• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian Pengkajian Dasar Sistem Fuzzy

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Penelitian Pengkajian Dasar Sistem Fuzzy"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

ABSTRAK

Dunia teknik kendali tidak terlepas dari ilmu tentang sistem kendali cerdas yang didukung oleh matematika dan sekelompok teori sepertipemrograman menggunakan linguistik. Banyak jenis persamaan yang sering digunakan, dimulai dari persamaan diferensial, transformasi Laplace, persamaan sistem diskrit dan transformasi-z, hingga ke respon waktu yang diolah dengan banyak teori. Perancangan sistem dapat berupamatematika belaka, dan dapat dibawa ke sistem digital yang kesemuanya menggunakan proses secara analitik dan logika, dan dalam bidang ilmu teknik elektro perencanaan seperti ini dapat diperoleh pada konsentrasi teknikkendali.

Secara khusus pada konsentrasi sistem kendali juga diperlukan sistemkendali terbarukan, sehingga diperlukan suatu pemahaman sederhana merancang sistem kendali logika fuzzi sehingga mahasiswa dapat memahami perilaku sistem fuzzi yangberkembang. Dalam memahami logika fuzzi lebih benar dan tepat, mahasiswa dapat melakukan simulasi numerik, sehingga diperlukan satu metoda khusus yang dapat memberikan simulasi secara numerik, sehingga perobahan subset fuzzi dan perilakunya dalam dunia kendali digital dapat difahami dalam keperluan simulasi.

Rancangan sebuah Pengendali Digital berbasis Logika Fuzzi adalah salah satu metoda untuk merancang sistem kendali digital yang cerdas. Akan tetapi solusi iini memerlukan sebuah tahapan atau proses pengkajian dan perhitungan yang panjang dan berulangulang, dan untuk dapat menghasilkan data fuzzi, data numerik dan data grafik dibutuhkan metoda pemograman yang cepat.

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR i

ABSTRAK iii

DAFTAR ISI iv

I. PENDAHULUAN 1

I.1. Latar Belakang 1

I.2. Perumusan Masalah 3

I.3. Tujuan 4

I.4. Kontribusi Penelitian 5

II. TINJAUAN PUSTAKA 5

II.1. Plant Dalam Sistem Kendali 6

II.2. Metoda Fuzzi 8

II.2.1 Fuzzification Interface 14

II.2.2 Decision Making Logic 17

II.2.3 Defuzzification Interface 20

II.3. Program Komputer Matlab 23

III. DESAINSISTEM KENDALI LOGIKA FUZZI 26

III.1. Teori Dasar Desain 26

III.2. Membangun Program Simulasi Plant 28

III.3. Membangun Program Fuzzifikasi 30

(6)

III.5. Program Lengkap Sistem Kendali Logika Fuzzi 41

IV. HASIL PENELITIAN DESAIN SISTEM KENDALI

LOGIKA FUZZI BERBASIS PROGRAM MATLAB 45

IV.1. Analisis Respon Awal 45

IV.2. Perubahan Parameter Fungsi Keanggotaan Fuzzi 46 IV.2.1. Perobahan Parameter Fungsi Keanggotaan Error 46 IV.2.2. Perobahan Parameter Fungsi Keanggotaan Error 48 IV.2.1. Perobahan Parameter Fungsi Keanggotaan Control Input 50

IV.3. Perubahan Parameter Pengendali 52

IV.3.1. Perobahan Tambahan Parameter Fungsi Control Input 53

IV.3.2. Perobahan Parameter Gain 57

V. KESIMPULAN 59

V.1. Kesimpulan 59

V.2. Saran 60

(7)

I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Suatu sistem fisik disebut dengan plant, dimana plant adalah suatu sistem yang akan dikendalikan seperti motor arus searah untuk penggerak mini robot, plant juga dapat berupa sistem boiler dalam pembangkit listrik tenaga uap dan lain sebagainya. Persamaan suatu plant dapat diperoleh dengan memberikan pemodelan pada plant dimaksud, dan pemodelan tersebut dinamakan pemodelan sistem fisik ke dalam bentuk matematik, dan pemodelan sistem fisik selanjutnya diuraikan dalam bentuk matematis dimana bentuk ini dapat dianalisis lebih lanjut sesuai dengan keperluan, misalnya untuk simulasi dalam hal menampilkan respon waktu. Pemodelan matematis dari suatu sistem yang memiliki dinamika diberikan dengan menggunakan persamaan diferensial dalam kawasan waktu kontinyu. Persamaan diferensial dapat juga ditransformasikan ke bentuk Transformasi Laplace untuk memudahkan solusi jika diberikan fungsi penggerak kepada plant dimaksud, dan solusinya dikembalikan kedalam kawasan waktu. Persamaan diferensial dalam bentuk kawasan waktu dapat dibentuk menjadi persamaan diferensi dalam kawasan waktu diskret, dan persamaan diferensi dapat ditransformasi ke dalam bentuk Ttransformasi-Z. Solusi yang diberikan oleh transformasi-Z dikembalikan juga tetap kedalam kawasan waktu diskret, untuk keperluan simulasi respon.

(8)

yang responnya cepat atau lambat dan memiliki sifat respon transient yang mungkin disertai overshoot atau dengan redaman kecil ataupun dengan redaman cukup atau redaman lebih. Solusi yang diberikan secara umum memaparkan respon dimaksud dalam bentuk matematis, akan tetapi jika berbicara dengan dinamika suatu sistem, solusi yang diperlukan adalah dalam bentuk grafis, sehingga perilaku respon dapat diamati dan karakteristik suatu sistem dapat diketahui dari hasil grafis yang diperoleh.

Dalam dunia sistem kendali, semua sistem dimodelkan dalam bentuk transformasi Laplace atau transformasi-Z, dan karakteristik sistem dimaksud diamati dari persamaan karakteristik sistem yang diberikan. Selanjutnya jika diinginkan menganalisis karakteristik sistem dimaksud setelah diberikan sinyal penggerak tertentu, maka mungkin akan dijumpai respon sistem yang belum sesuai dengan keinginan. Oleh karena itu dibutuhkan sistem pengendali pada suatu plant, sistem itu boleh saja menggunakan kompensator lag atau lead atau gabungannya, boleh juga menggunakan Proporsional-Integral atau Proporsional-Integral-Derivative. Tetapi ada juga perencanaan sistem kendali menggunakan sistem optimal, sistem adaptif, tetapi salah satu dari bentuk sistem kendali terbarukan adalah bentuk Fuzzy Logic Controller ( FLC ) atau disebut dengan Sistem Kendali Logika Fuzzi.

