• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sikap Individu Mahasiswa Akuntansi Atas Knowledge Sharing

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sikap Individu Mahasiswa Akuntansi Atas Knowledge Sharing"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Sikap Individu Mahasiswa Akuntansi Atas Knowledge Sharing

Fadil1, Yeasy Darmayanti1, Popy Fauziati1

Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Bung Hatta, Padang.

E-mail : fadilrusdy2@gmail.com

ABSTRACT

This study examined the significant effects of intrinsic motivation, extrinsic motivation, absorptive capacity and channel richness to knowledge sharing attitude. The main data collection method is by using a questionnaire. Multiple regression tools are used for research. Data for this study were obtained from samples of accounting students at universities in the city of Padang. This study uses 64 respondents (64%).

Results of the study showed that intrinsic motivation, absorptive capacity and channel richness affect knowledge sharing attitude in college accounting students in Padang. While extrinsic motivation had no effect to knowledge sharing attitude in college accounting students in Padang.

Keywords: intrinsic motivation, extrinsic motivation, absorptive capacity, channel richness and knowledge sharing attitude

I. PENDAHULUAN

Knowledge sharing salah satu aspek

penting dari knowledge management, yang

menjadi perhatian dari berbagai bidang baik praktisi maupun akademisi. Salah satu

manfaat knowledge management adalah

untuk mendukung proses pembelajaran yang memberikan dampak bagi pengembangan kemampuan inovasi melalui penciptaan knowledge baru. Bagian paling penting dari

knowledge management adalah bagaimana

mendukung individu dan organisasi untuk

melakukan knowledge sharing tentang apa

yang mereka ketahui (Wei, 2006 dalam Nazar, 2011). Menurut Wiig dalam bukunya

yang berjudul Knowledge Management

Foundations (1993) mengemukakan bahwa

knowledge management merupakan

kekhususan organisasi

(organization-specific), ketika perhatian dasarnya adalah

eksploitasi dan pengembangan

organizational knowledge assets kepada

tujuan-tujuan organisasi selanjutnya.

Knowledge management bukan merupakan sesuatu yang lebih baik (better things), tapi untuk mengetahui bagaimana mengerjakan sesuatu dengan lebih baik (things better).

Akuntansi adalah proses

mengidentifikasi, mengukur, dan

melaporkan informasi ekonomi untuk

memungkinkan adanya penilaian dan

pengambilan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang menggunakan informasi tersebut. Tingkat pemahaman akuntansi mahasiswa dinyatakan dengan seberapa mengerti seorang mahasiswa terhadap apa

(2)

yang sudah dipelajari yang dalam konteks ini mengacu pada mata kuliah akuntansi dan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK). Tanda seorang mahasiswa memahami akuntansi tidak hanya ditujukan dari nilai-nilai yang didapatkannya dalam mata kuliah tetapi juga apabila mahasiswa tersebut mengerti dan dapat menguasai konsep-konsep yang terkait (Praptiningsih, 2009 dalam Evytasari, 2010). Agar mahasiswa dapat memahami mata kuliah akuntansi dengan baik, maka dibutuhkan Knowledge sharing attitude. Knowledge sharing attitude adalah tingkat

perasaan positif seseorang, tentang

pengetahuan seseorang berbagi pengetahuan tentang akuntansi dengan orang lain. Menurut Nazar (2011), sikap sangat mempengaruhi niat seseorang mahasiswa

dalam knowledge sharing. Salah satu dari

faktor yang dapat mempengaruhi sikap

individu terhadap Knowledge sharing

attitude adalah intrinsic motivation. Menurut pendapat Suganda (2008), tinggi rendahnya motivasi seorang mahasiswa yang akan

berdampak pada pencapaian prestasi

akademik dipengaruhi oleh intrinsic

motivation yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri mahasiswa yang bersangkutan.

Ada beberapa faktor selain motivasi intrinsik yang mempengaruhi sikap individu

terhadap Knowledge sharing attitude, antara

lain extrinsic moivation, absorptive capaciy,

dan channel richness. Extrinsic motivation

adalah motif-motif yang aktif dan

berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Suganda (2008) berpendapat bahwa extrinsic motivation (situasi kegiatan belajar, kondisi ruang kelas, support dari orang tua dan teman, lingkungan tempat tinggal

mahasiswa) sangat memitivasi dalam

belajar. Absorptive capacity adalah

kemampuan untuk mengenali nilai dari

informasi baru, memahaminya dan

menggunakan pengetahuan baru tersebut. Eliada (2009) berpendapat bahwa absorptive capacity pada konteks belajar digunakan

untuk mengukur kemampuan mahasiswa

untuk menilai, mengasimilasi, dan

menerapkan Knowledge sharing attitude,

yang dipelajari pada berbagai tingkatan baik individu ataupun kelompok.

Channel richness adalah tingkat keberagaman dan efektivitas informasi yang dapat menjadi wahana proses transformasi pengetahuan antar individu atau antar hirarki dalam organisasi. Semakin tinggi tingkat channel richness, semakin tinggi pula keinginan untuk melakukan knowledge sharing (Lenny, 2011).

Dalam mencapai Knowledge sharing yang efektif tidaklah mudah. Sulit bagi

mahasiswa untuk melakukan aktivitas

Knowledge sharing selama mereka belajar.

Kesulitan terbesar dari pengaturan

knowledge adalah untuk mengubah perilaku dari orang-orang (Ruggles, 1998 dalam Rafky, 2011). Prusak (1995) dalam Nazar (2011) menjelaskan bahwa ada beberapa

faktor penghambat dalam knowledge

sharing antara individu dan individu, seperti

adanya paradigma bahwa knowledge adalah

kekuatan, jika knowledge itu tersebar, maka

akan menyebabkan seseorang kehilangan

jaminan pribadinya. Di sisi lain,

keterbatasan faktor waktu, apresiasi rendah

ke kontributor knowledge dan beberapa

faktor lain (Wei, 2006 dalam Nazar, 2011).

Untuk dapat mencapai Knowledge sharing

yang efektif tidaklah mudah (Nazar, 2011). Sulit bagi individu untuk melakukan

aktivitas knowledge sharing selama mereka

bekerja kecuali jika mereka menemukan aktivitas berguna dan menguntungkan,

Kesulitan terbesar dari pengaturan

knowledge adalah untuk mengubah perilaku dari orang-orang (Ruggles, 1998 dalam Nazar, 2011).

Permasalahan yang sering terjadi adalah proses berbagi pengetahuan kurang

baik karena tidak adanya dukungan

manajemen pengetahuan yang terstruktur.

