• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Pengaruh ROA, ROE, Dan Leverage Terhadap Tingkat Pengungkapan Corporate Social Responsibility Pada Perusahaan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Pengaruh ROA, ROE, Dan Leverage Terhadap Tingkat Pengungkapan Corporate Social Responsibility Pada Perusahaan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Pada abad ke 18 mulai terjadinya revolusi yang ditandai dengan

dominasi penggunaan mesin sebagai alat produksi. Awal dari revolusi ini

memberikan dampak bagi lingkungan sekitar seperti limbah, polusi dan

eksploitasi alam yang mengakibatkan kerusakan lingkungan alam yang pada

akhirnya mengganggu kehidupan manusia.

Pada era globalisasi ini, setiap perusahaan tentu mempunyai beberapa

tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Pada umumnya, tujuan akhir yang ingin

dicapai oleh setiap perusahaan adalah memperoleh keuntungan (profit) yang maksimal. Keuntungan (profit) tersebut lebih sering dijadikan sebagai indikator untuk menilai pencapaian keberhasilan perusahaan dewasa ini.

Kemampuan perusahaan untuk tetap dapat bersaing dalam kompetisi dengan

perusahaan-perusahaan lainnya menuntut perusahaan untuk dapat

meningkatkan profitabilitas.

Selain profit, indikator lain yang tidak kalah pentingnya adalah keberlangsungan (sustainability). Pandangan dalam dunia usaha dimana perusahaan hanya betujuan untuk mencari laba tanpa memperhatikan dampak

yang muncul dari kegiatan usahanya kini sudah tidak dapat dterima lagi.

Kunci utama untuk mencapai keberlangsungan perusahaan adalah adanya

(2)

publik, perusahaan harus memberikan sebuah tanggung jawab terhadap publik

yang disebut dengan Corporate Social Responsibility (tanggung jawab sosial perusahaan).

Istilah tanggung jawab social perusahaan pertama kali ada dalam

tulisan Social Responsibility of the Businessman pada tahun 1953. Konsep yang digagas oleh Howard Rothmann Browen ini menjawab keresahan

masyarakat yang dirugikan oleh kegiatan dunia bisnis. Beliau mengungkapkan

bahwa keberadaan tanggung jawab sosial perusahaan bukan karena

diwajibkan oleh pemerintah atau penguasa, melainkan merupakan komitmen

yang lahir dalam konteks etika bisnis agar sejahtera bersama masyarakat

berdasarkan prinsip kepantasan sesuai nilai dan kebutuhan masyarakat.

Tanggung jawab sosial perusahaan di Indonesia telah diatur sejak

tahun 1994 berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan RI No.

316/KMK/016/1994 tentang Program Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi

oleh BUMN, yang kemudian dikokohkan lagi dengan Keputusan Menteri

Negara Badan Usaha Milik Negara No. Kep-236/MBU/2003 menetapkan

bahwa setiap perusahaan diwajibkan menyisihkan laba setelah pajak sebesar

satu persen sampai dengan tiga persen, untuk menjalankan tanggung jawab

sosial perusahaan (CSR). Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan

Program Bina Lingkungan (PKBL) ini terdiri dari dua kegiatan yaitu program

perkuatan usaha kecil yaitu pemberian pinjaman dana bergulir atau

pendampingan (Program Kemitraan) serta program pemberdayaan kondisi

(3)

jawab sosial perusahaan bukan hanya untuk BUMN, melalui UU No. 25

Tahun 2007 pasal 15(b) dan pasal 16(d) tentang Penanaman Modal, maka

setiap Perseroan atau Penanaman Modal diwajibkan untuk melakukan sebuah

upaya pelaksanaan tanggung jawab perusahaan yang telah dianggarkan

sebagai biaya Perseroan. Kebijakan ini juga mengatur sanksi bagi perusahaan

yang tidak menjalankan kewajiban tersebut.

Corporate Social Responsibility (Tanggung Jawab Sosial Perusahaan) sering dianggap inti dari etika bisnis, yang berarti bahwa perusahaan tidak

hanya mementingkan kepentingan manajemen dan pemilik modal investor

dan kreditor, tetapi juga konsumen, karyawan, masyarakat dan lingkungannya.

