variasi suatu variabel bisa dijelaskan oleh perubahan atau variasi pada variabel yang lain (Santoso & Ashari, 2005). Biasanya koefisien determinasi adalah 0 sampai 1. semakin mendekati 0
maka semakin kecil pengaruhnya,
sedangkan apabila mendekati 1 semakin besar pengaruhnya.
Keterangan:
R2 = Koefisien determinasi
ESS = Explaned Sum Squares (jumlah kuadrat yang dijelaskan) TSS = Total Sum Squares (jumlah total kuadrat)
Uji (t-test)
Untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh suatu variabel independen
terhadap variabel dependen dengan menguji koefisien variabel independen tersebut dengan rumus (Gujarati, 2012):
Keterangan:
βn = Koefisien regresi masing-masing variabel
sβn = Standar error masing-masing variabel
α = 5%
a. Jika t-hitung > t-tabel atau jika nilai p-value pada kolom sig < alpha, maka Ha diterima dan Ho ditolak b. Jika t-hitung < t-tabel atau jika nilai
p-value pada kolom sig > alpha, maka Ha ditolak dan Ho diterima
Uji F
Bertujuan untuk menguji secara
bersama-sama atau serentak
variabel-variabel independen mempengaruhi variabel-variabel dependen dengan rumus (Gujarati, 2012):
F =
k) -)(n R -1 ( ) 1 / 2 2 k RDimana : R2 = Koefisien determinasi
K = Jumlah variabel
independen
n = Jumlah sampel
Dengan = dengan F sig < maka Ha
diterima yang berarti bahwa semua variabel independen secara simultan dan signifikan mempengaruhi variabel dependen atau sebaliknya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengujian hipotesis yang dilakukan adalah untuk mencari pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Teknik pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi berganda (Multiple Regression). Hasil pengujian hipotesis dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini:
Tabel 4
Hasil Pengujian Hipotesis Kesimpulan Koeifisien
Regresi Sig Alpha Kesimpulan
(Constanta) 15,014 Intrisic Motivation 0,003 0,001 0,05 Signifikan Ekstrinsic Motivation -0,015 0,822 0,05 Tidak Signifikan Absorptive Capacity 0,180 0,032 0,05 Signifikan Channel Richness 0,212 0,018 0,05 Signifikan R-square 0,677 F-sig 0,309
Sumber: Hasil olahan data SPSS
Pada tabel terlihat bahwa masing masing variabel penelitian yang digunakan dapat dibuat kedalam sebuah persamaan regresi berganda seperti terlihat dibawah ini:
Y = 15.014 + 0,003X1 – 0,015X2 + 0,180X3 – 0,212X4 + e
Berdasarkan tabel 4.6 di atas dapat
kita lihat nilai koefisien determinasi (R2)
yang bertujuan untuk melihat besarnya
kontribusi variabel intrinsic motivation,
extrinsic motivation, absorptive capacity, dan channel richness terhadap knowledge sharing attitude. Nilai koefisien determinasi
(R2) adalah sebesar 0,454 yang artinya
bahwa variabel independen yaitu intrinsic
motivation, extrinsic motivation, absorptive capacity dan channel richnes mempengaruhi knowledge sharing attitude sebesar 67,7% dan sisanya 32,3% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak ikut diteliti dalam penelitian ini.
Dari hasil uji F yang dilakukan untuk
melihat pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen secara
keseluruhan, terlihat bahwa variabel
independen secara signifikan bersama-sama mempengaruhi variabel dependen karena tingkat signifikannya sebesar 0,309 lebih
besar dari ( ) 0,05
Untuk mengetahui pengaruh masing
masing variabel independen terhadap
variabel dependen secara individual maka dilakukan pengujian t-statistik. Uji t dengan α sebesar 5% (0,05) digunakan untuk
menentukan apakah hipotesis yang
diajukan diterima atau ditolak. Pada uji t,
hipotesis akan diterima jika nilai sig < dari
alpha 5% dan sebaliknya hipotesis akan ditolak jika nilai sig > dari alpha 5%. Hasil dapat dilihat pada sub dibawah ini:
Pengaruh Intrinsic Motivation Terhadap
Knowledge Sharing Attitude
Berdasarkan analisis terhadap data
penelitian, variabel intrinsic motivation
tingkat signifikan yang dimiliki sebesar 0,001 dimana lebih kecil dari alpha 0,05
berarti intrinsic motivation mempengaruhi
knowledge sharing attitude mahasiswa
akuntansi di perguruan tinggi di kota Padang. Berarti hipotesis pertama (H1) pada
penelitian ini dapat diterima.