(3)

management) adalah teknik membangun lingkungan pembelajaran, agar orang-orang di dalamnya terus termotivasi untuk belajar, memanfaatkan informasi yang ada, dan

dapat menyelesaikan masalah yang

dihadapi.

Masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah intrinsic motivation

berpengaruh terhadap sikap individu

mahasiswa akuntansi atas

Knowledge sharing attitude?

2. Apakah extrinsic motivation

berpengaruh terhadap sikap individu

mahasiswa akuntansi atas

Knowledge sharing attitude?

3. Apakah absorptive capacity

berpengaruh terhadap sikap individu

mahasiswa akuntansi atas

Knowledge sharing attitude?

4. Apakah channel richness

berpengaruh terhadap sikap individu

mahasiswa akuntansi atas

Knowledge sharing attitude? Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mendapatkan bukti empiris

intrinsik motivation memiliki

pengaruh terhadap sikap individu

mahasiswa akuntansi atas

Knowledge sharing attitude.

2. Untuk mendapatkan bukti empiris

ekstrinsik motivation memiliki

pengaruh terhadap sikap individu

mahasiswa akuntansi atas

Knowledge sharing attitude.

3. Untuk mendapatkan bukti empiris

absorptive capacity memiliki

pengaruh terhadap sikap individu

mahasiswa akuntansi atas

Knowledge sharing attitude.

4. Untuk mendapatkan bukti empiris

channel richness memiliki pengaruh terhadap sikap individu mahasiswa

akuntansi atas Knowledge sharing

attitude.

Dengan adanya penelitian ini

diharapkan akan diperoleh informasi yang akurat dan relevan, serta dapat digunakan oleh:

1. Akademis; sebagai pedoman dan

bahan referensi untuk penelitian lanjut dibidang akuntansi prilaku dan dapat menambah wawasan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi sikap individu mahasiswa akuntansi atas Knowledge sharing attitude.

2. Praktisi; untuk menyadarkan bahwa

faktor-faktor yang mempengaruhi sikap individu mahasiswa akuntansi

atas Knowledge sharing attitude

perlu diperhatikan, sehingga

diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat menginspirasi mahasiswa-mahasiswa akuntansi untuk lebih berprestasi.

3. Riset selanjutnya; untuk memahami

lebih dalam mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi sikap individu

mahasiswa akuntansi atas

Knowledge sharing attitude yang

bertujuan untuk kebaikan mahasiswa akuntansi yang sedang melakukan studi di universitasnya masing-masing.

KERANGKA TEORI

Intrinsic Motivation

Motivasi intrinsik menurut Suganda (2008) adalah motif-motif yang menjadi

aktif atau berfungsinya tidak perlu

dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Misalnya seorang yang senang mempelajari ilmu akuntansi, maka tidak perlu lagi didorong untuk mempelajari

ilmu akuntansi tersebut, ia dengan

sendirinya akan mencari buku-buku tentang akuntansi untuk mempelajarinya. Motivasi

(4)

intrinsik juga dapat diartikan sebagai kegiatan belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan penghayatan suatu kebutuhan dan dorongan yang secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.

Apabila ditinjau dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya (misalnya kegiatan belajar), maka yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah keinginan mencapai tujuan yang terkandung dalam perbuatan belajar. Contohnya, siswa belajar karena sungguh-sungguh ingin mendapatkan pengetahuan, nilai atau keterampilan agar dapat berubah tingkah lakunya secara konstruktif. Dengan demikian motivasi intrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan dari dalam diri dan secara mutlak terkait dengan aktivitas belajarnya (Rahmawati, 2008).

Menurut Rahmawati (2008), bentuk motivasi intrinsik antara lain; mahasiswa belajar karena ingin mengetahui seluk beluk suatu masalah selengkap-lengkapnya atau ingin ahli dibidang tertentu dan sebagainya, adanya minat dan perasaan senang karena mahasiswa menyadari bahwa dengan belajar dapat memperkaya dirinya sendiri, orang yang gemar membaca, orang yang rajin dan

bertanggung jawab. Unsur-unsur atau

indikator-indikator motivasi intrinsik

sebagai berikut; senang menjalankan tugas belajar, menunjukan minat mendalami

materi yang di pelajari lebih jauh,

bersemangat dan bergairah untuk

berprestasi, merasakan pentingnya belajar, ulet dan tekun dalam menghadapi masalah belajar, mempunyai keinginan untuk meraih cita-cita dengan cara belajar.

Extrinsic Motivation

Teori motivasi mengasumsikan

bahwa perilaku individu ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan

tertentu. Extrinsic motivation adalah

dorongan seseorang untuk mencapai tujuan tertentu (penghargaan) misal peningkatan tugas, upah, promosi, dll (Eliada, 2009). Extrinsic motivation dapat dikatakan sebagai kinerja aktivitas dimana aktivitas tersebut

dirasakan dapat menjadi alat untuk

mencapai outcome yang berbeda nilai. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Sebagai contoh seseorang itu belajar, karena tahu besok

paginya akan ujian dengan harapan

mendapat nilai yang baik. Jadi faktor

pendorongnya bukan karena ingin

mengetahui sesuatu, tetapi ingin

mendapatkan nilai yang baik, atau mendapat pujian atau hadiah. Jika dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya, tidak secara langsung berhubungan dengan esensi kegiatan. Oleh karena itu motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar

dimulai dan diteruskan berdasarkan

dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar (Nazar, 2011).

Dalam kegiatan pembelajaran,

motivasi ekstrinsik ini tetap penting karena kemungkinan besar keadaan mahasiswa itu dinamis, berubah-ubah, dan juga mungkin komponen-komponen lain dalam proses belajar mengajar ada yang kurang menarik

bagi mahasiswa, sehingga diperlukan

motivasi ekstrinsik. Unsur-unsur atau

indikator-indikator motivasi ekstrinsik

adalah sebagai berikut; ganjaran (award)

atau hadiah (reward), hukuman

(punishment), persaingan dengan teman /lingkungan ( Competition) (Eliada, 2009).

Strategi motivasional ekstrinsik

dapat jadi efektif diterapkan pada keadaan dimana tugas ditentukan lebih kreatif, ada pengawasan yang ketat, dan peraturan yang terinci saat perilaku dilakukan. Oleh karena itu, individu yang termotivasi secara ekstrinsik cenderung untuk menghasilkan

(5)

stereotyped works dan kemampuan pembelajaran yang kian lama semakin rendah (Amabile, 1998 dalam Nazar, 2011).

