• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERENCANAAN PENDIDIKAN NONFORMAL SEBAGAI PENDEKATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERENCANAAN PENDIDIKAN NONFORMAL SEBAGAI PENDEKATAN"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

PERENCANAAN PENDIDIKAN NONFORMAL SEBAGAI PENDEKATAN TERPADU

Prinsip Perencanaan Pendidikan nonformal

Terdapat sejumlah prinsip mengenai perencanaan pendidikan nonformal antara lain: 1. Perencanaan yang dikembangkan harus bersifat fleksibel, memadukan antara kualitas dengan sifat khusus pendidikan nonformal dan keragaman program

2. Dalam kasus tertentu penekanan lebih pada kebermaknaan dalam upaya menunjang efisiensi dan memberikan peluang sesuai dengan tujuan dan tuntutan dari program pendidikan nonformal.

Sehubungan dengan itu para perencana pendidikan nonformal hendaknya lebih memahami tuntutan khusus dan ciri serta kondisi dari pendidikan nonformal, serta memanfaatkan sejumlah informasi yang mendesak dan strategi pembembangan pendidikan nonformal. Pendidikan nonformal adalah bagian dari tantangan bagi perencana pendidikan. Sifatnya yang beragam termasuk dalam proses pendidikan, menjadi tantangan tersendiri bagi

perencana yang akan memanfaatkan cara tradisional yang sudah sistemik untuk pendidikan nonformal. Beberapa petimbangan yang harus diperhatikan dalam membuat perencanaan pendidikan nonformal yaitu:

1. Apa tujuan yang akan diwujudkan dalam memberikan pelayanan pada pendidikan nonformal ?

2. Kegiatan apa saja yang harus disertakan dalam kegiatan pendidikan ?

3. Begaimana hubungan dengan sistem pendidikan secara keseluruhan, termasuk pada pendidikan formal dan informal ?

4. Dapatkah perencanaan pendidikan nonformal dikemabangkan secara efektif, dengan cara bagaimana dan oleh siapa ?

Sesuai dengan perkembangan yang berlangsung pada lingkungan pendidikan nonformal saat ini termasuk semakin meningkatnya sumber yang dipergunakan sedang pada sisi lain

ketersediaannya semakin langka, maka kompetensi dari tenaga perencana harus pula ditingkatkan dan diperluas termasuk dalam mengembangkan metode kerja dalam membuat perencanaan pendidikan nonformal.

(2)

dan nilai-nilai untuk menjadi anggota dalam suatu kelompok dipelajari dari orang-orang yang ada dalam masyarakat. Model pembelajaran yang paling umum yaitu dengan meniru dan diikuti dengan belajar sambil bekerja. Keterampilan khusus dipejajari melalui proses permagangan. Model pembelajaran yang paling akhir yaitu pendidikan formal yang dikenal pada beberapa ratus tahun yang lalu. Kegiatan persekolahan malah hanya berlangsung untuk rentang waktu tertentu pada beberapa bagian dari penduduk. Sekolah yang sifatnya

menyeluruh dalam arti kewajiban bagi setiap orang tidak lebih dari lima puluh tahun lalu mulai ditetapkannya. Untuk beberapa bagian dari negara sekolah yang sifatnya universal masih dalam wacana dan belum dapat diwujudkan secara menyeluruh.

Baik negara maju maupun berkembang memiliki kesadaran bahwa hanya mengandalkan salah satu satuan jenis pendidikan seperti mengandalkan secara berlebihan pada pendidikan formal bukan satu-satunya cara. Kedati pendidikan formal memiliki kelengkapan yang memadai untuk melaksanakan tugas pendidikan bagi generasi muda akan tetapi tidak semua tugas perkembangan dapat dilaksanakan melalui pendidikan formal. Karenannya perencana sampai pada satu kesimpulan bahwa untuk memajukan pendidikan seharusnya dengan memadukan antara pendidikan formal dengan pendidikan nonformal dan informal.

Dengan demikian tedapat tiga model pembelajaran dalam masyarakat, yaitu pendidikan yang menyertai kehidupan manusia dilakukan melalui pendidikan informal; pendidikan untuk jangka waktu relatif pendek umumnya diselenggarakan oleh lingkungan sekolah dan bentuk pendidikan pola baru yang dilakukan melalui pendidikan nonformal. Konsep baru dari pendidikan yang terakhir dikenal dengan sebutan pembelajaran sepanjang hayat. Dalam jaringan kerja baru, pendidikan nonformal harus dikembangkan dalam bentuk perencanaan yang lebih lengkap menyertai kagiatan pendidikan yang berlangsung pada lingkungan masyarakat. Pada pola ini pendidikan merupakan sejumlah kegiatan yang berlangsung sejalan dengan perkembangan masyarakat yang melayani semua rentang usia melalui penyediaan kesempatan untuk belajar melalui keragaman isi dan metode. Gaya belajar anggota masyarakat dan bahan ajar yang dibutuhkan akan disesuaikan dengan perkembangan waktu dan kebutuhan pada masyarakat sendiri.

(3)

berlangsung di luar sekolah.

Perencanaan pendidikan nonformal demikian kuat tuntutannya sehubungan dengan semakin meningkatnya kepercayaan pada desentralisasi dari proses pembangunan serta semakin berkembangnya kepentingan partisipasi pada proses pembangunan. Terdapat banyak bukti bahwa pembangunan terutama dipedesaan hanya mungkin bisa berkembang melalui partisipasi dari masyarakatnya. Beberapa bentuk dari pendidikan nonformal lebih

menekankan pada peserta belajar dimana penekannya pada kemampun untuk memotivasi sehingga anggota masyarakat menjadi lebih banyak terlibat dalam pembangunan yang sedang dikukan. Cakupan pendidikan nonformal lebih menekankan pada motivasi dan peningkatan kesadaran orang-orang untuk berpartisipasi dalam perencanaan pendidikan dan struktur administrasi yang memungkinkan mereka berpartisipasi dan memberikan kontrol pada penyelenggaraan. Prosedur perencanaan sangat menuntut pendekatan ini dan inilah yang membedakan dengan perencanaan yang berlangsung pada pendidikan formal. Perencanaan pendidikan dan struktur manajemen nonformal lebih menekankan pada upaya untuk merintis, memfasilitasi, dan meningkatkan kerja sama dalam melakukan partisipasi yang merupakan tantangan baru bagi perencana. Tuntutan ini berlaku bagi pendidikan formal maupun nonformal, akan tetapi merupakan keharusan yang tidak dapat ditawar pada pendidikan nonformal.

Perencanaan untuk pendidikan nonformal menyertakan sejumlah isu. Isu-isu itu diantaranya: Bagaimana mengembangkan pendidikan nonformal yang selama ini berlangsung dengan kualitas rendah, yang dianggap kelas dua setelah pendidikan formal ? Apakah masyarakat memberikan toleransi pada dual sistem yang berarti memberikan peluang untuk

mengelompokkan masyarakat atas dasar perbedaan ekonomi dan status sosial ? Sesuai dengan permasalahan yang ada apakah dibutuhkan perubahan terutama bagi pendidikan formal ? Atas dasar itu para pengambil kebijakan dan perencana harus melakukan pengkajian kembali mengenai semua peluang pendidikan ini.

