• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Aspek Teknis

Pembukaan atau persiapan lahan

Pembukaan atau persiapan lahan merupakan kegiatan untuk mempersiapkan tanah tempat tumbuh tanaman tebu sehingga kondisi fisik dan kimia tanah menjadi media perkembangan perakaran tanaman tebu sehingga tebu dapat tumbuh secara optimal juga dapat menekan pertumbuhan gulma tentunya. Kegiatan tersebut terdiri atas beberapa jenis yang dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan kronologis.

Pada prinsipnya, persiapan lahan untuk tanaman baru (PC) dan tanaman bongkaran baru (RC) adalah sama tetapi untuk PC kegiatan persiapan lahan tidak dapat dilaksanakan secara intensif. Hal tersebut disebabkan oleh tata letak petak kebun, topografi maupun struktur tanah pada areal yang baru dibuka masih belum sempurna sehingga kegiatan mesin/peralatan di lapang sering terganggu. Pada areal tersebut masih terdapat sisa – sisa batang/perakaran yang dapat mengganggu operasional mesin di lapang. Ukuran petak disesuaikan dengan keadaan lahan yang dibatasi oleh jalan produksi dan jalan kebun.

a. Pengolahan tanah

Pengolahan tanah dilakukan agar aerasi tanah menjadi lebih baik dengan kata lain tanah tersebut menjadi lebih gembur agar pertumbuhan tebu jadi lebih baik. Pengolahan tanah pada PG Madukismo di bagi lagi menjadi tiga bagian yaitu pembajakan, penggaruan, dan kairan.

(2)

Pembajakan. Pembajakan bertujuan untuk membalikan tanah serta memotong sisa – sisa kayu dan vegetasi awal yang masih tertinggal. Pembajakan yg dilaksanakan di PG ini hanya pembajakan I dan tidak dilakukan pembajakan II. Peralatan yang digunakan adalah traktor 80 HP 4 WD atau 120 HP 4 WD dengan implement bajak piring (HD Disc Plough) empat piringan atau menggunakan 150 HP 4 WD dengan implement bajak piring lima piringan. Pembajakan dilakukan merata di seluruh areal dengan kedalaman diusahakan lebih dari 30 cm dan arah bajakan menyilang/tegak lurus barisan tanaman tebu.

Penggaruan. Kegiatan penggaruan dilakukan setelah tanah selesai di bajak dengan sistem pembajakan I. Penggaruan dapat dikatakan hampir sama dengan pembajakan I namun bedanya ada pada arah dimana alur penggaruan tersebut berlawanan/ tegak lurus dengan pembajakan atau sama halnya sejajar dengan arah juringan. Selain itu piringan yang digunakannya pun berbeda yang disesuaikan dengan fungsinya yang berbeda juga. Adapun tujuan dari penggaruan ialah untuk memecah bongkahan tanah hasil pembajakan yang besar-besar membentuk gumpalan lalu meremahkan tanah tersebut. Pada areal RC, penggaruan bermaksud untuk mematikan tunggul maupun tunas tanaman tebu. Penggaruan dilaksanakan merata pada seluruh areal dengan menggunakan alat Baldan Harrow yang ditarik oleh traktor 110 HP.

Pembuatan alur tanam/kairan. Pembuatan alut tanam/kairan merupakan kegiatan untuk mempersiapkan tempat bibit tanaman tebu. Alur tanam di buat menggunakan Wing Ridger dengan kedalaman lebih dari 30 cm dan jarak dari pusat ke pusat adalah 1 m. Pembuatan alur tanam dilaksanakan setelah pemancangan ajir. Traktor berjalan mengikuti arah ajir sehingga alur tanam dapat lurus atau melengkung mengikuti arah kontur. Arah kairan harus sedikit menyilang dengan kemiringan tanah agar memudahkan drainase petak dan memudahkan pada pelaksanaan transportasi tebu. Pada daerah miring, arah kairan ditentukan sesuai dengan arah kemiringan petak (kemiringan 2%) sedangkan pada lahan dengan kemiringan lebih dari 5% dibuat teras bangkun (Contour Bank). Kapasitas kerja adalah sekitar 1 ha/jam.

(3)

b. Pembuatan got

Tujuan utama dari pembuatan got adalah menyediakan saluran drainase air dan irigasi air. Pembuatan got terdiri dari tiga macam yaitu got malang, got mujur, dan got keliling. Got malang berfungsi untuk menampung kelebihan air dari juringan, dan menurunkan permukaan air tanah. Arah got malang tegak lurus dengan arah juring. Kedalaman got malang yaitu 60 cm dengan lebar 50 cm. Jarak antar got malang sekitar 10 m. Got mujur berfungsi menampung kelebihan air dari got malang. Arah got mujur tegak lurus dengan got malang atau searah dengan juringan. Ukuran got mujur adalah dalam70 cm dan lebar 50 cm. Got keliling merupakan got-got yang mengelilingi sesuai bentuk kebun. Got keliling berfungsi menampung kelebihan air dari got-got di dalam kebun. Ukurannya adalah dalam 80 cm dan lebar 50 cm. Berikut adalah gambar got yang sudah dibuat di kebun Kembaran Bantul.

Gambar 2. Got mujur

Pengadaan bahan tanam

Varietas yang dikembangkan di PG Madukismo ada berbagai macam yaitu PS-864, PS-862, BL (Bulu Lawang) dan lainnya. Bahan tanam atau yang biasa di sebut dengan bibit ini terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu masak awal, masak tengah, dan masak akhir. Penentuan komposisi bibit secara umum dikaitkan dengan tingkat kemasakannya, masa tanam, iklim, kondisi lahan serta lamanya musim giling. Varietas yang di tanam diharapkan mempunyai kriteria :

- Mempunyai potensi kuintal tebu dan rendemen tinggi - Mempunyai tingkat kemurnian tinggi (>90%)

(4)

- Bebas hama dan Penyakit

- Mempunyai daya kecambah tinggi

- Tahan terhadap kekeringan dan kepras serta tidak roboh.

Bibit yang tersedia di PG Madukismo berasal dari P3GI (Pusat Penelitian dan Pengembangan Gula Indonesia) yang dikelola oleh BST (Bina Sarana Tani). Prosedur penyediaan bibit PG Madukismo melalui empat jenjang yang berurutan. Mulai dari kebun bibit pokok utama yang bibitnya dari P3GI lalu diserahkan ke PG Madukismo berupa kebun bibit pokok (KBP). Setelah pertumbuhan enam bulan akan di tebang dan ditanam kembali menjadi Kebun Bibit Nenek (KBN). Dari KBN maka akan dilanjutkan tebang dan tanam kembali ke kebun bibit induk (KBI) lalu kebun bibit datar (KBD) hingga yang terakhir adalah KTG (Kebun Tebu Giling) dimana penebangan tebu di KTG ini langsung di giling ke pabrik. Penebangan bibit untuk kembali ditanam di kebun bibit berikutnya dilakukan pada umur 6 bulan. Kegiatan menanam tebu dari bibit bagal meliputi kegiatan penebangan bibit, angkut dan bongkar bibit, pengeceran dan klentek bibit serta pemotongan bibit.

a. Tebang bibit

Penebangan bibit masing-masing dilakukan setelah umur tebu mencapai enam bulan. Jumlah bibit yang di tebang harus disesuaikan dengan kebutuhan jenjang bibit selanjutnya. Pada kebun bibit berbeda dengan kebun tebu giling dalam hal pengklentekan. Kebun bibit tidak perlu dilakukan pengklentekan karena akan ditanam lagi. Tebang bibit menggunakan alat golok tebang/arit. Seperti halnya dengan kebun tebu giling, penebangan bibit juga diusahakan TMT (tebang mepet tanah) dan bagian pucuknya dipotong sebatas satu ruas dari titik tumbuh. Tebu yang sudah di tebang baru diikat untuk mempermudah dalam pengangkutan. Biasanya satu ikatan terdiri atas 20-25 batang. Prestasi kerja mahasiswa 0.007 ha/HOK dan prestasi kerja buruh 0.017 ha/HOK.

