• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. sosok pengkhianat yang buruk, seperti yang ditulis oleh Arabic Infancy Gospel 1, Papias, serta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. sosok pengkhianat yang buruk, seperti yang ditulis oleh Arabic Infancy Gospel 1, Papias, serta"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Secara umum tulisan ini berisi penelitian terhadap narasi pengkhianatan Yudas Iskariot yang terdapat dalam Injil Yohanes 13: 1-35. Pada bab ini penulis akan menjelaskan apa yang menjadi persoalan dari narasi pengkhianatan Yudas Iskariot serta mengapa narasi pengkhianatan Yudas Iskariot dalam Injil Yohanes 13: 1-35 yang menjadi obyek penelitian. Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan dijabarkan dalam dua bagian. Setiap bagian berusaha untuk menjelaskan persoalan dari narasi pengkhianatan Yudas Iskariot dan menerangkan alasan dari penelitian terhadap narasi pengkhianatan Yudas Iskariot dalam Injil Yohanes 13: 1-35.

Narasi pengkhianatan Yudas Iskariot dipilih untuk diteliti karena empat persoalan yaitu pertama, munculnya berbagai pendapat para ahli yang mengungkap sisi baik dan buruk dari Yudas Iskariot. Dalam tulisannya, Marvin Meyer mengatakan bahwa Yudas Iskariot berkembang menjadi sosok jahat dan menerima stereotipe sebagai sosok jahat setelah abad ke dua. Meyer juga mengatakan bahwa dalam banyak teks Yudas Iskariot digambarkan sebagai sosok pengkhianat yang buruk, seperti yang ditulis oleh Arabic Infancy Gospel1, Papias, serta Dante. Dalam Arabic Infancy Gospel masa kecil Yudas Iskariot digambarkan sebagai seorang anak lelaki yang sering kerasukan setan, dan pernah menyerang Yesus sebanyak satu kali. Yudas Iskariot dewasa digambarkan oleh Papias sebagai seseorang yang tertolak. Lalu dalam bukunya yang berjudul Inferno, Dante mengatakan bahwa hukuman yang diterima Yudas Iskariot merupakan penghukuman yang paling kejam. Dante menggambarkan Yudas Iskariot

1

Arabic Infancy Gospel adalah teks yang ditemukan di apokripa perjanjian baru. Didasari oleh injil

Pseudo-Matius dan disusun pada abad ke 6. Teks ini memuat pokok pelayanan Yesus. Dalam teks ini juga disebutkan pertemuan antara Yesus dan Yudas dan pencuri-pencuri yang disalibkan bersama Yesus.

(2)

2

berada di neraka yang paling dalam dan paling kelam. Menurutnya kepala Yudas Iskariot berada di tengah-tengah mulut luciver.2

Namun di lain pihak ada beberapa ahli yang mengungkapkan sisi positif dari Yudas Iskariot yang tidak diungkapkan oleh ahli-ahli dalam pembahasan sebelumnya. Salah satunya dikemukakan oleh Garry Wills. Dalam tulisannya, Wills mengatakan bahwa tindakan Yudas Iskariot yang menyerahkan Yesus, di dasari oleh harapan Yudas Iskariot jika Yesus akan melawan kekuasaan Romawi untuk memerdekakan negerinya. Dalam menutup argumentasinya Wills mengatakan bahwa kematian Yudas Iskariot dengan menggantung dirinya sendiri merupakan ungkapan penyesalan atas tindakannya menyerahkan Yesus untuk diadili.3

Menanggapi kontroversi pertama tersebut John Shelby Spong menguraikan lima hal yang menjadi kecurigaannya mengenai kisah pengkhianatan Yudas Iskariot. Pertama, Yudas Iskariot bukanlah satu-satunya nama Yudas yang menjadi murid Yesus. Terdapat pula Yudas yang menggantikan Tadzeus, dan Yudas saudara Yakobus. Kedua, sumber Q4 sebagai sumber tertua tidak mengikut-sertakan kisah Yudas Iskariot sebagai pengkhianat. Selain itu surat Paulus, yang digunakan sebagai patokan penentuan usia sebuah teks, tidak menyatakan secara spesifik siapa yang mengkhianati Yesus. Dalam 1 Korintus 11: 23-24, hanya dikatakan bahwa “…Sebab apa yang telah kuteruskan kepadamu, telah aku terima dari Tuhan, yaitu bahwa Tuhan Yesus, pada waktu Ia diserahkan, mengambil roti dan sesudah itu Ia mengucap syukur atasnya; Ia memecah-mecahkannya dan berkata: “Inilah tubuh-Ku, yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!...”.5

