• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS EKONOMI PUBLIK 1 EKSTERNALITAS POS (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TUGAS EKONOMI PUBLIK 1 EKSTERNALITAS POS (1)"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS EKONOMI PUBLIK

EKSTERNALITAS POSITIF INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI KABUPANTEN BOJONEGORO

NAMA : DITA AINUN ASLIHA

NIM : F1117026

KELAS : EKONOMI PEMBANGUNAN TRANSFER (B)

(2)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

Indonesia merupakan negara berkembang. Hal ini dapat ilihat dari demografi penduduk yang cukup besar dan masalah dalam negeri seperti hukum, pertahanan, aspek sosial budaya dan ekonomi. Masalah yang paling mendasar adalah ekonomi. Sekarang ini dipelukan pembangunan yang berfokus pada pembukaan lapangan kerja. Modal pembangunan perlu diarahkan pada modal pembangunan berkelanjutan yang dapat menghasilkan pembangunan keberlanjutan dari sisi ekonomi, sosial, dan lingkungan secara bersamaan dalam dalam tiga jalur perumbuhan yang terus bergerak (Aziz, 2010:23). Ketiga aspek ini dapat dilihat dari PDRB(ekonomi), kesejahteraan masyarakat (sosial) dan kondisi barang-barang yang bersifat publik. Pembangunan ekonomi yang berhasil hendaknya meberikan dampak yang mengutungkan dan meberikan eksternalitas positif terhadap ketiga indikator tersebut.

(3)

Liberalisme perdagangan yang dilakukan dalam pemberlakuan ACFTA tahun 2010 menjadi salah satu permasalahan yang dihadapi UMKM di Indonesia. Pemerintah menyepakati AFCTA tanpa memperhatikan kesiapan UMKM. Dari sisi produksi saja UMKM belum bisa bersaing dimana dari segi kualitas produk dan harga yang kurang bersaing dan kurangnya kesiapan pasar dan kurang jelasnya peta produk impor. Jika kondisi ini terus dibiarkan akan membuat para pelaku UMKM bangkrut. Untuk mengantisipasi hal tersebut diperlukan iklim investasi domestik yang kondusif dalam upaya penguatan pasar dalam negeri. Selain itu para pelaku UMKM juga harus mengembangkan strateginya dengan peningkatan daya saing dan pengembangan sumber daya manusia agar mampu bertahan menghadapi pasar ACFTA. Strategi tersebut dapat dilakukan dengan cara penyaluran kredit usaha rakyat, penyediaan akses informasi pasar, pelatihan manajemen keuangan dan pengembangan teknologi informasi komunikasi.

Di Provinsi Jawa Timur terdapat kabupaten yang terkenal sebagai penghasil kayu jati. Sehingga Kabupaten tersebut terkenal dengan industri pengolahan kayu yang bagus. wajar saja Kabupaten Bojonegoro menghasilkan kayu jati yang bagus karena di wilayak tersebut hutan produksinya paling luas yakni sebesar 93.833,36 (BPS Kabupten Bojonegoro, 2010). Dengan adanya industri pengolahan kayu berarti memanfaatkan potensi alam yang nantinya juga akan mengembangkan perekonomian lokal melalui mengembangkan produksi komoditas unggulan tertentu disini produk unggulannya adalah kayu jati. Selain itu dengan pengembangan ekonomi lokal ini sebagai salah satu cara mewujudkan peraturan tentang otonomi daerah. dimana pemerintah daerah berwenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan yang merupakan peluang bagi pemerintah daerah untuk mengembangkan potensi daerah. Strategi ini akan lebih efektif jika mempertimbangkan mengenai hubungan keterkaitan seluruh sektor ekonomi. Keterkaitan antara satu sektor dengan sektor yang lain akan menambah nilai PDRB. Hal ini berarti masing-masing sektor tidak terlepas satu sama lain untuk membangun perekonomia.

