• Tidak ada hasil yang ditemukan

Modul Perawatan Hivaids

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Modul Perawatan Hivaids"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

 MODUL KULIAH

 MODUL KULIAH

KEPERAWATAN HIV/AIDS

KEPERAWATAN HIV/AIDS

 YAYASAN EKA HARAP PAL

 YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYAANGKA RAYA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PRODI DIII KEPERAWATAN PRODI DIII KEPERAWATAN

Jalan Beliang No. 110 Telp. (0536) 3227707 Jalan Beliang No. 110 Telp. (0536) 3227707

E-Mail :

(2)
(3)

KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya yang memberikan kemampuan bagi kami dalam merampungkan Modul rahmat-Nya yang memberikan kemampuan bagi kami dalam merampungkan Modul pembelajaran Keperawat

pembelajaran Keperawatan HIV/AIDS STIKes Eka an HIV/AIDS STIKes Eka Harap Palangka Raya.Harap Palangka Raya.

Modul ini disusun sebagai panduan belajar bagi mahasiswa dan merupakan Modul ini disusun sebagai panduan belajar bagi mahasiswa dan merupakan tuntunan bag

tuntunan bagi mahasiswa i mahasiswa untuk mencapuntuk mencapai proses ai proses pembelajaran pembelajaran praktik klinpraktik klinik ik dalamdalam pencapaian kompetens

pencapaian kompetensi pada i pada Mata Kuliah Mata Kuliah Keperawatan HIV/AIDS. Modul inilah Keperawatan HIV/AIDS. Modul inilah yang akanyang akan memandu mahasiswa dalam mencapai kompetensi yang ditetapkan. Dosen yang semula memandu mahasiswa dalam mencapai kompetensi yang ditetapkan. Dosen yang semula sebagai sumber utama, dalam pendekatan Student Centered Learning (SCL) hanya sebagai sumber utama, dalam pendekatan Student Centered Learning (SCL) hanya sebagai fasilitator saja. Dalam mempelajari Keperawatan HIV/AIDS ini, mahasiswa tidak sebagai fasilitator saja. Dalam mempelajari Keperawatan HIV/AIDS ini, mahasiswa tidak hanya mencapai kompetensi yang bersifat hard skill tetapi juga softskill. Mahasiswa hanya mencapai kompetensi yang bersifat hard skill tetapi juga softskill. Mahasiswa mampu mengintegrasikan dan mengaplikasikan secara holistik seluruh konsep keilmuan mampu mengintegrasikan dan mengaplikasikan secara holistik seluruh konsep keilmuan yang didapat saat kuliah dan praktik, dimana pada akhirnya mahasiswa diharapkan yang didapat saat kuliah dan praktik, dimana pada akhirnya mahasiswa diharapkan mampu mengaplikasikan semua ilmu tersebut pada pelaksanaan Asuhan Keperawatan. mampu mengaplikasikan semua ilmu tersebut pada pelaksanaan Asuhan Keperawatan. Selain menggunakan modul ini, mahasiswa juga diharapkan aktif dan kritis dalam Selain menggunakan modul ini, mahasiswa juga diharapkan aktif dan kritis dalam menggunakan sumber lain dalam

menggunakan sumber lain dalam rangka pemenuhan kebutuhan belajar.rangka pemenuhan kebutuhan belajar.

Kami menyadari penyusunan modul ini masih jauh dari sempurna sehingga saran Kami menyadari penyusunan modul ini masih jauh dari sempurna sehingga saran dan kritik membangun sangat kami harapkan. Semoga buku ini bermanfaat dalam dan kritik membangun sangat kami harapkan. Semoga buku ini bermanfaat dalam menambah informasi demi kelancaran kegiatan praktik mahasiswa klinik. Akhir kata kami menambah informasi demi kelancaran kegiatan praktik mahasiswa klinik. Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut terlibat dalam penyusunan modul ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut terlibat dalam penyusunan modul Keperawatan HIV/AIDS ini.

Keperawatan HIV/AIDS ini.

Palangka

Palangka Raya, Raya, 20162016 Ketua,

Ketua,

Dra. Mariaty Darmawan, MM Dra. Mariaty Darmawan, MM

(4)

VISI MISI PROGRAM STUDI DIII

VISI MISI PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATANKEPERAWATAN STIKES EKA HARAP PALANGKA RAYA STIKES EKA HARAP PALANGKA RAYA

1. 1. VisiVisi

Menjadi Pusat Pendidikan Tenaga Keperawatan yang Pancasilais, Profesional, Menjadi Pusat Pendidikan Tenaga Keperawatan yang Pancasilais, Profesional, Unggul dalam Bidang Keperawatan Komunitas dan dapat Berkompetisi Secara Unggul dalam Bidang Keperawatan Komunitas dan dapat Berkompetisi Secara Nasional Maupun Internasional pada Tahun 2020.

Nasional Maupun Internasional pada Tahun 2020. 2.

2. MisiMisi a.

a. Menyelenggarakan pendidikan keperawatan pada jenjang D3 dan S1 sertaMenyelenggarakan pendidikan keperawatan pada jenjang D3 dan S1 serta pendidikan profesi.

pendidikan profesi. b.

b. Melakukan berbagai kegiatan pengembangan dan penelitian gunaMelakukan berbagai kegiatan pengembangan dan penelitian guna pengembanga

pengembangan n ilmu dan ilmu dan teknologi dibidang keperawatan/kesteknologi dibidang keperawatan/kesehatan.ehatan. c.

c. Melakukan berbagai pengembangan pelayanan keperawatan melaluiMelakukan berbagai pengembangan pelayanan keperawatan melalui kegiatan pengabdian pada masyarakat, bekerjasama dengan berbagai pihak kegiatan pengabdian pada masyarakat, bekerjasama dengan berbagai pihak dan menggunakan berbagai sumber, baik lokal, regional, nasional maupun dan menggunakan berbagai sumber, baik lokal, regional, nasional maupun internasional.

internasional.

VISI DAN MISI PROGRAM STUDI DIII

VISI DAN MISI PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATANKEPERAWATAN

1. 1. VisiVisi

Menghasilkan tenaga keperawatan vokasional yang

Menghasilkan tenaga keperawatan vokasional yang pancasilaispancasilais, , kompeten,unkompeten,unggulggul dalam bidang keperawatan kesehatan masyarakat (komunitas) dan mampu dalam bidang keperawatan kesehatan masyarakat (komunitas) dan mampu berkompetensi secara nasional maupun internasional pada tahun 2020.

berkompetensi secara nasional maupun internasional pada tahun 2020. 2.

2. MisiMisi a.

a. MenyelenggarMenyelenggarakan pendidikan akan pendidikan tenaga keperawatan vokasionaltenaga keperawatan vokasional b.

b. Melakukan penelitian, pengembangan, dan pelatihan yang bermanfaat bagiMelakukan penelitian, pengembangan, dan pelatihan yang bermanfaat bagi peningkatan pelayanan kesehatan dan status

peningkatan pelayanan kesehatan dan status kesehatan masyarakatkesehatan masyarakat c.

c. Melakukan pengabdian masyarakat dalam rangka peningkatan statusMelakukan pengabdian masyarakat dalam rangka peningkatan status kesehatan masyarakat

kesehatan masyarakat d.

d. Melakukan kerjasama dengan institusi pemerintah dan swasta serta lembagaMelakukan kerjasama dengan institusi pemerintah dan swasta serta lembaga swadaya masyarakat dan organisasi masyarakat terkait

(5)

BAB I BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN

A.

A. DESKRIPSI MATA KULIAHDESKRIPSI MATA KULIAH

Mata kuliah ini membahas tentang prinsip-prinsip teoritis dan keterampilan klinis Mata kuliah ini membahas tentang prinsip-prinsip teoritis dan keterampilan klinis perawatan HIV/AIDS. Fokus mata kuliah ini meliputi berbagai aspek terkait dengan perawatan HIV/AIDS. Fokus mata kuliah ini meliputi berbagai aspek terkait dengan gangguan umum imunologi, neurologi, psikologi. Kegiatan belajar, mahasiswa berorientasi gangguan umum imunologi, neurologi, psikologi. Kegiatan belajar, mahasiswa berorientasi pada pencapaian kemampuan berfikir sistematis dan komprehensif dalam pada pencapaian kemampuan berfikir sistematis dan komprehensif dalam mengaplikasikan konsep perawatan HIV/AIDS dengan pendekatan asuhan keperawatan mengaplikasikan konsep perawatan HIV/AIDS dengan pendekatan asuhan keperawatan sebagai dasar pemecahan masalah dengan memperhatikan aspek legal dan etis. Evaluasi sebagai dasar pemecahan masalah dengan memperhatikan aspek legal dan etis. Evaluasi belajar mahasiswa dilakukan melalui proses belajar

belajar mahasiswa dilakukan melalui proses belajar pencapaiapencapaian kompetensi.n kompetensi.

B.

B. TUJUAN MATA KULIAHTUJUAN MATA KULIAH

Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran pada penyakit tropis

Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran pada penyakit tropis dan endemis, mahasiswadan endemis, mahasiswa akan mampu:

akan mampu: 1.

1. Menjelaskan konsep dasar perawatan HIV/AIDS dengan baik.Menjelaskan konsep dasar perawatan HIV/AIDS dengan baik. 2.

2. Menjelaskan tentang prinsip-prinsip teoritis perawatan HIV/AIDS dengan baik.Menjelaskan tentang prinsip-prinsip teoritis perawatan HIV/AIDS dengan baik. 3.

3. Menjelaskan hal-hal yang terkait dengan gangguan umum pada ODHA Menjelaskan hal-hal yang terkait dengan gangguan umum pada ODHA dengandengan baik.

baik. 4.

4. Membuat rancangan pendidikan kesehatan mengenai HIV/AIDS pada Membuat rancangan pendidikan kesehatan mengenai HIV/AIDS pada individu,individu, keluarga maupun masyarakat dengan benar.

keluarga maupun masyarakat dengan benar. 5.

5. Menerapkan simulasi asuhan keperawatan pasien dengan HIV/AIDS Menerapkan simulasi asuhan keperawatan pasien dengan HIV/AIDS padapada individu, keluarga maupun masyarakat dengan baik.

individu, keluarga maupun masyarakat dengan baik.

