• Tidak ada hasil yang ditemukan

HijaunyaLembahHijaunyaLerengPeg-DewiKZ-118tmt

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HijaunyaLembahHijaunyaLerengPeg-DewiKZ-118tmt"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

HIJAUNYA LEMBAH

HIJAUNYA

LERENG PEGUNUNGAN

Jilid 118

Cetakan Pertama

PENERBIT:

“MURIA”

YOGYAKARTA

(3)

Kolaborasi 2 Website :

Tiraikasih Website

http://kangzusi.com/

dengan Pelangi

Di Singosari

http://pelangisingosari.wordpress.com/

Pembuat Ebook :

Sumber Buku Karya SH MINTARDJA

Scan DJVU : Ismoyo, Arema

Converter & Editor Ebook : Dewi KZ

--ooo0dw0ooo-

Naskah ini untuk keperluan kalangan sendiri, penggem ar karya S.H. Mintardja dim ana saja berada y ang

berkum pul di W eb Pelangi Singosari dan Tiraikasih

Jilid 118

"T ERIMA KASIH NGGER. Aku m engerti m aksud angger. Agaknya angger m encemaskan kem ungkinan ada orang-orang yang langsung m em buru anak Ki Buy ut Sendang Apit itu sam pai kemari.”

"Ya, Ki Bekel." jaw ab Mahisa Murti, sem entara Kiai Wijang m enyambungnya "Kam i m em baca naluri kedua pengawal yang tajam itu, sehingga m ereka m erasa perlu m em indahkan m om ongannya."

Ki Bekel m engangguk-angguk. Dengan nada rendah ia bergumam "Jika dem ikian, maka kami haru s bersiap -siap sepenuhnya. "

(4)

Dengan sungguh-sungguh Mahisa Murtipun m enjawab "Ya. Pa dukuhan ini harus benar-benar bersiap. Yang akan dihadapi mungkin bukan sekedar perampok betapapun kuatnya. Tetapi mungkin satu kelom pok khusus yang dikirim untuk m em buru anak ki Buy ut Sendang Apit itu." Demikianlah, maka Mahisa Murti dan Kiai Wijangpun m ohon diri. Sem entara itu, Ki Bek elpun langsung m em erintahkan anak -anak m uda padukuhan itu bersiap -siap. Bahkan bukan hanya anak-anak muda, t etapi semua laki-laki yang berani dan masih m em iliki tenaga dan kemampuan untuk ikut m engamankan padukuhan m ereka dari pihak manapun juga.

Ki Bekel sendiri tidak hanya sekedar m em beri perintah. Tetapi ia sudah berniat untuk m em im pin langsung kekuatan padukuhan itu jika terjadi sesuatu. Dengan dem ikian, maka setiap bebahupun telah ikut bersiap-siap pula m enghadapi setiap kemungkinan y ang dapat terjadi.

Menj elang senja, m aka seperti y ang dikatakan oleh Mahisa Murti, m aka Putut Lembana dan Mahisa Semu telah berada di padukuhan itu berserta am pat orang cantrik pilihan. Pada waktu yang sama, dua orang Putut yang lain serta am pat orang cantrik pula telah berada di padukuhan induk Kabuyutan Talang Alun. Kehadiran anak Ki Buy ut Sendang Apit agaknya telah m em buat padukuhan induk Kabuyutan Talang Alun juga bersiap -siap m enghadapi segala kemungkinan atas perm intaan kedua orang pengawal anak Ki Buy ut Sendang Apit itu.

Berbeda dengan kehadiran Putut Lem bana dan Mahisa Semu di Logandeng y ang langsung berhubungan dengan Ki Bekel, m aka Putut Manyar dan Putut Param a serta para cantrik y ang datang bersam anya, justru langsung berada di banjar bersam a anak-anak muda y ang sudah m ereka kenal dengan baik.

Namun ternyata tidak seorangpun diantara anak-anak muda yang m engetahui, bahwa anak Ki Buyut Sendang Apit ada di padukuhan induk itu. Tidak seorangpun y ang m eny ebutnya. Bahkan seorang bebahu y ang ada diantara m erekapun tidak m enyinggung bahwa diantara para pengungsi itu terdapat anak Ki Buyut Sendang Apit.

(5)

Namun ju stru karena itu , maka kedua Putut dan para cantrik dari Padepokan Bajra Seta juga tidak m eny ebut sam a sekali tentang pengungsi yang khusus itu.

Ketika m alam turun, m aka baik di padukuhan induk, m aupun di padukuhan Logandeng, gardu-gardupun telah berisi. Demikian pula banjar padukuhan. Ki Bekel dan para bebahu juga sudah berada di banjar pula.

Ki Bekel y ang duduk dipendapa banjar bersama Putut Lem bana dan Mahisa Semu serta para bebahu telah m em bicarakan banyak kem ungkinan yang dapat terjadi di padukuhan itu.

Dalam pada itu, maka Putut Lembanapun berkata "Ki Bekel. Keadaan ini m ungkin akan berlangsung untuk waktu yang agak panjang. Ki Bekel harus berusaha untuk selanjutnya, m engatur tugas-tugas anak-anak muda. Karena tugas-tugas m ereka m em erlukan waktu, m aka sebaikny a sem ua tenaga jangan dihentakkan habis-habi san. Jika malam ini sem ua anak muda dan laki-laki keluar dari rumah, dapat dim engerti, justru pada hari yang pertama. Nam un m ulai besok, sebaikny a Ki Bekel mulai m enghemat tenaga. Anak-anak muda dan laki-laki di padukuhan ini dapat diatur bergantian. Dengan dem ikian maka tenaga m ereka tidak terham bur sia -sia.”

Ki Bekel m engangguk-angguk. Katanya "Aku sependapat ngger. Tetapi hari ini aku tidak sempat m elakukannya. T etapi malam nanti, m enjelang dini, aku akan m em anggil para bebahu untuk m engatur kegiatan di m alam -m alam berikutnya. "

Tetapi pem bicaraan m ereka terputus ketika dua orang anak muda naik ke pendapa banjar dengan tergesa -ge sa.

"Ada apa ? " bertanya Ki Bekel.

"Ki Bekel" jaw ab salah seorang dari anak muda itu "aku m elihat sekelom pok orang yang tidak dikenal m endekati padukuhan ini. "

"Mungkin m ereka sekelom pok pengungsi y ang baru datang" desis Ki Bekel.

(6)

"T idak. Mereka semuanya laki-laki bersenjata. "

Ki Bekel term angu -m angu sejenak. Namun kem udian katanya " aku akan ke pintu gerbang padukuhan."

"Mereka sudah semakin dekat. Kam i y ang berada di bulak berlari lewat pem atang dan tanggul parit m endahului m ereka." berkata salah seorang dari keduanya.

Ki Bekelpun dengan tergesa -gesa telah bersiap m enuju ke regol padukuhan. Putut Lem bana, Mahisa Semu dan para bebahupun ikut pula bersam anya. Sementara anak-anak muda dan laki -laki yang ada di banjar dim inta m em persiapkan diri.

"Hubungi gardu-gardu peronda. Kalian datang kepada m ereka. Jangan buny ikan isyarat lebih dahulu sebelum semuanya jelas. Mungkin kita memang tidak perlu m em buny ikannya. Anak-anak muda yang ada di gardu dibelakang regol akan dapat m enjadi penghubung jika baik sekali."

Dem ikianlah, maka Ki Bekel serta beberapa orangpun telah m enuju ke regol padukuhan. Beberapa saat m ereka m enunggu. Sementara itu kepada beberapa orang anak muda yang ada di gardu dibelakang regol, Ki Bekel m inta m ereka m engamati keadaan. Mungkin m ereka m em ang tidak m elewati regol padukuhan.

"Buat hubungan dari gardu ke gardu untuk m engam ati seluruh jalan m asuk ke padukuhan ini. " berkata Ki Bekel k epada anak-anak muda y ang sedang m eronda.

Anak-anaK muda y ang sedang m eronda itupun sea -era m enjalankan tugas sebagaimana diperintahkan oleh Ki Bekel. Mereka segera m em encar untuk m enghubungi gardu -gardu yang tersebar. Beranting perintah Ki Bekel itupun dalam w aktu yang singkat telah sam pai kepada para peronda di gardu-gardu terutam a yang dekat dengan jalur jalan m emasuki padukuhan itu. Untuk beberapa saat Ki Bekel m enunggu. Dem ikian pula anak-anak muda y ang m engawasi setiap pintu regol. Namun m ereka tidak m elihat seorangpun. Bahkan para peronda itu tidak saja m engawasi jalan-jalan m asuk, tetapi juga dinding padukuhan

(7)

yang seakan-akan setiap jengkal m endapat pengawasan yang sungguh-sungguh.

Putut Lembana yang berada di reg ol induk bersama Ki Bekel itu dengan kepekaan panggraitannya m erasakan satu kejanggalan. S ekelom pok orang itu tentu sudah berada disekitar padukuhan itu. Mungkin m ereka sengaja m enunggu . Tetapi mungkin tidak.

Karena itu, seakan-akan dem ikian tiba -tiba ia berkata "Ki Bek el, aku akan pergi ke banjar. Aku ingin melihat rumah tem pat anak Ki Buyut Sendang Apit itu kemarin tinggal, sebelum dipindahkan kerumah Ki Buyut Talang Alun. "

"Untuk apa ?" bertanya Ki Bekel.

"Aku akan m elihatnya " jawab Putut Lem bana. Lalu katanya kepada Mahisa Semu " Marilah. Kita lihat rumah itu.”

Dengan tergesa -ge sa Putut Lem bana dan Mahisa S em u telah pergi ke banjar. Nam un sebelum m ereka sam pai, ternyata m ereka telah m elihat keributan y ang terjadi.

Dem ikian Putut Lembana sam pai ke banjar, m aka iapun segera bertanya "Apa yang terjadi ?"

"Beb erapa orang telah m endatangi rumah sebelah" jaw ab anak muda itu.

"Dimana para cantrik sekarang ?" bertanya Mahisa Sem u "Mereka telah pergi k erumah sebelah," jawab anak muda itu . Lalu katanya pula "Kaw an-kawan juga sudah pergi kerumah sebelah."

Putut Lembana dan Mahisa Semupun segera berlari Putut Lem bana itu sempat berdesis "Aku sudah m engira Mereka tentu bukan orang k ebanyakan. Mereka m am pu m em asuki padukuhan ini tanpa diketahui oleh para peronda dan anak-anak muda yang bertugas."

