• Tidak ada hasil yang ditemukan

Handouts_Analisis Rangkaian Listrik di Kawasan Fasor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Handouts_Analisis Rangkaian Listrik di Kawasan Fasor"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis

Analisis

Analisis

Analisis Rangkaian

Rangkaian

Rangkaian

Rangkaian Listrik

Listrik

Listrik

Listrik

di

di

di

di Kawasan

Kawasan

Kawasan

Kawasan Fasor

Fasor

Fasor

Fasor

(Rangkaian Arus Bolak-Balik Sinusoidal Keadaan Mantap)

Sudaryatno Sudirham

1

Isi

1. Fasor

2. Pernyataan Sinyal Sinus 3. Impedansi 4. Kaidah Rangkaian 5. Teorema Rangkaian 6. Metoda Analisis 7. Sistem Satu Fasa 8. Analisis Daya 9. Penyediaan Daya 10. Sistem Tiga-fasa Seimbang

2

Fasor

3

Mengapa Fasor?

)

cos(

ω

θ

=

A

t

y

Sudut fasa

Frekuensi sudut Amplitudo

Analisis rangkaian listrik di kawasan waktu melibatkan operasi diferensial dan integral, karena hubungan

arus-tegangan elemen-elemen adalah

dt

di

L

v

L

L

=

dt

dv

C

i

C

C

=

=

i

dt

C

v

C

1

C

Di kawasan waktu bentuk gelombang sinus dinyatakan sebagai

4

Energi listrik, dengan daya ribuan kilo watt, disalurkan menggunakan bentuk gelombang sinus.

Pekerjaan analisis rangkaian, dimana peubah rangkaiannya berbentuk gelombang sinus, akan sangat dipermudah jika

operasi-operasi diferensial dapat dihindarkan. Siaran radio juga dipancarkan dengan menggunakan bentuk

gelombang sinus.

Bentuk gelombang sinus sangat luas digunakan

5

Dalam matematika ada sebuah fungsi yang turunannya berbentuk sama dengan fungsi itu

sendiri, yaitu

Jika sinyal sinus dapat dinyatakan dalam bentuk fungsi eksponensial, maka operasi diferensial

dan integral akan terhindarkan

Fungsi Eksponensial

x x

e

dx

de

=

x

x

Ae

dx

dAe

=

(2)

Hal itu dimungkinkan karena

ada hubungan antara fungsi sinus dan fungsi eksponensial yaitu

x

j

x

e

jx

=

cos

+

sin

Ini adalah fungsi eksponensial kompleks

Berikut ini kita akan melihat ulang bilangan

kompleks Bagian nyata pernyataan kompleks ini yang digunakan untuk menyatakan sinyal sinus

Identitas Euler

7

Pengertian Tentang Bilangan Kompleks

0

1

2

+

=

s

Tinjau Persamaan:

j

s

=

1

=

Akar persamaan adalah:

Bilangan tidak nyata (imajiner)

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

x x

Tak ada nilai

x

untuk

x

negatif

8

Bilangan Kompleks

s

=

a

+

jb

dengan abilangan nyatadan badalah

bagian nyata dari s Re(s) =

a

bagian imajiner dari s Im(s) =

b

Re

(sumbu nyata)

Im

(sumbu imajiner)

a s= a+ jb jb

Bilangan kompleks didefinisikan sebagai

9

|S|cosθ = Re (S)

|S|sinθ = Im (S) θ= tan−1(b/a)

2

2 b

a

S = +

bagian nyata dariS

bagian imaginer dariS Bilangan kompleks

S=|S|cosθ + j|S|sinθ

a Re

Im

S= a+ jb jb

(sumbu nyata) (sumbu imajiner)

Re Im

S= a+ jb

θ

jb

a

Representasi Grafis Bilangan Kompleks

10

-4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 Re Im

4 3 2 1

-1 -2 -3

3 + j4 = 5cosθ+ j5sinθ

θ 5

Contoh

11

Penjumlahan

jb

a

s

1

=

+

)

(

)

(

2

1

s

a

p

j

b

q

s

=

+

Perkalian

)

)(

(

)

)(

(

s

1

s

2

=

a

+

jb

p

+

jq

Pembagian

jq

p

jb

a

s

s

+

+

=

2 1

jq

p

s

2

=

+

jb

a

s

1

=

+

jq

p

s

2

=

+

)

(

)

(

2

1

s

a

p

j

b

q

s

+

=

+

+

+

)

(

)

(

ap

bq

+

j

aq

+

bp

=

2 2

)

(

)

(

q

p

aq

bp

j

bq

ap

+

+

+

=

jq

p

jq

p

×

+

--Operasi-Operasi Aljabar Bilangan Kompleks

Pengurangan

(3)

4

3

dan

3

2

2

1

j

s

j

s

=

+

=

+

25

1

25

18

4

3

)

9

8

(

)

12

6

(

4

3

4

3

4

3

3

2

2 2 2 1

j

j

j

j

j

j

s

s

+

=

+

+

+

+

=

×

+

+

=

7

5

)

4

3

(

)

3

2

(

2

1

s

j

j

j

s

+

=

+

+

+

=

+

1

1

)

4

3

(

)

3

2

(

2

1

s

j

j

j

s

=

+

+

=

17

6

)

9

8

(

)

12

6

(

)

4

3

)(

3

2

(

)

)(

(

1 2

j

j

j

j

s

s

+

=

+

+

=

+

+

=

diketahui:

maka:

Contoh

13

)

sin

(cos

)

(τ+θ

=

e

τ

e

θ

=

e

τ

θ

+

j

θ

e

j j

Fungsi eksponensial bilangan kompleks didefinisikan sebagai

dengan eτadalah fungsi eksponensial riil

jb

a

S

=

+

)

sin

(cos

2

2

+

θ

+

θ

=

a

b

j

S

θ

+

=

j

e

b

a

S

2 2

Dengan identitas Euler ini bilangan komleks yang dituliskan sebagai:

θ

+

θ

=

θ

cos

j

sin

e

j

dan Ini identitas Euler

Penulisan bilangan kompleks di atas adalah penulisan dalam bentuk sudut siku yang juga dapat dituliskan dalam bentuk polar yaitu:

dapat dituliskan sebagai:

Bentuk Sudut Siku dan Bentuk Polar

14

|

S

| = 10

sudut fasa:

θ

= 0,5 rad

S

= 10

e

j0,5

Bentuk Polar

8

,

4

8

,

8

)

48

,

0

88

,

0

(

10

)

5

,

0

sin

5

,

0

(cos

10

j

j

j

S

+

=

+

=

+

=

Bentuk Sudut Siku

rad 93 , 0 3 4

tan1 =

=

θ −

S

= 3 +

j

4

|

S

|

=

3

2

+

4

2

=

5

Bentuk Sudut Siku

S

= 5

e

j0,93

Bentuk Polar

5

4

3

|

|

=

2

+

2

=

S

∠∠∠∠S====−−−−θ====tan−−−−134====0,93 rad

S

= 3

j

4

Bentuk Sudut Siku

S

= 5

e

j0,93

Bentuk Polar

Contoh

15

* atau | |

* S2 |S| SS

S

S = =

(

)