(5)

Gambar 3. Tebang bibit

b. Angkut dan bongkar bibit

Tebu yang sudah diikat selanjutnya di angkut ke atas truk yang nantinya akan di tanam kembali di kebun bibit jenjang berikutnya ataupun di kebun tebu giling. Truk yang digunakan berkapasitas angkut tebu 7-8 ton. Setelah bibit diangkut truk dan dibawa ke lokasi selanjutnya maka segera dilakukan pembongkaran bibit dari truk ke lahan untuk selanjutnya diecer. Biasanya kegiatan ini dilakukan sehari sebelum penanaman.

Gambar 4. Angkut bibit yang sudah dipanen

c. Pengeceran dan klentek bibit

Pengeceran bibit merupakan kegiatan menempatkan bibit – bibit tebu yang akan ditanam ke beberapa bagian tempat atau blok di sekitar kebun untuk mempermudah proses penanaman. Selanjutnya bibit di klentek sampai bersih. Pengklentekan adalah kegiatan membuang kotoran yang di sebut klaras atau daun kering yang menempel di batang tebu. Pengklentekan dilakukan secara manual

(6)

agar tidak terjadi kerusakan pada mata tunas. Klentek dilakukan di lokasi penanaman dan setelah di klentek bibit tersebut langsung di tanam agar tunas tidak terlalu lama tersinari matahari.

Gambar 5. Pengklentekan bibit tebu

d. Pemotongan bibit

Bibit yang sudah bersih dari hasil pengklentekan akan di potong menjadi beberapa bagian yang di sebut bagal. Satu bagal bibit terdiri dari dua mata tunas. Pemotongan bibit dibuat melintang/diagonal dari kiri atas ke kanan bawah untuk mempermudah pemotongan sehingga menghindari pecahnya mata tunas saat pemotongan. Pada satu juring di lahan ditanami sebanyak 35 bagal dengan satu bagal terdapat dua mata tunas. Sedangkan dalam 1 ha rata-rata dibuat 1,000 juringan sehingga kebutuhan bibit per hektar sebanyak 35,000 bagal.

Gambar 6. Pemotongan bibit bagal

Bagi bibit itu sendiri memiliki standar mutunya. Standar mutu inilah yang akan menjadi patokan baik atau tidaknya dan layak atau tidaknya bibit tersebut di

(7)

tanam. Berhubung dengan pernyataan bahwa produktivitas yang baik berawal dari bibit yang baik pula maka dalam hal pembibitan harus benar-benar diperhatikan. Pada Tabel 6 disajikan standar mutu kebun bibit PG Madukismo.

Tabel 6. Standar mutu bibit tebu

Kriteria Keterangan

Kualifikasi bibit Bina/Non bina yang telah direkomendasikan. Sumber bibit asal Kebun bibit yang bersertifikat

Umur bibit 6-8 bulan

Mutu bibit - Segar (tidak berkerut dan tidak kering)

- Mata tunas masih dorman dan masih segar/tidak rusak

- Belum tumbuh akar pada lingkaran cincin stek - Diameter batang normal/tidak mengalami stagnasi

pertumbuhan (panjang ruas 15-20 cm,diameter batang >2 cm

- Bibit sehat (serangan hama penyakit ada di bawah ambang batas toleransi)

Kemurnian varietas KBPU/KBP harus bebas dari campuran varietas lain Kesehatan tanaman - Serangan penggerek pucuk kurang dari 5%

- Serangan penggerek batang kurang dari 2% - Serangan penyakit noda daun (karat daun, daun

hangus, noda kuning) kurang dari 10% Sumber : Bina sarana tani PG Madukismo, Bantul (2012)

Persiapan tanam dan penanaman

Pada persiapan penanaman ini terlebih dahulu sudah tersedianya alat yang biasa digunakan untuk memotong bibit yaitu golok. Sebelum digunakan, golok harus dicelupkan kedalam disinfectan yang merupakan campuran dari ethanol secukupnya dan air sekitar satu ember yang bertujuan untuk membunuh bakteri pada golok tersebut. Setelah golok sudah steril baru bisa digunakan untuk memotong bibit tebu. Pemotongan bibit tebu dilakukan sekitar dua mata tunas dengan arah pemotongan yang horizontal dari kiri atas ke kanan bawah. Golok yang telah di pakai harus dimasukan ke dalam ember campuran ethanol agar kesterilan tetap terjaga.

(8)

a. Pembuatan kasuran

Pembuatan kasuran adalah memasukan sedikit tanah yang sudah gembur ke dalam lubang tanam. Fungsi dari kasuran ini adalah untuk mengoptimalkan dalam perangsangan pertumbuhan akar. Pembuatan kasuran dilakukan dengan cara manual menggunakan cangkul.

b. Penanaman bibit

Pada satu juringan bibit yang di tanam rata-rata sebanyak 35 bibit dengan masing-masing bibit dua buah mata tunas. Penanaman dilakukan dalam urutan zig-zag ( over lapping ) seperti pada gambar 7. dan bagian ujung awal dan ujung akhirnya ditambahkan lagi satu bibit sejajar dengan bibit yg sebelumnya ( double planting ) di tanam untuk mengantisipasi bibit yang satunya tidak tumbuh. Agar produktivitas meningkat dan hubungan semakin baik antara pola tanam varietas, sistem pengairan dan drainase, serta jenis tanahnya maka dapat disesuaikan dengan Tabel 7.

Tabel 7. Kesesuaian varietas terhadap tipologi wilayah.

