• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsepsi Tugas Tni Selain Perang Dalam Upaya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Konsepsi Tugas Tni Selain Perang Dalam Upaya"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEPSI TUGAS TNI SELAIN PERANG DALAM UPAYA

MENGHADAPI ANCAMAN NON KONVENSIONAL

BAB – I PENDAHULUAN

1. Umum

a. Selama satu dekade terakhir, proses transformasi dalam masyarakat serta kelembagaan dunia berlangsung semakin cepat. Proses globalisasi yang terjadi sebagai akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya pada sistem transportasi komunikasi dan informasi, mampu menembus batas teritorial klasik suatu negara sehingga mendorong adanya perubahan paradigma ancaman yang semula hanya bersifat konvensional (militeristik) menjadi sebuah ancaman baru yang bersifat non-konvensional yang sulit diprediksi dan datang secara tiba-tiba tanpa adanya peringatan yang dapat menghantam secara dahsyat sendi-sendi keutuhan dan keselamatan bangsa dan negara.1

b. Seiring dengan dinamika perkembangan lingkungan strategis yang semakin kompleks, serta munculnya berbagai ancaman asimetris2 yang bersifat non-konvensional tersebut yang kini banyak mewarnai masalah-masalah keamanan internasional, telah berimplikasi terhadap sistem pertahanan dan keamanan nasional yang pada hakikatnya dapat menimbulkan kerawanan serta ikut melemahkan ketahanan nasional. Hal ini terlihat dengan adanya sejumlah aksi-aksi terorisme internasional menyusul peristiwa 11 Sepetember 2001 serta berbagai kejahatan lintas negara yang terorganisir ( transnational

1 Ohmae, Kenichi, Hancurnya Negara Bangsa, Penerbit Qalam, 2002, hal. 1-7.

2 TB.Silalahi,Letjen (Purn), dalam ceramahnya kepada pasis sesko angkatan dalam rangka PKB Juang, mengatakan” bentuk ancaman bagi bangsa Indonesia saat ini lebih berupa ancaman

(2)

organized crime).3 Kejahatan lintas negara tersebut meliputi berbagai bentuk kejahatan seperti

/ terorisme….. terorisme, penyelundupan narkoba, perdagangan senjata ringan secara gelap, hingga penyelundupan manusia secara illegal, yang kesemuanya mengandung

ancaman yang berdimensi internasional. Kesemua hal ini pada gilirannya bermuara menjadi sebuah ancaman terhadap stabilitas keamanan dan integritas nasional. Karena itu, tuntutan perubahan strategi dan pertahanan sebuah negara dalam merespon kondisi yang telah dan tengah berubah dengan cepat tersebut sangatlah penting sebagai sebuah langkah antisipatif dalam kerangka mendukung stabilitas dan keamanan nasional.

c. Berkaitan dengan kondisi geografis, luas wilayah, jumlah penduduk, sumberdaya, serta letak strategis Indonesia, secara faktual pada dasarnya memiliki tingkat kerawanan yang sangat potensial, sehingga dalam rangka menjamin kepentingan nasional, disyaratkan sebuah konsepsi pertahanan negara yang mampu merespon dan mengatasi setiap ancaman yang membahayakan kesalamatan negara baik dalam kerangka NKRI maupun dalam kerangka ikut menciptakan ketertiban dan perdamaian dunia sebagaimana yang tertuang dalam Undang-Undang nomor 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara Republik Indonesia.4

3 Lihat, Isu-Isu Non-Tradisional, Bentuk Baru Ancaman Keamanan, Analisis CSIS, Tahun XXXI/2002 No.1, hal. 44.

4 Dalam mengimlementasikan tugas TNI sebagai alat pertahanan negara khususnya dalam menghadapi berbagai ancaman, maka diperlukan sebuah konsepsi dan penjabaran yang komprehensif sesuai yang telah digariskan dalam Undang-Undang No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara. Untuk itu, dalam rangka menjamin stabilitas keamanan nasional, maka tugas TNI sebagai alat pertahanan meliputi; (1) mempertahankan kedaulatan negara dan keutuhan wilayah, (2) melindungi kehormatan dan keselamatan bangsa, (3) melaksanakan Operasi Militer selain Perang (Military Operation Other Than War), serta (4) ikut secara aktif dalam tugas pemeliharaan perdamaian regional dan internasional, .Lihat naskah,

(3)

Undang-d. Dilihat dari perspektif pengoperasian dan pelibatan kekuatan TNI sesungguhnya dapat dilaksanakan tidak hanya dalam pertempuran dan perang bangsa untuk menghadapi ancaman militer negara lain, akan tetapi tugas TNI juga berkewajiban untuk dapat mengatasi berbagai ancaman non-militer yang dalam pelibatannya disebut sebagai Operasi Militer selain Perang. Penggunaan

/ kekuatan….. kekuatan tersebut dalam sejarahnya selalu ditujukan untuk mendukung kepentingan nasional Indonesia melalui misi kemanusiaan (civic mission) serta tugas - tugas search and rescue termasuk dalam kerangka pasukan penjaga perdamaian internasional. Pada hakikatnya tugas ini tidaklah hanya

dilakukan oleh TNI secara sepihak, akan tetapi merupakan pengintegrasian dari

seluruh kekuatan nasional yang meliputi kekuatan TNI dan elemen sipil lainnya dengan melibatkan seluruh departemen pemerintahan dan swasta yang terkait sebagai unsur utama yang disesuaikan dengan bentuk dan sifat ancaman yang harus diatasi5.

2. Maksud dan Tujuan

a. Maksud. Memberi gagasan konseptual tentang pelibatan TNI dalam penyelenggaraan pertahanan negara dalam tugas Operasi Militer selain Perang guna menghadapi berbagai ancaman non-konvensional yang kini berkembang pesat.

b. Tujuan. Sebagai bahan pertimbangan kepada Pimpinan TNI/TNI AD dalam mendukung kebijakan strategi pertahanan negara menuju terpeliharanya keamanan dan keutuhan wilayah NKRI.

(4)

3. Ruang Lingkup dan Tata Urut

a. Ruang Lingkup. Menitik beratkan pada tugas-tugas TNI selain Perang dalam menghadapi dimensi ancaman baru sesuai perkembangan lingkungan strategis yang meliputi konsepsi pelibatan TNI dalam penanganan terhadap isu non-konvensional yang mengemuka (terorisme internasional, kejahatan transnasional serta pelanggaran wilayah) yang datangnya dari luar yang dapat mengancam kedaulatan dan keselamatan negara.

/ b. Tata ….. b. Tata Urut. Adapun urutan penulisan sebagai berikut :

1) Pendahuluan

2) Landasan Pemikiran

3) Faktor-faktor yang Berpengaruh

4) Konsepsi Tugas TNI Selain Perang dalam Upaya Mengahadapi Ancaman Non Konvensional.

5) Penutup

4. Metode dan Pendekatan. Adapun metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah deskriptif-analistis dengan pendekatan kwalitatif yang melalui proses kajian kepustakaan serta pengamatan.

5. Pengertian.

a. Ancaman Asimetris (Asymmetry Threat) Adalah bentuk

Ancaman baru yang muncul sebagai dampak dari era globalisasi dimana pola dan bentuk ancamannya tidak sama tetapi bersifat non-militer/non-konvesional atau non-tradisional yang berdimensi internasional serta sulit diprediksi dan datang secara tiba-tiba tanpa adanya peringatan yang dapat menghantam secara dahsyat sendi-sendi keutuhan dan keselamatan bangsa dan negara, seperti Terorisme, Transnational Crime, Peredaran dan penelundupan senjata ringan.

(5)

b. Ancaman non-konvensional adalah bentuk ancaman keamanan yang bukan militer (non-conventional military threat) yang meliputi konflik perbatasan wilayah yurisdiksi, (2) sengketa territorial wilayah, (3) pelanggaran wilayah kedaulatan dan (4) eksploitasi kekayaan alam secara illegal dalam wilayah kedaulatan nasional. Kini, bentuk-bentuk ancaman non-konvensional telah berkembang cakupannya menjadi beberapa varian seiring dengan perubahan lingkungan strategi global, sehingga kategori ancaman non-konvensional diartikan luas sebagai ancaman non – tradisional yang meliputi kejahatan transnasional,

/ terorisme….. terorisme, migrasi gelap, masalah lingkungan, penyelundupan obat terlarang, lalu lintas senjata ringan, arus pengungsi dan penyelundupan manusia, serta perompakan di laut, di mana dalam penanganannya dilaksanakan oleh lembaga pemerintah di luar bidang pertahanan sebagai unsur utama yang disesuaikan dengan bentuk dan sifat ancaman dengan didukung oleh unsur-unsur lain dari kekuatan bangsa. c. Operasi Militer Selain Perang adalah aktivitas operasi pelibatan bantuan militer di mana kekuatan TNI yang bersifat membantu melindungi, melengkapi atau memperpanjang daya kekuatan lain, berdasarkan perintah di dalam menghadapi ancaman-ancaman non-militer. Hal ini mencakup bantuan kemanusiaan (civic mission), perbantuan kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam rangka tugas keamanan dan ketertiban masyarakat, bantuan kepada pemerintahan sipil, pengamanan pelayaran / penerbangan, bantuan pencarian dan pertolongan (Search And Rescue), bantuan pengungsian, dan penanggulangan korban bencana alam. Operasi Militer Selain Perang dapat dilakukan berdasarkan permintaan dan/atau peraturan perundang-undangan.6

(6)

c. Pertahanan Negara adalah segala usaha untuk mempertahankan kedaulatan negara, keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan keselamatan segenap bangsa dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara.

d. Penyelenggaraan Pertahanan Negara adalah segala kegiatan

untuk melaksanakan kebijakan pertahanan negara melalui usaha membangun dan membina kemampuan, daya tangkal negara dan bangsa, serta menanggulangi setiap ancaman yang dilaksanakan secara dini.