(4)

perencanaan dan kontrol yang dilakukan oleh pihak pemerintah akan cenderung untuk mengurangi tingkat efektivitas dan responsifness pada kebutuhan ?

Siapa yang seharusnya membiayai pendidikan nonformal apakah pengguna ataukah masyarakat ? Apakah pengguna harus memberikan dukungan dana sedangkan umumnya yang menanggung biaya adalah masyarakat ? Pendidikan nonformal juga mencakup isu kesempatan memperoleh pendidikan dan diharapkan peluang dan sumber-sumber juga meningkat karenanya. Pertanyaan yang berkembang apakah betul pendidikan nonformal lebih murah, sehingga negara dengan sumber yang terbatas dapat memanfaatkan pendidikan nonformal untuk memberikan pelayanan pada kelompok miskin ?

Melalui pengkajian singkat ini, masalah yang dihadapi demikian beragam dan luas. Jawaban pada pertanyaan itu hampir tidak ada. Hanya pengalaman memberikan petunjuk bahwa isu yang berkembang menjadi semakin jelas. Jawabannya hanya terletak pada pemahaman yang lebih luas dari isu-isu yang berkembang saat ini, sehingga dimungkinkan untuk memberikan tanggapan yang lebih rinci.

Karakteristik Pendidikan Nonformal sebagai Basis Perencanaan

Pendidikan luar sekolah dalam bentuknya yang umum selalu eksis dalam suatu masyarakat. Setiap masyarakat mengembangkan mekanisme sosialisasi untuk memberikan arahan bagi pemuda pada sejumlah aturan (mores) yang berlaku dalam masyarakat yang besangkutan. Kegiatan ini merentang dari bentuknya yang informal yang berlangsung dalam kehidupan sehari-hari sampai pada bentuk yang lebih terstrktur merupakan upacara-upacara yang merupakan peralihan dari usia tertentu pada usia berikutnya. Istilah indigeneous acap dipergunakan dalam proses pendidikan ini.

Pendidikan indigeneous masih berlangsung pada masyarakat saat ini. Dalam masyarakat tertentu berkembang upacara dengan segala keragaman yang berlangsung dalam setiap masyarakat. Dilihat dari waktunya ada yang hanya menghabiskan dalam hitungan hari sampai pada hitungan yang cukup lamanya bila hal ini dianalogkan dengan kegiatan sekolah.

Pendidikan indigeneous acap memiliki kaitan erat dengan pembelajaran keagamaan. Yang cukup dikenal yaitu berbagai bentuk pesantren dalam dunia Islam dan beberapa diantara bagi Umat Budha di Asia Tenggara. Pelengkap dari kegiatan pendidikan yang turun temurun ini yaitu diselenggarakannya pemagangan terutama dalam pengobatan orang yang sakit atau praktek dalam kerajinan tertentu.

(5)

tetapi amat terbatas pengkajian yang mendalam sekaitan dengan cara-cara untuk menurunkan kebiasaan dari kelompok yang lebih tua pada kelompok muda.

Perkembangan terakhir dari pendidikan nonformal yaitu kepentingan dalam rangka

pendidikan untuk semua dimana pendidikan nonformal dapat memainkan peranan yang lebih besar. Sehubungan dengan tuntutan baru ini para perencana dituntut untuk mengembangkan perencanaan yang lebih terpadu. Pengetahuan mengenai akar pendidikan nonformal akan memberikan dukungan bagi perencana untuk menetapkan pendekatan apa yang paling cocok untuk mengatasi permasalahan pada tingkat global maupun regional. Paling tidak terdapat tiga akar permasalahan yang menuntun kita pada pemahaman mengenai pendidikan

nonformal, yaitu: pelaksana dari pendidikan non formal, perencana pendidikan internasional dan kritik pada sekolah.

Pertama menyangkut pelaksana pendidikan nonformal, terdapat sejumlah lembaga yang menyelenggarakan pendidikan nonformal, yaitu dilihat dari pemababakannya adanya yang mengambil fokus pada usaha kesehatan, ekonomi dalam kehidupan dan pendidikan dalam upaya memberdayakan kelompok tertentu dalam masyarakat. Kelompok kedua lebih menekankan pada dilihat dari jumlah yang sangat terbatas akan tetapi demikian kuat pengaruhnya pada tingkat pengambilan kebijaksanaan. Kelompok ini terdiri dari para

spesialis yang melihat secara kritis peran pendidikan nonformal dalam pembangunan. Sejalan dengan perkembangan kedua kelompok ini lahir pada kritikus pada pendidikan nonformal antara lain Illich dan Freire mengenai peranan sekolah dalam pembangunan. Berangkat dari pemikiran ideologis dan keadilan sosial, kelompok ini mengembangkan konflik dan dialog yang berbasis pada litelatur teknis dan mengembangkan diskusi lebih jauh untuk memperluas spektrum pemikiran pada intelektual dan ahli ilmu sosial.

Kendati diramaikan oleh tulisan para perencana dan kritikus, akan tetapi kesadaran yang sesungguhnya datang dari para praktisi. Pada praktisi bergabung dalam kegiatan: pendidikan orang dewasa, keaksaraan, keaksaraan fungsional, pendidikan bagi petani, pendidikan koperasi, penyuluhan pertanian, pendidikan kependudukan, pendidikan keluarga berencana, pendidikan kesehatan dan pengembangan sosial. Sementara pada persimpangan terdapat juga penyumbang dari pendidikan pemuda, para sukarelawan nasional dan internsional serta kepramukaan dalam berbagai bentuknya. Lembaga-lembaga itu berlindung sebagian dalam naungan lembaga internasional UNESCO, Unicef, FAO dan ILO. Sementara bagian terbesar berada dalam cakupan dari lembaga swadaya yang tekah memberikan dukungan dan

penciptaan lembaga pada lingkup nasional dan lokal.

(6)

pendidikan luar sekolah dapat dikelompokkan pada salah satu dari bentuk pendidikan seperti yang dikemukakan di atas. Dari dasar ini pula sejumlah teknik pembelajaran telah

dimanfaatkan dalam pendidikan nonformal saat ini.

Untuk membahas lebih lanjut dari pendidikan nonformal untuk kepentingan perencanaan dapat dikelompokkan pendidikan yang sejenis sehingga memudahkan untuk melakukan pengkajian. Salah satu bentuk penyederhanaan dari pendidikan nonformal yaitu dengan melihat hubungannya dengan pendidikan formal. Dalam bentuk teramasuk pendidikan nonformal sebagai komplemen, suplemen dan pelengkap dari pendidikan formal. Kendati masih terdapat pemilahan yang melihat antara pendidikan formal dengan pendidikan nonformal sebagai satu kesatuan seperti berkembang pada beberapa negara maju seperti haknya di Jepang.

