• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konsep Dasar Manajemen Risiko 1. Pengertian Manajemen Risiko

Manajemen merupakan ilmu yang berhubungan dengan

kepemimpinan, perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan

pengawasan terhadap suatu cabang bank atau bagian bank yang

dilakukan oleh manajer.20 Sedangkan risiko merupakan kemungkinan,

kerugian, dan akibat. Risiko di sini merupakan risiko-risiko yang dapat

ditimbulkan oleh kegiatan pembiayaan di BNI Syariah.21

Adiwarman A. Karim dalam buku yang berjudul Bank Islam

Analisis Fiqih dan Keuangan, menjelaskan bahwa Manajemen Risiko

adalah serangkaian prosedur dan metodologi yang dapat digunakan

untuk mengidentifikasikan, mengukur, memantau, dan mengendalikan

risiko yang timbul dari suatu kegiatan usaha.22

Manajemen Risiko adalah pengelolaan berbagai bentuk risiko yang

berhubungan dengan operasional bank, sesuai dengan prinsip

kehati-hatian. Guna mengontrol risiko pembiayaan yang terdiri atas risiko

kredit, risiko suku bunga yaitu dengan cara cegah risiko (kedging),

financial futures, dan batas atau suku bunga (interest rate caps),

20

Komarudin, Kamus Perbankan (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 1994), hlm. 90. 21

Yasyin Sulchan, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Surabaya: Amanah, 1997), hlm. 402.

22

(2)

tujuannya untuk mengendalikan biaya dana, anggaran biaya bunga dan

membatasi tekanan terhadap perubahan tingkat suku bunga.23

Meskipun BNI Syariah tidak menetapkan tingkat bunga, baik dari

sisi pendanaan maupun sisi pembayaran, tetapi BNI Syariah tidak akan

dapat terlepas dari risiko tingkat bunga. Hal ini disebabkan pasar yang

dijangkau oleh Bank Syariah tidak hanya nasabah-nasabah yang loyal

terhadap syariah.

2. Jenis-Jenis Risiko

Jenis-jenis Risiko yang dihadapi oleh Bank adalah sebagai

berikut:24

1. Risiko likuiditas

Risiko likuiditas pasar di mana risiko yang timbul karena bank

tidak mampu melakukan offsetting tertentu dengan harga, yang

disebabkan kondisi likuiditas pasar yang tidak memadai atau

terjadi gangguan pasar. Risiko likuiditas pendanaan di mana risiko

yang timbul karena bank tidak mampu mencairkan assetnya atau

memperoleh pendanaan dari sumber dana lain.

2. Risiko Pasar

Risiko yang timbul akibat adanya perubahan variabel pasar,

seperti: suku bunga, nilai tukar, harga equity dan harga komoditas

sehingga nilai portofolio/asset yang dimiliki bank menurun.

23

Sudarno Heri, et al., Istilah-istilah Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Yogyakarta: UII Press, 2004), hlm. 84.

24

Asep Ali Hasan Wahyu Ari Nugroho, Manajemen Risiko, 2008

(3)

3. Risiko Kredit

Risiko yang timbul akibat kegagalan (default) dari pihak lain

(nasabah/debitur) dalam memenuhi kewajibannya. Seperti dalam

masalah pembiayaan, nasabah atau debitur lalai dalam memenuhi

angsuran yang telah disepakati bersama.

4. Risiko Operasional

Risiko akibat kurangnya sistem informasi atau sistem pengawasan

internal yang akan menghasilkan kerugian yang tidak diharapkan.

Dalam kasus ini dapat dicontohkan kasus Inong Malinda Dee di

mana tidak adanya internal control Citybank serta tidak adanya

rotasi jabatan sehingga dengan mudah melakukan penyelewengan.

5. Risiko Kepatuhan

Risiko kepatuhan timbul sebagai akibat tidak dipatuhinya atau

tidak dilaksanakannya peraturan-peraturan atau

ketentuan-ketentuan yang berlaku atau yang telah ditetapkan baik ketentuan-ketentuan

internal maupun eksternal.