/ BAB – II….. BAB – II

LANDASAN PEMIKIRAN

6. Umum. Secara konseptual kepentingan nasional Indonesia menempatkan “territorial security/territorial defense” sebagai sebuah kepentingan yang tertinggi sehingga tugas yang diemban oleh TNI dalam mempertahankan kedaulatan negara, integritas wilayah, dan keutuhan perbatasan Negara Kesatuan Republik Indonesia menjadi keharusan yang tidak dapat ditawar-tawar. Karena itu, untuk memberikan jaminan keamanan dan mempertahankan kedaulatan tersebut peran TNI tidaklah terbatas pada tugasnya sebagai suatu kekuatan pertahanan yang bersifat operasi tempur saja melainkan sebagai instrumen negara yang juga harus mampu memberikan kontribusi di bidang non-militer dalam rangka kelangsungan pembangunan nasional.

Adanya berbagai bentuk dari spektrum ancaman dan gangguan nasional khususnya yang berbentuk ancaman non-konvensional/non-tradisional, maka dituntut sebuah konsepsi pelibatan tugas TNI yang memadai dalam kerangka menghadapi kompleksitas ancaman yang relatif sulit diprediksi dan berada di

(7)

luar jangkauan (unpredictable and intangible).7 Pelibatan TNI dalam tugas-tugas operasional selain perang merupakan suatu tugas-tugas yang perlu dilandasi “legitimasi politik dan payung hukum” sehingga dalam menghadapi berbagai masalah ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan yang datang dari dalam maupun dari luar negeri dapat diarahkan sesuai dengan peran, tugas dan fungsinya yang diproyeksikan melalui pola Operasi Militer selain Perang. 7. Konsep Penyelenggaraan Pertahanan Negara Berdasarkan UU RI Nomor 3 Tahun 2002

a. Merujuk pada Bab III Pasal 6 yang berbunyi bahwa, “ pertahanan negara diselenggarakan melalui usaha membangun dan membina kemampuan, daya tangkal negara dan bangsa, serta menanggulangi setiap ancaman”.8

/ Karena…… Karena itu, dalam mengatasi berbagai ancaman yang mewujud dalam bentuk ancaman non militer, sistem pertahanan negara Indonesia telah menempatkan lembaga pemerintah di luar bidang pertahanan sebagai unsur utama, sesuai dengan bentuk dan sifat ancaman yang dihadapi dengan didukung oleh unsur-unsur lain dari kekuatan bangsa sebagaimana yang tertuang dalam Pasal 7 ayat (3). Namun demikian, secara faktual masalah ancaman non-militer yang kini berkembang dalam satu dekade terakhir ini (pasca Perang Dingin) nampak lebih banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal yang bersifat non-konvensional seiring dengan perkembangan teknologi informasi, komunikasi dan transportasi yang tidak lagi mengenal tapal batas negara secara tradisional, yang pada umumnya dapat berimplikasi terhadap keselamatan keamanan negara dan integritas nasional. Sebagai konsekuensi logis dari adanya kecenderungan dan perkembangan kondisi tersebut, maka TNI berkewajiban untuk terlibat di dalamnya sebagai pilar

7 Sulistyo, Hermawan at al (eds) Beyond Terrorism, Dampak dan Strategi Pada Masa Depan, Pustaka Sinar Harapan, 2002, hal. 39.

(8)

utama dalam mempertahankan persatuan bangsa dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

b. Dalam penyelenggaraan Pertahanan Negara, instrumen tulang punggung dari kekuatan inti pertahanan adalah militer atau TNI. Kekuatan militer sejak awal pada dasarnya memang dipersiapkan untuk menghancurkan musuh dengan kekuatan senjata. Akan tetapi dalam perkembangan dan kecenderungan global saat ini, bentuk-bentuk ancaman yang sedianya bersifat militer telah bergeser menjadi bentuk ancaman non-militer dimana bertepatan dengan datangnya era globalisasi di segala bidang kehidupan. Karena itu, munculnya acaman terorisme internasional, penyelundupan obat terlarang (narkotika), migrasi gelap, perompakan dan berbagai kejahatan lintas negara saat ini menuntut adanya penanganan yang serius oleh pihak aparat keamanan baik Polri maupun TNI. Hal ini menjadi sesuatu yang mendasar mengingat ancaman tersebut berdimensi internasional dan umumnya datang dari luar negeri.

/ c. Meskipun….. c. Meskipun penanganan masalah “keamanan nasional” yang kini menjadi perdebatan dalam pelibatan tugas TNI sebagai alat pertahanan negara, tidaklah berarti mempunyai terminologi secara dikotomis dimana masalah keamanan nasional mempunyai pengertian yang sempit menyusul adanya pemisahan TNI dan Polri secara kelembagaan.9 Keamanan nasional merupakan bagian dari tanggung jawab pertahanan dimana TNI mempunyai peran dalam pembangunan bangsa dan merupakan bagian tak terpisahkan dari fungsi pemerintahan dan sistem nasional secara keseluruhan. Karena itu, penyelenggaraan fungsi pertahanan negara dalam kerangka keamanan nasional merupakan kesepakatan bangsa tentang tata cara bangsa ini untuk mempertahankan diri ketika mengahadapi ancaman terhadap

(9)

eksistensinya. Salah satu bentuk ancaman dimana TNI sebagai unsur bantuan dalam pelibatannya adalah menyangkut ancaman non-militer, sehingga masalah instabilitas keamanan nasional yang disebabkan oleh adanya ancaman dan gangguan yang datang dari luar negeri merupakan tugas TNI selain Perang dalam kerangka pencapaian kepentingan nasional seperti yang digariskan dalam Bab III Pasal 10 ayat (3). Di samping TNI sebagai alat pertahanan negara, pada hakikatnya TNI berperan untuk memperkuat “keamanan nasional” yang nota bene dapat mempengaruhi stabilitas regional dan bahkan internasional. Hal ini tentunya salah satu bentuk upaya TNI untuk tetap membangun kepercayaan internasional dalam kerangka ikut secara aktif dalam tugas pemeliharaan perdamaian regional dan internasional.

d. TNI pada dasarnya berperan sebagai penegak kedaulatan negara, penindak dan penyanggah awal terhadap ancaman, pelatih rakyat dalam tugas pertahanan negara, penegak hukum di laut dan di udara, serta berperan sebagai unsur pelaksanaan sumbangan bangsa dalam turut memelihara perdamaian dunia. Oleh karenanya tugas-tugas tersebut lebih pada tugas pelibatan TNI selain perang yang lazim dikenal sebagai tugas perbantuan Polri sesuai pola yang telah ditentukan dalam mencegah kejahatan lintas negara termasuk mencegah potensi konflik

melalui penangkalan (deterrence) dan early warning system dalam menghambat

/dan …… dan mengamankan berbagai kejahatan transnasional yang datang dari luar yang sesungguhnya tidak saja mengancam kedaulatan dan keamanan nasional akan tetapi juga menjadi ancaman bersama bagi dunia internasional.

8. Konsep Ancaman dan Bentuk-Bentuk Ancaman Non Militer (Non Konvensional)

(10)

berakhir kondisi ini telah berubah menjadi benturan kepentingan yang diwarnai oleh muatan ekonomi dan sosial budaya.10 Konfrontasi militer telah berubah menjadi konsensus ekonomi dan kekuatan militer dihadapkan pada ancaman keamanan yang bukan militer ( un-conventional atau non-traditional military threat). Dalam menghadapi lingkungan strategis yang berkembang saat ini, asesmen dan persepsi dengan menggunakan paradigma AGHT sesungguhnya akan menghasilkan penilaian stategik yang kurang tepat. Paradigma tersebut selama ini digunakan untuk menghadapi ancaman militer secara konvensional, sedangkan kini dalam era pasca Perang Dingin dituntut suatu asesmen dan persepsi terhadap ancaman militer yang non-konvensional, baik yang datang dari luar maupun dari dalam negeri.

b. Keadaan demikian sering menghadapkan situasi dilematis dalam penyelenggaraan pertahanan negara. Kekuatan pertahanan negara dimana TNI sebagai unsur utamanya telah menemui kendala dalam pelaksanaan tugas-tugas opersionalnya terlebih lagi dengan dihadapkan dengan adanya bentuk-bentuk baru ancaman keamanan. Dengan bergesernya konsep geopolitik ke konsep geoekonomi, ancaman yang kelak banyak mewarnai situasi keamanan nasional adalah menyangkut kejahatan lintas negara dimana bertepatan datangnya era globalisasi yang sesungguhnya hampir mengurangi arti penting sebuah kedaulatan negara.11 Ancaman keamanan lintas negara tersebut memiliki

/peluang…… peluang yang besar dalam mendorong berbagai potensi konflik termasuk dapat melemahkan pemerintahan, disintegrasi bangsa serta berbagai gejolak sosial yang pada gilirannya berpengaruh terhadap Ketahanan Nasional.

