• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMUNCULAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEMUNCULAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

ARTIKEL

WENI OKTAVIA

12070075

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

PADANG

2016

(2)
(3)

Weni Oktavia (12070075): The Emergency of Micro Small and Medium Enterprises (Studies: Business Cake Karambia in Nagari Koto Nan Tigo IV Koto Hilie, District Stalks Southern Coastal Districts). Thesis. Sociology of Education Studies Program (STKIP) PGRI

West Sumatra, Padang, 2016.

Oleh :

Weni Oktavia1, Aziwarti2, Rio Tutri3

*The Sosiology Education Student of STKIP PGRI West Sumatera. ** The Sosiology Staff of Sosiology education of STKIP PGRI West Sumatera.

ABSTRACT

Micro small and medium or individual corporately produced to meet the nedds of business owner. This study aims to describe the driving factor is the emergence of the venture karambia cake and pastry business development karambia describe in Nagari Koto Nan Tigo IV Koto Hilie, District Stalks Southern Coastal Districts.

The teory used is the exchange theory according to Homans. This study uses a qualitative approach with descriptive type. Selection of informant in this study using purposive sampling technique. The informans were eight members, namely, four business owner karambiacake, and four worker attempt cake karambia. The data used are primary data and secondary data methoads of data collection in the form of non-participant observation, interviews and document study. Ie the unit of analysis of individual business owner labor karambia cake baking business karambia analysis data is used with interactive data analysis model (Miles and Huberman), which includes four stages (1) Data collection (2) Reduction of data (3) Presentation of data (4) withdraw conclusions.

Based on the results of this study concluded that the factors driving the emergence of business karambia cake in Nagari Koto Nan Tigo IV Koto Hilie, District Stalks Southern Coastal District, Namely: (1) The economic factor (2) Lower levels of education (3) Capital fakctor and capabilities. Meanwhile karambia cake business development in villages Koto Nan Tigo IV Koto Hilie, District Stalks Southern Coastal Districts namely: (1) Pemasaran (2) Income, which aims to see the development of business karambia cake.

Key words: The emergence of micro, small and medium

1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat 2 Pembimbing I, Staf Pengajar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNAND 3

(4)

Weni Oktavia (12070075), Kemunculan Usaha Mikro Kecil dan Menengah

(Studi: Usaha Kue Karambia di Nagari Koto Nan Tigo IV Koto Hilie, Kecamatan Batang Kapas, Kabupaten Pesisir Selatan). Skripsi. Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI

Sumatera Barat, Padang, 2016.

Usaha mikro kecil dan menengah adalah usaha produktif milik orang perorangan atau badan usaha perorangan yang dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi pemilik usaha. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan faktor pendorong munculnya usaha kue karambia dan mendeskripsikan perkembangan usaha kue karambia di Nagari Koto Nan Tigo IV Koto Hilie, Kecamatan Batang Kapas, Kabupaten Pesisir Selatan.

Teori yang digunakan adalah teori pertukaran menurut Homans. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dangan tipe deskriptif. Pemilihan informan pada penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Informan penelitian ini adalah empat orang pemilik usaha kue karambia dan empat orang tenaga kerja usaha kue karambia. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Metode pengumpulan data berupa observasi non-participant, wawancara dan studi dokumen. Unit analisisnya individu yaitu pemilik usaha kue karambia dan tenaga kerja usaha kue karambia. Analisis data digunakan dengan model analisis data interaktif (Miles dan Huberman) yang mencakup empat tahapan, yaitu (1) pengumpulan data (2) tahap reduksi data (3) tahap penyajian data (4) penarikan kesimpulan.

Berdasarkan hasil penelitian dapat di simpulkan bahwa faktor pendorong munculnya usaha kue karambia di Nagari Koto Nan Tigo IV Koto Hilie, Kecamatan Batang Kapas yaitu: a) faktor ekonomi, b) rendahnya pendidikan, c) faktor modal dan kemampuan. Sementara itu perkembangan usaha kue karambia di Nagari Koto Nan Tigo IV Koto Hilie, Kecamatan Batang Kapas, Kabupaten Pesisir Selatan yaitu: a). Pemasaran, b). Pendapatan, yang bertujuan untuk melihat perkembangan usaha kue karambia.