PDRB Menurut Lapangan

Usaha PDRB Atas Dasar Harga Yang Berlaku (Juta Rupia) PDRB Menurut Lapangan

(4)

Pertanian,Kehutanan, dan

Sumber : BPJS Kabupaten Bojonegoro 2018

(5)

dari Sisi PDRB industri Pengolahan Mengalami penurunan tetapi industri pengolahan khususnya industri pengolahan kayu tetap menjadi sektor unggulan. Industri Pengolahan kayu jati dari Bojonegoro bukan hanya dikenal karena bentuk atau modelnya melainkan karena kualitas bahan bakunya yang dikenal bagus dan kualitas kayu jati asal Bojonegoro selama ini tidak ada yag menandingi. Kayu jati yang di hasilkan dari daerah Bojonegoro berwarna merah bata, seratnya rata, kering, padat, dan kuat. Kayu jati itu bila dipakai sebagai bahan baku mabel akah tahan lama hingga puluhan tahun. Permintaan produk pengolahan kayu asal Bojonegoro hingga kini masih tetap tinggi dan akhir-akhir ini poduk pengolahan kayu yang diminati banyak berupa kusen atau ukir-ukiran. Produk pengolahan kayu harganya beragam misalnya produk lemari dipasarkan seharga Rp 2,5 juta – 10 Juta. Satu set bufet dipasarkan mulai harga Rp 3 Juta – Rp 8 Juta, produk kusen dipasarkan seharga Rp 700.000 – Rp 1.000.000. Pasar produk pengolahan kayu cukup luas daerah yang paling banyak meminta hasil produk pengolahan kayu dan ukir-ukiran diantaranya Bandung, Jakarta, dan Bali. Selain itu Industri pengolahan Kayu memberikan banyak lapangan kerja bagi warga Bojonegoro. Banyak anak-anak muda yang bekerja sebagai tukang gosok mabel sementara mereka yang sudah berpengalaman menjadi tukang. Dalam industri pengolahan kayu ini di bagi dua ada yang menyediaka bahan baku kayu jati, ada yang mengolah kayu jati menjadi bahan setengah jadi, ada yang mengolah jadi bahan setengah jadi menjadi produk jadi yang siap dipasarkan.

(6)
(7)

BAB II

RUMUSAN MASLAH 2.1 Rumusan Maslah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas dapat diketahui bahwa industri pengolahan kayu di Kabupaten Bojonegoro merupakan salah satu industri unggulan karena Kabupaten Bojonegoro sebagai penghasil kayu jati dengan hutan produksinya paling luas yakni sebesar 93.833,36 (BPS Kabupten Bojonegoro, 2010). Selain itu industri pengolahan kayu sebagai salah satu cara untuk mengembangkan perekonomian lokal. Maka penulis merumuskan maslah Apakah terdapat eksternalitas positif Industri pengolahan kayu di Kabupaten bojonegoro?

2.2 Tujuan Penulisan

Tujuan pnulisan ini untuk mengetahui apakah terdapat eksternalitas positif industri pengolahan kayi di Kabupaten Bojonegoro

2.3 Manfaat Penulisan

(8)

BAB III KAJIN LITERATUR 3.1 Eksternalitas

Dalam suatu perekonomian modern setiap aktivitas mempunyai keterkaitan dengan aktivitas lainnya dan semakin modren suatu perekonomian semakin besar dan semakin banyak kaitannya dengan kegiatan lainnya. Apabila semua keterkaitan antara suatu kegiatan dengan kegiatan lainnya dilaksanakan melalui mekanisme pasar atau melalui suatu sistem, maka keterkaitan antara berbagai aktivitas tersebut tidak menimbulkan masalah. Akan tetapi banyak pula keterkaitan antar kegiatan yang tidak melalui mekanisme pasar sehingga timbul berbagai macam masalah. Keterkaitan suatu kegiatan dengan kegiatan lain yang tidak melalui mekanisme pasar disebut eksternalitas. Eksternalitas hanyalah apabila tindakan seseorang mempunyai dampak terhadap orang lain (atau segolongan orang) tanpa adanya kompensasi apapun sehingga timbul inefisiansi dalam alokasi faktor produksi. (Guritno Mangkoesorbroto,1993 Chap 6)

Fauzia (2010:19) menyatakan eksternalitas sebagai dampal ( positif dan negatif) atau dalam bahasa formal ekonomi sebagai net cost atau benefit dari tindakan suatu pihak terhadap piak lain. Ada beberapa tipologi eksternalitas menurut kula (dalam fauzia, 2004:20) yaitu :

a. Eksternalitas Teknologi

Terjadi karena adanya perubahan konsumsi produksi oleh suatu pihak terhadap pihak lain yang lebih bersifat teknisi.

b. Eksternalitas Pecuniary

Eksternalitas terjadi karena adanya perubahan harga dari beberapa input maupun otput.