10 Lihat, Huntington, Samuel, Benturan Peradaban dan Masa Depan Politik Dunia, Qalam, 2001, hal. 1.

(11)

c. Pada prisipnya bentuk-bentuk ancaman non-konvensional dapat dikategorikan sebagai ancaman non-militer dimana meliputi (1) konflik perbatasan wilayah yurisdiksi, (2) sengketa territorial wilayah, (3) pelanggaran wilayah kedaulatan dan (4) eksploitasi kekayaan alam secara illegal dalam wilayah kedaulatan nasional.12 Namun dengan bergesernya konsep geopolitik ke konsep geoekonomi maka bentuk ancaman non-militer tidak hanya keempat bentuk ancaman tersebut diatas tetapi muncul bentuk ancaman baru yaitu ancaman asimetris yang bersifat non-konvensional/non-tradisional seperti Terorisme, sabotase, spionase, penyelundupan penduduk, perompakan di laut, lalu lintas obat terlarang, perdagangan dan peredaran senjata ringan/kaliber kecil dan berbagai bentuk kriminal lintas negara lainnya. Kesemua ancaman non konvensional tersebut pengaturan dan penanganannya dilaksanakan oleh lembaga pemerintah di luar pertahanan sebagai unsur utama yang dapat disesuaikan dengan bentuk dan sifat ancaman dengan didukung oleh unsur-unsur lain dari kekuatan bangsa. terorisme

d. Sehubungan dengan spektrum ancaman non-militer terkini, telah mengalami perkembangan yang lebih spesifik sesuai jenis-jenis kegiatannya. Bila ditinjau dari bentuk ancaman non-militer tersebut, pada dasarnya merupakan ancaman

eksternal atau datangnya dari luar sehingga diperlukan perangkat pertahanan yang telah dipersiapkan guna mencegah, menghambat serta mengeliminir kegiatan-kegiatan yang dapat mengancam keutuhan dan keselamatan negara.

e. Berkaitan dengan hakekat ancaman dilihat dari perspektif Indonesia maka sesungguhnya tidak terlepas dari totalitas semua masalah yang dapat membahayakan kelangsungan hidup bangsa. Keberadaan ancaman dan

(12)

tujuannya, serta pengaruhnya baik terhadap keamanan nasional pada khususnya, maupun kepentingan nasional pada umumnya, dapat dibedakan menjadi ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan. Karena itu, bentuk-bentuk ancaman baru yang kini merebak dan berpotensi besar dalam mengganggu stabilitas keamanan nasional dikaitkan dengan ancaman yang bersifat non konvensional dapat mewujud dalam bentuk-bentuk ancaman terorisme, kejahatan lintas negara (transnational crime) termasuk ekspoloitasi kekayaan alam yang melampaui batas wilayah kedaulatan dengan meliputi sebagai berikut:13

1) Terorisme (Terrorism)

Isu terorisme yang kini merebak di tengah-tengah masyarakat dunia merupakan salah satu bentuk aksi kekerasan dengan menggunakan kekuatan yang terorganisir sehingga menjadi sebuah ancaman yang “unpredictable dan intangible” terhadap sebuah negara maupun individu. Jaringan dan aksi terorisme yang berkembang di sejumlah negara di dunia, juga nampak terasa implikasinya terhadap perkembangan stabilitas keamanan dan politik di Indonesia. Aksi pengeboman, pembunuhan, dan tindak kejahatan terhadap kemanusiaan lainnya yang terjadi secara sporadis di sejumlah kawasan termasuk di Indonesia menyusul terjadinya peledakan bom di jalan Legian, Kuta, Denpasar Bali yang menewaskan sebagian besar

warga asing; Australia, Amerika Serikat, Inggris, Belanda, Jepang, termasuk warga negara Indonesia dimana pelakunya sangat mungkin adalah terorisme membuktikan bahwa masalah terorisme merupakan masalah keamanan bersama, karena itu disinyalir sejumlah gerakan radikal yang tumbuh dimana-mana

13 “ Bentuk baru ancaman keamanan bukan lagi berupa serangan militer yang dilancarkan oleh

suatu negara ke negara lain, akan tetapi tindakan kejahatan yang dilakukan bukan oleh negara dan ditujukan bukan saja kepada negara akan tetapijuga kepada individu atau warga negara, Lihat, Isu-isu non tradisional: Bentuk Baru Ancaman Keamanan, Analisis CSIS,Tahun XXXI/2002 No.1, hal. 2.

(13)

seperti di Filipina, Singapura, Malaysia dan bahkan mungkin di Indonesia erat kaitannya dengan jaringan terorisme internasional.

/ 2) Penyelundupan….. 2) Penyelundupan Penduduk (People Smuggling)

Penyelundupan penduduk ataupun migrasi secara gelap khususnya yang terjadi di Asia juga turut memperburuk situasi keamanan dalam negeri. Terjadinya migrasi illegal telah menjadi persoalan keamanan ketika tingkat pengangguran di beberapa negara kawasan meningkat akibat krisis finansial dan ekonomi. Kondisi ekonomi yang asimetris di beberapa negara Asia khususnya di Asia Tenggara telah menimbulkan migrasi berskala besar dimana orang akan mencari peluang kerja yang lebih baik. Migrasi berskala besar ini juga kerapkali diorganisir oleh biro jasa tenaga kerja gelap yang memiliki jaringan internasional (international mafia) sehingga tidak hanya mengakibatkan kesulitan-kesulitan politik, sosial, ekonomi, tetapi juga dapat menimbulkan ketegangan antara negara. Oleh karenanya migrasi internal dan efeknya terhadap keamanan negara juga merupakan isu ancaman yang penting.

3) Perompakan di Laut (Piracy)

Selain isu terorisme internasional, yang tidak kalah seriusnya adalah Perompakan di Laut. Akhir-akhir ini kecenderungan perompakan di laut semakin marak yang mengganggu stabilitas dan keamanan di laut. Data terakhir menunjukkan bahwa aksi perompakan yang terjadi di kawasan Asia Pasifik khususnya di wilayah regional Asia Tenggara adalah

yang tertinggi di dunia. Menurut data yang dikeluarkan oleh Biro Pusat Maritim Internasional, yakni salah satu institusi yang secara reguler mempublisir data dan informasi tentang Piracy menyebutkan bahwa pada

(14)

sembilan bulan pertama dalam tahun 2001 telah terjadi 253 kasus perompakan di laut diseluruh dunia, 126 Kasus diantaranya terjadi di kawasan Asia Pasifik. Lebih khusus lagi, 71 kasus terjadi di Indonesia, 15 kasus terjadi di wilayah Malaysia, 21 kasus terjadi di wilayah perairan India dan 19 kasus terjadi di wilayah perairan Bangladesh.

/Dari ….. Dari data di atas ini menunjukkan bahwa aksi perompakan semakin nyata sebagai suatu ancaman yang perlu dihadapi oleh negara-negara di dunia. Sebagaimana halnya dengan aksi terorisme internasional, aksi perompakan di laut tidak dapat dihadapi hanya oleh satu negara saja. Dan karena itu membutuhkan kerjasama antar negara, mengingat kawasan perairan khususnya Indonesia adalah merupakan salah satu media komunikasi vital “sea lines of communication/trade-SLOC/T” bila mengalami gangguan keamanan akan dapat menghambat jalur suplai dan perdagangan internasional.

4) Perdagangan dan peredaran Senjata ringan/Kaliber kecil.

Senjata ringan dan kaliber kecil adalah sebuah isu yang sangat kompleks dan oleh karena itu harus ditangani secara hati-hati pada tingkat nasional, regional, dan internasional. Di Asia Tenggara, isu ini pertama kali dibahas oleh para menteri ASEAN di Malaysia pada tahun 1997, guna menekankan kerjasama regional untuk membasmi kejahatan Transnasional Crime. Tragedi 11 September 2001 di New York, Amerika Serikat, mendorong para pengambilan keputusan ASEAN untuk memikirkan kembali upaya-upaya memerangi terorisme. Hal tersebut dilakukan, antara lain, dengan mengangkat isu proliferasi senjata ringan dan kaliber kecil.