Pendidikan Nonformal sebagai Komplemen

Pendidikan nonformal sebagai komplemen dilakukan dalam upaya untuk melengkapi pendidikan formal. Umumnya dilakukan pada pendidikan dasar dan lanjutan mengingat ketidakmungkinan pendidikan nonformal untuk melakukan pendidikan pelengkap ini. Bentuk kegiatan berupa tambahan pada pendidikan formal dalam bentuk pelatihan bagi mereka yang telah lulus pada pendidikan dasar. Termasuk pada kelompok ini yaitu sejumlah kegiatan pemagangan, program pelatihan vokasional, kursus pertanian yang memiliki kaitan dengan praktek termasuk didalamnya pengembangan keterampilan bagi peserta belajar yang akan segera dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Keterlibatan secara fisik berbeda satu dengan lainnya. Beberapa kegiatan seperti halnya kelompok olah raga, kelompok hobi, kelompok masyarakat debat, drama yang umumnya berbasis sekolah dan di bawah pengawasan sekolah. Namun semua kegiatan itu umumnya tidak termasuk kedalam kurikulum sekolah.

Dalam penggunaan fasilitas mungkin dipersiapkan pihak sekolah maupun tidak sama sekali yaitu yang berada dibawah pengawasan lembaga atau organisasi. Termasuk dalam kelompok ini sejumlah kegiatan pemuda melalui kepramukaan, kelompok petani muda dan kegiatan pelayanan sukarela lainnya yang mendapatkan dukungan dari lembaga swasta. Pada bentuknya yang baru kegiatan mendapatkan dukungan dari lembaga pendidikan formal seperti halnya kelas jauh. Sekolah komprehensif dimana peserta belajar dituntut untuk langsung bekerja pada lingkungan masyarakat. Bentuk terakhirnya merupakan keterpaduan antara peluang peserta belajar untuk mendapatkan pengetahuan dengan tuntutan untuk menjadi manusia yang produktif. Terdapat gerakan bahwa pendidikan hendaknya

(7)

mencetak kelompok elite dan terdapat usaha kearah pencetakan lulusan menjadi kelompok pekerja fisik dalam pembangunan.

Pergeseran pendidikan nonformal sebagai komplemen merupakan bagian dari gerakan descholling education. Dari sisi kajian perencanaan, pendidikan sebagai suplemen sangat diutamakan bagi penduduk yang telah secara nyata ikutserta dalam pendidikan sekolah, akan tetapi sesuai dengan perkembangan sangat mungkin untuk tidak diserap oleh lingkungan kerja sehingga tekanan pada pihak perencana demikian tinggi. Bagi perencana keadaan seperti ini perlu menjadi pertimbangan bagi mereka yang tidak sama sekali mendapatkan pendidikan sekolah atau tidak sepenuhnya mendapatkan kesempatan ini.

Pendidikan Nonformal sebagai Suplemen

Kategori ini biasanya muncul pada saat usia peserta didik lewat usia sekolah dan

membutuhkan penambahan kemampuan dari pengetahuan yang pernah didapatkan pada bangku sekolah. Dalam bentuknya, kebanyakan merupakan pelatihan bagi mereka yang telah menyelesaikan pendidikan di sekolah. Dalam kelompok ini termasuk sejumlah kegiatan pemagangan, pelatihan keterampilan, pelatihan bagi petani dan kegiatan home economic. Bahan ajar umumnya berkaitan dengan keterampilan untuk hidup dalam masyrakat.

Bagi mereka yang telah menamatkan tingkat pendidikan tertentu akan tetapi tidak memiliki peluang untuk melanjutkan pendidikan pada tahapan berikutnya, siberikan pelatihan seperti pertanian, membangun rumah atau pengolahan kulit. Kegiatan merupakan gabungan antara pendidikan umum, pelatihan keterampilan dan upaya produktif yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan. Kegiatan kerja dari peserta didik diharapkan dapat menutup biaya pendidikan dan apda saat yang sama mereka akan mendapatkan pelatihan yang dibutuhkan untuk kehidupannya. Pendidikan suplemen terdiri dari serangkaian pelatihan keterampilan yang diselenggarakan di luar sekolah untuk penduduk di negara berkembang. Peserta belajar sering menyertakan mereka yang drop-out dari pendidikan lanjutan atau mereka yang telah lulus akan tetapi tidak terserap lingkungan kerja.

Dari sisi perencanaan, pendidikan nonformal sebagai komplemen, diarahkan pada mereka yang telah menikmati pendidikan pada lingkungan pendidikan formal. Kelompok ini

memungkinkan untuk menjadi kelompok yang tidak memiliki pekerjaan segera setelah lulus dari lingkungan sekolah. Sejalan dengan kepentingan politik maka tuntutan untuk

menyelenggarakan pendidikan untuk kelompok ini demikian kuat. Dalam perencanaan hendaknya dipadukan antara mereka yang tidak mungkin memasuki lingkungan kerja dengan memberikan peluang pada mereka untuk memperoleh pendidikan sekolah.

(8)

Kategori ke tiga hubungan antara pendidikan formal dengan pendidikan nonformal yaitu sebagai pengganti untuk pendidikan formal. Model ini merupakan layanan pada anak maupun orang dewasa yang karena satu hal tidak dapat menyelesaikan pendidikan formal. Untuk beberapa negara pendidikan keaksaraan yang diikuti secara bersama baik oleh anak maupun orang dewasa. Peserta belajar yaitu mereka yang memiliki keterisolasian secara sosial karena tinggal di pedesaan, kemiskinan dan tertinggal dari wilayah negara tertentu. Terjadi pula bagi etnik tertentu yang karena satu hal tidak mungkin untuk mengikuti pendidikan sekolah. Untuk beberapa kasus merupakan batu loncatan agar peserta didik bisa kembali ke lingkungan sekolah.

Materi pembelajaran ditekankan pada kemampuan dasar membaca dan berhitung serta keterampilan dasar lainnya yang secara fungsional dapat diterapkan untuk kepentingan kesehatan, nutrisi dan pertanian. Pendukung kegiatan ini kecuali untuk pendidikan keaksaraan umumnya adalah menteri pendidikan, selebihnya umumnya bukan dari pihak pemerintah. Program lebih singkat dilihat dari waktu pelaksanaan, antara tiga bulan sampai satu tahun, dan cenderung berlebih dilihat dari peserta maupun bahan yang diajarkan. Untuk beberapa negara tertentu, pengajar umumnya guru pendidikan dasar atau sukarelawan dengan tingkat kompetensi yang terbatas melalui sedikit pelatihan. Pembiayaan umumnya hanya seadanya serta kurang memiliki kejelasan masa depan dari tipe pendidikan ini.

Pendidikan sebagai pengganti banyak menarik perhtian para perencana. Pendidikan ini memiliki biaya rendah dan menggarap kelompok yang seharusnya menjadi bagian kerja pendidikan formal akan tetapi kurnag terperhatikan sekolah untuk waktu dekat. Selebihnya penggarapan melalui pendidikan nonformal juga menimbulkan isu tersendiri, dimana jumlah yang demikian banyak sedangkan sumber yang tersedia umumnya terbatas. Kritik umumnya memiliki tekanan pada kualitas pendidikan yang rendah serta akibat peserta belajar yang umumnya terdiri dari kelompok miskin sebagai lapis kedua kelompok yang kurang beruntung. Untuk perencana yaitu kegamanagan antara memperhatikan kelompok yang kurnag beruntung dengan kualitas hasilan pendidikan.

