• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA KELUARGA MENGANTISIPASI PERNIKAHAN USIA DINI BAGI REMAJA PUTERI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UPAYA KELUARGA MENGANTISIPASI PERNIKAHAN USIA DINI BAGI REMAJA PUTERI"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA KELUARGA MENGANTISIPASI PERNIKAHAN USIA DINI

BAGI REMAJA PUTERI

KASUS DI JORONG TRANSAKATO JAYA NAGARI SUNGAI AUA KECAMATAN SUNGAI AUR KABUPATEN PASAMAN BARAT

ARTIKEL

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan (STRATA 1)

Wagisman Batu Bara

NPM: 11070116

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

PADANG

2016

(2)
(3)

Upaya Keluarga Mengantisipasi Pernikahan Usia Dini Bagi Remaja Puteri Kasus di Jorong Transakato Jaya Nagari Sungai Aua

Kecamatan Sungai Aur Kabupaten Pasaman Barat

Wagisman Batu Bara¹ Drs. Yulkardi, M.Si² Darmairal Rahmad, S.P., M.Pd³ Program Studi Pendidikan Sosiologi

STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRACT

Early marriage gives effect to the welfare of the family and in society as a whole. Early marriage is also one of the causes of divorce and violence against women, this is because the level of thinking that is not yet ripe for married couples early age. This study aimed to obtain data, information, and describes (1) Knowledge of families who have children girls (unmarried) on early marriage. (2) Conscious effort to mitigate the possibility of a family of early marriage for girls in Jorong Transakato Jaya Nagari Sungai Aua Kecamatan Sungai Aur Kabupaten Pasaman Barat. The theory used in this research is the theory of structuration by Anthony Giddens. This is a research study including kualitatif descriptive type. Election informants in this study using purposive sampling technique. Unit of data analysis in this study is the group. Analysis of the data in this study using an interactive model that includes three phases: data reduction, data presentation, drawing conclusions. The findings of this study indicate that (1) Knowledge of the family (which has a teenage daughter is not marriage) on early marriage is considered normal, but certainly do not want any more school, and was able to live independently even in the category of the law on marriage is underage. (2) Conscious effort to mitigate the possibility of a family of early marriage for girls with the way: a) Communication, b) Motivation, c) Model.

Key Word: Family effort, Anticipation, Marriage early age.

¹Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat 2011 ²Pembimbing I Dosen Universitas Andalas

(4)

Upaya Keluarga Mengantisipasi Pernikahan Usia Dini Bagi Remaja Puteri Kasus di Jorong Transakato Jaya Nagari Sungai Aua

Kecamatan Sungai Aur Kabupaten Pasaman Barat

Wagisman Batu Bara¹ Drs. Yulkardi, M.Si² Darmairal Rahmad, S.P., M.Pd³ Program Studi Pendidikan Sosiologi

STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRAK

Perkawinan dini memberikan pengaruh bagi kesejateraan keluarga dan dalam masyarakat secara keseluruhan. pernikahan dini juga merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya perceraian dan tindakan kekerasan terhadap perempuan, ini dikarenakan tingkat berfikir yang belum matang bagi pasangan menikah usia dini. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data, informasi, dan menggambarkan tentang (1) Pengetahuan keluarga yang memiliki anak remaja puteri (belum menikah) tentang pernikahan usia dini. (2) Upaya sadar keluarga mengatasi kemungkinan terjadinya pernikahan usia dini bagi remaja putri di Jorong Transakato Jaya Nagari Sungai Aua Kecamatan Sungai Aur Kabupaten Pasaman Barat. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Strukturasi (Structuration) oleh Anthony Giddens. Penelitian ini adalah termasuk penelitian kualitatif yang bertipe deskriptif. Pemilihan informan menggunakan teknik purposive sampling. Unit analisis data dalam penelitian adalah kelompok. Analisis data menggunakan model analisis interaktif yang mencakup tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian data, verifikasi/penarikan kesimpulan. Temuan penelitian menunjukkan, bahwa (1) Pengetahuan keluarga yang memiliki anak remaja (puteri belum menikah) tentang pernikahan dini dianggap wajar, tapi sudah dipastikan tidak mau lagi sekolah, dan sudah bisa hidup mandiri walaupun dalam kategori undang-undang tentang perkawinan masih di bawah umur. (2) Upaya sadar keluarga mengantisipasi kemungkinan terjadinya pernikahan usia dini bagi remaja puteri dengan cara: a) komunikasi. b) motivasi. c) pentauladanan.