2 Marvin Meyer, Judas: The Definitive collection of Gospels and Legends about the Infamous Apostle

of Jesus (New York: Harper Collins Publisher, 2008), 109, 138.

3 Garry Wills, What Jesus Meant: Maksud Yesus yang Sebenarnya (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,

2006), 113, 116.

4 Sumber Q (Quelle) adalah kumpulan ucapan Yesus yang dimanfaatkan oleh penulis Matius dan

Lukas sebagai tambahan untuk bahan-bahan yang mereka ambil dari Injil Markus ketika menulis Injil Mereka. Q terdiri dari hampir semata-mata ucapan-ucapan Yesus.

(3)

3

Ketiga, Spong mengatakan bahwa penulis keempat Injil baik Matius, Markus, Lukas maupun Yohanes menambahkan berbagai versi cerita dalam kisah pengkhianatan Yudas Iskariot. Injil tertua, Markus, mengkisahkan Yudas Iskariot dijanjikan uang oleh imam-imam besar dan kisah pengkhianatannya berakhir ketika ia mencium Yesus di taman Getsemani. Beberapa detail ditambahkan oleh Matius, seperti jumlah uang yang diterima Yudas Iskariot dan juga bagaimana Yudas Iskariot mengembalikan uang itu kepada imam-imam besar. Lukas menceritakan bahwa Yudas Iskariot kerasukan setan. Dia juga yang memimpin arak-arakan prajurit untuk menangkap Yesus di taman Getsemani. Lukas bahkan menambahkan bagaimana Yudas Iskariot memberikan alasan tentang keberadaannya bersama prajurit. Yohanes, bercerita dengan sangat dramatis dan sinis, ia menggambarkan Yudas Iskariot sebagai seorang pencuri. Dalam Injil Yohanes, Yesus juga mengidentifikasi siapa yang akan mengkhianatinya, dengan memberikan roti kepada Yudas seraya berkata "apa yang hendak kauperbuat, perbuatlah dengan segera".

Keempat, bagi Spong, dituliskannya waktu tengah malam ketika pengkhianatan Yudas terjadi, terkesan terlalu mendramatisir. Membuat cerita ini nampak seperti sebuah liturgi dan bukan rekaman fakta sejarah. Kelima, nama Yudas merupakan pelafalan dari bahasa Yunani VIou,daj. Kecurigaan yang timbul dari Spong adalah apakah nama tersebut sengaja di gunakan oleh pihak kekristenan ortodoks untuk menampilkan kesan bahwa orang Yahudi bersalah atas kematian Yesus. Di tambah lagi tindakan Pilatus yang mencuci tangan atas kematian Yesus menandakan bahwa orang Romawi tidak bertanggung jawab atas peristiwa tersebut.6

Persoalan kedua, Yudas Iskariot sering ditafsirkan sebagai orang yang tidak setia kepada Yesus. Hal ini dapat dilihat dari hasil tafsir ahli-ahli. Robert Keysar misalnya, dalam buku yang berjudul Injil Yohanes sebagai Cerita, ia mengatakan bahwa;

6 John Shelby Spong, The Sins of Scripture: Exposing the Bible’s Texts of Hate to Reveal the God of

(4)

