• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH CARA PENGOLAHAN MANISAN NANAS TERHADAP TINGKAT KESUKAAN KONSUMEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH CARA PENGOLAHAN MANISAN NANAS TERHADAP TINGKAT KESUKAAN KONSUMEN"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH CARA PENGOLAHAN MANISAN NANAS TERHADAP TINGKAT KESUKAAN KONSUMEN

Aniswatul Khamidah1 dan Eliartati2 1

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur 2

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau ABSTRAK

Sebagian besar petani menjual nanas sebagai buah segar, ada pula yang menjual dalam bentuk keripik nanas. Tetapi karena harga vacuum frying mahal, maka petani menginginkan olahan nanas yang lain yang dapat meningkatkan nilai tambah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh cara pengolahan manisan nanas kering tanpa gula dan manisan nanas kering bergula terhadap tingkat kesukaan panelis. Pengkajian dilaksanakan di Desa Kualu Nenas, Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar dan Laboratorium Pasca Panen BPTP Riau pada bulan Januari s/d Desember 2006. Pengkajian diawali dengan pembuatan manisan nanas oleh kelompok tani “Harapan Bersama”, dilanjutkan dengan uji organoleptik untuk menentukan manisan yang paling disukai panelis yang meliputi parameter warna, rasa, tekstur, aroma dan tingkat kesukaan secara umum. Tahap berikutnya adalah menganalisis secara ekonomis usaha pengolahan manisan nanas. Analisis kadar gula, vitamin C, serat kasar, kadar air dan abu dilakukan untuk mengetahui nilai gizi manisan nanas. Dari hasil uji organoleptik, panelis menyukai manisan nanas kering bergula dengan kadar gula 9,51%; vitamin C 7,04 mg; serat kasar 0,84%; kadar air 6,71% dan abu 1,03%. Dari 25 buah nanas menghasilkan 5 kg manisan (25 bungkus) dan memberi keuntungan sebesar Rp 32.400,00.

Kata kunci: manisan nanas, uji organoleptik, nilai gizi

PENDAHULUAN

Permintaan nanas sebagai bahan baku industri pengolahan buah-buahan semakin meningkat misalnya untuk sirup, keripik dan berbagai produk olahan nanas yang lain (Rukmana, 1996 dalam Tahir et al., 2008). Menurut Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI (1981) dalam 100 gr nanas mengandung kalori 52 kal, protein 0,4 gr; lemak 0,2 gr; karbohidrat 16 gr; fosfor 11,00 mgr; zat besi 0,30 mgram; vitamin A 130.000 SI; vitamin B1 0,08 mgr; vitamin C 24.00 mgr dan air 85,30 mgr.

Komoditas buah-buahan mempunyai daya simpan yang pendek, dan untuk menekan besarnya kerugian maka penanganan pasca panen buah harus benar-benar diperhatikan. Melalui proses diversifikasi produk olahan, diharapkan dapat menyelamatkan hasil panen yang berlimpah pada saat panen raya, produk lebih awet dan jangkauan pemasaran lebih luas dengan resiko kerusakan yang lebih kecil (Suyanti et al., 2006 dalam Histifarina dan Agriawati, 2009)

Petani Desa Kualu Nenas selama ini sudah mengolah nanas menjadi keripik nanas, dan sampai tahun 2006 sudah ada 3 home industry. Permasalahannya tidak semua petani dapat membuat keripik nanas karena harga vacuum frying yang mahal. Oleh karena itu petani menginginkan suatu olahan nanas yang lain yang dapat meningkatkan nilai tambah nanas terutama

(2)

nanas yang mempunyai mutu rendah. Salah satu teknologinya adalah teknologi pembuatan manisan nanas. Produk manisan merupakan produk yang sudah dikenal masyarakat sejak dahulu. Karena teknologi pembuatannya mudah dan sederhana serta rasanya manis bercampur dengan rasa khas buah, membuat produk ini digemari. Manisan kering adalah produk olahan yang berasal dari buah-buahan yang pemasakannya menggunakan gula kemudian di keringkan.