Terlepas dari posisinya sebagai komplemen, suplemen maupun pengganti, selama ini pelaksanaan pendidikannya merupakan tulangpunggung dalam menyelenggarakan

pendidikan di luar tembok sekolah. Kegiatan telah berlangsung demikian lama tanpa melihat profeknya, penggunaan sumber seadanya dan dan kurang mendapatkan perioritas

dibandingkan dengan kebutuhan akan pendidikan formal.

(9)

Dunia: Sebuah Analisis Sistem yang ditulis Philip Coombs, yang terlahir akibat

ketidakpuasan pada pendidikan formal sementara pendekatan yang dilakukan demikian terbatas. Pemikirannya menekankan pada tingginya biaya pendidikan formal akan tidak tetapi tidak mampu memenuhi harapan terutama berkaitan dengan banyaknya calon peserta didik yang tidak terlayani di dunia ketiga. Minat pada pendidikan nonformal demikian tinggi sebagai upaya memecahkan masalah secara cepat, terutama bagi negara donor. Beberapa negara telah mencurahkan danan untuk kepentingan penelitian dan pengembangan dan melakukan uji lapangan untuk melihat pengaruh dari pendekatan pendidikan nonformal. Perhatian pada pendidikan nonformal terus berkembang diantara perencana, ahli

pengembangan dan universitas baik pada lingkungan kementerian pendidikan maupun lembaga internasional. Kegiatan pendahuluan memfokuskan pada dua hal: Pertama,

memberikan definisi apa yang termasuk pada pendidikan nonformal dan apa pula yang tidak termsuk pada pendidikan nonformal. Ke dua, menemukan, menterakan, menganalisis dan membuat kodifikasi mengenai hakikat pendidikan luar sekolah atau pendidikan nonformal yang ditemukan pada beberapa negara berkembang. Para pemikir sampai pada kesimpulan yang dapat diperdiksi di lapangan. Sesuai dengan debat dan perkembangan dicapai

kesepakatan mengenai makna dan terminologi. Hasilan kajian telah menjadikan bahan berharga untuk perencanaan.

Kumpulan kasus telah memberikan dasar untuk diambil tindakan. Beberapa usaha lanjutan telah dilakukan dengan mengumpulkan data lebih lanjut, melakukan analis dan membuat kategorisasi sehingga mampu membantu dalam mendefinisikan mengenan pendidikan nonformal dari kacamata praktisi. Beberapa bagian dari belahar bumi telah melakukan kegiatan yang intensif termasuk: Non-formal education in African development (1972) yang memuat hampir delapan studi kasus di negara tropis Afrika.

Kegiatan telah dianalisis secara terpisah: industri dan vocasional, pertanian dan pembangunan masyarakat, program yang dilakuakn pada lingkungan pemuda di luar sekolah, dan program untuk orang dewasa di pedesaan. Kelompok yang kelima merupakan sisa dari empat

kelompok sebelumnya yang tidak dapat dikategorisasikan pada empat bagian tersebut. Penulisnya yaitu Sheffield and Diejomaoh, menjelaskan bahwa pengelompokkan dilakukan melalui isi program, usia target dan lokasi kegiatan di kota dan desa. Kendati kasus sangat terbatas, namun demikian dinilai telah dapat membuat klasifikasi mengenai proyek

(10)

Pengkajian berikutnya dilakukan oleh Manzoor Ahmed and Philip Coombs,dalam judul Education for rural development (1975). Hasil studi telah membagi sesuai tujuan dari setiap program. Pengelompokkan juga dibagi atas sasaran yang dilayani. Pada setiap kasus dilihat dari isu organisasi, staf dan kegiatan yang dididiskusikan dalam kerangka pembangunan umum dimana kegiatan dilakukan. Hasil kajian bermakna untuk perencana terutama pada penekanan kebutuhan untuk melakukan koordinasi dalam pembangunan sebagai kontras dari pendidikan yang dianggap sebagai sumber pembangunan. Analisis lebih lanjut bermakna bagi perencana untuk menetapkan pendekatan yang paling cocok sesuai situasi yang dihadapi. Analisis yang paling akhir yaitu dilakukan yaitu kajian regional seperti yang dilakukan oleh South-East Asian Ministers of Education Organization (SEAMEO) terutama usaha yang dilakukan oleh Pusat Kajian Pembangunan pendidikan nonformal, lembaga penelitian di Columbia, Amerika Selatan. Hasil penelitian memberikan gambaran lengkap bagi perencana untuk daerah tertentu. Seperti halnya pemetaan peluang untuk perencanaan sistemik dan koordinasi dari sektor-sektor pendidikan. Perencana pendidikan telah berhasil dalam meningkatkan kesadaran melalui pendidikan nonformal dan ditunjang penelitian untuk pembangunan. Hasil kajian terdiri dari bahan dasar perencanaan pada negara dimana perhatian pada pendidikan nonformal tergolong tinggi.

Pilar ke tiga dari usaha dan kajian pendidikan nonformal yaitu kelompok kritik pada

persekolahan, yang menjadi populer pada tahun 60-an. Pemikiran utama lahir dari Ivan Illich yang memaparkan sekolah sebagai lembaga pendukung pembangunan. Tulisannya

merupakan garis berseberangan untuk melakukan perbaikan sekolah, yang harus segera diganti dengan jaringan belajar yang terdiri dari kecakapan untuk melakukan pertukaran, sistem pembelajaran melalui peer dan saran pelayanan yang berhubungan sesuai tujuan pendidikan dan ketenagaan. Pendidikan hendaknya merupakan bagian dari atuaran baru yang harus merubah pola konsumsi menjadi pola interaksi bermakna untuk pemangku

kepentingan. Pendidikan harus merupakan pembebasan yang dikontrol oleh peserta belajar bukan oleh lembaga yang memandang manusia sebagai bagian dari lembaga.

Senada dengan permikiran terdahulu yaitu Paulo Freire yang telah memberikan pemikiran yang ditanggapi luas mengenai penekanan (oppressed) dari pendidikan formal. Perbedaan dengan Illich, Freire lebih menekankan pada pengembangan model teori untuk memahami proses pendidikan formal, yang intinya bertindak sebagai penekan dimana murid berada pada pihak yang harus dibantu. Dia bekerja bersama pengikutnya untuk mengembangkan praktek, studi lapangan untuk menentang penekanan dan memulai dengan suatu dialog dalam

(11)

tandingan dari pendidikan formal, akan tetapi metode yang dimanfaatkan lebih banyak pada usaha merangsang dan model-model yang kreatif dalam memecahkan pendidikan keaksaraan. Konsepnya yang menaknakan pada kesadaran diri (consciousness)merupakan alat kerja untuk sejumlah pendidik pada PNF dan secara utuh telah mengganti tujuan proyek pendidikannya. Bagi sejumlah pekerja sosial yang enggan menggunakan kesadaran sebagai tujuan,

memanfaatkan kesadaran sebagai etika kerjanya. Makna dari etikanya bahwa pembangunan bukan merupakan hasil usaha pendidikan selama tidak mampu memberikan kesadaran pada peserta belajar mengenai kehidupan dan lingkungannya.

