• Tidak ada hasil yang ditemukan

QAR : A Reading Strategy To Enhance Non-English Department Students’ Reading Skill

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "QAR : A Reading Strategy To Enhance Non-English Department Students’ Reading Skill"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

WAHIDAH PUSPA DINA

Penerapan Strategi Pembelajaran Time Token untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran IPS Kelas V MI

Miftahul Huda Lamongan

TRI WAHYUNI, NURLAILALATULAQROMI,

DAN TIARA RETNO HARYANI

QAR : A Reading Strategy To Enhance Non-English Department

Students’ Reading Skill

YULI SUHANDONO

Proses Metakognitif Siswa SMA dalam Pengajuan Masalah

Geometri

RIZKA NUR OKTAVIANI

Penggunaan Media Kartu Sampiran dan Isi (Kasamsi) untuk

Meningkatkan Keterampilan Menulis Pantun dalam Subtema

Memelihara Ekosistem Siswa Kelas V SD

RIRYN FATMAWATY

The Influence of Affective Variables On EFL/ESL Learning and

Teaching

MADEKHAN

Analisis Kebijakan dalam Ranperda Sistem Pendidikan

Kabupaten Lamongan

Diterbitkan oleh: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Islam Lamongan

JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN

R

R

E

E

F

F

O

O

R

R

M

M

A

A

(2)
(3)

JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN

REFORMA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Vol V, No. 01, Juni 2017

DEWAN REDAKSI

Penanggung Jawab : Rektor Universitas Islam Lamongan

Ketua Penyunting : Dr. Madekhan, MSi

Wakil Ketua Penyunting : Mohamad Nurman, SPd. MPd.

Penyunting Pelaksana : Dian Lutfiyanti, SPd. MPd. Husen, S.Ag. MPd.

Drs. Syarif Hidayatullah Diah Astuty, MPd. Ryrin Fatmawati, MPd. Abdul Kholiq, M.Pd. Tiara Retno H., MPd.

Penyunting Ahli : Drs. Tsalis Fahmi, MM.

R. Chusnu Yuli S. MPd, Dr. Fathurrahman, MM Hariyanto, SPd. M.IP M. Faizal Mubarok, MPd. Abdullah Farih, M.Pd

PENERBIT

KANTOR

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Islam Lamongan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Gedung A Universitas Islam Lamongan

Jl. Veteran No. 53 A Lamongan Telp. (0322)324706/ 317116. Email: fkipunisla@gmail.com

Mengutip ringkasan dan pernyataan atau mencetak ulang gambar atau tabel dari jurnal ini harus mendapatkan ijin langsung dari penulis. Jurnal ini diedarkan sebagai tukaran untuk perguruan tinggi, lembaga penelitian dan perpustakaan di

(4)
(5)

WAHIDAH PUSPA DINA

243

Penerapan Strategi Pembelajaran Time Token untuk Meningkatkan Hasil

Belajar Siswa Mata Pelajaran IPS Kelas V MI Miftahul Huda Lamongan

TRI WAHYUNI, NURLAILALATULAQROMI,

DAN TIARA RETNO HARYANI

256

QAR : A Reading Strategy To Enhance Non-English Department Students’ Reading Skill

YULI SUHANDONO

263

Proses Metakognitif Siswa SMA dalam Pengajuan Masalah Geometri

RIZKA NUR OKTAVIANI

272

Penggunaan Media Kartu Sampiran dan Isi (Kasamsi) untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Pantun dalam Subtema Memelihara Ekosistem Siswa Kelas V SD

RIRYN FATMAWATY

287

The Influence of Affective Variables On EFL/ESL Learning and Teaching

MADEKHAN

293

Analisis Kebijakan dalam Ranperda Sistem Pendidikan Kabupaten Lamongan

Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran

R E F O R M A

(6)
(7)

Jurnal Reforma Vol. V No. 01, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, UNISLA | 243

Penerapan Strategi Pembelajaran

Time Token

untuk Meningkatkan Hasil

Belajar Siswa Mata Pelajaran IPS Kelas V MI Miftahul Huda Lamongan

WAHIDAH PUSPA DINA

Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Agama Islam Universitas Islam Lamongan

E-mail : wahidah.puspa.dina70@gmail.com

ABSTRAK:

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilatarbelakangi oleh rendahnya hasil belajar siswa kelas V MIwMiftahul Huda pada mata pelajaran IPS. Dari 11 siswa keseluruhan 6 dinyatakan tidak tuntas dalam ulangan harian. Oleh karena itu perlu diterapkan strategi yang dinilai dapat meningkatkan hasil belajar siswa, salah satu strategi tersebut adalah strategi time token. Strategi time token dinilai tepat karena mempunyai banyak kelebihan dan sesuai dengan karakteristik siswa. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui penerapan strategi pembelajaran time token dalam meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS dan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa-siswi dalam pembelajaran IPS. Penelitian ini menggunakan metode penelitian Kurt Lewin yang terdiri atas dua siklus. PTK ini dapat dikatakan berhasil jika; 1) Sebanyak 90% siswa atau lebih termasuk dalam kategori tuntas, 2) Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran IPS kelas V yaitu sebesar 75, dan 3) Guru dapat melaksanakan proses pembelajaran sesuai rencana pembelajaran sebesar 85%. Dari kriteria ketuntasan tersebut, pembelajaran dengan menerapkan strategi pembelajaran time token dinyatakan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V MI Miftahul Huda pada mata pelajaran IPS. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan nilai siswa pada siklus 1 nilai rata-rata siswa sebesar 72 dengan persentase ketuntasan sebesar 64% meningkat pada siklus II sebesar 83 dengan 91%. Hasil observasi guru dalam kegiatan pembelajaran pada siklus I sebesar 72 % mengalami peningkatan pada siklus II sebesar 91%. Selain itu dilihat dari hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I dengan persentase sebesar 64% mengalami peningkatan pada siklus II sebesar 80%.

Kata Kunci : Strategi Time Token, Hasil Belajar IPS, Penelitian Tindakan Kelas.

Pendahuluan

Secara bahasa, strategi bisa diartikan sebagai siasat, kiat, trik, atau cara. Sedang secara umum, strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan.

(8)

Wahidah Puspa Dina – Penerapan Strategi Pembelajaran Time Token untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran IPS Kelas V MI Miftahul Huda Lamongan

244 | Jurnal “Reforma” Vol. V No. 01, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, UNISLA mengajar untuk mencapai tujuan yang

telah digariskan.1

Didalam dunia pendidikan strategi

diartikan sebagai ―a plan, method, or series of activities designed to achieves a particular

education goal”. Jadi strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Menurut Wina Sanjaya istilah strategi, sebagaimana banyak istilah lainnya, dipakai dalam banyak konteks dengan makna yang tidak selalu sama. Di dalam konteks belajar mengajar, strategi berarti pola umum aktivitas guru-peserta didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar. Sifat umum pola tersebut berarti bahwa macam dan urutan perbuatan yang dimaksud tampak dipergunakan guru-peserta didik di dalam bermacam-macam peristiwa belajar.2

Sedangkan kata pembelajaran merupakan perpaduan dari dua aktivitas belajar dan mengajar. Aktivitas belajar secara metodologis cenderung lebih dominan pada siswa, sementara mengajar secara instruksional dilakukan oleh guru. Jadi, istilah pembelajaran adalah ringkasan dari kata belajar dan mengajar. Dengan kata lain, pembelajaran adalah penyederhanaan dari kata belajar dan mengajar (BM),

1 Hamruni, strategi pembelajaran, Yogyakarta:Insan Madani, 2012, hlm 1

2 Hamruni, strategi pembelajaran,... hal 1-2

proses belajar mengajar (PBM), atau kegiatan belajar mengajar (KBM).3

Kata atau istilah pembelajaran dan penggunaannya masih tergolong baru, yang mulai populer semenjak lahirnya Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003. Menurut undang-undang ini pembelajaran diartikan sebagai pola interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut pengertian ini, pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan, kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan keyakinan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Namun dalam implementasi-nya, sering kali kata pembelajaran ini diidentikkan dengan kata mengajar.4