(5)

PENDAHULUAN

Perekonomian rakyat pada

hakikatnya merupakan padanan istilah ekonomi rakyat yang berarti perekonomian

yang diselenggarakan oleh rakyat,

perekonomian rakyat adalah usaha orang perorangan. Ekonomi rakyat didefenisikan sebagai segala kegiatan yang memenuhi kebutuhan dasar hidupnya, yaitu pangan, sandang, papan, kesehatan, dan pendidikan. Pembangunan ekonomi rakyat harus menjadi agenda utama pembangunan nasional pada tahun-tahun mendatang. Maksudnya, agar pertumbuhan ekonomi rakyat berlangsung cepat, kita harus mengupayakan langkah-langkah nyata (Sumodiningrat, 1999: 67-69).

Keberhasilan suatu pemerintah, baik pusat maupun daerah dalam bidang ekonomi, sangat ditentukan oleh kemampuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Wajar sekali timbul harapan bahwa dengan otonomi ini maka kegiatan ekonomi di berbagai daerah akan meningkat pesat, yang berujung pada pesatnya peningkatan kesejahteraan masyarakat di masing-masing daerah. Peningkatan kesejahteraan masyarakat tersebut terdiri dari dua aspek, yaitu aspek pendapatan masyarakat yang memadai dan pelayanan dari negara. Dengan demikian bila pendapatan negara bertambah, maka ini dapat mendorong peningkatan pelayanan kepada masyarakat baik di bidang kesehatan,

pendidikan, keamanan, lingkungan,

trasportasi, dan pelayanan lainnya (Noor, 2013: 52).

Ekonomi sebagai pengelolaan rumah tangga adalah suatu usaha dalam pembuatan

keputusan dan pelaksanaannya yang

berhubungan dengan pengalokasian sumber daya rumah tangga yang terbatas diantara

berbagai anggotanya, dengan

mempertimbangkan kemampuan, usaha, dan keinginan masing-masing (Damsar, 2009: 9-10). Sektor Ekonomi terbagi dua yang pertama sektor formal dan kedua sektor informal. Pembangunan fasilitas pusat perbelanjaan modern bersifat formal, khususnya di kota-kota menengah dan kecil, di ikuti pula oleh sektor informal. Lapisan masyarakat keatas umumnya mampu memasuki sektor formal karena memiliki keterampilan, tingkat

pendidikan yang cukup dan akses yang dimilikinya (Hariyono, 2011: 111).

Usaha sektor informal adalah lahan yang selama ini banyak digarap oleh kaum perempuan sebagai tempat aktivitasnya. Sektor usaha informal adalah sektor usaha yang memiliki ciri-ciri yaitu, usahanya berskala kecil, peralatan yang digunakan sederhana, jumlah modal yang digunakan relatif kecil, kemampuan pengolahan usaha biasanya diperoleh dari pengalaman dan tidak memerlukan pendidikan yang khusus, lebih cenderung bersifat padat karya, tempat usaha tidak tetap dan tidak terdaftar, tidak memiliki izin usaha yang resmi dari pemerintah. Contoh sektor usaha informal antara lain, pengrajin, tukang ojek, pedagang kaki lima, tukang bakso, pedagang buah, dan sebagainya (Alma, 2010: 159).

Sektor informal menghasilkan barang dan jasa untuk kebutuhan sehari-hari, maka sebenarnya ini justru harus dikembangkan. Bagaimana masyarakat mampu berkreasi untuk menciptakan semacam usaha dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari ini dengan memanfaatkan peluang yang ada, Dengan adanya sektor informal diharapkan bisa menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat yang tidak memiliki keterampilan dan pendidikan yang memadai sehingga mereka bisa mendapatkan kesempatan kerja yang lebih baik dalam meningkatkan perekonomian.

Kegiatan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu bidang usaha yang dapat berkembang dalam perekonomian masyarakat. UMKM menjadi wadah yang baik bagi penciptaan lapangan pekerjaan yang produktif. UMKM merupakan usaha yang bersifat padat karya, tidak membutuhkan persyaratan tertentu seperti tingkat pendidikan, keahlian (keterampilan) pekerja, dan penggunaan modal usaha relatif sedikit serta teknologi yang digunakan cenderung sederhana.

Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil, menengah disebut usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memiliki kriteria usaha mikro yaitu, memiliki kekayaan bersih

(6)

paling banyak Rp.50.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp.300.000.000,00. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil, yaitu memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp.50.000.000,00 sampai dengan paling banyak Rp.500.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.300.000.000,00 sampai dengan paling banyak Rp.2.500.000.000,00.

Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan kriteria usaha menengah, yaitu memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp.500.000.000,00 sampai dengan paling banyak Rp.10.000.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.2.500.000.000,00 sampai dengan paling banyak Rp.50.000.000.000,00. Usaha mikro kecil dan menengah termasuk tinjauan sosiologi ekonomi karena ingin melihat kemunculan suatu usaha, dengan adanya usaha bagaimana kehidupan keluarga, meningkat atau tidak pendapat keluarga (dalam Nitisusastro, 2012: 268-269).

Usaha kecil adalah usaha yang berdiri sendiri yang didirikan oleh individu atau perorangan. Pada saat sekarang banyak orang atau individu yang mendirikan usaha kecil seperti membuka usaha kecil makanan, minuman, dan jenis kue lainnya. Salah satu usaha kecil yang didirikan di Nagari Koto Nan Tigo IV Koto Hilie adalah kue karambia. Sebelum munculnya usaha karambia, usaha yang ada di Nagari IV Koto Hilie adalah usaha pinukuik, yang dikenal dengan pinukuik Enggi

yang berdiri sejak tahun 1989 hingga sampai saat sekarang. Pinukuik adalah salah satu jenis makanan yang berbentuk seperti lingkaran agak sedikit pipih dengan warna putih dan agak kecoklatan. Pinukuik terbuat dari beras, air dan beberapa bumbu campuran lainnya yang di masak menggunakan cetakan dengan bahan bakar berupa sabut (sabuik) dari kelapa. Pinukuik ini juga sering di jadikan sebagai oleh-oleh bagi masyarakat Minang yang merantau.

Usaha kue karambia ini adalah jenis makanan kue kering yang banyak dipasarkan dalam masyarakat. Karena pembuatannya tidak terlalu susah dan bahan-bahan untuk pembuatannya juga mudah didapatkan. Usaha kue karambia ini berdiri tahun 2009 sampai saat sekarang. Bahan dalam pembuatan kue karambia ini adalah tepung terigu, karambia, gula, garam, pengembang, soda, anti basi dan minyak. Cara pembuatan kue karambia ini yang pertama tepung terigu kukus, setelah itu

masukkan kedalam ember, kemudian

masukkan santan yang sudah di parut, sekaligus masukkan garam, pengembang, soda, anti basi, gula. Setelah adonannya selesai kemudian kue di cetak bulat seperti lingkaran setelah itu kue digoreng hingga kering dan setelah di goreng kemudian kue di beri gula. Bentuk kue karambia ini bulat seperti lingkaran yang berwarna kecoklatan. Dalam sehari usaha kue karambia memproduksi 2 sampai 3 karung tepung terigu karena usaha karambia ini memproduksi kue setiap hari.

Usaha mikro yang ada di Nagari Koto Nan Tigo IV Koto Hilie Kecamatan Batang Kapas Kabupaten Pesisir Selatan berjumlah tiga yaitu usaha keripik ubi, usaha pinukuik, usaha kue karambia. Usaha yang banyak ditekuni oleh masyarakat Batang Kapas adalah usaha kue karambia. Kue karambia ini pertama kali diproduksi oleh ibuk Elmayati pada tahun 2009 dengan jumlah karyawan pada saat sekarang ini berjumlah tujuh orang. Pada tahun 2010 usaha kue karambia juga diproduksi oleh ibuk Erlinda dengan jumlah karyawan sebanyak empat orang. Kemudian pada tahun 2011 usaha kue karambia juga diproduksi oleh ibuk Ermaneti dengan jumlah karyawan lima orang, dan pada tahun 2015 usaha kue karambia juga diproduksi oleh ibuk

(7)

Pariani dengan jumlah karyawan lima orang, jadi dari tahun 2009 sampai tahun 2016 yang memproduksi usaha kue karambia semakin meningkat dengan omset dua ratuh lima puluh juta rupiah sampai tiga ratus juta rupiah pertahun.

Usaha kue karambia termasuk kedalam usaha mikro karena usaha kue karambia milik orang perorangan, yang di produksi di rumah sendiri yang memiliki kriteria usaha mikro memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000 dan memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp.300.000.000. di lihat dari hasil pertahunnya

usaha kue karambia ini mencapai

Rp.300.000.000 maka usaha kue karambia bisa di katakan masuk kedalam usaha mikro kecil dan menengah.