6. Risiko Hukum

Risiko hukum terkait dengan risiko bank yang menanggung

kerugian sebagai akibat adanya tuntutan hukum, kelemahan dalam

aspek legal atau yuridis. Kelemahan ini diakibatkan antara lain

oleh ketiadaan peraturan perundang-undangan yang mendukung

atau kelemahan perikatan seperti tidak terpenuhinya syarat-syarat

(4)

7. Risiko Reputasi

Risiko yang timbul akibat adanya publikasi negatif yang terkait

dengan kegiatan usaha bank atau karena adanya persepsi negatif

terhadap bank. Resiko reputasi ini berasal dari argumen

masyarakat dalam menilai perbankan yang di pengaruhi

berita-berita dari media cetak atau elektronik. Seperti dalam kasus

penggelapan dana nasabah di Bank Century yang mengakibatkan

kurangnya kepercayaan masyarakat untuk menginvestasikan

dananya di bank tersebut.

8. Risiko Strategik

Risiko yang timbul karena adanya penetapan dan pelaksanaan

strategi usaha bank yang tidak tepat, pengambilan keputusan bisnis

yang tidak tepat atau kurang responsifnya bank terhadap

perubahan-perubahan eksternal.

3. Penilaian Risiko

Dalam membangun kadar pengawasan yang diperlukan, Angkatan

Udara Amerika Serikat menggunakan risk assessment matrix. Matrix

mengkombinasikan berat-ringannya beban risiko dan kemungkinan

hazard sampai lima tingkat penilaian. Tingkat penilaian risiko

menjelaskan semua dampak dari semua hazard yang terkait dengan

operasi yaitu :25

25

Muhammad, Manajemen Bank Syariah (Yogyakarta: (UPP) AMP YKPN, 2003), hlm. 314.

(5)

a. Sangat tinggi (extremely high): kehilangan kemampuan untuk

menyelesaikan semua operasi

b. Tinggi (high) : kehilangan kemampuan untuk

memenuhi persyaratan standar operasi

c. Sedang (medium) : turunnya kemampuan dalam

pemenuhan persyaratan standar operasi

d. Rendah (low) : tidak (sedikit) berdampak pada

penyelesaian operasi

e. Sangat rendah (residual risk) : risiko tersisa setelah dilakukan

usaha pengurangan risiko.

4. Standar Manajemen Risiko

Sistem manajemen risiko dapat dijadikan sebagai standar yang bisa

dianut oleh bank. Sistem manajemen risiko yang komperhensif harus

mencakup 3 komponen berikut :26

a) Membangun lingkungan manajemen risiko yang tepat serta

kebijakan dan prosedur yang sehat. Tahap ini berhubungan dengan

keseluruhan tujuan dan strategi bank terhadap risiko dan

kebijakan-kebijakan manajemen terhadapnya.

b) Menciptakan proses pengukuran, mitigasi, memonitor, dan

melaporkan berbagai eksposur risiko. Langkah-langkah yang perlu

diambil untuk tujuan pengukuran adalah pembuatan standar bagi

26

(6)

pengkategorian dan review risiko, penilaian secara konsisten dan

rating eksposur risiko.

c) Kontrol internal yang cukup. Bank harus memiliki kontrol internal

untuk memastikan bahwa semua kebijakan telah terlaksana.

Sebuah sistem kontrol internal yang efektif mencakup proses

identifikasi dan evaluasi berbagai jenis risiko yang cukup dan

terdapat sistem informasi yang memadai untuk mendukungnya.

Sistem harus menciptakan kebijakan dan prosedur serta

kepatuhannya harus di-review secara terus menerus.

5. Cara penyelesaian Risiko

Seorang manajer risiko bukan saja harus mengorganisir tetapi

harus pula menemukan dan menilai kemungkinan kerugian yang

membutuhkan pengetahuan tentang fakta-fakta yang berhubungan

dengan aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Ia juga harus dapat

memutuskan dengan cara apa mengendalikan risiko-risiko yang

mungkin timbul baik masa sekarang atau masa yang akan datang.

Dalam hal ini diperlukan kerja sama dengan kepala-kepala bagian dan

pegawai operasional untuk mengungkapkan semua risiko yang

terdapat dalam bagian-bagian dan operasi-operasi sehingga dapat

menentukan tanggungan dan tingkat kemungkinan sebuah kerugian.

Sesudah manajer risiko mengidentifikasikan dan mengukur risiko

(7)

menangani risiko tersebut. Pada dasarnya ada dua pendekatan dalam

penanganan risiko yaitu ;27

1. Pengendalian risiko (risk control)

Dalam mengendalikan risiko seorang manajer dapat

menggunakan metode-metode sebagai berikut:

a) Menghindari risiko

Salah satu cara mengendalikan suatu risiko murni adalah

menghindari harta, orang, atau kegiatan dari exposure

terhadap risiko dengan jalan:

- Menolak memiliki, menerima atau melaksanakan

kegiatan itu walaupun hanya untuk sementara.