Wacana tentang isu ini terungkap pula ketika Presiden RI Megawati Soekarnoputri mengunjungi beberapa negara ASEAN pada akhir

(15)

Agustus 2001, yang kemudian diikuti oleh beberapa pernyataan resmi ASEAN lainnya

sehingga memperkuat sinyalemen bahwa kawasan Asia Tenggara merupakan

bagian penting dari jalur distribusi senjata ringan dan kaliber kecil baik

secara illegal ataupun legal, yang harus diatasi secara kolektif. Senjata ringan dan kaliber kecil dapat digunakan oleh siapa saja dan mudah ditransfer dari satu orang ke orang lainnya, bahkan antara kelompok dan antar negara.

/ Data…. Data menunjukan bahwa sekitar 500.000 orang telah tewas setiap tahunnya akibat penggunaan senjata ringan dan kaliber kecil (Small Arms Survey,2001). Tindakan kekerasan seringkali menjadi arena penggunaan senjata jenis ini. Penyebab timbulnya kekerasan yang mengakibatkan kematian adalah sangat kompleks dan beragam dan keberadaan serta penyalah gunaan senjata ringan dan kaliber kecil hanyalah sebagian kecil saja dari sebuah persoalan besar. Tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa senjata ringan dan kaliber kecil adalah the real weapons of mass destruction.

Sejak berakhirnya peran dingan, perhatian dunia juga beralih kepersoalan senjata ringan dan kaliber kecil terutama sebagai akibat dari peningkatan konflik intra - negara. Seperti Indonesia, peredaran senjata ringan dan kaliber kecil sangat berperan secara langsung dalam berbagai bentuk kejahatan dan konflik yang terjadi; seperti perampokan, konflik Horizonal di Maluku dan Poso, Konflik Vertikal di Aceh dan Irian Jaya. Banjirnya senjata ringan ringan dan kaliber kecil yang tidak terkontrol keberbagai penjuru dunia telah mendorong masyarakat internasional untuk memberi perhatian yang lebih serius khususnya terhadap efek penggunaan senjata

(16)

tersebut. Kekhawatiran itu diungkapkan oleh Sekertaris Jenderal PBB Kofi Annan :

“Sekalipun senjata itu tidak menjadi penyebab konflik dimana senjata itu digunakan, proliferasi senjata jenis itu mempengaruhi intensitsas dan lamanya tindak kekerasan dan mendorong penyelesaian cara militer. Mungkin yang paling mengerikan adalah terjadinya lingkaran setan dimana ketidakamanan menjadi faktor penyebab tingginya permintaan terhadap senjata yang pada dirinya membawa ketidakamanan yang lebih besar, dan seterusnya”.

/Beberapa…… Beberapa persoalan yang berkaitan dengan senjata ringan dan kaliber kecil dapat dilihat dalam tabel 1 dibawah ini.

Tabel 1 : MASALAH YANG TERKAIT DENGAN SENJATA RINGAN DAN KALIBER KECIL

Masalah Deskripsi Masalah Senjata Ringan sebagai

(17)

Humaniter dan hak azasi man usia Budaya kekerasan, prajurit anak-anak dan ketidaksamaan pribadi

Proliferasi senjata ringan yang tidak terkontrol dan system pengawasan nasional yang lemah Kesehatan dan Krimi nalit as

Obat-obat terlarang, Teror, Kejahatan

Terorganisasi

Sistem kontrol ekspor-impor yang lemah dan lemahnya penegakan hokum Pembangunan Ekon omi dan Goog Gove rnan ce

Mafia, Korupsi, Iklim Investasi yang lemah

Struktur pemerintah yang menga-lami Erosidan lemah serta kete-rbelakangandalam pembangnan- ekonomi Konflik Kom unal

Arus senjata ringan yang

semakin luas memperbesar tingkat kekerasan dan membuka peluang bagi perang antar komunal

Menghambat upaya damai dan menfasilitasi kekerasan lebih lanjut Ekstra - regio nal dan intervensi

Transaksi pasar gelap untuk mempengaruhi Konflik

Tidak adanya Transparansi internasional

Regional dan Dest abilis ai

Spillover konflik dan surplus senjata

Mekanisme pelacakan yang lemah dan tidak adanya langkah-langkah perlucutan senjata pasca konflik Terorisme Inter nasio nal Serangan terhadap sasaran-sasaran lunak

Proliferasi senjata ringan yang lebih canggih dan tidak terkontrol

Sumber : Lihat, Isu-isu Non - Tradisional : Bentuk Baru Ancaman Keamanan, Analisis

CSIS Tahun XXXI/2002,No.1, hal. 63.

Sejumlah kejahatan lintas negara yang lain juga perlu menjadi fokus perhatian dalam menstabilisasi masalah keamanan nasional disamping perdagangan gelap senjata(illicit trade and small arms trafficking), masalah arus pengungsi (refugee flows), penyalahgunaan teknologi informasi (information and technology abused) juga merupakan faktor yang mempengaruhi masalah keamanan Indonesia. Masalah arus

(18)

pengungsi juga dapat berimplikasi pada persoalan kriminalitas, karena mereka datang lebih merupakan akibat dari ketidakstabilan atau kehancuran negara dan bukan semata-mata untuk mencari kesempatan

/ secara…… ekonomi. Situasi politik dan keamanan yang asimetris di negara asal, terutama dari negara – negara tertentu seperti Afganistan, Pakistan, Irak dan Etiopia banyak melakukan pengungsian maupun migrasi gelap, sementara Indonesia sering dijadikan sebagai batu loncatan dan tempat transit menuju ke negara seperti Australia dan Selandia Baru. Sedangkan masalah penyalahgunaan teknologi informasi merupakan tindakan kejahatan yang tidak nyata. Munculnya sejumlah pengrusakan jaringan internet dan web site milik perusahaan negara dan swasta nasional, serta penyadapan pembicaraan klasifikasi khusus bagi kepentingan negara juga menjadi tantangan bagi menciptakan jaminan keamanan.

9. Konsep Keamanan Nasional dan Integritas Nasional

a. Apapun falsafah politik dan ekonomi yang memotivasi suatu bangsa, mengabaikan kesiapan militer dan keamanan nasional, berarti mengundang bencana nasional. Keamanan nasional adalah nilai tertinggi suatu bangsa merdeka dan berdaulat. Kelangsungan hidup negara dengan tingkat kedaulatan yang “dapat diterima, integritas wilayah, cara hidup, lembaga-lembaga dasar bangsa dan negara, nilai-nilai bangsa serta kehormatan nasional, merupakan kepentingan nasional yang tertinggi. Untuk itu, dan tidak untuk kepentingan lain apapun juga kecuali untuk kepentingan bangsa dan negara secara menyeluruh.

b. Keamanan nasional (national security) adalah bagian dari kepentingan nasional yang tak dapat dipisahkan. Bahkan tujuan politik luar negeri untuk

(19)

mempertahankan kepentingan nasional berkaitan dengan upaya mempertahankan keamanan nasional. Makna keamanan (security) bukan sekedar kondisi “aman tenteram” tetapi keselamatan atau kelangsungan hidup bangsa dan negara. Keamanan nasional sesungguhnya menggambarkan kemampuan suatu bangsa dalam mengatasi ancaman integritas fisik bangsa dan wilayah nasionalnya sebagaimana konsep keamanan nasional yang diungkapkan oleh “Harold Brown” sebagai berikut:

/“The ability……. “The ability to preserve the nation’s physical integrity and territory; to maintain its economic relation with the rest of the world on reasonable terms to protect its nature, institution from disruption from outside, and to control its border”.

Di dalam konsep tersebut di atas, terdapat tiga kepentingan inti yang secara mendasar mendapatkan perhatian yang memungkinkan datangnya ancaman dari luar, yakni, pertama adalah “physical security” atau keamanan fisik dari masyarakat suatu negara dan hak milik pribadi mereka; yang kedua adalah “rules and institution” yang dilaksanakan suatu masyarakat negara, khususnya konstitusi dan aturan formal lainnya; ketiga adalah “prosperity” yaitu sumber modal, barang mentah, sistem keuangan dan lain-lain.14

c. Karena itu, terciptanya keamanan nasional merupakan landasan pokok bagi kokohnya integritas nasional yang harus dipertahankan secara bersama oleh semua komponen bangsa. Secara realitas masalah keamanan nasional yang kini dihadapi tidak terlepas dari akumulasi aspek yang saling berhubungan baik aspek ekonomi, politik maupun sosial dan budaya. Keterpurukan ekonomi, gejolak politik domestik dan kesenjangan sosial ditengah-tengah masyarakat menunjukkan bahwa variabel masalah keamanan nasional yang cukup kompleks sehingga tidaklah dapat diatasi tanpa melalui pendekatan integral dan komprehensif. Selain itu, munculnya sejumlah isu keamanan yang bersifat non-konvensional yang melanda sejumlah negara di dunia telah

(20)

ikut mempengaruhi perkembangan lingkungan strategis regional, yang pada akhirnya berimplikasi pada stabilitas nasional. Masalah migrasi gelap, perdagangan dan penyelundupan senjata illegal,

penyelundupan obat terlarang termasuk aksi terorisme internasional serta transnasional crime lainnya merupakan beberapa diantaranya bentuk ancaman asimetris non-konvensional yang dapat mengancam stabilitas keamanan dan kelangsungan pembangunan nasional.

