• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS ORGANISASI INTERNASIONAL KHUSUS ibukota

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS ORGANISASI INTERNASIONAL KHUSUS ibukota"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Organisasi Administrasi Internasional

WORLD TRADE ORGANISATION

Disusun oleh :

1. Mulky Belladina

D0413033

2. Khalis Afif

D0413028

3. Khoirunnisa Rahmitasari

D0413029

4. Mentari Dhea

D0413032

5. Nimas Hapsari

D0413036

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

A.

TIPE ORGANISASI

WTO adalah suatu organisasi internasional publik yang berdasarkan prinsip universal.

World Trade Organization (WTO) atau Organisasi Perdagangan Dunia merupakan satu-satunya badan internasional yang secara khusus mengatur masalah perdagangan antar negara. Sistem perdagangan multilateral WTO diatur melalui suatu persetujuan yang berisi aturan-aturan dasar perdagangan internasional sebagai hasil perundingan yang telah ditandatangani oleh negara-negara anggota. Persetujuan tersebut merupakan kontrak antar negara-anggota yang mengikat pemerintah untuk mematuhinya dalam pelaksanaan kebijakan perdagangannya. Walaupun ditandatangani oleh pemerintah, tujuan utamanya adalah untuk membantu para produsen barang dan jasa, eksportir dan importir dalam kegiatan perdagangan. WTO (World Trade Organization) dikatakan sebagai lintas batas nasional dalam perdagangan internasional antar negara dalam hal ekspor impor antara produsen dan konsumen bisa juga dengan perusahaan-perusahaan internasional (MNC). WTO mempunyai mandat yang luar biasa dalam mengelola ekonomi global untuk kepentingan perusahaan multinasional (MNC) serta negara maju, Mandat WTO adalah menciptakan, dan menjalankan peraturan perdagangan bebas menuju “dunia tanpa batas negara”. Akibatnya WTO mempunyai kekuasaan tidak hanya judisial tetapi juga legislatif. Artinya, hukum dan kebijakan nasional haruslah bersesuaian dengan perjanjian WTO, dan bila belum sesuai harus segera diubah.

(3)

memasukkannya, dan pada hari terakhir sekeretariat WTO mengatakan “inilah hasil teks terakhir”. Arus barang, investasi dan jasa dibiarkan bebas tetapi arus teknologi dan tenaga kerja dibatasi, sementara dua hal terakhir diperlukan oleh negara sedang berkembang. Perjanjian WTO dianggap paling tinggi derajatnya oleh negara sehingga menegasikan semua perjanjian internasional lain, termasuk perjanjian lingkungan hidup. Demikian pula peran pemerintahan serta negara di tingkat lokal dan nasional dikalahkan oleh peran pasar dan perdagangan. Disiplin didalam WTO mengikat secara hukum terhadap pemerintah yang sekarang maupun pemerintah di masa depan. Jadi meskipun sebuah partai politik oposisi kemudian menang, ia tidak bisa menjalankan kebijakan baru yang bertentangan dengan aturan-aturan WTO. Dengan demikian suatu negara tidak lagi mempunyai banyak pilihan kebijakan ekonomi.

Prinsip sistem perdagangan yang diterapkan oleh WTO bertujuan untuk melancarkan perdagangan antar negara anggota dengan meminimalisir adanya hambatan perdagangan antar negara. Prinsip-prinsip yang diterapkan WTO antara lain adalah1 :

Non-diskriminasi yang memiliki dua komponen utama yang tertanam dalam aturan WTO atas barang, jasa, dan kekayaan intelektual. Pertama mensyaratkan bahwa anggota WTO harus menerapkan kondisi yang sama pada perdagangan dengan semua anggota WTO lainnya. Kedua, National-treatment yang mengharuskan barang impor harus diperlakukan kurang lebih sama dengan barang produksi dalam negeri.

