• Tidak ada hasil yang ditemukan

FENOMENA KETAHANAN PANGAN PEMERINTAH YANG MEMPRIHATINKAN (TINJAUAN EKONOMI)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FENOMENA KETAHANAN PANGAN PEMERINTAH YANG MEMPRIHATINKAN (TINJAUAN EKONOMI)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

FENOMENA KETAHANAN PANGAN PEMERINTAH YANG MEMPRIHATINKAN (TINJAUAN EKONOMI)

Rr. Puruwita Wardani

Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya Email: itsdini@yahoo.com

ABSTRAK

Konsep ketahanan pangan Indonesia adalah berdasarkan Undang-Undang (UU) No.7 Tahun 1996 tentang pangan, Pasal 1 Ayat 17. Ketahanan pangan merupakan suatu konsep yang penting dalam membangun ketahanan ekonomi dan ketahanan nasional. Berbagai fenomena yang ada, seperti, kelangkaan pangan, kemiskinan semakin bertambah, harga gabah kering panen yang terus merosot karena petani kesulitan menjual gabahnya ke Bulog, serta diversifikasi pangan perlu diperhatikan oleh pemerintah. Dengan menganalisis ketahanan pangan dari aspek ketersediaan pangan (food availability), aspek stabilitas ketersediaan/ pasokan (stability of supplies), aspek keterjangkauan (access to supplies), dan aspek konsumsi (food utilization) diharapkan dapat membantu meningkatkan kesejahteraan petani guna mendukung tercapainya ketahanan pangan nasional.

Kata kunci: ketahanan pangan, aspek ketersediaan pangan, aspek stabilitas pasokan, aspek keterjangkauan, aspek konsumsi.

PENDAHULUAN

Ketahanan pangan merupakan faktor penting untuk pembangunan suatu negara. Ketahanan pangan mepunyai peran strategis dalam pembangunan nasional, antara lain akses terhadap pangan dan gizi yang cukup merupakan hak yang paling asasi bagi manusia, pangan memiliki peranan penting dalam pembentukan sumberdaya manusia yang berkualitas, dan ketahanan pangan merupakan salah satu pilar utama dalam menopang ketahanan ekonomi dan ketahanan nasional yang berkelanjutan (Mudrajad, Kuncoro, 2009:180).

Beberapa kebijakan ketahanan pangan telah dilakukan oleh pemerintah. Berikut ini adalah pokok-pokok kebijakan ketahanan pangan yang perlu diprioritaskan, yaitu pertama, mengembangkan sistem pengaturan perdagangan pangan yang adil; kedua, melakukan pengendalian konversi lahan; ketiga, meningkatkan produktivitas usaha pangan; keempat, peningkatan pengelolaan konsumsi pangan yang beragam, bergizi dan berimbang; kelima, meningkatkan mutu dan keamanan pangan; keenam, melakukan antisipasi terhadap dinamika perubahan iklim dan sumberdaya air; ketujuh, meningkatkan pengelolaan pertumbuhan penduduk; kedelapan, mengembangkan aliansi solidaritas masyarakat mengatasi kerawanan pangan (Mudrajad, Kuncoro, 2009:180).

Indonesia merupakan negara dengan iklim tropis yang memiliki kekayaan alam yang sangat luar biasa. Terdiri dari lautan yang luas serta pulau-pulau yang berjajar dari Sabang sampai Merauke yaitu sekitar 18.000 pulau, Indonesia memiliki potensi kekayaan laut yang sangat melimpah serta sawah dan ladang yang membentang luas

Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012

(2)

yang dapat ditanami berbagai tanaman serta lautan yang luas yang mengandung berbagai potensi kekayaan alam juga.

Muchtadi, Tien R. (2011:9) dalam Media Iptek mengatakan bahwa pertambahan jumlah penduduk yang semakin meningkat akan menyebabkan tidak selamanya persediaan pangan akan mencukupi kebutuhan penduduk. Pendapat tersebut memang sangat masuk akal. Bagaimana tidak, fenomena lahan pertanian yang semakin menurun namun jumlah penduduk yang semakin meningkat merupakan tantangan bagi pemerintah untuk memenuhi ketahanan pangan seluruh rakyat Indonesia. Fenomena yang ada pada saat ini justru semakin sedikit lahan pertanian yang membentang di bumi pertiwi ini. Harga beras bukannya semakin turun malah semakin naik dan kelangkaan pangan juga muncul.