( )( )

* *

2 1 2 1

S

S

S

S

×

*

=

* * *

1 1 2 1

S S S

S =

     

(

)

* *

2 1 2 1 S S S

S + *= +

Suatu bilangan kompleks dan konjugatnya mempunyai hubungan-hubungan berikut:

S= a+ jb

S* = ajb Re Im

Re Im

Bilangan kompleksSmempunyai konjugatS* Konjugat dariS = a + jbadalahS*= a - jb

S*= p+ jq

S= p−jq

Kompleks Konjugat

16

Dalam Bentuk Fasor

Pernyataan Sinyal Sinus

17

hanya amplitudo Adan sudut fasa θyang diperhatikan karenaωωωωdiketahui sama untuk seluruh sistem Sinyal Sinus di kawasan waktu :

v

=

A

cos(

ω

t

+

θ

)

Mengingat relasi Euler, fungsi ini bisa dipandang sebagai bagian riil dari suatu bilangan kompleks

A e

jt+θ)

=

A

{cos(

ω

t

+

θ

) +

j

sin(

ω

t

+

θ

)} = V

v = Re(V)= Re ( A e jωt e j θ

) sehingga dapat ditulis dalam bentuk:

Jika seluruh sistem (rangkaian) mempunyaiω bernilai sama maka ejωtbernilai tetap sehingga tak

perlu selalu dituliskan

V

=

A e

j θ dapat ditulis dalam bentuk eksponensial kompleks : dan sinyal sinus

v

=

A

cos(

ω

t

+

θ

)

Re dan

e

jω tidak ditulis lagi

Inilah yang disebut

Fasor

Fasor

(4)

θ

=

=

θ

A

Ae

j

V

V

dituliskan

sin

cos

θ

+

θ

=

θ

=

A

A

jA

V

+

=

+

=

a

b

b

a

jb

a

2 2

tan

1

V

Karena hanya amplitudo dan sudut fasa saja yang diperhatikan maka

V

|A|

θ

Im

Re a jb

Penulisan dan Penggambaran Fasor

19

Penulisan sinyal sinus dalam bentuk fasor

07 , 7 07 , 7 ) 45 sin( 10 ) 45 cos( 10

atau 45 10

o o

1 o 1

j

j − = −

+ − =

− ∠ = V V

)

45

500

cos(

10

)

(

o

1

t

=

t

v

)

30

500

cos(

15

)

(

o

2

t

=

t

+

v

5 , 7 99 , 12 ) 30 sin( 15 ) 30 cos( 15

atau 30 15

o o

2 o 2

j

j = +

+ =

∠ = V V menjadi:

menjadi:

Pada frekuensi ω= 500

1000

cos

4

)

(

1

t

t

i

=

4 ) 0 sin( 4 ) 0 cos( 4

atau 0 4

o o 1

o 1

− = − − =

∠ − =

j

I I

)

90

1000

cos(

3

)

(

o

2

t

=

t

i

3 ) 90 sin( 3 ) 90 cos( 3

atau 90 3

o o

2 o 2

j

j − =−

+ − =

− ∠ = I I menjadi:

menjadi:

Pada frekuensi ω= 1000

Contoh

20

A

θ

Im

Re

−−−−A

A* −θ a jb

a

jb

Jika

A

=

A

θ

θ

=

A

*

A

(

)

(

180

)

180

o o

θ

=

+

θ

=

A

A

A

maka negatif dari

A

adalah

dan konjugat dari

A

adalah

jb

a

=

A

jb

a

=

*

A

jb

a

+

=

A

Jika

Fasor Negatif dan Fasor Konjugat

21

Perkalian

A

×

B

=

AB

(

θ

1

+

θ

2

)

)

(

1 2

2

1

=

θ

θ

θ

θ

=

B

A

B

A

B

A

Pembagian

(

) (

)

(

1 2

) (

1 2

)

2 1 2 1

sin

sin

cos

cos

sin

sin

cos

cos

θ

θ

+

θ

θ

=

θ

+

θ

+

θ

+

θ

=

+

B

A

j

B

A

B

A

j

B

A

B

A

B

A

Penjumlahan dan Pengurangan

2

θ

=

B

B

1

θ

=

A

A

Jika diketahui :

maka :

Operasi-Operasi Fasor

22

((((

4 0

)))) ((((

0 3

))))

4 3

2 1

3====I ++++I ====−−−− ++++j ++++ −−−−j ====−−−− −−−−j

I

o 1

2 2

3 5 216,9

4 3 tan ) 3 ( ) 4

( ==== ∠∠∠∠

     −−−−−−−− ∠ ∠ ∠ ∠ −−−− ++++ −−−−

==== −−−−

I

o o

o *

1 1

1====VI ====(10∠∠∠∠−−−−45 )××××(−−−−4∠∠∠∠0)====−−−−40∠∠∠∠−−−−45

S

o o o * 2 2

2====VI ====(15∠∠∠∠30)××××(3∠∠∠∠90)====45∠∠∠∠120

S

o o o

2 2

2

5

120

90

3

30

15

=

=

=

I

V

Z

o o

o

1 1

1

2

.

5

45

0

4

45

10

=

=

=

I

V

Z

o 1

=

10

45

V

o 2

=

15

30

V

o 1

=

4

0

I

o 2

=

3

90

I

Diketahui:

maka :

Re

I3

-4

-3 Im

216,9o

5

Contoh

23

Impedansi

(5)

25 Impedansi suatu elemen rangkaian di kawasan

fasor adalah perbandingan antara fasor tegangan dan fasor arus elemen tersebut

Impedansi di Kawasan Fasor

x x x

Z

I

V

=

impedansi

fasor tegangan fasor arus

Catatan:

Ada pengertian impedansi di kawasan s yang akan kita pelajari kemudian

θ ω

θ + ω

=

=

θ

+

ω

=

j t j Rm

t j Rm

Rm R

e

e

i

e

i

t

i

t

i

)

cos(

)

(

) (

+

v

R

i

R

θ ω

=

=

j t j Rm R R

e

e

Ri

t

Ri

t

v

)

(

)

(

θ

=

R R

I

I

R R

R

I

V

=

R R

R

I

V

=

Kawasan fasor Kawasan waktu

Impedansi

resistansi resistor di kawasan waktu bernilai sama dengan

impedansinya di kawasan fasor

R R

i

v

R

=

Resistor

26

i

L

+

v

L

ω θ

θ + ω

=

=

θ

+

ω

=

j t j Lm

t j Lm Lm L

e

e

i

e

i

t

i

t

i

)

cos(

)

(

) (

)

(

)