Dalam memasarkan kue karambia tidak ada bantuan dari pemerintah. Tetapi dalam memasarkan kue karambia dipasarkan oleh mobil ngampas ke daerah yang ada di Pesisir Selatan, seperti di promosikan ke warung-warung kecil, mini market yang ada di Pesisir Selatan dan juga di bawa sebagai oleh-oleh ke Jakarta, Batam, Pekan Baru. Mobil yang sengaja membawa jenis makanan salah satunya usaha kue karambia. Mobil ngampas yang menjemput kue ke tempat produksinya dua kali sampai lima kali dalam seminggu, dan ada juga yang di promosikan oleh suami pemilik usaha kue karambia itu sendiri. Mobil yang mempromosikan kue karambia ini tiap usaha berbeda-beda baik dari segi jumlahnya maupun mobilnya.

Pendapatan usaha kue karambia perhari Rp 50.000 sampai Rp 200.000. Pendapatan perminggu sekitar Rp 4.000.000 sampai Rp 6.000.000. Pendapatan usaha kue karambia ini tergantung banyaknya orang yang membeli dan seringnya mobil ngampas yang menjemput kue karambia ketempat produksinya. Dari permasalahan di atas maka penulis tertarik melakukan penelitian yang berjudul “Kemunculan Usaha Mikro Kecil

dan Menengah Usaha Kue Kelapa (Studi: Usaha Kue Karambia di Nagari Koto Nan Tigo IV Koto Hilie, Kecamatan Batang Kapas, Kabupaten Pesisir Selatan)”.

METODOLOGI PENELITIAN

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif karena metode kualitatif mempelajari data di lingkungan secara alamiah dan mengutamakan teknik observasi dan wawancara serta dokumen. Menurut Moleong (2010: 6) Penelitian kualitatif penelitian yang

bermaksud untuk memahami fenomena

tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain. secara holistik, dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang dialamiah dan dengan dimaanfaatkan berbagai metode alamiah. Peneliti memilih pendekatan penelitian kualitatif ini, karena peneliti bisa melihat dan mengamati secara langsung perilaku dari informan, sehingga data yang diperoleh lebih akurat.

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian deskriptif yaitu pengumpulan data untuk memberikan gambaran atau penegasan konsep atau gejala, selain itu juga menjawab pertanyaan-pertanyaan sehubungan dengan satuan subyek penelitian saat ini, misalnya sikap atau pendapat terhadap individu, organisasi dan sebagainya (Afrizal, 2014: 71).

Pemilihan informan pada penelitian ini dilakukan secara Purposive sampling yaitu dengan berdasarkan tujuan atau pertimbangan-pertimbangan tertentu terlebih dahulu dengan demikian pengambilan informan didasarkan pada maksud, tujuan, atau kegunaan (Yusuf, 2005:205).

Kriteria informan dalam penelitian ini adalah:

1. Pemilik usaha kue karambia yang telah membuka usaha pada tahun 2009 sampai tahun 2015.

2. Tenaga kerja usaha kue karambia yang aktif dalam bekerja pada tahun 2009 sampai tahun 2016.

Adapun informan dalam penelitian ini berjumlah 8 orang. Dengan rincian sebagai

(8)

berikut, 4 orang pemilik usaha kue karambia, 4 orang tenaga kerja.

Analisis data dilakukan dengan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Penelitian ini mengambil lokasi di Nagari Koto Nan Tigo IV Koto Hilie, Kecamatan Batang Kapas, Kabupaten Pesisir selatan. Alasan mengambil lokasi penelitian ini karena di Nagari Koto Nan Tigo IV Koto Hilie merupakan salah satu terdapatnya usaha kue karambia.