Sistem Logika Fuzzy diperkenalkan oleh seorang ilmuwan bernama Zadeh, dan desain dengan fuzzi sudah menjadi terkenal dan aktif digunakan dalam dunia sistem kendali, dan berhasil cukup luas dalam aplikasi teori set fuzzi. (Dalam tulisan ini Fuzzy Logic hanya diindonesiakan dengan Fuzzi).

(9)

tanpa perlu mengetahui analisis data kuantitatif yang berhubungan dengan proses evaluasi fungsi transfer yang menyangkut hubungan input-output.

Penggunaan program simulasi dalam sistem diskret bahwa proses yang dilakukan akan dihitung secara step by step dengan interval waktu k, sehingga akan memperoleh iterasi yang cukup banyak jika waktu yang diberikan cukup lama dengan interval waktu atau perioda waktu yang kecil. Oleh karena itu perhitungan numerik tidak dapat dilakukan lagi dengan manual, dan menggambarkan solusi grafis juga tidak dapat lagi dilakukan secara manual. Oleh karena itu, persoalan matematis dan numerik dimaksud dapat diselesaikan menggunakan software khusus pemograman dalam bentuk matematik yang dikenal dengan software matrix laboratory atau dikenal dengan nama matlab.

Software matlab sudah bergembang dari versi dos versi 3,5 hingga versi windows pertama dengan versi matlab for windows 4,0 dan 4,2. Sekarang ini software ini berkembang hingga ke matlab for windows versi 6.1, 7 dan versi 8. Akan tetapi versi 4.2 dan versi 6.1 sudah cukup memadai jika yang dikerjakan adalah solusi grafis dengan metoda Runge-Kutta dan untuk penggunaan Sistem Kendali Logika Fuzzi (SKLF).

I.2. Perumusan Masalah

(10)

pengendalian dan umpan balik yang berulang ulang hingga diperoleh kondisi steady state (kondisi keadaan tunak).

Sebagai hasil final yang diharapkan, bahwa sistem fuzzi itu sendiri terdiri dari 3 hubungan pembagian dikenal dengan three-fuzzy-partition-terms atau tiga pembagian set-fuzzi. Set fuzzi pertama untuk error, set fuzzi kedua untuk perobahan error, dan set fuzzi ketiga untuk kendali plant. Ketiga pembagian dimaksud memiliki masing-masing 2 parameter, satu parameter yang sama untuk daerah positip-negatip, dan satu lagi parameter untuk daerah zero. Kedua parameter tersebut memiliki batas kemiringan, untuk error adalah parameter a dan b, untuk perobahan error adalah parameter c dan d, dan untuk kendali plant adalah parameter e dan f. Ada dua parameter lain yaitu m dan K. Parameter m, yaitu batas absolut maksimum dari kendali plant untuk positip-negatip dan parameter K untuk membatasi gain (penguatan) dari kendali plant.

Maka yang menjadi masalah utama adalah menyelidiki perilaku respon ditinjau dari tiga hal yaitu : overshoot, osilasi dan error steady state, jika dilakukan perobahan pada 8 jenis parameter pengendali fuzzi dimaksud yaitu parameter a,b,c,d,e,f dan m serta K.

I.3. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini ada dalam dua hal sebagaiberikut :

(11)

2. Diharapkan para ilmuwan yang bergerak dalam dunia sistem kendali digital dapat menggunakan metoda ini sebagai salah satu metoda dalam solusi desain sistem kendali single input single output dalam sistem waktu diskret, dengan harus memperkirakan perilaku dinamik yang ditimbulkan oleh delapan parameter pengendali Sistem Kendali Logika Fuzzy untuk ketiga set-fuzzi yang digunakan.

I.4. Kontribusi Penelitian

Penelitian ini dengan bidang Sistem Kendali Logika Fuzzi akan memberikan kontribusi kepada ilmuwan khususnya Mahasiswa dan Dosen di Program Studi Teknik Elektro dalam beberapa hal yaitu,

1. Lebih memberi kemudahan dalam mendesain sistem kendali berbasis cerdas dengan menerapkan pola berpikir manusia.

2. Mendapat pengetahuan tambahan dalam penggunaan program komputer matlab yang sudah familiar di PSTE, sehingga mahasiswa dapat lebih bersemangat menggunakan matlab.

(12)

TINJAUAN PUSTAKA

II. 1. Plant dalam Sistem Kendali

Secara umum plant dalam sistem kendali dibentuk dari susunan bentuk persamaan diferensial orde ke-satu hingga orde ke-n yang bersifat linier, dan dapat dituliskan seperti pada persamaan (2-1).

u

Persamaan diferensial di atas dapat lebih mudah diselesaikan dengan menggunakan metoda solusi Transformasi Laplace. Akan tetapi dalam sistem kendali digital, persamaan diferensial tidak lagi digunakan, karena solusinya untuk membangun simulasi respon waktu harus menggunakan metoda lain seperti metoda Runge-Kutta. Selanjutnya persamaan yang diperoleh dengan Transformasi Laplace akan dikonversi ke bentuk diskret yaitu transformasi-Z, dengan syarat semua kondisi awal untuk setiap perioda waktu yang diberikan diketahui.

Bentuk transformasi fungsi waktu ke dalam bentuk fungsi frekuensi dalam transformasi Laplace diberikan pada persamaan (2-2).

(13)

dimana,

F(s) : Fungsi Laplace

f(t) : plant dalam bentuk fungsi dari waktu s : variabel Laplace fungsi dari frekuensi

Contoh sistem yang memiliki fungsi waktu f(t) dan transformasi Laplace F(s) diberikan pada Tabel 2-1.

Tabel 2-1. Transformasi Laplace beberapa Fungsi

No. F(t) F(s) Nama Fungsi

Bentuk transformasi dari fungsi waktu diskret ke dalam bentuk transformasi-z diberikan pada persamaan (2-3).

(14)

Oleh karena itu plant dalam sistem kendali diskret memiliki fungsi transfer dalam variabel z, dan memiliki bentuk umum seperti pada persamaan (2-4).