"Kenapa m ereka m endatangi rumah itu ?" bertanya Mahisa Semu.

(8)

"Mereka m engira bahwa anak Ki Buyut Sendang Apit m asih berada ditem pat itu. "

Mahisa Sem u tidak sempat bertanya lagi. Mereka telah m emasuki halam an rumah sau dara Ki Bekel y ang sebelumnya m enjadi tempat tinggal ai.ak Ki Buyut Sendang Apit y ang telah m engungsi dari Kabuyutannya y ang sedang kalut.

Pertem puran m em ang telah terjadi di halaman rumah itu Para cantrik telah terlibat pula didalamnya selain beberapa orang anak muda. Bebahu Sendang Apit y ang m engungsi dirumah itupun telah ikut bertem pur pula bersam a anak-anak muda Logandeng.

Namun sebenarnyalah bahwa orang-orang y ang datang m enyerang itu m em iliki beberapa kelebihan dari anak-anak muda Logandeng. Untunglah para cantrik sudah ada diantara m ereka, sehingga m eskipun hanya am pat orang, namun para cantrik itu dapat m em berikan kekuatan dan lebih dari itu, keem pat cantrik y ang bertempur dengan garangnya itu m enjadi pendor ong jiwani bagi keberanian anak-anak m uda Logandeng sebagaimana saat m ereka bertem pur dengan sekel om pok perampok yang dipim pin oleh Jaran Abang.

Kedatangan Putut Lem bana dan Mahisa Semu ternyata telah m em bangkitkan k eberanian y ang semakin tinggi. Beberapa orang anak muda diluar sadarnya tiba -tiba saja sudah bersorak, sehingga sekelom pok orang yang m enyerang padukuhan Logandeng itu terkejut. Merekapun segera sadar, bahwa yang datang itu tentu orang-orang y ang dianggap penting oleh anak-anak muda Logandeng itu.

Sebenarnyalah ketika Putut Lembana dan Mahisa Semu mulai turun kegelanggang, m aka orang-orang y ang datang m eny erang itu m engetahui dengan pasti, bahwa dua orang anak muda itu m em iliki banyak kelebihan dari anak-anak muda yang lain.

Pem im pin sekelom pok orang y ang m eny erang padukuhan itupun telah berusaha untuk dapat langsung m enghadapi Putut Lem bana. Sementara itu, Putut Lem banapun tidak m enghindarinya.

(9)

"Kau tentu bukan bagian dari anak-anak m uda Logandeng" geram lawannya itu.

"Kenapa ? Aku adalah bagian dari m ereka. Aku kemanakan Ki Bek el Logandeng " jawab Putut Lembana.

"Om ong k osong" geram orang itu sam bil m enyerang.

Dengan tangkas Putut Lem bana m enghindari serangan itu. Bahkan iapun telah mulai m eny erang pula dengan cepatnya.

Sementara itu, lawannya itu bertanya pula "Dim ana kau sem bunyikan anak itu he ?"

"Anak yang mana ?" jawab Putut Lembana.

"Jangan berpura-pura. Jika kam i tidak m enemukan anak itu , maka padukuhan ini akan kam i hancurkan. " geram orang itu.

"Kau salah m enilai kemam puan anak-anak muda Logandeng" jawab Putut Lembana " tetapi semuanya sudah terlanjur. Kau sudah terlanjur m enginjak bumi Logandeng. Kau telah m em basahi bumi kami dengan darah. Karena itu, maka kalian tidak akan dapat keluar lagi dari padukuhan ini. Kem ungkinan terbaik bagi kalian hanyalah m eny erahkan diri. Karena kami tidak terbiasa m em bunuh orang y ang sudah m eny erah.”

Orang itu benar-benar m enjadi marah. Ia m erasa terhina oleh kata-kata Putut Lembana. Karena itu, maka iapun kem udian m enyerang dengan garangnya.

Tetapi Putut Lem bana dengan tangkasny a m enghindari serangan itu dengan loncatan panjang. Lawannya m engira bahwa Putut Lem bana itu terdesak. Tetapi Putut Lem bana justru tertawa sam bil berkata "Apakah kau benar-benar orang Pudaklamatan? Atau kau datang dari Padepokan Kencana Pura y ang lebih dikenal dengan Padepokan Renapati?"

"Setan kau. Darim ana kau dapat meny ebut semuanya”

Putut Lembana m eloncat m enghindari serangan lawannya. Namun ia sem pat bertanya pula "Siapa namamu he? Kau kira aku tidak dapat m elihat bahwa ada beberapa orang diantara kalian

(10)

yang m em iliki unsur gerak y ang senafas. Tentu kemam puan itu kajian terim a dari sebuah perguruan”

"Tutup m ulutmu. Aku akan m em bunuhmu " geram orang itu. Putut Lem bana tidak bertanya lagi. Pertem puran diantara keduanya m enjadi semakin sengit. Tetapi justru Putut Lembana m engenali kesam aan unsur gerak dari beberapa orang kawannya, maka seakan-akan tanpa m enyadarinya, iapun mulai m em perhatikan beberapa orang y ang m engaku anak-anak muda Pa dukuhan Logandeng. Pada setiap k esem patan ia m encoba m engenali unsur gerak anak-anak muda yang bertem pur dihalaman. Ternyata orang itupun mam pu mengenali ke samaan antara beberapa orang y ang ternyata adalah para cantrik dari Pa depokan Bajra Seta.

Ham pir diluar sadarnya pula orang itu berteriak "He, siapa sebenarnya kau dan beberapa orang y ang ada disini, he? Jika kau dapat m eny ebut aku dari sebuah perguruan, bukankah kau dan beberapa orang kawanmu juga datang dari sebuah perguruan? "

"Ya " jaw ab Putut Lem bana "seorang y ang berilmu telah datang ham pir setiap pekan dua kali untuk m elatih kami, anak-anak muda Logandeng dalam olah kanuragan. Memang tidak semua, tetapi sebagian dari kami."

Orang itu m enggeram m arah. Dengan serta m erta ia m eningkatkan k em am puannya m eny erang Putut Lembana bagaikan arus banjir bandang.

Tetapi Putut Lembana t ernyata cukup tangkas. Serangan-serangan law annya dapat dihindarinya. Bahkan sekali-sekali iapun telah m em balas m enyerang pula. Bahkan serangan-serangan Putut Lembana cukup m engejutkan lawannya.

Sementara itu, Mahisa Semupun bertem pur dengan sengitnya pula. Ia m enghadapi seorang y ang bertubuh sedang. Namun wajahnya nam pak garang. Seleret bekas luka terdapat dikeningnya, Kepalanya yang botak m em buat kesan tersendiri.

Namun Mahisa Semu dengan tangkasny a m elawan orang berkepala botak itu. Dengan cepat ia berloncatan m enghindari

(11)

serangan-serangan y ang keras. Namun tiba -tiba saja Mahisa Semulah yang meloncat m eny erang.

Law annya m em ang m em iliki pengalaman yang lebih luas. Tetapi bahwa Mahisa Semu y ang telah ditem pa di Padepokan Bajra Seta, telah m em buat lawannya kadang-kadang m enjadi bingung. Mahisa S emu yang bagi lawannya m asih terlalu muda itu, ternyata sulit untuk dapat dikuasainya.

Mahisa Sem u yang telah m endalami latihan -latihan untuk m em bangunkan tenaga dalamnya itu, benar-benar telah m engejutkan lawannya ketika sekali-sekali terjadi benturan Anak yang m asih sangat muda itu ternyata t elah m em iliki kekuatan yang sangat besar, serta kem am puan ilmu y ang m endebarkan.

Bahkan ketika pertem puran itu m enjadi semakin sengit. Mahisa Sem u justru mulai berhasil m enyusupkan serangan-serangannya disela -sela pertahanan lawannya.

Law annya y ang berkepala botak itu terkejut ketika kaki Mahisa Semu ternyata mam pu m enggapai lam bungnya sehingga orang berkepala botak itu terdorong selangkah surut.

Orang itu m eny eringai kesakitan. Nam un m ulutnya telah m engumpat kasar.

Mahisa Sem u yang m elihat lawannya m engam bil jarak, justru tidak m em burunya. Ia berusaha m enahan diri untuk m elihat akibat dari serangannya.

"Anak iblis" geram orang berkepala botak itu "kau benar-benar tidak tahu diri. Kau kira bahwa seranganmu itu benar-benar dapat m engenai tubuhku. Jika sekali kau berhasil itu karena aku ingin m encoba, seberapa jauh kekuatan serta ketram pilanmu."

"Apakah kau sudah dapat menilai hasilny a? " b ertanya Mahisa Semu.

"Gila kau. Aku koyakkan mulutmu" g eram orang itu. Mahisa Semu m emang tidak berbicara lebih banyak lagi.

Namun serangan-serangannya y ang k em udian datang seperti badai yang menghantam dan m engguncang pepohonan

(12)

Orang berkepala botak itu harus m elihat kenyataan. Anak yang masih sangat muda itu ternyata benar-benar telah m enggetarkan jantungnya. Beberapa kali orang berkepala botak itu haru s berloncatan m undur.

Orang berkepala botak itu tidak m enunggu lebih lama lagi. Sementara itu anak-anak m uda m enjadi semakin banyak berdatangan. Bahkan kemudian Ki Bekel dan beberapa bebahu yang m endapat laporan segera datang pula.

Karena itulah, m aka orang -orang y ang datang m eny erang itu haru s mem perhitungkan kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi.

Namun ternyata bahwa orang-orang yang datang itu cukup licik. Dua orang diantara m ereka telah m eny elinap masuk m elalui pintu butulan. Karena pintu itu diselarak dari dalam , m aka pintu itu telah diru sak dan dipecahkan dari luar.

Dua orang itu sempat m enerobos m asuk ke dalam dan m encari anak Ki Buyut Sendang Apit y ang m ereka cari.

Kedua orang itu telah m enggem parkan orang-orang y ang ada didalam rumah itu. Beberapa orang perem puan telah b erteriak. Sementara semua laki-laki telah keluar ikut bertem pur di halaman rumah itu. Term asuk bebahu y ang m engungsi ketempat itu serta adik Ki Bekel itu sendiri.