(

)

(

θ ω

ω

=

=

j t j m L L

e

e

i

L

j

dt

t

di

L

t

v

θ

=

L L

I

I

L L j LI

V = ω

L j Z

L L

L= = ω

I V

Kawasan fasor

Impedansi

Induktor

dt

di

L

v

L

L

=

Kawasan waktu

hubungan diferensial hubungan linier

27

i

C

+

v

C

`

)

(

)

(

) (ω+θ

ω

=

=

t j Cm C C

e

v

C

j

dt

dv

C

t

i

) (

)

cos(

)

(

θ + ω

=

θ

+

ω

=

t j Cm Cm C

e

v

t

v

t

v

Kawasan fasor

Impedansi

C C

j

C

V

I

=

ω

θ

=

C C

V

V

C

j

C

j

Z

C C C

ω

=

ω

=

=

1

1

I

V

Kapasitor

dt

dv

C

i

C

C

=

Kawasan waktu

hubungan diferensial hubungan linier

28

Impedansi dan Admitansi

R R

R

I

V

=

L

j

Z

L L L

=

=

ω

I

V

C

j

C

j

Z

C C

C

=

=

ω

=

ω

1

1

I

V

Impedansi: Z

Admitansi: Y = 1 / Z

R

Y

R

1

=

L

j

L

j

Z

Y

L

L

=

=

ω

=

ω

1

1

C

j

Z

Y

C C

=

=

ω

1

I

V

=

Z

Perhatikan: relasi ini adalah relasi linier. Di kawasan fasor kita terhindar dari

perhitungan diferensial.

V

I

=

Y

29

)

(

)

(

ω

+

ω

=

R

jX

Z

(

)

(

)

+

ω

ω

ω

+

+

ω

=

ω

+

ω

+

ω

=

+

1

1

)

/

1

(

)

/

1

(

2 2 2

//

RC

C

R

L

j

RC

R

C

j

R

C

j

R

L

j

Z

LR C

Perhatian : Walaupun impedansi merupakan pernyataan yang berbentuk kompleks, akan tetapi impedansi bukanlah fasor. Impedansi dan fasor merupakan dua pengertian dari dua konsep yang berbeda.

Fasor adalah pernyataan dari sinyal sinus

Impedansi adalah pernyataan elemen.

Impedansi Secara Umum

(6)

Kaidah Rangkaian

31

L

j

R

Z

RLseri

=

+

ω

(

)

I

V

RLseri

=

R

+

j

ω

L

R

+ VR

I

+ VLjωL

C

j

R

Z

RCseri

=

ω

I

V

1





ω

+

=

C

j

R

seri RC

+ VC

R

j/ωC

+ VR

I

Hubungan Seri

32

I

V

ω

ω

=

C

j

L

j

seri LC

ω

ω

=

C

L

j

Z

LCseri

1

j/ωC

jωL

+ VL

+ VC

I

n seri

total

seri total seri total

Z

Z

Z

Z

Z

+

⋅⋅

⋅⋅

+

+

=

=

2 1

I

V

total seri total

k k

Z

Z

V

V

=

×

Kaidah Pembagi Tegangan

33

V V

I k

k k Y

Z =

=

V V I

I total

n k

k n k

k

total=

=

Y =Y

= =1 1

n n

k k total

Z Z Z Y

Y 1 1 1

2 1 1

+ ⋅⋅ ⋅⋅ + + = =

=

total total

k k k

Y Y

YV I

I = = Itotal

I3

R jωL

j/ωC

I1 I2

Kaidah Pembagi Arus

34

Diagram Fasor

35

I

L

V

L

Re Im

Arus

90odi belakang

tegangan

L = 0,5 H , iL(t) = 0,4cos(1000t) A

Arus dan Tegangan pada Induktor

Ω = × ×

=j 1000 0,5 j500 ZL

V 90 200 0 4 , 0 90 500

0 4 , 0 ) 500 (

o o o

o ∠ = ∠ × ∠ =

∠ × = =ZLL j

L I

V

Arus dijadikan referensi (sudut fasa = 0)

Di kawasan waktu:

-200 -150 -100 -50 0 50 100 150 200

0 0,002 0,004 0,006 0,008

100 iL(t)

vL(t

)

V

A

detik Misalkan

(7)

C

= 50 pF ,

i

C

(

t

) = 0,5cos(10

6

t

) mA

Arus dan Tegangan pada Kapasitor

V 90 10

) 0 10 5 , 0 ( ) 90 10 20 (

k 20 ) 10 50 ( 10 1

o

o 3 o 3

12 6

− ∠ =

∠ × × − ∠ × = =

Ω − = × ×

− = ω =

− −

C C C C

Z

j j C j Z

I V

I

C

V

C Re Im

arus

90omendahului

tegangan

Arus dijadikan referensi (sudut fasa = 0)

detik

Di kawasan waktu:

-10 -5 0 5 10

0 0,0005 0,001 0,0015 0,002 10 iC(t)

V mA

vC(t) Misalkan

37

A

40

5

dan

V

10

120

o

=

o

=

I

V

=

+

=

=

=

=

12

8

,

20

)

30

sin(

24

)

30

cos(

24

30

24

40

5

10

120

o

o o

j

j

Z

B

I

V

Pada sebuah beban :

v

(

t

) =120cos(314

t

+10

o

) V

i

(

t

) = 5cos(314

t

+ 40

o

) A

I

V

Re

Im arus

mendahului tegangan

Beban Kapasitif

38

Pada sebuah beban :

v

(

t

) =120cos(314

t

+ 20

o

) V

i

(

t

) = 5cos(314

t

40

o

) A

Ω + =

+ =

Ω ∠ = − ∠

∠ = =

8 , 20 12

) 60 sin( 24 ) 60 cos( 24

60 24 40 5

20 120

o o

o o o

j j ZB

I V

I

V

Re Im

arus tertinggal dari tegangan

A

40

5

dan

V

20

120

o

=

o

=

I

V

Beban Induktif

39

Ω − ∠ =

− ∠ + =

Ω − = + − =

87 , 36 125

100 75 tan ) 75 ( ) 100 (

75 100 25 100 100

o 1 2 2

j j j Ztot

A 36,87 2 87 , 36 125

0

250 o

o o

∠ = − ∠

∠ = =

tot s

Z

V I

100Ω −j100

j25Vs=

250∠0oV

+

I

V

Re

Im

100Ω

+

20µF 50mH vs(t) =

250 cos500t V

Transformasi rangkaian ke kawasan fasor

Beban RLC seri ini bersifat kapasitif |ZC| > |ZL| arus mendahului tegangan 25 ; 100