Pembelajaran yang diidentikkan dengan kata ―mengajar‖ berasal dari kata dasar ―ajar‖ yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui. Kata pembelajaran yang semula diambil dari kata ―ajar‖ ditambah

awalan ―pe‖ dan akhiran ―an‖ menjadi

kata ―pembelajaran‖, diartikan sebagai proses, perbuatan, cara mengajar, atau

3 Ahmad Susanto, Teori belajar dan pembelajaran di sekolah dasar, Jakarta:Kencana, 2013, hlm 18-19 4 Ahmad Susanto, Teori belajar dan pembelajaran di

(9)

Wahidah Puspa Dina – Penerapan Strategi Pembelajaran Time Token untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran IPS Kelas V MI Miftahul Huda Lamongan

Jurnal Reforma Vol. V No. 01, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, UNISLA | 245

mengajarkan sehingga anak didik mau belajar.5

Jadi pembelajaran merupakan proses belajar mengajar yang dilakukan oleh pendidik atau guru dan peserta didik atau siswa dalam rangka untuk mencapai tujuan tertentu yaitu agar anak memperoleh baik ilmu pengetahuan, kemahiran atau keterampilan serta sikap atau tabiat yang baik. Sehingga strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.6

Strategi pembelajaran dan metode pembelajaran adalah dua hal yang saling berkaitan. Strategi pembelajaran merupakan suatu perencanaan dalam pelaksanaan pembelajaran. Sedangkan metode pembelajaran adalah cara pembentukan atau pengertian peserta (penerima informasi) terhadap suatu penyajian informasi/bahan ajar. Terdapat tiga syarat utama berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Pertama adalah siswa yang berperan sebagai penerima informasi, kedua adalah materi bahan yang akan disampaikan dan yang ketiga adalah pengajar selaku pengantar dan penyampai bahan ajar.7

Secara umum metode diartikan sebagai cara melakukan sesuatu. Secara khusus metode pembelajaran diartikan sebagai cara atau pola yang khas dalam

5 Ahmad Susanto, Teori belajar dan pembelajaran di sekolah dasar, Jakarta:Kencana, 2013, hlm.19 6 Hamruni, strategi pembelajaran. Yogyakarta:

Insan Madani, 2012, hlm.2

7 Daryanto, Strategi dan Tahapan Mengajar, Bandung:Yrama Widya, 2013, hlm 1

memanfaatkan berbagai prinsip dasar pendidikan. Selain itu, metode juga merupakan berbagai teknik dan sumber daya terkait lainnya agar terjadi proses pembelajaran pada diri pembelajar.8

Jadi strategi pembelajaran merupakan suatu perencanaan pembelajaran yang dilaksanakan dan disampaikan kepada peserta didik dengan metode pembelajaran.

Kozma (1989) secara umum menjelaskan bahwa strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menunju tercapainya tujuan pembelajaran tertentu.9

Selain itu Kemp (1995) juga menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.10 Sehingga menurut uraian diatas strategi pembelajaran merupakan komponen yang penting dalam pembelajaran agar hasil belajar yang diinginkan bisa tercapai.

Secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah

8 Zainal aqib, Model-model, Media dan Strategi Pembelajaran Kontekstual Inovatif, Bandung: Yrama Widya, 2013, hlm 102

9 Zainal Aqib, Model-model,Media dan Strategi Pembelajaran Kontekstual inovatif, Bandung: Yrama Widya, 2013,hlm.

(10)

Wahidah Puspa Dina – Penerapan Strategi Pembelajaran Time Token untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran IPS Kelas V MI Miftahul Huda Lamongan

246 | Jurnal “Reforma” Vol. V No. 01, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, UNISLA kemampuan yang diperoleh anak setelah

melalui kegiatan belajar.11 Untuk mengetahui apakah hasil belajar yang dicapai telah sesuai dengan tujuan yang dikehendaki dapat diketahui melalui evaluasi. Sebagaimana dikemukakan oleh Sunal (1993:94), bahwa evaluasi merupakan proses penggunaan informasi untuk membuat pertimbangan seberapa efektif suatu program telah memenuhi kebutuhan siswa.12

Jadi hasil belajar yang akan ditingkatkan tidak hanya berupa nilai tes siswa tetapi juga tingkat motivasi belajar siswa dilihat dari aktivitas siswa saat pembelajaran.

Seorang guru yang ingin hasil belajar siswanya baik maka harus menggunakan strategi pembelajaran yang tepat. Jika strategi yang digunakan tidak tepat, maka hasil belajar yang ingin dicapai tidak akan terpenuhi. Tetapi faktanya, masih banyak guru yang menggunakan strategi konvensional. Strategi tersebut menempat-kan siswa sebagai objek. Sehingga yang aktif dalam pembelajaran hanyalah guru dan hasil belajar siswa yang ingin dicapai dalam suatu mata pelajaran tidak akan terpenuhi.

Salah satu mata pelajaran yang paling sering menggunakan strategi konvensional adalah IPS. Karena hampir semua materinya adalah hafalan. IPS merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang diturunkan dari isi materi

11 Ahmad Susanto, Teori belajar dan pembelajaran di sekolah dasar, Jakarta: Kencana, 2013, hlm.5 12 Ahmad Susanto, Teori belajar dan pembelajaran di

sekolah dasar..., hlm. 5

cabang-cabang ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, antropologi, filsafat dan psikologi sosial.13

Tujuan pendidikan IPS pada dasarnya untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya, serta berbagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.14

Salah satu sekolah dasar yang masih menggunakan strategi konvensional dalam pembelajaran IPS adalah MI Miftahul Huda Lamongan. Karena gurunya menggunakan strategi pembelajaran konvensional atau kurang variatif, maka hasil belajar peserta didiknya kurang memuaskan. Hal ini bisa dilihat dari hasil ulangan harian siswa kelas V pada mata pelajaran IPS materi peristiwa sekitar proklamasi, 6 dari 11 siswa nilainya dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). KKM mata pelajaran IPS di MI Miftahul Huda yaitu 75. Karena itu perlu diadakannya penelitian untuk meningkatkan hasil belajarnya.

Ada berbagai strategi pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajarn IPS materi sekitar proklamasi, antara lain; TPS (Think Pair

Share), demonstrasi, dan time token.

Strategi TPS dan demonstrasi kurang

13 Trianto,Model Pembelajaran Terpadu, Jakarta:

Bumi Aksara, 2010, hlm 78

14 Etin, Solihatin, Cooperative Learning, Jakarta:

(11)

Wahidah Puspa Dina – Penerapan Strategi Pembelajaran Time Token untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran IPS Kelas V MI Miftahul Huda Lamongan

Jurnal Reforma Vol. V No. 01, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, UNISLA | 247

sesuai karena tidak sesuai dengan karakteristik siswa yang pasif. Jadi dipilihlah strategi pembelajaran time token yang paling sesuai dengan karakteristik siswa. Strategi pembelajaran

Time Token merupakan salah satu contoh kecil dari penerapan pembelajaran demokratis di sekolah. Proses pembelajaran yang demokratis adalah proses belajar yang menempatkan siswa sebagai subjek. Sepanjang proses belajar, aktivitas siswa menjadi titik perhatian utama. Dengan kata lain mereka selalu dilibatkan secara aktif. Guru berperan mengajak siswa mencari solusi bersama terhadap permasalahan yang ditemui.15

Selain itu strategi time token

mempunyai banyak kelebihan antara lain; 1) mendorong siswa untuk meningkatkan inisiatif dan partisipasi; 2) menghindari dominasi siswa yang pandai berbicara atau yang tidak berbicara sama sekali; 3) membantu siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran; 4) meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi (aspek berbicara); 5) melatih siswa untuk mengungkapkan pendapat; 6) menumbuh-kan kebiasaan pada siswa untuk saling mendengarkan, berbagi, memberikan masukan, dan memiliki sikap keterbukaan terhadap kritik; 7) mengajarkan siswa untuk menghargai pendapat orang lain; 8) mengajak siswa mencari solusi bersama terhadap permasalahan yang dihadapi;