Tetapi kedua orang itu tidak m enemukan y ang m ereka cari. Didalam rumah itu tidak ada seorang anak laki -laki remaja. Juga pengawal-pengawalnya tidak kelihatan berada di rumah itu.

Sementara itu jerit perem puan didalam rumah itu telah m engundang perhatian anak-anak muda yang ada didalam halaman. Karena itu, maka beberapa orang diantara mereka telah m eloncat berlari kepintu pringgitan.

Seorang cantrik y ang m elihat m erekapun telah m enyusul pula sam bil berkata "Tunggu”

"Aku dengar jerit didalam rumah." berkata seorang anak muda.

(13)

Cantrik itu tidak m enjawab. Tetapi dengan pedang ditangan ia berdiri di depan pintu pringgitan y ang terbuka sedikit.

"Kenapa kau justru berhenti disitu?" bertanya seorang anak muda.

Cantrik itu m asih tidak m enjawab. Namun perlahan-lahan ia berkisar. Dengan hati-hati ia m em perhatikan keadaan diru ang dalam . Beberapa orang perem puan berdiri ketakutan. Nam un cantrik itu sempat m em baca arah pandangan mata perem puan2 itu lewat pintu yang sedikit terbuka itu.

Karena itu, m aka dengan serta m erta cantrik itu t elah m enendang pintu y ang sedikit t erbuka itu. Sekaligus m eloncat dengan pedang terjulur.

Seperti yang diperh itungkan, m aka seorang diantara kedua orang yang ada didalam rumah itu telah m engayunkan senjatanya m enebas kearah leher cantrik itu. Tetapi cantrik itu telah bersiap sepenu hnya. Karena itu, dengan tangkasnya ia m erendah dan sekaligus meloncat m enjauhi pintu. Sementara itu ujung t om bak dari seorangyangsatu lagi telah terjulur pula. Tetapi sekali lagi cantrik itu m eloncat menjauh.

Pa da saat itu, dua orang anak muda telah m enerobos masuk pula, sem entara cantrik itu berteriak "Hati-hati."

Tetapi seorang diantara kedua orang y ang telah berada didalam , y ang siap m eny erang anak-anak muda itu justru haru s m eloncat m enghindari serangan cantrik y ang sudah lebih dahulu masuk. Sedangkan kedua orang anak muda yang m enyusul kemudian itupun segera bersiap m enghadapi orang yang satu lagi.

(14)

Ketika dua orang anak muda y ang lain masuk pula kedalam, maka cantrik itupun berkata "jaga perem puan dan anak-anak itu.”

Namun nam paknya kedua orang y ang m enyelinap m asuk itu tidak ingin bertem pur diru ang dalam y ang sem pit. Tetapi m ereka juga tidak m au keluar lewat pintu depan, karena dengan dem ikian m aka m ereka akan sam pai di pringgitan.

Karena itu, m aka terdengar isyarat dari salah seorang diantara m ereka. Sebuah suitan ny aring telah m enggetarkan seisi rumah itu. Bahkan getarannya terdengar sam pai ke halaman.

Kedua orang yang sudah ada didalam itupun dengan serta m erta telah m eloncat m eninggalkan ru ang dalam m enem bus pintu sam ping m asuk ke serambi dan berlari keluar pintu butulan. Pintu y ang telah m ereka pecahkan ketika m ereka m emasuki bagian dalam rumah itu dengan tidak m elalui pintu depan.

Ternyata isyarat itu bukan sekedar isyarat untuk berlari keluar dari ruang dalam . T etapi juga isy arat, y ang m em beritahukan bahwa didalam rumah itu tidak terdapat orang yang m ereka cari. Didalam rumah itu tidak diketem ukan anak Ki Buy ut Sendang Apit. Tidak pula para pengawalnya.

Isy arat itu terdengar sahut m enyahut. Yang seorang m em berikan i sy arat y ang didengar oleh y ang lain. Yang lainpun telah m em perdengarkan isy arat pula.

Namun dalam pada itu, Putut Lembana y ang bertem pur dengan pem im pin kelom pok dari orang-orang y ang m eny erang itu m endengar pula isyarat itu. Karena itu, m aka serangan-serangan justru m enjadi semakin sengit. Ia sama sekali tidak berniat untuk m em beri kesempatan orang itu m elarikan diri dari arena.

Pertem puran itu m em ang m enjadi semakin sengit. Orang-orang y ang datang m eny erang itu m erasa t elah terjebak dalam satu pertem puran y ang rapat, sehingga sulit bagi m ereka untuk m elarikan diri dari arena. Satu dua orang diantara m ereka

(15)

Sementara itu, cantrik yang bertem pur didalam rumah, serta anak -anak muda y ang bersamanya, ternyata m engalam i kesulitan untuk m engejar kedua orang y ang m elarikan diri itu. Keduanya dengan cepat berpencar dan masuk kedalam gelap.

Cantrik dan anak-anak muda yang mengejarnya ternyata telah kehilangan jejak. Ketika m ereka m enyusul buruan m ereka m eloncati dinding halaman, maka orang yang m ereka kejar itu telah hilang.

Cantrik itupun bersam a dengan anak-anak muda yang ikut m engejar buruan m ereka akhirnya harus kem bali ke halaman, m enyatukan diri dengan kawan-kawan m ereka y ang telah m engepung halam an itu.

Tetapi beberapa orang diantara m ereka ternyata tidak m enunggu lebih lam a lagi, Ketika m ereka m endengar isy arat itu, maka m erekapun dengan serta m erta telah berusaha untuk m encari jalan keluar dari halam an rumah itu.

Pem im pin kelom pok m ereka ternyata tidak m am pu berbuat sesuatu. Dem ikian pula orang yang sedang bertem pur m elawan Mahisa Sem u. Mereka tidak m endapat kesem patan untuk m eninggalkan arena. Putut Lembana dan Mahisa Semu tanggap akan isy arat y ang terdengar, sehingga justru karena itu, m aka m ereka m enjadi seakan-akan sem akin lekat dengan lawan -lawan m ereka.

Tetapi beberapa orang m emang sempat m elarikan diri, sedang yang lain lagi harus m eny erah karena m ereka t idak m em punyai pilihan lain.

Namun lawan Putut Lembana itu seakan-akan tidak m enghiraukan apa yang telah terjadi. Dengan m engerahkan segenap kemampuannya, ia berusaha untuk m enguasai Putut Lem bana. Namun ternyata usahanya sia -sia. Putut Lem bana yang sudah ditem pa di Padepokan Bajra Seta itu ternyata mam pu m engim banginya, bahkan k em udian semakin jelas, bahwa Putut Lem bana mem iliki kelebihan dari lawannya.

Sedangkan y ang bertem pur m elawan Mahisa Semu m enjadi seperti orang y ang sedang mabuk. Lawannya y ang m asih muda

(16)

itu sama sekali tidak m em beri kesempatan kepada lawannya untuk m engam bil jarak. Setiap kali lawannya m eloncat surut, maka dengan cepat Mahisa Semu telah m em burunya.

Bahkan kemudian sekali-sekali serangan Mahisa Semu yang masih terlalu m uda itu justru mulai m enyusup m enem bus pertahanan lawannya.

Law annya y ang sem ula m enganggap bahwa Mahisa Semu tidak lebih dari seorang anak kecil, m enjadi gu gup ketika keningnya ternyata mulai tersentuh tangan Mahisa Semu terayun m enebas dengan kerasnya, sementara orang itu m enghindari dengan m enundukkan kepalanya, Mahisa Semu telah m emanfaatkan kesempatan itu sebaik-baiknya. Dem ikian orang itu m enunduk, m aka dengan pukulan y ang keras, Mahisa Semu m enyerang k epala yang botak itu dengan sisi telapak tangannya pula.

Orang itu m engaduh tertahan. Nam un kepalanya y ang tunduk itu m enjadi semakin menunduk. Ham pir bersam aan dengan itu, maka Mahisa Sem u telah m engangkat lututnya, sehingga lutut itu telah m em bentur hidung orang y ang berkepala botak itu.

Sekali lagi orang itu m engaduh. Wajahnyapun segera terangkat. Namun Mahisa Semu y ang belum berpengalaman itu, justru m enghentikan serangannya ketika ia m elihat darah dihidung lawannya yang telah m em bentur lututnya.

Kesempatan itu dipergunakan oleh lawannya untuk m eloncat m engam bil jarak. Ketika Mahisa Semu m eloncat m em burunya, langkahnya tertegun.

Law annya itu m engacukan parangnya sam bil berkata "Semula aku segan m em pergunakan senjata, karena aku m engira bahwa lawanku tidak lebih dari anak-anak y ang baru lepas m enyusu. Ternyata lawanku tidak ku rang dari anak serigala y ang l iar dan buas”

Mahisa Sem u termangu -mangu sejenak. Namun kem udian iapun telah m enarik luwu knya yang mem iliki nilai ter sendiri bagi anak muda itu.

(17)

"Bagus" berkata lawannya y ang hidungnya berdarah "Apaboleh buat. Kau akan m ati karena senjataku. Meskipun aku tidak berhasil m em utar lehermu sam pai patah dan terpaksa m em pergunakan senjata, namun kem atianmu akan m em berikan kesadaran kepada kawan-kawanmu bahwa anak-anak muda padukuhan Logandeng tidak m em punyai kelebihan apa -apa dari anak -anak m uda yang lain. "

Mahisa Sem u sam a sekali tidak m enjawab. Tetapi dengan loncatan panjang anak itu m ulai menyerang.

Pertem puran berikutnya m eru pakan pertem puran yang sengit. Kedua senjata itu berputaran dengan cepat. Sekali-sekali senjata itu beradu. Nam un ternyata bahwa tenaga Mahisa Semu sem akin lam a justru m enjadi semakin m apan. Sementara tenaga lawannya m enjadi sem akin m enyusut.

Tetapi law an Mahisa Semu m emang m em iliki pengalam an yang lebih banyak. Karena itu, maka dengan pengalamannya yang panjang itu, orang berkepala botak itu sekali dua kali mam pu m enipu Mahisa Sem u dengan gerakan-gerakan yang cepat dan m engejutkan.

Mahisa Semu terkejut k etika perasaan pedih m eny engat lam bungnya. Sehingga karena itu, m aka Mahisa Semulah yang m eloncat m engam bil jarak.