C.

C. KOMPETENSI MATA KULIAHKOMPETENSI MATA KULIAH

Setelah selesai mengikuti pembelajaran pada blok Riset Keperawatan ini, Setelah selesai mengikuti pembelajaran pada blok Riset Keperawatan ini, mahasiswa semester V mampu :

mahasiswa semester V mampu : 1.

1. Menjelaskan perkembangan ilmu keperawatan dalam kaitannya dengan peningkatanMenjelaskan perkembangan ilmu keperawatan dalam kaitannya dengan peningkatan asuhan keperawatan

asuhan keperawatan 2.

2. Mengidentifikasi teori/ model yang sesuai dalam pemberian asuhan keperawatanMengidentifikasi teori/ model yang sesuai dalam pemberian asuhan keperawatan untuk pengembangan ilmu

untuk pengembangan ilmu keperawatan.keperawatan. 3.

(6)

4.

4. MengidentifikasMengidentifikasi masalah IPTEK i masalah IPTEK keperawatan berdasarkan ilmu keperawatankeperawatan berdasarkan ilmu keperawatan 5.

5. Menyusun kerangka konsep penelitian keperawatan sesuai dengan masalahMenyusun kerangka konsep penelitian keperawatan sesuai dengan masalah penelitian

penelitian 6.

6. MengidentifikaMengidentifikasi variabel penelitian si variabel penelitian sesuai dengan masalah sesuai dengan masalah penelitianpenelitian 7.

7. Menerapkan rancangan penelitian yang sesuai dengan masalah penelitianMenerapkan rancangan penelitian yang sesuai dengan masalah penelitian 8.

8. Menentukan populasiMenentukan populasi, sampel, besar , sampel, besar sampel dan sampling yang tepatsampel dan sampling yang tepat 9.

9. Menyusun alat ukur yang sesuai dengan ejnis penelitianMenyusun alat ukur yang sesuai dengan ejnis penelitian 10.

10. Menerapkan etika penelitian kesehatan/ Menerapkan etika penelitian kesehatan/ keperawatkeperawatanan 11.

11. Menerapkan pengolahan data secara Menerapkan pengolahan data secara komputerisaskomputerisasii 12.

12. Menyusun laporan penelitian sesuai dengan kaidah penulisan ilmiahMenyusun laporan penelitian sesuai dengan kaidah penulisan ilmiah

D.

D. STRATEGI PERKULIAHANSTRATEGI PERKULIAHAN

Pendekatan perkuliahan ini adalah pendekatan

Pendekatan perkuliahan ini adalah pendekatan Student Center Learning Student Center Learning . Dimana. Dimana Mahasiswa lebih berperan aktif dalam proses pembelajaran. Metode yang digunakan Mahasiswa lebih berperan aktif dalam proses pembelajaran. Metode yang digunakan lebih

lebih banyak banyak menggunakan menggunakan metode metode ISS ISS (Interactive(Interactiveskill skill station) station) dan dan ProblembProblembasease learning. Interactive skill station diharapkan mahasiswa belajar mencari materi secara learning. Interactive skill station diharapkan mahasiswa belajar mencari materi secara mandiri menggunakan berbagai sumber kepustakaan seperti internet, expert dan

mandiri menggunakan berbagai sumber kepustakaan seperti internet, expert dan lain lain,lain lain, yang nantinya akan didiskusikan dalam kelompok yang telah ditentukan. Sedangkan yang nantinya akan didiskusikan dalam kelompok yang telah ditentukan. Sedangkan untuk beberapa pertemuan dosen akan memberikan kuliah singkat diawal untuk untuk beberapa pertemuan dosen akan memberikan kuliah singkat diawal untuk memberikan kerangka pikir dalam diskusi. Untuk materi-materi yang memerlukan memberikan kerangka pikir dalam diskusi. Untuk materi-materi yang memerlukan keterampilan, metode yang akan dilakukan adalah simulasi dan demonstrasi keterampilan, metode yang akan dilakukan adalah simulasi dan demonstrasi dilaboratorium.

dilaboratorium.

E.

E. EVALUASIEVALUASI 1.

1. Tugas Tugas Individu Individu 15%15% 2.

2. Tugas Tugas Kelompok Kelompok 15%15% 3. 3. Quis Quis 10%10% 4. 4. UTS UTS 25%25% 5. 5. UAS UAS 35%35% Jumlah 100% Jumlah 100%

(7)

F. BAHAN BACAAN Buku utama

1. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Farida & Yudi (2010). Salemba Medika.

2. Keperawatan Jiwa. Iyus Yosep (2007). Refika Aditama.

3.  Asuhan Keperawatan Pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS. Nursalam (2009). Salemba Medika.

4. Pedoman Nasional Perawatan, Dukungan Dan Pengobatan Bagi ODHA. Depkes RI (2006).

(8)

BAB 2

MATERI PEMBELAJARAN

KEGIATAN BELAJAR 1 1) Kompetensi Dasar

Mahasiswa mampu memahami konsep dasar perawatan dan kebijakan tentang pengendalian HIV/AIDS.

2) Materi

Konsep dasar perawatan HIV/AIDS

1. Perkembangan HIV/AIDS di Indonesia 2. Perkembangan HIV/AIDS di dunia

Kebijakan tentang pengendalian HIV/AIDS di Indonesia 1. Global HIV/AIDS

2. HIV/AIDS di Indonesia

3. Strategi pencegahan HIV melalui program konseling dan tes HIV di Indonesia

Uraian Materi

Konsep dasar perawatan HIV/AIDS A. Perkembangan HIV/AIDS di Indonesia

HIV merupakan singkatan dari “human immunodeficiency virus “. HIV merupakan retrovirus yang menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia (terutama CD4 positive T-sel dan macrophages – komponen-komponen utama sistem kekebalan sel tubuh lainnya).

Selain itu virus ini juga menghancurkan atau mengganggu fungsi dari sel kekebalan tubuh tersebut. Infeksi virus ini mengakibatkan terjadinya penurunan sistem kekebalan yang terus-menerus, yang akan mengakibatkan defisiensi kekebalan tubuh.

Sebagian besar orang yang terinfeksi HIV tidak menyadarinya karena tidak ada gejala yang tampak segera setelah terjadi infeksi awal. Beberapa orang mengalami gangguan kelenjar yang menimbulkan efek seperti deman (disertai panas tinggi,

(9)

gatal-gatal, nyeri sendi, dan pembengkakan pada limpa), yang dapat terjadi pada saat seroconversion . Seroconversion  adalah pembentukan antibodi akibat HIV yang biasanya terjadi antara enam minggu dan tiga bulan setelah terjadinya infeksi.

Kendatipun infeksi HIV tidak disertai gejala awal, seseorang yang terinfeksi HIV sangat mudah menularkan virus tersebut kepada orang lain. Satu-satunya cara untuk menentukan apakah HIV ada di dalam tubuh seseorang adalah melalui tes HIV. Infeksi HIV menyebabkan penurunan dan melemahnya sistem kekebalan tubuh. Hal ini menyebabkan tubuh rentan terhadap infeksi penyakit dan dapat menyebabkan berkembangnya AIDS.

Lalu sebenarnya apa AIDS itu?. Istilah AIDS dipergunakan untuk tahap- tahap infeksi HIV yang paling lanjut. Sebagian besar orang yang terkena HIV, bila tidak mendapat pengobatan, akan menunjukkan tanda-tanda AIDS dalam waktu 8-10 tahun.  AIDS diidentifikasi berdasarkan beberapa infeksi tertentu, yang dikelompokkan oleh

Organisasi Kesehatan Dunia ( World Health Organization) sebagai berikut:

 Tahap I penyakit HIV tidak menunjukkan gejala apapun dan tidak dikategorikan sebagai AIDS.

 Tahap II (meliputi manifestasi mucocutaneous minor   dan infeksi-infeksi saluran pernafasan bagian atas yang tak sembuh- sembuh)

 Tahap III (meliputi diare kronis yang tidak jelas penyebabnya yang berlangsung lebih dari satu bulan, infeksi bakteri yang parah, dan TBC paru-paru)

 Tahap IV (meliputi Toksoplasmosis pada otak, Kandidiasis pada saluran tenggorokan (oesophagus), saluran pernafasan (trachea), batang saluran paru-paru (bronchi ), dan Sarkoma Kaposi). Semua penyakit ini merupakan indikator dari AIDS.

Seberapa cepat HIV bisa berkembang menjadi AIDS?. Lamanya dapat bervariasi dari satu individu dengan individu yang lain. Dengan gaya hidup sehat, jarak waktu antara infeksi HIV dan menjadi sakit karena AIDS dapat berkisar antara 10-15 tahun, kadang-kadang bahkan lebih lama. Terapi antiretroviral  ( ARV ) dapat memperlambat perkembangan AIDS dengan menurunkan jumlah virus (viral load) dalam tubuh yang terinfeksi. Terapi ARV bertujuan untuk menghambat perjalanan penyakit HIV, hingga dapat

(10)

memperpanjang usia dan memperbaiki kualitas hidup. Virus HIV menyerang sel CD4 dalam sistem kekebalan tubuh serta menggunakan sel ini untuk bereplikasi. Akibatnya,  jumlah sel ini dalam tubuh pun semakin menurun. Obat ini bekerja dengan cara menghambat proses pembuatan virus dalam sel CD4, hingga jumlah CD4 pun dapat ditingkatkan.

Sampai dengan 30 Juni 2010 secara kumulatif jumlah kasus AIDS di Indonesia yang dilaporkan sebanyak 21770 kasus. Berikut merupakan grafiknya :

Grafik Jumlah Kumulatif Kasus AIDS di Indonesia 10 Tahun Terakhir Berdasarkan Tahun Pelaporan s.d 30 Juni 2010

Berdasarkan provinsi dengan kasus terbanyak di Indonesia dapat ditampilkan sebagai berikut :

(11)

Berdasarkan kelompok umur, distribusi penderita HIV-AIDS di Indonesia dapat ditampilkan pada tabel berikut :

Grafik Persentase Jumlah Kasus HIV-AIDS Berdasarkan Kelompok Umur

Sungguh sangat memprihatinkan bahwa penderita HIV-AIDS terletak pada usia produktif. Dampaknya sangat luas bagi perekonomian suatu negara untuk jangka panjang. HIV dan AIDS memperlambat pertumbuhan ekonomi dengan menghancurkan jumlah manusia dengan kemampuan produksi. Tanpa nutrisi yang baik, fasilitas kesehatan dan obat yang ada di negara-negara berkembang, orang di negara-negara tersebut menjadi korban AIDS. Mereka tidak hanya tidak dapat bekerja, tetapi juga akan membutuhkan fasilitas kesehatan yang memadai. Ramalan bahwa hal ini akan menyebabkan runtuhnya ekonomi dan hubungan di daerah. Di daerah yang terinfeksi berat, epidemik telah meninggalkan banyak anak yatim piatu yang dirawat oleh kakek dan neneknya yang telah tua.