100 ; 0

250 o

Ω = Ω − =

Ω = ∠ =

j Z j Z

Z

L C

R s

V

Beban

RLC

Seri, kapasitif

i(t) = 2 cos(500t + 36,87o) A

Jika kita kembali ke kawasan waktu

40

100Ω −j100

j25Vs=

250∠0oV

+

VL= jXLI

VR= RI

Vs

Re Im

VC=−jXCI

I

V 26,87 1 0 5 0 250 87 , 36 125

90 25

V ,13 3 5 200 0 250 87 , 36 125

90 100

V 36,87 200 0 250 87 , 36 125

100

o o o o

o o

o o

o o o

∠ = ∠ − ∠

∠ =

− ∠ = ∠ − ∠

− ∠ =

∠ = ∠ − ∠ =

L C R

V V V

A 36,87 2 87 , 36 125

0

250 o

o o

∠ = − ∠

∠ = =

tot s Z

V I

87 , 36 125 75

100 = o

= j

Ztot

Fasor tegangan rangkaian mengikuti hukum Kirchhoff

L C R

s V V V

V= + +

Fasor Tegangan Tiap Elemen

41

V 0 250

100 25

100

o ∠ =

Ω =

Ω − =

Ω =

s L C R

j Z

j Z Z

V

Ω ∠ =

∠ + =

Ω + = + − =

87 , 36 125

100 75 tan ) 75 ( ) 100 (

75 100 100 25 100

o 1 2 2

j j j Ztot

A 36,87 2 87 , 36 125

0

250 o

o o

− ∠ = ∠

∠ = =

tot s Z

V I

100Ω −j25

j100Vs=

250∠0oV

+

I V

Re Im

Pada beban kapasitif |ZL| > |ZC|

arus tertinggal dari tegangan

Beban

RLC

seri, induktif

(8)

. 0 250

01 . 0

04 . 0

01 . 0

o ∠ =

Ω − =

Ω =

Ω =

s L C R

j Y

j Y Y

V

Beban

RLC Paralel

03 . 0 01 . 0

01 . 0 04 . 0 01 . 0

j j j Ytot

+ =

Ω − + =

100Ω

j25j100Vs=

250∠0oV

+

I

o 1

2

2 7.9 71.6

5 . 2 5 . 7 tan 5 . 7 2.5

5 . 7 5 . 2 ) 03 . 0 01 . 0 ( 250

∠ = +

=

+ = + × = =

j j Y

V I

I

V

Re

Im

43

Teorema Rangkaian

44

Prinsip Proporsionalitas

X

Y

=

K

Y

= fasor keluaran,

X

= fasor masukan,

K

= konstanta proporsionalitas yang pada

umumnya merupakan bilangan kompleks

45

Prinsip Superposisi

selalu berlaku di kawasan waktu dan

berlaku di kawasan fasor

bila frekuensi sama

Prinsip Superpossi

46

20cos4t V+_ 8Ω

3cos4t A io

3H

20∠0o + _ 8Ω

j6

Io1

j128

3∠0o

j6Io2

j12Ω

Contoh

A 9 , 36 2 9 , 36 10

0 20

6 8

0 20 6 12 8

0 20

o o o

o o o1

− ∠ = ∠

∠ =

+∠ = − + ∠ =

j j j

I

A 4 , 19 32 , 4 0 3 9 , 36 10

3 , 56 4 , 14

0 3 6 8

12 8 0 3 ) 12 8 /( 1 ) 6 /( 1

) 6 /( 1

o o o

o

o o

o2

∠ = ∠ × ∠

∠ =

∠ × + + = ∠ × + + −

− =

j j j

j j I

24 , 0 7 , 5 44 , 1 1 , 4 2 , 1 6 , 1

o2 1 o

o=I +I = −j + +j = +j

I

o o=5,7∠2,4

I () 5,7cos(4 2,4o)

ot = t+

i

47

T N T N N N T T

Z

Y

Y

Z

;

=

;

=

1

=

I

I

V

V

RT A

B

vT +

V

T

Z

T

A

B

+

Kawasan waktu Kawasan fasor

Teorema Thévenin

(9)

V 3 , 39 9 , 19 45 20 7 , 5 995 , 0 45 20 100 10 100 V 90 10 90 1 , 0 100 o o o o o ∠ = ∠ × − ∠ = ∠ × − − = − ∠ = − ∠ × = j j B A V V

(

15,4 12,6

)

15,6 22,6 V 10 3 . 39 9 , 19 90

10 o o

j j j B A T − − = + − − = ∠ − − ∠ = − =V V V Ω − = − − × +

= 109,9 0,99 100 10 ) 100 ( 10 100 j j j ZT + − −j100

10Ω

100Ω

0,1∠−90oA

20∠45oV

`

A B

+

VT ZT

A B

Contoh Rangkaian Ekivalen Thévenin

49

Metoda Analisis

50

j9Ω −j3

+ − 14∠0 V

12Ω

A B C

D

9Ω 3Ω

Ix j3Ω I1 I2 I3 I4 + vx − +

− 14cos2t

V 12Ω

A B C

D

9Ω 3Ω

ix

3/2 H 1/6 F 1/18 F

Metoda Keluaran Satu Satuan

t i K x x x 2 cos 5 , 0 0 5 , 0 28 0 14 28 1 28

1 o o

A A = → ∠ = ∠ = = → =

= I V

V I A ) 0 1 (

Misalkan Ix= +j

(

12 9

)

28 V 1

3

4 =

     + +

= B j j

A V V V 3 j C= V V 1 3

I =VC=j

4

(

1 j1

)

A

x+ = +

= 4

3 I I

I

( )

− 3 = 3− 3

(

1+1

)

=3 V

+

= C j j j j

B V I3

V A 3 1 9

2= B=

V

I 1 A

3 4

1 2 3 

     + = +

=I I j

I 51 A ) 8 , 73 2 cos( 3 ) 9 , 36 4 cos( 2 sehingga A ) 8 , 73 2 cos( 3 dan A ) 9 , 36 4 cos( 2 o o o2 o1 o o 2 o o 1 o + + − = + = + = − = t t i i i t i t i

Karena sumber berbeda frekuensi makafasor Io1dan Io2tidak dapat langsung

dijumlahkan. Kembali ke kawasan waktu, baru kemudian dijumlahkan

20cos4t V+_ 9Ω io 3cos2t A 3H

20∠0o +

_ 9Ω j6 Io1

j129

3∠0o

j12j6ΩΩ Io2

Metoda Superposisi

A 9 , 36 2 9 , 36 10 0 20 6 8 0 20 6 12 8 0 20 o o o o o o1 − ∠ = ∠ ∠ = + ∠ = − + ∠ = j j j I A 8 , 73 3 0 3 9 , 36 10 9 , 36 10 0 3 6 8 6 8 0 3 ) 6 8 /( 1 ) 12 /( 1 ) 12 /( 1 o o o o o o o2 ∠ = ∠ × − ∠ ∠ = ∠ × − + = ∠ × + + − − = j j j j j I 52 +

−−−− 18cos2t V i 6Ω 2Ω 2Ω 1H A B 2H 1/8 F V 1 2 9 0 18 4 6 2 2 o j j ht

T=V = + + × ∠ = +

V A 2 cos 1 A 0 1 ) 1 2 ( 2 ) 4 7 ( ) 1 2 ( ) 1 2 ( 9 4 2 o t i j j j j j j j ZT T = ⇒ ∠ = + − + + × + = − + = V I + − 18∠0oV

6Ω

2Ω A

B −j4Ω

j2Ω j4Ω

I

2Ω

+

− 18∠0oV

6Ω 2Ω

A

B j4Ω

2Ω

((((

))))

1 2 4 7 4 8 8 12 8 16 4 6 2 4 6 2 2 j j j j j j j

ZT ++++

++++ ==== ++++++++ ++++ ++++ ==== ++++ ++++++++ ++++ ==== +

VT

I

A

B

j4Ω

ZT j2Ω

Metoda Rangkaian Ekivalen Thévenin

53

− +

i1 = 0.1cos100t A

v = 10sin100t V 200µF 1H

50Ω

ix?