Penelitian psikologis ekstensif telah

memberikan bukti atas keburukan dari

motivasi ekstrinsik. Diduga bahwa reward

eksternal atau penghukuman akan

mempunyai efek minor bahkan negatif dalam memfasilitasi knowledge sharing, dan proses pembelajaran interaktif. Hasil dari

beberapa riset manajemen knowledge telah

menunjukkan efek-efek dari motivasi

ekstrinsik atas knowlege sharing dan

transfer antar organisasi (Bock dan Kim, 2002 dalam Nazar, 2011). Kohn (1993) dalam Nazar (2011) menyatakan bahwa insentif eksternal pada dasarnya tidak mengubah sikap yang mendasari perilaku.

Absorptive Capacity

Konsep yang diperkenalkan oleh Cohen&Levinthal (1990) dalam Lenny (2011) didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengenali nilai dari informasi baru,

memahaminya dan menggunakan

pengetahuan baru tersebut. Terdapat 2

dimensi untuk mengukur absorptive

capacity pengetahuan, yaitu kedalaman dan keluasan. Dalam Cohen & Levinthal (1990) mengajukan model bahwa:

efektivitas absorptive capacity =

pengetahuan dasar yang relevan ditambah intensitas usaha.

Menurut Eliada (2009), absorptive

capacity pada konteks belajar digunakan untuk mengukur kemampuan mahasiswa

untuk menilai, mengasimilasi, dan

menerapkan sharing knowledge, yang

dipelajari pada berbagai tingkatan baik

individu ataupun kelompok. Dalam Theory

of Absorptive Capacity (Cohen dan

Levinthal, 1990 dalam Eliada, 2009),

didefinisikan bahwa absorptive capacity

seseorang adalah kemampuan yang bukan hanya ditujukan untuk memperoleh dan

mengasimilasi tapi juga untuk menggunakan knowledge.

Absorptive capacity pengetahuan

pada dasarnya dimiliki oleh setiap

mahasiswa akuntansi dan dihipotesiskan

berperan dalam proses knowledge sharing

baik dalam peran individu tersebut sebagai

kontributor maupun sebagai penerima

pengetahuan tentang akuntansi. Sebagai kontributor pengetahuan, mahasiswa perlu

memiliki absorptive capacity pengetahuan

akuntansi sampai tingkat tertentu agar dapat menghubungkan pengetahuan yang akan ia sharing sesuai dengan konteks penerima sehingga penerima yang juga memiliki absorptive capacity pengetahuan akuntansi pada tingkat tertentu dan dapat melihat manfaat dari pengetahuan baru yang ia terima sebagai sumber inovasi atau solusi dari permasalahan yang dihadapi, sehingga penerima pengetahuan berkeinginan untuk

berpartisipasi aktif dalam aktivitas

accounting knowledge sharing. Mahasiswa

dengan absorptive capacity yang besar akan

lebih mampu untuk belajar, mengasimilasi

dan memanfaatkan knowledge yang

dibagikan pada proses knowledge sharing. Menurut Yani (2010), kecerdasan

intelektual berpengaruh terhadap absorptive

capacity akuntansi pada mahasiswa

pendidikan ekonomi Universitas Riau. Hal ini karena kecerdasan intelektual merupakan kecerdasan pertama yang dikembangkan yang mampu membuat seorang mahasiswa berfikir secara rasional untuk belajar akuntansi dan memahaminya. Menurut Mardahlena (2007) dalam Yani (2010),

absorptive capacity akuntansi seorang

mahasiswa diukur dengan menggunakan nilai mata kuliah yang didapatkan oleh

mahasiswa tersebut, dimana dalam

penelitian ini terdiri dari nilai mata kuliah Dasar-Dasar Akuntansi I, Dasar-Dasar Akuntansi II, Akuntansi Biaya, Akuntansi

Biaya Lanjutan, Akuntansi Keuangan

(6)

Menengah II, Akuntansi Keuangan Lanjutan I, Akuntansi Keuangan Lanjutan II.

Channel Richness

Channel richness didefinisikan

sebagai tingkat keberagaman dan efektivitas saluran informasi yang dapat menjadi wahana proses transformasi pengetahuan antar individu atau antar hirarki dalam organisasi. Channel richness ditentukan oleh

kemampuannya dalam menyampaikan

berbagai jenis isyarat secara simultan,

menfasilitas feedback dari penerima

pengetahuan dengan cepat, dan konteksnya dapat disesuaikan dengan pribadi penerima pengetahuan (Lenny,2011). Robbins (2003)

dalam Lenny (2011) mengemukakan 3

faktor yang menentukan tingkat channel

richness, yaitu: kemampuannya untuk

menyampaikan berbagai jenis isyarat secara

bersamaan/simultan, menfasilitasi feedback

dari penerima dengan cepat, dan konteksnya

pribadi, mudah disesuaikan dengan

penerima.

Proses knowledge sharing

memerlukan media komunikasi untuk

melakukan transfer pengetahuan dari sumber

kepada penerima. Channel richness dalam

riset Kwok dan Gao (2005) dalam Lenny (2011) mengindikasikan keberadaan dan ketersediaan pendekatan/ cara yang beragam

dalam proses knowledge sharing. Channel

richness mengindikasikan keberadaan dan ketersediaan dari pendekatan yang beragam untuk pembagian knowledge antara individu. Holtham dan Courtney (1998) dalam Nazar (2011) meringkas empat macam dari saluran transmisi yang berupa informal dan formal, personal atau impersonal.

Channel richness dapat membantu

mahasiswa akuntansi untuk melakukan

knowledge sharing, selain itu juga

memungkinkan mahasiswa akuntansi untuk

melaksanakan proses knowledge sharing

dengan nyaman dan fleksible dari sisi

tempat dan waktu. Keberhasilan knowledge

sharing dapat dilakukan dengan cara yang paling sederhana seperti halnya percakapan atau dialog sehari-hari dengan teman kuliah.