Kata kunci: Upaya keluarga, Antisipasi, Menikah usia dini.

¹Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat 2011 ²Pembimbing I Dosen Universitas Andalas

(5)

PENDAHULUAN

Perkawinan merupakan salah satu peristiwa yang penting yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia karena sudah menjadi hukum alam bahwa setiap manusia di dunia hidup berpasang-pasangan yang salah satu wujudnya adalah perkawinan. Perkawinan digunakan sebagai jalan untuk membentuk sebuah keluarga, keluarga adalah kelompok kecil yang ada di dalam masyarakat. Perkawinan pada umumnya dilakukan oleh orang dewasa dengan tidak memandang profesi, agama, suku bangsa, miskin atau kaya, tinggal di desa atau di kota. Namun tidak sedikit manusia yang dapat memahami hakikat dan tujuan dari perkawinan yang seutuhnya yaitu mendapatkan kebahagian yang sejati dalam rumah tangga.

Menurut Undang-undang Perkawinan yang dikenal dengan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 yang dikenal dengan perkawinan yaitu ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan yang Maha Esa.

Menurut Undang-Undang perkawinan tahun 1974 pasal 7 ayat (1) “Bahwa perkawinan itu hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun. Ditentukan oleh pemerintah tersebut, bertujuan agar memberikan kesempatan kepada seseorang untuk lebih mematangkan fisik, mental, sosial dan ekonominya, sehingga kematangan tersebut dapat dijadikan modal

dalam mewujudkan suatu keluarga yang bahagia dan sejahtera, dikarenakan dampak buruk yang timbul bagi masyarakat yang melakukan perkawinan usia dini.

Adhim (2002:109) menyebutkan bahwa keberhasilan suatu rumah tangga sangat banyak ditentukan oleh kematangan emosi, baik suami maupun istri. Paling tidak salah seorang dari mereka perlu memiliki kematangan emosi yang sangat tinggi agar bisa mengelola rumah tangga dengan baik.

Namun fenomena pernikahan dini pada saat sekarang lebih cenderung terjadi terutaman pada remaja putri yang belum berusia 16 tahun dibandingkan remaja laki-laki. Pernikahan mempunyai hubungan dengan masalah kependudukan karena pernikahan usia dini bagi seorang wanita untuk nikah mengakibatkan tingginya laju kelahiran. Pernikahan dini bagi perempuan ini tentunya sangat memprihatinkan terutama bagi perempuan itu sendiri. Ada beberapa alasan mengapa perempuan dirugikan dalam hal kasus pernikahan dini ini. Alasan yang paling kuat adalah beberapa dampak negatif yang ditimbulkan dari pernikahan dini ini lebih memberatkan pada pihak perempuan itu sendiri.

Apabila perkawinan usia dini dibiarkan terus menerus dikawatirkan fungsi keluarga tidak berjalan dengan baik, pada hal dalam keluarga, orang tua memiliki fungsi-fungsi yang harus dijalankan. Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak, tempat pertama bagi anak untuk belajar dan berkembang sebagai manusia yang utuh

(6)

dan makhluk sosial. Keluarga adalah tempat pertama kali anak belajar mengenal aturan yang berlaku di lingkungan keluarga dan masyarakat. Orang tua bertugas sebagai pengasuh, pembimbing, pemelihara, dan sebagai pendidik terhadap anak-anaknya. Orang tua adalah pihak yang sering kali bersinggungan dengan seorang anak dalam kehidupan sehari-hari (Silalahi, 2010:72).