Hipotesis 1 yang menyatakan bahwa intrinsic motivation berpengaruh terhadap
knowledge sharing attitude mahasiswa
akuntansi di perguruan tinggi di kota Padang. Hal ini menunjukan bahwa motivasi intrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar akuntansi dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan dari dalam diri mahasiswa dan secara mutlak terkait dengan aktivitas belajarnya.
Hasil yang ditemukan dalam
penelitian ini di dukung oleh penelitian Suganda (2008) yang menemukan bahwa intrinsic motivation mempengaruhi prestasi akademik mahasiswa ekonomi. Sebagian besar mahasiswa fakultas ekonomi memiliki motivasi intrinsik yang tinggi, artinya mereka dalam belajar dipengaruhi dari dalam diri sendiri. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati (2008)
yang menemukan bahwa intrinsik
motivation sangat berpengaruh baik dalam menuntut ilmu. Minat pelajar, instrumental dan kondisi fisiologis pelajar sangat baik dalam menuntut ilmu, motivasi tersebut datang dari diri mereka masing-masing.
Pengaruh Extrinsic Motivation Terhadap
Knowledge Sharing Attitude
Tingkat signifikan yang dimiliki
variabel extrinsic motivation sebesar 0,822
dimana lebih besar dari alpha 0,05 berarti
extrinsic motivation tidak memiliki
pengaruhi terhadap knowledge sharing
attitude mahasiswa akuntansi di perguruan tinggi di kota Padang. Berarti hipotesis
kedua (H2) pada penelitian ini ditolak.
Hipotesis 2 menyatakan bahwa extrinsic motivation tidak berpengaruh
terhadap knowledge sharing attitude
mahasiswa akuntansi di perguruan tinggi di kota Padang. Hal ini menunjukan bahwa
knowledge sharing attitude tidak
dipengaruhi oleh lingkungan sekitar atau dorongan dari orang lain. Tapi motivasi
ekstrinsik ini tetap penting karena
kemungkinan besar keadaan mahasiswa itu dinamis, berubah-ubah, dan juga mungkin komponen-komponen lain dalam proses belajar mengajar ada yang kurang menarik
bagi mahasiswa, sehingga diperlukan
motivasi ekstrinsik.
Hasil yang ditemukan dalam
penelitian ini di dukung oleh penelitian Eliada (2009) yang menemukan bahwa extrinsic motivation tidak mempengaruhi knowledge sharing attiude seseorang. Pada
dasarnya perilaku sharing knowledge tidak
dipengaruhi oleh besar kecilnya reward
yang akan diberikan, jadi extrinsic
motivation tidak memiliki pengaruh yang
besar terhadap prilaku sharing knowledge.
Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Nazar (2011), dimana hasil yang
ditemukan adalah extrinsic motivation
memiliki pengaruh besar terhadap
knowledge sharing attitude mahasiswa.
Pengaruh Absorptive Capacity Terhadap
Knowledge Sharing Attitude
Variabel absorptive capacity, tingkat
signifikan yang dimiliki sebesar 0,032 dimana lebih kecil dari alpha 0,05 berarti
absorptive capacity mempengaruhi
knowledge sharing attitude mahasiswa
Padang. Berarti hipotesis ketiga (H3) pada
penelitian ini dapat diterima.
Hipotesis 3 yang menyatakan bahwa absorptive capacity berpengaruh terhadap
knowledge sharing attitude mahasiswa
akuntansi di perguruan tinggi di kota
Padang. Hal ini menunjukan bahwa
mahasiswa perlu memiliki absorptive
capacity pengetahuan akuntansi sampai tingkat tertentu agar dapat menghubungkan
pengetahuan yang akan ia sharing sesuai
dengan konteks penerima sehingga penerima
yang juga memiliki absorptive capacity
pengetahuan akuntansi pada tingkat tertentu dan dapat melihat manfaat dari pengetahuan baru yang ia terima sebagai sumber inovasi atau solusi dari permasalahan yang dihadapi,
sehingga penerima pengetahuan
berkeinginan untuk berpartisipasi aktif dalam aktivitas knowledge sharing attitude. Mahasiswa dengan absorptive capacity yang besar akan lebih mampu untuk belajar,
mengasimilasi dan memanfaatkan
knowledge yang dibagikan pada proses
knowledge sharing.