Dengan kata lain, luasnya channel richness

dapat bervariasi pada kondisi yang berbeda

dan dapat jadi memudahkan untuk

knowledge sharing dengan teman kuliah. Menurut Lenny (2011), semakin tinggi

tingkat channel richness, semakin tinggi

pula keinginan untuk melakukan knowledge sharing. Channel richness secara positif

berpengaruh terhadap knowledge sharing

attitude pada mahasiswa akuntansi (Nazar, 2011)

Knowledge sharing attitude

Sikap merupakan faktor penting, memotivasi orang untuk terlibat dalam

kegiatan knowledge sharing. Bock et al,

(2005) dalam Nazar (2011) mendefinisikan

sikap terhadap knowledge sharing sebagai

tingkat perasaan positif seseorang tentang pengetahuan seseorang berbagi dengan orang lain. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa orang yang memiliki sikap positif terhadap knowledge sharing lebih cenderung berniat untuk berbagi pengetahuan dengan orang lain. Menurut Eliada (2009), individu

mempunyai pilihan untuk membagi

knowledge yang mereka miliki dengan individu yang lainnya dalam rutinitas belajar mereka sehari-hari. Pilihan tersebut akan

dipengaruhi oleh bagaimana mereka

bersikap terhadap perilaku Knowledge

sharing. Sikap seorang individu terhadap suatu perilaku tertentu dapat mempengaruhi perhatian mereka untuk melakukan perilaku sharing.

Worldbank (2003) dalam Lenny

(2011) mendefinisikan knowledge sharing

sebagai proses menyerap pengetahuan dari penelitian dan pengalaman secara sistematis, mengelola dan menyimpan pengetahuan dan informasi untuk kemudahan akses dan memindahkan atau diseminasi pengetahuan,

(7)

termasuk dalam perpindahan dua arah. Menurut Cummings (2003) dalam Lenny (2011), knowledge sharing dapat dilihat dari

dua perspektif teoritis yaitu teori

pembelajaran organisasi dan teori

komunikasi.

Cummings (2003) dalam Lenny

(2011) dalam studi literaturnya mengenai

berbagi pengetahuan menemukan 5 konteks yang mempengaruhi implementasi berbagi pengetahuan, yaitu:

1. Hubungan antara sumber dan

penerima,

2. Jenis dan lokasi pengetahuan,

3. Kecenderungan belajar penerima,

4. Kemampuan nara sumber dalam

berbagi pengetahuan, dan

5. Lingkungan tempat aktivitas berbagi

pengetahuan terjadi.

Mengenai bagaimana cara berbagi pengetahuan, Bartol & Srivastava (2000)

dalam Lenny (2011) mengklasifikasikan 4

mekanisme berbagi pengetahuan individu dalam suatu organisasi, yaitu:

1. Berkontribusi terhadap database

organisasi,

2. Berbagi pengetahuan dalam interaksi

formal, didalam atau antar tim atau unit kerja,

3. Berbagi pengetahuan dalam interaksi

informal,

4. Berbagi pengetahuan di kalangan

komunitas praktisi.

METODE PENELITIAN Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/ subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sukmadinata, 2010).

Populasi di dalam penelitian ini adalah seluruh perguruan tinggi di kota Padang yang memiliki program studi akuntansi.

Metode Pengambilan Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sukmadinata, 2010). Metoda pengambilan sampel pada penelitian ini

adalah purposive sampling, yaitu metoda

yang sengaja digunakan karena informasi yang diambil berasal dari sumber yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu yang dianggap dapat memberikan informasi yang dibutukan oleh peneliti.

Kriteria sampel pada penelitian ini adalah mahasiswa tingkat akhir (angkatan 2008 - 2010) jurusan akuntansi dengan minimal IPK 2,75 pada Universitas di kota Padang yang memiliki program studi akuntansi dengan akreditasi minimal B. Alasan pemilihan responden mahasiswa akuntansi tingkat akhir dikarenakan mereka telah mengambil mata kuliah akuntansi keuangan menengah, akuntansi keuangan

lanjutan, audit dan teori akuntansi.

Partisipasi mahasiswa dalam pengisian kuesioner ini tidak bersifat paksaan, dan partisipan tidak akan mendapatkan imbalan apapun, sehingga memungkinkan pengisian kuesioner yang tidak bias.

Tehnik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan data primer. Data primer merupakan data yang berasal dari sumber asli atau pertama (Uma Sekaran, 2006). Data ini tidak tersedia dalam bentuk terkompilasi ataupun dalam bentuk file-file. Data ini harus dicari melalui nara sumber atau dalam istilah teknisnya responden, yaitu orang yang kita jadikan obyek penelitian atau orang yang kita

jadikan sebagai sarana mendapatkan

informasi ataupun data. Partisipasi

mahasiswa dalam pengisian kuesioner ini tidak bersifat paksaan, dan partisipan tidak

akan mendapatkan imbalan apapun,

sehingga memungkinkan pengisian

(8)

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel Dependen

Variabel dependen adalah variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah sikap individu

mahasiswa akuntansi atas Knowledge

sharing attitude. Definisi Knowledge

sharing attitude adalah tingkat perasaan positif seseorang, tentang pengetahuan akuntansi seseorang berbagi dengan orang lain.

Pengukuran variabel Knowledge

sharing attitude ini di adopsi dari penelitian yang dilakukan oleh Nazar (2011) dengan menggunakan skala likert lima poin yaitu: Sangat Tidak Setuju (STS) = 1, Tidak Setuju (TS) = 2, Netral (N) = 3, Setuju (S) = 4, Sangat Setuju (SS) = 5

Variabel Independen

Variabel independen adalah variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel yang lain. Variabel independen dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Intrinsic motivation

Definisi intrinsic motivation adalah

motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.

Pengukuran variabel intrinsic

motivation ini di adopsi dari

penelitian yang dilakukan oleh Nazar (2011) dengan menggunakan skala likert lima poin yaitu: Sangat Tidak Setuju (STS) = 1, Tidak Setuju (TS) = 2, Netral (N) = 3, Setuju (S) = 4, Sangat Setuju (SS) = 5

2. Extrinsic motivation

Definisi extrinsic motivation adalah

dorongan seseorang untuk mencapai tujuan tertentu (penghargaan) misal peningkatan tugas, upah, promosi,

dll. Pengukuran variabel extrinsic

motivation ini di adopsi dari

penelitian yang dilakukan oleh Nazar (2011) dengan menggunakan skala likert lima poin yaitu: Sangat Tidak Setuju (STS) = 1, Tidak Setuju (TS) = 2, Netral (N) = 3, Setuju (S) = 4, Sangat Setuju (SS) = 5

3. Absorptive capacity

Definisi absorptive capacity adalah

kemampuan yang bukan hanya ditujukan untuk memperoleh dan

mengasimilasi tapi juga untuk

menggunakan knowledge.