Makna dari kedua pemikir ini sebegitu jauh telah memberikan gambaran bagi perencana PNF. Mereka meyakini bahwa melalui PNF biaya pendidikan bisa ditekan sementara krisis keuangan yang dihadapi pendidikan formal bisa diatasi. Pada sisi lain pemikirna telah membangkitkan kesadaran pada nilai keadilan dan kemanusiaan, yang selama ini diabaikan oleh para ekonom kapitalis dengan cara menyebar rata hasil pembangunan. Selanjutnya terdapat kemajuan pemikiran dari PNF yang semulakurang terperhatikan menjadi kegiatan PNF sebagai unsur utama dari pembangunan dan merupakan investasi yang tidak ternilai. Perpaduan dari tiga akar PNF, menyebabkan semakin populernya PNF melalui sejumlah penelitian dan diskusi mengenai pentingnya dalam menunjang pembangunan. Bagi

perencana, hal ini merupakan tekanan dari agen eksternal dan kementerian untuk secepatnya melakukan perancangan PNF untuk mengambil manfaat dari sejumlah keuntuntungan dan memanfaatkan sistem koordinasi dengan sektor pendidikan lainnya dalam menunjang pembangunan. Dalam memulai pemikiran ini, perencana hendaknya memahami benar cakupan dari PNF.

Makna Pendidikan Nonformal

(12)

Sebagai batasan dari PNF terutama diarahkan pada terminologi yang tidak mungkin. Hal ini mengingat didasarkan pada kesadaran akan potensi yang dimiliki PNF serta upaya untuk melegitimasi usaha yang dilakukan PNF. Baru pada giliran berikutnya bisa membedakan antara pendidikan formal dengan PNF. Hasil pemikiran sampai pada definisi kerja yang mampu meningkatkan pemanfaatan dari PNF.

Definisi yang dikemukakan Coombs dan kawan-kawannya umumnya dapat diterima yaitu: “ kegiatan pendidikan yang terorganisir yang berlangsung di luar pendidikan sekolah, baik dalam kegiatan yang nyata berbeda maupun dimasukkan dalam kegiatan yang lebih laus, yang ditujukan untuk melayani peserta belajar yang jelas dan memiliki seperangkat tujuan pendidikan.

Definisi lebih ditekankan pada kegiatan yang berkangsung di luar sekolah, dengan asumsi kegiatan dapat dibedakan dari pembelajaran yang umum terjadi pada lingkungan sekolah dan dari rentang pendidikan sekolah yang biasa berlkangsung. Terdapat tiga ciri lainnya yang menyatu dalam definisi, pendidikan nonformal harus merupakan kegiatan terorganisir untuk sasaran yang jelas dan diarahkan untuk tujuan kegiatan belajar yang jelas pula. Kriteria mungkin ditemukan pula pada kegiatan pendidikan lain akan tetapi penekanan yang bermanfaat bagi perencana yaitu cakupan kegiatan yang memungkinkan peserta belajar merasa memiliki tanggungjawab di dalamnya.

Proses pengembangan definisi mengenai PNF merangsang pada pembuatan analisis dari rentangan pendidiakjn saat ini dalam upaya membedakan antara pendidiakn formal dengan kegiatan lainnya. Terdapat sejumlah skema variasi untuk melihat spektrum seting

pembelajaran seperti halnya yang dikemukakan oleh Michigan State University, yang membaginya menjadi empat kategori, yaitu:

1. pendidikan insidental, pembelajaran belangsung tanpa kesadaran penuh baik dari sisi sumber belajar maupun peserta belajar,

2. pendidikan informal, belajar sebagai hasilan dari situasi dimana salah satu baik sumber belajar maupun peserta belajar merasa sadar untuk mengembangkan suasana belajar akan tetapi tidak keduanya.

3. pendidikan nonformal, salah satu bentuk pembelajaran di luar sekolah dimana baik sumber belajar maupun peserta belajar menyadari untuk mengembangkan suasana belajar,

(13)

Keempat kategori memberikan kerangka konseptual yang memadai yang menunjukkan adanya proses belajar bagi umat manusia. Sehingga dapat dibedakan bila pembelajaran dilakukan oleh orang tua kendati dalam suasana kelas, maka

pengkategoriannya dimasukkan ke dalam pendidikan insidental atau pendidikan informal. Selanjutnya yang berhubungan dengan pembelajaran bahasa, perilaku budaya yang khusus, sikap dan keyakinan yang umum serta pengetahuan untuk kehidupan sehari-hari, semua kegiatan ini hampir tidak mengenal lingkungan belajar dan mengajar yang terstruktur. Hampir semua kegiatan belajar berlangsung melalui observasi, imitasi dan penguatan yang selektif oleh anggota lain dalam masyarakat. Dalam hal pendidikan insidental baik peserta belajar maupun pendidik tidak dalam keadaan sadar untuk melaksanakan kegiatan

pembelajaran.

Pendidikan informal lebih menekankan pada pembelajaran dimana salah satu dari peserta belajar maupun pendidik menyadari sedang brekangsung proses pembelajaran, seperti halnya yang dilakukan oleh individu maupun bagian dari lembaga. Seperti halnya radio pendidikan mereka memiliki keyakinan untuk melakukan pembelajaran, akan tetapi bisa sadar ataupun tidak peserta belajar sedang melakukan proses pembelajaran dari pesan yang diterimanya. Atau seseorang yang menginginkan untuk belajar mengenai otomotif dapat saja bertanya pada dari seorang mekanik dan berlangsung di garasi dan ketika sedang memperbaiki mobil. Dalam hubungan ini peserta belajar memiliki keperdulian untuk belajar akan tetapi situasi benar-benar tidak terstruktur yang memungkinkan untuk melakukan proses pembelajaran yang sungguh-sungguh. Pendidikan informal memberikan peluang untuk melakukan perbaikan diri bagi peserta belajar yang tidak memiliki peluang untuk memasuki sekolah. Keadaan ini sering dikenal dengan berpikir sendiri (self tought)

(14)

Batasan antara pendidikan formal dengan PNF sangat jelas ditentukan oleh kegiatan yang dilakukan oleh pendidikan secara reguler dan menjalankan kurikulum yang normal dan baku maka hal ini termasuk pada pendidikan formal. Bila ciri-ciri ini tdiak ditemukan akan tetapi terdapat usaha yang sungguh-sungguh baik dari sisi peserta belajar maupun dari pihak

pendidik maka kegiatan ini diklasifikasikan pada PNF. Kadang perbedaannya tidak demikian tegas pada saat sekolah mengundang seorang ahli musik tradisional dan memberikan

tambahan pembelajaran setelah selesai kegiatan kelas. Bagi seorang perencana pendidikan kegiatan ini tidak dapat diklasifikasikan pada pendidikan formal. Dengan demikian bagi perencana ukuran yang paling mudah jaitu dengan melihat pengorganisasian kegiatan, kegiatan pengawasan dan keuangan dan ini dapat membantu untuk mengkategorikan pada pendidikan formal atau PNF.