Terasa bahwa cairan yang hangat m engalir dari lam bungnya itu. Ujung senjata lawannya telah m eny entuh ku litnya, sehingga seleret luka telah m enganga.

Kemarahan anak muda itu telah m em bakar jantungnya. Karena itu, maka ia tidak lagi m engekang diri. Lawannya ternyata telah m elukainya.

Dengan garangnya Mahisa Semupun telah m engerahkan segenap kem am puannya. Justru sebelum tenaganya m enjadi jauh su sut, jika darahnya tidak segera m enjawab pam pat.

Karena itulah, maka pertempuranpun m enjadi semakin sengit. Keduanya saling m eny erang dan bertahan.

(18)

Tetapi Mahisa Semu y ang telah ditem pa dengan sungguh-sungguh itu ternyata m em punyai peluang y ang lebih banyak. Meskipun ia telah terluka, namun serangan-serangannya justru m enjadi semakin berbahaya. Lukanya m erupakan cam buk baginya untuk m enyelesaikan lawannya.

Law annya benar-benar m engalam i kesulitan. Serangan-serangan Mahisa Semu b enar-benar tidak dapat dibendung lagi. Meskipun lam bungnya telah t ergores ujung senjata, tetapi tenaga dan kem am puannya sam a sekali tidak m enyusut. Itulah sebabnya, m aka lawannya benar-benar m enjadi cemas. Beberapa kali luwu k Mahisa Sem u berdesing ditelinganya. Bahkan sem akin lam a rasa -rasanya ujung senjata Mahisa Semu itu semakin dekat diwajah kulitnya.

Law an Mahisa Sem u yang berkepala botak itu benar-benar m engalam i k esulitan. Rasa -rasanya ia sudah tidak akan m endapat k esem patan lagi untuk dapat m eny entuh kulit anak muda itu dengan senjatanya.

Bahkan orang itu terkejut k etika tiba -tiba saja ujung luwuk Mahisa Sem u itu sem pat m enggapai pundaknya.

Orang itu m eloncat jauh kebelakang. Memang ada niatnya untuk m elarikan diri. Tetapi rasa-rasanya sulit baginya untuk m endapatkan kesempatan karena Mahisa Semu selalu m elekat dengan senjata berputaran. Jika ia m encoba untuk m elarikan diri, maka punggungnya akan dapat dilubangi dengan luwu k oleh anak itu. Nam un untuk bertem pur terus rasa-rasanya m emang sia -sia saja.

Sementara itu, law an Putut Lembana m engalam i kesulitan pula. Pem im pin kelom pok itu benar-benar tidak akan mam pu m engalahkan Putut Lembana. Tetapi justru karena ia diserahi untuk bertanggung jawab atas tugas k elom poknya, maka rasa-rasanya ia tidak akan dapat b egitu saja m eninggalkan arena itu . Kegagalan itu akan dapat m enghancurkan nam anya. Ia akan m enjadi tidak berharga lagi bagi pem im pinnya dan bahkan perguruannya, justru pada saat ia m ulai m erayap untuk m enggapai satu kedudukan yang terhorm at.

(19)

Karena itu, maka orang itu harus m em buat satu pilihan diantara beberapa kemungkinan. Melarikan diri tanpa m enghiraukan kawannya y ang masih bertem pur. T etapi kemudian nam anya akan dicam pakkan di lubang sam pah dan bahkan mungkin akan ditim bun dengan sam pah pula atau bahkan akan dibakar sam a sekali. Atau ia haru s mem ilih untuk mati di pertem puran itu. Mesk ipun ia tidak begitu jela s untuk apa sebenarnya ia m ati. Sedangkan kemungkinan y ang lain adalah m enyerah saja. Nam anya t entujuga akan terlempar dari deretan nama-nam a laki-laki jantan di perguruannya. Tetapi ia tidak akan m engalam i siksaan penghinaan diantara sau dara-saudara seperguruannya.

Karena itu, m aka orang itu telah m em ilih kemu ngkinan yang terakhir.

Ketika ia semakin terdesak dan m engalam i k esulitan untuk m elepaskan diri dari putaran serangan Putut Lem bana, maka ia tidak m em punyai pilihan lain. Ketika punggungnya sudah m elekat dinding halaman, m aka orang itu benar -benar telah berputus a sa. Ia tidak akan sem pat m eloncat keatas dinding, karena justru jika ia m elakukannya, maka lawannyaakan dapat m enyerangnya dan bahkan m enghancurkan tulang punggungnya. Karena itu, maka pem im pin kelom pok orang-orang yang m enyerang padukuhan itupun berteriak sam bil m engacukan tangannya k edepan, seakan-akan ingin m enahan agar lawannya tidak bergeser lebih dekat lagi "Aku m eny erah. Aku m eny erah."

Putut Lembana m enahan dirinya. Sebenarnya ia sudah siap m eloncat m eny erang lawannya yang sudah tidak m em punyai banyak kesem patan itu. Ia berharap dengan dem ikian, m aka pertem puran itu akan segera berakhir.

Tetapi ternyata lawannya telah m enyatakan untuk m enyerahkan diri.

Namun dalam pada itu , lawan Mahisa Semu terlam bat untuk m elem parkan senjatanya dan m enyatakan diri m eny erah. S esaat sebelum pem im pin kelom poknya itu m eny erah, Mahisa Semu telah m eloncat dengan garangnya. Senjata terjulur lurus

(20)

m engarah kedada law annya. Namun dengan sekuat tenaganya berusaha m enangkis serangan itu dengan m enebas senjata Mahisa Sem u kesam ping. T etapi Mahisa Sem u m engurungkan serangannya. Senjata itu tiba-tiba m enggeliat. Luwuk Mahisa Semu tidak m enusuk kearah jantung, tetapi kemudian terayun m endatar.

Law annya terkejut. Tetapi ia m asih sempat m enghindar. Tetapi serangan berikutnya, senjata itu telah m em atuk lurus kem bali.

Law annya yang berkepala botak itu hanya sempat m em iringkan tubuhnya. Karena itu, m aka ia tidak mam pu m elepaskan diri sepenuhnya dari garis serangan lawannya yang masih sangat m uda itu.

Terdengar orang itu m engaduh ketika luwu k Mahisa Semu itu m enem bus sela-sela tulang iganya.

Mahisa Semu ju stru terkejut k etika ia m erasa bahwa tusukannya itu m engenai tubuh law annya. Dengan serta m erta ia m enarik luwuknya, bahkan seakan-akan diluar kehendaknya sendiri.

Namun dengan dem ikian, m aka darah seakan-akan telah m emancar dari luka itu. Beberapa saat orang itu terhuyung-huyung. Nam un kemudian orang berkepala botak itupun telah jatuh terjerem bab.

Dua orang kawannya yang telah m eny erah l ebih dahulu tiba-tiba bangkit berdiri. Tetapi beberapa ujung senjata dengan cepat telah teracu dan bahkan ada yang m elekat ditubuh m ereka. Namun seorang cantrik yang ada diantara m ereka berkata "Biarlah m ereka m elihat keadaan kawannya."

Anak-anak muda y ang ham pir saja m enekan ujung-ujung senjata m ereka pada kulit orang itu, telah bergeser surut. Sementara cantrik itu berkata "Lihat keadaan kawanmu itu.”

Kedua orang itupun segera m engham piri kawannya yang terbaring sam bil m eny eringai m enahan sakit. Darah mas:h saja dengan derasnya m engalir dari lukanya yang parah.

(21)

Cantrik itupun k em udian m endekati pula. Katanya "Tahan dengan kain agar darah itu tidak terlalu banyak keluar.” Kemudian katanya kepada seorang anak m uda "T olong, cari air."

Sementara m enunggu, anak m uda yang m encari air, Putut Lem bana y ang telah m em aksa lawannya untuk m eny erah itupun kemudian m em anggil salah seorang cantrik dan m eny erahkan lawannya itu dalam pengawasannya, sedang Putut Lembana sendiri telah m endekati orang yang terluka parah itu pula.

Ketika anak muda y ang m encari air itu datang dengan m em bawa air ditem payan maka cantrik itupun berusaha untuk m engurangi arus darah itu dengan m enaburkan obat pada luka itu. Namun kemudian juga melarutkan obat yang lain kedalam air dan dituangkannya perlahan-lahan kedalam mulut orang yang berkepala botak itu .

"Nam paknya sebagaimana orang yang bertem pur m elawanku, orang ini t ermasuk orang penting diantara m ereka yang m enyerang padukuhan ini " desis Putut Lem bana ditelinga cantrik itu "karena itu, usahakan agar ia dapat bertahan. Mungkin ia akan dapat m em berikan keterangan atau setidak-tidaknya m elengkapi keterangan kawannya y ang m eny erah itu."

Dem ikianlah, maka pertempuran dirumah sau dara Ki Bekel itu sudah selesai. Beberapa orang m eny erah, yang lain luka-luka. Bahkan m ereka terpaksa m eny erahkan dua orang k orban yang tidak dapat diselam atkan. Sementara ada pula diantara m ereka yang sem pat m elarikan diri.

Namun ada pula diantara anak-anak m uda Logandeng yang m enjadi k orban. T etapi dengan jum lah y ang lebih banyak, serta hadirnya Putut Lembana dan para cantrik, nam paknya telah mam pu m em perkecil k orban. Meskipun dem ikian ada enam orang anak m uda y ang terluka. Dua diantaranya cukup berat. Sementara itu lebih dari lim a orang yang lain telah tergores senjata pula. Mesk ipun m ereka hanya terluka ringan, t etapi m ereka tetap m em erlukan peng obatan y ang baik.

Atas ijin Ki Bekel, m aka pemim pin kelompok y ang bertem pur m elawan Putut Lembana itu akan m enjadi sumber keterangan

(22)

tentang k eadaan diseberang hutan. Karena itu, maka orang itupun akan ditem patkan terpisah dari kawan-kawannya. Bahkan Ki Bekel itupun berkata "Biar orang itu berada di rumahku."

Ternyata Putut Lem bana tidak m em buang banyak waktu. Segala sesuatunya diserahkannya kepada para cantrik, sementara Putut Lembana t elah m engajak Mahisa Semu untuk pergi ke rumah Ki Bekel.

"Kita tidak perlu m enunggu sam pai esok pagi " b erkata Putut Lem bana sam bil m engobati luka Mahisa Semu "malam ini kita m inta untuk dapat langsung berbicara dengan orang itu."