Semakin tingginya tingkat kematian (mortalitas) di suatu daerah akan menyebabkan mengecilnya populasi pekerja dan mereka yang berketerampilan. Para pekerja yang lebih sedikit ini akan didominasi anak muda, dengan pengetahuan dan pengalaman kerja yang lebih sedikit sehingga produktivitas akan berkurang. Meningkatnya cuti pekerja untuk melihat anggota keluarga yang sakit atau cuti karena sakit juga akan mengurangi produktivitas. Mortalitas yang meningkat juga akan melemahkan mekanisme produksi dan investasi sumberdaya manusia (human capital) pada masyarakat, yaitu akibat hilangnya pendapatan dan meninggalnya para orang tua. Karena AIDS menyebabkan meninggalnya banyak orang dewasa muda, ia melemahkan populasi

(12)

pembayar pajak, mengurangi dana publik seperti pendidikan dan fasilitas kesehatan lain yang tidak berhubungan dengan AIDS. Ini memberikan tekanan pada keuangan negara dan memperlambat pertumbuhan ekonomi. Efek melambatnya pertumbuhan jumlah wajib pajak akan semakin terasakan bila terjadi peningkatan pengeluaran untuk penanganan orang sakit, pelatihan (untuk menggantikan pekerja yang sakit), penggantian biaya sakit, serta perawatan yatim piatu korban AIDS. Hal ini terutama mungkin sekali terjadi jika peningkatan tajam mortalitas orang dewasa menyebabkan berpindahnya tanggung-jawab dan penyalahan, dari keluarga kepada pemerintah, untuk menangani para anak yatim piatu tersebut.

Pada tingkat rumah tangga, AIDS menyebabkan hilangnya pendapatan dan meningkatkan pengeluaran kesehatan oleh suatu rumah tangga. Berkurangnya pendapatan menyebabkan berkurangnya pengeluaran, dan terdapat juga efek pengalihan dari pengeluaran pendidikan menuju pengeluaran kesehatan dan penguburan.

B. Perkembangan HIV/AIDS di Dunia

Kasus pertama ditemukan di San Fransisco pada seorang gay tahun 1981. Menurut UNAIDS(Badan PBB untuk penanggulangan AIDS) s/d akhir 1995, jumlah orang yang terinfeksi HIV (Human Immuno-deficiency Virus) di dunia telah mencapai 28 juta dimana 2,4 juta diantaranya adalah kasus bayi dan anak. Setiap hari terjadi infeksi baru sebanyak 8500 orang, sekitar 1000 diantaranya bayi dan anak. Sejumlah 5,8 juta orang telah meninggal akibat AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome), 1,3 juta diantaranya adalah bayi dan anak. -AIDS telah menjadi penyebab kematian utama di Amerika Serikat, Afrika Sub-sahara dan Thailand. Di Zambia, epidemi  AIDS telah menurunkan usia harapan hidup dari 66 tahun menjadi 33 tahun, di Zimbabwe akan menurun dari 70 tahun menjadi 4o tahun dan di Uganda akan turun dari 59 tahun menjadi 31 tahun pada tahun 2010.

POLA PENULARAN VIRUS AIDS

Virus AIDS ditemukan dalam cairan tubuh manusia, dan paling banyak ditemukan pada darah, cairan sperma dan cairan vagina. Pada cairan tubuh lain juga bisa ditemukan (seperti misalnya cairan ASI) tetapi jumlahnya sangat sedikit. Sejumlah 75 -85% penularan terjadi melalui hubungan seks (10% diantaranya melalui hubungan homoseksual),

(13)

5-10% akibat alat suntik yang tercemar (terutama pada pemakai narkotika suntik), 3-5% melalui transfusi darah yang tercemar. Infeksi HIV sebagian besar (lebih dari 80%) diderita oleh kelompok usia produktif (15-49 tahun) terutama laki-laki, tetapi proporsi penderita wanita cenderung meningkat. Infeksi pada bayi dan anak, 90% terjadi dari ibu yang mengidap HIV. Sekitar 25-35% bayi yang dilahirkan oleh Ibu pengidap HIV akan menjadi pengidap HIV, melalui infeksi yang terjadi selama dalam kandungan, selama proses persalinan dan melalui pemberian ASI. Dengan pengobatan antiretroviral pada ibu hamil trimester terakhir, risiko penularan dapat dikurangi menjadi hanya 8%.

SIAPA YANG RAWAN TERHADAP VIRUS AIDS ?

Infeksi virus AIDS terutama disebabkan oleh perilaku seksual berganti-ganti pasangan. Oleh karena itu yang paling berisiko untuk tertular AIDS adalah siapa saja yang mempunyai perilaku tersebut. Harus diingat bahwa perilaku seperti ini bukan hanya dimiliki oleh kelompok pekerja seks tetapi juga oleh kelompok lain seperti misalnya remaja, mahasiswa, eksekutif muda dsb. Jadi yang menjadi masalah disini bukan pada "kelompok" mana tetapi pada "perilaku" yang berganti-ganti pasangan.

PERJALANAN INFEKSI HIV/AIDS

Pada saat seseorang terkena infeksi virus AIDS maka diperlukan waktu 5-10 tahun untuk sampai ke tahap yang disebut sebagai AIDS. Setelah virus masuk kedalam tubuh manusia, maka selama 2-4 bulan keberadaan virus tersebut belum bisa terdeteksi dengan pemeriksaan darah meskipun virusnya sendiri sudah ada dalam tubuh manusia. Tahap ini disebut sebagai periode jendela. Sebelum masuk pada tahap AIDS, orang tersebut dinamai HIV positif karena dalam darahnya terdapat HIV. Pada tahap HIV+ ini maka keadaan fisik ybs tidak mempunyai kelainan khas ataupun keluhan apapun, dan bahkan bisa tetap bekerja seperti biasa. Dari segi penularan, maka dalam kondisi ini ybs sudah aktif menularkan virusnya ke orang lain jika dia mengadakan hubungan seks atau menjadi donor darah.

Sejak masuknya virus dalam tubuh manusia maka virus ini akan menggerogoti sel darah putih (yang berperan dalam sistim kekebalan tubuh) dan setelah 5-10 tahun maka kekebalan tubuh akan hancur dan penderita masuk dalam tahap AIDS dimana terjadi berbagai infeksi seperti misalnya infeksi jamur, virus-virus lain, kanker dsb. Penderita akan

(14)

meninggal dalam waktu 1-2 tahun kemudian karena infeksi tersebut. Di negara industri, seorang dewasa yang terinfeksi HIV akan menjadi AIDS dalam kurun waktu 12 tahun, sedangkan di negara berkembang kurun waktunya lebih pendek yaitu 7 tahun.

Setelah menjadi AIDS, survival rate di negara industri telah bisa diperpanjang menjadi 3 tahun, sedangkan di negara berkembang masih kurang dari 1 tahun. Survival rate ini berhubungan erat dengan penggunaan obat antiretroviral, pengobatan terhadap infeksi oportunistik dan kwalitas pelayanan yang lebih baik.

Dengan globalisasi, pergerakan penduduk dan pertumbuhan ekonomi, episentrum infeksi HIV/AIDS saat ini bergeser ke Asia.

PENCEGAHAN AIDS

Pada prinsipnya, pencegahan dapat dilakukan dengan cara mencegah penularan virus AIDS. Karena penularan AIDS terbanyak adalah melalui hubungan seksual maka penularan AIDS bisa dicegah dengan tidak berganti-ganti pasangan seksual. Pencegahan lain adalah melalui pencegahan kontak darah, misalnya pencegahan penggunaan jarum suntik yang diulang, pengidap virus tidak boleh menjadi donor darah. Secara ringkas, pencegahan dapat dilakukan dengan formula A-B-C. A adalah abstinensia, artinya tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah. B adalah be faithful, artinya jika sudah menikah hanya berhubungan seks dengan pasangannya saja. C adalah condom, artinya jika memang cara A dan B tidak bisa dipatuhi maka harus digunakan alat pencegahan dengan menggunakan kondom.

PREDIKSI YANG AKAN DATANG :

Tahun 2000, diperkirakan jumlah kasus HIV/AIDS akan meningkat menjadi 30-40  juta orang dan pertambahan kasus baru terbanyak akan ditemukan di Asia Selatan dan

Tenggara.

Di negara industri telah terlihat penurunan jumlah kasus baru (insidens) per tahun. Di Amerika Serikat, telah turun dari 100.000 kasus baru/tahun menjadi 40.000 kasus baru/tahun. Pola serupa juga terlihat di Eropa Utara, Australia dan Selandia Baru. Penurunan kasus baru berkait dengan tingkat pemakaian kondom, berkurangnya jumlah pasangan seks dan memasyarakatnya pendidikan seks untuk remaja. Penurunan infeksi

(15)

HIV juga terjadi sebagai dampak membaiknya diagnosa dini dan pengobatan yang adekwat untuk penyakit menular seksual (PMS). Di Tanzania, daerah yang pelayanan PMSnya berjalan baik mempunyai insidens HIV yang 40% lebih rendah. Penelitian di Pantai Gading, Afrika memperlihatkan bahwa pengobatan PMS juga mengurangi viral load sehingga mengurangi infectivity.