Dengan empat kategori seperti yang dipaparkan tidak secara utuh memberikan batasn untuk perencanaan pendidikan nonformal. Perencana dengan demikian tidak hanya memberikan asumsi akan tetapi harus penuh keyakinan kedalam bentuk mana kegiatan akan

dikategorikan. Dengan demikian amat mungkin dalam perencanaan PNF menyertakan pula pendidikan yang sifatnya insidental dan informal. Pada bagian lain kita akan sampai isu-isu pokok yang harus menjadi bagian dari perencanaan PNF. Karenanya pembelajaran sepanjang hayat yang memiliki cakupan empat kategori pendidikan, kurang membantu untuk dijadikan perencanaan PNF. Namum demikian pemikiran Coombs maupun pemilahan pendidikan menjadi empat kelompok sedikit membantu untuk menetapkan perencanaan PNF.

Permasalahan untuk mengungkap definisi dan kriteria taksonomi untuk melihat rentangan pendekatan PNF tidak dapat lain keculai dilihat secara alami. Skema dikembangkan untuk mendekripsikan dan menganalisis program dan mempelajarinya. Perencana, sementara memanfaatkan hasil-hasil ini dapat menemukan perbedaan yang nyata dari: kebutuhan pendefinisian pendidikan, menetapkan perioritas, pengalokasian sumber yang terbatas diantara penggunaan yang bersaing pula, dan merencanakan pemecahan khusus yang paling mungkin dalam kerangka hambatan yang ada. Perencana juga harus memahami tugas untuk melihat rentangan pilihan, memahami biaya dan keuntungan dan usaha untuk menetapkan kriteria dalam menentukan pilihan diantara sejumlah alternatif. Mengunakan pendekatan ini maka pembahasan definisi dapat tergeser dengan proses perencanaan yang dapat

dilaksanakan. Hal ini sesuai dengan prinsip utama perencanaan yang aktif, kreatif dan prekriptif serta membutuhkan alat yang memadai untuk mengerjakan tugas-tugas perancangan.

(15)

PNF dengan memperhatikan pendefinisian, dan bergerak pada analitis dimensi jaringan yang bisa membantu perencana menganalisis program yang sedang berlangsung dan

mengembangkan perencangan baru. Salah satu hasilan berbasis produk melihat bahwa PNF terdiri dari satu atau dua dimensi. Yang membuat kejelasan juga misalnya kurikulum formal hanya merupakan bagian dari perancangan lingkungan belajar untuk sasaran belajar tertentu, dalam upaya mendapai tujuan belajar. Keunikan dari perencanaan PNF yaitu terbebas dari hanya sebatas satu set alternatif yang kerap ditunjukkan kinerja pendidikan formal.

Perancangan PNF merupakan perancanaan berbasis aternatif yang terbuka dalam rentangan yang luas. Perencanaan PNF akan terdiri dari sejumlah alternatif, terutama dalam melihat lingkungan belajar, atau kurikulum yang dirahkan pada upaya untuk memenuhi kebutuhan. Dengan demikian apa yang seharusnya menjadi pembahasan ? Jawabannya lebih banyak berkaitan dengan analisis dimensi dari PNF. Bagian berikut terdiri dari sejumlah dimensi beserta ragam alternatif dalam dimensi ini. Contoh yang dikembangkan untuk memperkaya dimensi akan tetapi kita dituntut untuk menambah sesuai dengan pengalaman yang dimiliki perencana sendiri.

1. Tujuan Pembelajaran

Hal ini merupakan dimensi paling mendasar yang menjadi jawaban pada pertanyaan

mengenai dimensi. Mengapa program pendidikan membutuhkan tujuan pembelajaran. Dalam beberapa kasus program PNF lebih banyak didominasi oleh alasan politik dan sosial,

sehingga yang timbul lebih banyak tujuan program dan bukan tujuan belajar. Selanjutnya apa tujuan pendidikan dari proyek pendidikan nonformal ?

Sabagai misal yang berkembang pada pendidikan dasar, maka tujuan program yaitu

keaksaraan atau kefungsian atau mengenai angka, kesehatan dasar dan nutrisi, motivasi untuk melakukan perubahan dan pengembangan, dalam beberapa kasus menimbulkan kesadaran kritik. Maka dalam kenyataan kita akan menghadapi beberapa tujuan yang saling berkaitan satu dengan lainnya, kendati penekanan akan diberikan pada satu atau lebih tujuan sesuai dengan dari mana datangnya sumber-sumber yang dicurahkan untuk keberlangsungan proram tersebut. Program pendidikan orang dewasa yang mendapatkan dukungan dana dari

(16)

mendapat dukungan dari departemen pertanian atau pembangunan pedesaan, maka

keaksaraan dan penghitungan merupakan perioritas ke dua dalam upaya mendukung paset pertama untuk mendukung perorangan atau kelompok untuk mengadopsi metode baru produksi dan pemasaran hasil pertanian, serta mendukung pemikirna yang kritis serta kepercayaan diri sebagai bagian dari kebutuhan akan partisipasi. Program keaksaraan dan penyertanya kurang populer akan tetapi merupakan potensi untuk berhasil mengingat diperlukan keterpaduan dalam pendekatan untuk memenuhi kebutuhan belajar dan meningkatkan pembangunan.

Selain itu dalam pengembangan proyek pembelajaran yang menunjang tujuan pendidikan umum, terdapat tujuan yang lebih khusus. Dalam beberapa hal proyek menyertakan tujuan yang pendidikan umum dengan pelatihan keterampilan vokasional. Hanya ditunjukkan pada pembelajaran paket A yang menyertakan beberapa keterampilan seperti komputer. Tujuan merupakan keterpaduan dalam upaya memelihara dan memperluas kemampuan dasar yang umumnya dilakukan pada pendidikan formal dengan mempersiapkan kertampilan vokasional yeng memungkinkan peserta belajar menjadi anggota produktif dalam masyarakatnya. Akhirnya beberapa terdapat program dengan cakupan yang luas yang membahas mengenai: pertanian untuk petani, kerajian dan perdagangan untuk artisan, keterampialn dalam

kehidupan keluarga untuk gadis dan ibu-ibu dan kewiraswastaan dan keterampilan manajemen untuk usahawan kecil.

Harus diperhatikan oleh perencanan PNF yaitu pertanyaan mengenai bagaimana dan oleh siapa tujuan pendidikan seharusnya ditetapkan. Penetapan tujuan yang sifatnya sebtralistis untuk semua pada dasarnya menjadi ciri dari pendidikan formal yang kurang tepat dilakukan untuk PNF. Beberapa proyek memang didorong agar anggota kelompok peserta belajar mampu menetpakan sendiri tujuan belajar dan berusaha untuk mencapainya. Penetapan tujuan yang dilakukan oleh peserta belajar sendiri dalam hal tertentu memiliki kaitan dengan partisipasi dan kepercayaan diri peserta. Untuk hal ini para perencana membutuhkan waktu untuk menetapkan tujuan sehingga tujuan pendidikan benar-benar merupakan bagian dari partisipasi peserta belajar. Keseimbangan antara tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dengan proses pembuatan tujuan sangat tergantung pada karakteristik dari peserta belajar.