Hasil yang ditemukan dalam
penelitian ini di dukung oleh penelitian
Nazar 2011), dimana absorptive capacity
terbukti secara positif menunjang knowledge sharing attitude pada mahasiswa akuntansi.
Begitu pula dengan penelitian yang
dilakukan Eliada (2009), dimana absorptive
capacity berpengaruh positif terhadap
knowledge sharing attitude walaupun
menurutnya absorptive capacity
pengetahuan belum mencapai tingkat
kapasitas pengetahuan yang cukup untuk menunjang knowledge sharing attitude.
Pengaruh Channel Richness Terhadap
Knowledge Sharing Attitude
Variabel channel richness, tingkat
signifikan yang dimiliki sebesar 0,018 dimana lebih kecil dari alpha 0,05 berarti channel richness mempengaruhi knowledge sharing attitude mahasiswa akuntansi di
perguruan tinggi di kota Padang. Berarti hipotesis pertama (H4) pada penelitian ini
dapat diterima.
Hipotesis 4 yang menyatakan bahwa channel richness berpengaruh terhadap
knowledge sharing attitude mahasiswa
akuntansi di perguruan tinggi di kota Padang. Hal ini menunjukan bahwa channel
richness dapat membantu mahasiswa
akuntansi untuk melakukan knowledge
sharing, selain itu juga memungkinkan mahasiswa akuntansi untuk melaksanakan
proses knowledge sharing dengan nyaman
dan fleksible dari sisi tempat dan waktu.
Keberhasilan knowledge sharing dapat
dilakukan dengan cara yang paling
sederhana seperti halnya percakapan atau dialog sehari-hari dengan teman kuliah.
Dengan kata lain, luasnya channel richness
dapat bervariasi pada kondisi yang berbeda
dan dapat jadi memudahkan untuk
knowledge sharing dengan teman kuliah. Hasil yang ditemukan dalam penelitian ini di dukung oleh penelitian- penelitian yang dilakukan oleh Eliada (2009), Nazar (2011) dan Lenny (2011). Dimana ditemukan hasil
bahwa channel richness berpengaruh
terhadap knowledge sharing. Menurut Nazar
(2011), semakin banyaknya channel untuk
knowledge sharing, maka hal tersebut makin menyenangkan dan mampu menunjang bagi seorang individu untuk melakukan perilaku
knowledge sharing dan makin
memungkinkan mereka untuk bersikap positif terhadap perilaku sharing tersebut.
KESIMPULAN
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara masing-masing variabel
penelitian yaitu variabel intrinsic
motivation, extrinsic motivation, absorptive capacity dan channel richness terhadap
knowledge sharing attitude mahasiswa
Padang. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Hipotesis pertama (H1) menyatakan
bahwa intrinsic motivation
berpengaruh terhadap knowledge
sharing attitude mahasiswa
akuntansi di perguruan tinggi di kota Padang.
2. Hipotesis kedua (H2) menyatakan
bahwa extrinsic motivation tidak
berpengaruh terhadap knowledge
sharing attitude mahasiswa
akuntansi di perguruan tinggi di kota Padang.
3. Hipotesis ketiga (H3) menyatakan
bahwa absorptive capacity
berpengaruh terhadap knowledge
sharing attitude mahasiswa
akuntansi di perguruan tinggi di kota Padang.
4. Hipotesis keempat (H4) menyatakan
bahwa channel richness berpengaruh
terhadap knowledge sharing attitude
mahasiswa akuntansi di perguruan tinggi di kota Padang.
Jadi hasil penelitian yang didapat hanya
variabel extrinsic motivation saja yang tidak
berpengaruh terhadap knowledge sharing attitude mahasiswa akuntansi di perguruan tinggi di kota Padang. Sedangkan variabel-variabel yang lain berpengaruh terhadap knowledge sharing attitude mahasiswa akuntansi di perguruan tinggi di kota Padang.
DAFTAR PUSTAKA
Alfitman. 2008. Faktor yang Mendorong
Niat Pemanfaatan Blog. Jurnal
Bisnis dan Manajemen, Universitas Andalas, Padang.