Proses pembuatan manisan nanas memerlukan pengeringan agar masa simpannya lebih lama. Dalam proses pengeringan hal yang perlu diperhatikan adalah suhu yang digunakan tidak terlalu tinggi karena akan menyebabkan perubahan-perubahan yang tidak dikehendaki. Menurut Wahono (2005) lamanya waktu pengeringan bervariasi dan tergantung pada jenis makanan, besarnya potongan dan tipe pengering. Pengeringan dengan teknik penjemuran pada manisan nanas biasanya memerlukan waktu yang cukup lama, jika cuaca cerah membutuhkan 2-3 hari sampai manisan cukup kering dengan kadar air sekitar 20%. Manisan nanas kering ini lebih menguntungkan karena ringan, stabil secara mikrobiologis, tidak kamba serta mudah digunakan (Setyadjit dan Soedibyo (1993 dalam Histifarina dan Agriawati, 2009). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh cara pengolahan manisan nanas kering tanpa gula dan manisan nanas kering bergula terhadap tingkat kesukaan panelis

METODOLOGI PENELITIAN

Pengkajian dilaksanakan di Desa Kualu Nenas, Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar dan Laboratorium Pasca Panen pada bulan Januari s/di Desember 2006. Bahan yang digunakan adalah nanas jenis “Moris” yang mempunyai ciri khas manis dan kandungan airnya relatif tinggi yang diperoleh dari Desa Kualu Nenas. Pengkajian diawali dengan pembuatan manisan nanas

Tabel 1. Paket teknologi pembuatan manisan nanas

Manisan kering Manisan kering bergula

• Sortasi buah. Nanas dipilih yang mengkal • Sortasi buah. Nanas dipilih yang mengkal • Pengupasan. Daging buah dipisah dari kulit dan

matanya

• Pengupasan. Daging buah dipisah dari kulit dan matanya

• Pencucian. Dicuci dengan air mengalir • Pencucian. Dicuci dengan air mengalir • Pemotongan. Bbuah dibelah menjadi dua, empulur

dibuang, diiris dengan ketebalan 0,5 cm • Pemotongan. Buah dibelah menjadi dua, empulurdibuang, diiris dengan ketebalan 0,5 cm • Perendaman dalam larutan garam. Irisan nanas

direndam dalam larutan garam 3% selama 2 jam • Perendaman dalam larutan garam. Irisan nanas direndam dalam larutan garam 3% selama 2 jam • Pencucian. Nanas irisan dicuci dengan air mengalir • Pencucian. Nanas irisan dicuci dengan air mengalir • Perendaman dalam laruan kapur. Selama + 1 jam

irisan nanas direndam dalam larutan kapur 1%

• Perendaman dalam laruan kapur. Sselama + 1 jam irisan nanas direndam dalam larutan kapur 1% • Pencucian dalam air panas. Dicuci dengan air panas

sampai bersih dari sisa kapur • Pencucian dalam air panas. Dicuci dengan air panas sampai bersih dari sisa kapur • Penirisan. Irisan buah ditiriskan dengan kain saring • Penirisan. Irisan buah ditiriskan dengan kain saring • Pembuatan larutan gula. Larutan gula 25% (250 gr

gula dalam 1 liter air) dimasak sampai mendidih

• Pembuatan larutan gula. Larutan gula 25% (250 gr gula dalam 1 liter air) dimasak sampai mendidih • Perendaman dalam larutan gula. Selama 24 jam irisan

nanas direndam dalam larutan gula 25% (250 gr gula dalam 1 liter air) yang sudah dididihkan terlebih dahulu

• Perendaman dalam larutan gula. Selama 24 jam irisan nanas direndam dalam larutan gula 25% (250 gr gula dalam 1 liter air) yang sudah dididihkan terlebih dahulu

• Pengeringan. Manisan diletakkan di loyang,

dikering-kan di oven suhu 600C sampai setengah kering • Pengeringan. Irisan nanas diletakkan di loyang laludikeringkan di oven suhu 600C sampai kering

• Penaburan gula. Manisan nanas yang setengah kering digulingkan pada gula pasir, kemudian dikeringkan kembali. Kegiatan ini diulang-ulang sampai manisan kering dan gulanya menempel dengan sempurna.