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

1. Profil Usaha Kue Karambia di Nagari Koto Nan Tigo IV Koto Hilie Kecamatan Batang Kapas Kabupaten Pesisir Selatan

Usaha kue karambia ini pertama kali di prokdusi oleh Elmayati. Modal awal dalam memproduksi kue karambia ini bahan-bahannya di hutang di warung kemudian seminggu setelah itu baru di bayar, pembuatan kue ini terinspirasi dari kakaknya, pada saat sekarang ini yang memproduksi kue karambia berjumlah empat orang yaitu Elmayati, Erlinda, Ermaneti, dan Pariani yang bertempat di Nagari Koto Nan Tigo IV Koto Hilie Kecamatan Batang Kapas Kabupaten Pesisir Selatan. Pembuatan kue karambie ini tidak bisa dikerjakan sendiri tetapi harus memiliki karyawan yang memiliki keahlian dibidang masing-masing seperti mencetak kue dan mengoreng kue. Gaji karyawan diberikan satu kali dalam satu minggu ada juga yang sepuluh hari, untuk upah yang diperoleh karyawan tergantung pekerjaannya. Kalau menggoreng diberi upah sebesar tiga puluh ribu rupiah perhari, untuk mencetak diberi upah sebesar dua puluh ribu rupiah sampai dengan dua puluh lima ribu rupiah. Bagi karyawan yang membutuhkan pinjaman diperbolehkan tetapi pembayarannya dipotong gaji setiap minggu.

Jumlah karyawan ibu Elmayati berjumlah 7 orang, ibu Erlinda berjumlah 4 orang, ibu Ermaneti berjumlah lima orang dan ibu Pariani berjumlah lima orang. Disetiap karyawan tersebut memiliki keahlian dibidang tertentu. Bahan dalam pembuatan kue karambia ini adalah tepung terigu, karambia, gula, garam,

pengembang, soda, anti basi dan minyak. Cara pembuatan kue karambia ini yang pertama tepung terigu kukus selama 30 menit, setelah itu masukkan kedalam ember, kemudian masukkan santan yang sudah di parut, sekaligus masukkan garam, pengembang, soda, anti basi, gula. Setelah adonannya selesai kemudian kue di cetak bulat seperti lingkaran setelah itu kue digoreng hingga kering dan setelah di goreng kemudian kue di beri gula. Bentuk kue karambia ini bulat seperti lingkaran yang berwarna kecoklatan. Untuk pembungkusan dilakukan didalam dapur.

2. Faktor Pendorong Munculnya Usaha Kue Karambia di Nagari Koto Nan Tigo IV Koto Hilie Kecamatan Batang Kapas Kabupaten Pesisir Selatan

Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil, menengah (dalam Nitisusastro, 2012: 268-269) disebut usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memiliki kriteria usaha mikro yaitu, memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp.50.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil

penjualan tahunan paling banyak

Rp.300.000.000.

Dari hasil penelitian ditemukan faktor pendorong munculnya usaha kue kelapa, yaitu 1). Faktor ekonomi, 2). Rendahnya pendidikan, 3). Faktor modal dan kemampuan.

2.1 Faktor Ekonomi

Faktor ekonomi menjadi faktor pendorong bila pertimbangan antara kelangsungan hidup dengan kebutuhan hidup yang tergabung kepadanya mulai goyah. Karena kebutuhan manusia tidak terbatas, dari segi jumlah, jenisnya, sesuai keinginan untuk berkembang. Baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Salah satu kebutuhan manusia adalah kebutuhan fisiologis (physiological) yang berupa kebutuhan biologis, terdiri dari kebutuhan oksigen, makanan, pakaian, air, rumah. Ini merupakan kebutuhan yang penting karena jika seseorang tidak diberi semua kebutuhan, sehingga seseorang akan mencari kebutuhan tersebut untuk mencapai kepuasan.

Faktor seseorang membuka usaha yaitu karena tekanan ekonomi, dorongan

(9)

pendidikan. Tekanan ekonomi menjadi dasar utama yang memotivasi seseorang untuk membuka suatu usaha. Pendidikan yang rendah mendorong seseorang mencari pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Faktor ekonomi merupakan faktor utama seseorang ingin membuka suatu usaha, dimana sebelum membuka suatu usaha kehidupan ekonomi sangat sulit tidak ada perubahan dalam aspek ekonomi. Munculnya motivasi yang dipengaruhi oleh desakan ekonomi tersebut akan membuat seseorang ingin membuka usaha agar kehidupan.

2.2 Rendahnya Pendidikan

Tingkat pendidikan menjadi salah satu faktor suatu tolak ukur kualitas sumber daya manusia. Pendidikan juga merupakan salah satu pembangunan sosial yang terkait langsung dengan pembangunan masyarakat. Kegiatan dibidang pendidikan yang ada pada hakikatnya bertujuan untuk membangun

manusia yang berpengetahuan dan

berpendidikan tinggi, mempunyai kemampuan dan keterampilan serta berdaya guna dan mewujudkan terpenuhinya semua kebutuhan pada aspek kehidupan.