4

…Penginjil Yohanes menginginkan supaya pembacanya ikut merasakan suasana mencekam karena dikhianati oleh orang yang makan bersama-sama dalam satu meja. Yesus meramalkan bahwa seorang yang menjadi kepunyaannya akan mengkhianati Dia. Ramalan tersebut disambung dengan narasi Yesus memberikan sepotong roti kepada Yudas. Tindakan tersebut dalam sudut pandang Kysar berarti bahwa ketika Yesus mengulurkan kasih dan persahabatannya kepada Yudas, pada saat yang bersamaan setan menguasainya. Hal ini berarti bahwa kejahatan bekerja di tengah-tengah hubungan yang paling akrab tersebut. Menurut Kysar, Yesus membiarkan rencana jahat itu berlangsung dan mendesak Yudas untuk segera melakukannya….7

.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh William Barclay, dalam tafsirannya ia mengecam tindakan Yudas Iskariot sebagai sebuah kepahitan dari ketidaksetiaan. Barclay juga mengatakan bahwa ketidaksetiaan Yudas Iskariot merupakan suatu hal yang memedihkan. Barclay mengungkapkan bahwa pengkhianatan Yudas terlihat dalam keadaan yang paling buruk. Lebih lanjut Barclay mengatakan bahwa Yudas Iskariot mungkin telah melakukan sandiwara dan menjadi seorang penipu yang sempurna.8 Serupa dengan Keysar dan Barclay, Bruce Milne memakai kerangka berpikir bahwa Yudas Iskariot adalah pengkhianat untuk menafsir beberapa narasi dalam Injil Yohanes, mulai dari kisah pewahyuan akan adanya pengkhianatan (Yoh 13: 2), sampai pada kisah penangkapan Yesus (Yoh 18).

Melalui kerangka berpikir tersebut Milne dalam tafsirannya mengatakan bahwa Yudas Iskariot telah kerasukan iblis. Melalui kuasa destruktif iblis, Yudas Iskariot menjadi murtad. Milne memaknai ilustrasi alkitabiah dalam injil Yohanes 18 yang berbunyi;“Orang yang makan rotiku, telah mengangkat tumitnya terhadap aku”, sebagai sebuah tindakan pengkhianatan yang keji. Milne juga mengungkapkan bahwa Yudas Iskariot telah menutup

7 Robert Kysar, Injil Yohanes sebagai Cerita: Berkenalan dengan Narasi Salah Satu Injil (Jakarta:

BPK Gunung Mulia, 1998), 65.

8 William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Injil Yohanes Pasal 8-21 (Jakarta: BPK Gunung

(5)

5

hatinya terhadap terang dan ia berpaling kepada kuasa kegelapan. Untuk menutup tafsirannya, Milne mengatakan bahwa “Yudas Iskariot masuk ke neraka karena ia telah menyerahkan Yesus kepada orang Yahudi”.9

Persoalan ketiga, di dalam Alkitab Terjemahan Baru Lembaga Alkitab Indonesia (Alkitab TB-LAI), teks yang mengkisahkan Yudas Iskariot dimuat dengan mencantumkan kata “pengkhianat”. Kata “pengkhianat” dalam Alkitab TB-LAI digunakan dalam dua hal, pertama yaitu dipakai untuk memberikan judul perikop dari teks Alkitab yang memuat kisah Yudas Iskariot. Hal ini terdapat dalam perikop Injil-injil Sinoptik, baik Injil Matius, Markus maupun Lukas. Perikop Injil-injil Sinoptik yang diberikan judul dengan kata “pengkhianat” di antaranya terdapat dalam Mat 26: 14, Mrk 14: 10, serta Luk 22: 3. Kedua, kata “pengkhianat” digunakan untuk menterjemahkan kata bahasa Yunani paradi,dwmi ke dalam terjemahan bahasa Indonesia. Terjemahan tersebut salah satunya terdapat dalam Injil Yohanes pasalnya yang ke 13: 2 serta 18: 2, 5.