15 Miftahul Huda, Model-model Pengajaran dan

Pembelajaran, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013, hlm 241

dan 9) tidak memerlukan banyak media pembelajaran.16

Adapun sintak dari strategi pembelajaran time token ini dalam Huda (2013) adalah sebagai berikut; 1) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran atau

kompetensi dasar, 2) Guru

mengondisikan kelas untuk

melaksanakan kondisi klasikal, 3) Guru memberi tugas pada siswa untuk memahami bacaan yang diberikan oleh guru mengenai materi pembelajaran 4) Guru memberi sejumlah kupon berbicara dengan waktu ± 30 detik per kupon pada tiap siswa, 5) Guru meminta siswa menyerahkan kupon terlebih dahulu sebelum berbicara atau memberi komentar. Satu kupon untuk satu kesempatan berbicara. Siswa dapat tampil lagi setelah bergiliran dengan siswa lainnya. Siswa yang telah habis kuponnya tidak boleh bicara lagi. Siswa yang masih memegang kupon harus berbicara sampai kuponnya habis. Demikian seterusnya hingga semua anak berbicara, 6) Guru memberi sejumlah nilai berdasarkan waktu yang digunakan tiap siswa dalam berbicara.17

Sebelum melaksanakan penelitian, indikator kinerja atau kriteria yang akan dicapai harus jelas. Indikator kinerja dalam Kunandar (2011) adalah suatu kriteria yang digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan dari kegiatan PTK

16 Miftahul Huda, Model-model Pengajaran dan

Pembelajaran... hlm 241

17 Miftahul Huda, Model-model Pengajaran dan

(12)

Wahidah Puspa Dina – Penerapan Strategi Pembelajaran Time Token untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran IPS Kelas V MI Miftahul Huda Lamongan

248 | Jurnal “Reforma” Vol. V No. 01, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, UNISLA dalam meningkatkan atau memperbaiki

KBM di kelas.18

Indikator kinerja PTK ini antara lain; 1) Sebanyak 90% siswa atau lebih termasuk dalam kategori tuntas.; 2) KKM mata pelajaran IPS kelas V MI yaitu sebesar 75. 3) Guru dapat melaksanakan proses pembelajaran sesuai rencana pembelajaran sebesar 85%.

Dari uraian di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1) Bagaimana penerapan strategi pembel-ajaran time token dalam pembelajaran mata pelajaran IPS kelas V MI Miftahul Huda?; 2) Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa kelas V MI Miftahul Huda dalam pembelajaran IPS dengan penerapan strategi pembelajaran time token?.

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tindakan yang dipilih dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu dengan menggunakan strategi pembelajaran time token. Dengan menggunakan strategi pembelajaran ini diharapkan dalam pembelajaran IPS siswa-siswi kelas V MI Miftahul Huda hasil belajarnya lebih meningkat lebih memuaskan.

Penelitian ini terbagi menjadi dua siklus, setiap siklus dilaksanakan berdasarkan model Kurt Lewin yakni mengikuti prosedur perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Melalui dua siklus tersebut dapat diamati

18 Kunandar, Langkah-langkah Penelitian Tindakan

Kelas, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2011, hlm. 127

peningkatan hasil belajar siswa sebagai

berikut ―Dengan diterapkan strategi pembelajaran time token dalam proses pembelajaran IPS dapat meningkatkan hasil belajar siswa-siswi kelas V MI Miftahul Huda‖.

Sesuai rumusan masalah dan tindakan yang telah ditentukan, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini adalah; 1) Untuk mengetahui penggunaan strategi pembelajaran time token dalam meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS.; 2) Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa-siswi dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan strategi pembel-ajaran

time token.

Metode

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK adalah proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dan upaya untuk memecahkannya dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari tindakan tersebut.19

Model penelitian yang digunakan dalam PTK ini yaitu model Kurt Lewin. Kurt Lewin menjelaskan bahwa ada empat hal yang harus dilakukan dalam proses penelitian tindakan yakni perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Pelaksanaan penelitian tindakan

19 Wina Sanjaya, Penelitian Pendidikan, Jakarta:

(13)

Wahidah Puspa Dina – Penerapan Strategi Pembelajaran Time Token untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran IPS Kelas V MI Miftahul Huda Lamongan

Jurnal Reforma Vol. V No. 01, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, UNISLA | 249

adalah proses yang terjadi dalam suatu lingkaran yang terus-menerus.20

Perencanaan adalah menentukan program perbaikan yang berangkat dari suatu ide gagasan peneliti; sedangkan tindakan adalah perlakuan yang dilaksanakan oleh peneliti sesuai dengan perencanaan yang telah disusun oleh peneliti. Observasi adalah pengamatan yang dilakukan untuk mengetahui efektivitas tindakan atau mengumpulkan informasi tentang berbagai kelemahan (kekurangan) tindakan yang telah dilakukan dan refleksi adalah kegiatan analisis tentang hasil observasi hingga

memunculkan program atau

perencanaan baru.21

PTK ini dilaksanakan dalam dua siklus. Siklus 1 terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Dalam proses perencanaan yang dilakukan adalah: 1) Melakukan analisis kurikulum untuk menentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa dengan menggunakan strategi pembelajaran time token; 2) Membuat rencana pembelajaran dengan menggunakan strategi pembel-ajaran time token 3) Membuat media kupon berbicara; 3) Membuat lembar kerja siswa untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode time token; 4) Membuat instrumen yang digunakan dalam siklus PTK yaitu instrumen observasi pelaksanaan mengajar guru di

20 Wina Sanjaya, Penelitian Pendidikan, ... hlm 154 21 Wina Sanjaya, Penelitian Pendidikan, ... hlm 154

dalam kelas dan instrumen observasi aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.

Dalam proses pelaksanaan yang dilakukan adalah: 1) Guru membagi siswa menjadi tiga kelompok; 2) Setiap siswa diberikan beberapa kupon berbicara; beserta materi yang akan dibahas dalam proses pembelajaran; 3) Siswa yang mendapat kupon berbicara diminta menjelaskan salah satu materi pelajaran tanpa melihat teks bacaan; 4) Setiap siswa dalam kelompok menjelaskan salah satu materi pelajaran tanpa melihat teks bacaan secara bergantian; 5) Setiap siswa harus menjelaskan salah satu materi pelajaran sampai kupon yang diberikan habis. 6) Setiap siswa diberikan lembar kerja yang

digunakan untuk mengetahui

peningkatan hasil belajar siswa setelah melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan strategi time token.

Dalam proses pengamatan ada beberapa hal yang diamati dalam proses pembelajaran dengan menggunakan instrumen observasi pada siklus I yaitu: 1) pelaksanaan mengajar guru di dalam kelas; 2) aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.

(14)

Wahidah Puspa Dina – Penerapan Strategi Pembelajaran Time Token untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran IPS Kelas V MI Miftahul Huda Lamongan

250 | Jurnal “Reforma” Vol. V No. 01, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, UNISLA dilakukan perbaikan yang akan

dilaksanakan pada siklus selanjutnya. Seperti halnya siklus 1 dan siklus 2 dalam PTK ini juga terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. berdasarkan replaning dari siklus 1, planing siklus 2 yaitu: 1) membuat rencana pembelajaran dengan mengguna-kan strategi pembelajaran time

token; 2) membuat media kupon

berbicara; 3) membuat lembar kerja siswa untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode time token; 4)Membuat instrumen yang digunakan dalam siklus PTK yaitu instrumen observasi pelaksanaan mengajar guru di dalam kelas dan instrumen observasi aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.

Dalam pelaksanaan guru membagi siswa menjadi tiga kelompok. Setiap siswa diberikan beberapa kupon berbicara, beserta materi yang akan dibahas dalam proses pembelajaran. Siswa yang mendapat kupon berbicara diminta menjelaskan salah satu materi pelajaran tanpa melihat teks bacaan. Setiap siswa melakukannya secara bergantian sampai kupon yang diberikan habis. Setelah itu setiap siswa diberikan lembar kerja yang digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar

siswa setelah melaksanakan

pembelajaran dengan menggunakan metode time token.