"Apakah Ki Bekel mengijinkan?" bertanya Mahisa Semu. "Ki Bekel tidak berkeberatan" jawab Putut Lem bana "aku sudah m enghubunginya."

Dem ikianlah, seperti y ang dikatakan, Putut Lembana dan Mahisa Sem upun telah berada dirumah Ki Bekel. Tawanan itupun telah dibawa kerumah itu pula dengan pengawalan yang kuat. Seorang cantrik dan l im a orang anak m uda telah m enjaga orang y ang dianggap sangat berbahaya itu.

Dirumah Ki Bekel, orang itu telah ditempatkan disebuah bilik digandok kanan. Diserambi duduk m ereka y ang mengawal orang itu serta dua orang bebahu y ang datang pula k erumah itu. Sementara beberapa orang anak m uda yang lain yang m engawal rumah dan keluarga Ki Bekel m asih tetap berada di pendapa.

Putut Lembana, Mahisa Semu dan Ki Bekel k em udian juga berada didalam bilik t em pat pem im pin k elom pok y ang datang m enyerang padukuhan Logandeng itu ditahan.

"Ki Sanak" berkata Putut Lembana "sebenarnyalah bahwa kami ingin mengetahui, apa y ang telah terjadi di seberang hutan itu, sehingga banyak sekali orang y ang haru s pergi m engungsi. Dipadukuhan ini saja terdapat beberapa keluarga sehingga m au tidak mau akan berpengaruh pada tatanan kehidupan dan kesejahteraan orang-orang Logandeng sendiri. Apalagi jika hal seperti ini akan berlangsung lama."

(23)

"Aku letih sekali" berkata orang itu "aku m inta waktu untuk beristirahat. Yang letih bukan saja tubuhku, t etapi juga penalaranku dan bahkan juga ingatanku."

"Aku juga letih Ki Sanak" jaw ab Putut Lembana. Lalu ia bertanya "Bukankah kita baru saja bertem pur? Apa y ang kau laku kan, juga aku lakukan. "

"T idak " jawab orang itu "aku sudah berjalan m elintasi hutan yang lebat itu."

"Aku yakin kau tidak l etih. Kau seorang yang berilmu tinggi, sehingga kaupun tentu pernah ditem pa sehingga kau tentu m em punyai daya tahan y ang sangat kuat.

"T idak. Aku tidak mem punyai daya tahan yang kuat. Sekarang aku ingin beristirahat." jawab orang itu.

"Kau harus m enjawab pertanyaan-pertanyaanku Ki Sanak" berkata Putut Lem bana.

"Aku tidak mau." jawab orang itu. Namun tiba -tiba saja Putut Lem bana yang m uda itu dengan tangkasnya m enangkap pergelangan tangan orang itu dan m em ilihnya." Aku ingin m enantangmu untuk berperang tanding. Jika kau m enolak berbicara dan m enolak berperang tanding, m aka aku akan m em bunuhmu dengan caraku. Kau m emang sangat pantas untuk diperlakukan seperti itu."

Orang itu m eny eringai m enahan sakit. Tetapi Putut Lembana justru semakin m enekan tangan itu.

"Jangan, sakit" desis orang itu.

"Aku m inta kau berbicara malam ini. Jika kau m engaku m erasa letih, m aka aku akan m em buatmu semakin letih dan tidak berdaya. " geram Putut Lembana.

(24)

Pem im pin kelompok itu benar-benar tidak dapat berbuat apa-apa. Anak muda itu m em iliki kelebihan daripadanya. Sementara anak yang masih lebih muda lagi itu telah m am pu m engalahkan kawannya y ang berkepala botak itu. Bahkan m elukainya cukup parah.

"Perbuatanmu telah m enim bulkan k orban di padukuhan ini. Karena itu, m aka kemarahan orang-orang padukuhan ini telah m enjalar sam pai kesetiap ubun-ubun. Kau tentu tahu m aksudku. Ju stru karena kau adalah orang yang bertanggung jaw ab."

Wajah orang itu m enjadi pucat. Ia m emang m enyadari bahwa kedudukannya m enjadi sangat lemah. Apapun y ang diperlakukan atas dirinya, tentu dapat dianggap sah oleh orang-orang Logandeng. Bahkan dihadapan Ki Bekel sekalipun.

Karena itu, maka ia tidak m em punyai pilihan lain. Ia harus berbicara jika ia tidak ingin nasibnya m enjadi sangat buruk.

Sementara itu, Putut Lembanapun bertanya "Bagaim ana Ki Sanak ? Apakah kau tetap pada pendirianmu."

"Lepaskan. Aku akan berbicara" desis orang itu.

Putut Lem bana telah m elepa skan tangan orang itu. Sam bil beringsut sedikit iapun kem udian berkata "Aku kira kau cukup bijaksana m enilai keadaan. Kau berada di rumah Ki Bekel Logandeng, sehingga kau tidak m em punyai kesempatan lain kecuali m enjawab pertanyaan-pertanyaan kami dengan benar."

Orang itu mengangguk kecil.

"Nah, beritahukan kepada kami, apakah kalian orang-orang padepokan Renapati ?"

Orang itu termangu-m angu sejenak. Namun kemudian ia m engangguk kecil sam bil m enjawab. "Ya. Aku orang dari Pa depokan Renapati. Beberapa orang yang datang bersamaku m emang para cantrik dari Padepokan Renapati."

"Katakan, apa sebabnya, bahwa Ki Buyut Pudaklamatan berniat m engam bil alih kepem im pinan Kabuyutan Sendang Apit,

(25)

m eskipun pem isahan itu sudah berjalan lam a sekali. Kenapa pula baru sekarang dan begitu tiba-tiba ?"

"Aku tidak tahu, Ki Sanak. A ku hanya m enjalankan perintah untuk m engam bil anak Ki Buyut Sendang Apit yang diketahui ada di padukuhan ini. "

"Anak Ki Buyut Sendang Apit m emang pernah berada di padukuhan ini. Tetapi sekarang sudah tidak berada disim lagi ?"

"Dimana ?" bertanya orang itu.

“A pakah aku haru s m em beritahukan kepadam u ? Kem udian m elepaskanmu pergi ?" bertanya Putut Lem bana.

Orang itu tidak menjawab. T etapi kepalanya justru m enunduk dalam -dalam .

Dalam pada itu, Putut Lem banapun berkata "Nah, sekarang beritahukan kepada kamt, kenapa tiba -tiba saja Ki Buy ut Pudaklamatan m enyerang Kabuyutan Sendang Apit ?”

"Aku tidak tahu Ki Sanak. Aku hanya m enjalankan perintah." jawab orang itu.

"T olong Ki Sanak. Jaw ab pertanyaan kami. Jika kau tidak m au m enjawab, maka kau akan m engalam i kesulitan." berkata Putut Lem bana.

Keringat dingin telah m engalir diseluruh tubuh pem im pin sekelom pok orang y ang m eny erang padukuhan Logandeng itu. Sementara Putut Lem bana bertanya pula "Kenapa Ki Buy ut Pudaklamatan tiba-tiba saja m enyerang Kabuyutan Sendang Apit, justru setelah untuk waktu y ang lama k edua Kabuyutan itu sem pat hidup tenteram dan saling m enghorm ati. Bahkan kedua orang Buyut y ang masih sepupu itu dapat hidup ru kun, tidak saja sebagai saudara sepupu, tetapi juga sebagai dua orang Buyut yang bertetangga."

"Ya, Ki Sanak. Kam i tahu bahwa kedua Kabuyutan itu pernah hidup ru kun." jaw ab orang itu "tetapi tiba -tiba saja terjadi gejolak itu. Kemudian, kami sekel om pok orang diperintahkan untuk

(26)

m engam bil anak Ki Buyut Sendang Apit yang m enurut keterangan ada di padukuhan ini. "

"Itu sudah kau katakan. Yang belum kau katakan, apakah sebabnya, k ekalutan itu tiba -tiba saja terjadi." pot ong Putut Lem bana.

Ketika orang itu sempat m emandang wajah Putut Lem bana sekila s, m aka jantungnya m enjadi berdebar-debar. Wajah anak muda itu bagaikan m enjadi bara.

Orang itu m engetahui, bahwa batas kesabaran anak muda itu sudah sam pai kepuncaknya. Karena itu, maka ia tidak dapat bertahan lebih lam a lagi jika ia tidak ingin tulang-tulangnya dipatahkan, bahkan barangkali juga lehernya.

Karena itu, ketika sekali lagi anak muda itu bertanya, bahkan dengan m em bentaknya, m aka orang itu tidak dapat ingkar lagi.

"Aku tidak akan m engulangi lagi pertanyaanku" geram Putut Lem bana.

Orang itu m enarik nafas dalam -dalam untuk m enenangkan gejolak jantungnya. Kemudian katanya "Baiklah, anak m uda. Tetapi sudah tentu aku tidak akan dapat b erbicara lebih banyak dari y ang aku k etahui. Bahkan seandainya aku diperas sam pai matipun, aku tidak akan dapat berbicara lebih banyak lagi."

Putut Lembana menarik nafas dalam -dalam , seolah-olah ingin m engendapkan perasaannya y ang bergejolak. Dengan suara yang bergetar ia m enggeram "Katakan apa yang kau k etahui itu. Apakah aku akan m em erasmu sam pai m ati, itu ter serah kepadaku."

Wajah orang itu menjadi tegang. Namun ia tidak menjawab. "Nah, sekarang katakan, apa sebabnya kekalutan itu terjadi." Putut Lem bana benar-benar kehilangan kesabaran.

Orang itu term angu-m angu sejenak. Nam un k em udian iapun m enjawab "Mem ang telah terjadi cam pur tangan m Pu Renapati."

"Apa yang dilaku kan oleh m Pu Renapati itu ?" bertanya Putut Lem bana.

(27)

"m Pu Renapati mem ang m enghendaki agar kedua Kabuyutan itu disatukan kem bali sebagaim ana semula. Kedua Kabuyutan itu haru s m enjadi satu dibawah kekuasaan Ki Buyut Pudaklam atan, karena sebenarnya ayahnyalah yang berhak untuk m ewarisi kedudukan itu. Hanya karena ay ahnya telah m eninggal lebih dahulu, maka pewaris jabatan itu berpindah kepada adiknya, ay ah Ki Buyut Sendang Apit. Karena itulah, maka segala-galanya haru s dikembalikan seperti semula."