TAHAPAN PANDEMI AIDS

Pada awalnya dimulai dengan penularan pada kelompok homoseksual (gay). Karena diantara kelompok homoseksual juga ada yang biseksual, maka infeksi melebar ke kelompok heteroseksual yang sering berganti-ganti pasangan. Pada tahap kedua, infeksi mulai meluas pada kelompok pelacur dan pelanggannya. Pada tahap ketiga, berkembang penularan pada isteri dari pelanggan pelacur. Pada tahap ke empat mulai meningkat penularan pada bayi dan anak dari ibu yang mengidap HIV.

KERENTANAN WANITA PADA INFEKSI HIV

Wanita lebih rentan terhadap penularan HIV akibat faktor anatomis-biologis dan faktor sosiologis-gender.

Kondisi anatomis-biologis wanita menyebabkan struktur panggul wanita dalam posisi "menampung", dan alat reproduksi wanita sifatnya "masuk kedalam" dibandingkan pria yang sifatnya "menonjol keluar". Keadaan ini menyebabkan mudahnya terjadi infeksi khronik tanpa diketahui oleh ybs. Adanya infeksi khronik akan memudahkan masuknya virus HIV.

Mukosa (lapisan dalam) alat reproduksi wanita juga sangat halus dan mudah mengalami perlukaan pada proses hubungan seksual. Perlukaan ini juga memudahkan terjadinya infeksi virus HIV.

Faktor sosiologis-gender berkaitan dengan rendahnya status sosial wanita (pendidikan, ekonomi, ketrampilan). Akibatnya kaum wanita dalam keadaan rawan yang menyebabkan terjadinya pelcehan dan penggunaan kekerasan seksual, dan akhirnya terjerumus kedalam pelacuran sebagai strategi survival.

Kasus di Ghana dalam pembangunan Bendung Sungai Volta, menyebabkan ribuan penduduk tergusur dari kampung halamannya. Kaum pria bisa memperoleh kesempatan kerja sebagai buruh dan kemudian menjadi nelayan. Kaum wanita yang

(16)

hanya terbiasa dengan pekerjaan pertanian akhirnya tersingkir ke kota dan terjerumus pada pekerjaan hiburan dan penyediaan jasa seksual. Akibatnya banyak yang menderita penyakit menular seksual (termasuk HIV) dan meninggal akibat AIDS. Di Thailand Utara, akibat pembangunan ekonomi dan industri yang berkembang pesat menyebabkan lahan pertanian berkurang dan wanita tergusur dari pekerjaan tradisionalnya di bidang pertanian. Sebagian besar kemudian migrasi ke kota-kota besar dan menjadi pekerja seks dan akhirnya tertular oleh HIV.

Tes Infeksi HIV

Jika Anda merasa memiliki risiko terinfeksi virus HIV, satu-satunya cara untuk mengetahuinya adalah dengan melakukan tes HIV yang disertai konseling. Segeralah mengunjungi fasilitas kesehatan terdekat (klinik VCT) untuk tes HIV. Dengan tes ini akan diketahui hasil diagnosis HIV pada tubuh Anda.

Layanan tes HIV dan konseling ini disebut sebagai VCT ( Voluntary Counseling and Testing ) atau KTS (Konseling dan Tes HIV Sukarela). Tes ini bersifat sukarela dan rahasia. Sebelum melakukan tes, konseling diberikan terlebih dahulu. Konseling bertujuan untuk mengetahui tingkat risiko infeksi dan juga pola hidup keseharian. Setelah tahap ini, dibahaslah cara menghadapi hasil tes HIV jika terbukti positif.

Tes HIV biasanya berupa tes darah untuk memastikan adanya antibodi terhadap HIV di dalam sampel darah. Antibodi adalah protein yang diproduksi oleh sistem kekebalan tubuh untuk menyerang kuman atau bakteri tertentu. Tes HIV mungkin akan diulang satu hingga tiga bulan setelah seseorang melakukan aktivitas yang dicurigai bisa membuatnya tertular virus HIV.

 Ada beberapa tempat untuk melakukan tes HIV. Anda bisa menanyakan pada rumah sakit atau klinik kesehatan terdekat. Di Indonesia, terdapat beberapa yayasan dan organisasi yang fokus untuk urusan HIV/AIDS, di antaranya:

 Komunitas AIDS Indonesia  ODHA Indonesia

(17)

 Yayasan Spiritia  Yayasan Orbit

 Yayasan AIDS Indonesia

Sedangkan lembaga pemerintah yang dibentuk khusus untuk menangani HIV/AIDS adalah Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN).

Jika hasilnya positif, Anda akan dirujuk menuju klinik atau rumah sakit spesialis HIV. Beberapa tes darah lainnya mungkin akan diperlukan. Tes ini untuk memperlihatkan dampak dari HIV kepada sistem kekebalan Anda. Anda juga bisa membicarakan tentang pilihan penanganan yang bisa dilakukan.

Langkah Pengobatan Bagi Penderita HIV

Meski belum ada obat untuk sepenuhnya menghilangkan HIV, tapi langkah pengobatan HIV yang ada pada saat ini cukup efektif. Pengobatan yang dilakukan bisa memperpanjang usia hidup penderita HIV dan mereka bisa menjalani pola hidup yang sehat.

Terdapat obat-obatan yang dikenal dengan nama antiretroviral (ARV) yang berfungsi menghambat virus dalam merusak sistem kekebalan tubuh. Obat-obatan tersebut diberikan dalam bentuk tablet yang dikonsumsi setiap hari. Anda akan disarankan melakukan pola hidup sehat. Misalnya makanan sehat, tidak merokok, mendapatkan vaksin flu tahunan, dan vaksin pneumokokus lima tahunan. Hal ini bertujuan untuk mengurangi risiko terkena penyakit berbahaya.

Tanpa pengobatan, orang dengan sistem kekebalan yang terserang HIV akan menurun drastis. Dan mereka cenderung menderita penyakit yang membahayakan nyawa seperti kanker. Hal ini dikenal sebagai HIV stadium akhir atau AIDS.

Cara Pencegahan HIV

Cara terbaik untuk mencegah HIV adalah dengan melakukan hubungan seks secara aman, dan tidak pernah berbagi jarum, dan peralatan menyuntik apa pun. Semua yang pernah berhubungan seks tanpa kondom dan berbagi jarum atau suntikan, lebih berisiko untuk terinfeksi HIV.

(18)

Kebijakan tentang pengendalian HIV/AIDS di Indonesia 1. Global HIV/AIDS

Pola infeksi secara global, sekitar 90% kasus HIV/AIDS ada di negara berkembang. Saat ini penyebarannya adalah :

 Afrika Sub-sahara : 14 juta  Asia Selatan-Tenggara : 4,8 juta  Asia Timur-Pasifik : 35.000

Timur Tengah : 200.000

Karibia : 270.000

 Amerika Latin : 1,3 juta Eropa Timur - Asia Tengah : 30.000

 Australia : 13.000

Eropa Barat : 470.000  Amerika Utara : 780.000

2. HIV/AIDS di Indonesia

Di Indonesia, sejak pertama kali ditemukannya infeksi HIV pada tahun 1987 HIV tersebar di 368 dari 497 kabupaten/kota di seluruh provinsi. Pulau Bali adalah provinsi pertama tempat ditemukannya infeksi HIV/AIDS di Indonesia.

Menurut UNAIDS, di Indonesia ada sekitar 690 ribu orang pengidap HIV sampai tahun 2015. Dari jumlah tersebut, setengah persennya berusia antara 15 hingga 49 tahun. Wanita usia 15 tahun ke atas yang hidup dengan kondisi HIV sekitar 250 ribu jiwa. Angka kematian akibat AIDS mencapai 35 ribu orang. Dengan demikian terdapat anak-anak yatim piatu akibat kematian orang tua karena AIDS berjumlah 110.000 anak.

HIV adalah jenis virus yang rapuh. Tidak bisa bertahan lama di luar tubuh manusia. HIV bisa ditemukan di dalam cairan tubuh dari orang yang terinfeksi. Cairan yang dimaksud adalah cairan sperma, cairan vagina, cairan anus, darah, dan ASI. HIV tidak bisa menyebar melalui keringat atau urine.

Di Indonesia  faktor penyebab dan penyebaran virus HIV/AIDS t erbagi menjadi dua kelompok utama, yaitu melalui hubungan seks yang tidak aman dan bergantian jarum suntik saat menggunakan narkotika.

(19)

Berikut ini adalah beberapa cara penyebaran HIV lainnya:

 Penularan dari ibu kepada bayi pada masa kehamilan, ketika melahirkan atau

menyusui.

 Melalui seks oral.

 Pemakaian alat bantu seks secara bersama-sama atau bergantian.  Melalui transfusi darah dari orang yang terinfeksi.

 Memakai jarum, suntikan, dan perlengkapan menyuntik lain yang sudah

terkontaminasi, misalnya spon dan kain pembersihnya.

 AIDS di Indonesia ditangani oleh Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Nasional dan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan memiliki Strategi Penanggulangan AIDS Nasional untuk wilayah  Indonesia. Ada 79 daerah prioritas di mana epidemi AIDS sedang meluas. Daerah tersebut menjangkau delapan provinsi: Papua, Papua Barat, Sumatera Utara,  Jawa Timur, Jakarta, Kepulauan Riau, Jawa Barat,  dan Jawa Tengah. Program-program penanggulangan AIDS menekankan pada pencegahan melalui perubahan perilaku dan melengkapi upaya pencegahan tersebut dengan layanan pengobatan dan perawatan. Program PEPFAR di Indonesia bekerja sama secara erat dengan saat ini.

Sekitar 170.000 sampai 210.000 dari 220 juta penduduk Indonesia mengidap HIV/AIDS. Perkiraan prevalensi keseluruhan adalah 0,1% di seluruh negeri, dengan pengecualian Provinsi  Papua, di mana angka epidemik diperkirakan mencapai 2,4%, dan cara penularan utamanya adalah melalui hubungan seksual tanpa menggunakan pelindung.

Jumlah kasus kematian akibat AIDS di Indonesia diperkirakan mencapai 5.500 jiwa. Epidemi tersebut terutama terkonsentrasi di kalangan pengguna obat terlarang melalui  jarum suntik dan pasangan intimnya, orang yang berkecimpung dalam kegiatan prostitusi dan pelanggan mereka, dan pria yang melakukan hubungan seksual dengan sesama pria. Sejak 30 Juni 2007, 42% dari kasus  AIDS yang dilaporkan ditularkan melalui hubungan heteroseksual dan 53% melalui penggunaan obat terlarang.