Reciprocity yang mencerminkan keinginan untuk membatasi penyalahgunaan yang mungkin timbul karena non-diskriminasi dan untuk menghindari adanya free-rider. Konsesi timbal balik berniat untuk memastikan bahwa perdagangan saling menguntungkan akan terwujud.

Binding and Enforceable Commitments. Komitmen tarif yang dibuat oleh anggota WTO dalam negosiasi perdagangan multilateral. Suatu negara dapat mengubah perjanjian, tetapi hanya setelah renegosiasi dengan mitra dagangnya, yang bisa berarti terdapat konsekuensi. Jika renegosiasi tidak berhasil, negara dapat menggunakan prosedur penyelesaian sengketa WTO.

(4)

Transparancy dimana para anggota WTO disyaratkan untuk mempublikasikan peraturan perdagangan mereka, yang memungkinkan lembaga- lembaga WTO untuk meninjau keputusan administratif yang mempengaruhi perdagangan, permintaan informasi oleh anggota lain, dan untuk memberitahukan perubahan dalam kebijakan perdagangan ke WTO. Sistem WTO mencoba untuk meningkatkan prediktabilitas dan stabilitas, mengecilkan penggunaan kuota dan lainnya.

Safety Valves dalam keadaan tertentu, pemerintah dapat membatasi perdagangan. Perjanjian WTO mengizinkan anggota untuk mengambil langkah-langkah memproteksi. 1)Pemerintah memiliki hak untuk bertindak ketika kompetisi semakin kuat dan menekan pesaing domestik, 2) memastikan persaingan sehat; hak untuk mengenakan bea impor yang telah disubsidi dan anti dumping, 3) ketentuan yang memungkinkan intervensi dalam perdagangan untuk alasan ekonomi.

B.

JENIS KEANGGOTAAN

JENIS KEANGGOTAAN WTO:

• Anggota WTO hampir meliputi seluruh negara di dunia, tidak hanya terdiri dari negara-negara. --- separate custom teritory juga, contoh: Hongkong, China-Taipei, Macau-China.

• Negara-negara anggota WTO mewakili 92 % populasi global dan 95% dari total perdagangan dunia.

• Sampai saat ini anggota WTO berjumlah 157.

• Sekitar ¾ anggota WTO adalah negara berkembang.

STRUKTUR ORGANISASI WTO:

(5)

Comittes. General Council memiliki komite yang berbeda, kelompok kerja, dan pihak-pihak yang bekerja diantaranya adalah Perdagangan dan Lingkungan, Perdagangan dan Pembangunan (Sub-komite pada Least Developed Countries), Perjanjian Perdagangan Regional, Neraca Pembayaran dan Anggaran, Keuangan dan Administrasi.

Proses menjadi anggota WTO berbeda untuk setiap negara pemohon, dan tergantung pada tahap negara pembangunan ekonomi dan rezim perdagangan saat ini. Proses ini memakan waktu sekitar lima tahun tetapi dapat berlangsung lebih lama jika negara tersebut kurang dari berkomitmen penuh untuk proses atau jika isu-isu politik ikut campur. Negosiasi aksesi terpendek adalah bahwa Republik Kyrgyz, sedangkan terpanjang adalah bahwa Rusia, yang, setelah pertama kali ingin bergabung pada tahun 1993 dan menjadi anggota WTO pada tanggal 22 Agustus 2012.Top of Form WTO memiliki 159 anggota dan 25 pemerintah pengamat. Anggota WTO tidak harus berdaulat penuh tetapi mereka harus menjadi wilayah pabean dengan otonomi penuh dalam pelaksanaan hubungan eksternal secara komersial seperti Hong Kong.2

C.