) Y(z),U(z) : keluaran dan masukan dari plant

B (z),A(z) : pembilang dan penyebut dari fungsi transfer d : variabel waktu delay input-output

II. 2. Metoda Fuzzi

Konsep fuzzi diawali dengan setumpuk pernyataan yang dikenal dengan istilah if then rule. Sebagai contoh, jika udara panas dalam satu ruangan, maka dibukalah jendela. Jika udara masih tetap panas, maka hidupkanlah kipas angin. Selanjutnya jika udara masih tetap panas, matikanlah kipas dan tutuplah jendela kemudian hidupkanlah air condition. Demikianlah konsep fuzzi if then rule, yang dicoba akan diterapkan dalam desain sistem kendali digital.

(15)

Tiga aspek dasar yang diperlukan dalam menentukan model sistem fuzzi, yaitu :

1. Mencari asal-usul gambaran bahasa yang digunakan 2. Menentukan cara implementase dari model fuzzi.

3. Menggunakan secara efektif perpaduan dari data fuzzi dan data numerik.

Model dari sebuah fuzzi terdiri dari sejumlah pengertian dasar dalam bentuk :

Jika u1 adalah A1,

u2 adalah A2,

...

uk adalah Ak

maka

y = o + 1 u1 + 2 u2 + . . . + k uk (2-1)

Untuk memahami sistem fuzzi seperti itu diperhatikan beberapa hal : 1. Susunan variabel dalam implikasi dasar adalah :

u1, u2 , . . . uk.

2. Fungsi keanggotaan set-fuzzi dalam implikasi dasar adalah : A1 , A2 , . . . , Ak.

3. Parameter dalam bentuk dasar adalah,

o , 1 , 2 . . . , k

(16)

Fokus desain dalam Fuzzy Logic Controller (disingkat FLC atau diterjemahkan dengan Sistem Kendali Logika Fuzzy disingkat dengan SKLF) adalah meniru perilaku operator manusia. Tahap pertama yang dilakukan adalah memodelkan sistem dengan menggunakan persamaan diferensial. Selanjutnya pengendalian dilakukan dengan sistem cerdas berbasis aturan fuzzi, dengan proses model logika berfikir manusia, dimana seorang manusia dapat mahir setelah melalui pelatihan, sehingga manusia mampu memanipulasi sistem. Pergeseran akan terjadi karena proses seseorang yang dilibatkan untuk mengubah pendekatan biasa ke sistem kendali otomatik.

(17)

Gambar 2.1 Diagram Blok Sistem Kendali Logika Fuzzi

Basis dari suatu atau FLC memiliki diagram blok seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.1, terdiri dari empat komponen dasar : (1) pertama, sebuah Fuzzification Interface (FI) sebagai perantara fuzzifikasi yang berfungsi seperti sebuah pengobah analog ke digital dalam komputer digital ; (2) kedua, sebuah Decision Making Logic (DML) sebagai logika pengambilan keputusan, berfungsi sebagai sebuah pengendali digital ; (3) ketiga, sebuah Defuzzifikation Interface (DI) sebagai perantara defuzzifikasi layaknya seperti sebuah pengubah digital ke analog juga dalam komputer digital ; (4) dan kempat, sebuah Knowledge Base (KB) sebagai basis pengetahuan, yang berfungsi seperti teorema kendali digital. Fungsi dari setiap komponen dijelaskan sebagai berikut :

FI : Komponen FI membentuk fungsi berikut ini : a. Mengukur nilai dari variabel-variabel input

b. Pemetaan skala, yang mentransfer batas dari nilai input ke nilai tertentu yang yang bersesuaian yang dikaji secara ilmiah.

(18)

DML : Komponen DML adalah inti dari FLC. Komponen ini memiliki kemampuan mensimulasikan pengambilan keputusan manusia yang didasarkan pada konsep fuzzi. DML dapat menaksir aksi kendali fuzzi dari aksi implikasi fuzzi dan mengatur keputusan dalam logika fuzzi.

FI : Komponen DFI membentuk fungsi berikut ini :

a. Pemetaan skala, yang mengubah batas nilai variabel output ke nilai tertentu yang yang bersesuaian yang dikaji secara ilmiah. b. Defuzzifikasi, yang menghasilkan suatu aksi kendali non-fuzzi

suatu keputusan aksi kendali fuzzi.

KB : Komponen KB terdiri dari basis pengetahuan tentang domain aplikasi dan goal pengendalian yang akan dicapai. KB terdiri dari basis data suatu basis aturan kendali bahasa fuzzi ( linguistic fuzzy control rule base).

a. Suatu basis data menyediakan ketentuan yang diperlukan untuk digunakan untuk mendefinisikan aturan-aturan kendali dan manipulasi data fuzzi dalam FLC.

b. Karakteristik basis aturan tentang goal kendali dan pengawasan kendali dari domain cerdas dengan menggunakan aturan kendali linguistik.

(19)

Gambar 2.2. Respon Sistem Sebagai Acuan Berpikir Fuzzi

Grafik yang ditunjukkan pada Gambar 2.2 adalah respon output suatu plant dengan masukan fungsi unit step, memiliki redaman kurang dari satu. Selisih masukan dengan keluaran disebut dengan error E, sedangkan selisih error untuk setiap waktu disebut dengan DE.

Jika besarnya keluaran lebih besar dari besarnya masukan maka error E akan bertanda negatip, dan jika besarnya keluaran lebih kecil dari besarnya masukan maka error E bertanda positip, berarti jika besarnya keluaran sama dengan besarnya masukan error sama dengan zero (nol). Sedangkan jika error sekarang saat waktu t lebih besar dari error sebelumnya saat waktu t-t, maka perobahan error DE akan bertanda positip, dan akan bertanda negatip jika error sekarang lebih kecil dari error sebelumnya, serta akan bertanda zero jika error sekarang sama dengan error sebelumnya.

(20)

II. 2.1 Fuzzification Interface

Proses Perantara Fuzzifikasi FI adalah suatu prosedur penilaian subjektif (berdasar pokok) yang mengubah hasil pengukuran ke suatu nilai subjektif, dan dapat didefinisikan sebagai pemetaan dari suatu ruang input yang diamati ke suatu set-fuzzi dalam input tertentu sebagai kajian ilmiah universal.

