• Tidak ada hasil yang ditemukan

ROKOK BOM BUNUH DIRI doc

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ROKOK BOM BUNUH DIRI doc"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

ROKOK = BOM BUNUH DIRI

Menurut data dari Pusat Penelitian Biomedis dan Farmasi Badan Penelitian Kesehatan;Departemen Kesehatan RI, Jakarta.Banyak di era globalisasi saat ini,negara-negara berkembang menjadi sarang dari penyakit tidak menular (PTM) atau Non communicable Disease (NCD) seperti hipertensi yang bisa menyebabkan penyakit jantung, Diabetes Melitus, kanker, dan depresi dimana penyakit-penyakit ini akan segera menggantikan penyakit menular.

(2)

menurunkan prevalensi hipertensi dan mencegah komplikasinya di masyarakat.

Menurut data yang saya dapatkan dari Badan Pusat Penelitian Biomedis dan Farmasi Badan Penelitian Kesehatan;Departemen Kesehatan RI, Jakarta , penyakit tidak menular (PTM) atau Non Communicable Disease (NCD) ini harus dicegah dengan menerapkan beberapa program yang dapat dijalankan oleh pemerintah dalam menanggulangi PTM yang programnya akan saya paparkan dalam esai ini.Salah satu contoh kasus yang akan saya ambil adalah hipertensi. Langkah pemerintah salah satunya untuk mengurangi PTM contohnya hipertensi ini bisa juga dengan memusnahkan rokok dari Indonesia karena hipertensi bisa disebabkan oleh pola gaya hidup yang tidak sehat contohnya merokok, apalagi kita juga tahu pemakaian rokok sedang marak-maraknya di Indonesia.

Salah satu PTM yang menjadi masalah kesehatan yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai The silent killer. Di Amerika, diperkirakan 1 dari 4 orang dewasa menderita hipertensi. Apabila penyakit ini tidak terkontrol, akan menyerang target organ, dan dapat menyebabkan komplikasi serangan jantung dan stroke serta dapatmenyebabkan peluang 7 kali lebih besar terkena stroke, 6 kali lebih besar terkena congestive heart failure dan 3 kali lebih besar terkena serangan jantung.

(3)

kardiovaskular Oleh sebab itu, penyakit hipertensi harus dicegah dan diobati. Hal tersebut merupakan tantangan kita di masa yang akan datang.

Seseorang yang mempunyai kelebihan berat badan lebih dari 20% dan hiperkolesterol mempunyai risiko yang lebih besar terkena hipertensi. Faktor risiko tersebut pada umumnya disebabkan pola hidup (life style) yang tidak sehat / Sedentary life style. Faktor sosial budaya masyarakat Indonesia berbeda dengan sosial budaya masyarakat di negara maju, sehingga faktor yang berhubungan dengan terjadinya hipertensi di Indonesia kemungkinan berbeda pula.

(4)

(sumber : http://www.who.int/countries/idn/en/ )

(5)

Masalah hipertensi yang ditemukan adalah besarnya prevalensi di Indonesia dan di setiap provinsi. Prevalensi hipertensi berdasarkan pengukuran termasuk kasus yang sedang minum obat, secara nasional adalah 32,2%. Prevalensi tertinggi ditemukan di Provinsi Kalimantan Selatan (39,6%) sedangkan terendah di Papua Barat (20,1%). Prevalensi hipertensi nasional berdasarkan pengukuran saja adalah 28,3%; Provinsi dengan prevalensi tertinggi tetap Kalimantan Selatan (35,0%), yang terendah juga tetap Papua Barat (17,6%).

Berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan pasien yang mengalami hipertensi dan mengkonsumsi obat, prevalensi secara nasional hanya 7,7%, dimana prevalensi yang tertinggi di dapatkan di Sulawesi Utara (11,4%), dan terendah di Papua (4,2%). Cakupan tenaga kesehatan terhadap hipertensi adalah 24,2%, dan dua provinsi dengan cakupan tenaga kesehatan yang cukup tinggi adalah Sulawesi Utara (37,4%) dan Papua Barat (35,3%), sedangkan terendah ditemukan di Sulawesi Barat (13,9%).

