BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Sektor Pertanian.
2. 1. 1 Pengertian Pertanian
Pertanian merupakan kegiatan dalam usaha mengembangkan (reproduksi)
tumbuhan dan hewan dengan maksud supaya tumbuh lebih baik untuk memenuhi
kebutuhan manusia. Pertanian juga sebagai jenis usaha atau kegiatan ekonomi berupa
penanaman tanaman atau usahatani (pangan, holtikultura, perkebunan, dan
kehutanan), peternakan (beternak) dan perikanan (budidaya dan menangkap).
Sementara petani adalah orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau
keseluruhan kebutuhan hidupnyya di dalam bidang pertanian dalam arti luas yang
meliputi usaha pertanian, peternakan, perikanan, dan pemungutan hasil laut
(Surahman et al, 1999:7). Sektor pertanian memiliki cabang-cabang sektor atau sub sektor
2. 1. 2 Ekonomi Pertanian
Ekonomi pertanian telah berkembang sesuai dengan ilmu dasar yang
mendukungnya, seperti ekonomika (mikro dan makro), statistika, matematika, dan
ekonometrika. Selain itu, ekonomika pertanian pun merupakan kelompok ilmu ilmu
kemasyarakatan (sosial sciences), yaitu ilmu yang mempelajari perilaku serta
hubungan antar manusia. Perilaku yang dipeljari bukan hanya mengenai perilaku
manusia secara sempit misalnya perilaku petani, nelayan, dan peternak dalam
kehidupanya, tatapi mencakup persoalan ekonomi lainnya yang langsung maupun
tidak langsung berhubungan dengan produksi atau penangkapan, pemasaran, dan
konsumsi.
Ilmu ekonomi pertanian dapat diberi definisi sebagai ilmu yang berurusan
dengan azas yang mendasari keputusan petani dalam menghadapi masalah yang
diproduksi, bagaimana memproduksi, apa yang dijual, bagaimana menjual agar
petani memperoleh keuntungan terbesar sesuai dengan kepentingan masyarakat
keseluruhan. (Widodo, 1993 : 3). Menurut Mubyarto (1995 : 5), ilmu ekonomi
pertanian sebagai bagian ilmu ekonomi umum yang mempelajari fenomena fenomena
dan persoalan persoalan yang berhubungan dengan pertanian, baik mikro maupun
makro. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ekonomi pertanian merupakan
fenomena fenomena atau persoalan kehidupan dalam masyarakat pertanian (petani,
nelayan, dan peternak) dengan menggunakan teori ekonomika (mikro dan makro),
mulai dari masalah pengadaan seprodi, produksi, pemasaran, masalah pendapatan
sampai dengan masalah konsumsi.
2. 1. 3 Masalah Masalah Ekonomi Pertanian
Banyak persoalan yang dihadapi oleh petani, nelayan, dan peternak. Secara
umum, masalah tersebut bisa berhubungan langsung dengan produksi (bercocok
tanam, penangkapan dan beternak) dan pemasaran hasil hasil pertanian. Dilihat dari
segi ekonomi pertanian, keberhasilan produksi/panen oleh petani dengan tingkat
harga yang diterima untuk hasil produksinya tersebut merupakan faktor yang sangat
mempengaruhi perilaku kehidupan petani. Ada beberapa persoalan yang biasa
dihadapi oleh petani antara lain sebagai berikut :
a) Pendapatan petani hanya diterima setiap musim panen sedangkan pengeluaran
harus diadakan setiap hari, setiap minggu atau kadang kadang dalam waktu
yang mendesak sebelum panen.
b) Petani hanya dapat menyimpan hasil panen yang besar untuk dijual sedikit
demi sedikit pada waktu keperluannya tiba. Namun, karena padatnya
penduduk maka lahan milik petani menjadi sangat sempit sehingga hasil
bersih tidak cukup hidup layak sepanjang tahun.