(20)

Berikut adalah data Kementerian Kesehatan Indonesia mengenai kasus HIV/AIDS di Indonesia hingga Maret 2013:

Jumlah orang yang terinfeksi HIV 103759 orang

Jumlah pengidap AIDS 43347 orang

Jumlah kematian karena HIV/AIDS 8288 orang

Jumlah orang yang tertular HIV

(selama Januari-Maret 2013) 5369 orang

Jumlah orang yang terkena AIDS

(selama Januari-Maret 2013) 460 orang

3. Strategi pencegahan HIV melalui program konseling dan tes HIV di Indonesia Strategi Nasional ini merupakan kerangka acuan dan panduan untuk setiap upaya penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia, baik oleh pemerintah, masyarakat LSM, keluarga, perorangan, universitas dan lembaga-lembaga penelitian, donor dan badan-badan internasional agar dapat bekerja sama dalam kemitraan yang efektif dan saling melengkapi dalam lingkup keahlian dan kepedulian masing-masing berdasarkan Pasal 5 Keputusan Presiden nomor 36 Tahun 1994.

Strategi Nasional ini disusun dengan sistematika, Prinsip-prinsip dasar penanggulangan HIV/AIDS, Lingkup program, peran dan tanggung jawab, kerjasama internasional dan pendanaan. Kegiatan penanggulangan AIDS dikomandoi oleh Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) yang diketuai oleh Menko Kesra dan di daerah oleh KPAD. Kegiatannya meliputi pencegahan, pelayanan, pemantauan, pengedalian dan penyuluhan.  Adapun sasaran Masyarakat Terkena Infeksi HIV/AIDS, terutama:

a. Kelompok resiko tinggi yaitu: Wanita tuna susila (WTS), karyawati panti pijat, night club, bar dan diskotik, waria, narapidana, kelompok gay, penderita penyakit menular seksual.

(21)

b. Kelompok resiko rendah yaitu: Donor darah, ibu hamil, calon tenaga kerja indonesia (TKI), pelajar/mahasiswa, karyawan.

Kebijakan penanggulangan HIV/AIDS yang dilaksanakan selama ini seperti melaksanakan bimbingan social pencegahan HIV/AIDS, pemberian konseling dan pelayanan social bagi penderita HIV/AIDS yang tidak mampu serta pemberian pelayanan kesehatan sebagai langkah antisipatif agar kematian dapat dihindari belum menunjukkan hasil yang menggembirakan khususnya di Indonesia jumlah penderita HIV/AIDS cendrung meningkat terutama yang menggunaka jarum suntik dan melalui prilaku seksual.  Adapun upaya-upaya yang perlu dilakukan untuk menekan meningkatnya tertularnya virus HIV/ antara lain:

a. Melakukan pencegahan-pencegahan pada lingkungan agar tidak terkena penularan virus HIV/AIDS melalui kampanye dan penyuluhan penggunaan jarum suntik yang steril. Kampanye dan penyuluhan penggunaan jarum suntik dan penggunaan kondom dapat dilakukan:

 Peningkatan kesadaran kelompok resiko tinggi pecandu narkoba yang

menggunakan jarum suntik dan masyarakat tentang penularan bahaya HIV/AIDS.

 Penyuluhan di sekolah-sekolah (SLTP, SMA, dan Perguruan Tinggi)

 Cakupan penyuluhan harus luas yang meliputi seluruh masyarakat termasuk

masyaraakat yang ada di pedesaan

 Kampanye dilakukan melalui pendekatan agama.

b. Melakukan pengobatan, untuk mereka yang sudah positif terkena HIV/AIDS, tindakan yang bisa dilakukan adalah dengan memberikan obat yang efeknya hanya untuk penderitaan dan meningkatkan kemungkinan hidup si penderita, sehingga si penderita tetap melakukan aktivitasnya. Obat tersebut  ARV merupakan singkatan dari Antiretroviral,  yaitu obat yang dapat menghentikan reproduksi HIV di dalam tubuh.

c. Setiap upaya penanggulangan harus mencerminkan nilai-nilai agama dan budaya yang ada di Indonesia.

d. Setiap kegiatan diarahkan untuk mempertahankan dan memperkukuh ketahanan dan kesejahteraan keluarga, serta sistem dukungan sosial yang mengakar dalam masyarakat.

(22)

e. Setiap orang berhak untuk mendapat informasi yang benar untuk melindungi diri dan orang lain terhadap infeksi HIV.

f. Setiap kebijakan, program, pelayanan dan kegiatan harus tetap menghormati harkat dan martabat dari para pengidap HIV penderita AIDS dan keluarganya.

g. Diusahakan agar peraturan perundang-undangan mendukung dan selaras dengan Strategi Nasional Penanggulangan HIV/AIDS di semua tingkat.

h. Memberikan sanksi hukum yang tinggi kepada penyala guna narkotika yang menggunakan jarum suntik. Sedangkan program strategis yang dilakukan oleh Komisi Penanggulangan AIDS Nasional antara lain:

 Program Pencegahan.

 Program Dukungan, Perawatan dan Pengobatan.  Program Pengurangan Dampak Buruk.

Jadi Strategi penanggulangan HIV dan AIDS ditujukan untuk mencegah dan mengurangi risiko penularan HIV, meningkatkan kualitas hidup ODHA, serta mengurangi dampak sosial dan ekonomi akibat HIV dan AIDS pada individu, keluarga dan masyarakat, agar individu dan masyarakat menjadi produktif dan bermanfaat untuk pembangunan. Skenario strategi dan rencana aksi ini pada tahun 2014 adalah bahwa 80% populasi kunci terjangkau oleh program yang efektif dan 60% populasi kunci berperilaku aman. Kesimpulan tentang strategi pencegahan HIV melalui program nasional dapat dikategorikan menjadi dua macam di antaranya:

A.Kebijakan Umum

1. Upaya penanggulangan HIV AIDS harus memperhatikan nilai-nilai agama dan budaya/norma kemasyarakatan dan kegiatannya diarahkan untuk mempertahankan dan memperkokoh ketahanan dan kesejahteraan keluarga.

2. Mengingat luasnya respon dan permasalahan, maka upaya penanggulangan AIDS harus dilakukan melalui suatu gerakan secara nasional bersama sektor dan komponen lain

3. Upaya penanggulangan HIV AIDS harus menghormati harkat dan martabat manusia serta memperhatikan keadilan dan kesetaraan gender

(23)

4. Upaya pencegahan HIV AIDS pada anak sekolah, remaja dan masyarakat umum diselenggarakan melalui kegiatan komunikasi, informasi dan edukasi guna mendorong kehidupan yang lebih sehat

5. Upaya pencegahan yang efektif termasuk penggunaan kondom 100% pada setiap hubungan seks berisiko, semata-mata hanya untuk memutus rantai penularan HIV 6. Upaya penanggulangan HIV AIDS merupakan upaya-upaya terpadu dari

peningkatan perilaku hidup sehat, pencegahan penyakit, pengobatan dan perawatan berdasarkan data dan fakta ilmiah serta dukungan terhadap ODHA 7. Upaya penanggulangan HIV AIDS diselenggarakan oleh masyarakat, pemerintah,

dan LSM berdasarkan prinsip kemitraan. Masyarakat dan LSM menjadi pelaku utama sedangkan pemerintah berkewajiban mengarahkan, membimbing dan menciptakan suasana yang mendukung terselenggaranya upaya penanggulangan HIV AIDS

8. Upaya penanggulangan HIV AIDS diutamakan pada kelompok masyarakat berperilaku risiko tinggi tetapi harus pula memperhatikan kelompok masyarakat yang rentan, termasuk yang berkaitan dengan pekerjaannya dan kelompok marginal terhadap penularan HIV AIDS.

B. Kebijakan Operasional

1. Pemerintah pusat bertugas melakukan regulasi dan standarisasi secara nasional kegiatan program AIDS dan pelayanan bagi ODHA

2. Penyelenggaraan dan pelaksanaan program dilakukan sesuai azas desentralisasi dengan Kabupaten/kota sebagai titik berat manajemen program

3. Pemerintah berkewajiban menjamin tersedianya ARV maupun reagen pemeriksaan secara berkesinambungan

4. Pengembangan layanan bagi ODHA dilakukan melalui pengkajian menyeluruh dari berbagai aspek yang meliputi : situasi epidemi daerah, beban masalah dan kemampuan, komitmen, strategi dan perencanaan, kesinambungan, fasilitas, SDM dan pembiayaan. Sesuai dengan kewenangannya pengembangan layanan ditentukan oleh Dinas Kesehatan.

5. Setiap pemeriksaan untuk mendiagnosa HIV AIDS harus didahului dengan penjelasan yang benar dan mendapat persetujuan yang bersangkutan ( informed

(24)

consent ). Konseling yang memadai harus diberikan sebelum dan sesudah pemeriksaan, dan hasil pemeriksaan diberitahukan kepada yang bersangkutan tetapi wajib dirahasiakan kepada pihak lain

6. Setiap pemberi pelayanan berkewajiban memberikan layanan tanpa diskriminasi kepada ODHA.

7. Keberpihakan kepada ODHA dan masyarakat ( patient and community centered ); Upaya mengurangi infeksi HIV pada pengguna napza suntik melalui kegiatan pengurangan dampak buruk (harm reduction) dilaksanakan secara komprehensif dengan juga mengupayakan penyembuhan dari ketergantungan napza

8. Penguatan dan pengembangan program diprioritaskan bagi peningkatan mutu pelayanan, dan kemudahan akses terhadap pencegahan, pelayanan dan pengobatan bagi ODHA.

9. Layanan bagi ODHA dilakukan secara holistik, komprehensif dan integratif sesuai dengan konsep layanan perawatan yang berkesinambungan.

10. Pengembangan layanan dilakukan secara bertahap pada seluruh pelayanan yang ada sesuai dengan fungsi dan strata pelayanan dengan mempertimbangkan kemampuan dan kesiapan sarana, tenaga dan dana.

