Konsep Dasar Bayi Baru Lahir A. Pengertian
Bayi Baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37-42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram.
(Sinopsis Obstetri, EGC, Jakarta)
B. Ciri-Ciri Bayi Normal 1. BB 2500 – 4000 gram 2. PB 48 – 52 cm
3. Lingkar dada 30 – 38 cm 4. Lingkar kepala 33 – 35 cm
5. Bunyi jantung dalam menit pertama kira-kira 180 x/mnt, kemudian menurun sampai 120-110 x/mnt.
6. Pernafasan pada menit pertama kira-kira 100 x/mnt, kemudian menurun setelah tenang 40 x/mnt.
7. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subcutan cukup terbentuk dan diliputi verniks caseosa
8. Rambut kepala biasanya telah sempurna. 9. Kuku agak panjang atau melewati jari-jari
10. Genetalia labia mayora sudah menutupi labia minora (pada anak perempuan) testis sudah turun (Pada anak laki-laki).
11. .Reflek hisap dan menelan baik
12. Reflek suara sudah baik, bila bayi dikagetkan akan memperlihatkan gerakan memeluk.
13. Reflek menggenggam sudah baik
14. Eliminasi baki urine dan meconium akan keluar 24 jam pertama. Meconium berwarna hitam kecoklatan.
C. Perubahan-Perubahan Yang terjadi Pada Bayi Baru Lahir 1. Perubahan metabolism karbohidrat
2. Perubahan suhu tubuh
Ketika bayi lahir berada pada suhu yang lebih rendah dan suhu di dalam rahim ibu .Apabila dibiarkan dalam suhu 25°C, maka bayi akan kehilangan panas melalui konveksi, radiasi, dan evaporasi sebanyak 200 kkal/kb BB/mnt, sedangkan produksi panas yang dihasilkan tubuh bayi hanya 1/10 nya. Sehingga menyebabkan suhu tubuh turun, akibat suhu yang rendah metabolism jaringan meningkat dan kebutuhan oksigen.
3. Perubahan Pernafasan
Selama dalam uterus janin mendapat O2 dari pernafasan gas melalui plasenta .Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru-paru bayi. Rangsangan untuk gerakan pernafasan pertama adalah :
a. Tekanan metabolism dan toraks sewaktu melalui jalan lahir
b. Penurunan O2 dan kenaikan CO2 merangsang kemoreseptor yang terletak di sinus karotis.
c. Rangsangan dingin di daerah muka dapat merangsang permukaan pernafasan.
4. Perubahan Sirkulasi
Dengan Perkembangan paru mengakibatkan tekanan O2 naik dan tekanan CO2 menurun, sehingga menurunkan resistensi pembuluh darah paru, sehingga aliran darah meningkat hal ini menyebabkan darah dari arteri pulmonalis mengalir ke paru-paru. Dan duktus arteriosus menutup. Dengan menciutnya arteri dan vena umbilicus kemudian tali pusat dipotong aliran darah dari plasenta melalui vena inferior dan foramen ovale di triun kiri terhenti. Sirkulasi janin sekarang berubah menjadi sirkulasi bayi yang hidup di luar badan ibu.