Dengan demikian, mulai sejak lahir sampai dewasa, orang tua mempunyai tanggung jawab besar dalam segala hal menyangkut perkembangan hidup anaknya. Sikap, perilaku, dan kebiasaan orang tua selalu dilihat, dinilai, dan ditiru oleh anaknya, yang kemudian semua itu secara sadar atau tidak sadar diresapinya dan kemudian menjadi kebiasaan pula bagi anak-anaknya (Silalahi, 2010:72).

Allender dan Friedman (Silalahi, 2010:73) menyatakan bahwa fungsi keluarga adalah memberikan cinta kasih sayang dan dukungan emosional kepada anggota keluarganya, pemberian kasih sayang yang kontinyu sangat dibutuhkan dalam perawatan anak untuk kesehatan, perkembangan, dan kelangsungan hidup si anak. Mendidik anak dengan baik dan benar berarti menumbuh kembangkan totalitas potensi anak secara wajar. Pola asuh pun menjadi awal mula perkembangan pribadi dan jiwa seorang anak.

Oqburn (Ahmadi, 2004:108) menyatakan bahwa fungsi keluarga meliputi fungsi kasih sayang, fungsi ekonomi, fungsi pendidikan, fungsi perlidungan/ penjagaan, fungsi rekreasi, fungsi status keluarga, fungsi agama.

Remaja mempunyai kepribadian yang unik, disatu sisi dia dianggap seorang manusia yang sudah bisa menentukan tindakannya sendiri, tapi satu sisi lain dia adalah seseorang yang sedang dalam masa usia sekolah, bergaul dan bersosialisasi dengan teman sebaya dan mempunyai kebiasaan yang hampir sama dengan mereka.

Berkaitan dengan hasrat seksual ini remaja berada pada persimpangan jalan yang berbahaya. Jika remaja tidak dapat megendalikan emosinya, ia akan terjebak pada penyaluran hasrat seks secara tidak benar. Akibat disamping ia melakukan pelanggaran norma-norma, agama dan etika, ia juga menderita secara kejiwaan bahkan ada sebagian harus meninggalkan bangku sekolah. Salah satu perilaku yang kerap melanggar etika-etika pergaulan tersebut adalah perilaku pacaran muda mudi yang bisa kita saksikan sendiri ditengah masyarakat kita.

Pacaran dapat diartikan bermacam-macam tetapi intinya adalah jalinan cinta antara seorang remaja atau pemuda dengan lawan jenis. Praktik pacaran juga bermacam-macam, ada yang sekedar berkirim surat, telfon, menjemput, mengantar atau menemani pergi kesuatu tempat, makan bersama, apel, ada yang sampai layaknya pasangan suami istri.

Teknologi dan industri yang kian pesat saat ini juga mempengaruhi beraneka ragam kebiasaan para remaja Indonesia, mulai dari perkembangan tayangan televisi yang banyak menyuguhkan tontonan tapi kurang „menuntun‟. Alat komunikasi lainnya yang lebih privat seperti telefon seluler yang

(7)

membuat manusia bisa melakukan komunikasi lebih bebas dan rahasia. Internet yang yang kesemuanya itu bisa menjadi sumber wawasan para remaja yang bersifat positif, tetapi juga justu saat bisa menjadi „racun‟ bagi mereka (Silalahi 2010:252).