11. Pencapaian target program nasional juga memperhatikan komitmen dan target internasional.

Manajemen kasus adalah salah satu metode pelayanan yang biasa dipergunakan untuk mambantu ODHA. Pelayanan manajemen kasus oleh pekerja sosial ini menggunakan pendekatan pada individu secara holistik dan terpadu yang mengkoordinasikan sistem-sistem sumber yang ada di lingkungannya ( lembaga pemerintah atau non pemerintah, keluarga dan sebagainya untuk memenuhi kebutuhan dan pemecahan masalahnya. Manajemen Kasus adalah pelayanan yang mengkaitkan dan mengkoordinasi bantuan dari berbagai lembaga dan badan penyedia pendekatan dan dukungan pekerja sosial, pekerja sosial medis, medis, psikososial, dan praktis bagi individu-individu yang membutuhkan bantuan itu. Pendekatan itu mempunyai tiga sisi utama yaitu Bio, Psiko dan Sosial. Manajemen kasus ini berkonsentrasi pada upaya meningkatkan kondisi kesehatan pasien berdasarkan intervensi keperawatan yang spesifik, dalam kegiatannya manajemen kasus dilakukan oleh manajer kasus. Jadi

(25)

Manajemen kasus HIV-AIDS merupakan pelayanan yang berkesinambungan yang melibatkan atau bekerjasama dengan dengan sektor lain,

Manajemen kasus telah menjadi sarana yang efektif untuk membantu ODHA sejak 1980-an. Dengan meningkatnya tahun, maka pelayanan manajemen kasus berkembang lebih baik. Pada tahun-tahun awal epidemik HIV telah dikembangkan sejumlah program manajemen kasus di pusat  –  pusat penanganan wabah HIV di daerah perkotaan untuk memenuhi makin banyaknya kebutuhan medis dan psikososial ODHA. Selain dari beberapa pernyataan di atas maka ada beberapa peran pekerja sosial dalam manajemen kasus selaku menejer, diantaranya:

1. Pekerja Sosial sebagai manager kasus, bertujuan untuk mencapai kesinambungan pemberian pelayanan keluraga dan invidu melalui proses penghubungan antara klien dan pelayanan yang diinginkan dan pengkoordinaran pemanfaatan pelayanan tersebut. Peran pekerja sosial sebagai manager kasus mempunyai arti penting bagi klien yang menggunakan pelayanan yang disajikan oleh agen-agen pelayanan. Sebagai manager kasus, pekerja sosial mempunyai cakupan yang luas dalam aktvitasnya. Pekerjaannya dimulai dengan mengidentifikasikan jenis bantuan yang diperlukan, melakukan penyelidikan terhadap faktor yang menjadi penghalang dalam mengatasi masalah, mendukung klien untuk mencoba mengeksplorasikan semua potensinya, memberikan kesempatan kepada klien untuk memperoleh pelayanan langsung. Rumusan suatu kasus mungkin merupakan perencanaan pelayanan yang menunjukkan kebutuhan-kebutuan yang diperlukan klien.

2. Pekerja Sosial Sebagai seorang professional, bertujuan untuk mulai bekerja dengan kode etik pekerja sosial d an praktek-prakteknya yang kompetensi sangat berperan dalam pengembangan profesi pekerjaan sosial. Pada dasarnya tindakan seorang profesional adalah penuh etika dan bertanggung jawab serta bijaksana. Pekerja sosial harus secara konsisten mengembangkan ketrampilan dan pengetahuannya untuk meningkatkan mutu pelayanannya.

3. Bertanggungjawab atas terjaminnya kerahasiaan informasi yang terkait dengan anak dan keluarganya, selama maupun setelah proses layanan manajemen kasus.

4. Dapat membuka atau memberikan informasi kepada pihak lain yang berkepentingan dengan penyelenggaraan layanan atas sepengetahuan dan setelah mendapatkan persetujuan dari ODHA atau orang tua atau walinya yang sah. Untuk lebih spesifiknya

(26)

tahapan manajemen kasus, menurut DEPSOS proses manajemen kasus HIV dan  AIDS dibagi dalam lima tahapan:

 Penerimaan Awal

Proses manajemen kasus HIV dimulai dengan wawancara awal dan dalam banyak situasi dikombinasikan dengan penerimaan. Tujuan utama wawancara awal adalah membangun hubungan yang menyenangkan yang memfasilitasi pengembangan hubungan kerja kolaboratif dan membangun citra pekerja sosial sebagai penghubung yang aman. Dalam pertemuan pertama ini, peran sebagai penyuluh krisis mungkin akan penting karena memasuki suatu sistem penyampaian pelayanan seringkali terdorong oleh adanya krisis yang memerlukan intervensi segera. Informasi tentang cakupan pelayanan yang tersedia juga dipadukan dalam wawancara awal.

Selama penerimaan itu, dilakukan penilaian awal kebutuhan klien dengan tujuan menjembatani kesenjangan antara kebutuhan pelayanan dan sumber daya sistem. Dalam tahap ini dilakukan tinjauan hak  –  hak dan kewajiban klien serta prosedur mengajukan keluhan bila terjadi pelayanan yang tidak sesuai dan diperoleh persetujuan klien untuk mendaftarkannya dalam sistem penyediaan pelayanan.

 Pengkajian

Proses pengumpulan informasi yang mencakup wawancara tatap muka serta pengumpulan data sekunder dari petugas pelayanan kesehatan dan pelayanan masyarakat. Ini adalah proses kerjasama dan interaktif dimana klien dan manajer kasus mengumpulkan, menganalisis dan memprioritaskan informasi yang mengidentifikasi kebutuhan dan sumberdaya, potensi klien untuk menyusun rencana menangani kebutuhan yang diidentifikasi.

 Perencanaan

Rencana pelayanan sangat penting dalam upaya manajemen kasus dan rencana ini disusun berdasarkan informasi yang dihimpun dalam tahap penilaian. Manajer kasus dan klien bekerja sama untuk menyusun daftar masalah dan isu serta untuk merumuskan sasaran jangka panjang dan jangka pendek yang mendukung tujuan menyeluruh pemeliharaan kesehatan dan kemandirian. Diperlukan perencanaan spesifik, yang berpedoman pada sasaran realistik, untuk

(27)

memprioritaskan kegiatan dan mengidentifikasi cara perolehan, pemantauan, dan pengkoordinasian pelayanan di kalangan lembaga penyedia pelayanan dan sistem perawatan kesehatan.

Perlu diidentifikasi dengan jelas tanggung jawab semua pihak dan batas waktu realistik untuk mencapai sasaran melalui kegiatan yang relevan. Jika pilihan pelayanan tidak tersedia untuk memenuhi kebutuhan, manajer kasus mungkin perlu mempertimbangkan pilihan antara upaya membantu pencarian pilihan dan mendesain solusi antara.

Hal ini lebih mungkin terjadi jika nilai  – nilai budaya atau praktik klien tidak sejalan dengan program yang ada, jika klien didiagnosis mengidap lebih dari satu penyakit seperti HIV, penyalahgunaan obat -obatan, dan kelainan mental. Atau  jika klien bertempat tinggal di daerah pedesaan yang sedikit tersedia pelayanan

yang khusus menangani HIV.

 Pelayanan Pengkaitan dan Rujukan

Dalam tahap implementasi, Pekerja Sosial dan klien berupaya melaksanakan rencana pelayanan. Jika persetujuan untuk merujuk telah diperoleh, manajer kasus dapat memainkan beberapa peran untuk memfasilitasi klien menerima pelayanan, termasuk sebagai perantara, pemantau, pendukung, dan pembimbing. Sebagai perantara, manajer kasus menghubungi penyedia pelayanan lainnya untuk memudahkan perujukan klien dan mungkin juga mengatur pelayanan tambahan seperti pengantaran klien ke tempat rujukan pada waktu yang ditentukan. Setelah klien dirujuk ke tempat pelayanan, manajer kasus tetap berhubungan dengan klien secara teratur untuk memastikan bahwa klien telah menerima pelayanan dan hal itu dilakukan dengan cara yang tepat.  Adakalanya manajer kasus mungkin perlu mengatasnamakan klien, untuk

memastikan penerimaan pelayanan yang diperlukan. Sebagai pembimbing, manajer kasus mendorong klien untuk mengantisipasi hambatan dalam mengakses dan menggunakan pelayanan dan, jika perlu, bekerja sama dengan klien untuk menanggulangi hal itu.

Rencana pelayanan biasanya dilaksanakan mendokumentasi kemajuan klien secara seksama, termasuk tanggal hubungan, informasi tentang siapa yang pertama kali menghubungi dan tindakan apapun yang dilakukan sebagai tindak

(28)

lanjut dari hubungan itu. Hambatan pelaksanaan rencana juga harus dicatat, termasuk kepuasan klien dalam pelaksanaan rencana, perubahan yang terjadi dalam pelaksanaannya, dan kemajuan yang diraih dalam upaya mencapai tujuan dan sasaran. Dalam kaitan ini yang sering membantu dalam menanggulangi kesulitan implementasi adalah supervisi pekerjaan sosial profesional, dukungan rekan sejawat, dan konferensi kasus antar dan intra lembaga.

 Monitoring dan Evaluasi

Upaya untuk memastikan mutu program manajemen kasus, termasuk evaluasi hasil, semakin penting. Bukan hanya karena penyandang dana menghendaki informasi lebih banyak tentang efektivitas program manajemen kasus dalam memenuhi kebutuhan klien, tetapi juga karena bidang manajemen kasus HIV - AIDS berubah dengan cepat, sehingga staf dan administrator harus dapat menggunakan waktu yang tersedia secara efektif.

Kegiatan evaluasi dapat mencakup penilaian kepuasan klien terhadap pelayanan yang disediakan, penentuan apakah populasi yang terjangkit dalam wilayah tertentu mengetahui ketersediaan pelayanan, dan pelaksanaan survey penyedia pelayanan dalam hubungannya dengan kepuasan mereka dengan pelayanan manajemen kasus.

Selain metode evaluasi tradisional itu, sebagian program mengkaji evaluasi berdasarkan hasil. Contoh evaluasi hasil dapat mencakup apakah manajemen kasus membantu klien untuk mentaati perawatan atau apakah manajemen kasus meningkatkan kadar aksesibilitas perawatan. Penting diperhatikan bahwa proses peningkatan mutu berlangsung pada tataran mikro dan makro kondisi pelayanan, upaya memenuhi kebutuhan klien, serta masyarakat yang terpengaruh. Segala kegiatan yang bersangkutan diatas meruapak tanggung jawab penuh bagi seorang pekerja sosial professional.