(6)

(Sumber: Maj Kedokt Indo, Volum: 59, Nomor: 12, Desember 2009)

(7)

tidak ada perbedaan proporsi asupan sayur-buah yang berarti antara kelompok hipertensi dan kelompok kontrol, dan risiko hipertensi yang ditemukan tidak ada risiko hipertensi juga ditemukan tidak berbeda menurut konsumsi makanan manis, makanan asin, maupun makanan yang berlemak. Pola konsumsi yang ditemukan meningkatkan risiko hipertensi adalah konsumsi minuman berkafein >1 kali/hari, yaitu 1,1 kali dibanding yang minum <3 kali/bulan.

Smet (dalam Komasari & Helmi, 2000) menyatakan bahwa usia pertama kali merokok pada umumnya berkisar antara 11 – 13 tahun dan pada umumnya individu pada usia tersebut merokok sebelum berusia 18 tahun. Data WHO juga semakin mempertegas bahwa jumlah perokok yang ada di dunia sebanyak 30% adalah kaum remaja. Penelitian di Jakarta menunjukkan bahwa 64,8% pria dan dengan usia diatas 13 tahun adalah perokok (Tandra, 2003). Bahkan menurut data pada tahun 2000 yang dikeluarkan oleh Global Youth Tobacco Survey (GYTS) dari 2074 responden pelajar Indonesia usia 15 – 20 tahun, 63% pria mengaku pernah merokok (“Mengapa,” 2004).

(8)

menghisap satu sampai empat batang dalam sehari, sementara siswa kelas tiga mengkonsumsi rokok lebih dari sepuluh batang perhari (Sirait, dkk, 2001).

Tandra (2003) menyayangkan meningkatnya jumlah perokok di kalangan remaja meskipun telah mengetahui dampak buruk rokok bagi kesehatan,dan menyebutkan bahwa 20% dari total perokok di Indonesia adalah remaja dengan rentang usia antara 15 hingga 21 tahun. Meningkatnya prevalensi merokok di negara-negara berkembang,termasuk di Indonesia terutama di kalangan remaja menyebabkan masalah merokok menjadi semakin serius (Tulakom & Bonet, 2003).

Hampir sebagian remaja memahami akibat-akibat yang berbahaya dari asap rokok tetapi mengapa mereka tidakmencobaatau menghindar perilaku tersebut? Ada banyak alasan yang melatarbelakangi perilaku merokok pada remaja. Menurut Kurt Lewin (dalam Komasari & Helmi, 2000), perilaku merokok merupakan fungsi dari lingkungan dan individu. Artinya, perilaku merokok selain disebabkan faktor-faktor dalam diri juga disebabkan faktor lingkungan. Menurut Erickson (Komasari & Helmi, 2000), remaja mulai merokok berkaitan dengan adanya krisis aspek psikososial yang dialami pada masa perkembangannya yaitu masa ketika mereka sedang mencari jati dirinya.

(9)

yang terus merokok dalam jangka waktu panjang akan menghadapi kemungkinan kematian tiga kali lebih tinggi dari pada mereka yang bukan perokok (“Mengapa.” 2004).

Referensi

Dokumen terkait

3,

Data yang telah terkumpul diatas kemudian dihitung untuk menghasilkan nilai total calon karyawan untuk setiap kriteria utama (MC1, MC2, MC3 dan MC4) dengan mengkalikan skor dari

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ekstrak kulit buah manggis memiliki kandungan total fenolik dan aktivitas antioksidan yang besar, dengan

Mata kuliah Keilmuan dan Ketrampilan (MKK) II.1... Mata kuliah Keahlian Berkarya (MKB)

Berdasarkan Tabel 4.2 didapatkan hasil frekuensi kemampuan pengelolaan posyandu pada saat pretest berdasarkan pendidikan, berhubungan dengan pengetahuan terdapat

karena adanya minat. biasanya apa yang paling disukai mudah sekali untuk diingat. Sama halnya dengan siswa yang berminat pada suatu mata pelajaran tertentu akan menyukai

Kepedulian Lingkungan Bagi Peserta Didik SMP Negeri 3 Surabaya. Pada hakekatnya tingkah laku peserta didik SMP Negeri 3 Surabaya itu baik, hal ini sesuai dengan

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan lembar kerja peserta didik non eksperimen pada materi kesetimbangan kimia kelas XI IPA SMA N 8 Muaro Jambi yang layak menurut