Salah satu faktor untuk seseorang bisa mendapatkan pekerjaan adalah dari latar belakang pendidikan seseorang. Ketika pendidikan seseorang tinggi maka mereka akan mendapatkan posisi pekerjaan yang bagus dan layak. Sehingga penghasilan tinggi dan semua kebutuhan hidup terpenuhi. Ketika seseorang tidak memiliki latar belakang pendidikan yang bagus maka akan sulit untuk seseorang mendapatkan pekerjaan yang layak sedangkan lapangan pekerjaan sedikit dan banyaknya daya saing, dari faktor itulah timbul keinginan seseorang untuk membuka suatu usaha karena dengan latar belakang pendidikan yang dimiliki tidak bisa mendapatkan pekerjaan yang akan memenuhi kebutuhan hidup.

2.3 Faktor Modal dan Kemampuan

Dalam suatu usaha tentu kita sebagai pelaku usaha harus mempunyai modal, baik itu modal materi atau modal kemampuan terhadap

barang atau jasa yang akan kita jual kepada konsumen. Ketika seorang pelaku usaha mempunyai modal yang cukup untuk membuat suatu usaha itu adalah langkah awal yang sangat baik. Nantinya diikuti oleh skill atau kemampuan kita jual kepada konsumen.

Para pemilik usaha kue karambia di Nagari Koto Nan Tigo IV Koto Hilie tentunya mempunyai modal dan Kemampuan materi dengan diikuti kemampuan untuk membuat suatu usaha seperti usaha kue karambia sangatlah penting. Karena dengan kemampuan yang kita miliki akan menarik para konsumen untuk membeli kue

karambia.

3. Perkembangan Usaha Kue karambia di Nagari Koto Nan Tigo IV Koto Hilie Kecamatan Batang Kapas Kabupaten Pesisir Selatan

3.1 Pemasaran

Pemasaran menjadi penghubung antara kegiatan produksi dan konsumsi. Banyak para ahli yang telah memberikan defenisi atas pemasaran ini. Defenisi yang diberikan sering berbeda-beda antara ahli yang satu dengan ahli yang lain. Perbedaan ini disebabkan karena adanya perbedaan para ahli tersebut dalam memandang dan meninjau pemasaran. Dalam kegiatan pemasaran ini, aktivitas pertukaran merupakan hal sentral. Pertukaran merupakan kegiatan pemasaran dimana seseorang berusaha menawarkan sejumlah barang dan jasa dengan sejumlah nilai ke berbagai macam kelompok sosial untuk memenuhi kebutuhannya. Pemasaran sebagai kegiatan manusia diarahkan untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan melalui proses pertukaran. Manusia harus menemukan kebutuhannya terlebih dahulu, sebelum ia

memenuhinya. Usaha untuk memenuhi

kebutuhan tersebut dapat dilakukan dengan cara mengadakan suatu hubungan. Dengan demikian pemasaran bisa juga diartikan suatu usaha untuk memuaskan kebutuhan pembeli dan penjual.

Pemasaran merupakan fungsi pokok bagi sebuah usaha, baik usaha mikro, kecil dan menengah, usaha kue karambia di Nagari

(10)

Koto Nan Tigo IV Koto Hilie Pemilik usaha memasarkan produknya melalui cara-cara yakni melalui mobil ngampas, eceran ke warung-warung dan pesanan.

Pemasaran kue karambia diserahkan kepada bagian pengampas dan juga dipasarkan oleh pemiliknya sendiri. Khususnya di daerah Pesisir Selatan dipasarkan hampir keseluruh daerah yang ada di daerah Pesisir Selatan yaitu daerah Surantih, Kambang, sampai ke Indrapura, tarusan dan lain-lain. Untuk mobil kampas harga satu bungkus kue karambia Rp. 4.500 sedangkan untuk pembeli yang datang ke rumah sebesar Rp. 5.000.

Bentuk jaringan antara orang yang memproduksi usaha kue karambia dengan penjemput kue karambia (mobil kampas) sangat baik, mereka sama-sama menjalin hubungan yang baik jika ada kue karambia yang tidak habis maka mobil kampas mengembalikannya ke tempat produksi dan uangnya di kembalikan lagi oleh orang yang memproduksi kue karambia sesuai dengan jumlah kue karambia tersebut. Saat sekarang sekarang ada tiga mobil kampas yang menjemput kue karambia.