Hasil observasi pembelajaran IPS dengan menggunakan strategi pembel-ajaran time token pada siklus II

diharapkan memperoleh hasil yang maaksimal, banyak siswa yang antusias dan memperhatikan dalam proses pembelajaran.

Beberapa hal yang diamati dalam proses pembelajaran IPS di kelas V MI Miftahul Huda dengan menggunakan instrumen observasi pada siklus I yaitu: 1) pelaksanaan mengajar guru di dalam kelas; 2) aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.

Dalam tahap refleksi guru dan peneliti atau pengamat mengevaluasi tingkat keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan. Pada tahap ini hasil observasi guru dan siswa dianalisa dan dicari kekurangannya.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data kualitatif dan kuantitatif. Berikut ini penjabaran mengenai data-data tersebut: 1) Data kualitatif yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa hasil observasi aktivitas guru dan siswa; 2) Data kuantitatif pada penelitian ini berupa hasil nilai belajar siswa pada siklus I dan siklus II. Data tersebut digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar setelah diterapkannya strategi time token.

Cara mengumpulkan data dalam penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan menggunakan beberapa teknik penelitian yakni observasi untuk siswa dan guru, interview atau wawancara dan tes tulis yang diberikan kepada siswa.

Observasi dalam penelitian tindakan

kelas ini dilakukan untuk

(15)

Wahidah Puspa Dina – Penerapan Strategi Pembelajaran Time Token untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran IPS Kelas V MI Miftahul Huda Lamongan

Jurnal Reforma Vol. V No. 01, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, UNISLA | 251

belajar siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan strategi time token.

Wawancara dalam penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan untuk mengumpulkan berbagai data mengenai tingkat keberhasilan siswa pada mata pelajaran IPS dengan menggunakan strategi pembelajaran time token. Narasumber yang diwawancarai yaitu guru yang mengajar IPS di kelas V dan siswa kelas V.

Alat pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas ini berupa tes tulis atau soal latihan yang diberikan kepada siswa .Tes tulis pada penelitian ini berupa latihan soal IPS materi perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia untuk siswa kelas V sesudah diadakan penelitian tindakan kelas. Tes ini digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah menerapkan strategi pembelajaran time token.

Hasil

Data dalam hasil penelitian tindakan kelas ini diperoleh dengan menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu observasi untuk siswa dan guru, interview atau wawancara untuk siswa dan guru, serta tes tulis yang diberikan kepada siswa.

Observasi dilakukan untuk mengamati aktivitas guru dan aktivitas siswa kelas V

saat melaksanakan kegiatan

pembelajaran IPS materi peristiwa sekitar proklamasi dengan menggunakan strategi time token. Wawancara untuk guru dan siswa dilaksanakan sebelum

dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan strategi time token.

Selain menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara observasi dan wawancara, pengumpulan data juga dilakukan melalui penilaian tes tulis. Penilaian ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana peningkatan hasil belajar siswa pada siklus I dan II.

Penyajian data pada penelitian ini akan membagi menjadi dua bagian tahapan pelaporan, yaitu pada: Tahap siklus I dan Tahap siklus II.

Pada pembelajaran pada siklus I diperoleh hasil observasi aktivitas siswa sebesar 27 sedangkan skor maksimalnya adalah 40, jadi persentasenya adalah 61% yang berarti aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berada dalam kategori cukup baik.

Selain itu pada hasil observasi aktivitas guru dapat disimpulkan bahwa dalam kegiatan belajar mengajar pada siklus I, ketrampilan yang dimiliki guru dalam mengajar mendapat jumlah skor 23 dari jumlah skor maksimal 32. Dengan demikian persentasenya adalah 72% yang berarti aktivitas guru selama kegiatan pembelajaran dalam kategori baik.

(16)

Wahidah Puspa Dina – Penerapan Strategi Pembelajaran Time Token untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran IPS Kelas V MI Miftahul Huda Lamongan

252 | Jurnal “Reforma” Vol. V No. 01, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, UNISLA Setelah mengetahui hasil dari

pelaksanaan pada siklus I, nilai persentase ketuntasan yang diperoleh oleh siswa sebesar 64% masih kurang dari nilai persentase yang diharapkan yaitu sebesar 90%. Selain itu mempertimbangkan nilai observasi aktivitas guru dan siswa, maka masih perlu untuk melakukan tindakan perbaikan, yaitu melakukan tindakan siklus II. Pada siklus II diharapkan dapat memperbaiki kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I, sehingga hasil siklus II diharapkan akan menjadi lebih baik dan mencapai nilai persentase yang diharapkan.

Setelah melaksanakan siklus II, jumlah skor yang diperoleh adalah 32 sedangkan skor maksimalnya adalah 40, sehingga setelah dilakukan perhitungan persentase yang diperoleh adalah 80% yang berarti aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berada dalam kategori sangat baik. Persentase observasi aktivitas siswa mengalami peningkatan dari siklus I yang sebesar 61% menjadi 80% pada siklus II.

Pada hasil observasi aktivitas guru dalam pembelajaran siklus II, ketrampilan yang dimiliki guru dalam mengajar mendapat skor 29 dari skor maksimal 32. Dengan demikian persentasenya adalah 91 % yang berarti aktivitas guru selama kegiatan pembelajaran dalam kategori sangat baik. Persentase ini mengalami peningkatan pada siklus I dari 72% menjadi 91%.

Pada siklus II nilai siswa juga mengalami peningkatan sebesar 91%.

Persentase ini lebih besar dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu 90%. Dari perolehan persentase ketuntasan belajar tersebut menunjukkan bahwa kemampuan siswa pada mata pelajaran IPS materi peristiwa sekitar proklamasi sudah dikategorikan sangat baik.

Adanya peningkatan aktivitas siswa dan guru pada siklus I dan II dapat dilihat dalam tabel dan diagram di bawah ini.

Aspek Peningkatan

Siklus I

Siklus

II Keterangan

Perolehan skor hasil observasi

27 32 Meningkat

Tabel 1 Perbandingan aktivitas siswa pada siklus I dan Siklus II

Diagram 1. Persentase aktivitas siswa pada siklus I dan Siklus II

Aspek Peningkatan

Siklus I

Siklus

II Keterangan

Perolehan skor hasil observasi

23 29 Meningkat

(17)

Wahidah Puspa Dina – Penerapan Strategi Pembelajaran Time Token untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran IPS Kelas V MI Miftahul Huda Lamongan

Jurnal Reforma Vol. V No. 01, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, UNISLA | 253

Diagram 2 Persentase aktivitas guru pada siklus I dan Siklus II

Aspek

Peningkatan Siklus I

Siklus

II Keterangan

Perolehan rata-rata nilai siswa

72 83 Meningkat

Tabel 3 Perbandingan rata-rata nilai siswa pada siklus I dan Siklus II

Diagram 3 Persentase nilai sisswa pada siklus I dan II

Melihat dari hasil observasi aktivitas siswa dan guru yang sudah dijelaskan di atas, dapat dikatakan penerapan strategi

time token cukup baik. Hal ini

ditunjukkan dari hasil tes formatif yang diberikan kepada siswa. Dari siklus I sebesar 64% meningkat menjadi 91% pada siklus II.

Berdasarkan hasil observasi pembelajaran, juga terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II. Pada siklus 1, guru tidak sepenuhnya melaksanakan pembelajaran sesuai RPP sehingga persentase kemampuan mengajar guru

sebesar 72%. Persentase tersebut sudah tergolong baik, tapi masih perlu ditingkatkan lagi.

Pada siklus II, guru melaksanakan pembelajaran sesuai RPP seingga persentase kemampuan mengajar guru meningkat sebesar 91%. Persentase tersebut sudah tergolong sangat baik, dan guru perlu memperta-hankannya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.

Aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan menerapkan strategi time token,

pada siklus I sudah cukup baik, walaupun masih ada beberapa anak yang kurang memperhatikan ketika pembelajaran. Hal ini bisa dilihat pada lembar observasi siswa yang menunjukkan ada 2 siswa yang sangat baik, 4 siswa yang baik, 4 siswa yang cukup baik dan 1 siswa yang kurang baik dalam proses pembelajaran. Jadi persentase aktivitas siswa dalam pembelajaran yaitu Sangat baik sebesar 18,18%, Baik dan cukup baik sebesar 36,36% sedangkan yang kurang baik hanya 9,09%.

(18)

Wahidah Puspa Dina – Penerapan Strategi Pembelajaran Time Token untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran IPS Kelas V MI Miftahul Huda Lamongan

254 | Jurnal “Reforma” Vol. V No. 01, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, UNISLA 55%, Baik sebesar 36% dan yang cukup

baik sebesar 9,09%.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus di kelas V MI Miftahul Huda pada mata pelajaran IPS, dapat disimpulkan bahwa; 1) Proses pembelajaran dengan penerapkan metode pembelajaran time token

berlangsung dengan baik, hal ini terlihat pada proses observasi guru dalam kegiatan pembelajaran pada siklus I sebesar 72 % sudah dalam kategori cukup baik dan mengalami peningkatan pada siklus II sebesar 91% dalam kategori sangat baik. Selain itu dilihat dari hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I masih mendapat jumlah skor 27 dari skor maksimalnya 40, sehingga persentase yang diperoleh adalah 64%, hasil ini mengalami peningkatan pada siklus II hasil observasi aktivitas siswa sudah mendapat jumlah skor 32 dari skor maksimalnya 40, sehingga persentase yang diperoleh adalah 80%, sehingga dapat dikatakan juga mengalami peningkatan. 2) Penerapan strategi time token dapat meningkatan hasil belajar siswa kelas V MI Miftahul Huda pada mata pelajaran IPS. Hal ini dapat dilihat dari siklus 1 dengan nilai rata-ratanya yaitu 72 dan persentase ketuntasan pada siklus I sebesar 64% dengan 7 siswa tuntas dan 4 siswa tidak tuntas. Hasil nilai siswa tersebut cukup baik tetapi masih perlu diadakan perbaikan karena belum memenuhi kriteria ketuntasan.

Kemudian pada siklus II mengalami peningkatan. Persentase ketuntasan meningkat menjadi 83. Sedangkan persentase ketuntasan pada siklus I yang sebesar 64% dengan 7 siswa tuntas dan 4 siswa tidak tuntas. Pada siklus II persentase ketuntasan meningkat menjadi sebesar 91% dengan 10 siswa tuntas dan 1 siswa tidak tuntas.

Dari hasil penelitian tindakan kelas dengan menerapkan strategi time token yang telah dilaksanakan, agar proses pembelajaran selanjutnya bisa berjalan lebih baik dan lebih meningkatkan hasil belajar serta prestasi peserta didik, maka untuk melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan strategi time token

memerlukan persiapan yang baik, sehingga guru harus mampu membuat perencanaan pembelajaran dan media kupon berbicara yang bisa meningkatkan semangat belajar siswa. Selain itu, sebelum proses perencanaan guru juga harus bisa memilih materi dan mata pelajaran yang tepat dengan strategi ini agar pembelajaran berlangsung dan mendapat hasil yang maksimal.

(19)

Wahidah Puspa Dina – Penerapan Strategi Pembelajaran Time Token untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran IPS Kelas V MI Miftahul Huda Lamongan

Jurnal Reforma Vol. V No. 01, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, UNISLA | 255

Daftar Pustaka

Aqib, Zainal. 2013. Model-model, Media dan

Strategi Pembelajaran Kontekstual

inovatif. Bandung: Yrama Widya

Daryanto, 2013. Strategi dan Tahapan

Mengajar. Bandung:Yrama Widya

Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar.

Bandung: CV Pustaka Setia.

Hamruni, 2012. Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Insan Madani

Huda, Miftahul. 2013. Model-model

Pengajaran dan Pembelajaran.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Kunandar, 2011. Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran

Berorientasi pada standar proses

pendidikan. Jakarta: Kencana

Sanjaya, Wina. 2013. Penelitian Pendidikan.

Jakarta:Kencana

Solihatin, Etin. 2007. Cooperative Learning.

Jakarta: Bumi Aksara

Susanto,Ahmad. 2013. Teori belajar dan pembelajaran di sekolah dasar. Jakarta: Kencana

(20)

256 | Jurnal “Reforma” Vol. V No. 01, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, UNISLA

QAR : A Reading Strategy To Enhance Non-

English Department Students’

Reading Skill

TRI WAHYUNI, NURLAILALATULAQROMI,

DAN TIARA RETNO HARYANI

Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Lamongan

Abstrak:

Question Answer Relationship (QAR) strategy is a teaching strategy in teaching reading comprehension. By applying the strategy, teacher can assist the students to comprehend a reading text easier though they have a limit vocabulary. This strategy allows students to comprehend the text by relating the questions and the answers that

can be classified into two big categories, “in the text” and “in my head”. At the end of

the teaching learning process, students are supposed to be creative in comprehending a text using the QAR strategy. By implementing the strategy, the students are expected to extend the reading materials and continue to read more written materials

Kata kunci: Question Answer Relationship (QAR), Reading Skill

Introduction

Reading is a complex activity which does not only involve pronunciation but also visual, psycholinguistics, and intellectual activities. Reading as an intellectual activity involves words recognition, literal understanding, interpretation, critical reading, and creative comprehension. Recognizing the words can be done by looking up the words in the dictionary, Crawly and Mountain (in Par, 2011). In order to

enhance the students‘ study skill, the

integration of academic content and English language is first developed (Martinez, 2002:79); therefore, reading is a primary skill to teach. Furthermore, in

tertiary level of education, Non-English department students learn English differently from English department students. The non-English department students learn English for academic purpose (EAP), while English department students learn general English. As a compulsory course, EAP is taught in the beginning of the study year to make the students equip with a study skill that is considered important to support their study in the following years (Robbinson, 1991:100 and Sulistyo, 2008:2).

(21)

Tri wahyuni, Nurlailalatulaqromi, & Tiara Retno Haryani –

QAR : A Reading Strategy To Enhance Non-English Department Students’ Reading Skill

Jurnal Reforma Vol. V No. 01, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, UNISLA | 257

a complex, interactive process, using basic skills, and advanced strategies to make meaning. Meanwhile the teaching of English in tertiary level, especially for non-English department students, is aimed at providing the students to comprehend textbooks and other references written in English. Regarding to those concepts, reading is emphasized as the basis of classroom activities in teaching and learning process of non-English department students.

Related to the teaching of English for non-English department in university, a lot of research shows that the teaching and learning process is not managed well. This condition has been taken place for almost thirty years (Sulistyo, 2008:2). Moreover, the problem arises when students try to understand English texts. Hamra (1996, in Hamra and Satriana, 2010:27) claims that in general, students of non-English department find it difficult to comprehend reading materials in English as foreign language. As a result, they do not enjoy reading English texts. In addition, the phenomenon also happens in Indonesia. The reading skill of Indonesian students to read English texts was very low because the teaching technique use seems monotonous.

By understanding the characteristics and identifying the problems of non-English department students as stated previously, a suitable teaching technique is required to solve the problem. The technique should guarantee the effective teaching which makes the students learn (Mukminatien, 2011:214). Considering

probem, the QAR strategy is presented in this study. It is intended to give an idea which might be applied in non-English department classes to make the students read actively.

Description of Qar Strategy

An important issue to be observed in this study is the reading strategy in reading comprehension instruction, i.e. Question Answer Relationship (QAR) strategy. QAR strategy shows the readers to explore the text from the information in the text itself (bottom up approach)

and from the readers‘ experiential

background knowledge (top down approach) to construct the meaning of the text.