Penggunaan kata “pengkhianat” untuk memberikan judul perikop ataupun menterjemahkan kata bahasa Yunani paradi,dwmi, di sadari atau tidak, mempengaruhi sudut pandang pembaca Indonesia dalam menafsirkan kisah Yudas Iskariot. Sering kali pembaca menarik kesimpulan bahwa kisah Yudas Iskariot tidak lebih dari sebuah tindak kejahatan murid kepada gurunya. Karena dalam sudut pandang pembaca Indonesia kata pengkhianat menunjuk pada “perbuatan yang tidak setia, bertentangan dengan janji, perbuatan yang menyalahi janji, perbuatan yang sangat hina dan tidak dapat di ampuni.”10

Persoalan terakhir yang berkaitan dengan Yudas Iskariot adalah munculnya teks yang disebut-sebut sebagai Injil Yudas. Teks yang ditemukan di Al Minya pada tahun 1978 ini sangat menyita pandangan masyarakat luas, bahkan sampai memunculkan publikasi-publikasi

9 Bruce Milne, The Message of John: Here is Your King (London: Inter-Varsity Press, 1993), 287, 377. 10 Kamus Besar Bahasa Indonesia: Edisi keempat (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), 693.

(6)

6

yang berkaitan dengan Injil Yudas. Salah satunya adalah tulisan-tulisan yang terkumpul dalam The Gospel of Judas, disunting oleh Rodolphe Kasser, Marvin Meyer dan Gregort Wurst. Dalam buku The Gospel of Judas, ketiga ahli tersebut menjelaskan kapan dan oleh siapa Injil Yudas ditulis, kemudian seperti apa konteks yang mempengaruhi penulisan Injil Yudas, apa yang diajarkan oleh Injil Yudas, serta apa manfaat dari Injil Yudas. 11

Ketiga ahli mengindikasikan bahwa tulisan ini ditulis sekitar akhir abad ke tiga atau awal abad ke empat. Mengenai siapa yang menulis masih menjadi perdebatan. Ada yang mengatakan tulisan ini ditulis Yudas atau pengikut tradisi Yudas. Ada juga yang mengatakan bahwa tulisan ini tidak mungkin ditulis oleh Yudas karena melihat pada tanggal penulisan yang terpaut jauh setelah periode Yudas hidup. Menurut dugaan para ahli tersebut, isi dari teks Yudas memberikan gambaran mengenai salah satu ajaran Gnostik pada abad ke dua.

Terlepas dari perdebatan tersebut, jika dicermati Injil Yudas berisikan poin-poin berikut yaitu, garis besar pelayanan Yesus, Yesus menertawakan doa syukur para murid, para murid menjadi marah, Yesus berbicara hanya kepada Yudas. Yesus menampakkan diri kepada para murid, penglihatan mengenai rumah ibadah, Yesus menafsirkan penglihatannya, Yudas Iskariot bertanya tentang generasi-generasi, Yudas menggambarkan penglihatannya dan Yesus menjawab. Pengajaran Yesus, Adamas dan makhluk-makhluk cahaya, dualisme, penciptaan umat manusia, pertanyaan Yudas akan adam dan keturunannya, Yesus menyatakan kehancuran si jahat, pembicaraan tentang yang beriman sejati dan Yudas serta Yudas menyerahkan Yesus. Terlepas dari berbagai macam polemik, jika dilihat secara menyeluruh maka agaknya konten tersebut dapat membuka potensi untuk mengenali lebih dalam kisah pengkhianatan Yudas Iskariot.

Berbagai macam persoalan yang telah dikemukakan, mulai dari perdebatan para ahli tentang jati diri Yudas Iskariot, kemudian penafsiran para ahli terhadap kisah pengkhianatan

11 Rodolphe Kasser, Marvin Meyer dan Gregor Wurst, The Gospel of Judas: dari kodeks TCHACOS

(7)

7

Yudas Iskariot, persoalan penerjemahan dalam konteks Indonesia, sampai pada penemuan Injil Yudas. Kesemuannya menggerakkan penulis untuk melakukan penelitian terhadap narasi pengkhianatan Yudas Iskariot. Penelitian tersebut dilakukan dengan maksud untuk mengungkap kepentingan di balik pengkisahan Yudas Iskariot sebagai pengkhianat.