(3)

oleh kelompok tani “Harapan Bersama”. Kelompok tani ini dibentuk pada tanggal 5 Oktober 2006 yang anggotanya 17 orang, berasal dari empat dusun yaitu Dusun Pasar Buah, Sungai Putih, Lengkok Indah dan Dusun Simpang Durian. Pembuatan manisan nanas ini dilakukan oleh anggota kelompok tani Harapan Bersama, dan teknologi yang diterapkan merupakan modifikasi dari metode Satuhu (2003) yang dilakukan dengan dua cara yaitu manisan nanas yang dibuat dengan ditaburi gula kasar dan manisan nanas yang dibuat tanpa penambahan gula (Tabel 1).

Tahap kedua adalah uji organoleptik terhadap manisan kering dan manisan semi basah untuk menentukan manisan yang paling disukai panelis, berjumlah 20 orang. Parameter uji organoleptik meliputi warna, rasa, tekstur, aroma dan tingkat kesukaan secara umum. Tahap ketiga adalah analisis ekonomi usaha pengolahan manisan nanas. Untuk mengetahui nilai gizi manisan nanas, dilakukan analisis kimia terhadap manisan nanas yang terpilih yang meliputi kadar gula, vitamin C, serat kasar, kadar air dan abu.

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil uji organoleptik

Hasil uji organoleptik disajikan pada Gambar 1. Manisan nanas tanpa bertabur gula lebih disukai panelis (60% panelis) dibandingkan dengan manisan nanas yang bergula. Manisan nanas tanpa gula warnanya lebih cerah yaitu lebih kuning dibandingkan manisan nanas bergula warnanya lebih kecoklatan. Hal ini disebabkan adanya gula yang ditaburkan pada manisan nanas menyebabkan warna manisan menjadi kecoklatan, sebagai dari reaksi gula pereduksi dengan gugus amina primer atau pemakaian suhu tinggi pada sukrosa (Susanto dan Saneto, 1994). Pemanasan yang tinggi dalam pembuatan dodol membuat kadar gula sebagai sukrosa menurun sehingga terjadi reaksi pencoklatan non enzimatik yaitu karamelisasi yang disebabkan oleh gula pasir berubah menjadi molekul fruktosan (Winarno, 1984 dalam Darmawidah et al., 2006).

Gambar 1. Persentase jumlah panelis pada setiap parameter

Dari aspek rasa, panelis lebih menyukai manisan nanas yang bertabur gula kasar (75% panelis). Pada manisan kering bertabur gula kasar rasanya manis dengan sedikit ada rasa masam. Sebaliknya pada manisan kering tanpa penambahan gula, rasanya dominan masam sehingga kurang disukai. Dari parameter tekstur, manisan kering bergula lebih disukai panelis (70% panelis),

(4)

karena manisannya lebih keras dibandingkan manisan tanpa gula. Menurut Darmawan (1998 dalam Pujimulyani dan Wazyka, 2009) pada waktu proses perendaman dalam larutan gula terjadi proses pengeluaran cairan dari dalam bahan dan larutan gula masuk ke dalam bahan. Larutan gula akan mengisi bagian sel yang cairannya mengalami difusi. Penyerapan gula dalam bahan akan memperbaiki bentuk dan tekstur bahan. Gula bahan yang semula kadarnya rendah setelah perendaman dalam larutan gula maka konsentrasi akan meningkat. Dalam industri pangan, pengujian aroma atau bau dianggap penting karena dapat menentukan diterima atau tidaknya produk tersebut. Aroma manisan tanpa gula lebih disukai (55% panelis), karena aroma nanasnya lebih tajam dibandingkan manisan nanas bergula. Dari semua parameter, secara keseluruhan panelis lebih memilih manisan nanas bergula (90% panelis).

Warna sangat mempengaruhi tingkat penerimaan konsumen walaupun kurang berhubungan dengan nilai gizi, bau ataupun nilai fungsional lainnya (Kartika et.al., 1992) karena warna adalah faktor paling menentukan menarik tidaknya suatu produk makanan (Winarno, 1991). Menurut Fennema (1985), warna adalah atribut kualitas yang paling penting, walaupun suatu produk bernilai gizi tinggi, rasa enak dan tekstur baik namun jika warna tidak menarik maka akan menyebabkan produk tersebut kurang diminati.