QAR strategy can be an alternative to help the students to focus on analyzing reading texts. Raphael and Pearson (1982) have devised the QAR strategy as a way for students to understand that the answer to a question is directly related to the type of question that is asked. QAR strategy helps students in differentiating among questions on the basis of where the answer can be found: either ―in the

book‖ or ―in my head‖. If answers are ―in the book‖ the questions will be a literal type because the answers are ―right there‖ in the text. If the questions are ―in my head‖, inferential questions have

(22)

Tri wahyuni, Nurlailalatulaqromi, & Tiara Retno Haryani –

QAR : A Reading Strategy To Enhance Non-English Department Students’ Reading Skill

258 | Jurnal “Reforma” Vol. V No. 01, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, UNISLA The two categories of questions, in

the book and in my head, can be further delineated into four categories. For

questions that can be found ―in the book‖, students will either find them

―right there‖ in one place in the text, or they will have to ―think and search‖, also called ―search and find‖. For these types

of questions, students will need to search at several places in the text to find the answer. Questions from the ―in my head‖

category are going to be ―author and you‖ questions, where the student will

need to use their own background knowledge and experiences in addition to the textual information to answer the question. They might also be classified as

―on my own‖ questions, where the

student will rely solely on background experiences and knowledge to supply the answer (Frank, Grossi, & Stanfield, 2006)It is described in Table 1.

In the text In my head

Right There The answer is in the text and is usually easy to find. The words used in the question and the words used for the answer can usually be found in the same sentences

Author and You The answer is not explicitly stated in the text. The students need to think about what they already know, what the author tells them in the text, and how it fits together.

Think and search The answer is in the text, but the words used in the question and those used for the answer are not in the same sentences. Students need to think about different parts of the text and how ideas can be put together before answering the question.

On my own

The answer is not text-based. Students may be able to answer the question without reading the selection by using their own experiences and background knowledge.

Table 1 : The QAR in Charts

Purpose For Using Qar Strategy

The purpose of the QAR strategy is to improve student reading comprehensions by having them think creatively and working cooperatively to think about the selected text they are reading in order to ask questions and know where to find the answers.

How To Use Qar Strategy

Here are the steps of using QAR Strategy,

(a) Explain the two broad categories of questions (and the four subcategories) to students as an introduction to the QAR strategy.

The levels and types of comprehension questions are categorized into two big groups; those are in the text and in my head (Raphael, 1986). It means that actually the readers can find answers of certain questions in the text and in my head.

Type 1: In the Text

In this type, the answers are right there in the text. The answers can be found in the text explicitly. These types of

questions are literal. There are ―Right There‖ and ―Think and Search‖. In the

(23)

Tri wahyuni, Nurlailalatulaqromi, & Tiara Retno Haryani –

QAR : A Reading Strategy To Enhance Non-English Department Students’ Reading Skill

Jurnal Reforma Vol. V No. 01, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, UNISLA | 259

Some examples of phrases used for Right There questions are who is....?, where is...?, what is...?, when is...?, how many...?, and when did...?

In the think and search type, the answer is found in several parts of the text. The question and answer have different wordings. Answers are usually short answers.

Some examples of phrases used for Think and Search questions are for what reason...?, how did...?, why was...?, and what caused...?

Type 2: In My Head

In this type, students must use their prior knowledge to answer these types of

questions. There are ―Author and Me‖ and ―On My Own‖. In the type of Author

and Me, the answer to the question comes from both clues in the text and students' prior knowledge. Students must synthesize the text to fully understand the question.

Some examples of phrases used for author and me questions are would you...?, which character...?, did you agree with...?, what did you think of...?.

In the type of On My Own, the answer comes entirely from students' prior knowledge. These questions require inferential and evaluative thinking. The answers do not require information from the text but do require that students make some type of judgment about or elate to the topic of the text.

Some examples of phrases used for On My Own questions are do you

know...?, have you ever...?, would you ever...?

(b)The teacher models the QAR process by using a short reading passage

In this step, the teacher read the story and questions to the students. Then identify which QAR are indicated through the questions given. The teacher need to practice in identifying the QAR's with the class. Finally, the teacher and student answer and discuss the questions.

(c) The teacher should gradually increase the length and complexity of the texts used with QAR

The students continue to use QAR throughout the year, across the curriculum in science, social studies, health, etc.

Teaching Procedures Of Qar

Strategy

QAR is a questioning strategy that emphasizes on the relationship which exists between the question, the text, and the background of the reader. In this strategy, students are taught to use four question/answer relationships (QAR's) to find the information they need to answer the question. The general teaching procedures of QAR strategy which is adopted from Raphael (1982) stated that firstly, the teacher introduces QAR and explains the four types of QAR.

(24)

Tri wahyuni, Nurlailalatulaqromi, & Tiara Retno Haryani –

QAR : A Reading Strategy To Enhance Non-English Department Students’ Reading Skill

260 | Jurnal “Reforma” Vol. V No. 01, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, UNISLA story and questions to the students. Then,

the students identify which QAR's are evidenced through the questions given. The teacher practices identifying the QAR's with the class. Finally, the teacher and student answer and discuss the questions.

After that, the teacher provides independent practice. The teacher should gradually increase the length and complexity of the texts used with QAR. Finally, the students continue to use QAR throughout the year, across the curriculum in science, social studies, health, etc. The Table 2 shows us how the teaching-learning activities that can be applied in the classroom.

Scenario activities stage

Teacher activities Students’ activities

Pre-Reading Activities

1. Leading students to the topic by giving and/or showing a picture 2. Introducing the

topic and assigning students to predict the words used in the text 3. Conveying the

objective

learning, the four categories of QAR strategy

1.Paying attention to the picture shown

2.Paying attention to the topic and predicting the word used in the text 3.Paying attention to

the instructional objectives stated by teacher

Scenario activities stage

Teacher activities Students’ activities

Whilst Reading Activities

1. Asking students to sit in group and distributing

the student‘s

worksheet

2. Engaging

students to read the text silently and individually 3. Encouraging the

students to discuss the content of the text with their group related to four categories of QARs

4. Leading students to identify the two types of

QARs, ―Right there‖ and ―think and search‖

5. Giving chance to students for asking questions that they still do not understand 6. Encouraging the

students to select the appropriate two types of QARs based on the text given

7. Engaging

students to exchange the questions to other groups

8. Asking students to answer the questions, encouraging the students to help each other, monitoring and providing assistance if necessary 9. Discussing the

relationship between questions and answers to the whole class 10.Giving a task

1.Forming and sitting in their group and receiving

worksheet

2.Paying attention to the text being read 3.Discussing the

content of the text with their group

4.Paying teacher‘s

instruction, everyone thinking the answer and answer the

teacher‘s question

5.Raising the questions if they

don‘t understand

the text

6.Selecting ‗in the

book‘ questions

based on the text given to the appropriate brackets provided 7.Exchanging the

questions and answering the questions, working and helping each other

8.Answering the questions and helping each other 9.Giving respond to

the whole class‘

(25)

Tri wahyuni, Nurlailalatulaqromi, & Tiara Retno Haryani –

QAR : A Reading Strategy To Enhance Non-English Department Students’ Reading Skill

Jurnal Reforma Vol. V No. 01, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, UNISLA | 261

Scenario activities stage

Teacher activities Students’ activities

Post Reading Activities

1. Collecting the task

2. Asking the students to give feedback as reflection

1. Submitting the task

2. Giving feedback

Table 2. Teaching-Learning Activities

QAR Chart Model

This model is using an expository text because it is going to be taught in non-English department (IT students). The

reading test is entitled ―Computer Viruses‖. Some of the questions can be

classified into this table.

In the Text In My Head

Right There

1. What did happen in January 2004

Author and you

1 Why do we call a computer virus as a virus?

2 How does a computer virus infect your computer?

3 Mention kinds of computer viruses. Which one is the most dangerous? Why? 4 What is the topic of the

text? Think and Search

1. Why did Microsoft force to turn off their e-mail system in March 1999

2. What are the characteristics of a computer virus? 3. How can we clean

our infected computer from the virus?