Gambar 2.3. Representasi Fungsi Keanggotaan A, B dan J

(21)

Fungsi keanggotaan dari suatu sistem dengan tiga keanggotaan Error E, Derivative Error DE dan nilai Control Input CI adalah seperti ditunjukkan pada Gambar 2.3. Ketiga E, DE dan CI disatukan kedalam partisi tiga set-fuzzi (three fuzzy partitions), dimana batas E dan DE berada dalam range [-1,1] dan batas CI berada dalam range [-5,5]. Masing-masing set-fuzzi memiliki tiga daerah, daerah subset fuzzi Negatip (N), daerah subset fuzzi Zero (Z) dan daerah subset fuzzi Positip (P).

Error E ditandai dengan set fuzzi A, dan perobahan error DE ditandai dengan set fuzzi B. Baik A ataupun B akan memiliki fungsi anggota A dan B. Kemudian setiap fungsi anggota akan memiliki tiga daerah, daerah negatip N, daerah zero Z dan daerah positip P.

Jika E = 0,3 (error = 0,3) ini disebut sebagai error Z dan error P, karena jika ditarik ke garis ordinat akan menyentuh daerah Z dan P. Derajat kebenaran (degree of truth) untuk Z adalah AZ (0,3) = 0,25 dan untuk P AP(0,3) = 0,6. Untuk error negatip simbol ditandai dengan AN. Dengan demikian untuk nilai error E = 0,3 akan ditransfer nilai crisp kepada dua subset fuzzi Z dan P untuk E pada Gambar 2.3, yaitu dengan (0,3 , 0,25)Z dan (0,3 , 0,6)P.

Dari Gambar 2.3 fungsi keanggotaan untuk error E yang termasuk kepada N adalah seperti pada persamaan (2-4).

(22)

(2-5)

(2-6) Dengan cara yang sama, definisikanlah pada DE tiga variabel lain, yaitu

BN, BZ , BP , dan fungsi keanggotaan untuk error DE yang termasuk kepada N, Z dan P adalah seperti pada persamaan (2-7), (2-8) dan persamaan (2-9).

(2-7)

(2-8)

(2-9)

(23)

(2-10)

(2-11)

(2-12)

II. 2.2 Decision Making Logic

Decision making Logic (DML) akan menggunakan dua dari ketiga set fuzzi yang dibentuk yaitu A dan B. Penggambaran Knowledge Base yang akan mengambil keputusan dari fungsi keanggotaan error E dan perobahan error DE harus didasarkan pada basis pengetahuan yang berasal dari respon plant dari Gambar 2.2. Setiap titik referensi pada Gambar 2.2 akan memberi arti yang diuraikan pada basis pengetahuan pada Tabel 2-2 dan Tabel 2-3.

(24)

Tabel 2-2. Titik Referensi Basis Pengetahuan 2

Jika Tabel 2-1 dan Tabel 2-2 disusun sedemikian rupa sesuai dengan urutannya pada sebuah tabel matrik 3 x 3 maka akan diperoleh sebuah tabel baru untuk DML rule antara E vs DE seperti pada Tabel 2-3.

Terdapat dua keputusan ganda antara E pada P dan DE pada N yaitu menghasilkan CI pada posisi P atau Z, boleh dipilih salah satu tergantung keperluan, dan demikian juga untuk E pada N dan DE pada P yaitu menghasilkan CI pada posisi N atau Z, juga boleh dipilih salah satu tergantung keperluan.

(25)

Basis pengetahuan memiliki sifat-sifat khusus yang merupakan gabungan dan irisan, irisan digunakan untuk harga minimum dan gabungan digunakan untuk harga maksimum. Maksimum dan minimum adalah pilihan yang digunakan untuk setiap pengambilan keputusan.

Misalkan bahwa error E = 0,3 maka dari fungsi keanggotaan pada persamaan (2-4) sampai (2-6), diperoleh dua crisp yaitu (0,3 , 0,25)AZ dan (0,3 , 0,6)AP. Selanjutnya untuk error derivative DE = -0,3 maka dari fungsi keanggotaan pada persamaan (2-7) sampai (2-7), diperoleh hanya satu crisp yaitu (-0,3 , 0,75)BN.

Untuk mengambil keputusan dengan aturan DML pada E dan DE, diperlukan dua aturan dari Tabel 2-1 dan Tabel 2-2, yaitu :

Jika E memiliki AZ dan DE memiliki BN keputusannya pada rule nomor 2 adalah bahwa CI memiliki JN (negatip).

Sedangkan jika E memiliki AP dan DE memiliki BN keputusannya pada rule nomor 6 adalah bahwa CI memiliki JP (positip).

Aturan DML dimaksud secara universal dituliskan dengan :

R = (E and DE CI) (e,de,ci) = [ AE(e) BDE(de) ]JC(ci)

= AE(e) BDE(de) JC(ci) (2-13) ( ∩ adalah lambang and atau irisan )

Selanjutnya untuk itu dibuat DML :

Rule 2 : JN(ci) = min [ AZ(0,3) , BN(-0,3) ] = 0,25 0,75 = 0,25

(26)

II. 2.3 Defuzzification Interface

Strategi yang dilakukan pada proses perantara defuzzifikasi DFI adalah suatu pemetaan dari aksi kendali fuzzi yang didefinisikan di atas suatu output universal dari kajian ilmiah kedalam ruang aksi kendali non-fuzzi. Tujuannya adalah menghasilkan aksi kendali non-fuzzi yang memberi hasil terbaik untuk kemungkinan pendistribusian suatu keputusan aksi kendali fuzzi.

Kenyataan yang ada oleh Lee 1990 dapat dijelaskan bahwa ada kriteria yang dapat digunakan untuk melakukan penentuan aksi kendali non-fuzzi yang digunakan adalah kriteria Centre of Area (COA). Strategi COA adalah untuk menentukan titik berat atau titik keseimbangan antara hasil yang diakibatkan oleh J pada N, Z dan P yang akan menghasilkan aki kendali pada CI.

Ditinjau dari kedua hasil yang diperoleh dari DML sebelumnya, maka interpretasi dari defuzzifikasi kedua JN dan JP yang diperoleh adalah seperti ditunjukkan pada Gambar 2.4. Defuzzifikasi adalah basis aturan paling akhir dalam pengambilan keputusan sistem kendali logika fuzzi. Setelah dipadukan beberapa basis pengetahuan, maka hasil keputusan akhir adalah dengan memilih titik keseimbangan yang diperlukan, seperti ditunjukkan pada Gambar 2.4.

(27)

Nilai JP = 0,6 dari hasil keputusan E dan DE menghasilkan crisp pada daerah positip dari subset fuzzi CI, dan nilai tersebut diberlakukan pada persamaan (2-12) memberi hasil perhitungan,

JP(ci) = 0,6 = 0,25 ci

Sehingga diperoleh ci = 2,4.