2. Analisa nilai gizi manisan yang terpilih

Manisan yang disukai panelis adalah manisan yang kering bertabur gula kasar, dan manisan ini memiliki kadar gula 9,51% (Tabel 2). Kadar gula dipengaruhi oleh pendidihan, perendaman dan pengeringan. Menurut Achyadi dan Hidayanti (2004 dalam Fitriani, 2008) pendidihan dan pengeringan larutan sukrosa akan mengalami inverse atau pemecahan sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa akibat pengaruh asam dan panas yang akan meningkatkan kelarutan gula, sehingga proses pengeringan dapat mengurangi sukrosa dalam bahan. Selain itu selama perendaman kadar gula akan mengalami penurunan.

Tabel 2. Kandungan gizi manisan nanas bertabur gula kasar

Kandungan gizi Jumlah

Kadar gula 9,51 %

Kadar air 6,71 %

Vitamin C 7,04 mg

Serat kasar 0,84 %

Abu 1,03 %

Standar kadar air merupakan salah satu parameter kritis yang harus diperhatikan, karena mempengaruhi daya simpan produk. Adanya air dalam bahan pangan merupakan media yang baik bagi pertumbuhan mikroorganisme terutama untuk produk kering adalah tumbuhnya kapang dan khamir. Kadar air manisan ini dipengaruhi pada saat pengeringan. Waktu yang diperlukan dalam proses pengeringan dipengaruhi oleh struktur bahan, dan distribusi aliran udara, suhu, kelembaban serta kecepatan udara (Muljoharjo, 1987 dalam Histifarina dan Agriawati, 2009). Hal ini diperkuat oleh Taib et al, (1988 dalam Histifarina et al.,

(5)

2004) yang menyatakan bahwa kemampuan bahan untuk melepaskan air dari permukaannya akan semakin besar dengan meningkatnya suhu udara pengering yang digunakan dan makin lamanya proses pengeringan, sehingga kadar air yang dihasilkan semakin rendah. Berdasarkan standar mutu manisan kering buah-buahan (SII No. 0718-83 dalam Fitriani, 2008), kadar air manisan kering maksimum 25%, sedangkan pada pengkajian ini kadar air manisan nanas adalah 6,71 % (Tabel 2) berarti kadar air manisan nanas ini masih sesuai standar. Syarief dan Halid (1993) menyatakan tinggi rendahnya kadar air suatu bahan sa-ngat ditentukan oleh air terikat dan air bebas yang terdapat dalam bahan. Air terikat ini membutuhkan suhu yang lebih tinggi untuk menguapkannya daripada air bebas yang membutuhkan suhu yang relatif rendah untuk menguapkannya, sehingga bahan yang memiliki air terikat yang lebih banyak cenderung memiliki kadar air lebih tinggi. Kadar vitamin C pada manisan nanas (Tabel 2) sebesar 7,04 mg sedangkan serat kasar 0,84 % dan kadar abu sebesar 1,03 %.

3. Analisa ekonomi

Dalam kajian ini dihabiskan 25 buah nanas untuk menghasilkan 5 kg manisan (25 bungkus). Dengan harga jual Rp 8.000 per bungkus (setiap bungkus 200 gr), diperoleh keuntungan sebesar Rp 32.400,00 (Tabel 3).

Tabel 3. Analisa ekonomi manisan nanas bergula pada tahun 2006

Uraian Volume Satuan harga Jumlah

Pengeluaran

• Nanas 25 buah 3.000/buah 75.000

• Gula pasir 4 kg 7.000/kg 28.000

• Kapur 160 gr 10.000/kg 1.600

• Garam 480 gr 6.000/kg 3.000

• Kertas roti 3 lbr 500/lbr 1.500

• Tenaga kerja 2 HOK 25.000/HOK 50.000

• Plastik pengemas 25 buah 100 2.500

• Listrik 790/kwh 24 jam 6.000

Sub total 167.600

Penerimaan

• Penjualan 25 bungkus 8.000/bungkus 200.000

Keuntungan 32.400

KESIMPULAN

Panelis menyukai manisan nanas kering bergula dengan kadar gula 9,51%; vitamin C 7,04 mg; serat kasar 0,84%; kadar air 6,71% dan abu 1,03%. Dari 25 buah nanas menghasilkan 5 kg manisan (25 bungkus), dan dengan harga jual Rp. 8.000 per bungkus diperoleh keuntungan sebesar Rp 32.400,00.