Hartwick an olewiler, 1998 (dalam Fauzia, 2004 :20) menggunakan terminologi lain untuk menggambarkan eksternalitas yaitu :

(9)

Yaitu melibatkan beberapa individu bahkan bisa bersifat bilateral dan tidak menimbulkan limpahan kepada pihak lain.

b. Eksternalitas publik.

Eksternalitas ini terjado manakala barang publik dikonsumsu tanpa pembayaran yang tepat.

Fisher ( Mukhlis, 2009) mengatakan eksternalitas terjadi bila satu aktivitas pelaku ekonomi (baik Produsen maupun konsumen) mempengaruhi kesejahteraan pelaku ekonomi lain dan peristiwa yang ada terjadi diluar mekanisme pasar. Definisi ini menujukkan bahwa eksternalitas timbul tidak hanya dari pihak produsen membebani konsumen, eksternalitas ini dapat muncul dari pihak konsumen atau masyarakat yang sering sekali menjadi penerima eksternalitas. Jadi eksternalitas dapat timbul dari konsumen membebani produsen dan juga dapat timbul dari produsen membebani konsumen dan produsen lain.

Menurut Pigou dalam tarisa 2001 syarat terjadinya eksternalitas ialah :

a. Adanya pengaruh dari suatu tindakan produsen atau konsume kepada pihak lainnya.

b. Tidak adanya kompensasi terhadap akibat-akibat yang ditimbulkannya. Ditinjau dari dampaknya eksternalitas dapat dibagi dua yaitu eksternalitas positif dan eksternalitas negatif. Eksternalitas positif merupakan dampak yang menguntungkan dari suatu tindakan yang dilakukan oleh suatu pihak terhadap orang lain, misalnya penambahan lapangan pekerjaan baru. Sedanglan eksternalitas negatif apabila dampaknya bagi orang lain yang tidak menerima kompensasi sifatnya merugikan. (Guritno Mangkoesorbroto,1993: 110)

(10)

Gambar 3.1

Dari gambar 3.1 diatas dapat ditinjau dari pelakunya dan penderitanya terdapat empat jenis eksternalitas yaitu :

a. Eksternalitas Produsen-Produsen

Seorang produsen dapat menimbulkan eksternalitas positif maupun eksternalitas negatif. Eksternalitas ini terjadi ketika output dan input yang digunakan oleh suatu perusahaan mempengaruhi output dan input yang digunakan oleh perusahaan lain.

b. Eksternalitas Produsen-Konsumen

Eksternalitas ini terjadi ketika fungsi utilitas konsumen tergantung pada otput dari produsen. Jenis eksternalitas terjadi dalam kasus polusi suara oleh pesawat udara dan efek dari emisi pabrik.

c. Eksternalitas Konsumen-Produsen

Jenis eksternalitas konsumen terhadap produsen jarang terjadi dalam praktek. Eksternalitas ini meliputi efek dari kegiatan konsumen terhadap output perusahaan.

d. Eksternalitas Konsumen-Konsumen

Eksternalitas ini terjadi ketika kegiatan suatu konsumen mempengaruhi utilitas konsumen lainnya.

Pelaku Penderita

Produsen Produsen

(11)

BAB IV PEMBAHASAN

Kabupaten Bojonegoro merupakan salah satu daerah yang terdapat di jawa timur. Sektor unggulan dan komoditas unggulan yang dimiliki adalah sektor pertanian, hortikultura, perkebunan, peternakan dan perikanan, sektor migas, sektor pariwisata, dan sektor industri pengolahan. Yang selanjutnya industri pengolahan dikelompokan menjadi dua kelompok yaitu kelompok industri kima, agro dan hasil hutan, dan kelompok industri logam, mesin elektro dan aneka industri. Batasan penulisan ini pada sektor industri pengolahan kayu.