Pengukuran variabel absorptive

capacity ini di adopsi dari penelitian yang dilakukan oleh Nazar (2011) dengan menggunakan skala likert lima poin yaitu: Sangat Tidak Setuju (STS) = 1, Tidak Setuju (TS) = 2, Netral (N) = 3, Setuju (S) = 4, Sangat Setuju (SS) = 5

4. Channel richness

Definisi channel richness adalah

media komunikasi yang dipakai sebagai sarana penghubung dari informasi baik secara verbal maupun non verbal.

Pengukuran variabel channel

richness ini di adopsi dari penelitian yang dilakukan oleh Rafky (2011) dengan menggunakan skala likert lima poin yaitu: Sangat Tidak Setuju (STS) = 1, Tidak Setuju (TS) = 2, Netral (N) = 3, Setuju (S) = 4, Sangat Setuju (SS) = 5

Uji Analisis Data Uji Kualitas Data

Uji Validitas (Test of Validity)

Uji validitas adalah suatu langkah pengujian yang dilakukan terhadap isi (content) dari suatu instrumen, dengan tujuan untuk mengukur ketepatan instrumen yang digunakan dalam suatu penelitian (Sugiono, 2006). Uji validitas dalam

(9)

penelitian ini digunakan analisis faktor. Analisis faktor adalah analisis struktur hubungan (korelasi) diantara sejumlah variabel dengan menggunakan suatu set dimensi yang disebut faktor. Chia (1995) dalam Nazar (2011) mengatakan bahwa item-item yang terdapat dalam analisis

dengan factor loading lebih dari 0,4 adalah

menunjukkan bahwa item-item pertanyaan tersebut valid.

Uji Reliabilitas (Test of Reliability)

Uji reliabilitas bertujuan untuk

mengetahui sejauh mana hasil pengukuran

tetap konsisten. Reliabilitas adalah

serangkaian pengukuran atau serangkaian alat ukur yang memiliki konsistensi bila pengukuran yang dilakukan dengan alat ukur itu dilakukan secara berulang (Sugiono, 2005). Suatu instrumen dikatakan reliabel

apabila cronbach alpha lebih dari 0,5

(Nunally, 1978 dalam Nazar, 2011).

Uji Normalitas Data

Uji normalitas bertujuan untuk

menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki

distribusi normal (Ghozali, 2011).

Pengujian normalitas ini dilakukan dengan

menggunakan One Sample Kolmogorov

Smirnov Test pada sebesar 5%. Jika nilai signifikan dari pengujian Kolmogorov-Smirnov > 0,05 maka data mempunyai distribusi normal.

Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan alat analisis regresi

berganda (multiple regression). Pengolahan

data dilakukan dengan SPSS. Adapun bentuk matematis dari analisis regresi berganda sebagai berikut:

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3 X3 + β4 X4 Dimana: Y = Knowledge sharing attitude α = Konstanta β 1.... β4 = Koefisien Regresi X1 = Intrinsic Motivation X2 = Extrinsic Motivation X3 = Absorptive Capacity X4 = Channel Richness ε = Error

Uji Koefisien Determinasi (R²)

Koefisien determinasi (R²)

digunakan untuk mengetahui seberapa besar hubungan dari beberapa variabel dalam pengertian yang lebih jelas. Koefisien determinasi akan menjelaskan seberapa besar perubahan atau variasi suatu variabel bisa dijelaskan oleh perubahan atau variasi pada variabel yang lain (Santoso & Ashari, 2005). Biasanya koefisien determinasi adalah 0 sampai 1. semakin mendekati 0

maka semakin kecil pengaruhnya,

sedangkan apabila mendekati 1 semakin besar pengaruhnya.

Keterangan:

R2 = Koefisien determinasi

ESS = Explaned Sum Squares (jumlah kuadrat yang dijelaskan) TSS = Total Sum Squares (jumlah total kuadrat)

Uji (t-test)

Untuk mengetahui seberapa besar

pengaruh suatu variabel independen

terhadap variabel dependen dengan menguji koefisien variabel independen tersebut dengan rumus (Gujarati, 2012):

Keterangan:

βn = Koefisien regresi masing-masing variabel

(10)

sβn = Standar error masing-masing variabel

α = 5%

a. Jika t-hitung > t-tabel atau jika nilai p-value pada kolom sig < alpha, maka Ha diterima dan Ho ditolak b. Jika t-hitung < t-tabel atau jika nilai

p-value pada kolom sig > alpha, maka Ha ditolak dan Ho diterima

Uji F

Bertujuan untuk menguji secara

bersama-sama atau serentak

variabel-variabel independen mempengaruhi variabel-variabel dependen dengan rumus (Gujarati, 2012):

F =

k) -)(n R -1 ( ) 1 / 2 2  k R

Dimana : R2 = Koefisien determinasi

K = Jumlah variabel

independen

n = Jumlah sampel

Dengan  = dengan F sig <  maka Ha

diterima yang berarti bahwa semua variabel independen secara simultan dan signifikan mempengaruhi variabel dependen atau sebaliknya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengujian hipotesis yang dilakukan adalah untuk mencari pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Teknik pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi berganda (Multiple Regression). Hasil pengujian hipotesis dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini:

Tabel 4

Hasil Pengujian Hipotesis Kesimpulan Koeifisien

Regresi Sig Alpha Kesimpulan

(Constanta) 15,014 Intrisic Motivation 0,003 0,001 0,05 Signifikan Ekstrinsic Motivation -0,015 0,822 0,05 Tidak Signifikan Absorptive Capacity 0,180 0,032 0,05 Signifikan Channel Richness 0,212 0,018 0,05 Signifikan R-square 0,677 F-sig 0,309

Sumber: Hasil olahan data SPSS

Pada tabel terlihat bahwa masing masing variabel penelitian yang digunakan dapat dibuat kedalam sebuah persamaan regresi berganda seperti terlihat dibawah ini:

Y = 15.014 + 0,003X1 – 0,015X2 + 0,180X3 – 0,212X4 + e

Berdasarkan tabel 4.6 di atas dapat

kita lihat nilai koefisien determinasi (R2)

yang bertujuan untuk melihat besarnya

kontribusi variabel intrinsic motivation,

extrinsic motivation, absorptive capacity, dan channel richness terhadap knowledge sharing attitude. Nilai koefisien determinasi

(R2) adalah sebesar 0,454 yang artinya

bahwa variabel independen yaitu intrinsic

motivation, extrinsic motivation, absorptive capacity dan channel richnes mempengaruhi knowledge sharing attitude sebesar 67,7% dan sisanya 32,3% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak ikut diteliti dalam penelitian ini.