Karateristik peserta belajar

(17)

keterlibatan sebelumnya pada sekolah, seperti halnya kasus drop-out dan mereka yang berhenti pada kelas awal dari pendidikan dasar yang dipertimbangkan menjadi hambatan tersendiri. Pemilahan lain bisa berdasar pada jenis kelamin dan peranan, seperti ditunjukkan oleh gadis dan ibu-ibu yang dibedakan dari anak-anak. Atau mungkin juga ditentukan oleh peran dalam pekerjaan, sebagai petani atau mekanik otomotif, pengusaha kecil atau pimpinan desa. Jelasnya ciri peserta belajar merupakan faktor utama dalam menetapkan tujuan belajar, tempat belajar, keterbatasan dalam waktu dan pemanfaatan metode.

Perencana memiliki sejumlah pilihan sehubungan dengan ciri dari peserta belajart. Perhatian hendaknya diberikan pada terlalu berorientasi pada pendidikan sekolah, dimana peserta belajar memiliki latar belakang yang relatif homogen yang memungkinkan untuk

mendapatkan pelayanan yang standar. Peserta belajar yang beragam membuka kemungkinan untuk keberagaman strategi pembelajaran dimana kelompok belajar dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar bagi anggota lain dalam kelompok. Anak dapat mengajar orang dewasa dalam melakukan perhitungan, kakek mengajari cucu mengenai sejarah budaya, petani belajar dari pelayan toko, penduduk kota dan desa bisa saling membelajarkan, suami belajar dari istri; semua ini memungkinkan untuk dilakukan dalam dalam kelompok yang beragam. Pemanfaatan pendekatan ini juga menuntut kejelian dalam menetapkan staf yang mampu mengelola pembelajaran.

Proses pembelajaran yang berbasis pada peserta belajar juga memiliki hubungan dengan struktur pembelajaran dan keberlanjutan dari proses pembelajaran. PNF hendaknya lebih memberikan peluang pada masukan yang beragam dan memungkinkan untuk saling belajar antara sesama mereka. Arahan pembelajaran lebih diarahkan pada motivasi dibandingkan dengan pada kecakapan. Untuk perancangan jangka penjang memungkinkan untuk multi entri dan eksit yang memungkin pihak pemangku kepentingan untuk memulai, keluar dan masuk tergantung pada kebutuhan dan kepentingan lain pada waktu yang bersangkutan. Pilihan ini dapat merupakan modal dalam membantu mereaka yang tidak bekerjasama. Perencana hendaknya lebih banyak untuk bertanya pada diri sendiri apakh dibutuhkjan persyaratan bagi peserta belajar benar-benar dibutuhkan atau dukungan bukan merupakan peluang untuk memndapatkan tingkat fleksibilitas yang lebih besar.

Struktur Organisasi

(18)

hubungan antara menteri pendidikan dengan lainnya. Pemilihan hal ini memiliki pengaruh langsung pada sumber pembiayaan dan hal lain yang seharusnya menjadi bagian dari perencanaan program. Kadang dibutuhkan makna fleksibilitas, kepekaan lokal dan

efektivoitas yang seharusnya lebih ditingkatlkan program yang lebih kecil diluar administrasi pemerintahan yang lebih luas. Dalam beberapa hal adanya kerjasama dengan keagamaan dan lembaga sukarelawan lainnya demikian bermanfaat, sedangkan program mungkin dimotori dan mendapatkan pengelolaan masyarakat.

Bila demikian banyak dana yang dipergunakan untuk cakupan wilayah penggunaan yang demikian luas maka diperlukan penawasan dari pihak pemerintah. Bila benar dibutuhkan supervisi dari pemerintah pusat, maka usaha seharusnya dilakukan dengan memberikan delegasi pada tingkat regional atau tingkat kabupaten/kota. Rekomendasi ini dilakukan untuk mensiasati pentingnya pelksibilitas dan tingkat responsif dalam PNF. Selain dari itu dana yang dipergunakan untuk administratif lebih rendah dengan menyederhanakan hierarkhi pengawasan dan menempatkan administrasi pada tingkat lokal. Berikutnya yang harus menjadi perhatian perencana, lebih banyak melakukan kerjasama dengan pihak lain seperti halnya militer, industri, pertanian komersial dan usaha yang lebih besar sepertei halnya progam irigasi atau pemukiman penduduk pedesaan. PNF yang efektif memiliki keragaman dapat dilalui melalui kelembagaan yang demikian beragam dan seringkali memiliki manfaat dari interaksi yang lebih lekat dengan beberapa asosiasi dengan kegiatan lain yang saling berhubungan.

Staf.

Staf merupakan merupaka aspek yang sangat menentukan dalam PNF, sekaitan pertimbangan terbatasnya pendanaan untuk menunjang program kegiatan. Mengingat dana utama

dipergunakan pada pembayaran tenaga pendidik, apakah pelaksanaan PNF dapat

(19)

Upaya lain yaitu dengan menggunakan pihak lain yang tidak memiliki kaitan dengan pendidikan formal. Keluarga, pimpinan desa, petani dan siswa baik pada pendidikan formal maupun PNF, dan anggota dari kelompok belajar yang beragam merupakan potensi dalam mengembangkan staf. Pernyataan bagi perncana yaitu yaitu identifikasi, memotivasi dan memberikan dukungan pada staf. Sumber di luar guru merupakan sumber yang potensil untuk pengemangan staf. Permasalahan yang menjadi pertimbangan PNF juga pada kisaran dana yang perlu dihemat pada penetapan staf merupakan kunci keberhasilan. Perencana juga perlu memperhatikan faktor yang demikian mendesak dalam upaya meningkatkan profesionalisasi staf dengan memberikan pelatihan, sertifikat dan pemberian penghargaan yang merupakan keuntungan bagi staf. Untuk sementara penggunaan pendidik pada pendidikan formal dalam hal penghematan pembiayaan.

5. Biaya

Biaya untuk PNF umumnya diperuntukkan untuk pembayar-an staf, fasilitas, transport dan berbagai pengeluaran untuk bahan sarana dan prasarana. Setelah pembiayaan staf banyak didiskusi-kan maka giliran berikutnya membahas lebih jauh yang berhu-bungan dengan fasilitas yang tidak begitu banyak diperhatikan dilihat dari pembiayaan baik pada pendidikan formal maupun PNF. Umumnya pembiayaan untuk fasilitas mandapat dukungan dari lokal. Untuk transport, misalnya merupakan masalah, terutama untuk kepentingan suppervisi dan dukungan operasional. Beberapa pihak mengusulkan dengan cara memberikan pelatihan pada personal lokal akan mengurangi dana supervisi.

Strategi utama bagi perencana lebih banyak pada mengu¬rangi pembiayaan dibanding dengan membuang energi untuk usaha mencari tambahan dana. Usaha berikutnya yaitu mengurangi dana lain yang tidak berhubungan langsung dengan kepentingan organisasi bila masih memungkinkan, misalnya melalui kegiatan swadaya dalam pembelajaran di

lingkungan masyarakat. Mengingat peningkatan dana lokal membutuhkan struktur organisasi dan lebih mengarahkan dana untuk kepen¬tingan langsung. Umumnya, perencana lebih memperhatikan dimana dana sangat tergantung pada dimensi lain dari PNF dan biaya alternatif hendaknya merupakan bagian eksplisit dari proses pembuatan kepuutusan setiap pilihan dikembangkan.