c) Yang sangat merugikan petani adalah pengeluaran yang besar kadang kadang
tidak dapat diatur dan ditunggu sampai panen tiba, misalnya kematian dan
pesta perkawinan. Dalam hal tersebut, petani sering menjual tanaman pada
saat masih hijau disawah atau dikebun. Penjualan tersebut sering disebut ijon
d) Petani memerlukan keperluan besar, misalnya memperbaiki rumah membeli
pakaian atau sepeda. Hal ini hanya dapat dipenuhi pada masa panen. Namun,
umumnya harga hasil pertanian rendah saat panen. Jika hal ini terjadi,
sebenarnya petani mengalami dua kali terpukul, yaitu pertama harga hasil
panen rendah dan kedua petani harus menjual lebih banyak untuk mencapai
uang yang diperlukan.
2. 1. 4 Model Ekonomi Pertanian
Pada hakikatnya model alur dari ekonomi pertanian dimulai dari komoditas
pertanian yang diproduksi kemudian didistribusikan kepasar(terjadi interaksi antara
permintaan/demand dan produksi penawaran / supply komoditas pertanian. Disini
kegiatan pemasaran pertanian (marketing agriculture) terjadi. Selanjutnya, dari
kegiatan tersebut akan diperoleh pendapatan (income), baik dari pendapatan usaha
tani maupun pendapatan rumah tangga. Pengeluaran usaha tani ini akan tersalurkan
kembali kegiatan atau usaha produksi (uasahatani melaut, dan beternak ).
Berikut Model Alur ekonomi pertanian
Komoditas Pertanian (arriculture Comodity)
Produksi Komoditas Pertanian (Agriculture commodity production)
Pasar (markets) Penawaran (Supply)
Secara singkat paparan model alur ekonomi pertanian dibagi menjadi empat bagian
yaitu:
1. Produksi komoditas pertanian
Produksi komoditas pertanian (agriculture commodity production ) terdiri dari :
• Proses dan produksi budi daya komoditas pertanian yang dimulai dari
persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, dan panen.
• Faktor faktor yang mempengaruhi produksi komoditas pertanian yaitu lahan
pertanian, tenaga kerja, modal, pupuk, pestisida, bibit, teknologi, menejemen.
• Ekonomika produksi dalam pertanian yaitu profit maximum dan cost
minimum, fungsi produksi, hubungan antara faktor produksi komunitas pertanian, hubungan antara hasil produksi dengan profit maximum.
2. Permintaan dan penawaran komoditas pertanian
Permintaan komoditas pertanian terdiri atas permintaan (demand) dan
permintaan komoditas pertanian(argiculture commodity pertanian); faktor faktor Pendapatan Rumah Tangga Tani
Pendapatan Luar Usahatani Pendapatan Usaha Tani
yang mempengaruhi permintaan komoditas pertanian; faktor bukan harga terhadap
penawaran komoditas pertanian (harga komoditas komoditas pertanian lain, yaitu
komoditas subsitusi, komoditas komplementer, dan komoditas netral, dan elasitas
permintaan komoditas pertanian. Sementara itu, penawaran komoditas pertanian
terdiri atas komoditas penawaran (supply) dan penawaran komoditas pertanian
(agriculture comodity supply); faktor faktor yang mempengaruhi penawaran
komoditas pertanian; faktor bukan harga terhadap penawaran komoditas pertaniaan
(harga komoditas pertaniaan lain, biaya untuk memperoleh faktor produksi komoditas
pertanian, tujuan tujuan perusahaan pertanian, tingkat teknologi dan cuaca); dan
elasitas penawaran komoditas pertanian atau dikenal elasitas produksi dan
keseimbangan komoditas pertanian.