- Menyerahkan kembali risiko yang terlanjur

diterima, atau segera menghentikan kegiatan begitu

kemudian diketahui mengandung risiko. Jadi

menghindar risiko berarti juga menghilangkan

risiko itu.

b) Mengendalikan kerugian (loss control)

Pengendalian kerugian dapat dijalankan dengan cara:

- Merendahkan kemungkinan untuk terjadinya

kerugian.

- Mengurangi keparahannya jika kerugian tersebut

memang terjadi.

27

Misbahul Munir, Implementasi Prudential Banking dalam Perbankan Syariah (Malang: UIN Malang Press, 2009), hlm. 54.

(8)

c) Penyebaran dan pemisahan

Yang dimaksud penyebaran dan pemisahan di sini adalah

menyebarkan harta yang menghadapi risiko yang sama.

Misalnya dengan menempatkan barang persedian tidak

dalam satu gudang saja, tapi dipisahkan dalam dua atau

lebih. Maksud pemisahan ini adalah mengurangi jumlah

kerugian untuk satu peristiwa.

d) Pemindahan risiko

Pemindahan risiko dapat dilakukan dengan cara-cara

sebagai berikut, Pertama: harta milik atau kegiatan yang

menghadapi risiko dapat dipindahkan kepada pihak lain.

Misalnya perusahaan yang menjual salah satu gedungnya,

dengan sendirinya telah memindahkan risiko yang

berhubungan dengan pemilikan gedung itu kepada pemilik

baru. Atau perusahaan yang menyerahkan sebagian

kegiatannya kepada kontraktor, dengan tujuan untuk

memindahkan risiko yang berhubungan dengan pekerjaan

itu.

Kedua: Risiko itu sendiri yang dipindahkan. Misalnya

seorang pembuat barang mungkin sanggup mendesak

seorang pengecer untuk memikul tanggung jawab terhadap

(9)

itu meninggalkan gedung milik pembuat barang, bahkan

jika pembuat barang sebenarnya harus bertanggung jawab.

2. Pembiayaan risiko (risk financing)

Metode kedua dalam penanganan risiko adalah dengan

pembiayaan risiko (risk financing). Pembiayaan tersebut

berhubungan dengan cara-cara pengadaan dana untuk

memulihkan kerugian, hal ini karena dalam pengendalian

risiko (risk control) tidak memerlukan pengerahan dana baik

itu dengan memindahkan harta, kegiatan atau memindahkan

tanggung jawab kepada seorang tansferee.

Ada dua cara dalam proses pembiayaan risiko, yaitu : risk

financing transfer (memindahkan risiko disertai dengan

pembiayaan) dan risk retention (risiko ditangani sendiri oleh

perusahaan yang bersangkutan).

a. Risk Financing Transfer

Memindahkan risiko melalui risk financing berarti

trasferor mencari dana eksternal yang akan membayar

kerugian yang bersangkutan apabila kerugian itu nanti

sungguh terjadi.

b. Risk Retention (Menanggung sendiri risiko)

Metode paling umum penanganan risiko adalah

penanggungan sendiri oleh perusahaan yang bersangkutan.

(10)

bersangkutan. Penanggungan sendiri ini bisa bersifat pasif

atau tidak direncanakan (unplanned retention) dan bisa

bersifat aktif atau direncanakan (planned retention).

6. Risiko Terkait Pembiayaan Mudharabah (Modal Kerja)

Pada pembiayaan modal kerja / Mudharabah terdapat risiko terkait

pembiyaan ini yaitu:28

a) Businessrisk (risiko bisnis yang dibiayai)

Adalah risiko yang terjadi pada first way out yang dipengaruhi

oleh:

1. Industri risk yaitu risiko yang terjadi pada jenis usaha yang

ditentukan oleh: karakteristik masing-masing jenis usaha yang

bersangkutan, kinerja keuangan jenis usaha yang bersangkutan

(industry financial standard).

2. Faktor negative lainnya yang mempengaruhi perusahaan

nasabah, seperti kondisi group usaha, keadaan force majeure,

permasalahan hukum, pemogokan, kewajiban off balance sheet

(L/C impor, bank garansi), market risk (forex risk, interest

risk, scurity risk), riwayat pembayaran (tunggakan kewajiban)

dan restrukturisasi pembiayaan.

3. Shirinking risk (resiko berkurangnya nilai pembiayaan) adalah

risiko yang terjadi pada second way out.

28

Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2004).