"Apa pam rih m Pu Renapati dengan keinginannya itu ? Jika Kabuyutan Pudaklamatan dan Sendang Apit sudah m enjadi satu, apa keuntungan m Pu Renapati ? Jika ia m endorong kepada Ki Buyut Pudaklamatan m elakukan hal itu, maka m Pu Renapati tentu akan m endapat keuntungan. "

Orang itu m enarik nafas dalam -dalam. Sementara Putut Lem bana yang sudah kehabisan kesabaran itu m em bentak "Jawab. Aku tahu bahwa yang aku tanyakan tidak lebih dari yang kau ketahu i. Karena itu, jika kau m ati, m aka itu adalah salahmu sendiri, karena seharusnya kau dapat m enghindarinya."

Orang itu m emang tidak dapat m enghindar lagi. Putut Lem bana y ang marah itu m emang dapat m elem parkannya kepada orang-orang padukuhan Logandeng y ang m arah itu pula.

Ternyata orang itu tidak dapat berbuat lain. Putut Lem bana yang sudah k ehilangan kesabaran itu m em bentak "Jaw ab. Kau tidak dapat m em permainkan kam i. Kau ada ditangan kami dan jiwamu tidak berharga bagi kam i."

"Baik. Baik. " orang itu m enjadi gagap. Lalu katanya "Alasan yang sebenarnya adalah sederhana sekali. Anak Ki Buy ut Pudaklamatan akan m enjadi m enantu m Pu Renapati.”

"He ? " Putut Lembana dan m ereka yang m endengar jawaban itu terkejut. Dengan nada tinggi Putut Lembana m endesak "Kau jangan asal m em buka mulutmu. Kau tahu akibatnya jika kau tidak berkata dengan jujur."

"Aku berkata sebenarnya. Anak laki-laki Ki Buyut Pudaklamatan diharapkan akan m ewarisi dua Kabuyutan

(28)

sekaligus;, sehingga dengan demikian, m aka anak m Pu Renapati akan m enjadi isteri seorang Buyut y ang daerahnya sangat luas."

"Satu m im pi y ang gila " geram Ki Bekel Logandeng "hanya karena m im pi itu, maka m Pu Renapati telah m engorbankan orang-orangnya. Cantrik-cantriknya, orang-orang Pudaklam atan dan t entu juga orang-orang Sendang Apit yang ingin m em pertahankan daerahnya, kampung halamannya. "

"T etapi bukankah dahulu k edua Kabuyutan itu m em ang satu?" bertanya tawanan itu.

"Itu dahulu. Tetapi peru bahan-perubahan telah terjadi. Bahkan ada dua Kabuyutan Pudaklamatan dan Sendang Apit telah dianggap sah." jawab Ki Bekel Logandeng. Lalu katanya pula "Dahulu Tum apel adalah sebuah Pakuwon, Sekarang Tumapel telah m enjadi Singasari y ang besar."

"Peru bahan-peru bahan itu m asih berlangsung sam pai sekarang. Apa y ang pernah pecah itu akan bersatu kem bali. " berkata tawanan itu.

"Peru bahan yang dipaksakan dengan kekerasan, akibatnya akan berkepanjangan. Dendam dan kebencian" berkata Ki Bekel.

"Yang ingin digapai oleh m Pu Renapati tentu bukan sekedar m im pi yang sederh ana itu. Bukan sekedar bersatunya k em bali dua Kabuyutan. Tetapi dengan sebuah Kabuyutan yang besar, maka m Pu Renapati akan m em iliki landasan kekuatan yang besar." berkata Putut Lembana.

"Landasan apa ?" bertanya Ki Bekel.

"Aku belum pernah m elihat kedua Kabuyutan itu. Nam un agaknya jika k edua Kabuyutan itu m enjadi satu, akan tergalang kekuatan yang besar. Ditam bah lagi dengan sejum lah orang-orang terlatih dari padepokan Renapati. Maka m im pi m Pu Renapatipun akan berkem bang. Mungkin kekuatan itu akan dapat m enguasai sebuah Pakuwon atau bahkan lebih luas lagi dari sebuah Pakuwon. Atau bahwa m Pu Renapati telah berpaling kepada kekuasaan Kediri. " berkata Putut Lembana.

(29)

Ki Bekel m enarik nafas dalam -dalam . Katanya "Ya Mungkin kau benar-benar ngger. Mim pi m Pu Renapati bukan m im pi yang sederhana. Yang dilakukannya sekarang adalah sekedar pancadan saja."

"Dengan dem ikian, m aka per soalan y ang tim bul karena tingkah m Pu Renapati bukan persoalan y ang sederh ana, yang terbatas dalam lingkungan kedua Kabuyutan itu saja. Tetapi akan m enebar sam pai kedaerah y ang lebih luas."

"Ya, ngger. Hal ini harus kita bicarakan dengan Ki Buyut Talang Alun. Juga dengan angger Mahisa Murti. Persoalannya m emang bukan per soalan yang sederh ana sebagaimana angger katakan."

Putut Lembanapun kem udian berkata "Baiklah Ki Bekel. Aku akan m engatakannya k epada pim pinan padepokan kami. Sementara itu, biarlah orang ini disini. Kita m asih m em erlukannya. "

Ki Bekel m engangguk sam bil m enjawab "Ya. Silahkan angger berbicara dengan angger Mahisa Murti. Aku akan berbicara dengan Ki Buyut. Orang ini akan aku sim pan disini.”

"Orang ini haru s dijaga sebaik-baiknya. Jika ia tidak kem bali pada waktunya, m ungkin pim pinannya akan m engirim kan orang lebih banyak lagi untuk m encari m ereka kem ari. Mungkin orang-orang Pudaklamatan, tetapi juga mungkin orang-orang-orang-orang padepokan Renapati.”

"Baik lah ngger. Anak-anak akan m enjaganya sebaik-baiknya.-jawab Ki Bekel.

Sementara itu langitpun m enjadi semakin t erang. Malam berangsur-angsur m enjadi larut.

Putut Lem banapun telah m inta diri untuk m elaporkan apa yang telah terjadi di padukuhan Logandeng. Namun Putut Lem bana itupun berkata "Biarlah keem pat orang cantrik itu tetap berada di sini. Mungkin m ereka diperlukan, karena nam paknya perkem bangan keadaan tidak dapat diperhitungkan sebelumnya."

(30)

"T erim a kasih ngger. Biarlah m ereka berada di banjar. Mereka dapat beristirahat, karena m ereka tentu letih. "

Dem ikianlah, m aka Putut Lembana itupun telah m eninggalkan Logandeng. Ketika ia sam pai di padepokan, m aka Putut Manyar dan Putut Parama m asih belum kem bali.

Dengan singkat Putut Lem bana telah m em berikan laporan tentang kedatangan sekelom pok orang dari padepokan Renapati dan orang-orang dari Kabuyutan. Pudaklamatan.

"Kam i berhasil m enangkap pem im pin m ereka" b erkata Putut Lem bana. Ia pun kem udian m elaporkan keterangan y ang dapat m ereka sadap dari pem im pin kelom pok orang-orang yang m enyerang padukuhan Logandeng untuk m encari anak Ki Buy ut Sendang Apit.

Mahisa Murti m endengarkan laporan itu dengan sungguh-sungguh.KepadaKiaiWijang, Mahisa Murti itupun berkata "Nam paknya persoalannya akan berkem bang. Kegagalan itu tentu m em buat m ereka sem akin bernafsu."

"Ya " Kiai Wijang m engangguk-angguk. Katanya k em udian "Nam paknya Pad epokan B#a Seta akan terlibat lebih banyak lagi dalam pertikaian yang terjadi diseberang hutan. "

Mahisa Murti m engangguk-anggu k. Katanya "Jika hal itu haru s kami lakukan bagi ke pentingan sesam a, maka kam i akan m elakukannya Kiai. Tentu saja dalam batas-batas kewajaran."

"Yang agaknya haru s segera dilaku kan adalah m em bantu Kabuyutan Talang Alun. Bagi Ki Renapati m enangkap anak Ki Buyut Sendang Apit, tentu termasuk salah satu keharusan jika m ereka benar-benar ingin m em ot ong masa depan Kabuyutan Sendang Apit. " berkata Putut Lembana.

Mahisa Murti m engangguk-anggu k. Tetapi pengawal anak Ki Buyut Sendang Apit itu nam paknya terlalu curiga k epada setiap orang, termasuk kepada Mahisa Murti m eskipun Ki Bekel sendiri sudah m engatakan tentang dirinya, bahkan m em pertanggung-jawabkannya. Sehingga Ki Bekel itu t elah m erasa tersinggung pula.

(31)

Tetapi sikap itu tidak seharusnya m enghalangi niat Padepokan Bajra Seta untuk m em bantu ke sulitan y ang sedang dialam i oleh Kabuyutan Sendang Apit. Meskipun dem ikian, langkah-langkah yang diam bil harus diperh itungkan dengan sebaik-baiknya.

Karena itu, m aka y ang dapat segera dilakukan oleh Mahisa Murti adalah m em bantu Ki Bekel Logandeng m engamankan padukuhannya. Jika hal itu m emang dikehendaki oleh Ki Buy ut Talang Alun, m aka Mahisa Murtipun akan m elakukannya pula.

Dalam pada itu, hari itu juga Ki Bekel telah m enemui Ki Buyut di Talang Alun untuk m em berikan laporan tentang serangan yang telah terjadi di padukuhan Logandeng.

"T ernyata m ereka m encari anak Ki Buyut Sendang Apit. " berkata Ki Bekel.

"Untunglah, anak itu telah kami pindahkan" berkata salah seorang pengawalnya.

Namun Ki Bekel y ang masih belum dapat m elupakan sakit hatinya yang pernah tersinggung oleh sikap pengawal itu m enjawab "Seandainya anak itu m asih berada di Logandengpun, anak itu akan tetap terlindung. Ny atanya, kami justru dapat m enangkap pem im pin kelom pok orang-orang yang datang ke padukuhan itu, y ang terdiri dari orang-orang padepokan Renapati dan orang-orang Kabuyutan Pudaklamatan."

Pengawal itu m engerutkan dahinya. Dengan nada berat ia berkata "Tetapi kam i bertanggung jawab atas keselamatannya."