Kesejahteraan petani dan nelayan juga penting diperhatikan oleh pemerintah. Petani sebagai pengelola lahan pertanian serta nelayan sebagai penyedia ikan baik laut maupun tambak, mempunyai peran yang besar dalam mewujudkan ketahanan pangan. Dukungan pemerintah, seperti subsidi pupuk, penetapan harga pembelian pemerintah (HPP), serta subsidi bahan bakar minyak untuk kapal nelayan, sangat diperlukan oleh para petani untuk mendukung tercapainya ketahanan pangan nasional.

Ketahanan pangan (food security) menurut Hariyadi et. al. (2001:2) terdiri atas aspek ketersediaan pangan (food availability), aspek stabilitas ketersediaan/ pasokan (stability of supplies), aspek keterjangkauan (access to supplies), dan aspek konsumsi (food utilization). Keempat aspek tersebut saling terkait untuk membentuk suatu ketahanan pangan yang kokoh. Makalah ini akan menganalisis fenomena ketahanan pangan dari keempat aspek ketahanan pangan tersebut serta bagaimana fenomena ketahanan pangan tersebut ditinjau dari segi ekonomi, sebagai masukan yang penting bagi pemerintah agar pangan sebagai hak asasi manusia dapat terpenuhi dan agar sumber daya manusia bangsa ini menjadi sumber daya yang unggul karena terpenuhinya gizi yang baik.

PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang diangkat adalah:

1. Bagaimana fenomena ketahanan pangan di Indonesia?

2. Bagaimana tinjauan ekonomi fenomena ketahanan pangan di Indonesia? PEMBAHASAN

Konsep ketahanan pangan yang dianut Indonesia dapat dilihat dari Undang-Undang (UU) No.7 Tahun 1996 tentang pangan, Pasal 1 Ayat 17 yang menyebutkan bahwa "Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan rumah tangga (RT) yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau" (Tambunan Tulus, 2008:1). Berdasarkan UU No. 7 Tahun 1996 tersebut dapat diartikan bahwa pemerintah sangat memperhatikan

Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012

(3)

ketahanan pangan di Indonesia yang dibuktikan dengan beberapa kebijakan yang dikeluarkannya.

Fenomena Ketahanan Pangan

Ketahanan pangan (food security) menurut Hariyadi et al. (2001:2) terdiri atas aspek ketersediaan pangan (food availability), aspek stabilitas ketersediaan/ pasokan (stability of supplies), aspek keterjangkauan (access to supplies), dan aspek konsumsi (food utilization). Berikut ini pembahasan fenomena ketahanan pangan tersebut.

Ketahanan pangan (food security) yang pertama adalah aspek ketersediaan pangan (food availability). Menurut The World Bank, Indonesia secara umum tidak memiliki masalah terhadap ketersediaan pangan, karena terdapat beberapa kebijakan kunci yang memiliki pengaruh terhadap ketersediaan pangan, yaitu larangan impor beras, upaya kementerian pertanian untuk mendorong produksi pangan, dan pengaturan BULOG mengenai ketersediaan stok beras (The World Bank, diakses 22 Mei 2012).

Namun, di beberapa daerah di Indonesia ternyata masih ada kelangkaan pangan sebagai makanan pokok daerah tersebut. Daerah Nusa Tenggara Timur yang merupakan satu dari delapan provinsi sentra jagung di Indonesia mengalami kelangkaan jagung bose yang berakibat harga jagung lebih mahal daripada beras (Kompas, 28 Maret 2012).

Nasi sebagai bahan makanan pokok sebagian besar penduduk Indonesia juga mengalami kelangkaan yang diakibatkan berkurangnya luas lahan pertanian dan digantikan dengan bangunan-bangunan, seperti perumahan dan pertokoan. Pemerintah sampai memberlakukan adanya diversifikasi pangan untuk mempertahankan ketahanan pangan penduduk Indonesia, namun apakah hal ini mudah diterima oleh sebagian besar penduduk Indonesia yang sehari-hari makan nasi? Fenomena ini terdapat di Depok dimana Pemerintah Kota Depok berniat mengembangkan program larangan memakan nasi dalam sehari (one day no rice) setiap Selasa untuk semua warga dan berusaha menggerakkan warga untuk menggali potensi pangan di luar nasi/diversifkasi pangan (Kompas, 16 Pebruari 2012). Prasyarat penting keberhasilan diversifikasi pangan, menurut Ali Khomsan, adalah membaiknya kesejahteraan, yaitu masyarakat menengah atas mengonsumsi nasi dalam jumlah yang lebih sedikit karena menu makan mereka sudah tidak didominasi oleh nasi dan diversifikasi adalah kesadaran yang ditunjang oleh kesejahteraan dan keteladanan, sehingga kemiskinan dan pengangguran juga harus segera diatasi (Khomsan, Ali, dalam Kompas 29 Pebruari 2012).