Tipologi Wilayah Pola Tanam Varietas

Jenis Tanah Status Pengairan Status Drainase

Awal Musim Kemarau (Pola I)

Awal Musim Penghujan (Pola II) B P L PS 851; PS 863; PS 864; PS 921; PS 951 - B P J PS 864; PS 921; PS 951 - B H L - PS 864; PS 951 B H J - PS 864; PS 921 R P L PS 851; PS 862; Bululawang - R P J PS 864; PS 921 - R H L - PS 851; PS 864

Keterangan : B = (berat dengan kadar lempung tinggi)

R = (ringan dengan kadar lempung rendah-sedang) P = (tersedia air cukup dari irigasi/pompa),

R = (tadah hujan dan atau ada pengairan yang tidak memadai),

L = (drainase lancar pada musim hujan), J (drainase kurang baik pada musim penghujan)

(9)

Gambar 7. Penanaman secara over lapping

c. Pengairan

Pengairan bertujuan untuk meningkatkan kelembaban tanah, mempermudah penanaman, merangsang perkecambahan bibit sehingga diharapkan pertumbuhan bibit yang merata. Tebu merupakan tanaman yang butuh air tapi tidak boleh terlalu banyak juga/tergenang karena akan mengakibatkan kebusukan pada bibit. Pengaturan pengairan sangat penting dan disesuaikan dengan kebutuhan air bibit.

d. Penutupan bibit

Penutupan bibit adalah kegiatan terakhir dari penanaman bibit. Penutupan bibit menggunakan tanah yang gembur agar tunas mudah tumbuh. Penutupan bibit ini dilakukan agar mata tunas tidak rusak, mencegah kehilangan air dan menjaga kelembaban pada bibit. Kegiatan ini dilakukan dengan menggunakan cangkul.

(10)

Pemeliharaan tanaman pertama

Pemeliharaan tanaman sangat penting dilakukan guna mendapatkan hasil yang optimum. Kegiatan pemeliharaan tanaman yang dilakukan di PG. Madukismo diuraikan di bawah ini.

a. Penyulaman

Kegiatan penyulaman bertujuan untuk menggantikan bibit tebu yang tidak tumbuh, baik pada tanaman baru maupun tanaman keprasan agar diperoleh populasi tebu yang optimum. Penyulaman dilakukan oleh tenaga kerja borongan. Penyulaman dilakukan tiga minggu setelah tanam bibit. Bibit sulaman diletakkan di pinggir petak sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan. Selain menggunakan bibit sulaman dapat juga dilakukan dengan memindahkan rumpun.

Gambar 9. Bibit tebu dederan

b. Pemupukan

Pemupukan bertujuan untuk memberikan tambahan unsur-unsur hara yang diperlukan oleh tanamna tebu dalam jumlah yang cukup dan berimbang. Pemupukan pada PC (Plant Cane) dan RC (Ratoon cane) memiliki dosis yang sama. Pemupukan yang dilakukan tahun kemarin sebesar 5:5 yaitu 5 ku/ha ZA dan 5 ku/ha Phonska sedangkan untuk tahun ini dosis pemupukan sebesar 6:4 yaitu 6 ku/ha ZA ( Kandungan N:S = 21:24) dan 4 ku/ha Phonska (Kandungan N : P2O5 : K2O : S = 15:15:15:10). Selain pupuk ZA dan Phonska, PG Madukismo

(11)

mengaplikasikan pupuk organik yang berasal dari blotong yang dicampur Zeolit. Pupuk organik ini dinamakan pupuk madros.

Pupuk diaplikasikan sebanyak dua kali agar lebih efisien dan disesuaikan dengan masa tumbuh yang terdiri atas pemupukan I dan pemupukan II. Pemupukan organik/blotong diaplikasikan saat dua minggu setelah tanam dengan dosis 11 ku/ha. Aplikasi pupuk dilakukan dengan cara di sebar secara manual di atas permukaan tanah dan setelah itu ditutup oleh tanah agar pupuk tidak menguap.

Gambar 10. Pemupukan madros

c. Pengendalian gulma

Pengendalian gulma adalah kegiatan untuk menghilangkan/ memberantas (mematikan) gulma dari petak tanaman tebu guna mengurangi persaingan dalam memenuhi kebutuhan air, unsur hara dan sinar matahari. PG. Madukismo melakukan dua jenis pengendalian gulma, yaitu pengendalian secara manual dan pengendalian secara kimiawi.

Pengendalian secara manual dilakukan dengan mencabuti gulma-gulma yang tumbuh di sekitar tanaman tebu atau bisa juga dengan mencangkul tanah dan membalikan tanah. Pengendalian gulma secara manual dilakukan apabila serangan gulma tidak terlalu besar dan masih bisa diatasi. Pengendalian gulma secara manual yang dilakukan oleh mahasiswa memiliki nilai prestasi kerja sebesar 0.02 ha/HOK dan prestasi kerja buruh 0.031 ha/HOK.

(12)

Pengendalian gulma secara kimiawi dilakukan dengan pengaplikasian herbisida. Herbisida yang biasa diberikan adalah Amegras dan Sidamin. Pengendalian gulma secara kimiawi dilakukan apabila gulma sudah banyak yang tumbuh dan tidak bisa dilakukan secara manual lagi. Adapun jenis dan dosis herbisida dapat dilihat pada Tabel 8 dan beberapa gulma dominan yang tumbuh di lahan wilayah kerja PG Madukismo baik dari kelas daun lebar, daun sempit, maupun teki dapat di lihat pada Tabel 9.

Tabel 8. Aplikasi jenis dan herbisida musim tanam 2011/2012.

Merk Herbisida Bahan Aktif Dosis (l/ha)

Amegrass 80 WP Ametrin 80% 1.5

Sidamin 865 AS 2,4D Dimethye Amina 865 1 Sumber : Bina sarana tani PG Madukismo, Bantul (2012)

Tabel 9. Data Gulma Dominan di Wilayah PG Madukismo

Jenis Gulma Nama Gulma

Berdaun sempit Cynodon dactylon L. Berdaun lebar Portulaca oleracea L.

Teki-tekian Cyperus rotundus L.

Sumber: Bina sarana tani PG Madukismo, Bantul (2012)

Aplikasi herbisida tentunya harus disesuaikan dengan kondisi gulma-gulma yang tumbuh di lahan. Pengendalian gulma-gulma dilakukan pada saat tebu berumur 3-4 bulan karena setelah berumur 4 bulan tajuk tebu sudah menutupi lahan sehingga pertumbuhan gulma relatif lebih rendah.Namun pada saat pratumbuh pun (tiga hari sebelum tumbuh) lahan disemprotkan herbisida jenis Glifosat. Penutupan tanah harus diperhatikan karena pada saat pengaplikasian herbisida ini bagal tidak boleh terkena cairan Glifosat. Jenis herbisida Sidamin yaitu untuk gulma berdaun lebar sedangkan jenis herbisida Amegras yaitu untuk gulma berdaun sempit.

d. Pendangiran (kultivasi)

Kegiatan kultivasi bertujuan untuk mengendalikan/mematikan gulma dan benih gulma dalam tanah, meratakan permukaan tanah terutama untuk tanaman

(13)

kategori replanting, memutuskan perakaran pada tebu keprasan dan untuk meningkatkan aerasi perakaran tebu.

e. Pembumbunan

Pembumbunan adalah suatu kegiatan memindahkan tanah yang berada dipinggiran tanaman tebu ke barisan tanaman tebu/titik pertumbuhan tebu. Pembumbunan biasa disebut juga tambah tanah. Pembumbunan dilakukan sebanyak tiga kali. Pembumbunan I dilakukan untuk merangsang pertumbuhan anakan dan sebagai penutup pupuk juga serta untuk menekan pertumbuhan gulma. Pembumbunan II dilakukan untuk merangsang pertumbuhan akar dan menekan pertumbuhan anakan tersier dan kuarter. Pembumbunan III dilakukan untuk merangsang pertumbuhan akar dibagian ruas atas dan melancarkan aliran air hujan. Prestasi kerja mahasiswa 0.021 ha/HOK dan prestasi kerja buruh 0.053 ha/HOK.