3.2 Pendapatan

Pendapatan merupakan gambaran yang lebih tepat tentang posisi ekonomi keluarga yang merupakan jumlah keseluruhan pendapatan atau kekayaan keluarga. Dimana pendapatan seseorang diartikan sebagai jumlah uang atau barang yang diterima sebagai kerja yang dilakukan.

Pendapatan adalah hasil pencarian usaha, berupa uang materi lainnya yang dapat dicapai pada penggunaan faktor-faktor produksi. Dimana hasil yang diperoleh dari berbagai jenis usaha kegiatan ekonomi dan pendapatan merupakan faktor penting untuk mempertahankan kehidupan yang lebih layak dan tidak layak, karena dengan tingkat penghasilan yang tinggi maka meningkatkan kesejahteraan keluarga. Pendapatan adalah hasil kerja (usaha), sedangkan pendapatan rumah tangga adalah harta yang diterima oleh sebuah rumah tangga sebagai hasil dari

seluruh usaha semua warganya. Sedangkan tingkat atau taraf hidup pendapatan seseorang berdasarkan hasil kerja atau usaha, mata pencaharian, harta yang diterima sebagai hasil dari seluruh usaha yang dilakukan juga disebut pendapatan.

Pendapatan dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu pendapatan sektor formal dan pendapatan sektor informal. Pendapatan sektor formal adalah segala penghasilan baik berupa uang atau barang yang sifatnya regular dan diterima biasanya sebagai balas jasa dari sektor formal, misalnya pendapatan berupa uang dari gaji atau upah. Sedangkan pendapatan sektor informal adalah penghasilan baik yang berupa uang atau barang yang diterima biasanya sebagai balas jasa dari sektor informal. Misalnya, pendapatan dari usaha yang meliputi hasil bersih dari usaha sendiri, penjualan, investasi dan pendapatan dari keuntungan sosial.

Pada dasarnya tingkat kehidupan

ekonomi seseorang atau masyarakat

ditentukan oleh kesempatan memperoleh sumber pendapatan, kesempatan kerja dan kesempatan berusaha. Sehingga setiap orang selalu melakukan berbagai macam usaha untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya. Salah satunya dengan cara membuka usaha kue kelapa dengan memanfaatkan peluang dan kesempatan yang ada.

Pada tingkat pendapatan pemilik usaha kue karambia lebih baik dari pada tahun sebelumnya dikarenakan sebelumnya mereka tidak mempunyai pekerjaan. Setelah mereka membuka usaha kue karambia pendapatan mereka meningkat karena di Nagari Koto Nan Tigo IV Koto Hilie usaha kue karambia yang ada hanya 4 unit.

Dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarga pemilik usaha kue karambia yang mencari nafkah hanyalah suami pemilik usaha kue karmbia. Pendapatan suami pemilik usaha kue karambia perhari yaitu sekitar Rp.20.000 sampai Rp.50.000, tergantung hasil pendapatan melaut, dan kadang-kadang ada juga mereka yang tidak membawa uang pulang karena hasil melaut tidak di dapatkan.

(11)

Dengan pendapatan yang tidak mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari maka timbul ide untuk membuka usaha kue karambia. Sebagian dari suami pemilik usaha kue karambia ada yang berhenti bekerja sebagai melaut, dan bekerja sebagai memasarkan kue karambia. Setelah adanya usaha pendapatan pemilik usaha kue karambia perminggu sekitar Rp.4.000.000 sampai dengan Rp

.6.000.000.

Kesimpulan Dan Saran

Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah di lakukan di Nagari Koto Nan Tigo IV Koto Hilie, Kecamatan Batang Kapas, Kabupaten Pesisir Selatan tentang kemunculan usaha mikro, kecil dan menengah (studi: usaha kue karambia di Nagari Koto Nan Tigo IV Koto Hilie, Kecamatan Batang Kapas, Kabupaten Pesisir Selatan) penelitian ini penulis berusaha mendeskripsikan dan menjelaskan tentang faktor pendorong munculnya usaha kue karambia dan perkembangan usaha kue karambia. Maka, penulis dapat menyimpulkan faktor pendorong munculnya usaha kue karambia di Nagari Koto Nan Tigo IV Koto Hilie, Kecamatan Batang Kapas, Kabupaten Pesisir Selatan karena:

1. Faktor ekonomi pemilik usaha kue karambia yang rendah, sehingga sulit untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari keluarganya.