/ BAB-III

…..

BAB-III

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

10. Umum. Merebaknya isu keamanan non-konvensional/non-tradisional akhir-akhir ini telah telah mendorong Indonesia untuk ikut merespon perkembangan tersebut. Munculnya isu terorisme, penyelundupan manusia, lalu lintas obat terlarang, perompakan di laut dan kejahatan lintas negara dalam satu dekade terakhir ini juga memberi dampak yang signifikan dalam memperbesar turbulensi politik dan keamanan nasional. Saat ini telah disadari bahwa, untuk menciptakan rasa aman (security feeling) bagi masyarakat maka dibutuhkan penanganan secara terpadu dan komprehensif karena bagaimanapun dalam isu tersebut di atas banyak berasal dari pengaruh faktor-faktor eksternal berdasarkan perkembangan lingkungan strategi internasional maupun pengaruh faktor internal. Dalam konteks perkembangan dinamika keamanan nasional.

11. Perkembangan Lingkungan Strategi . a. Lingkungan Global.

Salah satu fenomena menonjol yang dihadapi bangsa-bangsa di dunia dewasa ini adalah menguatnya nilai-nilai global seperti demokratisasi, HAM, lingkungan hidup, maupun ekonomi pasar, serta

(21)

perdagangan bebas. Pada beberapa dasawarsa sebelumnya nilai-nilai global tersebut cenderung tertutup oleh pengaruh perlombaan persenjataan sebagai konsekuensi logis dari Perang Dingin. Perubahan tatanan yang bersifat universal tersebut tidak jarang ikut mempengaruhi terjadinya pergeseran hakekat ancaman yang dihadapi bangsa-bangsa di dunia dari traditional security issues yang berorientasi pada perimbangan kekuatan dan strategi militer kepada non-traditional security issues yang dicirikan oleh bentuk kejahatan lintas negara (trans – national crimes) serta ancaman terorisme internasional. Apabila di masa lalu ancaman traditional security dihadapi dengan cara – cara konvensional, maka bentuk ancaman yang bersifat non-traditional

/ security….. security yang dihadapi dunia dewasa ini cenderung tidak dapat diatasi dengan hanya mengandalkan cara-cara konvensional. Hal ini disebabkan karena memiliki jaringan yang tersebar di berbagai negara sehingga sulit untuk dihadapi hanya oleh satu negara secara mandiri, serta bentuknya beruah-ubah sehingga sulit diprediksi. Atas dasar tersebut, telah mendorong bangsa-bangsa untuk membentuk suatu sistem collective security yakni suatu koalisi untuk memberi tekanan sebesar-besarnya baik psikologis maupun fisik kepada para pelaku guna tetap menjamin ketentraman dan kedamaian dunia.

Demikian halnya dengan semakin menguatnya peran PBB sebagai sebuah bentuk “global governance” dalam menciptakan perdamaian global tidak lagi banyak terfokus pada upaya menciptakan “damai negatif” semata, yang mana hanya berorientasi pada sebuah kondisi tanpa perang, permusuhan, konflik, kekerasan, dan ketegangan, melainkan lebih pada upaya menciptakan “damai positif” yang mana menekankan pada terpeliharanya ketertiban dan keadilan, baik ke dalam maupun ke luar (konsensus mengenai nilai-nilai universal) menuju terbentuknya Global Peace.15 Hal

15 Lihat, Sudarsono Juwono, Keamanan, Perdamaian dan Diplomasi Abad ke 21, Dinamika Keamanan Internasional, Global, Jurnal Politik Internasional, Vilume II Nomor 8 Juni 2001, hal.

(22)

ini menunjukkan bahwa peran dari otoritas Angkatan Bersenjata setiap negara di dunia saat ini tidak lagi dipandang sebagai sebuah instrumen yang hanya dapat digunakan sebagai alat tempur akan tetapi juga harus mampu menjadi instrumen yang dapat melakukan kegiatan operasi non-militer atau kegiatan selain perang seperti dalam mengatasi masalah-masalah ancaman bersama yang mengarah pada ancaman non-konvensional seperti dalam kasus memerangi terorisme internasional, perompakan di laut maupun kejahatan yang melintasi kedaulatan sebuah negara yang mana pada hakikatnya merupakan ancaman bagi kepentingan stabilitas keamanan internasional secara bersama atau kolektif. Ini berarti bahwa kecenderungan global

kini tidak lagi memungkinkan negara untuk melakukan keamanan terhadap (security against) akan tetapi lebih pada keamanan dengan (security with) secara bersama di bawah payung PBB mengingat adanya kompleksitas ancaman yang tidak dapat diatasi secara sendiri-sendiri.16

/ b. Lingkungan…… b. Lingkungan Regional .

Dinamika dan Perkembangan regional khususnya di Asia Pasifik nampaknya telah megalami berbagai masalah-masalah keamanan bersama. Munculnya sejumlah krisis yang diawali oleh krisis ekonomi yang terjadi di Asia Tenggara (Thailand, Indonesia dan Malaysia) 1997, telah berpengaruh signifikan terhadap stabilitas keamanan di kawasan, meskipun kawasan Asia Pasifik beberapa waktu lalu pada awal 1990-an telah menjadi pusat grafitasi dan kegiatan perekonomian yang releatif stabil. Kini, masalah keamanan regional di kawasan telah menjadi perhatian oleh sejumlah negara besar mengingat investasi dan potensi pasar mereka senantiasa dapat terpelihara dari berbagai gangguan dan ancaman. Karena itu, trend interdependensi keamanan di sejumlah negara-negara kawasan khususnya di Asia Timur, Asia Tenggara dan Asia Tengah sampai di Pasifik Barat Daya telah menjadi kebutuhan yang saling menguntungkan.

(23)

Dari fenomena perkembangan lingkungan strategis regional, terdapat isu-isu keamanan baru yang telah menjadi komoditas politik internasional. Gencarnya Amerika Serikat dalam mengkampanyekan perang terhadap terorisme internasional menyusul peristiwa 11 September lalu telah berimplikasi terhadap pola tata hubungan regional khususnya di Asia Tenggara. Dari fakta yang berkembang pasca Perang Dingin, Amerika Serikat telah memposisikan diri sebagai aktor negara yang unilateral dalam kerangka menstabilisasi masalah yang menimpah sejumlah subkawasan di Asia Pasifik. Bahkan lebih jauh lagi konstelasi regional yang dipicu adanya isu-isu ancaman terorisme dan fundamentalisme, telah menempatkan Asia Tenggara sebagai pusat perhatian dunia.

Secara proksimitas geografi, negara-negara di kawasan Asia Tenggara yang kebetulan dibatasi oleh laut, nampak pula merasakan pentingnya kebutuhan akan kerjasama keamanan bersama. Meningkatnya spektrum ancaman perdagangan narkoba serta merebaknya perdagangan senjata gelap berikut penyelundupan

/ manusia….. manusia di Asia Tenggara khususnya di Singapura, Filipina Selatan, Malaysia dan di Indonesia, menggambarkan kawasan regional tersebut mempunyai potensi ancaman yang cukup tinggi. Selain itu, dengan semakin meningkatnya kebutuhan akan pertukaran dan perdagangan internasional di sejumlah negara-negara kawasan yang kebetulan kebanyakan dari mereka yang memanfaatkan laut sebagai sea lines of communicatian (SLOC) telah berpengaruh terhadap kepentingan keamanan Alur Laut dari ancaman perompakan di kawasan Asia Tenggara khususnya di Indonesia sebagai negara maritim. Berdasarkan data, kurang lebih 600 kapal setiap harinya melintasi perairan Malaka, Karimata hingga Laut Jawa dan Selat Sunda, karena dapat mempersingkat jarak dari Asia Selatan, Timur Tengah, dan Eropa ke Kawasan Asia Tenggara dan Timur. Begitu pula, Jepang telah

(24)

menjadikan kawasan tersebut sebagai life line-nya dalam kerangka suplai enerji dari Timur Tengah, sehingga masalah-masalah ancaman keamanan seperti kasus perompakan juga menjadi perhatian negara-negara kawasan dalam kerangka menjaga stabilitas di kawasan.17

c. Lingkungan Nasional .

Keamanan nasional tidak lagi dapat dipahami hanya dari perspektif keamanan negara. Keamanan yang mencakup kesalamatan warganegara. Kedua-duanya harus berjalan seiring dan seimbang sehingga upaya negara untuk menegakkan otoritasnya tidak bertentangan dengan keamanan warganegara. Lebih dari itu, upaya untuk melindungi keamanan nasional bukan merupakan upaya nasional semata tapi juga tidak dapat dipisahkan dari upaya yang dilakukan oleh negara-negara lain.