Global Compact Initiative (2002) menyebut pemahaman ini dengan 3P (profit, people, planet), yaitu tujuan bisnis tidak hanya mencari laba (profit), tetapi juga mensejahterakan orang (people), dan menjamin keberlanjutan hidup planet ini (Nugroho, 2007 dalam Dahli dan Siregar, 2008). Pengembangan

program-program sosial perusahaan dapat berupa bantuan fisik, pelayanan

kesehatan, pembangunan masyarakat (community development), outreach, beasiswa dan sebagainya.

Seiring meningkatnya loyalitas konsumen dalam waktu yang lama,

maka penjualan perusahaan akan semakin membaik, dan pada akhirnya

dengan pelaksanaan CSR, diharapkan tingkat profitabilitas perusahaan juga

meningkat (Satyo, 2005 dalam Sutopoyudo, 2009). Oleh karena itu, CSR

(4)

peningkatan penjualan perusahaan dengan cara melakukan berbagai aktivitas

sosial di lingkungan sekitarnya.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan perusahaan yang bergerak

di bidang properti sebagai sampel dalam penelitian ini. Karena seperti yang

kita ketahui industri ini merupakan salah satu industri yang sedang

berkembang pesat di Indonesia belakangan ini. Hal ini terlihat dari semakin

maraknya pembangunan perumahan serta hunian yang dirancang dan

disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat yang semakin modern. Industri real estate merupakan bidang industri yang sangat menjanjikan untuk berkembang di Indonesia dengan melihat potensi jumlah penduduk yang sangat besar

dengan angka kepimilikan rumah yang cukup rendah. Kondisi lainnya adalah

semakin meningkatnya daya serap pasar terhadap produk properti serta adanya

usaha-usaha untuk menarik investor yang dilakukan oleh pemerintah. Bidang

industri ini bergerak dalam hal pembangunan yang tentunya mempunyai

hubungan serta pengaruh terhadap lingkungan di sekitarnya. Untuk itu,

penulis tertarik untuk meneliti industri real estate dan properti karena dalam

industri properti ini, program csr sangatlah penting untuk diperhatikan

khususnya dalam pembangunan karena berhubungan langsung dengan

lingkungan.

Penelitian terhadap penerapan program Corporate Social Responsibility (CSR) dan pengaruh serta hubungannya dengan kinerja keuangan telah banyak dilakukan oleh peneliti. Dalam UU No. 40 Tahun 2007

(5)

perusahaan yang melaksanakan kegiatan di bidang atau berkaitan dengan

sumber daya alam wajib melakukan tanggung jawab kepada sosial dan

lingkungannya dengan menyisihkan dari laba bersih untuk melaksanakan

program CSR tersebut. Dengan adanya undang-undang tersebut, diharapakan

tanggung jawab sosial perusahaan bukan hanya menjadi kesukarelaan

perusahaan, tetapi menjadi kewajiban perusahaan. Walaupun program CSR

bersifat sosial, tentu perusahaan ingin menjalankan program yang mendukung

keberlanjutan perusahaan dan memberikan manfaat bagi perusahaan.

Telah banyak penelitian yang meneliti tentang tingkat pengungkapan

corporate social responsibility ini. Akhmad Nurkin (2009) melakukan penelitian tentang pengaruh corporate governance dan profitabilitas terhadap pengungkapan tanggung jawab perusahaan dan menyimpulkan bahwa

profitabilitas yang diukur dengan ROE dan ukuran perusahaan memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial

perusahaan.

Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh Rimba Kusumadilaga

(2010) yang melakukan penelitian tentang pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap nilai perusahaan, yang menyimpulkan bahwa variabel CSR berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan, sedangkan

tingkat profitabilitas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap hubungan

CSR dan nilai perusahaan. Penelitian Fastabiqul (2008) menyatakan bahwa

profitabilitas dan leverage berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung

(6)

antara aktifitas CSR yang dilakukan oleh perusahaan dengan kinerja

keuangan perusahaan.

Selanjutnya, peneliti menggunakan variabel profitabilitas, yaitu ROA

dan ROE sebagai variabel yang akan dilihat pengaruhnya terhadap tingkat

pengungkapan Corporate Social Responsibility dalam penelitian karena secara teoritis semakin tinggi tingkat profitabilitas yang dicapai oleh perusahaan

maka semakin kuat pula hubungan pengungkapan sosial dengan nilai

perusahaan. Begitu juga dengan ratio solvabilitas (leverage), peneliti menggunakan leverage sebagai variabel yang akan dilihat pengaruhnya terhadap Corporate Social Responsibility dalam penelitian ini karena secara teoritis semakin besar aktiva yang berasal dari modal perusahaan

dibandingkan berasal dari hutang perusahaan maka semakin kuat pula

hubungan pengungkapan sosial dengan nilai perusahaan.