6. Metode pembelajaran

(20)

belajar, pembelajaran berbasis masyarakat dan sejumlah metode berbasis penggunaan media. Pemilihan metode pembelajaran memiliki hubungan lang-sung dengan pemilihan staf yang dibutuhkan dan struktur internal seting pembelajaran. Ketiga hal ini perlu dirancanakan bersama. Pemilihan mengenai metode pembelajaran, atau lebih jauh lagi perpaduan dari metode yang dipergunakan tergantung pada tujuan pembelajaran dan ciri peserta belajar. Pertimbangan utama pada pilihan ini yaitu dari sisi peserta belajar yang memainkan peran dalam proses yang umumnya terbagi atas peserta aktif atau pasif dalam proses pembelajaran. Ciri utama dalam proses pembelajaran sekolah yaitu berbasis guru dimana informasi

disampaikan kepada murid yang pasif. PNF yang dilakukan dengan penekanan pada kesadaran dan pengembangan yang lebih aktif dari anggota masyarakat, membutuhkan metode yang merangsang dan memberikan peluang pada peserta belajar untuk ambil bagian dalam tangung jawab untuk proses pembelajaran yang sedang diikutinya. Dalam disain perancangan, terutama pada awal kegiatan, perencana hendaknya lebih mengembangkan strategi untuk mengurangi penggunaan model pembelajaran ceramah oleh guru. Pelatihan yang seksama akan mengurangi kecenderungan ini. Namun demikian dalam pelatihan acapkali proses berulang pada pembelajaran ceramah dibanding-kan dengan penggunaan metode yang diharapkan semula.

7. Kontrol kegiatan

Isu yang berhubungan dengan kontrol merupakan jantungnya PNF dan hal ini merupakan bagian tidak terpisahkan dari pemberian peran belajar berbasis pada peserta belajar.

Identifikasi kebutuhan belajar, disain metode pembelajaran, peningkatan dan penetapan dana, dan penetapan organisasi internal merupakan bagian utama dari proses kontrol. Pertanyaan utama yaitu siapa yang membuat keputusan dan dengan mekanisme yang bagaimana? Retorika mengenai PNF terutama yang berhubungan dengan keterlibatan peserta belajar dalam pendidikan dasar di pedesaan dan proyek pembangunan berbasis masyarakat, lebih menekankan pada peran yang lebih luas dari peserta belajar dalam melakukan kontrol. Namun demikian struktur yang amat terprogram yang dirancang untuk menghasilkan

kecakapan mengontrol acapkali bertolak belakang dengan mengembangkan kontrol dari luar kelompok masyarakat. Atas dasar itu maka pengembangan kontrol berbasis partisipasi merupakan tantangan tersendiri bagi perencana.

(21)

yang ditawarkan melalui desentralisasi, struktur partisipatif dan sistem perwakilan merupakan bagian upaya mengatasi hal ini. Permsalahan yang dihadapi perencana yaitu antara retorika politik dengan perilaku kelembagaan. Perencana harus menyadari bahwa untuk program PNF tertentu, sangat tergantung pada akar pembuatan keputusan yang memiliki kaitan erat dengan dimensi lain.

8. Dimensi lain

(22)

sangat rumit dan sulit untuk dijelaskan dalam mene-rangkan dimensi akan tetapi dengan bantuan membuat cluster akan memberikan kemudahan pula untuk memahami sejumlah program yang termasuk PNF dan hal yang lebih penting lagi adalah dapat menjadikan jaringan untuk pengembangan perencanaan ketika seorang perencana menghadapi masalah dalam meng-hadapi pola tertentu. Perencanaan adalah merupakan proses yang sistematis dan bukan merupakan pilihan program yang didasarkan pada label yang terpisah-pisah dengan bedasar pada komponen khusus dari program.

Ringkasan

Prinsip perencanaan pendidikan nonformal antara lain: (1) perencanaan yang dikembangkan harus bersifat fleksibel, memadukan antara kualitas dengan sifat khusus dan keragaman program dan (2) lebih menekankan pada kebermaknaan dalam upaya menunjang efisiensi dan memberikan peluang sesuai dengan tujuan dan tuntutan dari program pendidikan nonformal. Bentuk penyederhanaan dari pendidikan nonformal yaitu dengan melihat hubungannya dengan pendidikan formal. Dalam bentuk termasuk pendidikan nonformal sebagai komplemen, suplemen dan pengganti dari pendidikan formal.

Secara general pendidikan nonformal dan informal mem-punyai makna sebagai kegiatan pendidikan yang terorganisir yang berlangsung di luar pendidikan sekolah, baik dalam kegiatan yang nyata berbeda maupun dimasukkan dalam kegiatan yang lebih luas, yang ditujukan untuk melayani peserta belajar yang jelas dan memiliki seperangkat tujuan pendidikan.

Dimensi perencanaan pendidikan nonformal mencakup: (1) tujuan pembelajaran, (2) karakteristik peserta belajar, (3) struktur organisasi, (4) staf, (5) Biaya, (6) Metode pembelajaran, dan (7) Kontrol kegiatan.

Latihan Soal

1. Perkembangan terakhir dari pendidikan nonformal yaitu kepentingan dalam rangka

pendidikan untuk semua dimana pendidikan nonformal dapat memainkan peranan yang lebih besar, menurut anda sudahkan hal tersebut di atas terlaksanakan di Indonesia!

2. Di Jepang dikemukakan bahwa tidak ada pemilahan antara pendidikan nonformal dengan formal, mengapa demikian, dapatkan Indonesia malaksanakan proses tersebut, apa

keuntungan dan kerugiannya bagi Indonesia!

3. Temukan makna pendidikan nonformal dari para ahli dan kemukakan makna pendidikan nonformal menurut pendapat anda!

(23)

mengapa demikian!

Referensi

Dokumen terkait

Proyek Pemulihan Mata Pencaharian GIZ telah meningkatkan akses terhadap pembiayaan untuk UMK yang terkena dampak bencana dengan menyediakan US$5 juta dalam bentuk pinjaman

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon tanaman kentang pada fase pertumbuhan dan pengumbian secara in vitro akibat perlakuan gula dan asam salisilat, serta

Dari Gambar 4.3 dapat dilihat hasil perbandingan yang dilakukan terhadap nilai kualitas sistem informasi akademik IAIN Raden Intan Lampung yang menunjukkan nilai kualitas

The study is a quasi-experimental study within limited scope of sample using two classes of elementary school students. One class is the experimental group and another one

Dengan diajukannya proposal ini untuk mengajukan Rancang Bangun Sistem Informasi Penjualan Obat pada Apotek Berliana diharapkan dapat membuat laporan penjualan yang

Laju endap darah (LED) merupakan metode yang mudah dan merupakan petunjuk tidak langsung terhadap deformitas eritrosit.Jika ada kondisi yang meningkatkan kadar fibrinogen

Pembentukan Teras Kerja Penuh (Teras 86), atau pemuatan reaktivitas lebih teras 86 dilakukan secara bertahap juga seperti percobaan kekritisan, tetapi membutuhkan

membangkitkan-motivasi-belajar-siswa.html) : 1) Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik. Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seorang guru