5. Perubahan alat pencernaan, hati, ginjal, alat lainnya mulai berfungsi. Setelah anak lahir harus segera mendapat perawatan dan
pengawasan agar tidak terjadi kelainan-kelainan. Adapun perawatan dan pengawasan bayi meliputi :
a. Menghisap lendir b. Memotong tali pusat
c. Meneteki / Memberi Salep Mata d. Memberi injeksi vitamin K
e. Mengukur panjang badan dan menimbang berat badan bayi f. Mengukur LILA (Lingkar Lengan Atas), LD (Lingkar Kepala). g. Mengukur suhu tubuh
h. Memandikan setelah 6 jam post partum
Hal-hal yang perludiawasipadabayibarulahirdapatdilakukandenganmetode APGAR.Aspek-aspek yang termasuk APGAR yangharusdinilaidandicatatadalah :
Tanda Skor 0 1 2 1. Appearance/war nakulit Seluruhtubuhbiruatau putih Badanmerah, tangandan kaki biru Seluruhtubuhkemer ah-merahan 2. Pulse/bunyijantu ng Tidakada <100 >100 3. Grimace/refleks
Tidakada Perubahanmimik Bensin, batuk,
menangiskut 4. Activity/aktivitas Lumpuh Ekstremitassedikitf leksi Gerakanaktif, ekstremitasfleksi 5. Respiratory effart Tidakada Tidakteratur, ataulambat Menangiskerasatau kuat (ObstetryFisiology, UNPAD 1983)
Dalammerawatbayikebutuhan yang harusdipenuhiantaralain : a. Kebutuhan rasa hangat
c. Cairan
d. Istirahatdantidur e. Udara yang bersih f. Latihangerakbadan g. KasihSayangIbu h. Perlindungan i. Kebersihandansterilisasi Kebutuhandiatasbersifatterusmenerusselamapertumbuhandanperkembanganbayi. 2.1.4 PemberianNutrisiPadaBayi 1. PemberianEnergi (Kalori) - 100-120 kkal/Kg BB selamabeberapabulanpertamakehidupan - 100 kkal/kg BB padawaktuiamencapaiusia 1 tahun
2. KebutuhanCairan - Hari I : 60 cc/kg BB / hari - Hari II : 90 cc/kg BB / hari - HariIII : 120 cc/kg BB / hari - HariIV : 150 cc/kg BB / hari Frekuensipembesarancairantergantungpadaberatbadanbayi. - Beratbadan< 1.250 gr : 24x/hari tiap 1 jam
- Beratbadan 1.250 gr - < 2000 gr : 12 x/hari tiap 2 jam - Beratbadan> 2000 gr : 8x/jaro tiap 3 jam
2.1.5 Penatalaksanaanpadabayibarulahir 1. MembersihkanjalannafasdansekaligusmenilaiAPGAR score menitpertamadengancaramenghisaplendirbayidarimulutdanhidungdenganmemutar. Janganlakukanterusmenerustetapiberikesempatanpadabayiuntukbernafas.Lakukanp enghisapanhinggabayimenangiskeras. 2. Mengeringkanbadanbayidaricairanketubandenganmenggunakankainhalus. 3. Memotongdanmengikattalipusatdengandibungkuskasasteril (perhatikanteknik aseptic danantiseptik).
4. Memperhatikansuhutubuhbayidengandibungkuskainhangatdantidakmemandikanbayi terlebihdahulu.
5. Mendekatkanbayikeibudanmenetekkansegerasetelahlahir.
6. Membersihkandaerahmuka, tangan, lipatanketiak, dada, punggung, kaki dengankapas yang diberi baby oil (retrap kali usapankapasharusdiganti).
7. Memberikanobatmatauntukmencegahterjadinyainfeksipadamatadenganmenggunaka nsaleperitromisin 0,5% atautetrasiklin 1% untukpencegahanpenyakitmatakarenaklamidia (penyakitmenularseksual). 8. Memberikaninjeksi vitamin K (AsuhanKeperawatanAnakdalamKontekKeluarga, 1993) http://ilmu-pasti-pengungkap-kebenaran.blogspot.com/2012/07/asuhan-kebidanan-terhadap-konsep-dasar.html
Konsep Dasar Asuhan BBL
1. Bayi Baru Lahir
Asuhan pada bayi baru lahir dari 2 jam pertama sampai 2 minggu pertama a. Rencana Asuhan Bayi 2-6 Jam Pertama
Pembersihan jalan nafas, perawatan tali pusat, perawatan mata, dan identifikasi adalah rutin segera dilakukan, kecuali bayi dalam keadaan kritis, dan dokter memberi instruksi khusus (Saifuddin, 2002;133).
1) Membersihkan Jalan Nafas
Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir. Apabila bayi tidak langsung menangis, penolong segera membersihkan jalan nafas dengan cara sebagai berikut :
3) Gulung sepotong kain dan letakkan di bawah bahu sehingga leher bayi lebih lurus dan kepala tidak menekuk. Posisi kepala diatur lurus sedikit tengadah ke belakang. 4) Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokkan bayi dengan jari tangan yang
dibungkus dengan kasa steril.
5) Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2 sampai 3 kali atau gosok kulit bayi dengan kain kering dan kasar, dengan rangsangan ini biasanya bayi segera menangis.
a) Kekurangan zat asam pada bayi baru lahir dapat menyebabkan kerusakan otak. Sangat penting membersihkan jalan napas, sehingga bayi bernafas tidak akan menyebabkan aspirasi lendir (masuknya lendir ke paru-paru).
(1) Alat penghisap lendir mulut (DeLee) atau alat penghisap lainnya yang steril, tabung oksigen dengan slangnya harus telah siap di tempat.
(2) Segera lakukan usaha menghisap mulut dan hidung.
(3) Petugas harus memantau dan mencatat usaha napas yang utama.
(4) Warna kulit, adanya cairan atau mekonium dalam hidung atau mulut harus diperhatikan.
b) Bantuan untuk memulai pernapasan mungkin diperlukan untuk mewujudkan ventilasi yang adekuat
Dokter atau tenaga medis lain hendaknya melakukan pemompaan bila setelah 1 menit bayi tidak bernapas.
6) Merawat tali pusat
Merawat tali pusat dengan menggunakan kassa steril tanpa menggunakan betadine dan alkohol 70%.
7) Mempertahankan Suhu Tubuh Bayi
Pada waktu baru lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu badannya, dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya tetap hangat. Bayi baru lahir harus dibungkus hangat. Suhu tubuh bayi merupakan tolak ukur kebutuhan akan
tempat tidur yang hangat sampai suhu tubuhnya sudah stabil. Pengukuran suhu bayi harus dicatat.
8) Memberi Vitamin K
Kejadian perdarahan karena defisiensi vitamin K pada bayi baru lahir dilaporkan cukup tinggi, sebesar 0,25 –0,5 %, untuk mencegah terjadinya perdarahan tersebut, semua bayi baru lahir normal dan cukup bulan perlu diberi vitamin K per oral 1 mg/hari selama 3 hari, sedangkan bayi risiko tinggi diberi vitamin K parenteral dengan dosis 0,5 – 1 mg I.M.
9) Identifikasi Bayi
Apabila bayi dilahirkan di tempat bersalin yang persalinannya mungkin lebih dari satu persalinan, maka sebuah alat pengenal yang efektif harus diberikan kepada bayi setiap bayi baru lahir dan harus tetap ditempatnya sampai bayi dipulangkan. a) Peralatan identifikasi bayi baru lahir harus selalu tersedia di tempat penerimaan
pasien, di kamar bersalin, dan di ruang rawat bayi.
b) Alat yang digunakan hendaknya kebal air, dengan tepi yang harus tidak mudah melalui, tidak mudah sobek, dan tidak mudah lepas.
c) Pada alat atau gelang identifikasi harus tercantum: (1) Nama (bayi, nyonya),
(2) Tanggal lahir, (3) Nomor bayi, (4) Jenis kelamin, (5) Unit,
(6) Nama lengkap ibu.
d) Di setiap tempat tidur harus selalu diberi tanda dengan mencantumkan nama, tanggal lahir, nomor identifikasi.
11) Melakukan bounding attachment
b. Rencana Asuhan Bayi dalam 2-6 Hari Pertama
Masa pertama kehidupan di luar uterus, berakhir dengan masa kedua reaktivitas. Hal ini kira-kira terjadi 2 – 6 hari setelah lahir. Maka perlu disusun rencana asuhan kebidanan untuk BBL pada hari-hari pertama kehidupannya. Rencana ini seyogyanya memperhitungkan keinginan orang tua.
Di Rumah Sakit perawatan bayi baru lahir diambil alih perawat di bagian anak, pada persalinan di rumah pasien bidan harus tetap bertanggung jawab terhadap perawatan bayi baru lahir, untuk itu bidan harus mempunyai perencanaan yang sesuai dengan untuk memelihara kesehatan bayi serta bidan harus mempunyai pengaturan yang baik dengan petugas pediatric untuk melakukan konsultasi dan rujukan apabila diperlukan.