3. Pemasaran Komoditas Pertanian
Pemasaran komoditas pertanian terdiri dari pasar dan pemasaran komoditas
pertanian; pendekatan sitem, fungsi, dan kegunaan pemasaran komoditas pertanian;
lembaga dan saluran pemasaran komoditas pertanian; biaya dan keuntungan
pemasaran komoditas pertanian; serta efisiensi pemasaran komoditas terdiri dari
margin pemasaran (margin, distribusi margin, share, dan faktor faktor yang
mempengaruhi margin pemasaran), integrasi pasar, dan elastisitas transmisi harga.
4. Usaha serta pendapatan dan pengeluaran rumah tangga petani
Usaha terdiri atas pengertian usahatani; klasifikasi usaha tani; pengeluaran
usaha tani; penerimaan usaha tani, pendapatan usahatani; pendapatan rumah tangga
petani terdiri dari pengeluaran rumah tangga dan usahatani, serta faktor faktor yang
mempengaruhi pendapatan dan pengeluaran rumah tangga petani.
2. 2 Strategi Pengembangan Pertanian. 2. 2. 1 Konsep Strategi
Strategi adalah rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu yang
mengaitkan keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan lingkungan dan yang
dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama perusahaan dapat dicapai melalui
pelaksanaan yang tepat oleh perusahaan. Strategi adalah sarana yang digunakan
untuk mencapai tujuan akhir (sasaran). Tetapi, strategi bukanlah sekedar suatu
rencana. Strategi ialah rencana yang disatukan, strategi mengikat semua bagian
perusahaan menjadi satu. Strategi itu menyeluruh dan meliputi semua aspek penting
perusahaan. Strategi itu terpadu, yakni semua bagian rencana serasi satu sama lain
dan bersesuaian. Strategi haruslah dilakukan dengan terlebih dahulu adanya
perencanaan strategi dan kemudian implementasi strategi tersebut.
Tujuan utama dari rencana strategi adalah untuk mengembangkan
kesepakatan awal tentang seluruh upaya rencana strategi dan langkah - langkah
perencanaan yang utama di antara orang - orang penting pembuat keputusan atau
pembuat opini internal dan juga pihak eksternal jika dipandang relevan untuk
dilibatkan. Konsep perencanaan strategi dikemukakan oleh Olsen dan Eadie (1982:4)
mengatakan bahwa perencanaan strategi sebagai upaya yang didisiplinkan untuk
membuat keputusan dan tindakan penting yang membentuk dan memandu bagaimana
mengerjakan hal seperti itu. Pernyataan tersebut di atas menunjukkan bahwa
perencanaan dapat memfasilitasi komunikasi dan partisipasi, mengakomodasi
kepentingan dan nilai yang berbeda, dan membantu pembuat keputusan secara tertib
maupun keberhasilan implementasi keputusan.
Implementasi strategi adalah proses dimana manajemen mewujudkan strategi
dan kebijakannya dalam tindakan melalui pengembangan program, anggaran dan
prosedur. Implementasi strategi diperlukan untuk memperinci secara lebih jelas dan
tepat bagaimana sesungguhnya pilihan strategi yang telah diambil direalisasikan.
Implementasi adalah operasional dari berbagai aktivitas guna mencapai sasran
tertentu. Sifat dari suatu implementasi adalah tidak dapat beroperasi tanpa adanya
faktor - faktor internal dan faktor - faktor eksternal yang selalu mempengaruhinya.
2. 2. 2. Strategi Dalam Pertanian
Strategi adalah cara untuk mencapai tujuan berdasarkan analisa terhadap faktor
internal dan eksternal. Strategi disesuaikan dengan tujuanakhir sedangkan taktik
berkaitan dengan tujuan antara. Dalam organisasibisnis, strategi adalah cara untuk
mencapai laba yang besar sebaliknya dalam organisasi nonbisnis strategi adalah cara
untuk memuaskan anggotanya (Sjafrizal, 2008). Dalam pertanian, strategi
merupakan cara yang dilakukan untuk mengembangkan sector pertanian untuk
memperoleh hasil produksi yang lebih besar dan hasil produksi yang lebih unggul.