Dari hasil uji F yang dilakukan untuk

melihat pengaruh variabel independen

terhadap variabel dependen secara

keseluruhan, terlihat bahwa variabel

independen secara signifikan bersama-sama mempengaruhi variabel dependen karena tingkat signifikannya sebesar 0,309 lebih

besar dari ( ) 0,05

Untuk mengetahui pengaruh masing

masing variabel independen terhadap

variabel dependen secara individual maka dilakukan pengujian t-statistik. Uji t dengan α sebesar 5% (0,05) digunakan untuk

menentukan apakah hipotesis yang

diajukan diterima atau ditolak. Pada uji t,

hipotesis akan diterima jika nilai sig < dari

alpha 5% dan sebaliknya hipotesis akan ditolak jika nilai sig > dari alpha 5%. Hasil dapat dilihat pada sub dibawah ini:

(11)

Pengaruh Intrinsic Motivation Terhadap

Knowledge Sharing Attitude

Berdasarkan analisis terhadap data

penelitian, variabel intrinsic motivation

tingkat signifikan yang dimiliki sebesar 0,001 dimana lebih kecil dari alpha 0,05

berarti intrinsic motivation mempengaruhi

knowledge sharing attitude mahasiswa

akuntansi di perguruan tinggi di kota Padang. Berarti hipotesis pertama (H1) pada

penelitian ini dapat diterima.

Hipotesis 1 yang menyatakan bahwa intrinsic motivation berpengaruh terhadap

knowledge sharing attitude mahasiswa

akuntansi di perguruan tinggi di kota Padang. Hal ini menunjukan bahwa motivasi intrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar akuntansi dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan dari dalam diri mahasiswa dan secara mutlak terkait dengan aktivitas belajarnya.

Hasil yang ditemukan dalam

penelitian ini di dukung oleh penelitian Suganda (2008) yang menemukan bahwa intrinsic motivation mempengaruhi prestasi akademik mahasiswa ekonomi. Sebagian besar mahasiswa fakultas ekonomi memiliki motivasi intrinsik yang tinggi, artinya mereka dalam belajar dipengaruhi dari dalam diri sendiri. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati (2008)

yang menemukan bahwa intrinsik

motivation sangat berpengaruh baik dalam menuntut ilmu. Minat pelajar, instrumental dan kondisi fisiologis pelajar sangat baik dalam menuntut ilmu, motivasi tersebut datang dari diri mereka masing-masing.

Pengaruh Extrinsic Motivation Terhadap

Knowledge Sharing Attitude

Tingkat signifikan yang dimiliki

variabel extrinsic motivation sebesar 0,822

dimana lebih besar dari alpha 0,05 berarti

extrinsic motivation tidak memiliki

pengaruhi terhadap knowledge sharing

attitude mahasiswa akuntansi di perguruan tinggi di kota Padang. Berarti hipotesis

kedua (H2) pada penelitian ini ditolak.

Hipotesis 2 menyatakan bahwa extrinsic motivation tidak berpengaruh

terhadap knowledge sharing attitude

mahasiswa akuntansi di perguruan tinggi di kota Padang. Hal ini menunjukan bahwa

knowledge sharing attitude tidak

dipengaruhi oleh lingkungan sekitar atau dorongan dari orang lain. Tapi motivasi

ekstrinsik ini tetap penting karena

kemungkinan besar keadaan mahasiswa itu dinamis, berubah-ubah, dan juga mungkin komponen-komponen lain dalam proses belajar mengajar ada yang kurang menarik

bagi mahasiswa, sehingga diperlukan

motivasi ekstrinsik.

Hasil yang ditemukan dalam

penelitian ini di dukung oleh penelitian Eliada (2009) yang menemukan bahwa extrinsic motivation tidak mempengaruhi knowledge sharing attiude seseorang. Pada

dasarnya perilaku sharing knowledge tidak

dipengaruhi oleh besar kecilnya reward

yang akan diberikan, jadi extrinsic

motivation tidak memiliki pengaruh yang

besar terhadap prilaku sharing knowledge.

Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Nazar (2011), dimana hasil yang

ditemukan adalah extrinsic motivation

memiliki pengaruh besar terhadap

knowledge sharing attitude mahasiswa.

Pengaruh Absorptive Capacity Terhadap

Knowledge Sharing Attitude

Variabel absorptive capacity, tingkat

signifikan yang dimiliki sebesar 0,032 dimana lebih kecil dari alpha 0,05 berarti

absorptive capacity mempengaruhi

knowledge sharing attitude mahasiswa

(12)

Padang. Berarti hipotesis ketiga (H3) pada

penelitian ini dapat diterima.

Hipotesis 3 yang menyatakan bahwa absorptive capacity berpengaruh terhadap

knowledge sharing attitude mahasiswa

akuntansi di perguruan tinggi di kota

Padang. Hal ini menunjukan bahwa

mahasiswa perlu memiliki absorptive

capacity pengetahuan akuntansi sampai tingkat tertentu agar dapat menghubungkan

pengetahuan yang akan ia sharing sesuai

dengan konteks penerima sehingga penerima

yang juga memiliki absorptive capacity

pengetahuan akuntansi pada tingkat tertentu dan dapat melihat manfaat dari pengetahuan baru yang ia terima sebagai sumber inovasi atau solusi dari permasalahan yang dihadapi,

sehingga penerima pengetahuan

berkeinginan untuk berpartisipasi aktif dalam aktivitas knowledge sharing attitude. Mahasiswa dengan absorptive capacity yang besar akan lebih mampu untuk belajar,

mengasimilasi dan memanfaatkan

knowledge yang dibagikan pada proses

knowledge sharing.

Hasil yang ditemukan dalam

penelitian ini di dukung oleh penelitian

Nazar 2011), dimana absorptive capacity

terbukti secara positif menunjang knowledge sharing attitude pada mahasiswa akuntansi.

Begitu pula dengan penelitian yang

dilakukan Eliada (2009), dimana absorptive

capacity berpengaruh positif terhadap

knowledge sharing attitude walaupun

menurutnya absorptive capacity

pengetahuan belum mencapai tingkat

kapasitas pengetahuan yang cukup untuk menunjang knowledge sharing attitude.

Pengaruh Channel Richness Terhadap

Knowledge Sharing Attitude

Variabel channel richness, tingkat

signifikan yang dimiliki sebesar 0,018 dimana lebih kecil dari alpha 0,05 berarti channel richness mempengaruhi knowledge sharing attitude mahasiswa akuntansi di

perguruan tinggi di kota Padang. Berarti hipotesis pertama (H4) pada penelitian ini

dapat diterima.