A B

A − + B

I1= 0.1∠0oA

V= 10∠−90oVj50Ω j100Ω

50Ω

Ix

Sumber tegangan dan sumber arus berfrekuensi sama, ω= 100. Tetapi sumber tegangan dinyatakan dalam sinus, sumber arus dalam cosinus. Ubah kedalam bentuk standar, yaitu bentuk cosinus melalui kesamaan sinx = cos(x−90)

sumber tegangan tersambung seri dengan resistor 50 Ωparalel dengan induktor j100 Ω

Simpul B hilang. Arus Iyyang sekarang mengalir melalui resistor 50Ω, bukanlah arus Ixyang dicari; Iykali 50Ωadalah tegangan simpul A, bukan tegangan simpul B tempat Ixkeluar Iy

A

I2 −j50Ω j100Ω

50Ω

I1= 0.1∠0oA

Iy

j50Ω j100Ω

50Ω

I1−I2

Metoda Reduksi Rangkaian

(10)

Metoda Tegangan Simpul

      − =             − − − →       =             − − 30 10 1 2 0 1 2 2 : Gauss eliminasi 10 10 1 1 1 2 2 B A B A V V V V j j j j j j V V V V V V I − = − = + + − + − B A B B A 1 : B 0 50 100 50 : A j j         ∠ ∠ =               − + − o o B A 90 10 0 1 , 0 1 1 50 1 100 1 50 1 V V j j       ∠ = + − − = + − + = + = − ∠ = − ∠ = − = + − − = − − − = V 4 , 18 6 , 12 1 5 , 0 10 10 1 5 , 0 15 10 10 6 , 26 0,268 V; 6 , 26 4 , 13 6 12 5 ) 1 2 ( 30 1 2 30 o B A o o B j j j j j j j j j x V V I V − +

I1= 0,1∠0oA

V= 10∠−90oV

j50j100

50Ω

Ix=?

A B

55

− +

I= 0,1∠0oA

V=10∠−90oV

j50Ω 50Ω

A B

I1 I2 I3

( ) (

) (

)

(

)

(

)

(

)

         − =                     + − − + − 0 10 1 . 0 100 50 100 0 100 100 50 50 0 0 1 3 2 1 j j j j j j j I I I

( ) ( ) (

)

(

) (

)

( )

         − =                     + − − 0 1 1 . 0 2 1 2 0 10 5 5 0 0 1 3 2 1 j j j j j j I I I

( ) (

)

(

)

(

(

)

)

         − − =                     − − 3 5 . 1 1 . 0 10 5 0 0 10 5 0 0 0 1 3 2 1 j j j j j I I I A 2 , 53 3 , 0 5 10 5 , 1 A; 6 , 26 27 , 0 10 5 3 A; 0 1 ,

0 3 o

2 o 3

0

1 = ∠−

+ − = − ∠ = − − = ∠ = j j j j j I I I I

Metoda Arus Mesh

56

Analisis Daya

57 vi p t I i t V

v= mcos(ω+θ) ; = mcosω ; =

(

)

(

t

)

V I t

I V t I V t I V I V t t t I V t t I V vi p m m m m m m m m m m m m m m ω       θ − ω +       θ = ω θ − ω θ + θ = ω θ ω − θ ω = ω θ + ω = = 2 sin sin 2 2 cos 1 cos 2 2 sin sin 2 2 cos cos 2 cos 2 cos sin sin cos cos cos ) cos(

Nilai rata-rata

=

V

rms

I

rms

cos

θ

Nilai rata-rata

= 0

-1 1

0 15

t

p

b

Komponen ini memberikan alih energi netto; disebut

daya nyata: P

Komponen ini tidak

memberikan alih energi

netto; disebut daya

reaktif:

Q

Tinjauan Daya di Kawasan Waktu

58

Tegangan, arus, di kawasan fasor

:

i rms i rms v

rms I I

V ∠θ = ∠θ = ∠−θ

= I I

V ; ;

besaran kompleks

Daya Kompleks :

)

(

* i v rms rms

I

V

S

=

V

I

=

θ

θ

ϕ = ϕ = ϕ = ϕ = + = sin sin cos cos rms rms rms rms I V S Q I V S P jQ P S

Re

Im

ϕ

P jQ

Segitiga daya

*

I

V

=

S

*

I

I

V

Tinjauan Daya di Kawasan Fasor

59

Faktor Daya dan Segitiga Daya

S

P

=

θ

=

cos

f.d.

S =VI*

jQ P Re Im θ V I(lagging) I* Re Im θ

jQ P Re Im θ

S =VI*

V I (leading)

I*

Re Im

θ

Faktor daya lagging

Faktor daya leading

(11)

I V I V B B Z

Z = atau =

(

)

2 2 2 2 * *

rms B rms B rms B B B B

I

jX

I

R

I

jX

R

Z

Z

S

+

=

+

=

=

=

=

I

I

I

VI

2 2

R

B

I

rms

jX

B

I

rms

jQ

P

S

+

=

+

=

2 2

dan

rms B rms B

I

X

Q

I

R

P

=

=

Daya Kompleks dan Impedansi Beban

61 seksi sumber seksi beban A B I

A(rms)

105

75

,

8

dan

V(rms)

75

480

o o

AB

=

+

I

=

+

V

VAR 2100 dan W 3640 = = Q P 866 , 0 ) 30 cos( daya

faktor = − =

VA 2100 3640 30 sin 4200 30 cos 4200 30 4200 105 75 , 8 75 480 o o o o o * j j S − = − = − ∠ = − ∠ × + ∠ = =VI Ω = =