a) Pembangunan pertanian wajib mengedepankan riset dan pengembangan
(R&D), terutama yang mampu menjawab tantangan adaptasi perubahan
iklim.
b) Integrasi pembangunan ketahanan pangan dengan strategi pengembangan
energi, termasuk energi alternatif. Strategi ini memang baru berada pada
tingkat sangat awal sehingga Indonesia tidak boleh salah melangkah.
c) Pembangunan pertanian perlu secara inheren melindungi petani produsen (dan
konsumen). Komoditas pangan dan pertanian mengandung risiko usaha
seperti faktor musim, jeda waktu (time-lag), perbedaan produktivitas dan
kualitas produk yang cukup mencolok. Mekanisme lindung nilai (hedging),
asuransi tanaman, pasar lelang dan resi gudang adalah sedikit saja dari contoh
instrumen penting yang mampu mengurangi risiko usaha dan ketidakpastian
pasar. Operasionalisasi dari strategi ini, perumus dan administrator kebijakan
di tingkat daerah wajib mampu mewujudkannya menjadi suatu langkah aksi
yang memberi pencerahan kepada petani, memberdayakan masyarakat, dan
memperkuat organisasi kemasyarakatan untuk mampu berperan dalam pasar
berjangka komoditas yang lebih menantang.
Pembangunan pertanian tidak hanya berhenti sampai proses produksi,
pemasaran produk pertanian menjadi pekerjaan dan tugas berikutnya yang tidak
mudah. Produk pangan utama, misalnya beras, mungkin relatif mudah untuk
menemukan pasar karena pasti akan diperlukan, setidak-tidaknya di dalam negeri.
pangan utama, khususnya hortikultura, terlebih lagi di pasaran internasional.
Tekanan persaingan dengan negara-negara produsen lain, termasuk di dalamnya
tekanan akibat regulasi perdagangan dunia yang diterapkan di zona-zona ekonomi
tertentu, menambah kesulitan di dalam menemukan pasar bagi produk pertanian
Indonesia.
2. 3. 1. Pengertian Pembangunan Pertanian
Pembangunan pertanian diartikan sebagai proses yang ditujukan untuk selalu
menambah produk pertanian untuk tiap konsumen sekaligus mempertinggi
pendapatan dan produktivitas usaha petani dengan jalan menambah modal dan skill
untuk memperbesar campur tangan manusia didalam perkembangbiakan tumbuhan
dan hewan. Penambahan produksi, pendapatan maupun produkvitas itu berlangsung
terus, sebab apabila tidak, berarti pembangunan berhenti (Surahman dan Sutrisno,
1997). Ada tiga tahap perkembangan pembangunan pertanian yaitu :
1. Pertanian tradisional yang produktivitasnya rendah.
2. Tahap penganekaragaman produk pertanian sudah mulai terjadi dimana
produk pertanian sudah ada yang dijual kesektor komersial, tatapi pemakaian
modal dan teknologi masih rendah.
3. Tahap yang menggambarkan pertanian modern yang produktivitasnya sangat
tinggi yang disebabkan oleh pemakaian modal dan teknologi yang sangat
tinggi juga. Pada tahap ini produk pertanian seluruhnya ditujukan untuk
Pembangunan sebaiknya ditekankan pada wilayah pedesaan dan lebih khusus
lagi pada sektor pertanian, hal ini karena beberapa alasan yaitu :
a) Pertanian merupakan sektor yang bertanggung jawab menyediakan
kebutuhan pangan masyarakat sehinggga ekssitensinya muthlak
diperlukan.
b) Sektor pertanian ikut menyediakan bahan baku bagi sektor industri
sehingga aktivitas industri dapat terus berlangsung.
c) Sektor pertanian memberikan kontribusi bagi pendapatan
d) Sektor pertanian merupakan sektor yang menyediakan kesempatan
kerja bagi tenaga kerja di pedesaan (Yustika, 2002)
2. 3. 2 Paradigma Pembangunan Pertanian
Paradigma dalam pembangunan pertanian pada masa mendatang ini dan yang
perlu mendapatkan perhatian para perencana dan pelaksana pembangunan pertanian
adalah sebagai berikut :
a. Dari Sentralisasi ke Desentralisasi.