Hipotesis 4 yang menyatakan bahwa channel richness berpengaruh terhadap

knowledge sharing attitude mahasiswa

akuntansi di perguruan tinggi di kota Padang. Hal ini menunjukan bahwa channel

richness dapat membantu mahasiswa

akuntansi untuk melakukan knowledge

sharing, selain itu juga memungkinkan mahasiswa akuntansi untuk melaksanakan

proses knowledge sharing dengan nyaman

dan fleksible dari sisi tempat dan waktu.

Keberhasilan knowledge sharing dapat

dilakukan dengan cara yang paling

sederhana seperti halnya percakapan atau dialog sehari-hari dengan teman kuliah.

Dengan kata lain, luasnya channel richness

dapat bervariasi pada kondisi yang berbeda

dan dapat jadi memudahkan untuk

knowledge sharing dengan teman kuliah. Hasil yang ditemukan dalam penelitian ini di dukung oleh penelitian- penelitian yang dilakukan oleh Eliada (2009), Nazar (2011) dan Lenny (2011). Dimana ditemukan hasil

bahwa channel richness berpengaruh

terhadap knowledge sharing. Menurut Nazar

(2011), semakin banyaknya channel untuk

knowledge sharing, maka hal tersebut makin menyenangkan dan mampu menunjang bagi seorang individu untuk melakukan perilaku

knowledge sharing dan makin

memungkinkan mereka untuk bersikap positif terhadap perilaku sharing tersebut.

KESIMPULAN

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara masing-masing variabel

penelitian yaitu variabel intrinsic

motivation, extrinsic motivation, absorptive capacity dan channel richness terhadap

knowledge sharing attitude mahasiswa

(13)

Padang. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Hipotesis pertama (H1) menyatakan

bahwa intrinsic motivation

berpengaruh terhadap knowledge

sharing attitude mahasiswa

akuntansi di perguruan tinggi di kota Padang.

2. Hipotesis kedua (H2) menyatakan

bahwa extrinsic motivation tidak

berpengaruh terhadap knowledge

sharing attitude mahasiswa

akuntansi di perguruan tinggi di kota Padang.

3. Hipotesis ketiga (H3) menyatakan

bahwa absorptive capacity

berpengaruh terhadap knowledge

sharing attitude mahasiswa

akuntansi di perguruan tinggi di kota Padang.

4. Hipotesis keempat (H4) menyatakan

bahwa channel richness berpengaruh

terhadap knowledge sharing attitude

mahasiswa akuntansi di perguruan tinggi di kota Padang.

Jadi hasil penelitian yang didapat hanya

variabel extrinsic motivation saja yang tidak

berpengaruh terhadap knowledge sharing attitude mahasiswa akuntansi di perguruan tinggi di kota Padang. Sedangkan variabel-variabel yang lain berpengaruh terhadap knowledge sharing attitude mahasiswa akuntansi di perguruan tinggi di kota Padang.

DAFTAR PUSTAKA

Alfitman. 2008. Faktor yang Mendorong

Niat Pemanfaatan Blog. Jurnal

Bisnis dan Manajemen, Universitas Andalas, Padang.

Ajzen, I. and M. Fishbein. 1975. Belief,

Attitude, Intention and Behavior: An Introduction to Theory and

Research. California:

Addison-Wesley.

Amabile, T. M. 1996. Creativity in Context: Update to the Social Psychology of Creativity.Boulder, CO: Westview. Bock, G. W. and Y. G. Kim. 2002. Breaking

the Myths of Rewards: An

Exploratory Study of Attitudes about

Knowledge Sharing, Information

Resource Management Journal,

15:2, pp. 14-21

Cohen, W. M. and D. A. Levinthal.

Absorptive Capacity: A New

Perspective on Leaming and

Innovation, Administrative Science

Quarterly,35:1, 1990, pp. 128- 152. Deci, E. L. 1999. A Meta-analytic Review

of Experiments Examining the

Effects of Extrinsic Rewards on

Intrinsic Motivation, Psychological

Bulletin, 125:6, pp. 627- 668.

Deci, E. L. and R. M. Ryan. 1985. Intrinsic

Motivation and Self-determination in

Human Behavior. New York:

Plenum.

Deci, E. L. and R. M. Ryan. 1987. The Support of Autonomy and the

Control of Behavior, Journal of

Personality and Social Psychology, 53:6, pp. 1024-1037.

Djazari, Muhammad, et al., 2011. Pengaruh Sikap Menghindari Resiko Sharing Dan Knowledge Self Efficacy

Terhadap Informal Knowledge

Sharing Pada Mahasiswa UNY.

Jurnal, Universitas Negeri

Yogyakarta, Yogyakarta.

Evytasari, Anggraeni. 2010. Pengaruh

Pengendalian Diri, Motivasi Dan Minat Belajar Terhadap Tingkat

Pemahaman Akuntansi. Skripsi

Akuntansi, Universitas

Pembangunan Nasional Veteran, Jawa Timur.

Fahey, L. and L. Prusak. 1998. The Eleven

Deadlies Sins of Knowledge

Management, California

(14)

Feng, K., E. Chen, and W. Liou. 2004.

Implementation of Knowledge

Management Systems and Firm

Performance: An Empirical

Investigation, Journal of Computer

Information Systems, 45:2, 2004, pp. 92-104.

Ghozali, Imam. 2011. Analisis Kuantitatif

dengan Menggunakan SPSS. BPFE, Yogyakarta.

Gujarati dan Porter. 2012. Dasar-Dasar

Ekonometrika. Buku 2. Jakarta : Salemba Empat.

Gottschalk, P. and V. Khandelwal. 2002.

Inter-organizational Knowledge

Management: A Comparison of Law Firms in Norway and Australia, Journal of Computer Information Systems,42:5, pp. 50-58.

Hair, Joseph F., JR., Rolph E. A., Ronald L. Tatham dan William C. Black. 1998. Multivariate Data Analysis. Fifth Edition. Prentice-Hall International, Inc.

Herwiyanti, Eliada. 2009. Pengaruh

Extrinsic Motivation, Absorptive

Capacity, Dan Channel Richness

Terhadap Sikap Individu Atas

Perilaku Sharing Knowledge.

Simposium National Akuntansi XI,

Universitas Jendral Sudirman,

Purwokerto.

Huber, G. 2001. Transfer of Knowledge in Knowledge Management Systems: Unexplored Issues and Suggested

Studies, European Journal of

Information Systems, pp. 72-79. Iskandarsyah, Donny. 2012. Analisis

Faktor-Faktor Yang Memengaruhi

Prestasi Mahasiswa Dalam

Mempelajari Matakuliah Akuntansi

Keuangan Menengah. Skripsi

Akuntansi, Universitas Diponegoro, Semarang.