Pernikahan dini dapat mengakibatkan remaja berhenti sekolah sehingga kehilangan kesempatan untuk menuntut ilmu sebagai bekal hidup untuk masa depan. Sebagian besar pasangan muda ini menjadi tergantung dengan orang tua, sehingga kurang dapat mengambil keputusan sendiri. Perkawinan dini memberikan pengaruh bagi kesejateraan keluarga dan dalam masyarakat secara keseluruhan. Wanita yang kurang berpendidikan dan tidak siap menjalankan perannya sebagai ibu akan kurang mampu untuk mendidik anaknya, sehingga anak akan bertumbuh kembang secara kurang baik, yang dapat merugikan masa depan anak

Efek yang paling jelas dari perkawinan usia dini ini adalah pertumbuhan penduduk yang begitu pesat, sehingga jadi permasalahan sosial bagi masyarakat Indonesia. Tingkat kelahiran yang begitu tinggi salah satunya disebabkan oleh banyaknya pasangan usia muda yang peluang untuk melahirkan mereka lebih panjang masa produktifnya. Selain itu masalah yang sering terjadi dalam perkawinan usia dini ialah masalah dalam rumah tangga seperti pertengkaran, percekcokan, bentrokan antara suami istri yang dapat mengakibatkan perceraian.

Menurut Goode (2007:194) penyebab meningkatnya tingkat perceraian adalah usia

mereka saat menikah. Usia saat menikah salah satu prediksi yang sangat kuat kemungkinan bercerai. Telah diperlihatkan berbagai penelitian bahwa perkawinan usia muda penyebab utama dalam meningkatnya perceraian.

Tujuan umum pada penelitian ini ialah mendeskripsikan upaya keluarga dalam mengantisipasi pernikahan usia dini bagi remaja puteri di Jorong Transakato Jaya, Nagari Sungai Aua, kecamatan Sungai Aur, Kabupaten Pasaman Barat.

Tujuan khusus penelitian ini, ialah :

1. Mendeskripsikan pengetahuan keluarga (yang memiliki anak remaja puteri belum menikah) tentang pernikahan usia dini? 2. Mendeskripsikan upaya sadar keluarga

mengatasi kemungkinan terjadinya pernikahan usia dini bagi remaja puteri? METODOLOGI PENELITIAN

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, dengan tipe deskriptif. Pemilihan informan dilakukan dengan cara Purposive sampling, yaitu pengambilan informan berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data skunder. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, trigulasi, studi dokumen. Unit analisis dalam penelitian ini adalah kelompok. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data menurut Miles dan Huberman.

TEMUAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Fenomena Pernikahan Usia Dini di Jorong Transakato Jaya

Masalah pernikahan usia dini memang sudah lama menjadi fenomena

(8)

dikalangan masyarakatat jorong Transakato Jaya, ini disebabkan karena rendahnya ekonomi masyarakat di Jorong Transakato Jaya yang hanya bermata pencaharian sebagai petani, dan juga rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai pernikahan usia dini, sehingga apabila anak sudah tidak sekolah dinikah saja meski usia belum mencukupi atau masih dibawah umur dengan tujuan mengurangi beban orang tua. Seperti fenomena pernikahan dini di bawah ini.

Pertama, pernikahan dini yang dilakukan oleh pasangan Fatkurahmi dan Anto pada tahun 2011, dimana pasangan ini saat menikah belum cukup umur berdasarkan yang telah ditetapkan oleh Undang-Undang tentang perkawinan tahun 1974 Pasal 7 ayat (1). Dimana usia saat mereka menikah Fatkurahmi baru berusia 15 tahun dan Anto baru berusia 18 tahun, pasangan ini menikah karena keinginan sendiri padahal saat itu fatkurahmi masih sekolah dan ia memutuskan untuk berhenti sekolah demi hidup berumah tangga. Karena kurang matangnya fisik, mental, dan ekonomi pasangan ini tidak mendapatkan keturunan, dan kurang sejahtera dalam berumah tangga. Anto yang hanya bekerja sebagai buruh kelapa sawit kurang mampu memenuhi kebutuhan rumah tangga dan sering terjadi percekcokan dalam rumah tangga akhirnya, pasangan ini bercerai.