TUJUAN UMUM

Tujuan umum dari WTO adalah liberalisasi ekonomi untuk memfasilitasi perdagangan yang diikuti dengan upaya-upaya reduksi untuk penghapusan setiap hal yang memungkinkan menjadi penghambat perdagangan dalam barang dan jasa. Bagi setiap negara anggota yang melakukan tindakan penolakan atau “mengabaikan” kesepakatan-kesepakatan dalam perjanjian (tidak patuh) akan dikenakan tindakan hukum (sanksi) yang ditetapkan dalam mekanisme penyelesaian sengketa (Dispute Settlement Mechanism,-DSM). 3 Selain itu

Pembentukan WTO dan tujuan kebijakan WTO sudah ditetapkan dalam pembukaan persetujuan WTO dimana tujuan tersebut untuk meningkatkan standar hidup, menjamin pekerjaan penuh dan besar dan terus berkembang volume pendapatan rill dan permintaan yang efektif, dan memperluas produksi perdagangan barang dan jasa.4

2 http://komahi.umy.ac.id/2010/12/sistem-perdagangan-internasional-dalam.html diakses pada 16 Oktober 2014 pukul 13.00

3 http://www.pp-frontmahasiswanasional.org/2013/11/wto-adalah-metamorposis-dari-ito.html diakses pada 16 Oktober 2014 pukul 13.05

(6)

Tujuan khusus dari WTO adalah5:

1. Untuk implementasi dari perjanjian WTO, dimana sebagai fasilitas dari implementasi, administrasi, dan pelaksanaan dari perjanjian WTO serta perjanjian multilateral dan plurateral.

2. Forum untuk perundingan peradagangan, dengan memberkan sebuah forum untuk melakukan perundingan diantara anggota, dan merundingkan menyangkut masalah dalam WTO maupun diluar WTO.

3. Sebagai penyelesaian sengketa, yatu sebagai administrasi dalam system penyelesaian sengketa WTO.

4. Mengawasi Kebijakan Perdagangan, yaitu sebagai mekanisme tinjauan dalam kebijakan perdagangan (trade policy review mechanism),

5. Melakukan pengelolaan terhadap pemahaman pada aturan dan mengatur prosedur penyelesaian sengketa (sebagai Dispute Settlement Understanding atau DSU).

6. Melakukan kerjasama dengan organisasi lainnya, yaitu dengan melakukan kerjasama dengan organisasi-organisasi Internasional dan organisasi-organisasi non pemerintah.

D.

PERAN WTO di BIDANG REGIONAL yang DIGELUTI

Sejak didirikan tahun 1995, WTO menjadi salah satu organisasi internasional yang memiliki peran vital di dunia terutama di dalam bidang perdagangan internasional. WTO menjadi satu – satunya organisasi internasional yang khusus menangani perdagangan internasional di dunia yang juga mencakup wilayah regional di suatu kawasan. Jika melihat secara historis, perdagangan internasional bermula dari suatu perjanjian bilateral atau multilateral dimana perjanjian tersebut kemungkinan terjadi di suatu wilayah regional yang menjadi objek kajian WTO. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal, salah satunya adalah kedekatan 2 negara atau lebih yang terletak wilayah regional yang sama.

Secara garis besar, peran WTO dalam sebuah wilayah regional ataupun dunia terdiri beberapa pokok, yaitu :

- Sebagai forum untuk mempertemukan aktor politik internasional atau negara yang memiliki kepentingan di bidang perdagangan. WTO sebagai organisasi internasional berperan sebagai tempat/forum bagi negara – negara untuk mempererat hubungan kerja sama maupun memiliki kepentingan di bidang perdagangan. Tidak hanya itu, WTO juga menjadi tempat untuk membuat agenda, kebijakan, maupun perjanjian sebagai sarana dalam melaksanakan perdagangan internasional. Di wilayah regional, contoh nyata peran

(7)

WTO adalah WTO berperan dalam pembentukan perjanjian ASEAN Free Trade Area (AFTA) sebagai tempat pembentukan dan pihak yang menyetujui.