Merebaknya isu keamanan non-konvensional akhir-akhir ini telah mendorong Indonesia dituntut dunia untuk ikut merespons perkembangan tersebut. Munculnya aksi terorisme dan berbagai peristiwa pengeboman seperti tempat-tempat ibadah.

/ Di Indonesia….. Di Indonesia, peledakan BEJ, dan peristiwa peledakan Sari Club di jalan Legian, Kuta,Denpasar Bali pada tanggal 12 Oktober 2002 yang menewaskan 185 orang dan melukai 325 orang yang mayoritas warga negara asing dan di Manado serta berbagai kejahatan penyelundupan manusia (TKI illegal), lalu lintas obat terlarang, penangkapan ikan secara illegal, perompakan di laut, gejolak sosial dan kejahatan lintas negara lainnya dalam satu dekade terakhir ini juga memberi dampak yang signifikan dalam memperbesar turbulensi politik dan keamanan nasional. Saat ini disadari bahwa, untuk menciptakan rasa aman bagi masyarakat, dibutuhkan penanganan secara terpadu dan komprehensif.

17 Lihat, Selat Malaka Makin Rawan, data dalam enam bulan pertama 2002 telah terjadi 9 kali insiden di perairan Malaysia, 44 kali pembajakan di perairan Indonesia, dan 3 kali di perairan Singapura, sehingga nampak secara tidak langsung dapat berimplikasi terhadap stabilitas keamanan regional Asia Pasifik khususnya bagi wilayah perairan Asia Tenggara, Tempo edisi

(25)

Meletusnya sejumlah konflik yang bersifat komunal dengan mengangkat isu agama, etnisitas serta gerakan separatisme dapat mengganggu kesinambungan ekonomi (economic sustainability). Oleh karena itu, masalah isu keamanan internal yang mengemuka di sejumlah wilayah Indonesia seperti kasus Maluku, Papua, Aceh dan Poso tidak terlepas dari faktor-faktor dari kondisi melemahnya sistem pemerintahan dan penegakan hukum, proses demokratisasi yang tidak terkendali, serta adanya transisi peran TNI dan Polri yang cenderung dimaknai secara dikotomis fungsi dan tugasnya dalam konteks “keamanan nasional”. Eforia reformasi dan demokrasi yang berkembang di Indonesia, pada dasarnya telah membawa konsekuensi logis dalam memberdayakan kemampuan aparat keamanan guna mengatasi ancaman keamanan non-militer. Perubahan mendasar dalam tataran sistem politik di Indonesia telah berimplikasi terhadap tugas-tugas pokok TNI termasuk perannya dalam melakukan kegiatan operasi selain perang. Padahal dilema keamanan yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini menunjukkan potensi terjadinya anarkisme, kejahatan negara (subversif), serta berbagai tindakan yang dapat mengancam keselamatan dan kedaulatan negara.

Dengan demikian, dampak dari dimensi perubahan sektor politik dan keamanan di Indonesia menuntut adanya sebuah formulasi dan konsepsi kebijakan nasional yang responsive guna mengatasi isu - isu nasional yang kian hari dapat

/ memporaporandakan…… memporaporandakan bangsa dan negara. Karena bagaimanapun instabilitas nasional yang terjadi di Indonesia akan mempunyai dimensi dan spektrum yang cukup luas baik dalam konteks nasional, regional maupun internasional.

Begitu pula saat ini, Indonesia menyadari bahwa pentingnya “security interdependence” dalam mengatasi sejumlah masalah keamanan nasional, mengingat konsep saling ketergantungan telah

(26)

menjadi sebuah kebutuhan. Kerjasama keamanan atas dasar kepentingan yang sama (common security) serta keamanan kooperatif (cooperative security) yang bersifat komprehensif merupakan alternatif solusi dalam rangka upaya penyelesaian masalah nasional, termasuk dengan mengoptimalkan tugas dan fungsi TNI selain Perang dalam mengatasi ancaman-ancaman non-konvensional.

12. Peluang dan Kendala .

a. Peluang. Pengaruh lingkungan strategi yang memberikan peluang untuk mendukung terciptanya stabilitas keamanan nasional adalah sebagai berikut:

1) Semakin merebaknya isu-isu ancaman non-konvensional yang melanda dunia khususnya masalah terorisme internasional akan semakin memberikan dorongan kepada masyarakat untuk memberikan legitimasi politik dan hukum bagi TNI dalam memelihara kepentingan nasional sebagaimana yang diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945.

2) Adanya demokrasi yang terbuka dan gerakan ke arah reformasi di sektor keamanan merupakan peluang bagi TNI untuk menyesuaikan fungsi dan tugasnya sebagai dinamisator dan stabilisator pembangunan yang dapat dimanfaatkan. Hal ini penting mengingat kebutuhan akan jaminan keamanan masyarakat dalam melaksanakan aktivitas kesehariannya tidaklah cukup hanya mengandalkan aparat Pemerintah Daerah dan Polri, akan tetapi dibutuhkan pelibatan TNI dalam mengatasi kompleksitas ancaman-ancaman yang bersifat non-militer.

/ 3) Bergesernya….. 3) Bergesernya konsep “security dependence” menjadi “security interdependece” atau saling keteregantungan keamanan saat ini dimana dimaknai bahwa ancaman suatu negara merupakan ancaman bersama, sesungguhnya telah memberikan peluang bagi

(27)

Indonesia dalam mengelola kemampuan aparatnya untuk mengatasi ancaman-ancaman melalui kerjasama atas kepentingan bersama, sehingga dapat melibatkan TNI sebagai salah satu unsur pendukung dalam kegiatan operasi militer selain perang, khususnya dalam menangani ancaman non-konvensional yang nota bene membutuhkan kemampuan teknis opersional yang memadai ditinjau dari aspek peralatan dan security skill.

4) Lahirnya pasar bebas yang berimplikasi terhadap berkurangnya arti penting sebuah tapal batas negara, akan dapat menempatkan jaminan keamanan nasional sebagai syarat mutlak untuk dapat menjamin kelancaran kegiatan ekonomi. Karena itu, peluang tersebut dapat dimanfaatkan sebagai dasar untuk memberikan kontribusi aktif dalam tugas-tugas kemanusiaan, misi-misi damai maupun dalam kerangka menjamin security cross border.

5) Adanya kecenderungan dunia yang menghendaki “global peace” positif, secara prospektif memberikan peluang untuk dapat memperbaiki struktur Angkatan Bersenjata (TNI) dalam rangka menuju profesionalismenya.

b. Kendala. Di lain pihak lingkungan strategi juga memberikan kendala-kendala antara lain sebagai berikut :

1) Di bidang politik, secara profesional TNI tidak lagi terlibat dalam day to day politics serta tugas keamanan dalam negeri sepenuhnya dijalankan oleh Polri, sehingga kehadiran TNI di tengah – tengah masyarakat dalam kerangka pelibatan operasi militer selain perang yang dilaksanakan TNI

/dapat….. dapat memunculkan resistensi masyarakat yang cukup tinggi bilamana tanpa didukung oleh undang-undang pelibatan TNI sebagai payung hukum.

(28)

2) Di bidang ekonomi, dengan adanya pertumbuhan ekonomi nasional yang belum stabil serta keterbatasan sumber anggaran yang tersedia, maka pembinaan sumberdaya, pemeliharaan alat-peralatan serta peningkatan kemampuan TNI secara profesional akan mengalami kendala yang mendasar.

3) Di bidang sosial budaya, mentalitas masyarakat dan konflik sosial, baik ditingkat atas maupun tingkat bawah belum mendukung kondisi transformasi sektor politik dan keamanan, sehingga mengakibatkan persepsi dan sikap yang berbeda dalam melihat masalah-masalah fenomena sosial yang terjadi di tengah-tengah masyarakat.

4) Di bidang pertahanan dan keamanan, masih lemahnya aparat keamanan (Polri) maupun aparat pemerintah daerah dalam mengatasi dan menanggulangi kejahatan transnasional seperti terorisme, lalu lintas orang asing atau arus pengungsi dan imigrasi gelap, penyelundup dan pencurian sumberdaya baik di darat maupun di laut dan sebagainya. Dengan dipisahkannya Polri dan TNI telah membatasi makna dari fungsi dan tugas TNI dalam memberi jaminan keamanan terhadap negara dan bangsa, dimana dengan pemisahan tersebut tidak dijabarkan dalam suatu bentuk konsep pemahaman bahwa masalah pertahanan adalah bagian dari masalah keamanan baik yang bersifat ancaman militer maupun non-militer seperti yang diatur dalam UU No.3 2002.

/ BAB – IV….. BAB - IV

(29)

KONSEPSI TUGAS TNI SELAIN PERANG DALAM UPAYA MENGHADAPI ANCAMAN NON KONVENSIONAL 13. Umum .