Kedua, pernikahan dini yang dilakukan oleh pasangan Junaidi dan Leni pada tahun 2013, dimana pasangan ini saat menikah belum mencapai kriteria usia yang telah ditetapkan oleh Undang-Undang tentang perkawinan 1974 pasal 7 ayat (1) karena saat

menikah Junaidi baru berusia 17 tahun dan Leni baru berusia 14 tahun, pasangan ini menikah karena ekonomi keluarga yang kurang mampu menyekolahkan anaknya lagi. saat ini mereka sudah memiliki satu orang anak. Junaidi yang bekerja sebagai buruh sawit dan memegang kepercayaan sebagai pemelihara kebun sawit orang ini terbilang cukup mampu memenuhi kebutuhan keluarga, dan keluarga mereka cukup sejahtera. Namun Lina yang kurang bisa dalam merawat anak, anak mereka sering mengis tidak karuan, ini disebabkan minimnya pengalaman dan wawasan mengenai perawatan anak dan bagaimana cara merawat anak yang baik, dan sekarang mereka masih menumpang dirumah mertua.

Ketiga, pernikahan yang dilakukan pasangan Topo dan Leli pada tahun 2014, usia pasangan ini saat menikah belum mencukupi standar yang telah ditetapkan oleh Undang-Undang perkawinan tahun 1974 pasal 7 ayat (1) “yang mengizinkan seseorang menikah apabila pihak laki-laki sudah beruasia 19 tahun dan perempuan sudah berusia 16 tahun”. Dimana usia Topo pada saat menikah baru berusia 18 tahun dan Leli baru berusia 14 tahun. Pasangan ini menikah karena keinginan sendiri. Keluarga pasangan ini sudah dikarunia seorang anak dan hidup bahagia dan sejahtera, karena sebelum menikah Topo sudah memiliki kebun sawit satu hektar dan sekarang mereka sudah memiliki rumah rendiri.

5.2 Pengetahuan Keluarga (yang Memiliki Anak Remaja Puteri Belum Menikah) Tentang Pernikahan Usia Dini?

pengetahuan keluarga tentang pernikahan usia dini tergolong masih rendah

(9)

karena pernikahan dini dianggap suatu jalan untuk meneruskan hidup anak puteri mereka yang tidak ingin lagi sekolah. Para orang tua kurang peduli dengan usia anak-anaknya karena, para orang tua menganggap bahwa usia bukanlah hal yang menentukan bahagia atau tidaknya anak dalam berumah tangga dan para orang tua menganggap itu semua tergantung niat saat ingin berumah tangga kalau, niatnya baik dari awal dan rajin dalam berusaha keluarga akan bahagia. Dengan menikah anak akan belajar untuk bertanggung jawab dan hidup mandiri. Pernikahan juga dianggap untuk meringankan beban orang tua dalam mencari nafkah bagi keluarga karena sulitnya mata pencaharian dan menjaga prilaku dari perzinaan yang bisa membuat aib keluarga.

5.3 Upaya Sadar Keluarga Mengatasi Kemungkinan Terjadinya Pernikahan Usia Dini Bagi Puteri

Upaya merupakan usaha untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan, dan untuk mencari jalan keluar dari permasalahan yang dihadapi oleh manusia sehingga manusia tersebut bisa terbebas dari tekanan permasalahan yang dihadapinya. 5.3.1 Komunikasi

Menurut Rae Sedwig (1985:12) komunikasi keluarga adalah suatu pengorganisasian yang menggunakan kata-kata, sikap tubuh, intonasi suara, tindakan untuk menciptakan harapan image, ungkapan perasaan kemuan serta membagi pengertian.

Orang tua sudah berusaha membimbing, menasehati dan memberikan contoh yang negatif tentang pernikahan usia dini pada anak puteri mereka seperti

pernikahan usia dini itu dapat menyebabkan bercerai, tidak pandai merawat anak, sulit mencari perkerjaan. Namun anak puteri mereka menghiraukan apa yang disampaikan oleh orang tua mereka dan tidak bisa lagi dilarang terutama dalam berpacaran, orang tuapun tidak bisa memaksakan anak untuk sekolah karena anak lebih menilih untuk menikah setelah tamat sekolah, dari pada anak membuat aib keluarga lebih baik dinikahkan saja.