Pada beberapa saat setelah transisi awal menuju kehidupan luar rahim, pada bayi baru lahir seyogyanya dilakukan pemeriksaan fisik secara lengkap dan penilaian umur kehamilan. Rencana asuhan bayi baru lahir meliputi observasi secara terus-menerus, rencana perawatan fisik, pemberian makan, penilaian defikasi dan miksi, pola keamanan, penjelasan tentang bahaya bayi, perawatan kulit, pemberian ASI yang adekuat, bounding attachment, imunisasi BCG dan Hepatitis B ke-1 pada minggu pertama dan penyuluhan sebelum bayi pulang. c. Rencana Asuhan Bayi dalam 2-6 Minggu Pertama
1) Peran Bidan pada Bayi Sehat
Peran Bidan pada bayi sehat sangat bervariasi. Bidan mempunyai tanggung jawab untuk menjaga keadaan bayi tetap sehat selama minggu pertama dengan melakukan kunjungan rumah. Kunjungan rumah dilakukan untuk mengidentifikasi gejala penyakit, memantau pertumbuhan bayi, mendidik dan memberi dukungan pada orang tua mengenai perawatan bayi dari penyakit, penyuluhan imunisasi lain ASI eksklusif.
Bounding attachment/keterikatan awal/ikatan batin adalah suatu proses di mana sebagai hasil dari suatu interaksi terus menerus antara bayi dan orang tua yang bersifat saling mencintai, memberikan keduanya pemenuhan emosional dan saling membutuhkan.
Ikatan batin antara bayi dan orang tuanya berkaitan erat dengan pertumbuhan psikologi sehat dan tumbuh kembang bayi (Hand Out Neonatus, Bayi dan Balita, 2005).
d. Asuhan yang diberikan harus berdasarkan: 1) Standar Kompetensi Inti Bidan
Menurut Standar Kompetensi Inti Bidan no. 6 asuhan pada bayi baru lahir yaitu: Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komprehensif pada bayi baru lahir sehat sampai dengan satu bulan.
a) Pengetahuan dasar
(1) Adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan di luar uterus.
(2) Kebutuhan dasar bayi baru lahir: kebersihan jalan nafas, perawatan tali pusat, kehangatan, nutrisi, bounding attachment.
(3) Indikator pengkajian bayi baru lahir. (4) Penampilan dan perilaku bayi baru lahir.
(5) Tumbuh kembang yang normal pada bayi baru lahir sampai 1 bulan. (6) Memberikan imunisasi pada bayi
(7) Masalah yang lazim terjadi pada bayi baru lahir normal seperti caput, molding, Mongolian spot, hemangioma.
(8) Komplikasi yang lazim terjadi pada bayi baru lahir normal seperti: hypoglikemia, hypotermi, dehidrasi, diare dan infeksi, ikterus.
(9) Promosi kesehatan dan pencegahan penyakit pada bayi baru lahir sampai 1 bulan.
(10) Keuntungan dan risiko imunisasi pada bayi. (11) Pertumbuhan dan perkembangan bayi prematur
(12) Komplikasi tertentu pada bayi baru lahir seperti, traumaintra-cranial, fraktur clavicula, kematian mendadak, hematoma.
b) Pengetahuan Tambahan
Sunat dan tindik pada bayi perempuan. c) Keterampilan Dasar
(1) Membersihkan jalan napas dan memelihara kelancaran pernafasan dan merawat tali pusat.
(2) Menjaga kehangatan dan menghindari panas yang berlebihan (3) Menilai segera bayi baru lahir seperti nilai APGAR.
(4) Membersihkan badan bayi dan memberikan identitas.
(5) Melakukan pemeriksaan fisik yang terfokus pada bayi baru lahir dan screening untuk menemukan adanya tanda kelainan-kelainan pada bayi baru lahir yang tidak memungkinkan untuk hidup.
(6) Mengatur posisi bayi pada waktu menyusu. (7) Memberikan imunisasi pada bayi
(8) Mengajarkan pada orang tua tentang tanda-tanda bahaya dan kapan harus membawa bayi untuk minta pertolongan medis.