Tabel 4.1

Statistik Industri Bojonegoro 2014-2016

Kelompok Industri 2014 2015 2016

Industri Kimia, Agro dan Hasil Hutan

Unit Usaha 22.716 23.076 23.554

Tenaga Kerja 68.609 70.268 71.713

Penadapatan (Ribuan) 2.165.216.000 2.276.996.672 2.524.499.379 Nilai Produksi (Ribuan) 4.167.902.305 4.401.440.656 4.846.294.263 Nilai Investasi (Ribuan) 205.234.173 284.434.273 277.509.850

Industri Logam, Mesin Elektrik dan Aneka Industri

Unit Usaha 2.176 2.216 2.216

Tenaga Kerja 5.437 5.517 5.630

Penadapatan (Ribuan) 281.780.218 310.499.546 344.249.022 Nilai Produksi (Ribuan) 810.908.000 838.359.649 923.094.640 Nilai Investasi (Ribuan) 14.200.000 12.000.000 13.404.423 Sumber : BPS Bojonegoro 2018.

Eksternalitas positif dari industri pengolahan kayu dapat diihat dari sisi sosial dan ekonomi.

a. Dampak positif

1. Dilihat dari segi ekonomi

Dampak positif yang ditimbulkan dari kegiatan industri pengolahan kayu dari segi ekonomi dapat dilihat dari penyerapan tenaga kerja, pendapatan yang meningkat, dan tumbuhnya usaha lain sebagai pengembangan dari hasil produksi industri pengolahan.

(12)

Untuk memenuhi kebutuhan pokok dan mencapai kesejahteraan hidup seseorang harus memiliki penghasilan baik dengan cara berusaha sendiri/berwiraswasta maupun dengan bekerja diperusahaan. Salah satu permasalahan yang tengah dihadapi pemerintah dan menjadi kekhawatiran masyarakat adalah ketersediaan lapangan kerja. Terkadang harus memenuhi syarat untuk mendapatkan lapangan kerja yang tersedia salah satu syaratnya seperti pendidikan dan pengalaman kerja. Bagi orang yang tidak memenuhi syarat tentu sulit untuk mendapatkan pekerjaan tersebut sehingga terjadi pengangguran. Namun keberadaan industri di tengah masyarakat dapat membuka lapangan kerja baru yang mengurangi angaka pengangguran. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah tenaga kerja yang terserap dalam industri pegolahan kayu dikabupaten bojonegoro dari tahun 2014-2016 selalu mengalami kenaikan. Walaupun data diatas masih dalam bentuk gabungan dari beberapa industri pengolahan dan tidak di jelaskan secara rinci berapa persen kontribusi penyerapan tenaga kerja dari industri pengolahan kayu, tapi industri pengolahan kayu turut ikut andil dalam penyerapan tenaga kerja karena industri pengolahan kayu merupakan industri pengolahan hasil hutan yag termasuk sektor unggulan.

b. Pendapatan penduduk

(13)

langsung dirasakan oleh para pemiliki industri dan sedangkan secara tidak langsung dirasakan oleh masyarakat sekitar industri karena memperoleh pekerjaan tambahan yang nantinya pendapatan ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

2. Dilihat dari segi sosial

Seiring dengan perkembangan industri pengolahan kayu yang dapat dilihat dari jumlah unit industri yang selalu bertambah dan perbandingan lurus antara penyerapan tenaga kerja dan peningkatan pendapatan yang selalu mengalami kenaikan. Maka hal ini berdampak pada banyaknya angaka anak yang bersekolah. Apalagi dulu Kabupaten Bojonegoro pernah menjadi Kabupaten termiskin di jaatimur. Dalam kehidupan sosial di masyarakat pendidikan merupakan hal yang sangat sulit dilakukan pada awalnya karena terkendala oleh biaya yang tinggi dengan adanya industri pengolahan ini maka pendapatan mereka bertambah dan mampu untuk membiayai anaknya sekolah. Dan sekarang ini tingkat masyarakat yang buta huruf juga hanya didominasi oleh manula diatas 60 tahun. Hal ini di dukung hasil sensus bulan maret 2016 (Tabel 3.2) mencatata dari penduduk bahwa dari umur 7-12, 13-15, 16-18,19-24 jumlah yang masih bersekolah lebih tinggi dibndingkan yang tidakbelum pernah sekolah dan tidak pernah bersekolah sama sekali.