f. Pengklentekan

Klentek adalah kegiatan membuang klaras atau daun kering yang masih menempel di batang tebu. Kegiatan ini bertujuan untuk menghasilkan tebu yang bersih, karena klaras ini merupakan sampah yang akan menurunkan rendemen apabila ikut terbawa gilingan. Selain itu dengan pengklentekan juga dapat menekan perkembangan hama dan penyakit, memperkokoh batang tebu, memperbaiki aerasi udara, memperbanyak masuknya sinar matahari dan mempermudah pelaksanaan tebang. Pengklentekan pada KTG dilakukan sebanyak tiga kali. Prestasi kerja mahasiswa 0.031 ha/HOK dan prestasi kerja buruh 0.075 ha/HOK.

g. Pengendalian hama dan penyakit

Serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) merupakan salah satu faktor pembatas dalam peningkatan produksi pertanian. Jika hama dan penyakit tidak dikendalikan maka akan menurunkan produktivitas tebu. Baik hama maupun penyakit keduanya berpengaruh terhadap hasil. Pengendalian hama dan penyakit tanaman berkembang sangat cepat pada beberapa dekade terakhir. Konsep

(14)

konvensional pengendalian hama dan penyakit dengan pestisida telah diganti dengan pengendalian hama terpadu.

Pengendalian hama di PG Madukismo dilakukan dengan cara manual, kimiawi, biologis, dan kultur teknis. Pengendalian dengan cara manual yaitu dengan mengambil satu per satu hama yang ada di tanaman tebu. Pengendalian secara kimiawi yaitu dengan menggunakan pestisida namun biasanya jika aplikasi pestisida terlalu berlebihan dan terus menerus dapat menyebabkan resistensi terhadap hama itu sendiri dan berdampak negatif pada kesehatan manusia. Terdapat tiga macam hama dominan yang menyerang tanaman tebu di PG Madukismo yaitu uret, penggerek pucuk tebu, dan penggerek batang tebu

Uret. Serangan hama uret terjadi pada bulan Januari – Juli setelah penerbangan serangga dewasa/ampal. Adapun ciri-ciri tanaman tebu yang terserang uret adalah daunnya menguning di musim kemarau dan akarnya habis dimakan uret sehingga menyebabkan tanaman mudah roboh. Serangan uret dikatakan berat apabila terdapat lebih dari empat ekor dalam satu rumpun tebu. Serangan uret dapat menurunkan hingga 50% bobot tebu dan 30% rendemen. Uret dapat dikendalikan melalui metode pengendalian hayati, kultur teknis dan pengendalian kimiawi. Pengendalian hayati dapat dilakukan oleh burung jalak atau kadal sebagai pemakan uret, tabuhan penggali ( Compsomeris sp. ) sebagai parasit uret dalam tanah dan jamur Metarhizium onisopliae sebagai jamur yang menyerang uret. Pengendalian kultur teknis dilakukan dengan manipulasi waktu tanam dan tebang serta pengolahan tanah secara intensif. Pengendalian kimiawi melalui carbofuran, pergiliran pestisida dan monitoring uret.

(15)

Penggerek pucuk tebu. Ciri-ciri tanaman yang terserang hama penggerek pucuk adalah deretan lubang gerekan melintang pada helaian daun, serangan lanjut akan menyebabkan mati puser. Pengendalian hama penggerek pucuk dapat dilakukan dengan pengendalian hayati dan pengendalian kimiawi. Pengendalian hayati dilakukan dengan mengembangbiakan dan melepaskan parasit telur Trichogramma Japonicum. Aplikasi ini dilakukan dua bulan sekali pada saat tebu berumur 2-4 bulan sedangkan pengendalian secara kimiawi menggunakan Carbofuran dan Fipronil.

Gambar 12. Hama penggerek pucuk tebu

Hama penggerek pucuk ini dikendalikan oleh pias dimana dalam satu hektar pias yang diaplikasikan sebanyak 20 lembar pias dengan sebaran secara acak. Pias dipasang di bawah daun tebu secara terbalik agar tidak terkena air apabila hujan (Gambar 13).

Gambar 13. Pemasangan pias

Penggerek batang tebu. Ciri-ciri tanaman yang terserang hama penggerek batang adalah bercak-bercak transparan berbentuk bulat-oval di daun.

(16)

Pengendalian hayati dilakukan dengan mengembangbiakan dan melepaskan parasit telur dari spesies Trichogramma nanum, Trichogramma minatum dan Trichogramma australicum sedangkan pengendalian secara kimiawi menggunakan Carbofuran, Profenofos dan Metidation.

Gambar 14. Hama penggerek batang tebu

Adapun penyakit yang biasa menyerang tanaman tebu di wilayah kerja PG Madukismo adalah Hangus daun/putih RSD yang disebabkan oleh jamur Stagonuspora. Salah satu varietas BL (masak akhir) biasanya di serang penyakit luka api. Namun serangan oleh penyakit tidak terlalu parah jika dibandingkan dengan serangan hama dalam hal menurunkan produktivitas tebu.

h. Pembuatan dan pemeliharaan saluran drainase

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengeluarkan air yang tergenang dari dalam keluar petak agar tidak menghambat pertumbuhan tanaman tebu. Saluran drainase dibuat pada saat pengolahan lahan untuk tanaman baru atau replanting. Pemeliharaan saluran drainase bertujuan untuk memelihara fungsi dari saluran drainase tersebut. Pemeliharaan ini dilakukan secara manual dengan menggunakan alat berupa cangkul.

Pemeliharaan tanaman keprasan

Tanaman keprasan atau ratoon cane adalah tanaman tahun kedua dan seterusnya. Tanaman ini dimulai setelah tanaman PC telah ditebang sampai tebangan-tebangan selanjutnya. Beberapa kegiatan budidaya yang dilaksanakan pada tanaman ratoon antara mulai dari pemeliharaan kebun setelah tebangan sampai pemanenan. Secara umum kegiatan pemeliharaan tanaman keprasan sama

(17)

dengan pemeliharaan tanaman tahunan pertama (PC). Berikut adalah berbagai kegiatan budidaya yang dilakukan pada tanaman keprasan (Gambar 15).