"Apa y ang dapat kalian lakukan berdua?" bertanya Ki Bekel "Kalian datang ke padukuhan Logandeng tanpa kepercayaan. Kam i sudah m enanggung akibat kedatangan kalian. T etapi kalian masih saja m em perkecil arti pengorbanan kam i."

"Sudahlah " berkata Ki Buy ut "kedua pengawal itu t entu berusaha untuk berbuat sebaik -baiknya. Jika orang-orang Renapati dan orang-orang Pudaklam atan telah datang ke padukuhan Logandeng dan t ernyata mengalam i kegagalan, m aka kita harus bersiap-siap untuk m enghadapi k em ungkinan yang lebih buruk lagi. Jika orang-orang dari Padepokan Renapati dan

(32)

Kabuyutan Pudaklamatan itu m engetahui bahwa anak Ki Buy ut Sendang Apit ada di sini, maka m ungkin sekali m ereka akan datang kemari."

"Ya. Itu mungkin sekali " jawab Ki Bekel "bagi m Pu Renapati, anak itu m erupakan duri bagi m asa depan kedua Kabuyutan yang ingin dipersatu kan itu."

"Darimana kau tahu hal itu Ki Bekel?" bertanya salah seorang pengawal anak Ki Buy ut Sendang Apit itu?

"Bukankah sebagian sudah kau katakan?" jawab Ki Bekel. Kedua pengawal itu m enarik nafas dalam -dalam . Seorang diantara m ereka berkata "Aku m erasa bertanggung jawab atas keselamatan anak Ki Buy ut Sendang Apit. "

"Meskipun dem ikian, kalian seharusnya dapat m em bedakan, siapa yang pantas kalian curigai dan siapa y ang tidak. Jika kalian tidak percaya kepada seseorang y ang telah m eny elam atkan tem pat kalian m engungsi, maka kalian justru akan dapat berada dalam kesulitan. Tegasnya, jika angger Mahisa Murti dari Pa depokan Bajra Seta itu m enarik diri karena m erasa tersinggung, maka kita benar -benar berada dalam kesulitan. Apalagi jika Ki Bekel Pudaklamatan dan m Pu Renapati m engirim kan orang-orang terbaiknya ke Kabuyutan ini. Mungkin kita dapat m engim bangi k ekuatan Kabuyutan Pudaklam atan. Tetapi orang-orang berilmu tinggi dari Pad epokan Renapati akan dapat m engacau kan pertahanan kam i."

Kedua orang itu m engangguk-angguk. Tetapi diwajah m ereka masih nampak sesuatu y ang m em buat m ereka ragu-ragu.

Karena itu, maka Ki Buy utpun berkata "Sebaiknya kalian percaya kepadaku sepenuhnya. Karena itu, maka kalian juga haru s m em percayai orang-orang yang aku percaya. Jika tidak, maka akupun akan dapat tersinggung seperti Ki Bekel Logandeng itu."

Kedua orang itu m asih saja m engangguk-angguk. Seorang diantara m erekapun berkata "Baiklah Ki Buyut. Segala sesuatunya terserah kepada Ki Buyut."

(33)

"Nah, baiklah . Jika dem ikian maka aku akan m erasa m endapat kepercayaan sepenuhnya, sehingga aku tidak ragu-ragu m engam bil keputusan, karena aku tidak m erasa bimbang bahwa keputusanku akan kalian tentang."

Kedua orang itu, maka atas kepercayaan kedua orang pengawal anak Ki Buyut Sendang Apit itu, maka Ki Buy ut m enjadi lebih leluasan untuk bertindak. Iapun telah bertemu dan berbicara langsung dengan Mahisa Murti dan Kiai Wijang. Bahkan Ki Buyut itupun telah m engatakan pula k epada Mahisa Murti, bahwa Ki Buyut Sendang Apit m asih berada di sekitar Kabuyutannya bersam a orang-orang y ang setia kepadanya untuk m engadakan perlawanan. Namun kekuatan Kabuyutan Pudaklamatan yang dibantu oleh Padepokan Renapati m emang tidak dapat dilawannya.

Meskipun dem ikian, Ki Buyut Sendang Apit tidak segera berputus asa. Dengan m eny elamatkan anaknya, m aka Ki Buy ut masih mem punyai harapan untuk m em iliki m asa depan.

Namun dalam pada itu, Mahisa Murti dan Kiai Wijangpun telah bersepakat untuk langsung m elihat k eadaan di Kabuyutan Sendang Apit. Mereka ingin menguak bebahu y ang m engungsi di padukuhan Logandeng untuk m emastikan keadaan yang sebenarnya terjadi di Kabuyutan Sendang Apit itu.

Ternyata bebahu itu tidak berkeberatan. Bahkan ia m erasa bangga jika ia dapat berbuat sesuatu bagi Kebuyutannya.

Ketika Mahisa Murti siap untuk berangkat ke Kabuyutan Sendang Apit, maka Mahisa Murti telah m em bicarakan penem patan para Putut serta cantriknya di padukuhan induk dan padukuhan Logandeng y ang nam paknya tetap m enjadi sasaran orang-orang Pudaklamatan dan orang-orang Padepokan Renapati justru karena seorang dari kepercayaan m Pu Renapati telah tertangkap dan disim pan di padukuhan Logandeng.

Bahkan Mahisa Murti telah berpesan kepada Wantilan dan Sam bega bahwa m ereka dapat m elepaskan Mahisa Semu untuk bersam a-sama dengan Putut Lembana berada di padukuhan Logandeng.

(34)

"T etapi Mahisa Amping masih belum waktunya untuk langsung ikut m elibatkan diri dalam hal ini" berkata Mahisa Murti.

"Baik lah " jaw ab Wantilan "aku akan m enjaga agar Mahisa Amping tetap berada di padepokan."

"Kam i m enyerahkan kebijaksanaan kepada paman berdua. Pam an dapat m enentukan m enambah.. atau m engurangi kegiatan dan jum lah para cantrik di Kabuyutan Talang Alun term asuk padukuhan Logandeng dan padukuhan-padukuhan yang lain. Nam un haru s diperhitungkan bahwa Kabuyutan Talang Alun bukan saja m enjadi sasaran serangan orang -orang Kabuyutan Pudaklamatan, tetapi juga orang-orang dari Padepokan Renapati “

"Kam i akan berusaha untuk berbuat sebaik -baiknya, ngger. Mudah-mudahan kam i tidak m enemui k esulitan untuk m engatasi kehadiran orang-orang Pudaklamatan dan orang-orang Pa depokan Renapati. Kam i percaya bahwa Kabuyutan Talang Alun sendiri sudah m em persiapkan diri sebaik -baiknya: jawab Wantilan.

"Ya. Namun yang harus banyak m endapat perh atian adalah orang-orang Renapati." sahut Mahisa Murti.

Wantilan dan Sam bega m engangguk-angguk. Dengan nada dalam Wantilan berkata "Kam i akan selalu berhubungan dengan Ki Buyut dan para Bekel di Kabuyutan Talang Alun."

Dem ikianlah, m aka setelah m inta diri kepada Ki Bekel Logandeng dan Ki Buy ut Talang Alun m aka Mahisa Murti dan Kiai Wijang pun telah berangkat keseberang hutan yang terhitung lebat untuk m elihat sendiri k eadaan k edua Kabuyutan yang sedang bertikai bersam a seorang bebahu

(35)

Dengan demikian maka m ereka tidak akan kesulitan m encari jalan. Meskipun m ereka m enem bus hutan y ang. sangat lebat, tetapi m ereka sama sekali tidak m engalam i gangguan y ang dapat m engham bat perjalanan m ereka.

Karena itu, m aka m ereka tidak berlama -lama berada di hutan. Dihari berikutnya, m ereka telah berada diseberang.

Pengawal itu term angu-m angu sejenak. Sementara itu Ki Bek el berkata selanjutnya "Sebenarnya kau tidak perlu terlalu m encurigai kami. Yang penting bagi kalian adalah m enyelamatkan anak Ki Buyut itu. Bukan m eny em bunyikan keny ataan y angterjadi di Kabuyutan Sendang Apit dan Pudaklamatan. Jika kami berkesempatan m engetahui keadaan yang sebenarnya, m aka kami akan dapat m engam bil langkah-langkah yang tepat untuk m enanggapinya. "

Kedua pengawal anak Ki Buyut Sendang Apit itu term angu-mangu sejenak. Namun ia tidak menjawab sam a sekali.

"Ki Buy ut" berkata Ki Bekel k em udian "agaknya bantuan Pa depokan Bajra Seta m em ang kita perlukan. Jika orang-orang padepokan Renapati itu m encari anak Ki Buyut Sendang Apit sam pai ke padukuhan induk ini, maka nam paknya benturan kekerasan tidak dapat dihindarkan lagi. m Pu Renapati tentu tidak ingin terjadi kegagalan lagi, sebagaim ana sekelom pok orang yang dikirim kannya ke padukuhan Logandeng. Bahkan mungkin mPu Renapati tidak hanya sekedar m encari anak Ki Buy ut. T etapi mungkin ia juga m endendam padukuhan Logandeng."

"Ya " Ki Buyut m engangguk-angguk "kita m emang harus bersiap m enghadapi segala kemungkinan. Anak-anak muda dan setiap laki-laki yang masih sanggup dan mam pu ikut bertem pur diwajibkan ikut m em pertahankan kampung halamannya."

"Nah, kau dengar Ki Sanak" berkata Ki Bekel Logandeng kepada kedua orang pengawal anak Ki Buyut Sendang Apit "bukankah kami tidak sekedar main-main. Malam nanti aku akan m inta pada pim pinan Padep okan Bajra Seta untuk m engirimkan pa sukan ke padukuhan Logandeng dan k e padukuhan induk. Pa sukan yang terdiri dari para cantrik yang terlatih. Meskipun

(36)

jum lahnya terhitung kecil, tetapi kem am puan m ereka tinggi. Sementara itu kehadiran m ereka juga m endorong keberanian anak -anak m uda kami.”

Kedua orang pengawal anak Ki Buyut itu masih berdiam diri. Mereka m em ang m elihat keny ataan itu. Kabuyutan Talang Alun ikut m engalami g oncangan karena persoalan y ang terjadi di Kabuyutan Sendang Apit dan Kabuyutan Pudaklamatan.