Seperti yang telah diketahui, narasi pengkhianatan Yudas Iskariot muncul dalam keempat Injil Perjanjian Baru baik Matius, Markus, Lukas, maupun Yohanes. Tetapi penulis memilih untuk memfokuskan penelitian pada kisah pengkhianatan Yudas Iskariot yang terdapat dalam Injil Yohanes. Berikut adalah alasan yang coba untuk menerangkan pertanyaan kenapa Injil Yohanes dipilih untuk diteliti.

Injil Yohanes diusulkan untuk diteliti karena tiga pertimbangan: pertama, karena teks Injil Yohanes dalam Alkitab TB-LAI secara eksplisit menyebut Yudas Iskariot melakukan tindak pengkhianatan terhadap Yesus. Penyebutan diri Yudas Iskariot melakukan pengkhianatan ditemukan dalam dua perikop Injil Yohanes, yaitu pada pasalnya yang ke 13: 2 dan 18:2, 5 demikian terjemahannya dalam Alkitab TB-LAI:

…Yohanes 13:2, Mereka sedang makan bersama, dan Iblis telah membisikkan rencana dalam hati Yudas Iskariot, anak Simon, untuk mengkhianati Dia. Yohanes 18:2, 5, Yudas, yang mengkhianati Yesus, tahu juga tempat itu, karena Yesus sering berkumpul di situ dengan murid-murid-Nya. Jawab mereka: "Yesus dari Nazaret." Kata-Nya kepada mereka: "Akulah Dia." Yudas yang mengkhianati Dia berdiri juga di situ bersama-sama mereka…12

Pertimbangan kedua didasarkan pada pendapat Alan Richardson yang mengatakan bahwa kisah pengkhianatan Yudas Iskariot dalam Injil Yohanes memiliki keunikan yang membedakannya dengan kisah pengkhianatan Yudas Iskariot pada Injil-injil lain yang termasuk dalam kanon. Menurut Richardson Injil Yohanes memunculkan masalah yang tidak terdapat dalam Injil Markus dan Lukas. Permasalahan yang terdapat pada Injil Yohanes

(8)

8

adalah Yesus tidak menyebut nama pelaku pengkhianatan secara langsung dan terang-terangan. Richardson mengungkapkan kecurigaannya dengan melontarkan pertanyaan demikian; “Jika Yesus telah memberitahu siapa pengkhianatnya, mengapa para murid hanya diam?”. Lebih lanjut Richardson berargumen bahwa Injil Yohanes sendiri mengetahui akan masalah yang menyangkut kisah pengkhianatan tersebut, tetapi usaha Injil Yohanes dalam menjelaskan permasalahan yang terdapat dalam kisah pengkhianatan Yudas Iskariot tidak sepenuhnya meyakinkan.13 Argumen inilah yang kemudian mendorong penulis untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut terhadap kisah pengkhianatan dalam Injil Yohanes.

Pendapat Richardson yang mengatakan bahwa Yesus secara langsung tidak menyebut pelaku pengkhianatan memang ada benarnya tetapi dalam teks Yohanes 13: 21-27 tercatat perkataan Yesus yang demikian;

….Setelah Yesus berkata demikian Ia sangat terharu, lalu bersaksi: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku." Murid-murid itu memandang seorang kepada yang lain, mereka ragu-ragu siapa yang dimaksudkan-Nya. Seorang di antara murid Yesus, yaitu murid yang dikasihi-Nya, bersandar dekat kepada-Nya, di sebelah kanan-Nya. Kepada murid itu Simon Petrus memberi isyarat dan berkata: "Tanyalah siapa yang dimaksudkan-Nya!" Murid yang duduk dekat Yesus itu berpaling dan berkata kepada-Nya: "Tuhan, siapakah itu?" Jawab Yesus: "Dialah itu, yang kepadanya Aku akan memberikan roti, sesudah Aku mencelupkannya." Sesudah berkata demikian Ia mengambil roti, mencelupkannya dan memberikannya kepada Yudas, anak Simon Iskariot. Dan sesudah Yudas menerima roti itu, ia kerasukan Iblis. Maka Yesus berkata kepadanya: Apa yang hendak kauperbuat, perbuatlah dengan segera.…14

Bagi beberapa ahli lainya, seperti Spong, perkataan Yesus yang tercantum di atas diartikan sebagai usaha Yesus untuk mengidentifikasikan siapa yang akan menjadi pelaku

13

Alan Richardson, Saint John: The Meaning of the History of Jesus (Great Britain: SCM Press Ltd, 1959) 159, 160.