Gambar 15. Kegiatan budidaya tanaman keprasan

a. Bersih kebun

Bersih kebun adalah kegiatan membuang kotoran berupa daun tebu, pucuk tebu, gulma, atau batang tebu yang tertinggal setelah tebang. Kegiatan ini bertujuan mengupayakan sanitasi untuk mencegah berkembangnya hama dan penyakit. Bersih kebun dilakukan dengan cara manual. Kotoran kebun dikumpulkan kemudian dibakar.

b. Kepras

Kepras adalah kegiatan memotong sisa batang tebu yang telah dipotong pada saat pemanenan. Kegiatan ini bertujuan untuk merangsang inisiasi tunas baru sebagai bakal batang tebu RC. Pengeprasan dilakukan secara manual dengan memotong batang tertinggal tebu pada pangkal batangnya, sehingga tunas akan tumbuh dari mata tunas di bawah permukaan tanah agar tunas tumbuh normal dan kuat. Kegiatan pengeprasan dilakukan segera setelah tebang yaitu maksimal seminggu setelah tebang.

c. Potong akar

Potong akar adalah kegiatan memotong perakaran pada rumpun tebu untuk merangsang munculnya akar baru. Perakaran baru akan berguna dalam penyerapan unsur hara dan air yan efisien. Perakaran baru juga akan merangsang

Kegiatan pemeliharaan lain seperti tebu tahun pertama (PC) Potong Akar

Kepras Bersih kebun

(18)

pertumbuhan tunas keprasan. Kegiatan potong akar juga akan menggemburkan tanah sehingga dapat memperbaiki aerasi di daerah perakaran tanaman agar akar dapat berespirasi dengan baik. Kegiatan potong akar dilakukan secara manual menggunakan golok. Golok akan diayunkan di kedua sisi juringan untuk memotong perakaran tebu.

Tebang dan angkut

Tahapan kegiatan yang dilakukan menjelang panen adalah taksasi (Desember dan Maret), analisis kemasakan, tebang dan angkut.

a. Taksasi produksi

Taksasi produksi ialah cara atau langkah kerja yang dilakukan dalam memperkirakan besarnya produksi yang di capai. Kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan data berapa potensi tebu yang tersedia dan ton tebu per hektar. Perkiraan data tersebut akan menentukan rencana luas areal tebang, waktu pelaksanaan tebang, jumlah tenaga tebang, dan armada angkut serta persiapan alat tebang dan angkut. Hasil dari taksasi sering terjadi ketidaksesuaian namun dalam hal ini solusi yang dilakukan adalah dengan retaksasi atau dapat dikatakan pengulangan taksasi. Retaksasi dilakukan setelah giling periode ke-3. Adapun rumus taksasi produksi adalah:

Tidak semua tebu dilakukan perhitungan dalam satu kebun lahan yang dilakukan taksasi namun dengan sistem sampel. Sampel yang biasa digunakan adalah 10 rumpun tebu dan diambil dari tempat yang berbeda di satu areal kebun tersebut. Pabrik Gula Madukismo menerapkan dua macam taksasi dalam penentuan tebang angkutnya yaitu taksasi Desember dan taksasi Maret. Perhitungan di taksasi Desember lebih kasar/ masih bersifat umum jika dibandingkan dengan taksasi Maret. Hal ini dikarenakan perhitungan taksasi pada bulan Desember dilakukan hanya sebagai antisipasi pengadaan tenaga kerja dan armada truk. Biasanya perekrutan sudah dilakukan pada bulan ini supaya pada Produktivitas/ha = Rata-rata jumlah batang per juring x Rata-rata panjang batang x Rata- rata berat bobot batang per meter x Jumlah juring per hektar

(19)

saat musim giling tidak kekurangan sumber daya. Pada taksasi Maret ini sifat perhitungannya lebih akurat karena sudah mendekati masa giling. Pada taksasi ini jumlah tenaga kerja dan jumlah truk yang sudah dihitung pada taksasi Desember mulai benar-benar direkruit dan pasti akan dipakai oleh perusahaan.

b. Analisis kemasakan

Analisis kemasakan adalah kegiatan untuk menentukan tingkat kemasakan tebu. Tebu dikatakan masak dan layak tebang apabila nilai rendemen batang bawah hampir sama dengan nilai rendemen batang atas yaitu lebih dari sama dengan 14. Tujuan dari analisis kemasakan adalah untuk mengetahui tingkat kemasakan tebu sebagai dasar tebu layak tebang serta mengetahui potensi rendemen yang akan diperoleh oleh Pabrik gula. Hasil analisis kemasakan digunakan untuk pertimbangan dalam penyusunan jadwal tebang berdasarkan tingkat kemasakan tebu. Pada PG Madukismo itu sendiri dilakukan kegiatan analisis kemasakan dengan baik yaitu dengan langkah sebagai berikut:

1. Mencatat nama kebun, nomor petak tebang, jenis tebu, masa tanam, dan luas kebun.

2. Membersihkan batang tebu dari akar, mengklentek daunnya pada ujung titik tumbuh dan menghitung persentase ruas yang terserang hama penyakit.

3. Mengkur panjang batang, jumlah ruas dan diameter ruas.

4. Memotong batang tebu menjadi tiga bagian sama panjang sesuai.

5. Masing-masing bagian tebu yang sudah dipotong tersebut dibelah dua untuk mengetahui ruas yang terserang hama penggerek batang.

6. Masing-masing bagian batang ditimbang dan digiling untuk mendapatkan niranya.

7. Nira yang sudah didapat kemudian disaring dengan kertas saring dan sebelumnya nira ditambah dengan asam asetat dan aquades agar kotoran yang ada pada nira mengendap dengan mudah dan mempercepat proses penyaringan.

8. Setelah didapat nira jernih kemudian diukur nilai pol dan brix masing-masing bagian.

(20)

9. Menghitung FK (Faktor Kemasakan).

Faktor kemasakan merupakan nilai yang menyatakan tebu masak dimana syarat utamanya adalah tingkat rendemen tebu bagian atas hampir sama dengan tebu bagian bawah dan tengah. Tebu yang siap untuk dipanen yaitu memiliki nilai faktor kemasakan 25-30. Jika nilainya masih diatas nilai ini maka tebu belum siap untuk ditebang dan masih dapat menunggu supaya matang secara sempurna. Cara menghitung nilai faktor kemasakan adalah sebagai berikut.

10.Menghitung KP (Koefisien Peningkatan)

Koefisien peningkatan adalah nilai yang menunjukkan bahwa rendemen tebu masih meningkatkan atau sudah menurun. Jika nilai koefisien peningkatan masih berkisar pada nilai di atas 100 maka tebu masih dapat mengalami peningkatan kualitas. Cara menghitung nilai koefisien peningkatan adalah sebagai berikut:

11.Menghitung KDT (Koefisien Daya Tahan)

Koefisien daya tahan merupakan nilai yang digunakan untuk menunjukkan sudah layak atau tidaknya tebu untuk ditebang. Jika sampel memiliki nilai KDT yang berada di bawah 100 maka tebu harus segera ditebang. Cara untuk menghitung nilai koefisien daya tahan adalah sebagai berikut:

c. Pelaksanaan tebang angkut

Kegiatan akhir budidaya tanaman sekaligus proses kegiatan yang sangat berpengaruh terhadap hasil adalah pemanenan atau lebih dikenal dengan sistem

( ) ( )

(21)

tebang angkut. Tujuan dari kegiatan tebang angkut adalah mengambil tebu dalam jumlah yang optimal dari setiap petak tebang, mengangkut tebu dari petak tebang ke pabrik dengan tetap mempertahankan kadar gula dalam tebu. Mengingat tujuan dari tebang angkut tersebut maka kegiatan tebang angkut dapat dikatakan berhasil apabila dapat memenuhi kapasitas pabrik, kontinuitas pengiriman tebu ke pabrik, kehilangan hasil tebu baik di areal maupun di jalan minimal, kesegaran tebu terjaga dan penurunan kadar gula seminimal mungkin.