Seperti diketahui bahwa dalam penyelenggaraan pertahanan negara didasarkan pada spektrum “ancaman dan gangguan” serta “permintaan bantuan” dari pihak yang berwenang. Oleh karenanya dalam penggunaan komponen utama TNI dalam setiap tugas-tugas selain perang maka senantiasa dibutuhkan legitimasi politik dan payung hukum yang memadai. Secara umum pola penggunaan kekuatan TNI pada prinsipnya terefleksi pada pokok-pokok pelibatan kekuatan TNI selain perang sebagaimana yang tertuang dalam UU tentang Pertahanan Negara No. 3 tahun 2002 pada Pasal 10 ayat (3) c.

Konsepsi Tugas TNI Selain Perang yang kini dikembangkan tidak terlepas dari perkembangan dinamika dan situasi dan kondisi lingkungan strategis yang semakin kompleks sehingga konsepsi dan pola penanganan setiap ancaman akan sangat tergantung dari bentuk-bentuk serta “trend” dan “issues” yang berkembang di tengah-tengah masyarakat baik dalam dimensi nasional maupun internasional. Secara universal tugas Angkatan Bersenjata di dunia telah menekankan pentingnya “Operasi Militer Selain Perang” dengan menitik beratkan pada kemampuan untuk melaksanakan bantuan yang bersifat kemanusiaan (civic mission) serta bantuan pencarian dan pertolongan (search and rescue) menyusul bergesernya bentuk-bentuk ancaman yang bersifat konvensional yang sarat dengan ancaman penggunaan persenjataan pemusnah massal termasuk ancaman proliferasi nuklir menuju ke dalam sebuah ancaman non-konvensional yang bernuansa global. (Lihat : Gambar Spektrum Konflik dan pelaksanaan operasi militer selain perang pada Lampiran 5a).

Di samping itu, dengan semakin mengemukanya ancaman-ancaman non-konvensional, maka TNI dituntut agar memiliki system penggunaan kekuatan di luar

perang yang menjadi bagian dari wujud posturnya. Untuk itu TNI harus mampu

(30)

/ merespon….. merespon dan menjawab tantangan ancaman di mana menempatkan TNI sebagai unsur integratif dalam konteks pengerahan kekuatannya, kemampuannya, serta gelar pasukannya sesuai dengan peran, tugas dan fungsi yang diproyeksikan dalam pola operasi militer selain perang, khususnya dalam melaksanakan tugas bantuan kemanusiaan, perbantuan kepada Kepolisian Negara dalam rangka tugas keamanan dan ketertiban masyarakat, bantuan kepada pemerintahan sipil, bantuan pencarian dan pertolongan, bantuan pengungsian dan penanggulangan bencana alam serta bantuan perdamaian dunia.

14. Kebijaksanaan .

Titik pangkal tugas TNI selain perang merupakan langkah pengoperasian kekuatan TNI yang dilaksanakan tidak dalam konteks pertempuran maupun perang bangsa untuk menghadapi ancaman militer negara lain. Akan tetapi Penggunaan kekuatan TNI dalam kerangka kepentingan nasional untuk mengeliminir adanya ancaman yang bersifat non-militer yang dapat mengganggu stabilitas keamanan nasional serta keselamatan bangsa dan kedaulatan negara. Tugas ini tidak hanya dilakukan oleh TNI saja, namun merupakan pengintegrasian dari seluruh kekuatan nasional yang meliputi kekuatan TNI dan elemen sipil lainnya serta melibatkan seluruh departemen pemerintahan dan swasta terkait sebagai bentuk dari penjabaran Sistem Pertahanan Semesta (Sishanta).

Karena itu formulasi dan konsepsi Tugas TNI dalam menghadapi berbagai ancaman khususnya ancaman non-konvensional, maka pendekatan pola operasionalnya lebih diarahkan pada kebijaksanaan implementasi Tugas TNI selain Perang yang dikenal sebagai “Military Operations Other Than War (MOOTW)” yang berlaku secara universal sebagai landasan pokok bagi TNI baik secara politik maupun hukum dalam melibatkan dirinya sebagai aparat negara dalam kerangka pencapaian kepentingan nasional.

Dalam penyelenggaraan fungsi pertahanan dan fungsi keamanan negara, secara legalistik TNI mempunyai peran terutama dalam bidang pertahanan

(31)

yang dikaitkan dengan ancaman yang datang dari luar negeri.18 Namun tidak berarti bahwa TNI tidak

/ dapat…… dapat digunakan dalam bidang keamanan, sebab secara konseptual masalah pertahanan adalah bagian dari masalah keamanan. Namun dalam aktualisasi perannya dalam pemeliharaan keamanan nasional, TNI digunakan dalam kapasitas membantu Polri atau Pemerintahan Sipil melalui prosedur permintaan bantuan militer dengan dipayungi peraturan hukum perundang-undangan yang berlaku.19

Untuk itu, TNI secara struktural dan sistemik dalam melaksanakan kewajibannya berperan memperkuat keamanan nasional dengan membangun kepercayaan internasional dan mencegah konflik melalui penangkalan agresi dari luar negeri. Di samping itu, TNI juga berperan sebagai penegak kedaulatan negara, penindak dan penyanggah awal terhadap ancaman, pelatih rakyat dalam tugas pertahanan negara, penegak hukum di laut dan di udara, serta berperan sebagai unsur pelaksana sumbangan bangsa dalam turut memelihara perdamaian dunia.

Oleh karenanya definisi kerja yang digunakan sebagai dasar penentuan tataran penyelenggaraan fungsi TNI dalam rangka pertahanan dan “keamanan nasional” adalah “tataran yang mengatur kewenangan penyelenggaraan pertahanan negara, baik secara vertikal dilihat dari strata organisasi pertahanan, kepolisian dan pemerintahan, maupun horizontal ditinjau dari pembagian daerah geografis dalam masa damai maupun perang.”

Adapun kebijaksanaan mendasar yang menjadi acuan dalam mengembangkan konsepsi Tugas TNI khususnya dalam menangkal ancaman non-konvensional dititikberatkan pada tiga hal penting diantaranya sebagai berikut :

a. Tataran Kewenangan Pertahanan dan Keamanan Negara .

18 Indria Samego (Ed), Sistem Pertahanan Keamanan Negara, Analisis Potensi dan Problem, The

Habibie Center, 2001, hal. 48-49.

(32)

Masalah tataran kewenangan penyelenggaraan dan fungsi pertahanan dan keamanan negara secara mendasar mengacu pada kaidah penuntun sebagai berikut:

1) Ketetapan MPR RI Nomor VI/MPR/2000 tentang Pemisahan TNI dan Polri; Ketetapan ini menjelaskan tentang pemisahan secara institusional baik TNI maupun Polri dalam menjalankan perannya sebagai aparat pertahanan dan keamanan.

/2) Ketetapan…. 2) Ketetapan MPR RI Nomor VII/MPR/2000 tentang Peran TNI dan Polri; Ketetapan ini menjelaskan tentang peranan dan kewenangan TNI dan Polri di dalam melaksanakan fungsinya dimana TNI sebagai instrumen negara di bidang pertahanan yang dikaitkan dengan ancaman yang datang dari luar negeri sedangkan Polri berfungsi untuk memelihara keamanan yang meliputi pemeliharaan ketertiban umum, penanggulangan masalah kejahatan, perlindungan terhadap warga/penduduk dari gangguan kejahatan dan atau bencana alam. Namun demikian dalam Pasal 4 (1), TNI dapat membantu kegiatan kemanusiaan (civic mission) sedangkan dalam Pasal 4 (2), disebutkan bahwa “TNI dapat memberikan bantuan kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam rangka tugas keamanan atas permintaan yang diatur dalam Undang-Undang. Selain itu, dalam Pasal 4 (3) TNI dapat melaksanakan tugas-tugas Peace Keepeing Operation (PKO) di bawah bendera PBB. Dari ketiga ayat tersebut dalam Pasal 4 diterapkan dalam keadaan tertib sipil maupun dalam kedaan darurat sipil.

3) Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara; Dalam Undang - Undang tersebut Polri ditetapkan sebagai pengemban fungsi kepolisian dengan peran memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, memberi perlindungan pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat sebagaimana yang tertuang dalam Pasal 13, 14 dan

(33)

15. Namun demikian, dalam pasal 41 (1) juga dijelaskan bahwa “dalam rangka melaksanakan tugas keamanan Kepolisian Negara Republik Indonesia dapat meminta bantuan kepada TNI yang diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah (PP).

4) Undang-Undang RI Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara; Dalam Undang-Undang ini di samping menjelaskan bahwa pertahanan negara adalah segala usaha untuk mempertahankan kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI, dan keselamatan segenap bangsa dari ancaman

/dan….. dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara juga menekankan bahwa sistem pertahanan negara dalam menghadapi ancaman non-militer menempatkan lembaga pemerintahan di luar bidang pertahanan sebagai unsur utama, sesuai dengan bentuk dan sifat ancaman yang dihadapi dengan didukung oleh unsur-unsur lain dari kekuatan bangsa seperti yang dijelaskan dalam Pasal 7 (3), serta pada Pasal 10 (3) c tentang Operasi Militer Selain Perang.