Tabel 3.2

Penduduk Menurut Partisipasi Sekolah dan Kelompok Umur Di Kabupaten Bojonegoror Tahun 2016(%)

Sumber : BPS Kabupaten Bojonegoro 2018

(14)

Pertanian dan Kehutanan) dan juga memfasilitasi teknologi yang dinaungi di dalam UPT (Unit Pelaksana Teknis). Untuk mendukung pelaku usaha dalam memaksimalkan produksinya maka Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bojonegoror memasukan Bidang industri hasil pertanian dan kehutanan dalam struktur organisasi dinas. Dengan peyediaan sarana dan prasanana baru menunjang tumbuhnya tenaga kerja baru. Hal ini di karenakan dengan adanya fasilitas yang memadai maka pengusaha kecil yag akan memulai usha mereka di bidang industri pngolahan tidak akan mengalami kesulitan dan memperoleh fasilitas dan tidak akan ragu dalam memulai usaha.

Dalam pembanguna ekonomi melalui industri pengolahan kayu di dukung oleh bahan baku kayu jati yang memadai. Daimana hutan produksi di Kabupaten Bojonegoro lebih dari 40% luas keseluruhan Kabupaten Bojonegoror. Ini menunjukan bahan baku kayu di bojonegoror banyak dan mampu memenuhi kebutuhan para pengusaha tapi tetap saja mereka juga mebeli bahan baku kayu dari luar Bojonegoror seperti dari Cepu, Parengan, Ngawi dan juga jati rogo. Sehinggal hal ini membuat terjadi kerjasama antar daerah.

Kereativitas dan inovasi diperlukan untuk membuat suatu produk yang memiliki daya saing, memiliki pasar sendiri dan memiliki keunikan. Dengan memiliki kreativitas dan inovasi para pengusaha dapat mempertahankan usahanya. Pemerintah dapat turut ikut adil dalam membuat suatu produk yang kreatif dan inovasi. Dimana pemerintah dapat melakukan pelatihan dan pembinaan. Pelatihan diberikan berupa pembarian materi desain terbaru dan praktek mengukir agar mereka memiliki ciri khas. Pembinaan dilakukan dari sisi manajemmen yang diharapkan dari pembinaan inia agar mananjmen lebih tertata.

Dilakukannya pelatihan, pembinaan, dan pemberian fasilitas membuka peluang bagi masyarakat untuk mebuat usaha industri pengolahan baru yang nantinya akan berdampak pada pendapatan masyarakat. Pendapatan masyarakat meningkat dikarenakan adanya penekanan biaya pada produksi yang dibantu oleh pemerintah dan pengrajin mendapatkan bekal dalam memproduksi dari pelatihan dan juga dari modal yang disediakan pemerintah.

(15)

a. Fakor pendukung

1. Potensi berupa kayu

Adanya kayu yang menjadi bahan baku utama dri keberlangsungan setra ini menjadikannya potensi yang mendukung berjalannya pengembangan. Hal ini ditunjukkan dengan melimpahnya sumber daya alam yang ada di kabupaten Bjonegoror sendiri serta tercukupi pasolan dai daerah laon

2. Ketersidiaan sumber daya manusia

Sumberdaya manusia merupakan hal penting di kareaka pengerak dari industri ini.

3. Pembiayaan

Pembiayann dari pemerintah lewat modal. Pelaku usaha yang telah memiliki usaha kecil apapun akan dibantu pemerintah lewat bantuan modal.

b. Faktor penghambat 1. Sifat pasif pengerajin

Pengerajin telah mampu mejual produksinya sehingga membuat mereka pasif dan sulit menerima motivasi untuk menghasilkan produk yang berdaya saing tinggi.

2. Sifat individualisme pengrajin.

(16)

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan

Dari hasil pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa industri pengolahan kayu di Kabupaten Bojonegoro memiliki eksternalitas positif. Eksternalitas positif tersebut dapat dilihat dari sisi ekonomi dan sosial. Dimana dari sisi ekonomi eksternalitasnya berupa peningkatan pedapatan, penyerapan tenaga kerja sedangkan deksternalitas positif dari sisi sosialnya berupa banyaknya angaka anak yang bersekolah. Selain itu eksternalitas positif lainnya yaitu dengan adanya industri pengolahan kayu dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk pembangunan ekonomi lokal karena pembangunan ekonomi lokal ini berdasarkan penggalian sektor produksi unggulan yang bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat.