Ketahanan pangan yang kedua adalah aspek stabilitas ketersediaan/ pasokan (stability of supplies). Selama masa paceklik ataupun kekurangan stok beras, maka pemerintah mempertahankan ketahanan pangan dengan memasok melalui impor beras. Hal ini dibuktikan dengan adanya impor beras yang dilakukan Bulog seperti yang diungkapkan oleh Hatta Rajasa. Menurut Hatta Rajasa, Impor beras yang dilakukan Bulog memiliki kemampuan untuk membagikan raskin sebanyak 2 kali pada bulan Januari 2012 (Siregar, Dian Ichsan, Inilah.com). Hal tersebut memang dapat saja terjadi seperti yang dialami di Sulawesi Tenggara. Bulog di Sulawesi Tenggara terpaksa mendatangkan beras dari Sulawesi Selatan karena petani enggan menjual beras ke

Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012

(4)

Bulog dengan harga pembelian Rp 6.600 per kilogram karena yang diminta rata-rata adalah Rp 6.700 – Rp 6.800 per kg (Kompas 22 Maret 2012).

Ketahanan pangan yang ketiga adalah aspek keterjangkauan (access to supplies). Aspek keterjangkauan ini meliputi kecukupan sumberdaya, keterjangkauan secara sosial, demografik, dan fisik (Hariyadi et al., 2001:3). Aspek ini sebenarnya juga mendukung aspek stabilitas ketersediaan/ pasokan serta aspek-aspek yang lain. Dukungan dari aspek ini akan menunjang ketahanan pangan menjadi kokoh. Sebaliknya, masalah dalam aspek ini dapat menyebabkan petani merugi sehingga ketahanan pangan menjadi terguncang. Salah satu penyebabnya adalah merosotnya harga gabah karena mata rantai penjualan dari petani terlalu panjang yang berakibat sebagian keuntungan petani banyak dinikmati oleh pedagang perantara, selain itu terlambat penetapan harga pembelian pemerintah (HPP) yang baru juga berdampak pada harga gabah kering panen terus merosot karena petani kesulitan menjual gabahnya ke Bulog (Kompas, 28 Pebruari 2012).

Ketahanan pangan yang keempat adalah aspek konsumsi (food utilization). Aspek konsumsi ini meliputi kecukupan intake (diet), praktek hygiene, sanitasi, dan mutu (kesehatan) air. Aspek konsumsi ini melibatkan masalah mutu dari pangan yang dikonsumsi. Sebagai contoh mutu air yang kurang baik akan mengakibatkan pangan yang dikonsumsi tidak sehat sehingga dapat menimbulkan penyakit dan ketahanan pangan menjadi tidak tercapai.

Semua aspek ketahanan pangan tersebut harus dipertimbangkan dengan serius oleh pemerintah melalui kebijakan yang dikeluarkannya. Namun, beberapa kebijakan masih mengalami polemik, diantaranya adalah Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 Pasal 1 menyebutkan pertanian, perikanan, kehutanan sebagai urusan pilihan bukan urusan wajib. Peraturan ini, menurut Riyono Abdullah sebagai Sekjen DPP Perhimpunan Petani dan Nelayan Sejahtera Indonesia, mengartikan bahwa pemerintah tidak serius dalam mengurus pertanian dan perikanan sebagai pilar ketahanan pangan nasional dan urusan pangan hanya pilihan, bukan wajib (Suara Merdeka, 28 Pebruari 2012).

Tinjauan Ekonomi

Tinjauan ekonomi dapat dilihat dari kesejahteraan yang dirasakan petani. Kesejahteraan petani sangat dipengaruhi juga oleh laju inflasi yang terjadi di negara ini. Inflasi yang semakin tinggi mengakibatkan harga barang dan jasa juga naik. Jika petani pendapatan petani meningkat, maka petani dapat memenuhi/ membeli kebutuhan barang dan jasa sehingga dapat dikatakan petani tersebut sejahtera. Namun, jika petani tidak dapat memenuhi/ membeli kebutuhan barang dan jasa, maka dapat dikatakan bahwa petani tersebut belum sejahtera. Selain itu, kenaikan BBM juga tentu mempengaruhi inflasi. Jika BBM naik, maka harga-harga juga cenderung naik sehingga inflasi pun naik. Kenaikan juga dapat terjadi pada harga pupuk serta pestisida. Belum lagi, penguasaan lahan petani Indonesia sangat tidak merata karena sebanyak 53 persen dari 17,8 juta rumah tangga petani padi-palawija hanya menguasai lahan 0,5 hektar atau kurang yang berarti bahwa kelompok petani ini sangat rentan terhadap perubahan

Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012

(5)

pengeluaran dari mulai biaya transportasi sampai pada kebutuhan sehari-hari (Arifin, Bustanul, Kompas 2 April 2012). Dengan demikian, bagaimana bicara ketahanan pangan jika petani yang berada di garis depan pemenuhan pangan nasional terus terpinggirkan, serta bagaimana bicara menggenjot produksi jika insentif produksi absen, infrastruktur pertanian dibiarkan terbengkalai, inovasi teknologi nihil, alih lahan produktif terus terjadi, dan jarinagan distribusi kedodoran, serta bagaimana tidak rawan pangan jika petani dibiarkan bergulat sendiri menghadapi serangan hama, perubahan iklim ekstrem, tekanan renternir, dan regulasi yang tidak berpihak? (Tajuk Rencana, Kompas 10 Pebruari 2012).

Kebijakan impor pangan pemerintah bukannya membuat ketahanan pangan semakin baik malah sebaliknya yaitu rakyat miskin terus bertambah dan tetap kekurangan gizi karena pangan banyak dinikmati oleh kalangan atas. Mengapa justru rakyat miskin terus bertambah? Mari kita melihat dari sisi perikanan dan pertanian. Kalangan nelayan dan petambak di pantai utara Jawa Barat mendesak pemerintah menghentikan impor ikan karena selain menjatuhkan harga ikan tangkapan lokal, ikan impor juga berpotensi mematikan usaha nelayan dan pembudidaya (Kompas, 7 Maret 2012). Dari sisi pertanian, kita akan melihat para butik, yaitu buruh pemetik dan pembersih bawang merah di wilayah Brebes dimana saat ini para butik sulit memperoleh pekerjaan karena aktivitas perdagangan bawang merah di Brebes terpuruk akibat tergusur oleh bawang merah impor dari Vietnam (Kompas, 24 Maret 2012). Berbagai fenomena tersebut, dilihat dari tinjauan ekonomi, menghasilkan suatu gambaran bahwa ketahanan pangan sangat berhubungan dengan kesejahteraan petani serta dapat mengakibatkan bertambahnya angka pengangguran serta kemiskinan.

Pemerintah perlu membangun sarana dan prasarana untuk mendukung ketahanan pangan seperti misalnya pembangunan sarana dan prasarana budidaya ikan, baik ikan air tawar maupun air laut serta menjalin hubungan kemitraan, seperti usaha mikro dan kecil (UMK). Menteri Kelautan dan Perikanan, Sharif C. Sutardjo, mengatakan bahwa upaya menggenjot perikanan budidaya antara lain sertifikasi perbenihan dan pembudidayaan guna menghasilkan produk yang menganut jaminan mutu, mempercepat pembangunan dan rehabilitasi sarana dan prasarana budidaya, pengembangan kerjasama dan kemitraan dengan perbankan maupun lembaga pembiayaan lain (Kompas-online, 8 Juni 2012).

Fenomena-fenomena pembatasan konsumsi beras dan digantikan dengan konsumsi karbohidrat selain beras atau diversifikasi pangan memberikan arti bahwa konsumsi bahan pokok menjadi langka sehingga perlu dibatasi. Diversifikasi memang baik dan dapat mendukung ketahanan pangan nasional, namun budaya rakyat Indonesia untuk mengganti konsumsi beras dengan bahan pokok karbohidrat selain beras tidaklah mudah dan perlu waktu yang tidak singkat, sehingga diversifikasi pangan ini pun memerlukan kesiapan yang matang. Jadi kebijakan ketahanan pangan pemerintah harus dapat mendukung kesejahteraan petani dan nelayan agar petani dan nelayan dapat menggarap lahannya dengan baik sehingga hasil produksinya berlimpah dan berkualitas yang akhirnya dapat mendukung ketahanan pangan nasional. Dengan tercapainya ketahanan pangan nasional maka akan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi, iklim investasi dan pendanaan, baik oleh petani, nelayan, dan masyarakat.

Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012

(6)

KESIMPULAN DAN SARAN

Ketahanan pangan merupakan faktor penting untuk pembangunan suatu negara. Ketahanan pangan mepunyai peran strategis dalam pembangunan nasional. Kelangkaan pangan, kemiskinan semakin bertambah, harga gabah kering panen yang terus merosot karena petani kesulitan menjual gabahnya ke Bulog, serta diversifikasi pangan merupakan fenomena-fenomena yang ada di tanah air ini. Menurut tinjauan ekonomi, kesejahteraan petani sangat dipengaruhi oleh laju inflasi. Kenaikan harga BBM akan membuat harga-harga kebutuhan pokok naik, harga pupuk dan pestisida juga naik, sehingga inflasi juga menjadi naik.

Jika petani sejahtera, diharapkan petani dapat menggarap lahannya dengan baik dan penuh semangat sehingga hasil produksinya pun menjadi berlimpah dan berkualitas. Hasil produksi yang berlimpah dan berkualitas tersebut akan dapat mendukung ketahanan pangan nasional serta mendukung terciptanya pertumbuhan ekonomi, iklim investasi dan pendanaan yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Hariyadi, et al. 2001. Mewaspadai Jebakan Pangan (Food Trap), Suatu Pengantar. Rangkuman Hasil Diskusi Panel "Kebijakan Pangan untuk Menangkal Jebakan Pangan (Food Trap)". Hal. 1-7.

Kompas, 10; 16; 28; 29 Pebruari 2012. Kompas, 7; 22; 24; 28 Maret 2012. Kompas, 2 April 2012.

Kompas-online, 8 Juni 2012.

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2012/06/08/18561533/Perikanan.Budida ya.Digenjot.untuk.Ketahanan.Pangan. Diunduh tanggal 13 Juni 2012.

Kuncoro, Mudrajad. 2009. Ekonomika Indonesia: Dinamika Lingkungan Bisnis di Tengah Krisis Global. Yogyakarta: UPP STIM YKPN Yogyakarta.

Muchtadi, Tien R. 2011. Ketahanan Pangan dan Kebutuhan Indonesia. Media Iptek. Edisi 3/ Mei-Juni 2011. Hal. 9-10.

Pangan untuk Indonesia. The World Bank.

http://siteresources.worldbank.org/INTINDONESIA/Resources/Publication/280

016-1106130305439/617331-1110769011447/810296-1110769073153/feeding.pdf Diakses tanggal 22 Mei 2012 jam 7:23.

Siregar, Dian Ichsan. 2012. Inilah Kebijakan Pangan di 2012. http://ekonomi.inilah.com/read/detail/1817664/inilah-kebijakan-pangan-di-2012 diunduh tgl 14 Mei 2012 jam 12:28.

Suara Merdeka, 8 Pebruari 2012.

Tambunan, Tulus. 2008. Ketahanan Pangan di Indonesia, Mengidentifikasi Beberapa Penyebab. http://www.kadin-indonesia.or.id/enm/images/dokumen/KADIN-98-3024-01082008.pdf diakses tanggal 22 Mei 2012. Jam 7:39.

Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012

Referensi

Dokumen terkait

1) Normal probability plot of the studentized residuals to check for normality of residuals. 2) Studentized residuals versus predicted values to check for constant error. 3)

Kos sewaan lori termasuk pemandu tidak termasuk bayaran tol pergi dan balik serta tiada perkhidmatan mengangkat barang... Sewaan lori bergantung kepada

The alpha toxin, (phospholipase C) is believed to be a key to the occurrence of Clostridial necrotic enteritis (CNE). The best known predisposing factor is mucosal damage, caused

Dana Desa yang telah ditetapkan dalam APBN tidak mengalami perubahan walaupun terdapat perubahan APBN. Setelah mendapat persetujuan DPR, anggaran Cadangan Dana Desa

Penampilan Sangat rapi, kostum sesuai dengan acara, tidak gugup, gesture mendukung penjelasan, menguasai panggung dan audiens. Rapi, kostum sesuai dengan acara, tidak

Interferensi tersebut dapat dikurangi dengan menggunakan kontrol daya, oleh karena itu penggunaan kontrol daya akan berpengaruh terhadap kapasitas sistem forward link

Sedangkan hubungannya dengan Pasal 37 A khususnya ayat (3), bahwa sistem pembalikan beban pembuktian menurut Pasal 37 berlaku dalam hal pembuktian tentang sumber (asal)

Once HUVECs were seeded onto both untreated and surface treated and coated PAN fibrous scaffolds in presence of fibrin, cell attachment and proliferation were evaluated at day 1