- Sebagai alat atau pintu gerbang bagi negara untuk memperluas akses pasar dan promosi produk dalam negeri suatu negara. Disini dapat digaris bawahi akses pasar bukan hanya WTO sebagai tempat iklan namun WTO juga berperan sebagai pihak yang menghilangkan sekat – sekat/pengahalang perdagangan yang dapat berupa diskriminasi produk, pengenaan tarif berlebihan, maupun pembatasan kuota diantara kedua negara. Sebagai contoh di wilayah regional, berkat Konferensi Tingkat Menteri (KTM) di Doha yang menghasilkan keputusan Non – Agriculture Market Access (NAMA) yang berisi dikuranginya atau dihapuskannya tarif atas produk non – pertanian sehingga ekspor produk non - pertanian negara di ASEAN mengalami peningkatan yang signifikan terutama Indonesia.

- Sebagai sosok vital yang memainkan peran sebagai pengatur dan membuat aturan – aturan tentang perdagangan internasional dimana aturan – aturan tersebut menjadi sebuah kontrak diantara anggota WTO yang harus dipatuhi dan dilaksanakan guna lancarnya pelaksanaan perdagangan internasional. Sebagai contoh di wilayah regional, yaitu pemberlakuan peraturan AFTA di ASEAN.6

- Sebagai mediator dari sengketa perdagangan internasional antara 2 negara atau lebih. Disini WTO menjadi subjek politik internasional yang memainkan peran sebagai penengah dari sengketa 2 negara atau lebih yang menyangkut perdagangan internasional dimana WTO berwenang untuk mengeluarkan sebuah keputusan atau aturan yang nantinya harus dijalankan oleh pihak – pihak yang bersengketa sebagai jalan keluar. Sebagai contoh di wilayah regional Asia – Pasifik, WTO membantu penyelesaian sengketa impor apel yang dilakukan oleh Australia dari Selandia Baru. Dalam kasus tersebut, Australia menganggap apel dari Selandia Baru mengandung zat yang berbahaya dan memicu timbul penyakit sehingga Australia menerapkan larangan impor terhadap produk apel Selandia Baru. Selandia Baru meninjau kembali produknya yang ternyata secara ilmiah tidak mengandung zat apa yang dituduhkan sehingga Selandia Baru pun mengangkat kasus ini ke WTO karena Selandia Baru menderita kerugian yang cukup banyak. Setelah melalui proses yang lama, WTO pun akhirnya mengambil keputusan untuk memenangkan Selandia Baru karena mendapati Australia tidak konsisten dalam menjalankan Agreement on the Application of Sanitary and Phytosanitary Measures

(SPS Agreement) dan riset – riset yang dilakukan oleh Australia terhadap produk apel

(8)

Selandia Baru tidak sesuai dengan kualifikasi yang ditetapkan WTO tentang pencegahan masuk dan menyebarnya penyakit melalui tanaman dan hewan.7

E.

ANALISIS dalam PENDEKATAN REZIM

Aturan yang dibuat dalam WTO adalah bersifat mengikat bagi anggoa-anggotanya. Organisasi Internasional ini berbasis pada aturan main yang merupakan hasil perundingan. Namun, dalam penyusunan naskah awal kesepakatan dalam WTO dikenal adanya “power block”8 yang disebut quad terdiri dari Amerika Serikat, Canada, Uni Eropa, dan Jepang.

Meskipun, pengambilan keputusan di WTO dilakukan secara konsensus tetapi adanya kekuasaan yang besar tetap berasal dari negara-negara tersebut. Misalnya, ketika proses menuju KTM Doha tahun 20019, negara-negara berkembang yang ikut dalam perundingan

disodori teks-teks “ajaib” yang isinya muncul pada naskah awal tanpa persetujuan sebelumnya. Dan pada hari terakhir, sekretariatan WTO mengatakan “inilah hasil teks terakhir”. Dari sinilah terlihat bagaimana negara-negara maju anggota WTO dalam power block tersebut berusaha mempengaruhi hasil perundingan dalam KTM tersebut. Tentu saja hasil perundingan ini sedikit banyak merugikan negara-negara berkembang yang tergabung dalam keanggotaan WTO. Pengambilan keputusan tetap didominasi negara-negara besar sebagai pemilik kekuasaan riil.