Kohn, A. 1993. Why Incentive Plans Cannot

Work, Harvard Business Review,

71:5, pp. 54-63.

Korzaan, M. 2003. Going with the Flow:

Predicting Online Purchase

Intentions, Journal of Computer

Information Systems, 43:4, pp. 25-31.

Kruglanski, A. W. 1978. Endogenous Attribution and Intrinsic Motivation. In Greene, D. (Ed. ). Hillsdale, NJ: Lawrence Erlbaum.

Kwok, Sai Ho, dan Sheng Gao, 2006.

Attitude Towards Knowledge

Sharing Behavior. Journal of

Computer Information Systems.

Winter 1: 45-51

Liebowitz, J. 2003. A Knowledge

Management Strategy for the Jason Organization: A Case Study, Journal of Computer Information Systems, 44:2, pp.1-5

Martini, Lenny. 2011. Berbagi Pengetahuan

di Institusi Akademik. Skripsi,

Institut Teghnologi Bandung,

Bandung.

Mulyanto, Agus. 2012. Persepsi Dosen

Terhadap Urgensi Berbagi

Pengetahuan (Knowledge Sharing)

Di Perguruan Tinggi. Jurnal

Informatika, Universitas Islam

Negeri Sunan Kalijaga,

Yogyakarta.

Nazar, M Rafky. 2011. Bagaimanakah Knowledge Sharing Intention Antar Mahasiswa Akuntansi Di Internet.

Simposium Nasional Akuntansi

XIV, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.

Nelson, K. M. and J. G. Cooprider. 1996.

The Contribution of Shared

Knowledge to IS Group

Performance, MIS Quarterly, 20:4,

pp. 409-432.

Nunnally. 1967. Psychometric Methods.

(15)

O'Dell, C. and C. L. Grayson. 1998. If Only We Knew What We Know: The Transfer of Internal Knowledge and Best Practice.New York: Free Rahmawati, Ika. 2008. Peranan Motivasi

Intrinsik Terhadap Prestasi Belejar Bahasa Arab di Madrasah Aliyah

Wahid Hasyim Yogyakarta. Skripsi

Fakultas Ilmu Pendidikan,

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta.

Rappleye, W. C. 2000. Knowledge

Management: A Force Whose Time

Has Come, Conference Board

Magazine, January, pp. 59-66.

Robertson, M., J. Swan, and S. Newell. 1996. The Role of Networks in the

Diffusion of Technological

Innovation, Journal of Management

Studies,pp. 335-361.

Ruggles, R. 1998. The State of the Notion: Knowledge Management in Practice,

California Management Review,

40:3, pp. 80-89.

Ryan, R. M. and J. P. Connell. 1989. Perceived Locus of Causality and Intemalization: Examining Reasons for Acting in Two Domains, Journal

of Personality and Social

Psychology,57:5, pp. 749-761. Ryan Richard M., dan Edward L. Deci.

2000. Intrinsic and Extrinsic

Motivation: Classics Definition and

New Directions. Contemporary

Educational Psychology 25: 54-67 Schwartz, B. 1990. The Creation and

Destruction of Value, American

Psychologist,45:1, pp. 7-15.

Sekaran, Uma. 2006. Metodologi penelitian Untuk Bisnis. Buku 1&2. Jakarta: Salemba Empat.

Song, S. 2002. An Internet Knowledge

Sharing System, Journal of

Computer Information Systems,42:3, pp. 25-30.

Suganda, Haryono. 2008. Pengaruh

Motivasi Intrinsik Terhadap

Prestasi Akademik Mahasiswa

Fakultas Ekonomi Universitas

Katolik Soegijapranata Dengan

Motivasi Ekstrinsik Sebagai

Variabel Pemoderasi. Skripsi

Akuntansi, Universitas Katolik

Soegijapranata, Semarang.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2010. Populasi

dan Sampel Penelitian. Penelitian

Pendidikan, Universitas Negeri

Yogyakarta, Yogyakarta.

Suwarta, I Made. 2010. Implementasi Strategi Pembelajaran Kontekstual

Berbasis Masalah Dalam

Pembelajaran Komputer Akuntansi III Di Jurusan Akuntansi Politeknik

Negeri Bali. Jurnal Akuntansi,

Politeknik Negri Bali, Bali.

Szulanski, G. 1995. Unpacking Stickiness: An Empirical Investigation of the Barriers to Transfer Best Practice

Inside the Firm, Academy of

Management Journal, pp. 437-441. Vallerand, R. J. and R. Bissonnette. 1992.

Intrinsic, Extrinsic and

Amotivational Styles as Predictors of Behavior: A Prospective Study, Journal of Personality, 60:3, pp. 599-620.

Wiig. 1993. Knowledge Management

Foundations. _ : _

Yani, Fitri. 2010. Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, Dan Kecerdasan Spiritual Terhadap

Pemahaman Akuntansi. Jurnal

Akuntansi, Universitas Riau,

Pekanbaru.

Zahra, S.A., dan George,G. 2002.

Absorptive Capacity: A Review,

Reconcep-tualization, and

Extension, Academy of

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis minyak jarak pagar dengan menggunakan GC-MS menunjukkan bahwa senyawa aktif yang diduga sebagai larvasida Aedes aegypti adalah piperine yaitu suatu alkaloid

Interpretasi kuantitatif dilakukan untuk mengetahui geologi bawah permukaan dan pola persebaran aliran lumpur daerah Bujhel Tasek Bini dan Laki berdasarkan data potensial diri

Titrasi iodimetri adalah titrasi berdasarkan reaksi oksidasi antara iodin sebagai pentiter dengan reduktor yang memiliki potensial oksidasi lebih rendah dari

Oleh karena itu, pada penelitian ini peneliti mencoba mengang- kat judul Pengaruh Pemenuhan Nutrisi dan Tingkat Kecemasan dengan Proses laktasi pada Masa Nifas untuk

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan program Pendidikan Anak usia Dini di PAUD Mekar Indah Desa Poowo Barat Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango.

ANALISIS TINGKAT PENCEMARAN DAS CIKAPUNDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM MVSP 3.22 BERBASIS DATA MAKROBENTHOS.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Kelebihan model Think Pair Share (TPS) adalah: 1) Memiliki prosedur yang ditetapkan secara ekplisit untuk memberi sisa waktu lebih banyak untuk berfikir, menjawab,