5.3.2 Motivasi

Menurut Azwar (2000: 15) motivasi adalah rangsangan dorongan ataupun pembangkit tenaga yang dimiliki seseorang atau sekompok masyarakat yang mau berbuat dan bekerja sama secara optimal dalam melaksanakan sesuatu yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Motivasi juga merupakan dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu.

Motivasi orang tua terhadap anak puteri mereka tergolong sangat rendah, seperti mereka jarang diperhatikan maupun memberikan dorongan dalam hal apapun, orang tua hanya menyerahkan semua pada anaknya karena para orang tua menganggap anak mereka sudah bisa menentukan mana yang baik dan mana yang buruk bagi anak mereka.

5.3.3 Pentauladanan

Orang tua telah memberikan pentauladaan kepada anak puteri mereka salah satunya dengan menceritakan kepada anak puteri mereka bahwa mereka dulu tidak dibolehkan oleh orang tua mereka menikah

(10)

usia dini karena sudah banyak contohnya orang yang menikah usia dini itu sering mengalami perceraian. Namun para orang tua menuturkan mengalami kesulitan mendidik anak zaman sekarang karena kemajuan zaman yang sudah modern, anak tidak mau mendengarkan nasehat orang tua, anak tidak mau disamakan zaman dulu dengan zaman sekarang dan tidak mau dilarang oleh orang tua terutama dalam hal berpacaran.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pengetahuan keluarga yang memilki anak remaja puteri masih tergolong rendah. Upaya sadar keluarga dalam mengatasi kemungkinan

terjadinya pernikahan usia dini terdapat tiga cara, yaitu melalui komunikasi, dengan memberikan motivasi dan memberkan pentauladanan kepada anak.

DAFTAR PUSTAKA

Adhim, Muhammad Fauzil. 2002. Indahnya Menikah Usia Muda. Jakarta: Gema Insani

Ahmadi, abu. 1991. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: PT. RinekaCipta

Azwar. 2000. Motivasi dan Komunikasi. Jakarta: Erlangga

Goode, William J. 2002. Sosiologi Keluarga. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Sedwig, Rae. 2013. Urgensi Komunikasi Dalam Keluarga. Malang: DIVA Press

Undang-Undang Tentang Perkawinan Tahun 1974 Pasal 7

(11)

Referensi

Dokumen terkait

1) Diperlukan pengolahan pendahuluan untuk menurunkan kadar Fluor pada limbah. Kehadiran ion ini pada kadar yang tinggi dapat menyebabkan penurunan removal amonium

Salah satu jenis filter yang dapat digunakan adalah passive single tuned filter yang merupakan metode penyelesaian yang efektif dan ekonomis untuk mengalihkan arus

1). Memperjelas tujuan yang ingin dicapai. Tujuan yang jelas dapat membuat siswa paham kearah mana ia ingin dibawa. Meningkatkan motivasi siswa akan terdorong untuk

Kepada peserta Pelelangan yang keberatan, diberikan kesempatan untuk menyampaikan sanggahan khususnya mengenai ketentuan dan prosedur yang telah ditentukan dalam dokumen

masalah, analisis-sintesis, simpulan dan rekomendasi. 3) Isi karya tulis ilmiah berupa gagasan atau hasil kajian pustaka.. Pedoman Pemilihan Mahasiswa Berprestasi Program Sarjana

Dimana dimensi kekuatan asosiasi merek yang paling unggul dan menonjol diantara dimensi lainnya karena responden sudah setuju bahwa Bukalapak.com memberikan jaminan

Faktor psikologis emosi pada beberapa anak dapat memicu gejala dan dewasa yang berpenyakit asma, tetapi emosional atau sifat-sifat perilaku yang dijumpai pada anak

Pengendalian proyek konstruksi dilakukan agar pelaksanaan proyek dapat sesuai dengan waktu dan biaya yang telah direncan kan sebelum proyek dilaksanakan,