General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) merupakan bentuk umum perjanjian dalam area ekonomi perdagangan. GATT yang berdiri pada 1948 di Jenewa, Swiss, membahas mengenai tarif dan perdagangan (Ford, 2002). GATT lahir dari adanya kebutuhan mengenai aturan yang mengatur mekanisme dagang yang lebih teratur dari bentuk diskriminasi dan pelanggaran kesepakatan dagang yang sebelumnya telah jauh berkembang. Adanya ketimpangan yang muncul karena terlalu dominannya peran Amerika Serikat menyebabkan pihak dari negara berkembang merasa kurang adanya pemerataan hak. Bentuk semacam ini hadir dalam proses pembuatan kebijakan, di mana persetujuan tidak memerlukan ratifikasi parlemen negara anggota, kebijakan hanya merujuk pada negara hegemon yang notabene adalah negara maju. Hingga dibentuknya GATT, yang mana mengupayakan konsepsi Most Favored Nations (MFN), sebagai model peraturan yang condong terhadap emansipasi,

7 http://www.tempo.co/read/news/2010/08/10/090270147/90-Tahun-Bersengketa-WTO-Menangkan-Selandia-Baru diakses pada 14 Oktober 2014 pukul 17.35

8 http://xa.yimg.com/kq/groups/17874381/1662372386/name/WTO+dan+Penjajahan+Kembali+Du diakses pada 17 Oktober 2014 pukul 15.00

9 http://kemlu.go.id/Pages/IFPDisplay.aspx?Name=MultilateralCooperation&IDP=13&P=Multilateral&l=id

(9)

kesamaan dalam pengakuan dan perlakuan sebagai aktor anggota dalam rezim perdangangan. GATT juga memfokuskan pada adanya shared-information atau bentuk transparansi kebijakan antar anggota untuk mewujudkan sistem yang lebih terkondisi.

Dalam perjalanannya, peranan GATT dalam menyelesaikan isu dan menjadi instrumen pengaturan dagang dinilai belum mampu menjalankan mandatnya karena masih banyak kekurangan di sana sini, di antaranya mekanisme aturan yang tidak dapat berjalan efektif sehingga rezim tidak mampu menjadi penengah dalam menyelesaikan pertikaian antar negara anggota, sistem pengaturan, norma serta prosedur penyelesaian masalah yang masih belum mampu menjamin kebutuhan aktor seperti tidak adanya pembahasan yang jelas mengenai komoditi pertanian, legalitas, hingga garansi dan proteksi produk seperti hak cipta (Ford, 2002). Fokus GATT pada distribusi produk barang hingga kurang memperhatikan bentuk jasa yang terjadi serta sifat ad-hoc, berada dalam jangka waktu tertentu sehingga tidak dapat dijalankan secara menyeluruh, melandasi pemikiran anggota untuk meregulasi sistem. Hingga akhirnya pada putaran ke delapan (Uruguay Round 1986-1994), negara anggota memutuskan untuk membubarkan GATT dan membentuk rezim dengan pola dan sistem yang lebih kompleks dalam WTO pada 1 Januari 1995 (Ford, 2002).