Para perencana dan pelaksana pembangunan pertanian didaerah perlu
diberikan wewenang yang lebih luas dalam merencanankan daerahnya, karena
mereka yang lebih mengetahui potensi dan kendala daerahnya. Karena aparat
perencanaan didaerah umumnya relative masih lemah, maka bantuan tenaga
ahli perguruan tinggi sebaiknya perlu dilibatkan. Untuk menguatkan pendapat
ini tampaknya peranan instansi didaerah sudah waktunya mulai diperbesar.
Para perencana dan pelaksana pembangunan pertanian sekarang sebaiknya
tidak boleh lagi berpikir persial; akan tetapi harus berpikir holistic.
Pendekatanya bukan bagaimana semata mata produksi komoditas pertanian
tertentu dicapai (misalnya pendekatan target produksi); tetapi harus pula
memikirkan pengaruh kenaikan produksi tersebut keaspek kehidupan yang
lain misalnya bagiman pengolahanya, pengaruhnya terhadap eksitensi
komoditas lain, multipler-effect-nya terhadap sumber daya setempat dan
sebagainya.
c. Dari Peningkatan Pendapatan Petani ke Peningkatan Kesejahtraan
Masyarakat Pedesaan.
Oleh karena pendapatan petani kecil juga berasal dari kegiatan nonpertanian
dank arena pendapatan masyarakat pedesaan sebagian besar juga didasrkan
pada pendapatan yang berkaitan dengan kegiatan disektor pertanian dan
sejenisnya, maka orientasi pembangunan pertanian tidak lagi memperhatikan
petani saja tetapi juga perlu memperhatikan masyarakat pedesaan secara luas.
Karena petani dipedesaan khusunya petani kecil sangat bergantung dari
pendapatan disektor nonpertanian sehingga kaiatan keberhasilan sektor
pertanian dan sektor non pertanian jadi sangat kental.
d. Dari pendekatan skala subsisten ke skala komersial.
Pembangunan pertanian perlu mempertimbangkan skala usaha. Petani kecil
perlu diarahkan berusaha tani pada skala usaha yang
menjadi penting dalam kaitanya dengan skala usaha yang menguntungkan ini
dan karenanya yang diperlukan bukan doing the right things saja, tetapi juga
sekaligus memperhatikan doing the things right.
e. Dari pendekatan Teknologi Padat Karya ke Penggunaan Alat atau Mesin.
Selama ini selalu dijadikan alasan bahwa semua kegiatan agrobisnis perlu
menggunakan pendekatan padat karya dengan alasan agar kegiatan tersebut
dapat menyerap banyak tenaga kerja. Namun tidak disadari bahwa padat karya
tanpa menggunakan alat atau mesin, maka agribisnis tersebut tidak akan
menghasilkan produk yang mempunyai keunggulan komperatif.
f. Dari Pendekatan Komoditas Primer ke Komoditi Yang Mempuyai Nilai
Tambah Tinggi.
Salah satu cara untuk meningkatkan nilai tambah adalah melaksanakan
diversivikasi. Untuk itu, aspek diversifikasi menjadi penting, apakah itu
diversifikasi horizontal ataupun vertical. Para perencana dan pelaksana
pembangunan pertanian perlu bekerja keras untuk menganjurkan komoditi apa
yang mempuyai nilai tambah lebih itu. Perlu diingat karena produk pertanian
itu spesifik, maka perwilayahan komoditi menjadi amat penting, yaitu
perwillayahan komodity yang disesuaikan dengan daya dukung sumber daya
yang ada. Diversifikasi vertical adalah upaya penganekaragaman produk
pertanian dari hasil olahan produk tersebut, dan diversivikasi horizontal
adalah penganeka ragaman usaha tani dengan cara mengintrodusir berbagai
g. Dari pendekatan “ Tarik Tambang” ke “ Dorong Gelombang”.