DAFTAR PUSTAKA

Darmawidah,A., W. Dewayani dan E. Y. Purwani. 2006. Pengaruh Penambahan Ubi Jalar terhadap Mutu Dodol Markisa Selama Penyimpanan. Buletin Teknologi Pasca Panen Pertanian. Vol. 2. No. 1 Th 2006. ISBN 1858-3504. Badan

(6)

Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian

Fennema, .O., 1985. Food Chemistry second edition. Revised and Exapanded. Academi Press. New York

Fitriani, S. 2008. Pengaruh Suhu dan Lama Pengeringan terhadap Beberapa Mutu Manisan Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) Kering. SAGU, Maret 2008. Vol. 7.No. 1.hal. 32-37. ISSN. 1412-4424

Histifarina, D., D.Musaddaad dan E. Murtiningsih. 2004. Teknik Pengeringan dalam Oven Untuk Irisan Wortel Kering Bermutu. Vol 14. (2) 107-112

Histifarina, D., dan D. P. Agriawati. 2009. Pengkajian Penerapan Teknologi Pengolahan Manisan Mangga Kering di Kabupaten Indramayu. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Vol. 12. No. 2. Juli 2009, hal. 91-98

Kartika, B, Guritno A.D., Purwadi, D. dan Ismoyowati, D. 1992. Petunjuk Evaluasi Produk Industri Hasil Pertanian. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Yogyakarta

Pujimulyani, D dan A. Wazyka. 2009. Sifat Antioksidasi, Sifat Kimia dan Sifat Fisik Manisan Basah dari Kunir Putih (Curcuma mangga Val.). Agritech. Vol. 29. No. 3. Agustus 2009

Satuhu S. 2003. Penanganan dan Pengolahan Buah. PT. Penebar Swadaya. Jakarta Susanto, T dan B. Saneto. 1994. Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian. Bina Ilmu.

Surabaya

Syarief dan Halid. 1993. Teknologi Penyimpanan Pangan. Arcan. Jakarta

Tahir, I., S. Sumarsih dan S.D. Astuti. 2008. Kajian Penggunaan Limbah Buah Nenas Lokal (Ananas comosus, L) sebagai Bahan Baku Pembuatan Nata. Makalah Seminar Nasional Kimia XVIII, Jurusan Kimia FMIPA UGM, Yogyakarta

Wahono, C.T. 2005. Teknologi Pengolahan Nanas Menjadi Manisan. Laporan Akhir BPTP Riau. Pekanbaru

Gambar

Tabel 1. Paket teknologi pembuatan manisan nanas
Gambar 1. Persentase jumlah panelis pada setiap parameter
Tabel 2. Kandungan gizi manisan nanas bertabur gula kasar
Tabel 3. Analisa ekonomi manisan nanas bergula pada tahun 2006

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan prestasi belajar pokok bahasan bangun ruang sisi datar kubus dan balok kelas IX di SMP Muhammadiyah 5

[r]

Pemeliharaan rutin berkala kendaran dinas / operasional Barang 1 Ls Rp.. No Satuan Kerja

Berdasarkan hasil penelitian “Pengaruh Perubahan Logo ( Rebranding ) Terhadap Citra Merek ( Brand Image ) dan Loyalitas Konsumen ( Consumer Loyalty ) Ayam Geprek Sako

Penulis memilih OpenVPN Access Server karena memiliki semua fitur keamanan OpenVPN, OpenVPN menggunakan private keys, certificate, atau username-password untuk melakukan

Lebih jauh lagi dalam memahami fana ’ , al-fana ’ sebagai lenyapnya kesadaran akan kebenaran dirinya lantaaran telah terhisap dan luluh dalam kesatuan dengan tuhannya

(2) Seseorang Pegawai Penyiasat Suruhanjaya boleh memeriksa mana-mana orang yang Pegawai Penyiasat itu mempunyai sebab untuk mempercayai bahawa terdapat pada orang itu

Berdasar pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa karakteristik gaya komunikasi Jokowi dalam pengambilan kebijakan secara umum adalah gaya mengendalikan