Pembentukan WTO menjadi awal gelombang baru dari perubahan sistem perdagangan. WTO telah meningkatkan pengakuan terhadap keberadaan dan keterlibatan negara berkembang dalam menyelesaikan isu dan konflik seperti perumusan mengenai kebijakan pertanian. WTO mengupayakan kesamaan dalam pengakuan pada rezim perdagangan, eksistensi hegemon dasarnya ditiadakan, namun menilik pada bagaimana LBB, yang berkembang dari 14 poin pemikiran Woodrow Wilson dan Norman Angell, sebagi rezim yang pada dasarnya “sempurna” dapat runtuh ketika Amerika sebagai hegemon tidak turut terlibat di dalamnya.10

WTO diharapkan menjadi sarana yang mampu mewujudkan peningkatan kesejahteraan melalui perdagangan. Fokus GATT yang dulunya hanya terkait pada barang, dikembangkan dengan penambahan fokus dagang pada sektor jasa oleh WTO. Belajar dari ketiadaan model penyelesaian konflik GATT, WTO membuat sistem problem solving dalam mekanisme Single

10 http://nidia-masithoh-fisip13.web.unair.ac.id/artikel_detail-103976-Rezim%20Internasional-Transformasi%20Rezim%20Dagang%20Internasional%20GATT%20%EF%83%A0%20WTO.html

(10)

Understanding $1 one vote.11 Perubahan GATT menjadi WTO juga terjadi karena adanya

tuntutan konsepsi globalisasi dalam bentuk perilaku kompleks interdependensi, terutama ekonomi dan pasar dagang, sehingga dibutuhkan suatu wadah yang mengatur jalannya sistem secara lebih jelas dan terakomodir. Di sisi lain, bentuk aktor non negara seperti NGO juga menjadi agen yang membawa nilai baru dalam tuntutan perubahan GATT menjadi WTO. Sistem pasar yang diciptakan dalam pemikiran negara dengan ekonomi kuat pada akhirnya membentuk suatu pola di mana negara ekonomi lemah dan berkembang dituntut untuk meliberalisasikan sistem pasarnya, tetapi di sisi lain bentuk perlindungan terhadap pasar domestik masih tetap dikontrol oleh negara dengan perekonomian kuat. Sederhananya, Amerika sebagai negara ekonomi kuat meletakkan proteksi ke dalam sistem pasar domestiknya melalui peniadaan bea cukai dalam sistem impor, dan sebaliknya liberalisasi negara ekonomi lemah dan berkembang seperti Indonesia nampak pada pengenaan pajak tinggi ketika melakukan transaksi eksportir.

Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa berubahnya rezim perdagangan internasional GATT menjadi WTO dipengaruhi oleh tuntutan kondisi kebutuhan, konsepsi kepentingan, serta kekuatan aktor negara berkembang dalam mendobrak kemapanan sistem yang diciptakan hegemon. WTO sebagai rezim perdagangan merupakan seperangkat prinsip, norma, aturan, dan proses pembuatan kebijakan mengenai pasar, transaksi, ekonomi, serta perdagangan. Atas adanya WTO, negara berkembang mampu mengupayakan tercapainya kesejahteraan dalam domestik negara miskin maupun berkembang. Perkembangan WTO sebagai pemegang kendali dalam sistem pasar dagang internasional tidak hanya berhenti pada transformasi lama, namun bentuk transormasi dan regulasi baru mungkin akan hadir. Karena pada dasarnya WTO memiliki mandat yang mana WTO harus menciptakan dan menjalankan peraturan perdagangan bebas menuju “dunia tanpa batas negara” yang berakibat WTO mempunyai kekuasaan tidak hanya di sektor yudisial tetapi juga legislatif yang berarti hukum serta kebijakan nasional di tiap negara yang terkait dengan bidang perdagangan harus sesuai dengan perjanjian WTO. Perjanjian WTO dianggap paling tinggi derajatnya oleh negara. Disiplin dalam WTO pun mengikat secara hukum terhadap pemerintah yang sekarang maupun pemerintah di masa depan. Dengan demikian negara tidak lagi mempunyai banyak pilihan kebijakan ekonomi ketika telah tergabung dalam WTO.