Pelaksanaan tebang angkut di PG Madukismo dilakukan secara manual dengan menggunakan alat tebas semacam arit. Tebu yang sudah di tebang akan dikumpulkan di beberapa bagian tertentu hingga menjadi tumpukan tebu sekitar 15-20 lonjoran batang dan di ikat oleh daun tebu. Seharusnya pengikatan lonjoran tebu menggunakan kulit tebu atas kulit bambu karena daun tebu tersebut termasuk ke dalam kategori trash yang dapat menurunkan rendemen jika masuk ke dalam gilingan tebu. Tak jarang dalam penebangannya pun masih banyak tebu tertinggal di lahan, salah satu contohnya yaitu berupa tunggul/tunggak seperti gambar di bawah ini.

Gambar 16. Tebu tertinggal di lahan berupa tunggak.

Urutan kerja dalam hal tebang angkut antara lain yaitu persiapan tenaga tebang dan armada truk serta penyusunan penjadwalan tebang angkut. Kedua hal tersebut harus diperhatikan agar tidak terjadi kelebihan atau kekurangan tebu yang akan diangkut ke pabrik untuk digiling.

a. Persiapan tenaga dan armada truk

Hal yang perlu diperhatikan dalam persiapan pemanenan tebu di PG Madukismo adalah penganggaran dana pemanenan, jumlah tenaga

(22)

tebang, dan jumlah armada pengangkut tebu (truk dan lori). Penganggaran dana pemanenan terdiri dari upah tenaga tebang, biaya operasional truk, dan segala sarana dan prasarana yang dibutuhkan saat penebangan. Kebutuhan tenaga kerja juga diperlukan untuk memperkirakan tenaga yang dibutuhkan supaya semua tebu dapat dipanen pada waktu yang telah ditentukan.

Pola pembiayaan tebang angkut sendiri didasarkan oleh rata-rata upah minimal di daerah masing-masing. Namun, PG. Madukismo memberi kebijakan dengan menyamakan upah pekerja rata-rata sebesar Rp 40.000/orang/hari. Upah tersebut diberikan dengan syarat pekerja atau penebang mulai menebang mulai dari jam 06.00-16.00 dengan batas minimal penebangan yaitu 10 kuintal/orang/hari.

Perhitungan jumlah tenaga kerja dan jumlah truk dapat dihitung dari total tebu dalam masa giling 2011 dibagi dengan kapasitas tebu yang dapat ditebang oleh satu penebang. Kapasitas tebang seorang penebang adalah 10 kuintal/orang. Kapasitas satu truk adalah 60 kuintal/truk, tetapi nilai ini akan bergantung juga pada keadaan lahan yang ditempuh dan kondisi fisik dari tebu.

Perhitungan tenaga tebang dan kebutuhan truk ditentukan/ ditetapkan setiap hari gilingnya. Perhitungan ini sangat terperinci mulai dari jumlah tenaga tebang , mandor tebang, sinder tebang dan jumlah truk yang dibutuhkan.

1. Perhitungan Tenaga Kerja

Diketahui : Kapasitas pabrik : 35,000 kuintal/hari Kapasitas tebang 1 tenaga tebang : 10 kuintal/orang

Jumlah Tenaga Kerja = 2. Perhitungan Rit

Diketahui : Kapasitas pabrik : 35,000 kuintal/hari Kapasitas angkut truk : 60 kuintal/truk

(23)

b. Penjadwalan

Penjadwalan merupakan kegiatan perhitungan yang dilakukan pada waktu sebelum dimulainya musim giling. Penjadwalan yang dimaksud adalah penjadwalan berapa banyak tebu yang akan dipanen, pembagian penebangan tiap harinya, pembagian orang dan truk dalam satu kebun, dan lain-lain. Jadwal ini didapatkan dari perhitungan taksasi Maret yang dilakukan oleh bagian BST (Bina Sarana Tani) dan disetujui oleh pimpinan. Dari perhitungan taksasi ini akan diperoleh pola giling dalam satu musim masa giling.

Aspek Manajerial

Bagian tanaman

Divisi bagian tanaman merupakan salah satu divisi di PG Madukismo yang bergerak di bidang perkembangan budidaya tanaman tebu dan pengelolaannya hingga sampai ke pabrik. Divisi ini di pimpin oleh seorang kepala bagian tanaman. Kepala Bagian Tanaman memiliki fungsi untuk membantu General Manager dalam melaksanakan kebijakan direksi dalam bidang-bidang berikut :

- Penanaman dan penyediaan bibit tebu

- Pemasukan areal Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI) - Penyuluhan teknis penanaman tebu

- Rencana tebang dan angkutan tebu

- Kegiatan lain yang menyangkut penyediaan supply bahan baku berupa tebu

- Memimpin seksi-seksi yang berada dalam bagiannya guna mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan perusahaan

Jajaran yang berada di bawah bagian tanaman ada sinder wilayah kebun dan mandor. Seorang mandor akan melaporkan hasil tugasnya kepada sinder dan seorang sinder memiliki tanggung jawab yang lebih besar dari mandor kepada kepala bagian tanaman.

(24)

a. Kemandoran

Pada bagian/divisi tanaman baik kemandoran maupun kesinderan (asisten kebun) dibagi menjadi tiga bagian yaitu mandor/sinder bibit, mandor/sinder tanaman dan mandor/sinder tebang. Secara keseluruhan tugas-tugas seorang mandor adalah sebagai berikut :

- Membuat perencanaan kebutuhan fisik dan biaya untuk pekerjaan yang akan dilakukan

- Menentukan jumlah karyawan yang diperlukan beserta keperluan biaya operasional dari setiap kegiatan yang akan dilakukan

- Mengawasi pekerja pada setiap kegiatan budidaya tanaman di lapangan - Menghitung kebutuhan bahan tanam (bibit), bahan kimia (pupuk,pestisida)

berdasarkan konsentrasi dan atau dosis yang telah ditetapkan. - Membuat analisis pada setiap kegiatan di lapang.

Kemandoran di PG Madukismo dibagi kedalam tiga bagian yaitu mandor bibit, mandor tanaman dan mandor tebang.

1. Mandor Bibit

- Menyiapkan produksi bibit untuk kebutuhan bibit di KTG yang harus tepat pola tanamnya.

2. Mandor Tanaman

- Membantu sinder tanaman dalam melakukan pemeliharaan terhadap tanaman tebu baik dari segi pemupukan hingga pengendalian gulmanya. 3. Mandor Tebang

- Membantu sinder tebang mengatur dan mengarahkan tenaga tebang sesuai dengan aturan tebangan yang ada.

b. Kesinderan

Seorang sinder di PG Madukismo menempati satu afdeling dengan luas sekitar 150-200 ha. Satu rayon terdapat lima orang sinder yang bertanggung jawab terhadap luas areal 1,300 ha. Satu orang sinder membawahi lima orang mandor dalam menyelesaikan tugasnya.