4. What is the main idea of the third paragraph?

On My Own

1 How can we know that our computer has been infected by a virus?

Table 3. Classification of the questions

Conclusion

In teaching reading comprehension for non-English department students, the lecturer should select a technique that encourages the students to actively read the texts to make the learning process run well. QAR Strategy has beneficial impacts towards the learning process in comprehending written text. The technique allows the students to extend the reading materials and continue the students to read more written materials.

References

Branger, J., & Lewis, J. 2001. Building a

Knowledge Base in Reading.

Newark:IRA.

Conner, Jennifer. 2006. Instructional Reading Strategy: KWL (Know, Want to Learn, Learned). Retrieved February, 16, 2011, from http://www.indiana.edu/~l517/ KWL.htm

Hamra, Arifudin and Satriana, Eny. 2010.

Developing A Model of Teaching Reading Comprehnsion for EFL Students. TEFLIN journal, 21(1): 27-40.

Martinez, Illiana A. 2002. Developing Genre Awareness in

Nonnative-English-Speaking Writers of

Experimental Research Articles: A

Collaboratives Approach. In

Crandall, JoAnn and Kaufman,

Dorit (Eds.), Content-Based

(26)

Tri wahyuni, Nurlailalatulaqromi, & Tiara Retno Haryani –

QAR : A Reading Strategy To Enhance Non-English Department Students’ Reading Skill

262 | Jurnal “Reforma” Vol. V No. 01, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, UNISLA Mukminatien, Nur. 2011. Does our

Teaching Cause Learning? A

Reflection on our Teaching and Insights into Factors Affecting

Language Learning. In Cahyono,

Bambang Y. and Mukminatien, Nur (Eds.), Techniques and Strategy to Enhance English Language Learning. Malang: UM Press.

Par, L. 2011. Improving Students’ Reading

Comprehension of Expository Texts

Through The Answer-Question

Relationship Strategy. Unpublished Thesis: State University of Malang.

Raphael, T. E. & Pearson P.D. 1982. The Effect of Metacognitive Awareness

Training on Children’ Question

-Answering Behaviour. University

of Illinois

Raphael, T. E. 1986. Teaching Question Answer Relationships, Revisited. The Reading Teacher (39) 6, 516-522.

Robinson, Pauline C. 1991. ESP Today: A

Practitioner’s Guide. Hertfortshire: Prentice Hall International (UK). Sasson, Dorit. 2008. Use K-W-L Technique

in Reading Lessons. Strategic

Thought Process for Engaging

Students Before They Read.

Retrieved February, 16, 2011, from

http://www.suite101.com/conte nt/strategic-lesson-planning-for-teaching-reading-a60272.

Sulistyo, Gunadi Harry. 2008.

Pengembangan Tes Kemampuan

Memahami Teks Akademik

Berbahasa Inggris. Dissertation

synopsis. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.

Vacca, Richard T. and Vacca, Jo Anne. 1999. Content Area Reading. Literacy and Learning across the

Curriculum. Hoboken:

Addison-Wesley Educational Publisher. Wuryanto, Agus. KWL Method. Retrieved

(27)

Jurnal Reforma Vol. V No. 01, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, UNISLA | 263

Proses Metakognitif Siswa SMA dalam Pengajuan Masalah Geometri

YULI SUHANDONO

Email : mas.yulfi@gmail.com

Abstrak :

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses metakognitif siswa dalam pengajuan masalah geometri. Subjek penelitian adalah siswa kelas X sebanyak 2 siswa berdasarkan kategori pada tes pengajuan masalah tipe post-solution. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses metakognitif subjek kategori pertama dalam pengajuan masalah geometri, melakukan aktivitas merencanakan, memantau dan mengevaluasi proses dan hasil berpikirnya pada setiap tahap pengajuan masalah (memahami informasi, menyusun rencana pengajuan masalah, merumuskan masalah, menyelesaikan masalah dan memeriksa kembali kesesuaian masalah yang dibuat dengan informasi awal). Proses metakognitif subjek kategori kedua dalam pengajuan masalah geometri, melakukan aktivitas merencanakan, memantau dan mengevaluasi proses dan hasil berpikirnya pada tahap memahami informasi, menyusun rencana pengajuan masalah dan merumuskan masalah. Sedangkan pada tahap menyelesaikan masalah subjek kategori kedua melakukan aktivitas merencanakan dan memantau proses berpikirnya tetapi tidak melakukan aktivitas mengevaluasi proses dan hasil berpikirnya. Selain itu pada tahap memeriksa kembali kesesuaian masalah yang dibuat dengan informasi awal subjek kategori kedua melakukan aktivitas memantau dan mengevaluasi proses dan hasil berpikirnya tetapi tidak melakukan aktivitas merencanakan proses berpikirnya.

Kata kunci: Metakognitif, Pengajuan Masalah, Masalah Geometri.

Pendahuluan

Geometri merupakan bagian dari matematika yang erat kaitannya dengan masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa tujuan belajar geometri adalah mengembangkan kemampuan berpikir logis, menanamkan pengetahuan untuk menunjang materi yang lain dan mampu membangun argumen-argumen matematika mengenai

(28)

Yuli Suhandono - Proses Metakognitif Siswa SMA dalam Pengajuan Masalah Geometri

264 | Jurnal “Reforma” Vol. V No. 01, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, UNISLA memuaskan jika dibandingkan dengan

materi matematika yang lain.

Resnick (1987) mengungkapkan bahwa untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa dapat dilatih dengan memberikan stimulus kepada mereka dalam menganalisis masalah, membuat pertanyaan dan memprediksi situasi yang diberikan. Silver & Cai (1996) menyatakan kemampuan siswa sekolah menengah dalam pengajuan masalah mempunyai hubungan yang kuat dan positif dengan kemampuan pemecahan masalah. Sedangkan Siswono (2002) menyatakan ketika seorang siswa dapat mengajukan masalah dengan baik maka baik pula dalam menyelesaikan suatu masalah. Oleh sebab itu siswa akan termotivasi dalam pemecahan masalah jika telah mengajukan masalah berdasarkan kebutuhan dan kesadaran mereka sendiri.

Seorang guru perlu mempertimbang-kan banyak hal dalam memilih strategi untuk mengajarkan suatu materi kepada siswa. Weinstein & Mayer (Arends, 1997) bahwa pengajaran yang baik meliputi mengajar siswa tentang bagaimana belajar, bagaimana mengingat, bagaimana berpikir, dan bagaimana memotivasi diri sendiri. Flavell (1976) menyebut aktivitas berpikir tentang berpikirnya sendiri sebagai metakognisi. NCREL (1995) mengemukakan tiga dasar metakognisi yaitu mengembangkan rencana tindakan, memonitor rencana tindakan dan mengevaluasi rencana tindakan.

Adapun penelitian yang

berhubungan dengan metakognisi

maupun pengajuan masalah yang telah dilakukan oleh Yeap (1997), Desoete (2007), Dawson & Fucher (2008), Kuzle (2011), Sudia (2013), dan Karnain (2014) mendorong peneliti untuk mendeskripsi-kan proses metakognitif siswa dalam hal merencanakan proses berpikirnya, memantau proses berpikirnya serta mengevaluasi proses dan hasil berpikir-nya dalam pengajuan masalah geometri yang dirasa peneliti masih belum banyak dilakukan oleh peneliti lain.

Metode

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan proses metakognitif siswa SMA dalam pengajuan masalah geometri. Penelitian dilakukan di SMA Negeri 3 Sidoarjo. Subjek penelitian sebanyak 39 siswa kelas X MIPA2. Instrumen utama adalah peneliti sendiri sedangkan instrumen pendukung terdiri dari tes pengajuan masalah geometri (TPMG) dan pedoman wawancara. Adapun tes pengajuan masalah geometri ditampilkan pada Gambar 1 berikut.

Gambar 1. Tes Pengajuan Masalah Geometri

(TPMG)

MASALAH 1

Diketahui kubus ABCD.EFGH dengan panjang rusuk 6 cm. Hitunglah jarak titik B ke bidang AFC!