5.2 Saran

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Mangkoesoebroto Guritno. (1993). Ekonomi Publik. Edisi ketiga cetakan pertama. Yogyakarta : BFE

Astuti Tri, Tadjuddin Parenta dan Hamid Paddu. (2014). Penerapan Kegiatan Industri Pengolahan Terhadap Pecemaran Lingkungan Di Sulawesi Selatan. Jurnal Analisis Volume 3. Juni 2014. Diakses Tanggal 4 Januari 2018.

From:http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/aae9f0e628fd3ba4800e7b0c07778551.pdf Cahyani, Okkie Pritha, Hery s.J.N. Sriwiyanto. Yogi Pasca Pratama. Bhimo Rizky Samudro. ( Maret 2015). Batu Nisan: Pola Pengrajin Dan Korelasinya Terhadap Budaya (Studi Kasus Kampung Gondang Kelurahan Manahan). Jurnal Ilmu Ekonomi dan Pembangunan vol 15.1. Di akses tanggal 4 Januari 2018.

From : https://jurnal.uns.ac.id/jiep/article/view/9898

Cyrilla.L, Salundik dan H. Muhasibi. (2016). Dampak Elsternalitas Peternakan Kambing Perah Terhadap Kehidupan Masyarakat Sekitar. Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan. Volume 4. 3. Diakses tanggal 4 Januari 2018.

From :http://jesl.journal.ipb.ac.id/index.php/ipthp/article/view/14583

Dzaki aulia dan Agung Sugiri. (2015). Kajian Eksternalitas Industri Pengasapan Ikan Di kelurahan Bandarharjo Kecamatan Semarang Utara. Jurnal Teknik PWK Undip. Volume 4.1. Diakses Tanggal 4 Januari 2018. From https://ejournal3.undip.ac.id

Fathurrozi Fahmi, agus Luthfi, Moh Adenan. ( 2016). Eksternalitas Industri Di Kota Probolinggo. Di akses Tanggal 4 Januari 2018. From : http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/75534

Fatimah, Yuni Faridatul. "Studi Industri Kerajinan Gerabah Kasongan di Desa Bangunjiwo Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul." Geo Educasia-S1 vol 1.1. Diaskses Tanggal 4 Januari 2018. From: http://journa;.students.uny.ac.id

Hanim Wasifah. (Maret 2015). Menggali Potensi Ekonomi Lokal Dengan Pendekatan Input-Output Studi Di Provinsi Kalimantan Selatan. Jurnal Akutnasi dan Ekonomi. Vol 1. 1. Diakses tanggal 4 januari 2018. From https://repository.widyatama.ac.id

Husen, Chalid, David Kaluge, and Yogi Pasca Pratama.( November 2015). Kajian Nilai-Nilai Pancasila Di Sektor Perbankan: Peningkatan Peran Perbankan Dalam

Pemerataan Sebagai Wujud Dari Keadilan Sosial di Perekonomian Indonesia. Jurnal Ilmu Ekonomi dan Pembangunan . vol 15.2. Di akses tanggal 4 januri 2018.

From : https://jurnal.uns.ac.id/jiep/article/view/9902

Pamungkas, Luky Handianto Adi, Susilo Susilo, and Yogi Pasca Pratama.(Maret 2015) "Peranan Pertanian Sistem Arealan dan Penanggulangan Kemiskinan di Pedesaan (Studi Kasus Desa Manukan Kecamatan Kalitidu Kabupaten Bojonegoro). Jurnal Ilmu Ekonomi dan Pembangunan vol 15.1. Di askses tanggal 4 Januari 2018.

(18)

Risal Semuel, DB. Oaranoan dan Suarta Djaja. (November 2013). Analisis Dampak Kebijakan Pertambangan Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Di Kelurahan Makroman. eJournal Administrative. Volume 1.1. Diaks Tanggal 4 januari 2018. From : http://ar.mian.fisip-unmul.ac.id

Setyanto, Alief Rakhman, Bhimo Rizky Samudro, and Yogi Pasca Pratama.(2017) Kajian Pola Pengembangan UMKM Di Kampung Batik Laweyan Melalui Modal Sosial Dalam Menghadapi Perdagangan bBebas Kawasan Asean. Etikonomi .Vol 14.2. Oktober 2015. Di akses tanggal 4 Januari 2018

From :https://jurnal.uns.ac.id/jiep/article/viewFile/9910/8826

Setyanto, Alief Rakhman, et al. (2015).Kajian Strategi Pengembangan UMKM Melalui Media Sosial (Ruang Lingkup Kampung Batik Laweyan). Sustainable Competitive Advantage (SCA) 5.1. Di akses tanggal 4 januari 2018.