Secara keseluruhan tugas-tugas seorang sinder adalah sebagai berikut : - Melakukan kegiatan manajerial di tingkat bagian kebun

(25)

- Menyusun rencana kerja dan anggaran perusahaan - Membuat laporan kesinderan

- Melakukan pengelolaan dan pengawasan tenaga kerja

Sama seperti halnya dengan kemandoran, di dalam kesinderan pun dibagi ke dalam tiga bagian yaitu sinder bibit, sinder tanaman dan sinder tebang.

1. Sinder Bibit

- Mengawasi mandor bibit dalam penyediaan bibit. 2. Sinder Tanaman

- Mengatur dan mengarahkan mandor tanaman

- Melakukan penyuluhan bekerja sama dengan dirjenbun Yogyakarta ke berbagai daerah mengenai pentingnya menanam tebu.

3. Sinder Tebang

- Membantu CT atau Kepala Bagian Tebangan dalam melancarkan dan mengkondisikan tebu masuk sesuai kapasitas giling

- Mengatur dan mengarahkan mandor tebang dan kontraktor angkutan tebu.

Posisi mandor dan sinder pada bagian tanaman dapat di lihat pada Lampiran 5. Bersamaan dengan struktur organisasi di PG Madukismo untuk lebih jelasnya lagi.

Pengolahan Hasil Tebu

Tebu yang sudah ditebang harus segera didistribusikan ke pabrik. Tebu di PG Madukismo berasal dari berbagai daerah. Tebu ini dapat didistribusikan menuju pabrik menggunakan sarana angkutan berupa truk maupun lori. Berikut adalah beberapa tahap dalam pengolahan tebu menjadi gula.

Stasiun persiapan

Tebu yang masuk ke pabrik dilakukan pemeriksaan terhadap Surat Perintah Angkut (SPA) yang dibawa dan fisik tebu itu sendiri. Surat SPA dikeluarkan oleh sinder, merupakan staf pabrik yang bertugas di lapangan dan menjadi pemimpin bagi pendamping mandor tebang. Pemeriksaan fisik tebu yang

(26)

dilakukan berupa pengukuran brix menggunakan refraktometer dengan mengambil cairan tebu pada bagian tengah batang karena dianggap yang paling representatif dan pemeriksaan terhadap tebu apakah teu yang dibawa kotor, bersih atau terbakar.

Truk yang telah diperiksa dapat masuk ke timbangan bruto untuk diukur bobot kotornya dengan timbangan bruto. Bobot bruto merupakan bobot truk dan bobot tebu yang diangkut. Setelah ditimbang, tebu dipindahkan ke lori. Truk dengan kapasitas kecil akan ke tempat peralatan crane yang akan memindahkan tebu yang ada didalam truk ke satu gerbong lori sedangkan pemindahan untuk truk berkapasitas besar dilakukan secara manual. Hal tersebut dilakukan karena ukuran truk kecil sama dengan ukuran satu lori.

Terdapat dua sistem pengangkutan tebu ke gilingan, yaitu direct feeding dan indirect feeding. Pengangkutan tebu dengan truk dan setelah melakukan penimbangan muatan tebu dipindahkan ke dalam lori sehingga lori yang akan membawa tebu ke gilingan disebut indirect feeding. Pengangkutan tebu dengan truk langsung ke dalam gilingan tebu tanpa bantuan lori di sebut direct feeding. Setelah dilakukan pemindahan maka truk tersebut selanjutnya ke penimbangan tarra untuk ditimbang bobot truknya saja tanpa tebu sehingga didapat berat netto yaitu berat bruto dikurangi berat truk/tarra, dimana kita mendapatkan bobot tebu yang diangkut. Bobot netto inilah yang nantinya akan dibayarkan kepada pemilik tebu dengan dikonversikan ke harga rupiah.

Tebu yang telah dipindahkan ke lori kemudian ditarik oleh loko ke halaman tempat antrian tebu dimana sistem antriannya yaitu First In First Out (FIFO) sehingga tebu yang dahulu masuk daftar antrian maka tebu tersebut yang akan digiling terlebih dahulu. Sistem antrian ini dimaksudkan agar tebu yang menunggu untuk digiling tidak lebih dari 48 jam karena bila lebih dari itu maka akan terjadi penurunan rendemen yang besar sehingga akan memengaruhi kualitas dari hasil pengolahan dimana rendemen adalah kandungan gula dalam batang tebu. Selain itu, lori yang menunggu giliran untuk di giling ditempatkan di tempat yang pohon-pohonnya rindang agar tidak terkena matahari langsung, termasuk Cane Yard dilakukan penanaman pohon-pohon rindang. Hal ini dimaksudkan

(27)

untuk mencegah kontaminasi dari mikroorganisme karena sel-sel tebu akan mati karena terkena sinar matahari langsung.

Stasiun pemerahan

Stasiun pemerahan terdiri atas satu unit unigrator, tiga unit cane carrier (konveyor) dan lima unit gilingan. Unigrator sering dikenal sebagai hammer yang berfungsi untuk memecah tebu sehingga berukuran lebih kecil sehingga lebih mudah diperah. Cane carrier berfungsi untuk membawa tebu menuju unigrator dan sampai ke gilingan tebu. Lima unit gilingan masing-masing terdiri atas tiga roller berputar ditambah satu buah roller kecil untuk memudahkan tebu dan ampas masuk ke dalam putaran roller pemerah. Gilingan ini digerakkan dengan menggunakan tenaga dari turbin uap dan dibantu dengan pompa hidrolik untuk menambah kekuatan giling.

Tebu yang sudah berukuran lebih kecil dari unigrator masuk ke gilingan pertama. Gilingan pertama ini dihasilkan nira mentah dan ampas. Ampas dari gilingan pertama kemudian diangkut dengan garu (Intermediete carrier) menuju gilingan kedua. Pada gilingan kedua juga didapatkan nira dan ampas.Nira pada gilingan pertama dan kedua bergabung masuk ke dalam penyaring kasar. Ampas dari gilingan kedua diangkut kembali dengan garu menuju gilingan ketiga kemudian dilanjutkan dengan gilingan keempat dan kelima. Pada gilingan kelima dan keempat ditambahkan air imbibisi pada ampas yang berguna untuk melarutkan gula yang masih tersisa. Pemerahan yang dilakukan akan menghasilkan cairan nira yang lebih banyak dengan terikatnya gula dan kandungan air yang lebih tinggi.

Nira yang dihasilkan pada gilingan kelima akan dicampurkan ke ampas pada gilingan ketiga. Nira yang dihasilkan pada gilingan keempat akan dicampurkan ke ampas pada gilingan kedua. Pada pemerahan di gilingan 4 nira ditambahkan disinfektan sebelum dicampurkan ke ampas pada gilingan kedua dan nira yang dihasilkan pada gilingan ketiga dicampurkan dengan ampas pada gilingan pertama. Kemudian nira pada gilingan pertama dan kedua bergabung masuk ke dalam penyaring. Filtrate hasil penyaringan akan masuk ke dalam bak nira mentah.