5) Undang-Undang No 23 Prp Tahun 1959 tentang Keadaan Bahaya; Undang-Undang tersebut pada dasarnya telah dirubah menjadi Undang – Undang PKB yang telah disetujui oleh DPR, tetapi belum diundangkan oleh pemerintah. Dalam Undang-Undang ini terdapat tiga skala tentang Penanggulangan Keadaan Bahaya yakni; untuk darurat sipil menjadi keadaan khusus; darurat militer menjadi keadaan darurat; dan perang menjadi keadaan perang.

6) Peraturan Pemerintah RI Nomor 16 Tahun 1960 tentang Permintaan dan Pelaksanaan Bantuan Militer serta Undang Undang Nomor 28 tahun 1997. Dalam peraturan No 16 tahun 1960 sesuai Pasal 3 bahwa, dalam keadaan tertib sipil TNI dapat memberikan bantuan militer kepada pemerintah daerah, sedangkan dalam Pasal 27 UU No. 28 tahun 1997, TNI dapat

(34)

memberi bantuan kepada Polri berdasarkan mekanisme pelibatan “atas permintaan”.

7) Perpu No. 1 dan 2 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme (Anti Terorisme) serta pemberlakuan Perpu No 1 Tahun 2002 pada peristiwa peledakan bom Bali tanggal 12 Oktober 2002 ; Dalam Perpu No. 1 Pasal 26 menyebutkan bahwa “untuk memperoleh bukti permulaan yang cukup, penyidik dapat menggunakan laporan intelijen”. Adapun laporan intelijen yang dimaksud adalah bersumber dari Kepolisian, Kejaksaan, Direktorat Jenderal Imigrasi, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Tentara Nasional Indonesia (TNI), atau Badan Intelijen Negara.20

/8) Inpres…. 8) Inpres No. 5/2002 tentang Koordinasi Intelijen yang melibatkan BIN, BAIS TNI, Badan Itelijen Kepolisian serta lembaga intelijen lainnya seperti kejaksaan. Inpres ini sesungguhnya mengatur mekanisme koordinasi intelijen nasional meskipun masing-masing lembaga mempunyai otoritas, akan tetapi melalui Inpres tersebut juga menunujukkan bahwa intelijen TNI menjadi salah satu bagian penting dalam memberikan informasi awal tentang gangguan dan ancaman keamanan yang kelak terjadi serta dapat menjadi bukti permulaan yang cukup dalam penyidikan. 9) Rule of Engagement yang berdimensi internasional (resolusi-resolusi PBB atau konvensi tentang keamanan bersama) yang berdasarkan Piagam PBB; Hal ini dapat digunakan sebagai dasar pelibatan yang berlaku secara universal sesuai tingkat kepentingannya misalanya menyangkut upaya “humanitarian intervention” yang memperbolehkan militer terlibat sebagai mediator atau peace keeping dalam ikut mengatasi berbagai konflik yang dapat mengarah pada ancaman kemanusiaan seperti crime against humanity atau genocide.

Meskipun demikian, sesungguhnya beberapa peraturan hukum dan perundang-undangan tersebut masih membutuhkan penjabaran lebih

(35)

lanjut dalam bentuk Peraturan Pemerintah. Penjabaran ini sangat mendesak agar tidak terjadi kesalahan persepsi dalam penafsirannya, khususnya yang terkait dengan Tugas TNI Selain Perang.

Salah satu contoh aktual yang bisa dikutip adalah tentang perbantuan satuan TNI dalam tugas kepolisian, sebagaimana diatur dalam Tap MPR RI No VII/MPR/2000 Pasal 4 (2). Pasal 4 (2) menyebutkan bahwa “Tentara Nasional Indonesia memberikan bantuan kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam rangka tugas keamanan atas permintaan yang diatur dalam Undang-undang”. Hingga saat ini, belum ada Peraturan Pemerintah yang menjabarkannya.

Sementara pada Undang-Undang No.3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, walaupun sudah diatur tentang Tugas TNI Selain Perang pada Pasal 10

/ ayat 3….. ayat 3 (c), namun cakupannya sangat sempit karena hanya menyangkut civic mission, disaster relief dan bantuan SAR. Undang-undang tersebut tidak memasukkan ancaman-ancaman non-konvensional seperti pembajakan dan perompakan di laut, imigran ilegal, penyelundupan senjata dan lain sebagainya sebagai cakupan Tugas TNI Selain Perang. Mengingat bahwa cakupan Tugas TNI Selain Perang cukup luas dan melibatkan berbagai aspek di luar aspek militer, maka eksistensi Pasal 10 ayat 3 (c), dipandang kurang memayungi MOOTW di lingkungan TNI. Meskipun untuk jangka pendek dapat saja dianggap sudah memayungi pada tingkat minimal, tetapi alangkah lebih baiknya bila ke depan terdapat undang-undang yang mengatur pelibatan TNI secara rinci.

Namun begitu, sejumlah peraturan hukum dan perundang-undangan tersebut juga secara tegas menggambarkan keberadaan fungsi TNI dalam memainkan perannya sebagai unsur pertahanan dan keamanan dalam sistem nasional secara keseluruhan. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa tataran kewenangan pertahananan dan keamanan negara dapat dilaksanakan oleh TNI berdasarkan tugas dan perannya

(36)

berlaku serta disesuaikan pada tingkat keadaan yang diperlukan. Artinya bahwa TNI dapat menjalankan tugas, peran dan fungsinya dengan menempatkan konsepsi “Operasi Militer Selain Perang” sebagai sebuah pola yang berlaku secara universal dalam penanganan berbagai spektrum ancaman keamanan nasional yang bersifat non-konvensional/non-tradisional. (Lihat Model Operasi Militer Selain Perang/MOOTW pada Lampiran 5b).

b. Sistem Manajemen Pertahanan Negara .

Untuk mewujudkan kemampuan pertahanan negara yang handal, diperlukan upaya nasional terpadu yang melibatkan segenap potensi dan kekuatan bangsa. Oleh karenanya terciptanya keterpaduan dalam mewujudkan kemampuan tersebut merupakan tuntutan mutlak agar upaya yang dilakukan dapat

/ berhasil…… berhasil secara optimal dalam menghadapi berbagai masalah yang dapat mengancam keselamatan dan kedaulatan negara Republik Indonesia. Ditinjau dari segi kesisteman, upaya pertahanan negara dapat dipandang sebagai suatu sistem yang memadukan berbagai kegiatan dalam rangka mentransformasikan segenap potensi dan kekuatan nasional menjadi kekuatan dan kemampuan pertahanan yang siap digunakan untuk mengatasi setiap ancaman, tantangan, gangguan, dan hambatan. Dengan mengacu pada peraturan dan perundang-undangan serta berbagai doktrin yang ada, maka sistem manajemen pertahanan negara menjadi penting dalam mendukung terlaksananya tugas TNI sebagai instrumen dan komponen utama pertahanan negara.

Dalam sistem manajemen pertahanan negara dapat diposisikan sebagai supra sistem yang didalamnya terdapat tiga sistem yaitu: (1) sistem manajemen sumber daya pertahanan negara, (2) sistem manjemen pembinaan kekuatan/kemampuan pertahanan negara, (3) dan sistem manajemen penggunaan kekuatan/kemampuan pertahanan negara. Berkaitan dengan tugas-tugas TNI dalam menghadapi ancaman non-konvensional, maka dari ketiga sistem yang menjadi fokus perhatian

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian yang dilakukan oleh Rizki Revianto Putera tahun 2013, dengan judul Penerapan Kano Model dalam Proses Pengambilan Keputusan Penyediaan fasilitas dan Alternatif

Hasil penelitian menunjukkan bahwa cognitive behavior therapy efektif untuk menurunkan tingkat body shame subyek penelitian dibandingkan dengan beauty class.. Kata kunci :

Peneliti berharap metode peramalan dan hasil peramalan tersebut dapat digunakan sebagai tambahan informasi bagi pihak dinas kesehatan di kabupaten malang dalam menentukan

This Christian writer has chosen historical fiction as a vehicle to communicate her love of history and her conviction that the drama of the past can provide valuable lessons for

program youth discovery untuk meningkatkan psychological well-being remaja. dan kaum muda melalui

• Sebelum program pengukuran kerja dilakukan, hendaknya manajer administrasi melakukan beberapa perencanaan dan investigasi secara menyeluruh dari berbagi alternatif yang tersedia.

aspek sikap tertinggi berturut-turut diperoleh pada kelompok Mina Mukti dan Cipta Rasa di Kecamatan Dar- maraja, Kabupaten Sumedang, Pro- vinsi Jawa Barat yaitu 40%

Pantai Sindangkerta dijadikan kawasan Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) dengan keputusan Bupati Pemerintah Daerah Kabupaten Tasikmalaya Nomor: 660.1/Kep/165/I.H/2000