Nilai JN = 0,25 dari hasil keputusan E dan DE menghasilkan crisp pada daerah negatip dari subset fuzzi CI, dan nilai tersebut diberlakukan pada persamaan (2-10) memberi hasil perhitungan,

JN(ci) = 0,25 = -0,25 ci

Sehingga diperoleh ci = -1,0.

Kedua hasil ci tersebut memiliki perpaduan crisp seperti pada Gambar 2.5, dan akan memberi hasil input kendali dengan angka tertentu setelah strategi defuzzifikasi, dengan menggunakan persamaan (2-12).

(28)

Maka titik berat sebagai hasil strategi COA dengan menggunakan persamaan (2-13) diperoleh dengan:

4

Dalam hal ini control input CI yang dihasilkan dengan strategi proses fuzzifikasi adalah cicrisp = 1,4.

Konsekuensi pengambilan keputusan adalah menentukan nilai pengendali sesaat CI setelah digunakan basis pengetahuan untuk data E dan DE. Penentuan cicrisp dimaksud yang ditetapkan dengan kriteria metoda titik

berat suatu sistem, setiap saat dilakukan jika terjadi loop berikutnya. Setelah nilai E dan DE diperoleh pada fase berikutnya, maka proses yang sama untuk menentukan cicrisp harus dilakukan seperti cara di atas.

II. 3. Program Komputer MATLAB

(29)

Gambar 2.5 adalah tampilan window Workspace sebagai zona kerja pada layar matlab. Gambar 2.6 adah tampilan window disaat diinginkan menunjukkan hasil grafis perhitungan dengan variabel tertentu. Sedangkan Gambar 2.7 adalah tampilan window saat diperlukan pengeditan program yang akan dieksekusi dengan matlab. Tampilan window Gambar 2.5 dan Gambar 2.6 dapat ditampilkan lebih dari satu, sesuai dengan jumlah gambar dan pengeditan yang dilakukan.

(30)

Gambar 2.6 Window Grafik Matlab 6.1

(31)

Pemrograman dalam matlab tidak berbeda dari program lain seperti basic dan pascal, dimana matlab dapat memiliki program utama dan dapat memiliki sejjumlah sub-program yang akan dieksekusi secara bersama-sama. Yang menarik dan penting dalam matlab adalah bahwa telah tersedia sejumlah fungsi penting dan sub-rutin program yang dapat digunakan secara langsung, misalnya matriks dan prosesnya seperti plot, step, invers dan lainnya sudah tersedia, dan lebih luas bahwa pembuatan grafis juga sudah tersdia secara lengkap. Pengguna program ini juga dapat menambahkan subprogram lainnya yang dibangun secara tersendiri dan digunakan secara bersama-sama dengan subprogram yang sudah ada disediakan matlab.

(32)

III. DESAIN SISTEM KENDALI LOGIKA FUZZI

III.1. Teori Dasar Desain

Desain sistem kendali adalah suatu proses dalam pengolahan error sebagai selisih antara input dan output untuk diolah sedemikian dalam membangun sinyal akan akan diberikan kepada suatu plant. Sinyal error diolah dengan proses fuzzifikasi dan menghasilkan nilai yang disebut dengan set fuzzi, selanjutnya diproses dengan aalgoritma pengambilan keputusan dengan basis data fuzzi, dan hasil proses ini diolah ulang dengan proses dufuzzifikasi untuk memberikan sinyal kendali ke suatu plant. Proses itu berlangsung terus menerus hingga satu waktu diperoleh respon steady state.

 

Gambar 3.1 Struktur Sistem Pengendali Logika Fuzzi

Langkah-langkah yang perlu dibangun delam desain sistem kendali untuk proses kendali digital adalah :

(33)

Jika plant memiliki fungsi transfer dengan persamaan,

maka persamaan diferensi untuk suatu plant orde kedua dsiberikan oleh,

2

dan memberikan persamaan diferensi,

y(k) = - a1 y(k-1) – a2 y(k-2) + b0 u(k-1) + b1 u(k-2)

u(k-1) dan u(k-2) diperoleh dari nilai u(k) setelah berjalan waktu diskret, demikian juga y(k-1) dan y(k-2) diperoleh dari nilai y(k) juga setelah berjalan waktu diskret, sementara a1 , a2 , b0 dan b1 adalah parameter

dari plant.

2. Langkah kedua adalah membangun persamaan fungsi keanggotaan yang mengacu kepada persamaan (2-4) sampai dengan persamaan (2-9). Fungsi dimaksud harus sudah diterapkan dalam bentuk sub-program yang setiap saat dapat digunakan dalam simulasi sistem kendali.

3. Langkah ketiga adalah membangun program untuk merealisasikan DML yang didasarkan pada KB dengan menggunakan Tabel 2-1 dan Tabel 2-2 atau dengan Tabel 2-3.

(34)

III.2. Membangun Program Simulasi Plant

Jika persamaan plant yang digunakan adalah

y(k) = - a1 y(k-1) – a2 y(k-2) + b0 u(k-1) + b1 u(k-2)

maka proses simulasi dalam matlab adalah seperti berikut ini :

y(k), y(k-1) dan y(k-2) dalam bentuk matlab ditulliskan dengan :

yk, yk1, yk2.

u (k), u(k-1) dan u(k-2) dalam bentuk matlab ditulliskan dengan :

uk, uk1, uk2.

Parameter a1 , a2 , b0dan b1 dituliskan dengan dengan,

a1, a2, b0, b1.

Selanjutnya simulasi plant memerlukan waktu diskrit, dapat dipilih tertentu sampai dilihat respon keadaan tunak, misalnya dipilih k dari 0 sampai 200.

Untuk proses sistem loop tertutup dalam mensimulasikan plant, maka program yang digunakan adalah sebagai berikut :

clear

% Plant :

b = 3 ; a1 = 1 ; a0 = 0 ;

ns = b ; ds = [1 a1 a0] ;

T = 0.1 ;

[nz,dz] = c2dm(ns,ds,T,'zoh') ;

% Simulasi :

(35)

yk = 0 ; yk1 = 0 ; yk2 = 0 ;

(36)

Gambar 3.2. Representasi Respon Plant Awal

Spesifikasi dasar, plant memiliki overshoot 60%, respon berosilasi, kondisi keadaan tunak terjadi pada k = 120 dengan output y(k) = 1 pada input yang diberikan r(k) = 1, sehingga error e(k) = 0.