 DAMPAK KEBIJAKAN WTO terhadap PEREKONOMIAN INDONESIA

(11)

WTO merupakan organisasi yang dibentuk untuk mengatur perdagangan bebas yang pada era globalisasi ini negara-negara banyak yang melakukan perdagangan bebas, WTO sendiri bermula dari Bretton Woods System yang dibentuk oleh Amerika pada tahun 1945. Indonesia adalah salah satu negara yang tergabung dalam WTO mau tidak mau harus menyetujui apapun yang telah menjadi kebijakan WTO. WTO sebagai organisasi internasional yang mengatur tentang perdagangan bebas bertugas untuk mengatur perdagangan bebas yang saat ini telah terjadi. Banyak perdebatan mengenai dampak yang ditimbulkan karena Indonesia telah bergabung dengan organisasi WTO, sebagian berpendapat bahwa Indonesia akan diuntungkan yaitu produknya akan dapat dikenal masyarakat internasional tetapi banyak juga yang meragukan bahwa Indonesia akan mendapatkan keuntungan dari kebijakan WTO tersebut.

Adanya berbagai kebijakan WTO tentu akan mempengaruhi perekonomian Indonesia. Yaitu salah satunya adalah kebijakan WTO juga merupakan salah satu dasar pembentukan kebijakan perdagangan Internasional Indonesia contohnya menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan. Selain itu terdapat kebijakan penghapusan tariff dan hal tersebut tentu akan berdampak kepada Indonesia yaitu dengan adanya penghapusan tariff itu maka akan berdampak pada Neraca Perdagangan. Secara rinci komoditi-komoditi yang mengalami defisit tersebut adalah padi, gandum, jagung, kedele, gula, makanan, manufaktur, dan jasa. Diantara komoditi yang masuk dalam simulasi, defisit terbesar akan terjadi pada komoditi manufaktur yakni US$1.449,58 Juta, sementara komoditi kedua yang defisitnya juga cukup besar adalah padi. Namun demikian, bila dibandingkan dengan nilai ekspor kedua komoditi tersebut, maka persentase defisit untuk komoditi padi ternyata lebih besar karena kontribusi ekspor dan impornya relatif lebih kecil dibandingkan dengan ekspor untuk komoditi manufaktur.

(12)

persentase impor dan ekspor suatu komoditi mengalami penurunan secara bersamaan, namun karena penurunan ekspornya lebih besar maka neraca perdagangannya tetap mengalami defisit. Contoh seperti ini terlihat pada komoditi manufaktur.

Berdasarkan hasil simulasi, impor manufaktur mengalami penurunan 0,51% namun karena ekspornya juga menurun dengan angka yang lebih besar maka neraca perdagangan untuk komoditi ini tetap mengalami defisit. Selain itu sejak berlakunya perjanjian pertanian WTO tanggal 1 Januari 1995, perekonomian gula Indonesia makin terpuruk karena membanjirnya impor, terutama sejak krisis ekonomi 1997 harga dunia yang terlalu rendah telah mengimbas ke pasar dalam negeri sehingga industri gula nasional makin tidak kompetitif. Menghadapi masalah ini pemerintah Indonesia kemudian menempuh kebijakan proteksi yang terdiri dari kebijakan tariff dan non tariff. Pada tahun 2003 tingkat impor adalah Rp550/kg untuk gula mentah dan Rp700/kg untuk gula putih, sedangkan kebijakan non tariff adalah pengaturan, pengawasan dan pembatasan impor. Jika Indonesia menghilangkan kebijakan tersebut maka perekonomian Indonesia kembali terpuruk disisi lain terdapat kebijakan WTO dalam hal pembatasan tariff, oleh karena itu Indonesia harus dapat mengambil sikap apakah Indonesia akan mempertahankan kebijakan proteksi dan berjuang untuk menekan Negara – Negara maju untuk menurunkan subsidi ekspor dan bantuan domestik sehingga harga – harga gula dunia meningkat, atau meningkatkan kualitas pabrik – pabrik gula guna menaikkan daya saing internasional agar tidak kalah dengan negara maju.12