(11)

b) Unusual bisiness risk yaitu risiko bisnis yang luar biasa yang

ditentukan oleh:

1. Penurunan drastis tingkat bisnis yang dibiayai.

2. Penurunan drastis harga jual barang/jasa dari bisnis yang

dibiayai.

3. Penurunan drastis harga barang/jasa dari bisnis yang dibiayai.

c) Jenisbagi hasil yang dilakukan, apakah profit and loss sharing atau

revenue sharing.

1. Untuk jenis profit and loss sharing, shirnking risk muncul bila

terjadi loss sharing yang harus ditanggung oleh bank.

2. Untuk jenis revenue sharing, shirnking risk terjadi bila nasabah

tidak mampu menanggung biaya (nafaqah) yang seharusnya

ditanggung nasabah, sehingga nasabah tidak mampu

melanjutkan usahanya.

d) Disaster risk yaitu keadaan force majeure yang dampaknya sangat

besar terhadap bisnis nasabah yang dibiayai bank.

e) Character risk (risiko karakter buruk mudharib) yaitu risiko yang

terjadi pada third way out yang dipengaruhi oleh hal berikut:

1. Kelalaian nasabah dalam menjalankan bisnis yang dibiayai

bank.

2. Pelanggaran ketentuan yang telah disepakati sehingga nasabah

dalam menjalankan bisnis yang dibiayai bank tidak lagi sesuai

(12)

3. Pengelolaan intenal perusahaan seperti manajemen, organisasi,

pemasaran, teknis produksi, dan keuangan yang tidak

dilakukan secara profesional sesuai dengan standar

pengelolaan yang disepakati antara bank dan nasabah.

Untuk mengatasi character risk, bank menetapkan kovenan khusus

pembiayaan mudharabah. Bila terjadi kerugian yang disebabkan

oleh character risk, kerugian akan di bebankan kepada nasabah.

Untuk menjamin agar nasabah mampu menanggung kerugian

akibat risiko tersebut, maka bank menetapkan adanya jaminan

(colleteral).

B. Konsep Dasar Pembiayaan dalam Lembaga Keuangan Syariah 1. Pengertian Pembiayaan

Pembiayaan atau financing, yaitu pendanaan yang diberikan oleh

suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah

direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga.

Adapun Pembiayaan dalam Bank Islam adalah penyediaan dana

atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa:

a. Transaksi Bagi Hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah

b. Transaksi sewa dalam bentuk ijarah atau sewa dengan opsi

perpindahan hak milik dalam bentuk ijarahmuntahiyah bit Tamlik.

c. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan istishna’.

(13)

d. Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang Qardh.

e. Transaksi multijasa dengan menggunakan akad ijarah atau kafalah.

Berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank atau

Lembaga Keuangan dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang

dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana

tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan, tanpa imbalan,

atau bagi hasil.

2. Tujuan dan Fungsi Pembiayaan

Pembiayaan merupakan sumber pendapatan bagi Bank Syariah.

Tujuan pembayaran yang dilaksanakan Perbankan Syariah terkait

dengan stake holder, yakni:29

a. Pemilik : Dari sumber pendapatan diatas, para pemilik

mengharapkan akan memperoleh penghasilan atas dana yang

ditanamkan pada bank tersebut.

b. Pegawai : Para pegawai mengharapkan dapat memperoleh

kesejahteraan dari bank yang dikelolanya.

c. Masyarakat

1. Pemilik dana : sebagaimana pemilik,

mereka mengharapkan dana yang diinvestasikan akan

memperoleh hasil

2. Debitur yang bersangkutan : Para debitur, dengan

penyediaan dana baginya, mereka terbantu guna menjalankan

29

(14)

usahanya (sektor produktif) atau terbantu untuk pengadaan

barang yang diinginkannya (pembiayaan konsumtif).

3. Masyarakat umum-konsumen : mereka dapat memperoleh

barang-barang yang dibutuhkan.

d. Pemerintah : Akibat penyediaan pembiayaan, pemerintah

terbantu dalam pembiayaan pembangunan negara.

e. Bank : Bank dapat mengembangkan dan meneruskan

usahanya agar tetap bertahan dan meluas jaringan usahanya.