PERHEPI(1989a, b) pernah melontarkan gagasan pendekatan ini”. Tarik
tambang” maksud teori ini adalah Investasi diarahkan didaerah yang
mempuyai potensi dikembangkan sehingga muncul daerah tertentu yang
berkembang cepat tetapi daerah lain tertinggal. Model ini akhirnya justru
ditenggarai memperlebar ketimpangan dan karenanya pendekatan tersebut
perlu diikuti dengan policy investasi “dorong gelombang” yang maksudnya
daerah tertinggal perlu didorong untuk berkembang agar dapat mengikuti
daerah yang lebih maju.
h. Dari Pendekatan Peran Pemerintah yang Dominan ke Peran Masyarakat yang
Lebih Besar.
Partipasi masyarakat ini perlu terus ditingkatkan pada proyek proyek
pembangunan pertanian pada masa mendatang. Bila pendekatan ini berhasil,
maka beban pemerintah dalam pembanguanan akan semakin berkurang.
2. 4 Penelitian Terdahulu
Sadikh iksan dan Artahnan Aid ( 2011 ) dalam jurnal penelitiannya yang
berjudul analisis swot untuk merumuskan strategi pengembangan komoditas karet
dikabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah yang berkesimpulan bahwa hasil
perhitungan nilai total dari faktor-faktor strategis internal dan faktor-faktor strategis
eksternal, yaitu berturut-turut sebesar 6, 13 dan 5, 97 menunjukkan indikasi bahwa
dikembangkan. Berdasarkan analisis SWOT yang dibuat beberapa strategi dapat
diajukan terkait dengan pengembangan komoditas dimaksud yaitu:
1. Peningkatan produksi melalui tindakan intensifikasi, ekstensifikasi, dan
peremajaan;
2. Dalam program peremajaan perbaikan bahan tanam agar diprioritaskan
melalui penyediaan bibit unggul karena dalam jangka panjang berpengaruh
pada produktivitas dan kualitas produk;
3. Penerapan program intensifikasi ditunjang oleh penyediaan sarana produksi
sesuai dengan keperluannya dengan jumlah, tempat, dan waktu yang tepat,
serta tindakan penyuluhan untuk mengintroduksi teknologi barutepat guna
serta hal-hal yang terkait dengan program intensifikasi;
4. Peningkatan akses petani produsen atas lembaga dan sumber finansial
khususnya untuk membantu memberikan solusi atas kendala finansial yang
potensial terjadi pada program peremajaan serta pemeliharaan TBM;
5. Pertahankan peruntukkan lahan untuk komoditas unggulan (karet).
6. Tetap menjaga insentif harga di tingkat petani sepanjang memungkinkan
untuk menjamin pendapatan serta meningkatkan kesejahteraan petani;
7. Pemeliharaan dan pengembangan infrastruktur: jalan dan pelabuhan (antar
pulau) untuk keperluan mempertahankan serta merintis akses pasar atas
produk yang dihasilkan.