 Terdapat tiga prinsip pokok yang ada dalam WTO yaitu : Most Favoured Nations

(non-diskriminasi), National Treatment (perlakuan nasional) dan Transparancy

(transparansi), yang menjadi pedoman bagi anggota-anggota WTO dalam berinteraksi melakukan perdagangan internasional, sehingga tidak ada diskriminasi dan monopoli . Salah satu tujuan dari WTO adalah menghapus atau mengurangi hambatan yang dapat menggangu kelancaran arus perdagangan barang dan jasa. Namun, pada kenyataannya masih saja ada ketidakpatuhan dari beberapa anggotannya terkait tujuan ini. Contohnya Amerika Serikat yang tetap memberi subsidi pertanian di negaranya dan melarang masuknya hasil pertanian dari negara lain terutama negara berkembang sehingga hasil pertanian AS relatif terjangkau dan terlihat lebih bermutu.

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Referensi buku:

 Ford, Jane. (2002). “A Social Theory of Trade Regime Change: GATT to WTO”.

Dalam International Studies Review, Vol. 4, No. 3. Blackwell Publishing. Hal. 115-138 dalam http://nidia-masithoh-fisip13.web.unair.ac.id/artikel_detail-103976-Rezim %20Internasional-Transformasi%20Rezim%20Dagang%20Internasional%20GATT %20%EF%83%A0%20WTO.html

Referensi web:

 http://www.wto.org/english/thewto_e/whatis_e/tif_e/org7_e.htm

 http://komahi.umy.ac.id/2010/12/sistem-perdagangan-internasional-dalam.html

(14)

 http://www.academia.edu/4704765/The_origins_of_the_WTO

 nano.staff.umy.ac.id/files/2012/04/Ek-Inter3.pdf

 http://igj.or.id/indonesia-dan-akses-pasar-non-pertanian-wto/

 http://www.tempo.co/read/news/2010/08/10/090270147/90-Tahun-Bersengketa-WTO-Menangkan-Selandia-Baru

 http://xa.yimg.com/kq/groups/17874381/1662372386/name/WTO+dan+Penjajahan+ Kembali+Du

 http://kemlu.go.id/Pages/IFPDisplay.aspx?

Name=MultilateralCooperation&IDP=13&P=Multilateral&l=id

 http://nidia-masithoh-fisip13.web.unair.ac.id/artikel_detail-103976-Rezim

%20Internasional-Transformasi%20Rezim%20Dagang%20Internasional%20GATT %20%EF%83%A0%20WTO.html

Referensi

Dokumen terkait

Dalam sistem SMS Gateway memiliki fasilitas auto respon dan dengan mengadopsi aplikasi dari sistem gammu untuk menjembatani antara database SMS Gateway

• Kementerian Ketenagakerjaan.. Jumlah inisiatif penyusunan dan perundingan perjanjian internasional. 1) Negosiasi dan berperan aktif dalam rangka menginisiasi perjanjian

dalam desain media pembelajaran permainan tumbu-tumbu belanga berdasarkan pada karakteristik materi yang lebih dominan kepada teori atau materi yang bersifat

Membuat hardware interface dari suatu peralatan elektronik yang sudah ada pada suatu instansi / laboratorium riset sehingga peralatan tersebut dapat berhubungan

Pertama , hadis tentang hijrah di jalan Allah dan Rasul-Nya, menurut beliau yang dimaksud oleh hadis tersebut selain hijrah secara fisik pindah dari suatu

Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka pemikiran di atas maka dapat diajukan hipotesa sebagai berikut: bentuk kerjasama yang dilakukan Amerika dalam menghadapi ancaman terorisme

Kegiatan pengabdian masyarakat berupa pelatihan daring dengan tema Mendesain Aktivitas Pembelajaran Daring yang Menarik” telah memberikan kontribusi yang cukup

Penelitian ini menyimpulkan ada hubungan kepemimpinan, sumber daya, struktur organisasi, supervisi, pelatihan, desain pekerjaan, koordinasi, dengan kinerja petugas imunisasi