KEGIATAN BELAJAR 2

1) Kompetensi Dasar

Mahasiswa mampu memahami tentang konsep stress, adaptasi dan proses keperawatan pada pasien dengan HIV/AIDS.

(29)

2) Materi

Konsep stress dan adaptasi

1. Pengertian stress dan stressor 2. Sumber stressor

3. Jenis stress

4. Faktor yang mempengaruhi stress 5. Manajemen stress

6.  Adaptasi terhadap stress

Proses keperawatan pada pasien dengan HIV/AIDS

1. Pengkajian 2. Diagnosa 3. Intervensi

Uraian Materi

Konsep Stress Dan Adaptasi

1. Pengertian Stress Dan Stressor

Stres merupakan suatu respons fisiologis, psikologis dan perilaku dari manusia yang mencoba untuk mengadaptasi dan mengatur baik tekanan internal dan eksternal. Stres menurut Hans Selye merupakan respon tubuh yang bersifat tidak spesifik terhadap setiap tuntutan atau beban atasnya.

Sedangkan menurut Handoko, stress adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang. Stress yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungannya.

Menurut beberapa ahli stress dapat diartikan sebagai berikut:

Stress didefinisikan sebagai respon fisik dan emosional terhadap tuntutan yang dialami individu yang diiterpretasikan sebagai sesuatu yang mengancam keseimbangan (Emanuelsen & Rosenlicht).

(30)

Stres adalah suatu kekuatan yang mendesak atau mencekam, yang menimbulkan suatu ketegangan dalam diri ses eorang” (Soeharto Heerdjan).

Secara umum, yang dimaksud “Stres adalah reaksi tubuh terhadap situasi y ang menimbulkan tekanan, perubahan, ketegangan emosi, dan lain- lain”. “Stres adalah segala masalah atau tuntutan penyesuaian diri, dan karena itu, sesuatu yang mengganggu keseimbangan kita” (Maramis).

Menurut Vincent Cornelli, sebagaimana dikutip oleh Grant Brecht bahwa yang dimaksud “Stres adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan, yang dipengaruhi baik oleh lingkungan maupun penampilan individu di dalam lingkungan tersebut”

Stress adalah realitas kehidupan setiap hari yang tidak dapat dihindari. Stres disebabkan oleh perubahan yang memerlukan penyesuaian (Keliat, B.A).

Menurut Emanualsen & Rosenlicht, stressor merupakan faktor internal maupun eksternal yang dapat mengubah individu dan berakibat pada terjadinya fenomena stress.

Stressor adalah pengalaman seseorang yang bisa menghasilkan dan menyebabkan stres, ataupun situasi / pengalaman seseorang yang dapat menyebabkan tekanan yang dapat kita lihat dalam ketidaknyamanan kehidupan sehari-hari.

Jadi dapat disimpulkan stress adalah dampak dari stressor( penyebab stress) yang dianggap sebagai tekanan oleh individu sehingga membuatnya terpaksa untuk terus memikirkan hal tersebut dan akhirnya akan mengganggu kesehatan psikologinya.

2. Sumber Stressor

a. Sumber Stres di Dalam Diri

Pada umumnya dikarenakan konflik yang terjadi antara keinginan dan kenyataan berbeda, dalam hal ini adalah bebagai permasalahan yang terjadi yang tidak sesuai dengan dirinya dan tidak mampu diatasi, maka dapat menimbulkan stres.

(31)

Stres ini bersumber dari masalah keluarga ditandai dengan adanya perselisihan masalah keluarga, masalah keuangan serta adanya tujuan yang berbeda diantara keluarga. Permasalahan ini akan menimbulkan stres.

c. Sumber Stres di Masyarakat dan Lingkungan

Sumber stres ini dapat terjadi di lingkungan atau masyarakat pada umumnya. Karena kurangnya hubungan interpersonal serta kurang adanya pengakuan di masyarakat sehinggah tidak dapat berkembang.

3. Jenis Stress

Seperti yang sudah disebutkan bahwa stressor dan sumbernya memiliki banyak keragaman, sehingga dapat disimpulkan stress yang dihasilkan beragam pula. Menurut Sri Kusmiati dan Desminiarti, berdasarkan penyebabnya stress dapat digolongkan menjadi :

 Stres fisik,  disebabkan oleh suhu atau temperatur yang terlalu tinggi atau

rendah, suara amat bising, sinar yang terlalu terang, atau tersengat arus listrik.

 Stres kimiawi,  disebabkan oleh asam-basa kuat, obat-obatan, zat beracun,

hormone, atau gas.Stres mikrobiologik, disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang menimbulkan penyakit.

 Stres psikis/ emosional,  disebabkan oleh gangguan hubungan interpersonal,

sosial, budaya, atau keagamaan

 Stres fisiologik,  disebabkan oleh gangguan struktur, fungsi jaringan, organ,

atau sistemik sehingga menimbulkan fungsi tubuh tidak normal.Stres proses pertumbuhan dan perkembangan, disebabkan oleh gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi hingga tua. Menurut Maramis (1999), ada empat sumber atau penyebab stres Psikologis, yaitu :

(32)

Timbul akibat kegagalan dalam mencapai tujuan karena ada rintangan, frustasi ada yang bersifat intrinsik (cacat badan dan kegagalan usaha) dan ekstrinsik (kecelakaan, bencana alam, kematian orang yang dicintai, kegoncangan ekonomi, pengangguran, perselingkuhan, dan lain-lain).

 b. Konflik

Timbul karena tidak bisa memilih antara dua atau lebih macam-macam keinginan, kebutuhan, atau tujuan. Bentuknya approach-approach conflict, approach-avoidance conflict, avoidance -avoidance conflict.

c. Tekanan

Timbul sebagai akibat tekanan hidup sehari-hari. Tekanan dapat berasal dari dalam diri individu, misalnya cita-cita atau norma yang terlalu tinggi. Tekanan yang berasal dari luar individu, misalnya orang tua menuntut anaknya agar disekolahkan selalu rangking satu atau istri menuntut uang belanja yang berlebihan kepada suami.

d. Krisis

Krisis yaitu keadaan yang mendadak, yang menimbulkan stres pada individu, misalnya kematian orang yang disayangi, kecelakaan dan penyakit yang harus segera operasi.

Namun keadaan stres yang dialami oleh individu dapat terjadi beberapa sebab sekaligus, misalnya kombinasi antara frustasi, konflik dan tekanan.

4. Faktor Yang Mempengaruhi Stress

Menurut Robbins, mengemukakan faktor  –faktor yang dapat menimbulkan dan menyebabkan stres kerja antara lain:

 Faktor lingkungan: Dimana perubahan yang terjadi secara tidak pasti dalam

lingkungan organisasi dapat mempengaruhi tingakat stres dikalangan karyawan. Contohnya: keamanan dan keselamatan dalam lingkungan pekerjaan, perilaku

(33)

manejer terhadap bawahan, kurangnya kebersamaan dalam lingkungan pekerjaan.

 Faktor organisasional: Seperti tuntutan tugas yang berlebihan, tekanan untuk

menyelesaikan pekerjaan dalam kurung waktu tertentu.

 Faktor individual: Situasi atau kondisi yang mempengaruhi kehidupan secara

individual seperti faktor ekonomi, keluarga dan kepribadian dari karyawan itu sendiri. Menurut Sarafino (1994), faktor  –faktor yang mempengaruhi stres kerja adalah:

a. Tuntutan kerja yang terlalu tinggi, seperti pekerjaan diluar kontrol pekerja yang harus dilakukan secara berulang dan terus menerus, evaluasi lampiran kerja oleh atasan.

b. Perubahan tanggung jawab dalam kerja.

c. Pekerjaan yang berkaitkan dengan tanggung jawab terhadap nyawa orang lain, seperti pekerjaan tenaga medis dimana memiliki beban yang tinggi terhadap nyawa orang lain sehingga menyebabkan kelelahan psikis dan akhirnya menimbulkan stres.

d. Lingkungan fisik pekerjaan yang tidak nyaman.

e. Hobi interpersonal yang tidak baik dalam lingkungan kerja. f. Promosi jabatan yang tidak adekuat.

g. Kontol yang padat terhadap pekerjaan.

Pada penelitian yang dilakukan oleh NIOSH research penyebab stres kerja dapat dibagi dua yaitu yang berasal dari dalam individu dan dari luar individu antara lain:

a. Dari diri individu adalah usia, kondisi fisik dan faktor kepribadian, apakah kepribadian tipe A atau tipe B, pribadi ekstrovert atau introvert ayang secara keseluruhan dituangkan dalam lima faktor kepribadian (Big Five Factor Personality yang meliputi ektraversia, emotional stability, agrecables,dan operres to experience} dalam hal ini emotional stability berhubungan dengan mudah tidaknya seorang mengalami stres.

 b. Faktor dari luar individu adalah lingkungan baik lingkungan keluarga maupun lingkungan kerja, cita-cita. Lingkungan mendorong kondisi kerja penuh dengan

(34)

stres yang disebut stress kerja dan dapat langsung mempengaruhi keamanan pekerja dan kesehatan.

5. Manajemen Stress

Manajemen strees adalah kemampuan untuk mengendalikan diri ketika situasi orang-orang, dan kejadian-kejadian yang ada memberi tuntutan yang berlebihan.“Tidak ada seorangpun yang bisa menghindarkan diri dari stres.Namun stres dapat bisa dikelola sehingga justru dapat menimbulkan nilai positif bagi seseorang.Stres tidak boleh dihilangkan sama sekali karena dia membantu kelangsungan hidup dan memberikan kelangsungan hidup” (Mudjaddid,Diffy).