= 47,5

) 75 , 8 ( 3640 2 2 rms B I P R Ω − = − =

= 27,4 ) 75 , 8 ( 2100 2 2 rms B I Q X

Contoh

62

Dalam rangkaian linier dengan arus

bolak-balik keadaan mantap, jumlah daya

kompleks yang diberikan oleh sumber bebas,

sama dengan jumlah daya kompleks yang

diserap oleh elemen-elemen dalam rangkaian

Alih Daya

63

50Ω − +

I1= 0,1∠0oA

V=10∠−90oV

j50Ω j100Ω

I3 B A

C

I2 I4 I5

[

]

[ ]

o A C o A C 0 10 2 1 2 atau 0 0 1 , 0 50 1 50 1 100 1 50 1 ∠ − = − + = ∠ +       − −       − + + j j j j j V V V V

[

]

V 6 12 1 2 30 0 10 ) 90 90 ( 10 2 1 2 C o o o C j j j + − = + − = ⇒ ∠ − = + ∠ × − + V V

[

]

VA 4 , 0 2 , 1 0 1 , 0 10 6 12 )

( * o

1 j

j j

Si C A

− − = ∠ × − + − = − =V V I

A 24 , 0 18 , 0 0 1 . 0 24 , 0 08 , 0 A 24 , 0 08 , 0 50 ) 6 12 ( 90 10 50 o 1 2 3 o 2 1 2 3 j j j j j j C A + − = ∠ − + − = − = ⇒ + − = − + − − ∠ = − − = − = I I I V V I I I I VA 8 , 1 4 , 2 ) 24 , 0 18 , 0 ( 90 10 o * 3 j j Sv + − = − − × − ∠ = =VI VA 4 , 1 6 , 3 8 , 1 4 , 2 4 , 0 2 , 1 j j j S S Stot i v

+ − = + − − − = + = V 90 10 90 10 o o A=−V=− ∠− = ∠ V

Berapa daya yang diberikan oleh masing-masing sumber dan berapa diserap R = 50 ΩΩΩΩ?

Contoh

64

Dengan Cara Penyesuaian Impedansi

+

VT ZT = RT+ jXT

ZB = RB+ jXB A B 2 2 2 2 ) ( )

( T B T B

B T B B X X R R R R P + + + =

=I V

(maksimum) 4 Jika 2 B T B B T R P R

R = ⇒ =V

dan

:

adalah

maksimum

daya

alih

adinya

untuk terj

syarat

Jadi

T B B

T

R

X

X

R

=

=

2

2 ( )

)

(T B T B

T

X X R

R + + +

= V

I

2 2

) (T B

B T B R R R P + = V B T -X X = Jika

Alih Daya Maksimum

65 V 5 5 10 1 1 1 0 10 50 100 50 50 o j j j j j j

T + × =−−

− = ∠ × − + − = V Ω − = + + − + −

= 25 75

100 50 50 ) 100 50 ( 50 j j j j j ZT Ω + =25 j75

ZB 4 25 0,5 W

5 5 4 2 2 = × − − = = j R P B T MAX V A 135 02 , 0 50 5

5− = o

− = +

= j

Z ZT B

T B V I B + −

50Ω j100Ω −j50

A

10∠0oV 25 + j 75

A 0 1 , 0 75 25 50 ) 75 25 )( 50 ( 100 50 0

10 o = o

+ + − + − + + ∠ = j j j j j s I W 1 ) 02 , 0 ( 25 ) 1 , 0 ( 50 25 50 2 2 2 2 = × + × = +

= s B

s

P I I

Contoh

(12)

Dengan Cara Sisipan Transformator

B

B

Z

N

N

Z

2

2 1





=

impedansi yang

terlihat di sisi primer

θ

+

θ

=

B

cos

B

sin

B

Z

j

Z

Z

T T T

B

R

X

Z

Z

=

2

+

2

=

B T

Z Z

N

N =

2 1

Z

B

+

Z

T

V

T

N

1

N

2

(

) (

2

)

2

2

sin

cos

cos

θ

+

+

θ

+

θ

=

B T B

T

B T B

Z

X

Z

R

Z

P

V

0

=

B B

Z

d

dP

Alih Daya Maksimum

67

+

50Ω j100Ω −j50

A

B 10∠0oV

25 + j 60

1028 , 1 60 25

75 25

2 2

2 2 2

1 =

+ + = = =

B T

Z Z N N a

(

) (

)

(

) (

)

0,49 W 60 216 , 1 75 25 216 , 1 25

25 216 , 1 50

2 2

2 2 2 2

2 2

= × + − + × +

× × =

+ + + =

B T B T

B T B

X a X R a R

R a

P V

Seandainya

diusahakan

ZB=(25−j60)Ω

(

25 1,21625

) (

75 1,21660

)

0,06 W

25 216 , 1 50

2

2+ × =

× +

× × =

B P

Tidak ada peningkatan alih daya ke beban.

V 5 5 j T=−−

V ZT=25−j75 Ω Dari contoh sebelumnya:

Contoh

68

Fasor adalah pernyataan sinyal sinus yang fungsi waktu ke dalam besaran kompleks, melalui relasi Euler.

Dengan menyatakan sinyal sinus tidak lagi sebagai fungsi waktu, maka pernyataan elemen elemen rangkaian harus disesuaikan. Dengan sinyal sinus sebagai fungsi t elemen-elemen rangkaian adalah R, L, C.

Dengan sinyal sinus sebagai fasor elemen-elemen rangkaian menjadi impedansi elemen R, jωL, 1/jωC.

Impedansi bukanlah besaran fisis melainkan suatu konsep dalam analisis. Besaran fisisnya tetaplah R = ρl/A, dan C = εA/d

Dengan menyatakan sinyal sinus dalam fasor dan elemen-elemen dalam inpedansinya, maka hubungan arus-tegangan pada elemen menjadi hubungan fasor arus - fasor tegangan pada impedansi elemen. Hubungan fasor arus dan fasor tegangan pada impedansi elemen merupakan hubungan linier.

Rangkuman Mengenai Fasor

69

Dengan menyatakan arus dan tegangan menjadi fasor arus dan fasor tegangan yang merupakan besaran kompleks maka daya juga menjadi daya kompleks yang didefinisikan sebagai S = V I*.

Besaran-besaran kompleks dapat digambarkan di bidang kompleks sehingga kita mempunyai digram fasor untuk arus dan tegangan serta segitiga daya untuk daya.

Hukum-hukum rangkaian, kaidah-kaidah rangkaian, serta metoda analisis yang berlaku di kawasan waktu, dapat diterapkan pada rangkaian impedansi yang tidak lain adalah transformasi rangkaian ke kawasan fasor.

Sesuai dengan asal-muasal konsep fasor, maka analisis fasor dapat diterapkan hanya untuk sinyal sinus keadaan mantap.

Rangkuman

(lanjutan)

70

Penyediaan Daya

71

Dalam penyaluran daya listrik banyak digunakan

transformator berkapasitas besar dan juga bertegangan tinggi.

Dengan transformator tegangan tinggi, penyaluran daya listrik

dapat dilakukan dalam jarak jauh dan susut daya pada jaringan

dapat ditekan.