Diinginkan setelah dilakukan pengendalian, bahwa overshoot dan osilasi harus dikurangi sebaik mungkin, dan error steady state harus dijaga tetap sekecil mungkin.

III.3. Membangun Program Fuzzifikasi

(37)

Error dan Derivative Error dibuat memiliki batas -1 sampai 1, dan mengacu pada persamaan (2-4) sampai persamaan (2-9) dibuat program seperti berikut ini.

function [A,B] = fuzzy (e , de)

% fuzzifikasi untuk e dan de untuk memperoleh miuA dan miuB :

(38)
(39)

Hasil uji coba program di atas dapat dilakukan dengan memberikan program utama untuk error sebagai berikut :

(40)

AP(i) = 1/b*E(i) ; end

if e>=b & e<=1

AP(i) = 1 ;

end end

plot(E,AN,E,AZ,E,AP),grid

xlabel('error'),axis([-1.2 1.2 -0.2 1.2])

Dan memberikan hasil gambaran fungsi keanggotaan error seperti gambar 3.3.

Gambar 3.3. Representasi Fungsi Keanggotaan Error

Program utama untuk derivative error adalah sebagai berikut :

% Menggambarkan Membership Processors % untuk error-dot de :

b = 0.4 ; % batasan N dan P a = 0.2 ; % batasan Z

m = 0.1 ; % pembagi antara -1 dan 1

for i = 1:21

% Memberships of de :

(41)

DE(i) = de ;

% 1. Menggambar BN :

if de>=-1 & de<=-b BN(i) = 1 ;

if de>=-1 & de<=-a

BZ(i) = 0 ;

if de>=-1 & de<=0

BP(i) = 0 ;

xlabel('errordot'), axis([-1.2 1.2 -0.2 1.2])

(42)

Gambar 3.4. Representasi Fungsi Keanggotaan Derivative Error

Dapat disimpulkan bahwa hasil pemrograman cukup bagus sesuai dengan teori.

III.4. Membangun Program Defuzzifikasi

Dalam simulasi diperlukan menentukan nilai control input setiap saat. Program utama untuk control input adalah sebagai berikut :

% Menggambarkan Membership Processors

% untuk sinyal kendali CI :

b = 4 ; % batasan N dan P a = 2 ; % batasan Z

m = 0.1 ; % pembagi antara -1 dan 1

for i = 1:11

% Memberships of ci :

c = (i-6) ;

CI(i) = c ;

% 1. Menggambar JN :

(43)

JN(i) = 1 ;

xlabel('control input'), axis([-6 6 -0.2 1.2])

(44)

Gambar 3.5. Representasi Fungsi Keanggotaan Control Input

Berbagai cara dilakukan dengan teknik pemrograman dalam matlab, maka diperoleh program defuzzifikasi yang sudah diuji seperti berikut ini :

function Ccrisp = defuzzy (A,B) % proses defuzzifikasi :

% Basis Pengetahuan matriks ( 3 x 3 ):

J11N = min(A(1),B(1)); J12N = min(A(1),B(2));

J13N = min(A(1),B(3));

J21N = min(A(2),B(1)); J22Z = min(A(2),B(2));

J23P = min(A(2),B(3));

J31P = min(A(3),B(1)); J32P = min(A(3),B(2));

J33P = min(A(3),B(3));

% parameter penguatan.

m = 1.0 ; % nilai absolut maksimum dan minimum u.

g = 1*m ; f = 0.8*m ; e = 0.2*m ; % standar buku

% penetapan nilai Ccrisp :

(45)
(46)

Cnum = C11*J11N + C12*J12N + C13*J13N + C21*J21N + C22*J22Z + C23*J23P + C31*J31P +

C32*J32P + C33*J33P ;

Cden = J11N + J12N + J13N + J21N + J22Z + J23P + J31P + J32P + J33P ;

Ccrisp = Cnum / Cden ;

% return.

Contoh penggunaan program ini adalah sebagai berikut :

Jika diketahui bahwa A dan B sudah diperoleh dari program fuzzifikasi, maka selanjutnya hasil tersebut digunakan untuk menentukan nilai control input dengan membuat,

Ccrisp = defuzzy (A,B)

Dan akan menghasilkan angka langsung seperti berikut ini : Untuk e = 0,3 dan de = -0,3 dilakukan pemrograman dengan. [A,B]=fuzzy(0.3,-0.3)

menghasilkan

A = [ 0 0.2500 0.6000 ] dan

B = [ 0.7500 0 0 ] Selanjutnya dibuat,

CI = defuzzy (A,B) Menghasilkan

(47)

III.5. Program Lengkap Ssistem kendali Logika Fuzzi

Kemudahan dalam melakukan perobahan paramter diperlukan dalam simulasi, oleh karena itu diperlukan cara yang mudah untuk memperoleh respon output yang diinginkan. Cara yang dilakukan adalah dengan membangun program lengkap untuk sebuah sistem kendali logika fuzzi dengan mengikut sertakan dua sub-program utama yaitu fuzzi dan defuzzi.

Program yang dibangun dengan menggunakan semua data pada sub-bab sebelumnya adalah sebagaiberikut :

(48)
(49)

Gambar 3.6. Representasi Respon Plant Awal

Hasil dari program di atas ditunjukkan seperti pada Gambar 3.6.

Program berhasil dijalankan, dan memberi hasil yang diharapkan. Dan pada tahap awal tanpa merubah spesifikasi awal, bahwa respon yang dihasilkan dengan sistem kendali logika fuzzi lebih baik, ditinjau dari perbandingan respon awa Gambar 3.2 dengan respon setelah dikendali fuzzi gambar 3.6.

Spesifikasi respon setelah dikendali terlihat bahwa overshoot adalah 40 % < dari sebelumnya yang 60 %, osilasi berkurang dan waktu steady state lebih cepat yaitu pada k = 80 sedangkan sebelumnya pada k = 120.

(50)
(51)

IV. HASIL PENELITIAN

DESAIN SISTEM KENDALI LOGIKA FUZZI

BERBASIS PROGRAM MATLAB

IV.1. Analisis Respon Awal

Ditinjau sebuah plant orde kedua (atau orde ke satu tipe 1 dengan umpan balik 1) yang memiliki respon wal seperti pada Gambar 4.1. Spesifikasi awal dengan overshoot 60%, berosilasi 3 kali, dan waktu steady state k = 120 dengan error adalah nol. Respon seperti ini dianggap kurang baik, maka overshoot haruslah maksimum 25 % dengan error ~ nol.