Ajzen, I. and M. Fishbein. 1975. Belief,
Attitude, Intention and Behavior: An Introduction to Theory and
Research. California:
Addison-Wesley.
Amabile, T. M. 1996. Creativity in Context: Update to the Social Psychology of Creativity.Boulder, CO: Westview. Bock, G. W. and Y. G. Kim. 2002. Breaking
the Myths of Rewards: An
Exploratory Study of Attitudes about
Knowledge Sharing, Information
Resource Management Journal,
15:2, pp. 14-21
Cohen, W. M. and D. A. Levinthal.
Absorptive Capacity: A New
Perspective on Leaming and
Innovation, Administrative Science
Quarterly,35:1, 1990, pp. 128- 152. Deci, E. L. 1999. A Meta-analytic Review
of Experiments Examining the
Effects of Extrinsic Rewards on
Intrinsic Motivation, Psychological
Bulletin, 125:6, pp. 627- 668.
Deci, E. L. and R. M. Ryan. 1985. Intrinsic
Motivation and Self-determination in
Human Behavior. New York:
Plenum.
Deci, E. L. and R. M. Ryan. 1987. The Support of Autonomy and the
Control of Behavior, Journal of
Personality and Social Psychology, 53:6, pp. 1024-1037.
Djazari, Muhammad, et al., 2011. Pengaruh Sikap Menghindari Resiko Sharing Dan Knowledge Self Efficacy
Terhadap Informal Knowledge
Sharing Pada Mahasiswa UNY.
Jurnal, Universitas Negeri
Yogyakarta, Yogyakarta.
Evytasari, Anggraeni. 2010. Pengaruh
Pengendalian Diri, Motivasi Dan Minat Belajar Terhadap Tingkat
Pemahaman Akuntansi. Skripsi
Akuntansi, Universitas
Pembangunan Nasional Veteran, Jawa Timur.
Fahey, L. and L. Prusak. 1998. The Eleven
Deadlies Sins of Knowledge
Management, California
Feng, K., E. Chen, and W. Liou. 2004.
Implementation of Knowledge
Management Systems and Firm
Performance: An Empirical
Investigation, Journal of Computer
Information Systems, 45:2, 2004, pp. 92-104.
Ghozali, Imam. 2011. Analisis Kuantitatif
dengan Menggunakan SPSS. BPFE, Yogyakarta.
Gujarati dan Porter. 2012. Dasar-Dasar
Ekonometrika. Buku 2. Jakarta : Salemba Empat.
Gottschalk, P. and V. Khandelwal. 2002.
Inter-organizational Knowledge
Management: A Comparison of Law Firms in Norway and Australia, Journal of Computer Information Systems,42:5, pp. 50-58.
Hair, Joseph F., JR., Rolph E. A., Ronald L. Tatham dan William C. Black. 1998. Multivariate Data Analysis. Fifth Edition. Prentice-Hall International, Inc.
Herwiyanti, Eliada. 2009. Pengaruh
Extrinsic Motivation, Absorptive
Capacity, Dan Channel Richness
Terhadap Sikap Individu Atas
Perilaku Sharing Knowledge.
Simposium National Akuntansi XI,
Universitas Jendral Sudirman,
Purwokerto.
Huber, G. 2001. Transfer of Knowledge in Knowledge Management Systems: Unexplored Issues and Suggested
Studies, European Journal of
Information Systems, pp. 72-79. Iskandarsyah, Donny. 2012. Analisis
Faktor-Faktor Yang Memengaruhi
Prestasi Mahasiswa Dalam
Mempelajari Matakuliah Akuntansi
Keuangan Menengah. Skripsi
Akuntansi, Universitas Diponegoro, Semarang.
Kohn, A. 1993. Why Incentive Plans Cannot
Work, Harvard Business Review,
71:5, pp. 54-63.
Korzaan, M. 2003. Going with the Flow:
Predicting Online Purchase
Intentions, Journal of Computer
Information Systems, 43:4, pp. 25-31.
Kruglanski, A. W. 1978. Endogenous Attribution and Intrinsic Motivation. In Greene, D. (Ed. ). Hillsdale, NJ: Lawrence Erlbaum.
Kwok, Sai Ho, dan Sheng Gao, 2006.
Attitude Towards Knowledge
Sharing Behavior. Journal of
Computer Information Systems.