2. Rendahnya Pendidikan dapat

mempersulit seseorang mendapatkan pekerjaan.

3. Modal dan kemampuan dengan adanya modal dan kemampuan seseorang dapat

membuka usaha sesuai dengan

kemampuan yang ia miliki.

Perkembangan usaha kue karambia di Nagari Koto Nan Tigo IV Koto Hilie, Kecamatan Batang Kapas, Kabupaten Pesisir Selatan dilihat dari pemasaran dan pendapatan yang berkembang dari tahun ketahun.

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang Kemunculan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (Studi: Usaha Kue Karambia di Nagari Koto Nan Tigo IV Koto Hilie, Kecamatan Batang Kapas, Kabupaten Pesisir Selatan) dapat diketahui bahwa kebutuhan keluarga yang belum terpenuhi. Dalam penelitian ini peneliti hanya membahas mengenai faktor pendorong munculnya usaha dan perkembangan usaha kue karambia saja. Namun, permasalahan yang terjadi pada usaha kue karambia salah satunya yaitu bukan masalah faktor pendorong dan perkembangan usaha kue karambia saja. Masih banyak permasalahan yang peneliti temukan di lapangan mengenai usaha mikro kecil dan menengah. kesalahan-kesalahan tersebut seperti hubungan kerja antara pemilik usaha dengan tenaga kerja usaha kue karambia.

Karena keterbatasan waktu dalam penelitian ini peneliti hanya bisa membahas tentang faktor pendorong munculnya usaha dan perkembagan usaha kue karambia, karena fokus penelitian yang peneliti lakukan hanya tentang faktor pendorong dan perkembangan usaha. Maka, diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk meneliti lebih mendalam tentang usaha mikro kecil dan menengah salah satunya yaitu hubungan kerja antara pemilik dengan tenaga kerja usaha kue karambia.

DAFTAR PUSTAKA

Afrizal. 2014. Metode Penelitian Kualitatif

(Sebuah Upaya Mendukung

Penggunaan Penelian Kualitatif Dalam Berbagai Disiplin Ilmu). Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada.

Alma, Buchari dkk. 2010. Pembelajaran Studi

Sosial. Bandung: Alfabeta.

Damsar. 2009. Pengantar Sosiologi Ekonomi. Jakarta: Kencana.

Hariyono, Paulus. 2011. Sosiologi Kota Untuk

(12)

Nitisusastro, Mulyadi. 2010. Kewirausahaan

& Manajemen Usaha Kecil. Bandung:

Alfabeta.

Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian

Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Noor, Henry Fisal. 2013. Ekonomi Publik,

Ekonomi Untuk Kesejahteraan Rakyat.

Padang: Akademia Permata.

Sumodiningrat, Gunawan. 1999. Membangun

PerekonomianRakyat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Yusuf, Mury. 2005. Metodologi Penelitian. Padang: UNP Pers.

Referensi

Dokumen terkait

kaitannya dengan layanan elektronik di Pengadilan Agama saat pandemi covid-19, masih minim informasi dan petunjuk teknis dalam layanan pendaftaran secara online, terlebih

DEFINISI 33 : garis tinggi pada suatu segitiga adalah suatu segmen yang ditarik dari sembarang verteks ( titik sudut ), tegak lurus terhadap sisi dihadapannya (dapat

Hasil uji ANOVA menunjukkan bahwa nilai padat penebaran yang berbeda antara perlakuan berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan bobot, pertumbuhan spesifik (SGR) dan

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) pada materi bangun ruang sisi datar (kubus dan balok) dapat meningkatkan hasil belajar

Penentuan koefisien distribusi atau partisi dari asam borat dan asam benzoat dalam pelarut air dan minyak kelapa berdasarkan pada perbandingan kelarutan suatu zat dalam dua

In addition, people with kidney or liver disease may be more likely to have blood problems or other side effects when they take certain cholesterol-reducing drugs. And some drugs

Untuk makluman Yang Berhormat, dalam tempoh 10 tahun jumlah perbelanjaan untuk tujuan pengangkutan dan kos asrama bagi murid Orang Asli ke sekolah rendah dan

Candidates are not allowed access to their supporting studies between test sessions and they cannot replace work, submit additional supporting studies or edit their supporting