Di jaringan distribusi listrik banyak digunakan transformator

penurun tegangan, dari tegangan menengah 20 kV menjadi 380

V untuk distribusi ke rumah-rumah dan kantor-kantor pada

tegangan 220 V.

Transformator daya tersebut pada umumnya merupakan

transformator tiga fasa; namun kita akan melihat transformator

satu fasa lebih dulu

Transformator

(13)

+

E

2

N

2

N

1

I

f

φ

V

1

+

E

1

+

−−−−

Transformator Dua Belitan Tak Berbeban

o 1 1

=

E

0

E

efektif

nilai

adalah

44

.

4

2

2

1 1

1 maks

f

N

maks

N

f

E

=

π

Φ

=

Φ

Belitan primer:

maks

N f

E2=4.44 2Φ

Belitan sekunder:

I

2= 0

t

maks

ω

Φ

=

φ

sin

Jika

FasorE1sefasa dengan E2karena diinduksikan oleh fluksi yang sama.

o 2 2=E∠0

E

t N

dt d N

e1= 1 φ= 1Φmaksωcosω

masi transfor rasio

2 1 2 1= a=

N N E E

73

+

E

2

N

2

N

1

I

f

φ

V

1

+

E

1

+

−−−−

1 1 1

I

E

V

=

f

R

+

Arus magnetisasi yang

membangkitkanφ Resistansi belitanprimer

E1=E2

Iφ

φ

Ic

If

IfR1

V1 Diagram fasor dengan

mengambil rasio transformasia=1, sedangkanE1sefasaE2

Arus magnetisasiIfdapat dipandang sebagai terdiri dari Iφ(90odibelakang E

1)

yang menimbulkan φ

dan IC(sefasa dengan E1) yang mengatasi rugi-rugi inti.

74

E2

∼∼∼∼

V1 φl1

If φ

E1=E2

Iφ

φ Ic

If

IfR1

V1

φl

jIfXl

Representasi fluksi bocor di belitan primer

1 1 1 1 1 1

1

E

I

f

R

E

l

E

I

f

R

j

I

f

X

V

=

+

+

=

+

+

ada fluksi bocor di belitan primer

Fluksi Bocor di Belitan Primer

75

φ γ

V2

I2

I’

2

If

I1

I2R2

jI2X2

E2

E1

I1R1

jI1X1

V1

beban resistif ,

a

> 1

2 2 2 2 2

2 2 2 2 2

R j X

R l

I I V

E I V E

+ + =

+ + = 1

1 1 1 1

1 1 1 1 1

R j X

R l

I I E

E I E V

+ + =

+ + =

φ

V1 φl1

I1

φl2 V2

I2

RB

Transformator Berbeban

76

Z R′2

If B

jX′2 R1jX1

I1 I′2

V1 E1 V′2=aV2

2 1

2 2 2 2 2 1

1 1 1 1 1

1

I I I

I I V E

I I E V

′ + =

′ ′ + ′ ′ + =

+ + =

f

X j R a

X j

R

I

′′′′

2

,

R

′′′′

2

, dan

X

′′′′

2

adalah arus,

resistansi, dan reaktansi sekunder

yang dilihat dari sisi primer

R′2

If

B jX′2 R1jX1

I1 I′2

V1 E1

V′2=aV2 jXc

Rc Ic Iφ

Rangkaian Ekivalen Transformator

77

B

jXe=j(X1+X′2) Re= R1+R′2

I1=I′2

V1

V′2

I′2

I′2Re jI′2Xe V′2

V1

Arus magnetisasi hanya sekitar 2 sampai 5 persen dari arus beban penuh

Jika If diabaikan terhadap I1

kesalahan yang terjadi dapat dianggap cukup kecil

Rangkaian Ekivalen yang Disederhanakan

(14)

10 kW f.d. 0,8 lagging

8 kW f.d. 0,75 lagging 380 V rms

Penyediaan Daya

Contoh

kVA 5 , 7 10 sin cos

sin 1

1 1 1 1 1 1 1 1

1 j

P j P S j P jQ P

S= + = + θ= + θ θ= +

kVA 7 8 sin cos sin

|

| 2

2 2 2 2 2 2

2 j

P j P S j P

S θ = +

θ + = θ + =

kVA 5 , 14 18 7 8 5 , 7 10

2 1

12 S S j j j

S = + = + + + = +

Impedansi saluran diabaikan

lagging

78

.

0

5

,

14

18

18

cos

2 2

12

=

+

=

θ

Faktor daya total

tidak cukup baik

79

Im

Re

jQbeban (induktif)

−−−−jQkapasitor

P beban kVA beban

tanpa kapasitor

kVA beban dengan kapasitor

Perbaikan faktor daya dilakukan pada beban induktif dengan menambahkan kapasitor yang diparalel dengan beban, sehingga

daya reaktif yang harus diberikan oleh sumber menurun tetapi daya rata-rata yang diperlukan beban tetap dipenuhi

Daya yang harus diberikan oleh sumber kepada beban turun dari |S| menjadi |S1|. kapasitor

paralel dengan beban

Perbaikan Faktor Daya

80

S12

jQ12

P12

-jQ12C

S12C

10 kW f.d. 0,8 lagging

8 kW f.d. 0,75 lagging

380 V rms

50 Hz

C

kVA

5

,

14

18

12

j

S

=

+

cos

θ

12

=

0

.

78

lagging

Contoh

kVA

9

,

5

18

)

95

.

0

tan(arccos

18

18

12

j

j

S

C

=

+

=

+

lagging

C

0

.

95

cos

θ

12

=

kVAR 58 , 8 5 , 14 9 , 5

12 j j j

jQ C= − =−

F 190 380 100

8580

2

µ

π

× =

=

C

(

C

)

X

Q C

C C

C= = −ω

2 2

V V

diinginkan

kVA

5

,

7

10

)

8

,

0

tan(arccos

10

10

1

j

j

S

=

+

=

+

kVA

7

8

)