(28)

Stasiun pemurnian

Stasiun pemurnian bertujuan untuk memisahkan bahan pengotor yang terlarut di dalam nira sehingga menghasilkan nira yang jernih dan bersih. Sebelum masuk ke pemurnian, nira hasil penggilingan di timbang terlebih dahulu dengan timbangan boulogne. Setelah melewati timbangan, nira masuk ke pemanas pendahuluan dengan suhu 75°C dan diusahakan tidak melebihi 100°C. Pemanasan dengan suhu tersebut dilakukan untuk menghindari kerusakan yang dapat terjadi pada monosakarida.

PG Madukismo menerapkan standar operasional untuk proses pemurnian. Stasiun pemurnian menerapkan proses liming (defekasi) dengan menggunakan susu kapur sedangkan proses sulfitasi menggunakan dengan menggunakan gas belerang. Proses liming dilakukan dengan menggunakan dua defecator sedangkan proses sulfitasi menggunakan satu tangki sulfiter dan satu tangki digunakan sebagai cadangan ketika terjadi kerusakan atau keperluan pembersihan.

Setelah nira dipanaskan pada pemanas I, nira dimasukan pada defecator I yang ditambahkan susu kapur (CaO) untuk mengikat bahan pengotor dalam nira dengan pengaturan pH hingga 7.2 (netral). Hal ini dimaksudkan agar tidak merusak bahan monosakarida yang rusak pada pH tinggi maupun sukrosa yang rusak pada pH rendah. Tangki defecator I dilengkapi dengan pengaduk yang didesain sedemikian rupa sehingga terjadi perputaran aliran di dalam tangki.

Nira dari defecator I dialirkan pada defecator II dengan pengaturan pH hingga 9.0-9.5. Pencampuran pada defecator I ini terjadi selama lima menit dan pencampuran pada defecator II selama dua menit. Nilai pH yang tinggi akan rentan terhadap suhu yang tinggi sehingga waktu tinggal nira pada defecator II diusahakan lebih singkat dari defecator I. Setelah melalui proses defekasi maka nira akan dialirkan ke sulfitir untuk mengikat kembali kotoran tersisa dalam nira setelah penambahan kapur, menetralkan kembali pH nira yang sebelumnya telah meningkat saat penambahan kapur di defecator II dan menghilangkan sisa kapur dengan penambahan gas SO2.

Hasil proses sulfitasi ini berupa nira encer yang ditampung sementara pada bak RWS sulfiter dengan tujuan untuk menyempurnakan setiap reaksi yang terjadi, memudahkan pengendapan, dan membunuh mikroba dalam nira.

(29)

Selanjutnya nira akan dialirkan ke dalam pemanas kedua untuk mempermudah reaksi pemurnian yang terjadi. Dalam pemanas kedua ini, gas-gas yang terdapat dalam nira encer akan dipisahkan sehingga memudahkan untuk mengendapkan CaSO3.

Stasiun evaporasi

Stasiun evaporasi bertujuan untuk menguapkan kandungan air dalam nira sebanyak-banyaknya hingga diperoleh nira kental dengan kadar brix yang tinggi. Evaporator menggunakan sistem quadruple effect(4 tingkat). Evaporator yang digunakan dalam proses hanya empat badan. Nira jernih yang masuk ke dalam evaporator badan I umumnya memiliki nilai brix +15% dan diusahakan agar nira kental yang dihasilkan 60% brix. Keempat badan evaporator menggunakan aliran udara panas dan nira secara sinambung dengan diikuti penurunan tekanan untuk menurunkan titik didih nira.

Stasiun pemasakan dan putaran

Stasiun pemasakan/kristalisasi bertujuan untuk menjenuhkan nira kental sehingga menghasilkan kristal-kristal gula agar mudah dipisahkan. Pemasakan dilakukan untuk meningkatkan nilai brix gula dari 60% menjadi 99%. Sistem masakan yang diterapkan di PG Madukismo menggunakan sistem masakan A-C-D (Triple Trap Boiling System). Sistem masakan tersebut menghasilkan gula produk SHS dari masakan A. Pada proses pemasakan, terdapat 12 pan pemasakan. Pan 1 dan 2 merupakan pan bibit produk pada pan pemasakan A yaitu pan 3,4, dan 5. Pan 6 dan 7 digunakan sebagai pan pemasakan C. Pan 8 digunakan sebagai pan bibit gula D sedangkan pan 9,10,11, dan 12 merupakan pan masakan D. Seluruh masakan akan dieri nira kental namun dengan sistem pengadukan,suhu, dan penambahan bibit yang berbeda maka akan dihasilkan kristal gula yang berbeda juga.

Stasiun penyelesaian

Stasiun penyelesaian merupakan kelanjutan dari penanganan gula kristal SHS. Gula kristal SHS akan melewati talang getar bawah dan kemudian diangkut

(30)

dengan menggunakan bucket elevator menuju talang getar 1.2 dan kemudian talang getar 3. Dari talang getar 3, gula diangkut kembali dengan menggunakan bucket elevator dan ditiupkan dengan uap kering setelah itu dijatuhkan ke konveyor menuju talang getar 4. Dari talang getar 4 menuju talang getar 5 dan getar 6 gula diangkut kembali dengan bucket elevator dan ditiupkan uap kering. Setelah itu gula dijatuhkan ke konveyor menuju talang getar untuk disaring agar ukurannya lebih seragam.

Pengemasan dan penggudangan

Sistem pengemasan produk gula di PG Madukismo dibedakan menjadi dua macam kemasan, yaitu kemasan curah dan kemasan eceran. Kemasan curah terdiri dari plastik sebagai kemasan primernya dan karung sebagai kemasan sekundernya. Kemasan curah yang biasa digunakan di PG Madukismo adalah kemasan untuk bobot 50 kg.

Gambar

Gambar 3. Tebang bibit
Gambar 6. Pemotongan bibit bagal
Gambar 8. Penutupan bibit
Gambar 11. Hama uret ( Lepidiota stigma F. )
+2

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) Kehilangan panas pada boiler Omnical dengan tiga jenis bahan bakar yang berbeda yang paling efisien

Menurut administrasi pembangunan, Kecamatan Cibiru dimasukkan ke dalam wilayah Bandung Timur Kecamatan ini terdiri atas 4 (empat) kelurahan, yaitu :.  Kelurahan Pasirbiru 

Validitas tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi yaitu validitas yang dilihat dari segi isi tes itu send iri sebagai alat pengukur

Program Studi :

Jika ada informasi yang dibutuhkan oleh Nita dan teman-temannya seperti informasi cara mengurus surat pindah, atau jika ada himbauan dari pihak desa, informasi tersebut

4 tanaman : tulang daun hijau, biji berwarna kuning, daun hijau pucat-KYs 87 tanaman : tulang daun hijau, biji berwarna merah, daun hijau pucat-Kys 145 tanaman : tulang daun

mengembalikan barang yang digelapkan ditentukan oleh nominal barang yang digelapkan, itikad dalam mengembalikan uang tersebut, keadaan psikis korban dan fakta hukum

Agama dalam pengertian seperti ini dapat dikatakan sebagai religi, sebagaimana yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat 9 bahwa tiap religi merupakan suatu sistem