PERINTAH:

1. Selesaikan masalah tersebut!

(29)

Yuli Suhandono - Proses Metakognitif Siswa SMA dalam Pengajuan Masalah Geometri

Jurnal Reforma Vol. V No. 01, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, UNISLA | 265

Kategori Siswa dalam Melaksanakan TPMG1

Jumlah K1 1.1 Siswa dapat

menyelesaikan masalah awal dengan benar

1.2 Siswa dapat membuat masalah dengan benar 1.3 Siswa mampu

menyelesaikan masalah yang dibuat dengan benar

5

K2 4.1 Siswa dapat menyelesaikan masalah awal dengan benar

4.2 Siswa dapat membuat masalah dengan benar 4.3 Siswa tidak mampu

menyelesaikan masalah yang dibuat

9

K3 3.1 Siswa dapat menyelesaikan masalah awal dengan benar

3.2 Siswa tidak dapat membuat masalah

0

K4 4.1 Siswa tidak dapat menyelesaikan masalah awal

4.2 Siswa dapat membuat masalah dengan benar 4.3 Siswa mampu

menyelesaikan masalah yang dibuat dengan benar

1

K5 5.1 Siswa tidak dapat menyelesaikan masalah awal

5.2 Siswa dapat membuat masalah dengan benar 5.3 Siswa tidak mampu

menyelesaikan masalah yang dibuat

17

K6 1.1 Siswa tidak dapat menyelesaikan masalah awal 1.2 Siswa tidak dapat

membuat masalah

7

Adaptasi dari Siswono (2002)

Tabel 1. Kategori Siswa dalam Pengajuan Masalah

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah (1) peneliti memberikan TPMG pada subjek (2) sebelum, pada saat dan setelah mengajukan masalah subjek melakukan think-aloud pada saat diwawancarai dan (3) peneliti melakukan perekaman secara audio maupun visual pada saat wawancara. Analisis data dalam penelitian ini yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan yang mengacu pada Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2011).

Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan hasil pre-tes pengajuan masalah geometri yang telah dikategorikan, dipilih 2 subjek berdasar-kan kategori yang sesuai dengan pengajuan masalah tipe post-solution yaitu subjek 1 (S1) yang berjenis kelamin laki-laki dan subjek 2 (S2) yang berjenis kelamin perempuan. Selanjutnya, hasil karakteristik proses metakognitif subjek dalam pengajuan masalah geometri dipaparkan dengan mengacu pada setiap komponen indikator proses metakognitif yaitu merencanakan, memantau dan mengevaluasi.

(30)

Yuli Suhandono - Proses Metakognitif Siswa SMA dalam Pengajuan Masalah Geometri

266 | Jurnal “Reforma” Vol. V No. 01, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, UNISLA dalam merencanakan hal yang akan

dilakukan untuk merumuskan masalah dengan memikirkan akan menggunakan susunan kalimat seperti apa pada penulisan masalah yang dibuat (CR), sadar terhadap proses dan hasil berpikirnya, dalam merencanakan untuk menggunakan rencana yang telah dibuat untuk menyelesaikan masalahnya (DR) dan sadar terhadap proses dan hasil berpikirnya, dalam merencanakan saat akan memeriksa kembali masalah yang dibuat (ER).

Komponen dari memantau ada 5 indikator yaitu sadar terhadap proses dan hasil berpikirnya, dalam memantau langkah yang dilakukan dalam memahami informasi (AM), sadar terhadap proses dan hasil berpikirnya, dalam merencanakan hal yang akan dilakukan untuk menyusun rencana dalam pengajuan masalah (BM), sadar terhadap proses dan hasil berpikirnya, dalam memantau hal yang dilakukan dalam merumuskan masalah (CM), sadar terhadap proses dan hasil berpikirnya, dalam memantau penggunaan rencana penyelesaian yang telah dibuat untuk menyelesaikan masalahnya (DM) dan sadar terhadap proses dan hasil berpikirnya, dalam memantau pemeriksaan kembali masalah yang dibuat (EM).

Komponen dari evaluasi ada 5 indikator yaitu sadar terhadap proses dan hasil berpikirnya, dalam mengevaluasi langkah yang digunakan dalam memahami informasi (AE), sadar terhadap proses dan hasil berpikirnya, dalam mengevaluasi hal yang dilakukan

dalam menyusun rencana pengajuan masalah (BE), sadar terhadap proses dan hasil berpikirnya, dalam mengevaluasi hal yang dilakukan dalam merumuskan masalah (CE), sadar terhadap proses dan hasil berpikirnya, dalam mengevaluasi kebenaran penggunaan langkah dan hasil penyelesaian apakah telah sesuai rencana atau belum (DE) dan sadar terhadap proses dan hasil berpikirnya, dalam mengevaluasi pemeriksaan kembali masalah yang dibuat (EE).

Proses Metakognitif Subjek 1 (S1)

Pada subjek S1 dalam pengajuan masalah telah menunjukkan proses metakognitif pada aktivitas merencana-kan, memantau dan mengevaluasi dalam setiap tahapan pengajuan masalah yaitu AR, AM, AE, BR, BM, BE, CR, CM, CE, DR, DM, DE, ER, EM, dan EE.

(31)

Yuli Suhandono - Proses Metakognitif Siswa SMA dalam Pengajuan Masalah Geometri

Jurnal Reforma Vol. V No. 01, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, UNISLA | 267

cara memperhatikan kembali perintah kedua dan masalah awal, saat memeriksa kesesuaian informasi yang diungkapkan dari yang dipahami pada perintah kedua maupun masalah awal dengan cara memperhatikan perintah kedua dan masalah awal.

Pada saat menyusun rencana pengajuan masalah, subjek melibatkan aktivitas metakognitif dalam merencana-kan pada saat memikirmerencana-kan bentuk bangun ruang , ukuran bangun dan pertanyaan pada masalah yang akan dibuat; melibatkan aktivitas metakognitif dalam memantau saat mengecek apa saja yang harus direncanakan sebelum menyusun masalah, yaitu dengan cara mengungkapkan bangun ruang, ukuran bangun ruang dan pertanyaan yang akan dipakai pada masalah yang akan dibuat dan saat mengecek ide asal dan alasan akan menggunakan ide tersebut, yaitu dengan cara mengungkapkan ide asal yang dipikirkan dan alasan memikirkan ide tersebut dalam menyusun rencana pengajuan masalah; melibatkan aktivitas metakognitif dalam mengevaluasi saat memeriksa kembali masalah yang sudah dipikirkan, yaitu dilakukan dengan cara membuat dan mengamati kembali oret-oretan ketika memeriksa tingk

Gambar

Tabel 1 Perbandingan aktivitas siswa pada siklus
Tabel 3 Perbandingan rata-rata nilai siswa pada
Table 2. Teaching-Learning Activities
Tabel 1. Kategori Siswa dalam Pengajuan
+4

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan data penelitian didapatkan bahwa ibu hamil yang melaksanakan pemeriksaan kehamilan di tem- pat yang tepat (fasilitas pelayanan kesehatan) memilih rencana

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar glukosa nampak secara statistik tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0,05) antara kadar glukosa pada saat estrus dan yang

Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah wawancara dengan melakukan wawancara kepada pihak terkait yaitu Manajer SDM dan sales adapun pertanyaan wawancara yang diberikan

Vähi- ten päihde-ehtoisia asiointeja oli tehty Ahvenan- maalla (0,2 %). Maakunnan väkilukuun suhteutettuna näyt- täisi siltä, että eniten päihde-ehtoisia asiointeja oli

Hasil dari penelitian ini adalah : (1) Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara pendidikan kewirausahaan dan self efficacy secara bersama-sama terhadap

atas segala Karunia dan Anugerah- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis berjudul “ Tanggung Jawab Calon Notaris Yang Sedang Magang Terhadap Kerahasiaan Akta ” yang disusun

Oleh karena pakan serbuk bunga yang dimanfaatkan oleh kelelawar untuk setiap jenis kelelawar berlainan maka untuk mengetahui tingkat tumpang tindih pakan yang disukai oleh

1) Adanya perhatian yang cukup dari orang tua, guru dan orang dewasa lainnya. 2) Anak mendapat rasa kasih sayang baik dari orang tua ataupun guru. 3) Suasana yang