Gambar 4.1. Representasi Respon Awal Plant

(52)

dengan batas tertentu, untuk error dan derivative error adalah minimum dan maksimum[-1 , 1], sedangkan untuk control input dibuat batas minimum dan maksimum adalah m*[-1 , 1], dimana m dapat diubah sesuai keperluan.

Respon output diinginkan memiliki nilai overshoot dan waktu steady state yang lebih baik, dan sedapat mungkin nilai error dipertahankan nol.

IV. 2. Perobahan Parameter Fungsi Keanggotaan Fuzzi

Program matlab sudah diberikan pada Bab III, tetapi yang menjadi tahapan desain adalah menyelidiki perilaku sistem kendali logika fuzzi dengan mengamati perobahan parameter pengendalinya.

Parameter terdiri dari dua macam, parameter fuzzi dan parameter pengendali. Parameter fuzzi terdiri dari tiga macam, yaitu a dan b untuk error, c dan d untuk derivative error, parameter e dan f untuk control input. Sedangkan parameter pengendali terdiri dari dua parameter yaitu m dan K, m untuk nilai minimaks dari control input dan K adalah nilai gain untuk pengendali.

Kesemua parameter harus diamati, terutama pada ke-enam parameter a, b, c, d, e, f karena inilah parameter utama fungsi keanggotaan sistem fuzzi. Oleh karena itu pengamatan parameter tersebut akan dilihat dari perobahan respon yang dihasilkan, akan tetapi perlu diingat bahwa jika satu parameter diamati, maka semua parameter lainnya tidaklah berubah atau dibuat konstan.

IV.2.1. Perobahan Parameter Fungsi Keanggotaan Error

(53)

a. Perobahan Parameter a

Parameter awal dari a = 0,4. Perobahan parameter a dibuat dari 0,2 sampai 0,6 sehingga akan menghasilkan tiga keadaan, dan setelah diujikan dengan mengubah parameter a sebanyak tiga kali pada sub-program fuzzi, maka diperoleh respon seperti pada Gambar 4.2.

 

Gambar 4.1. Representasi Respon Plant dengan Perubahan Parameter a

Semakin besar nila a berobah dari 0,2 ke 0,4 dan ke 0,6 menunjukkan baahwa overshoot tidak berobah, osilasi akan semakin kecil dan error steady state dimati tidak berubah. Maka angka terbaik adalah a = 0,6.

b. Perobahan Parameter b

(54)

dengan mengubah parameter b sebanyak empat kali pada sub-program fuzzi, maka diperoleh respon seperti pada Gambar 4.3.

Gambar 4.2. Representasi Respon Plant dengan Perubahan Parameter b

 

Semakin besar nila b berobah dari 0,3 ke 0,5 ke 0,7 dan ke 0,9 menunjukkan baahwa overshoot hampir tidak banyak berobah, osilasi akan semakin kecil dan error steady state dimati semakin besar. Ada kontroversi antara osilasi dan error steady state. Maka angka terbaik agak sulit ditentukan.

 

IV.2.2. Perobahan Parameter Fungsi Keanggotaan Derivative Error

(55)

c. Perobahan Parameter c

Parameter awal dari c = 0,2. Perobahan parameter a dibuat dari 0,1 sampai 0,3 sehingga akan menghasilkan tiga keadaan, dan setelah diujikan dengan mengubah parameter c sebanyak tiga kali pada sub-program fuzzi, maka diperoleh respon seperti pada Gambar 4.4.

 

.Gambar 4.4. Representasi Respon Plant dengan Perubahan Parameter c 

Semakin besar nila c berobah dari 0,1 ke 0,2 dan ke 0,3 menunjukkan baahwa overshoot semakin besar, osilasi akan semakin besar tetapi error steady state dimati tidak berubah. Maka angka terbaik adalah a = 0,1.

d. Perobahan Parameter d

(56)

   

Gambar 4.5. Representasi Respon Plant dengan Perubahan Parameter d

 

Semakin besar nila d berobah dari 0,2 ke 0,4 ke 0,6 dan ke 0,8 menunjukkan baahwa overshoot hampir tidak banyak berobah, osilasi tidak juga banyak berubah dan error steady state dimati semakinkecil. Maka angka terbaikadalah d = 0,8.

 

IV.2.3. Perobahan Parameter Fungsi Keanggotaan Control Input

Parameter e dan f akan menentukan kemiringan error seperti terlihat pada Gambar 2.3. Parameter e menentukan batas kemiringan daerah zero Z pada control input, sedang parameter f menentukan batas kemiringan daerah negatp-positip N-P padacontrol input.

e. Perobahan Parameter e

(57)

dengan mengubah parameter e sebanyak tiga kali pada sub-program defuzzi, maka diperoleh respon seperti pada Gambar 4.6.

 

Gambar 4.6. Representasi Respon Plant dengan Perubahan Parameter e 

Semakin besar nila e berobah dari 0,1 ke 0,2 dan ke 0,4 menunjukkan baahwa overshootmakin besar, osilasi juga semakin besar dan error steady statemakin besar. Maka angka terbaik adalah a = 0,1.

f. Perobahan Parameter f

(58)

Gambar 4.7. Representasi Respon Plant dengan Perubahan Parameter f

 

Semakin besar nila b berobah dari 0,2 ke 0,4 ke 0,6 dan ke 0,8 menunjukkan baahwa overshootmakin besar, osilasi semakin besar dan error steady state dimati semakin kecil. Ada kontroversi antara osilasi dan error steady state. Maka angka terbaik agak sulit ditentukan.

 

IV. 3. Perobahan Parameter Pengendali

Parameter pengendali terdiri dari m dan K, m untuk nilai minimaks dari control input dan K adalah nilai gain untuk pengendali.

(59)

IV.3.1. Perobahan Tambahan Parameter Fungsi Control Input

Parameter m akan menentukan besarnya minimum dan maksimum dari fungsi keanggotaan control input. Secara standar minimaksnya adalah [-1,1], akan tetapi dapat diperbesar menjadi m*[-1,1] sehingga dapat bernilai [-2,2] untuk m=2, bernilai [-3,3] untuk m=3 dan seterusnya.