Pembiayaan secara umum, memiliki fungsi untuk:

a. Meningkatkan Daya Guna Uang

b. Meningkatkan Daya Guna Barang

c. Meningkatkan Peredaran Uang

d. Menimbulkan Kegairahan Usaha

e. Stabilitas Ekonomi

f. Sebagai Jembatan untuk Meningkatkan Pendapatan Nasional

3. Jenis-Jenis Pembiayaan

Pembiayaan merupakan tugas pokok dalam perbankan, yaitu

pemberi fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan

pihak-pihak yang merupakan defisit unit. Menurut sifat penggunaannya,

pembiayaan dapat dibagi menjadi 2 jenis:30

30

(15)

a) Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk

memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas yaitu peningkatan

usaha, baik usaha produksi, perdagangan maupun investasi.

b) Pembiayaan konsumtif yaitu pembiayaan yang digunakan untuk

memenuhi kebutuhan konsumsi yang akan habis digunakan untuk

memenuhi kebutuhan.

Menurut keperluannya, pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi

2 hal berikut:

a) Pembiayaan Modal Kerja yaitu pembiayaan untuk memenuhi

kebutuhan :

1. Peningkatan produksi, baik secara kuantitatif, yaitu jumlah

hasil produksi, maupun secara kualitatif yaitu peningkatan

kualitas atau mutu hasil produksi; dan

2. Untuk keperluan perdagangan atau peningkatan utility of place

dari suatu barang.

b) Pembiayaan investasi, yaitu untuk memenuhi kebutuahan

barang-barang modal (capital goods) serta fasilitas-fasilitas yang erat

kaitannya dengan itu.

4. Analisis Pengawasan Pembiayaan

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam analisis pengawasan

pembiayaan di Bank Syariah adalah sebagai berikut :31

a) Pendekatan analisis pembiayaan

31

(16)

Ada beberapa pendekatan analisa pembiayaan yang dapat

diterapkan oleh Bank Syariah dalam kaitannya dengan

pembiayaan yang dapat diterapkan oleh Bank Syariah dalam

kaitannya dengan pembiayaan yang akan dilakukan, yaitu:

1. Pendekatan Jaminan, artinya Bank dalam memberikan

pembiayaan selalu memperhatikan kuantitas dan kualitas

jaminan yang dimiliki oleh peminjam.

2. Pendekatan Karakter, artinya bank mencermati secara

sungguh-sungguh terkait dengan karakter nasabah.

3. Pendekatan kemampuan pelunasan, artinya bank menganalisis

kemampuan nasabah untuk melunasi jumlah pembayaran yang

telah diambil

4. Pendekatan dengan study kelayakan, artinya bank

memperhatikan kelayakan usaha yang dijalankan oleh nesabah

peminjam

5. Pendekatan fungsi-fungsi bank, artinya bank memperhatikan

fungsinya sebagai Lembaga Intermediary keuangan yaitu

mengatur mekanisme dana yang dikumpulkan dengan dana

yang disalurkan.

b) Prinsip analisis pembiayaan

Selain pendekatan di atas, bank juga mengunakan prinsip

analisis pembiayaan berdasarkan dengan prinsip 5C, yaitu :

(17)

b) Capacity : kemampuan nasabah untuk menjalankan usaha dan

mengembalikan pinjaman yang diambil

c) Capital : besarnya modal yang diperlukan

d) Colateral : jaminan yang telah dimiliki yang diberikan

peminjam kepada bank

e) Condition : keadaan usaha nasabah prospek atau tidak

Prinsip 5C tersebut terkadang ditambahkan dengan 1C yaitu

Constraint artinya hambatan-hambatan yang mungkin

mengganggu proses usaha.

c) Media pemantauan pembiayaan

Setelah melakukan analisis dengan prinsip-prinsip

pembiayaan dan pendekatan bank juga perlu mengadakan media

pemantauan pembiayaan seperti :

1. Informasi dari luar Bank Syariah

Diupayakan data dari laporan periodik usaha yang dibiayai

baik itu berupa laporan stok, realisasi kerja dan laporan

keuangan.

2. Informasi dari dalam Bank Syariah

Penelitian mutasi keuangan anggota dalam rekening sehingga

diperoleh gambaran mutasi yang sesungguhnya dan tidak

terjadi manipulasi.

3. Meneliti perputaran yang terjadi atas debit atau kredit pada

(18)

4. Memberikan tanda pada laporan sehingga dapat diantisisipasi

jika ada kekeliruan yang lebih besar.

5. Periksalah adakah tanggal-tanggal jatuh tempo yang dijanjikan

terealisasi.

6. Meneliti buku-buku pembantu / tambahan dan map-map yang

berkaitan dengan peminjaman.