Berdasarkan beberapa penelitian tersebut, peneliti ingin mengetahui

sejauh mana perusahaan properti di Indonesia pada era globalisasi ini

menyadari seberapa pentingnya tanggung jawab sosial terhadap masyarakat

baik pelanggan maupun karyawannya. Oleh sebab itu, peneliti akan

melakukan penelitian tentang pengaruh tingkat profitabilitas dan leverage,

atau pun lebih sering dikenal dengan leverage perusahaan, terhadap tingkat

(7)

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diungkapkan di atas, maka

dapat disimpulkan beberapa perumusan masalah sebagai berikut :

1. Apakah pengaruh Return On Total Assets (ROA) terhadap tingkat pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) pada perusahaan properti yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) ?

2. Apakah pengaruh Return On Equity (ROE) terhadap tingkat pengungkapan

Corporate Social Responsibility (CSR) pada perusahaan properti yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) ?

3. Apakah pengaruh Leverage terhadap tingkat pengungkapan Corporate Social Responisbility (CSR) pada perusahaan properti yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) ?

1.3Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui apakah tingkat profitabilitas perusahaan yang dinilai

dari Return On Total Assets (ROA) perusahaan berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) dalam laporan keuangan tahunan perusahaan properti yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia,

2. Untuk mengetahui apakah tingkat profitabilitas perusahaan yang dinilai

(8)

keuangan tahunan perusahaan properti yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia,

3. Untuk mengetahui apakah tingkat Leverage perusahaan berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR)

dalam laporan keuangan tahunan perusahaan properti yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Bagi peneliti, untuk menambah pengetahuan peneliti tentang pengaruh

tingkat profitabilitas dan tingkat leverage perusahaan terhadap tingkat pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) pada perusahaan properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia,

2. Bagi perusahaan, sebagai sumber informasi tentang seberapa besar

pengaruh tingkat profitabilitas dan tingkat leverage perusahaan terhadap tingkat pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR), dan seberapa penting tanggung jawab sosial yang harus dilakukan perusahaan

untuk memperoleh respon positif dari masyarakat demi kelangsungan

perusahaannya,

3. Bagi investor, sebagai bahan untuk dijadikan pertimbangan dalam

menentukan kelayakan untuk menanamkan saham pada perusahaan

properti di Indonesia,

(9)

penelitian selanjutnya, dan sebagai sumber pengetahuan untuk

memperbanyak ilmu tentang pengaruh profitabilitas terhadap tingkat

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui deskripsi Struktur, Nilai, dan Fungsi Syair “Sintung” Di Desa Tambaagung Barat Kecamatan Ambunten Kabupaten Sumenep,

Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa kualitas hidup sekolah pada siswa yang mengalami status gizi lebih dan status gizi normal memiliki persentase yang

Perancangan alat pengendap debu meliputi pembuatan pembangkit tegangan tinggi searah (DC) menggunakan metoda penyearah pengali tegangan atau Walton- Cockroft

Kenaikan konduktivitas pada komposit (Ag 2 S) x (-Al 2 O 3 ) 1-x, seiring dengan kenikan suhu pemanasan dimungkinkan karena perlakuan panas pada bahan komposit

Dari hasil penelitian terhadap siswa SD Inpres Tiwoho yang berusia 9-12 tahun dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara promosi kesehatan

Tempat yang digunakan dalam penelitian adalah untuk pembuatan serbuk daun kelor dilakukan di Perkebunan daun kelor Blora Jawa Tengah, selanjutnya menjadikan

Peserta Didik diharapkan dapat menjelaskan langkah-langkah membuat animasi sederhana menggunakan pemrograman visual versi online dengan mengerjakan evaluasi yang terkait pada

kendaraan “hybrid BED 18” dimana membutuhkan daya minimum sebesar 0.1 HP, maka diperlukan perancangan kontruksi sistem dengan rincian komponen penyusun sistem penggerak