From : http://www.jp.feb.unsoed.ec.id

Snudin, an Afri awang, Ronggo Sodono, dan Ris Hadi Purwanto. (Februari 2015). Kontribusi Sektor Kehutanan Terhadap Perekonomian Wilayah Kasus Provinsi wilayah lampung. Jurnal Bumi Lestari. Volume 15 .Diakses Tanggal 4 Januari 2018.

From : https://ojs.umud.ac.id

Sutarjo. Eksternalitas Pedagang Kaki Lima. Di askses Tanggal 4 Januari 2018. From : http://Jurnal.unpad.ac.id

Syafruddin, Eki, Ghozali Maskie, and Yogi Pasca Pratama. ( November 2017). Kajian Operasional Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dan Kesejahteraan Masyarakat Nelayan (Studi Kasus Desa Watukarung Kecamatan Pringkuku Kabupaten Pacitan). (2014). Jurnal Ilmu Ekonomi dan Pembangunan . Vol 14.2. Di akses tanggal 4 Januari 2018. From: https://jurnal.uns.ac.id/jiep/article/view/9882

Veronika Vivin. (Oktober 2016). Eksternalitas Industri Batu Bata Terhadap Sosial Ekonomi Di Kecamatan Tenaya Raya. Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Ilmu Ekonomi. Vol 2.2.Di akses tanggal 4 januari 2018.

From: https://jom.unri.ac.idindex.php/JOMFEKO/articel/view

Widyawan, Vallen Laurinda Defrina.(2015). Pengembangan Industri Pengolahan Kayu Sebagai Upaya Pengembangan Ekonomi Lokal (Studi Pada Desa Sukorejo, Kecamatan Bojonegoro, Kabupaten Bojonegoro). Jurnal Administrasi Publik . Vol 3.7. Di akses tanggal 4 Januari 2018.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Bojonegoro. (2018). Data PDRB Berdasarkan Lapangan Usaha. https://bojonegororkab.bps.go.id

Gambar

Gambar 3.1 Produsen
Tabel 4.1
Tabel 3.2 Penduduk Menurut Partisipasi Sekolah dan Kelompok Umur Di

Referensi

Dokumen terkait

+DO LQL MXJD GLQ\DWDNDQ ROHK 6DQL ³EDKZD SHUDZDWDQ rambut wanita yang menggunakan kerudung harus dilakukan, perawatan tersebut memperhatikan jenis bahan kerudung, jangan

Faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan program Jampersal berasal dari pelaksana maupun dari masyarakat (pengguna Jampersal). Adapun hambatan yang berasal dari

:ari pengertian kompon" diketahui bah*a dalam proses pembuatannya digunakan baha-bahan kimia yang ditambahkan pada bahan baku karet untuk  memperoleh si'at 'isik

Bentuk penyertaan dari kedua pelaku ini merupakan bentuk MEDEPLEGEN (orang yang turut serta melakukan, orang yang dengan sengaja turut berbuat / turut

KEL DOSEN PEMBIMBING NO NIM NAMA MAHASISWA JUDUL PROYEK DOSEN PENGUJI 5 615100050 Miranda PERANCANGAN DESAIN INTERIOR "YAYASAN.. TALI KASIH" PRIMARY & JUNIOR HIGH SCHOOL

Peneliti selanjutnya diharapkan untuk mengkaji lebih banyak referensi yang terkait dengan strategi pemasaran online terhadap minat beli konsumen di kota Makassar agar

Konsentrasi terendah bahan pada tabung yang ditunjukkan dengan hasil biakan yang mulai tampak jernih (tidak ada pertumbuhan mikroba) adalah KHM dari bahan uji. Selanjutnya biakan

Berbagai cara yang telah dilakukan dan diupayakan dalam pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak,namaun pada kenyatannya hasil belajar yang