Winter 1: 45-51
Liebowitz, J. 2003. A Knowledge
Management Strategy for the Jason Organization: A Case Study, Journal of Computer Information Systems, 44:2, pp.1-5
Martini, Lenny. 2011. Berbagi Pengetahuan
di Institusi Akademik. Skripsi,
Institut Teghnologi Bandung,
Bandung.
Mulyanto, Agus. 2012. Persepsi Dosen
Terhadap Urgensi Berbagi
Pengetahuan (Knowledge Sharing)
Di Perguruan Tinggi. Jurnal
Informatika, Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga,
Yogyakarta.
Nazar, M Rafky. 2011. Bagaimanakah Knowledge Sharing Intention Antar Mahasiswa Akuntansi Di Internet.
Simposium Nasional Akuntansi
XIV, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
Nelson, K. M. and J. G. Cooprider. 1996.
The Contribution of Shared
Knowledge to IS Group
Performance, MIS Quarterly, 20:4,
pp. 409-432.
Nunnally. 1967. Psychometric Methods.
O'Dell, C. and C. L. Grayson. 1998. If Only We Knew What We Know: The Transfer of Internal Knowledge and Best Practice.New York: Free Rahmawati, Ika. 2008. Peranan Motivasi
Intrinsik Terhadap Prestasi Belejar Bahasa Arab di Madrasah Aliyah
Wahid Hasyim Yogyakarta. Skripsi
Fakultas Ilmu Pendidikan,
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta.
Rappleye, W. C. 2000. Knowledge
Management: A Force Whose Time
Has Come, Conference Board
Magazine, January, pp. 59-66.
Robertson, M., J. Swan, and S. Newell. 1996. The Role of Networks in the
Diffusion of Technological
Innovation, Journal of Management
Studies,pp. 335-361.
Ruggles, R. 1998. The State of the Notion: Knowledge Management in Practice,
California Management Review,
40:3, pp. 80-89.
Ryan, R. M. and J. P. Connell. 1989. Perceived Locus of Causality and Intemalization: Examining Reasons for Acting in Two Domains, Journal
of Personality and Social
Psychology,57:5, pp. 749-761. Ryan Richard M., dan Edward L. Deci.
2000. Intrinsic and Extrinsic
Motivation: Classics Definition and
New Directions. Contemporary
Educational Psychology 25: 54-67 Schwartz, B. 1990. The Creation and
Destruction of Value, American
Psychologist,45:1, pp. 7-15.
Sekaran, Uma. 2006. Metodologi penelitian Untuk Bisnis. Buku 1&2. Jakarta: Salemba Empat.
Song, S. 2002. An Internet Knowledge
Sharing System, Journal of
Computer Information Systems,42:3, pp. 25-30.
Suganda, Haryono. 2008. Pengaruh
Motivasi Intrinsik Terhadap
Prestasi Akademik Mahasiswa
Fakultas Ekonomi Universitas
Katolik Soegijapranata Dengan
Motivasi Ekstrinsik Sebagai
Variabel Pemoderasi. Skripsi
Akuntansi, Universitas Katolik
Soegijapranata, Semarang.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2010. Populasi
dan Sampel Penelitian. Penelitian
Pendidikan, Universitas Negeri
Yogyakarta, Yogyakarta.
Suwarta, I Made. 2010. Implementasi Strategi Pembelajaran Kontekstual
Berbasis Masalah Dalam
Pembelajaran Komputer Akuntansi III Di Jurusan Akuntansi Politeknik
Negeri Bali. Jurnal Akuntansi,
Politeknik Negri Bali, Bali.
Szulanski, G. 1995. Unpacking Stickiness: An Empirical Investigation of the Barriers to Transfer Best Practice
Inside the Firm, Academy of
Management Journal, pp. 437-441. Vallerand, R. J. and R. Bissonnette. 1992.
Intrinsic, Extrinsic and
Amotivational Styles as Predictors of Behavior: A Prospective Study, Journal of Personality, 60:3, pp. 599-620.
Wiig. 1993. Knowledge Management
Foundations. _ : _
Yani, Fitri. 2010. Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, Dan Kecerdasan Spiritual Terhadap
Pemahaman Akuntansi. Jurnal
Akuntansi, Universitas Riau,
Pekanbaru.
Zahra, S.A., dan George,G. 2002.
Absorptive Capacity: A Review,
Reconcep-tualization, and
Extension, Academy of