(9)

9

pengkhianatan.15 Kenyataan ini menimbulkan kecurigaan bagi penulis, pertanyaan yang kemudian muncul adalah apakah kisah pengkhianatan Yudas Iskariot yang terdapat dalam Injil Yohanes sama sederhananya seperti yang para ahli katakan. Kenyataan dan kecurigaan inilah yang kemudian mendorong penulis untuk melakukan penelitian terhadap kisah pengkhianatan Yudas Iskariot yang terdapat dalam Injil Yohanes.

Pertimbangan ketiga juga didasarkan pada pandangan Richardson yang menganggap bahwa cerita dramatis dalam Injil Yohanes lebih terlihat seperti sebuah dongeng dan bukan cerita bersejarah atau laporan riwayat hidup.16 Pendapat tersebut didasarkan pada keruntutan alur cerita pengkhianatan Yudas Iskariot yang dikisahkan oleh penginjil Yohanes. Pendapat ini diperkuat oleh Spong, berdasarkan kritiknya pada hal yang serupa. Di dalam tulisannya Spong mengatakan bahwa kisah pengkhianatan Yudas Iskariot dalam Injil Yohanes diatur sangat dramatis pada setting perjamuan malam. Kisah pengkhianatan ini lebih mirip seperti drama liturgis dari pada fakta sejarah.17

Mengacu pada pendapat dua ahli tersebut, jika diamati kisah Yudas Iskariot dalam Injil Yohanes memang disajikan secara lengkap membentuk sebuah alur yang berujung pada penangkapan Yesus. Alur ceritanya dimulai dari Yudas Iskariot dipilih menjadi salah satu murid Yesus (Yoh 6: 71). Kemudian masuk pada perjamuan di tempat Lazarus, di dalam narasi ini Yudas Iskariot dikisahkan ingin menjual minyak Narwastu yang saat itu dipakai membasuh kaki Yesus (Yoh 12: 4). Berlanjut pada narasi perjamuan terakhir, didalam cerita ini Yudas Iskariot dikisahkan telah dihasut iblis untuk mengkhianati Yesus (Yoh 13: 2). Kemudian Yesus memberikan penglihatan bahwa Yudas Iskariot akan menyerahkan Dia (Yoh 13: 26).

15

Spong, The Sins of Scripture, 203.

16 Richardson, Saint John, 160.

(10)

10

Kemudian kisahnya sampai pada Yudas Iskariot kerasukan iblis (Yoh 13: 27), lalu berlanjut pada narasi kotbah di bukit (Yoh 14: 22) dan berakhir pada kisah penangkapan Yesus (Yoh 18: 5). Sependapat dengan Richardson dan Spong, bagi penulis, alur cerita Yudas Iskariot tersebut memang membentuk pola yang sangat dramatis, terutama pada kisah perjamuan terakhir, dan alur cerita yang runtut seperti yang disajikan Injil Yohanes justru menimbulkan kecurigaan, karena bertentangan dengan prinsip-prinsip dalam mengenali keaslian teks. Prinsip-prinsip ini diantaranya adalah pertama, teks yang mendekati asli adalah teks yang sulit untuk dimengerti. Kedua, bacaan yang panjang diduga merupakan hasil pengembangan lebih lanjut, oleh karena itu bacaan yang pendek lebih dipilih. Ketiga, teks yang nampak harmonis, condong untuk diabaikan.18

Dari uraian yang telah disampaikan, maka terdapat beberapa persoalan yang berkaitan dengan narasi pengkhianatan Yudas Iskariot, terkhusus yang terdapat dalam Injil Yohanes. Persoalan tersebut di antaranya adalah pertama, Yudas Iskariot secara eksplisit disebut sebagai pengkhianat dalam beberapa teks Injil Yohanes. Kedua dalam beberapa tafsiran Injil Yohanes para ahli cenderung menyebut Yudas sebagai pengkhianat. Ketiga, kemunculan beberapa tulisan yang mengungkap sisi baik dan buruk dari Yudas Iskariot. Keempat, permasalahan dalam konteks penerjemahan. Kelima, teks yang berkaitan dengan kisah Yudas diduga sebagai teks yang tidak otentik. Keenam, pada seting perjamuan terakhir kisah pengkhianatan Yudas terkesan terlalu didramatisir.