C. Pembiayaan Modal Kerja pada Lembaga Keuangan Syariah

1. Mekanisme dan Skema Pembiayaan Modal Kerja

Mekanisme pembiayaan modal kerja yaitu :

a) Nasabah mempunyai kontrak kerja dengan pemilik proyek.

b) Nasabah mengajukan pembiayaan ke bank.

c) Bank membiayai dengan akad mudharabah, bank membiayai

seluruh kebutuhan biaya proyek.

d) Pengembalian modal dan distribusi keuangan dapat dilakukan

secara angsuran atau tempo.

e) Distribusi tingkat keuntungan untuk Bank dan nasabah sebesar

nisbah yang ditentukan pada akad.

(19)

Sedangkan skema pembiayaan modal kerja seperti, gambar 2.1:

BAGI HASIL

Keterangan :

1. Kontrak kerja antara nasabah dan pemilik proyek

2. Pengajuan dan pemenuhan persyaratan

3. Akad Mudharabah

4. Menyerahkan modal

5. Mengelola

6. Pengembalian modal dan distribusi keuntungan

7. Pengembalian modal dan bagi hasil sesuai nisbah bank

8. Bagi hasil sesuai nisbah nasabah

NASABAH PROYEK BANK PEMILIK PROYEK BAGI HASIL MODAL & & BAGI HASIL & 7 6 8 1 2 3 4 5

(20)

2. Perhitungan Nisbah Bagi Hasil pada Pembiayaan Modal Kerja

Proses penentuan Bagi Hasil pembiayaan ditentukan dengan

mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

a. Tingkat keuntungan yang diharapkan pihak bank

Hal ini dipengaruhi oleh beberapa komponen yang dapat

disesuaikan dengan kebutuhan pasar meliputi: - Beban dana operasional

- Beban dana efektif

- Beban overhead

- Beban dana

- Margin (Laba yang diinginkan)

- Cadangan risiko pembiayaan bermasalah

b. Perkiraan kemampuan keuntungan usaha yang dibiayai

Diperoleh dari data historis tingkat rata-rata usaha yang akan

dibiayai misalnya diketahui bahwa dari data historis usaha

tersebut ternyata memiliki kemampuan menghasilkan

keuntungan sebesar 30%. Hal ini dengan mempertimbangkan :

- Perkiraan penjualan

- Lama cash to cash cyle

- Perkiraan biaya-biaya langsung berkaitan dengan kegiatan

penjualan

- Perkiraan biaya-biaya tidak langsung berkaitan dengan

(21)

- Delayed factor, tambahan waktu yang ditambahkan pada

cash to cash cycle untuk mengantisipasi timbulnya

keterlambatan pembayaran dari nasabah kepada bank.

c. Menghitung nisbah hak nasabah

Didapat dari selisih antara tingkat keuntungan yang diharapkan

pihak bank dengan perkiraan kemampuan keuntungan usaha

yang dibiayai dibagi dengan perkiraan kemampuan keuntungan

yang dibiayai.

d. Menghitung nisbah hak bank

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 3.. Hasil penelitian menunjukkan Belanja Langsung Terendah di Provinsi Bali diperoleh dari diperoleh dari kabupaten Klungkung tahun 2010. Belanja langsung

• /boot : Merupakan direktori yang memuat Linux Kernel dan file lain yang diperlukan pada saat melakukan proses booting sistem terutama saat menerapkan dual-boot2. • /dev :

Kemampuan dari 40 isolat jamur endofit asal tanaman pegagan dalam menghasilkan enzim-enzim ekstraseluler (asparaginase, amilase, selulase, pektinase, protease, glukanase,

Tabel diatas, menunjukkan bahwa dari 17 perawat shift siang, ada 12 orang perawat sebelum shift pagi memiliki tekanan darah sistolik normal, serta 12 perawat

Perkembangan nilai PDRB pada tahun 2008 sampai dengan 2009 sebagian besar menunjukkan peningkatan atau rata-rata meningkat setiap tahunnya, untuk nilai PDRB Atas Dasar Harga Berlaku

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode Discovery Learning dapat meningkatkan prestasi belajar pada siswa kelas X Akomodasi Perhotelan SMK Negeri

Berdasarkan hasil perhitungan analisis Location Quotient (LQ) terdapat 4 (empat) sektor yang merupakan sektor basis/potensial di propinsi Jawa Barat yaitu sektor industri

Penelitian tugas akhir ini menghasilkan sebuah peta persebaran minimarket yang mengacu pada peraturan pemerintah daerah Kabupaten Kudus No 6 tahun 2013, yang memperoleh hasil