Stres di tempat kerja merupakan hal yang hampir setiap hari dialami oleh para pekerja di kota besar. Masyarakat pekerja di kota-kota besar seperti Jakarta sebagian besar merupakan urbanis dan industrialis yang selalu disibukkan dengan deadline penyelesaian tugas, tuntutan peran di tempat kerja yang semakin beragam dan kadang bertentangan satu dengan yang lain, masalah keluarga, beban kerja yang berlebihan, dan masih banyak tantangan lainnya yang membuat stres menjadi suatu faktor yang hampir tidak mungkin untuk dihindari. Stres di tempat kerja menjadi suatu persoalan yang serius bagi perusahaan karena dapat menurunkan kinerja karyawan dan perusahaan. Sebuah lembaga penelitian terhadap stres di Amerika memperkirakan bahwa stres di tempat kerja menyebabkan para pengusaha di Amerika terpaksa merugi sekitar 300 juta dollar Amerika setiap tahunnya akibat menurunnya produktivitas, serta meningkatnya ketidakhadiran, turnover, konsumsi minuman keras dan biaya pengobatan karyawan.

Di Jepang, pemerintah secara berkala memantau tingkat stres yang terjadi di tempat kerja dan menemukan bahwa jumlah karyawan yang merasakan tingkat stres tinggi dalam menjalani pekerjaan sehari-hari mengalami peningkatan dari 51% di tahun 1982 menjadi hampir dua pertiga dari total populasi pekerja yang ada di tahun 2000. Pada tahun yang hampir sama yaitu sekitar tahun 2000an, lebih dari 6000 perusahaan di Inggris mengeluarkan rata-rata lebih dari 80 ribu dollar Amerika untuk membayar kerusakan yang ditimbulkan akibat stres pada karyawan. Di Indonesia sendiri, salah satu penelitian yang pernah dilakukan oleh sebuah lembaga manajemen di Jakarta pada tahun 2002 menemukan bahwa krisis ekonomi yang berkepanjangan, PHK, pemotongan gaji, dan

(35)

keterpaksaan untuk bekerja pada bidang kerja yang tidak sesuai dengan keahlian yang dimiliki merupakan stressor utama pada saat itu.

Konsekuensi Yang Ditimbulkan Stres di Tempat Kerja Pada Individu Pekerja dan Organisasi. Stres di tempat kerja dapat menimbulkan berbagai konsekuensi pada individu pekerja. Secara fisiologis, pekerja dengan tingkat stres kerja yang tinggi dapat mengalami ganguan fisik seperti: sulit tidur, perubahan pada metabolisme, hilang selera makan, perut mual, tekanan darah dan detak jantung meningkat, gangguan pernapasan, sakit kepala, telapak tangan yang berkeringat, dan gatal-gatal.

Secara psikologis, timbul ketidakpuasan kerja yang diikuti dengan adanya tekanan pada emosi seperti cemas, mudah tersinggung atau mudah marah, bad mood, muram, bosan dan sikap kasar. Stres juga bisa berakibat pada perubahan perilaku pekerja, seperti: menurunnya produktivitas, tingkat kehadiran dan komitmen terhadap organisasi. Selain itu juga menghasilkan perilaku seperti merokok atau mengkonsumsi minuman keras secara berlebihan, agresivitas dalam berbicara atau bertindak, melakukan hal-hal yang mengganggu di tempat kerja, atau sering ditemukan tidur tempat kerja.

Stres yang dialami secara terus-menerus dan tidak terkendali, bisa menyebabkan terjadinya burn-out yaitu kombinasi kelelahan secara fisik, psikis dan emosi.Bagi organisasi, stres di tempat kerja dapat berakibat pada rendahnya kepuasan kerja, kurangnya komitmen terhadap organisasi, terhambatnya pembentukan emosi positif, pengambilan keputusan yang buruk, rendahnya kinerja, dan tingginya turnover.Sebagaimana telah dikemukakan di awal tulisan, stres di tempat kerja pada akhirnya bisa menyebabkan terjadinya kerugian finansial pada organisasi yang tidak sedikit jumlahnya.

Strategi –strategi yang termasuk dalam menagemen stres adalah:

a. Perhatikan lingkungan sekitar anda

Lihatlah, mungkin ada sesuatu yang benar-benar dapat anda ubah atau kendalikan dalam situasi tersebut.

(36)

Beri diri anda kesempatan untuk beristrirahat biarpun hanya untuk beberapa saat setiap hari.

c. Jangan mempermasalahkan hal-hal yang sepele

Cobalah untuk memprioritaskan beberapa hal yang benar-benar penting dan biarkan yang lainnya mengikuti.

d. Secara selektif ubahlah cara anda bereaksi

Tetapi jangan terlalu banyak sekaligus. Fokuskan pada satu masalah dan kendalikan reaksi anda terhadap hal ini.

e. Hindari reaksi yang berlebihan

Mengapa harus membenci jika sedikit tidak suka sudah cukup?Mengapa harus merasa bingung jika cukup hanya merasa gugup?Mengapa harus mengamuk jika marah saja sudah cukup?Mengapa harus depresi ketika cukup dengan merasa sedih?

f. Tidur secukupnya

Tidur merupakan istirahat yang baik untuk tubuh. Kurang istirahat hanya akan memperburuk stress.

g. Hindari pengobatan diri sendiri atau menghindar 

 Alkohol dan obat-obatan dapat menyembunyikan stress. Namun tidak dapat membantu memecahkan masalah .

(37)

Meditasi dan latihan pernafasan telah terbukti efektif dalam mengendalikan stres.Senam ringan selama 5-10 menit juga merupakan salah satu alternatif yang dapat di gunakan untuk mengatasi stres di tempat kerja. Selain itu berlatihlah untuk menjernihkan pikiran anda dari pikiran-pikiran yang mengganggu .

i. Tentukan tujuan yang realistis bagi diri anda sendiri

Dengan mengurangi jumlah kejadian-kejadian yang terjadi dalam hidup Anda,  Anda akan dapat mengurangi beban yang berlebihan.

 j. Jangan membebani diri anda secara berlebihan

Dengan mengeluh mengenai seluruh beban kerja anda.Tangani setiap tugas sebagai mana mestinya, atau tangani secara selektif dengan memperhatikan beberapa prioritas.

k. Ubahlah cara pandang anda

Belajarlah untuk mengenali stres.Tingkatkan reaksi tubuh anda dan buatlah mengaturan diri terhadap stres.

l. Lakukan sesuatu untuk orang lain

Untuk melepaskan pikiran dari masalah anda sendiri.

m. Tingkatkan ketahanan diri anda

Yang harus di garis bawahi dari manajemen stres adalah bagaimana anda bertahan dan mencari solusi yang positif.

n. Mencoba berfikir positif 

Tanamkan pada diri anda bahwa anda dapat mengatasi segala sesuatu dengan baik dari pada hanya memikirkan betapa buruknya segala sesuatu yang terjadi? Stress sebenarnya dapat membantu ingatan, terutama pada ingatan jangka pendek dan tidak terlalu komplek. Stres dapat menyebabkan meningkatan glukosa yang menuju otak, yang memberikan energi lebih pada neuron.Hal ini sebaiknya, meningkatkan pembentukan dan pengembalian ingatan.Hadapilah setiap masalah

(38)

yang datang dengan tetap berfikiran positif.Berusaha untuk mencari jalan keluar adalah kunci keberhasilan menghadapi masalah tersebut.

o. Biasakan hidup sehat makan dengan gizi seimbang

Berusahalah mempertahankan aktifitas yang reatif seperti olahraga dan rekreasi, hindari rokok dan minuman keras, cukup istirahat dan tidur.

p. Tetaplah memelihara hubungan persahabatan dan sosial dengan orang-orang di luar lingkungan kerja atau belajar.

Misalnya; tetangga, kerabat dekat,serta melibatkan diri dalam aktifitas yang berguna seperti kegiatan sosial dan keagamaan.

Keuntungan manajemen stress

Meningkatkan sistem kekebalan tubuh, daya ingat dan daya pikir, kualitas tidur, kualitas hubungan sosial, kualitas cinta kasih dalam keluarga, produktivitas, lingkungan kerja atau belajar yang sehat dan dinamis, sangat memberi kontribusi menekan efek samping sterss kecakapan mengelola stress juga ditenagarai dapat mengurangi resiko terkena seperti jantung dan stroke.

6. Adaptasi Terhadap Stress

Ketika mengalami stres,orang menggunakan energi fisiologis,psikologis,sosial budaya dan spiritual untuk beradaptasi.jumlah energi yang dibutuhkan dan efektifitasnya upaya adaptasi tersebut bergantung pada intensitas,lingkup,dan jangka waktu stresor,serta  jumlah stresor lainya.

a. Fisiologis

Riset klasik yang dilakukan Selye 1976(dalam potter dan Perry,1997)membagi adaptasi fisiologi menjadi sindrom adaptasi lokal(lokal adaptasi sindrom,LAS)dan sindrom adaptasi umum(general adaptation syndrom-GAS)

 Adaptasi fisiologis dapat berupa:

Gambar

Grafik Jumlah Kumulatif Kasus AIDS di Indonesia 10 Tahun Terakhir Berdasarkan Tahun Pelaporan s.d 30 Juni 2010
Grafik Persentase Jumlah Kasus HIV-AIDS Berdasarkan Kelompok Umur

Referensi

Dokumen terkait

KH.Mochammad Nawawi tidak hanya mendirikan NU di Mojokerto dan mendirikan madrasah ibtidaiyah al-Muksinun saja melaikan beliau juga terlibat dalam pembentukan

Dari satu metaanalisis disimpulkan pengobatan rutin terhadap infeksi cacing usus pada anak usia sekolah dasar secara umum memberi efek pada perbaikan berat badan, tapi hasilnya

Perkembangan bakteri Coliform pada ikan Mujaer (Oreochromis mossambicus) setelah pemberian ekstrak biji buah kluwek (Pangium edule reinw) sebagai pengawet alami dapat

Proses berpikir dalam matematika melibatkan beberapa proses mental yang kompleks dengan harapan dapat menghasilkan sebuah solusi untuk masalah yang dihadapi. Ciri-ciri yang

Jadi time schedule merupakan analisis terhadap waktu yang dibutuhkan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan proyek dengan memanfaatkan waktu, tenaga kerja dan biaya

NOTES TO THE CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued) For the Years Ended June 30, 2020 and December 31, 2019 (In Thousand of Rupiah, unless otherwise stated) Perusahaan untuk

[r]

PEMBERIAN BANTUAN PADA SMAK JOHANES AERTS TAHUN 2017. UNIT