Dalam pada itu, m aka Ki Buyutpun berkata "Ki Bekel. Aku akan sangat berterimakasih jika angger Mahisa Murti bersedia m engirim kan beberapa orang cantrik untuk m em bantu kesulitan kami jika orang-orang dari padepokan Renapati datang m encari anak Ki Buy ut Sendang Apit. Meskipun anak-anak kami siap m enghadapi ancaman yang betapapun juga, namun kelebihan dari para cantrik di Padepokan Bajra Seta akan sangat berarti bagi kita."

Dari rumah Ki Buyut Talang Alun, Ki Bekel langsung m enuju ke padepokan Bajra Seta m enemui Mahisa Murti. Diceriterakannya hasil pem bicaraannya dengan Ki Buy ut. Bahkan Ki Buyut justru m em erlukan bantuan dari Pad epokan B^jra Seta.

Mahisa Murti m engangguk-angguk. Dengan nada rendah Mahisa Murti m enjawab "Baiklah Ki Bekel. Kam i akan m engirim kan beberapa orang cantrik. Sebenarnya sejak sem alam beberapa orang cantrik kam i juga sudah ada di Kabuyutan. Tetapi m ereka tidak m elapor langsung kepada Ki Buyut. Tetapi m ereka langsung berbaur dengan anak-anak m udanya. Putut Manyar dan Putut Param a juga ada disana malam tadi. Bahkan m ereka pulang ham pir tengah hari."

Ki Bekel m enarik nafas dalam -dalam. Katanya "Sokurlah. Kam i hanya dapat mengucapkan terim a kasih."

"Jika Ki Buyut sudah setuju, m aka biarlah ke dua orang Putut padepokan ini nanti m enghadap Ki Buy ut untuk m enyatakan kehadiran m ereka bersam a beberapa orang cantrik di Kabuyutan. Sementara itu Putut Lem bana dan beberapa orang cantrik pula, akan tetap berada di Logandeng. Mungkin m Pu Renapati berusaha m enemukan orang-orangnya y ang dianggapnya hilang.”

(37)

Ki Bekel m engangguk-angguk. Katanya "T erim a kasih. Kam i hanya dapat mengu capkan terima kasih."

Dem ikianlah, seperti y ang dijanjikan oleh Mahisa Murti, m aka padepokan Bajra Seta telah m engirim kan Putut Manyar dan Putut Parama ke padukuhan induk. Selain m ereka berdua, beberapa orang cantrik juga diperintahkan untuk m enyertai m ereka. Nam un untuk beberapa kepentingan, maka m ereka m emang tidak datang bersam a-sam a.

Sedangkan Putut Lembana dan b eberapa orang cantrik t etap diperintahkan untuk berada di Logandeng.

Sementara itu, Mahisa Murti telah m em erintahkan pula beberapa orang cantrik untuk m engamati jalur jalan dari hutan yang m em anjang m eny ekat daerah Kabuyutan Talang Alun dan Kabuyutan Sendang Apit. Mereka m endapat tugas untuk m engamati jika ada sekelom pok orang yang menem bus hutan itu dari seberang serta dianggap m encurigakan. Apalagi jika yang datang itu sekelom pok laki -laki bersenjata.

Mereka dibekali dengan dua ekor burung merpati yang sudah terbiasa terbang di m alam hari. Jika m ereka m elihat sekelom pok orang yang pantas dicurigai, m aka m ereka haru s m elepaskan burung m erpati itu. Burung itu akan langsung terbang ke padepokan dan hinggap di gupon m ereka. Cantrik y ang bertugas di padepokan haru s selalu m engawasi jika burung itu datang kem bali dan m em asuki guponnya.

Tetapi di malam y ang kem udian turun, tidak terjadi hal-hal yang dapat m engganggu ketenangan Kabuyutan Talang Alun term asuk padukuhan Logandeng.

Ketika malam itu kedua pengawal anak Ki Buyut menyatakan kegelisahannya kepada Ki Buyut, maka Ki Buyutpun m enjawab "Aku kira benar apa y ang dikatakan oleh Ki Bekel. Kalian terlalu curiga kepada orang lain. "

Mahisa Murti dan Kiai Wijang berniat untuk dapat bertemu dan berbicara dengan Ki Buyut Sendang Apit. Tetapi m ereka tidak tahu dim ana Ki Buyut Sendang Apit itu berada.

(38)

Namun karena m ereka datang ber sama bebahu Sendang Apit, maka m ereka berharap untuk dapat m enem ukan tem pat persembunyian Ki Buyut Sendang Apit.

Ketika ketiga orang itu kemu dian berada di Kabuyutan yang sedang bergolak itu, m aka m ereka segera m elihat, betapa tata kehidupan ham pir tidak terkendali lagi.

Tetapi ketiga orang itu masih belum m em asuki lingkungan yang lebih dalam lagi. Mereka baru m elihat keadaan itu dari kejauhan. Bagaimanapun juga m ereka harus tetap berhati-hati m enghadapi kemungkinan buruk y ang dapat terjadi atas m ereka.

Ketika m ereka bertiga berhasil m eny elinap sam pai k e sebuah padukuhan di Kabuyutan Sendang Apit, m aka orang-orang di padukuhan itu m em ang terkejut.

"Keadaan sangat berbahaya bagimu." berkata seorang sahabat bebahu itu "sebaiknya kau m eninggalkan padukuhan ini. "

"Apakah kau sendiri tidak berada dalam bahaya? " bertanya bebahu itu.

"Aku orang kebanyakan. Meskipun aku m engalam i perlakuan buruk, tetapi keselam atanku masih dapat diharapkan. T etapi kau lain. Kau bebahu Kabuyutan ini. Dengan dem ikian m aka keselamatanmu terancam " berkata sahabatnya itu.

"Aku m emang hanya singgah. Aku akan segera m eninggalkan tem pat ini." b erkata bebahu itu. Beberapa saat ia terdiam . Baru kemudian ia berkata "Aku m encari hubungan dengan Ki Buy ut untuk m elaporkan tentang keadaan anaknya. "

Sahabatnya itu termangu -m angu. Katanya kem udian "Hanya orang-orang tertentu y ang tahu, dim ana Ki Buyut berada. Tetapi m enurut pendengaranku, k eadaannya m em ang sangat buruk. Meskipun dem ikian, Ki Buyut tetap bertahan. Sekali-sekali ia m emang datang k e Kabuyutan. Tetapi segera m enghilang lagi. Dua m alam yang lalu, tiba-tiba saja Ki Buyut dengan beberapa orang telah m uncul di banjar. Ki Buyut sem pat berada di Banjar ham pir semalam suntuk. Namun m enjelang dini Ki Buyut segera pergi. Untunglah bahwa sekelom pok pengawal dari Kabuyutan

(39)

Pudaklamatan serta beberapa orang cantrik dari Padepokan Kencana Pura telah datang ke banjar untuk m eny ergap Ki Buy ut. Tetapi banjar itu telah kosong."

"Ki Buyut harus lebih berhati-hati." desis bebahu itu.

"T etapi kehadiran Ki Buy ut di banjar telah m em bangkitkan kesetiaan orang-orang Sendang Apit yang telah ham pir berputus asa. Namun dengan demikian m aka para cantrik m Pu Renapati m enjadi sem akin garang pula. " berkata sahabat bebahu itu.

Bebahu itu m enarik nafas dalam -dalam. Katanya k em udian "Baik lah. Kam i m inta diri. Dua orang kawanku ini adalah orang dari Talang Alun. Mereka ingin tahu apa y ang terjadi di sini. "

"Kalian berkunjung ke Kabuyutan kami pada saat y ang kurang baik, Ki Sanak." berkata orang itu.

Mahisa Murti dan Kiai Wijang terseny um saja. Sementara bebahu itu berkata "Justru karena keadaan y ang kurang baik itulah y ang telah m emanggilnya kemari. Ki Talang Alun terdapat banyak pengungsi dari Kabuyutan kita."

"T etangga sebelah juga telah m engungsi ke Talang Alun. Tetapi aku masih mencoba bertahan di sini."

Bebahu itupun kemudian m inta diri. Tetapi ia masih bertanya "Apakah aku dapat m em asuki padukuhan induk?"

"Jangan lakukan itu. Berbahaya sekali. Apalagi bagi seorang bebahu seperti kau."

Bebahu itu m engangguk-angguk kecil. Katanya kem udian "Aku ingin bertem u dengan Ki Buy ut. Aku m erasa m alu, bahwa aku telah m engungsi lebih dahulu, sem entara Ki Buyut dan beberapa orang kawan-kawan masih tetap berada di sini. "

"T etapi diperlukan cadangan kekuatan diluar Kabuyutan kita yang telah diduduki ini. Diperlukan juga hubungan dengan Kabuyutan-kabuyutan lain yang akan bersedia m em bantu m enegakkan kebenaran di Kabuyutan Sendang Apit ini. "

"Ya " bebahu itu m engangguk "salah satu diantara Kabuyutan yang siap mem bantu adalah Kabuyutan Talang Alun."

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini diuraikan mengenai hasil perbaikan citra MRI otak, ekstraksi fitur GLCM, hasil optimasi parameter SVM, klasifikasi menggunakan SVM, dan analisis dari hasil

Secara umum bahwa tindakan fisioterapi yang dilakukan oleh seorang fisioterapis, adalah tanggungjawab fisioterapis secara individu yang disertai oleh keputusan-keputusan profesi yang

Bila suara anda bergetar atau anda berbicara sangat cepat, jelaslah bahwa anda merasa

Tujuan kegiatan PPM ini adalah: (1) meningkatkan pengetahuan guru tentang pemanfaatan Microsoft PowerPoint, (2) meningkatkan kemampuan guru dalam membuat media pembelajaran

yang Engkau ajarkan kepada kami µ 46 $O -Baqarah : 32). Pandangan yang menembus langit ini tidak boleh tidak telah melahirkan sikap pada orang Islam bahwa ilmu

Analisis pada proses pengusulan draft perkiraan kebutuhan yang dilakukan oleh AKBF masih dilakukan berdasarkan perkiraan saja tidak mengunakan perhitungan yang

Halaman pencarian Pelamar Kerja adalah halaman yang digunakan Penyedia Kerja untuk melakukan pencarian Pelamar Kerja tanpa harus menerbitkan lowongan terlebih

Simulasi bottom-up mengunci parameter di reservoir sehingga apabila kita melakukan simulasi injeksi suatu laju alir pada tekanan dasar sumur tertentu ke dalam suatu reservoir,