Parameter awal dari m = 1,0. Perobahan parameter a dibuat dari 1,0 sampai 11, sehingga setelah diujikan dengan mengubah parameter m pada sub-program defuzzi, maka diperoleh respon seperti pada Gambar 4.8 sampai Gambar 4.13.

 

 

Gambar 4.8. Representasi Respon Plant dengan Perubahan Parameter m = 2

(60)

   

Gambar 4.9. Representasi Respon Plant dengan Perubahan Parameter m = 3  

   

(61)

 

   

Gambar 4.11. Representasi Respon Plant dengan Perubahan Parameter m = 7

Perobahan parameter sampai batas m = 7 dengan batas m , 8 masih menghasilkan respon yang stabil, tetapi jika m makin besar maka sistem main berosilasi bahkan overshoot mencapai 100 %. Maka pembesaran m akan sangat tidak baik dan harsu selalu diamati batas amplitudo pengendalian sebagai input plant yang dikendalikan.

Perobahan parameter sampai batas m > 8 maka sistem menghasilkan menghasilkan respon yang tidak stabil, seperti ditunjukkan pada gambar 4.12 dan gambar 4.13.

(62)

   

Gambar 4.12. Representasi Respon Plant dengan Perubahan Parameter m = 9  

   

(63)

IV.3.2. Perobahan Tambahan Parameter Gain

Parameter K akan menentukan besarnya sinyal kendali yang diberikan ke plant. Parameter awal dari K = 1,0. Perobahan parameter a dibuat dari 1,0 sampai 11, sehingga setelah diujikan dengan mengubah parameter m pada sub-program defuzzi, maka diperoleh respon seperti pada Gambar 4.14 sampai Gambar 4.16.

 

 

Gambar 4.14. Representasi Respon Plant dengan Perubahan Parameter K = 1,5  

(64)

   

Gambar 4.15. Representasi Respon Plant dengan Perubahan Parameter K = 2,0  

   

(65)

IV. KESIMPULAN

Program teknik kontrol atau teknik kendali belum banyak di wilayah Sumatera Utara, oleh karena itu masih sedikit penelitian tentang sistem kendali fuzzi. Beberapa orang mahasiswa di PSTE telah mencoba membuat tugas akhir mereka dengan awal pengendali fuzzi, tetapi belum sampai analisis tentang fungsi keanggotaan sistem fuzzi.

Dari hasil penelitian yang dilakukan, diberikan kesimpulan dan saran sebagai berikut ini :

IV.1. Kesimpulan

1. Sistem Kendali Logika Fuzzi telah berhasil dirumuskan untuk plant dengan single input single output, plant dibuat berparameter tetap, dan sistem set-fuzzi dibatasi hanya sampai minimum, zero dan maksimum, dengan membangun subprogram fuzzifikasi dan defuzzifikasi berbasis matlab 6,1 untuk sistem atau plant orde kedua. Perilaku dari parameter subset fuzzi telah dapat ditunjukkan, dan penelitian awal ini dianggap berhasil. 2. Titik kunci keberhasilan dari fuzzi harus dipastikan pada

(66)

IV.2. Saran

Saran dari peneliti ada tiga hal menyangkut kendali fuzzi yaitu;

a. Penelitian ini harus diteruskan lagi untuk plant dengan orde berbeda, baik stabil maupun tidak stabil.

b. Penelitian ini harus dikembangkan untuk pembagaian subset fuzzi yang lebih banyak misalnya 5 atau 7 atau 9, sehingga akan muncul istilah baru selain minimum-zero-maksimum, menjadi minimum-midle minimum-zero-middle maksimum dan maksimum.

(67)

V. DAFTAR PUSTAKA

1. Sri Kutsumadewi, Analisis Desain Sistem Fuzzy Menggunakan Toolbox Matlab, Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta, 2002.

2. Sohail Iqbal & Nora Boumella, Fuzzy Controllers Recent Advanced In Theory and Applications, Published by Intech, 2012

3. Mohammed Jamsidi & Nader Vadiee, Fuzzy Logic and Control, Prentice-Hall International, Inc., New Jersey, 1993.

4. Katsuhiko Ogata, Teknik Kontrol Automatik (Sistem Pengaturan), Jilid 1, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1985

5. Katsuhiko Ogata, Teknik Kontrol Automatik (Sistem Pengaturan), Jilid 2, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1985

6. Bahram Shahian, Control System Design Using Matlab, Prentice -Hall International Editions, London, 1993

7. Ching-Fang Lin, Advanced Control Systems Design, Prentice-Hall Englewood Clifts, New Jersey, 1993

8. Charles L. Phillips & H. Troy Nagle, Digital Control System Analysis and Design, Prentice-Hall International Editions, London, 1990.

 

 

(68)

Gambar

Tabel 2-1. Transformasi Laplace beberapa Fungsi
Gambar 2.2. Respon Sistem Sebagai Acuan Berpikir Fuzzi
Gambar 2.3. Representasi Fungsi Keanggotaan A, B dan J
Gambar 2.3.  Ketiga E, DE dan CI  disatukan kedalam partisi tiga set-fuzzi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sanksi yang bisa dikenakan atas upaya penyembunyian identitas pelaku tindak pidana oleh pers dalam acara bertema investigasi kriminal adalah sanksi pidana penjara

Melalui kegiatan diskusi kelompok, siswa mampu menganalisis informasi penting dari teks ekplanasi yang dibaca dengan benar.. Melalui aktivitas membaca, siswa mampu menuliskan

Kompleksitas dalam karya fuga tersebut juga menjadi dasar penulis, untuk menganalisis dampak yang muncul terhadap penjarian dalam gitar klasik.. Kompleksitas yang

Waktu aplikasi yang dilakukan pada 15 maupun 30 hari sebelum tanam, pemberian pupuk kandang ayam menghasilkan bobot segar akar paling tinggi daripada kompos azolla

Hasil pengujian menunjukkan variabel financial distress yang diukur dengan model kebangrutan Altman Z-Score memiliki koefisien regresi negatif sebesar -2,038

Nama Zat Sifat fisika dan kimia  Konsentr asi Ekivale n NaCl Cara sterilisasi Alasan Pemilihan Sebagai penga/et 0en7alkoniu m lorida Handbook of Excipient 6  th  hal

Dari tujuh kelompok yang menyusun Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Batam Bulan Januari 2008, tercatat enam kelompok mengalami kenaikan indeks yaitu kelompok bahan makanan