(9) Melakukan tindakan pertolongan kegawatdaruratan pada bayi baru lahir seperti: kesulitan bernafas/asphyksia, hypotermia, hypoglikemia.
(10) Memindahkan secara aman bayi baru lahir ke fasilitas kegawatdaruratan apabila dimungkinkan.
(11) Mendokumentasikan temuan-temuan dan intervensi yang dilakukan. d) Keterampilan Tambahan
(1) Melakukan penilaian masa gestasi.
(2) Mengajarkan pada orang tua tentang pertumbuhan dan perkembangan bayi yang normal dan asuhannya.
(3) Membantu orang tua dan keluarga untuk memperoleh sumber daya yang tersedia di masyarakat.
(4) Memberi dukungan kepada orang tua selama masa berduka cita sebagai akibat bayi dengan cacat bawaan, keguguran atau kematian bayi.
(5) Memberi dukungan kepada orang tua selama bayinya dalam perjalanan rujukan ke fasilitas perawatan kegawatdaruratan.
(6) Melakukan tindik pada bayi perempuan. 2) Standar Pelayanan Kebidanan (SPK)
Menurut Standar Pelayanan Kebidanan (SPK) standar 13 (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2001:40) tentang perawatan bayi baru lahir 2 – 6 jam dengan kenyataan standar pelayanan kebidanan adalah yang sesuai dengan poin-poin berikut :
a) Memastikan bahwa suhu ruangan hangat (ruangan harus hangat untuk mencegah hipotermi pada bayi baru lahir).
b) Segera setelah lahir, nilai keadaan bayi, letakkan di perut ibu, dan segera keringkan bayi dengan handuk bersih yang hangat. Setelah bayi kering selimut bayi termasuk bagian kepalanya dengan handuk baru yang bersih dan hangat (riset menunjukkan bahwa 90% bayi baru lahir mengalami perubahan dari kehidupanintra uterin terjadi ekstra uterin dengan pengeringan dan stimulasi. Penghisapan lendir rutin tidak perlu dan mungkin membahayakan).
c) Jika bayi mengalami kesulitan memulai pernafasan walaupun sudah dilakukan pengeringan, stimulasi atau penghisapan lendir dengan hati-hati mulai lakukan resusitasi bayi baru lahir untuk menangani asfiksia.
d) Meminta ibu memegang bayinya, tali pusat di klem di dua tempat menggunakan klem steril atau DTT, lalu potong di antara dua klem dengan gunting tajam steril atau DTT.
e) Bayi harus diselimuti dengan baik, anjurkan ibu untuk memeluk bayinya dan segera mulai menyusui. (Riset menunjukkan pemberian ASI dini penting untuk keberhasilan awal pemberian ASI. Kontak kulit ibu dan bayi juga merupakan cara yang baik untuk menjaga pengaturan suhu tubuh bayi pada saat lahir. Pastikan jika bayi tidak didekap oleh ibunya, selimuti bayi dengan handuk yang bersih dan hangat. Tutupi kepala bayi dengan baik untuk mencegah kehilangan panas).
f) Jika bayi belum diberi ASI, bantu ibu untuk mulai menyusui. Riset menunjukkan bahwa mulai pemberian ASI dalam waktu satu jam pertama setelah kelahiran adalah penting untuk keberhasilan awal pemberian ASI. Kolostrum, ASI pertama penting karena mengandung zat kekebalan untuk pencegahan infeksi dan penyakit pada bayi baru lahir. Pemberian ASI dini akan mencegah atau menangani hipoglikemia pada bayi baru lahir.
g) Lakukan pencatatan semua temuan dan perawatan yang diberikan dengan cermat dan lengkap dalam partograf, kartu ibu dan kartu bayi.
3) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Permenkes RI) adalah :
Pasal 10 Ayat (2)
Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a) Pelayanan konseling pada masa pra hamil;
b) Pelayanan atenatal pada kehailan normal; c) Pelayanan persalinan normal;
e) Pelayanan ibu menyusui; dan
f) Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan. Ayat 3
Bidan dalam memberikan pelayanan berwenang untuk: a) Efisotomi
b) Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II
c) Penanganan kegawat-daruratan, dilakukan dengan perujukan d) Pemberian tablet Fe pada ibu hamil
e) Pemberian Vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas
f) Fasilitas/ bimbingan inisiasi menyusu dini dan promosi ASI Esklusif g) Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan post partum h) Penyuluhan dan konseling
i) Bimbingan pada kelompok ibu hamil
j) Pemberian surat keterangan kematian, dan k) Pemberian surat keterangan cuti bersalin. 4) Wewenang Bidan
Sedangkan menurut wewenang bidan yaitu :
a) Pemberian kewenangan lebih luas pada bidan dimaksudkan untuk mendekatkan pelayanan kegawatan obstetri dan neonatalkepada setiap ibu hamil atau ibu bersalin, nifas dan bayi baru lahir (0 – 28 hari), agar penanganan dini atau pertolongan pertama sebelum rujukan dapat dilakukan secara cepat dan tepat waktu.
b) Pelayanan kesehatan kepada anak diberikan pada masa bayi (khususnya bayi baru lahir), balita dan anak pra sekolah.
c) Pelayanan kesehatan pada anak meliputi :
(1) Pelayanan neonatal esensial dan tata laksana neonatal sakit di luar Rumah Sakit yang meliputi :
(a) Pertolongan persalinan yang atraumatik, bersih dan aman. (b) Menjaga tubuh bayi tetap hangat dengan kontak dini.
(c) Membersihkan jalan nafas, mempertahankan bayi bernafas spontan. (d) Pemberian ASI dini selama 30 menit setelah melahirkan
(e) Mencegah infeksi pada bayi baru lahir antara lain : melalui perawatan tali pusat secara higienis, pemberian imunisasi dan pemberian ASI eksklusif.
(2) Pemeriksaan dan perawatan bayi baru lahir dilaksanakan pada bayi 0 – 28 hari. (3) Penyuluhan pada bayi tentang pemberian ASI eksklusif untuk bayi di bawah 6
bulan dan makanan pendamping ASI (MPASI) untuk bayi di atas 6 bulan.
(4) Pemantauan tumbuh kembang balita untuk meningkatkan kualitas tumbuh kembang anak melalui deteksi dini dan stimulasi tumbuh kembang balita.
Diposkan oleh Nur Maisyah di 07.35
. Balita
1. Pengertian Balita
Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun
atau lebih popular dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun
(Muaris.H, 2006).
Menurut Sutomo. B. dan Anggraeni. DY, (2010), Balita adalah
istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5
untuk melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan.
Perkembangan berbicara dan berjalan sudah bertambah baik. Namun
kemampuan lain masih terbatas.
Masa balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh
kembang manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu menjadi
penentu keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak di periode
selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini merupakan masa yang
berlangsung cepat dan tidak akan pernah terulang, karena itu sering
disebut golden age atau masa keemasan.
2. Karakteristik Balita
Menurut karakteristik, balita terbagi dalam dua kategori yaitu anak
usia 1 – 3 tahun (batita) dan anak usia prasekolah (Uripi, 2004). Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima
makanan dari apa yang disediakan ibunya. Laju pertumbuhan masa batita
lebih besar dari masa usia pra-sekolah sehingga diperlukan jumlah
makanan yang relatif besar. Namun perut yang masih lebih kecil
menyebabkan jumlah makanan yang mampu diterimanya dalam sekali
makan lebih kecil dari anak yang usianya lebih besar. Oleh karena itu,
pola makan yang diberikan adalah porsi kecil dengan frekuensi sering8
Pada usia pra-sekolah anak menjadi konsumen aktif. Mereka sudah
dapat memilih makanan yang disukainya. Pada usia ini anak mulai
bergaul dengan lingkungannya atau bersekolah playgroup sehingga anak
mencapai fase gemar memprotes sehingga mereka akan mengatakan
“tidak” terhadap setiap ajakan. Pada masa ini berat badan anak cenderung mengalami penurunan, akibat dari aktivitas yang mulai banyak dan
pemilihan maupun penolakan terhadap makanan. Diperkirakan pula
bahwa anak perempuan relative lebih banyak mengalami gangguan status
gizi bila dibandingkan dengan anak laki-laki (BPS, 1999).