Persoalan inilah yang menggerakkan penulis untuk melakukan penelitian terhadap narasi pengkhianatan Yudas Iskariot yang terdapat dalam Injil Yohanes. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengungkap apa yang dimaksud dengan pengkhianatan Yudas Iskariot dalam Injil Yohanes. Apakah narasinya sama sederhananya seperti yang selama ini diketahui, di mana Yudas Iskariot dicitrakan sebagai pengkhianat, dan ia adalah sosok jahat

18 Bart D. Ehrman, Misquoting Jesus: Kesalahan Penyalinan Dalam Kitab Suci Perjanjian Baru

(11)

11

yang penuh dengan sifat negatif, ataukah ada sisi lain yang sebenarnya belum diketahui dari sosok Yudas Iskariot dan narasi pengkhianatan. Untuk mengakomodir pemikiran yang telah diuraikan maka judul yang diperuntukan pada skripsi ini adalah

PENGKHIANATAN YUDAS ISKARIOT TERHADAP YESUS DALAM INJIL YOHANES

(Studi Hermeneutik Sosio-Politik Terhadap Narasi Pengkhianatan Yudas Iskariot Yang Terdapat Dalam Injil Yohanes 13: 1-35)

1.2 Batasan Masalah

Dari paparan tentang latar belakang masalah yang telah diuraikan maka diperoleh ruang lingkup permasalahan yang sangat luas. Beberapa pertanyaan muncul sebagai tanggapan dari permasalahan-permasalahan tersebut. Salah satunya ialah kebenaran kisah pengkhianatan Yudas Iskariot. Kebenaran disini menunjuk pada jati diri Yudas Iskariot. Bagaimanakah jati dirinya yang sebenarnya. Apakah sama buruknya dengan yang dikisahkan ataukah tidak seburuk yang dikisahkan. Pertanyaan lain adalah mengapa Injil-injil yang masuk dalam kanon memasukkan kisah Yudas Iskariot, padahal menurut keterangan para ahli perjanjian baru seperti Robinson, ada kecurigaan bahwa dalam sumber Q sebagai sumber yang tertua, diduga tidak ada teks yang mengkisahkan tentang Yudas Iskariot.19 Pertanyaan yang kemudian muncul adalah apa sebenarnya kepentingan di balik pengkisahan Yudas Iskariot sebagai pengkhianat dalam Injil Yohanes.

Sadar akan keterbatasan waktu dan kemampuan yang di miliki, maka penulis mengangap perlu memberi pembatasan masalah agar penelitian yang akan dilakukan dapat terfokus. Masalah yang akan menjadi fokus penelitian dibatasi pada analisa terhadap apa makna narasi pengkhianatan Yudas Iskariot yang dikisahkan dalam Injil Yohanes.

19 James M. Robinson, The Secrets of Judas: The Story of the Missunderstood Disciple and His Lost

(12)

12

Teks Yohanes 13: 1-35 dipilih untuk menjadi fokus dalam meneliti narasi pengkhianatan Yudas Iskariot karena didasarkan pada pendapat yang dikemukakan oleh Spong dalam bukunya The Sins of Scripture. Dalam tulisan tersebut ia mengatakan bahwa “bahwa agaknya pada waktu tengah malam khususnya memasuki alur perjamuan malam, kisah pengkhianatan diatur sangat dramatis. Menurut Spong hal ini terlalu rapi dan detail untuk menunjukkan apa yang para penulis Injil yakini bahwa perbuatan paling gelap dalam sejarah manusia terjadi pada malam hari. Kisah pengkhianatan pada perjamuan malam lebih mirip sebuah drama liturgis daripada fakta sejarah”.20 Disamping pertimbangan yang telah dikemukakan, teks Yohanes 13: 1-35 dipilih untuk menjadi fokus penelitian karena didalamnya terdapat kata “mengkhianati” yaitu dalam injil Yohanes 13: 2.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dari penelitian ini dapat di ringkas menjadi: apa makna narasi