75

,

0

tan(arccos

8

8

2

j

j

S

=

+

=

+

2

C C

Q C

V ω − =

81

Diagram Satu Garis

82

beban 1 10 kW cos ϕ= 1

beban 2 8 kW cos ϕ= 1 0,2 + j2 Ω 0,2 + j2 Ω

Vs

| V| = 380 V rms

kVA 0 10

1 j

S= +

A 0 21 A 0 21 0 380

0

8000 o

2 o o *

2= + = ∠ →I= ∠ I j

kVA 9 , 0 09 , 0

) 2 2 , 0 ( ) 2 2 , 0

( 2 2

2

j j j Ssal

+ =

× + = × +

= I2 I2

kVA 9 , 0 09 , 8 2 2

2 S S j

Stot=sal+ = +

V 4 , 6 6 , 387

V 9 , 42 2 , 385 0 21

900 8090

o o * 2

2 1

∠ =

+ = ∠ + =

=Stot j j

I V

A 4 , 6 8 , 25 4 , 6 6 , 387

0 10000 o

o * 1 1

1 = ∠

− ∠

+ =

=S j

V I

A 5 , 3 73 , 46 88 , 2 64 , 46

0 21 4 , 6 8 , 25

o o o 2 1

∠ = + =

∠ + ∠ = + =

j

s I I

I

kVA 37 , 4 44 , 0

73 , 46 ) 2 2 , 0 ( ) 2 2 , 0

( 2 2

1

j

j j

Ssal s

+ =

× + = × +

= I

kVA 27 , 5 53 , 18

9 , 0 09 , 8 10 37 , 4 44 , 0

2 2 1 1

j

j j

S S S S

Ss sal sal

+ =

+ + + + =

+ + + =

V 4 , 19 412 3,5 46,73

9 , 15 19265 3,5 46,73

5270

18530 o

o o o

* = ∠

∠ = − ∠

+ =

=S j

s s s

I V

kVA 0 8

2 j

S= +

Contoh

83

Sistem Tiga Fasa Seimbang

(15)

u

s

v

s

(

t

)

1/j

ω

C

R

j

ω

L

Vs

u

s

v

s

(

t

)

v

s

(

t

)

v

s

(

t

)

Sebuah kumparan dipengaruhi oleh medan magnet yang berputar dengan kecepatan perputaran konstan

B

A

C

N

V

AN

V

BN

V

CN

Tegangan imbas yang muncul di kumparan memberikan sumber tegangan bolak-balik, sebesar Vs

Tiga kumparan dengan posisi yang berbeda 120o satu sama lain berada dalam medan magnet yang berputar dengan kecepatan perputaran konstan

Tegangan imbas di masing-masing kumparan memberikan sumber tegangan bolak-balik. Dengan hubungan tertentu dari tiga kumparan tersebut diperoleh sumber tegangan tiga fasa

Sumber Satu Fasa dan Tiga Fasa

85

B

A

C

N

V

AN

V

BN

V

CN

+

+

+

Dalam pekerjaan analisis rangkaian kita memerlukan referensi sinyal. Oleh karena itu tegangan bolak balik kita

gambarkan dengan tetap menyertakan referensi sinyal

Untuk sumber tiga fasa, referensi sinyal tegangan adalah sebagai berikut

A, B, C

: titik fasa

N

: titik netral

V

AN

,

V

BN

,V

CN besar tegangan fasa ke netral

dituliskan pula sebagai

V

fn atau

V

f

besar tegangan antar fasa adalah

V

AB

,

V

BC

,V

CA dituliskan pula sebagai

V

ff

≈≈

Simbol sumber tiga fasa:

Referensi Sinyal

86

Sumber terhubung Y

V

AN

= |

V

AN

|

0

o

V

BN

= |

V

AN

|

-120

o

V

CN

= |

V

AN

|

-

240

o

Keadaan Seimbang

|

V

AN

| = |

V

BN

| = |

V

CN

|

B

A

C

N

V

AN

V

BN

V

CN

+

+

+

V

AN

V

BN

V

CN

Im

Re

Diagram fasor tegangan

120

o

120

o

Diagram Fasor Sumber Tiga Fasa

87

C

B

A N

VAN

VBN

VCN

−+ +

+ VAB

VBC VCA

IA

IB

IC Tegangan

fasa-netral

Tegangan

fasa-fasa

Arus

saluran

Sumber Tiga Fasa

Terhubung Y

Saluran ke beban

Sumber Tiga Fasa dan Saluran ke Beban

88

Hubungan Fasor-Fasor Tegangan

BN AN NB AN

AB

V

V

V

V

V

=

+

=

o o o

210

3

90

3

30

3

=

=

=

fn CA

fn BC

fn AB

V

V

V

V

V

V

Tegangan fasa-fasa:

fasa

-fasa

tegangan

nilai

:

3

netral

-fasa

tegangan

nilai

:

fn ff CA BC AB

fn CN BN AN

V

V

V

V

V

V

V

V

V

=

=

=

=

=

=

=

CN BN NC BN

BC

V

V

V

V

V

=

+

=

AN CN NA CN

CA

V

V

V

V

V

=

+

=

Dalam keadaan seimbang:

V

AN

V

BN

V

CN

V

AB

V

BC

V

CA

Re

Im

30

o

30

o

30

o Tegangan

Fasa-netral

120

o

V

BN

89

Arus di penghantar netral dalam keadaan seimbang bernilai nol

B

A

C

N

V

AN

V

BN

V

CN

+

+

+

N

A

B

C

Beban terhubung

Y

Beban terhubung

Sumber terhubung

Y

A

B

C

Arus saluran

I

A

I

C

I

B

Arus fasa

Arus fasa

Arus Saluran dan Arus Fasa

(16)

Beban Tiga Fasa

91 N A B C Z IA IC IB

IN Z

Z θ θ θ = ∠− = ∠− ∠ ∠ = = f AN AN AN A Z Z Z I V V V I o 0

Beban Terhubung Y

3

3

* * * 3

θ

θ

=

=

+

+

=

f ff A AN C CN B BN A AN f

S

I

V

I

V

I

V

I

V

I

V

0

=

+

+

B C

A

I

I

I

Keadaan seimbang

) 120 ( ) 120 (

120 o o

o −

Referensi

Dokumen terkait

Upaya penegakan hukum yang dilakukan oleh KPK terhadap penyalahgunaan kewenangan yang dilakukan penegak hukum dalam menyelesaikan tindak pidana korupsi yaitu

Metode penelitian yang dilakukan adalah pengujian laboratorium yaitu dimulai dengan pengujian properties material, pengujian campuran dan analisis data hasil

Pada pengujian fungsi Manajemen energi pada sistem digunakan untuk menghasilkan konsumsi energi dalam angka yang optimal sesuai kebutuhan, dan hasilnya sesuai

(HRUM) dak membagikan dividen untuk kinerja tahun buku 2016 dan dimasukkan sebagai laba ditahan untuk mendukung rencana ekspansi perseroan pada tahun ini.. Direktur Utama HRUM

Persaingan usaha yang dilakukan oleh pelaku usaha tidak selalu dijalankan secara jujur sehingga seringkali mengakibatkan persaingan usaha tidak sehat dan merugikan pelaku usaha

Berdasarkan dari fakta-fakta yang terungkap di persidangan, baik berdasarkan dari keterangan saksi, keterangan terdakwa dan alat bukti lainnya, maka penulis berpendapat bahwa

Terjadi perubahan menjadi kategori sedang pada siklus I dan kategori tinggi pada siklus II.Tingkat kesadaran dalam memenuhi tugas dan tanggung jawab sebagai siswa

terkait dengan penyelewengan dana initial public offering (IPO) dan manipulasi laporan keuangan, tapi tampaknya otoritas bursa tersebut belum puas dengan apa yang disampaikan