“pengkhianatan” Yudas Iskariot terhadap Yesus dalam konteks sosio-politik Injil Yohanes?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan maka tujuan dari penelitian ini adalah: memahami ulang makna narasi “pengkhianatan” Yudas terhadap Yesus dalam

konteks sosio-politik Injil Yohanes.

1.5 Metodologi Penelitian

Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah studi hermeneutik dalam perspektif sosio-politik, yang dimengerti sebagai sebuah upaya investigasi untuk menjawab pertanyaan tentang apa yang sebenarnya dikomunikasikan oleh penginjil pada masanya. Penyelidikan tersebut diupayakan dengan melihat susunan bahasa yang memiliki akar pada

(13)

13

sistem, konstruksi serta konteks sosial yang ada dan dialami oleh penginjil.21 Pendekatan ini berguna untuk menguak sejauh mana makna tradisi pengkhianatan dalam Injil Yohanes.

1.6 Signifikansi Penulisan

Kepentingan dari penelitian ini adalah untuk memberikan pemahaman makna tentang

narasi pengkhianatan Yudas Iskariot terhadap Yesus yang terdapat dalam Injil Yohanes.

1.7 Sistematika Penulisan

Skripsi ini dijabarkan dalam lima bab. Bab 1 adalah pendahuluan, bagian ini berisi latar belakang masalah yang mendasari pentingnya diadakan penelitian, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, metodologi, signifikansi serta sistematika penulisan. Bab 2 berisi pemahaman-pemahaman yang dikonsepkan oleh para ahli tentang konteks sosio-politik Injil Yohanes. Bab 3 berisi hasil penelitian terhadap teks Injil Yohanes 13: 1-35 yang memuat narasi pengkhianatan Yudas Iskariot terhadap Yesus ditinjau dari pendekatan hermeneutik berdasarkan perspektif sosio-politik. Bab 4 berisi relevansi hasil penelitian bagi gereja Kristen protestan di Indonesia. Bab 5 berisi uraian tentang pokok-pokok kesimpulan dari penelitian yang dilakukan.

21

Norman K. Gottwald, dkk. The Bible and Liberation: Political and Social Hermeneutics (New York: Orbis Book, 1983) 11, 25.

Referensi

Dokumen terkait

Sistem ini diharapkan dapat menjadi indokator kehadiran dan mengetahui kegiatan mahasiswa setiap hari di tempat pelaksanaan PPL, dengan sistem ini dosen

Untuk itu dukungan atau peran keluarga sangat diperlukan untuk meningkatkan kepatuhan konsumsi tablet besi, jika petugas kesehatan selalu memberikan motivasi diharapkan keluarga

Ditinjau dari hasil analisis kandungan hafnium sebesar 366,9 ppm, tampak bahwa telah terjadi penurunan kandungan hafnium dari 1249 ppm menjadi 366,9 ppm (882,1 ppm), hal

3.11.1.1 Setelah mengamati video kerusakan lingkungan (pemanasan global) siswa dapat mengidentifikasi perubahan lingkungan yang terjadi di lingkungan sekitar.. 3.11.2.1

Ada tiga rasio yang digunakan dalam rasio profitabilitas yaitu rasio profit margin untuk mengukur sejauh mana perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan

Puji syukur kepada Allah SWT atas hidayah dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan judul “SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN KELAYAKAN

Segi produk dapat dilihat dari kandungan gizi yang dimiliki susu sapi tersebut, kualitas gizi yang baik, memiliki varians rasa yang banyak, pengemasan yang menarik

Dampak penelitian pada mahasiswa, diharapkan lebih siap menempuh pengajaran mikro dan Pelaksanaan Praktek Lapangan (PPL) di sekolah. Penelitian dilatar belakangi