Dalam jurnal Tiurna Mariani Haloho (2009) yang berjudul strategi
yang berkesimpulan bahwa hasil analisis terhadap faktor internal dalam
Pengembangan Agribisnis Kopi di Humbang Hasundutan, menunjukkan faktor
kekuatan (keadaan sumberdaya manusia, ketersediaan lahan, keamanan berusaha,
akses transportasi, keadaan sumberdaya alam) mampu mengatasi faktor kelemahan
(penggunaan teknologi tradisional, ketersediaan dana, lembaga pembina, penelitian,
dan pelatihan, pemasaran kopi, dukungan kebijakan pemerintah daerah dan
pelaksanaanya, industri pengolahan kopi, kemitraan usaha, bibit kopi bermutu
pengendalian hama penyakit dan pemeliharaan) yang dimiliki kawasan tersebut. Hal
itu ditunjukkan oleh nilai bobot skor faktor kekuatan yang lebih besar dari bobot skor
kelemahan yakni sebesar 1, 338 untuk faktor kekuatan dan 0, 992 untuk faktor
kelemahan. Secara umum menunjukkan bahwa Pengembangan Agribisnis Kopi
dibawah rata-rata dalam kekuatan internalnya secara keseluruhan, hal ini ditunjukkan
dengan total nilai bobot skor 2, 330. Ini berarti berarti Pemerintah Daerah/Dinas
Pertanian Subdinas Perkebunan dan masyarakat/petani secara internal (kekuatan dan
kelemahan) belum baik (kuat), dalam upaya pengembangan kopi di Humbang
Hasundutan. Hasil analisis eksternal yang menjadi peluang yaitu otonomi daerah
tumbuhnya asosiasi, pasar yang masih terbuka baik domestik maupun diluar
kawasan, tumbuhnya CU, perdagangan bebas, perkembangan teknologi komunikasi
dan informasi dan permintaan kopi organik. Faktor peluang tersebut memiliki bobot
skor sebesar 1, 928. Pertumbuhan ekonomi, ketidakpastian iklim global, fluktuasi
harga kopi, penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan, kopi sejenis dari
Pengembangan Agribisnis Kopi dengan bobot skor 0, 841 serta nilai total bobot skor
2, 769, berarti secara eksternal Pemerintah Daerah/Dinas Pertanian Subdinas
Perkebunan dan masyarakat/petani telah merespon dengan baik terhadap peluang dan
ancaman yang dimiliki, yang berarti bahwa faktor peluang eksternal dalam upaya
Pengembangan Agribisnis Kopi di Humbang Hasundutan dapat mengatasi ancaman
yang dihadapinya dan dapat mengambil peluang sebaik mungkin.
Dalam jurnal perencanaan strategi pengembangan industri rumah tangga gula
kelapa (studi kasus industri rumah tangga gula kelapa desa Geleduk) oleh Azmi
alvian gabriel, Imam santoso dan Dhyta Merita Ikasari (2009) menyimpulkan bahwa :
1. Pengembangan strategi penetrasi pasar dan strategi pengembangan produk
merupakan alternatif strategi yang tepat untuk dikembangkan dan diterapkan
dalam upaya pengembangan industri rumah tangga gula kelapa Desa Gledug
Kabupaten Blitar.
2. Pembentukan ikatan kerjasama dengan lembaga pengembangan industri
merupakan prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam upaya
pengembangan IRT gula kelapa Desa Kabupaten Blitar.
2. 5 Kerangka Konseptual
Untuk menentukan strategi pengembangan subsektor tanaman pangan di
Kecamatan Pollung, maka terlebih dahulu akan dilihat keadaan subsektor tanaman
pangan Kecamatan Pollung untuk dapat menentukan faktor pendukung dan
dan kelemahan yang bersumber subsektor tanaman pangan Kecamatan Pollung
(secara internal), ataupun berupa peluang dan tantangan yang datang dari luar tiap
tiap sub sektor pertanian Kecamatan Pollung (secara eksternal). Dengan demikian,
setelah mengetahui faktor pendukung dan penghambat tiap subsector baik secara
internal maupun eksternal, maka dapat dibuat strategi pengembangan subsektor
tanaman pangan pertanian yang baik guna meningkatkan kesejahteraan perekonomian
masyarakat Kecamatan Pollung. Berikut tampilan model kerangka konseptual dalam
menentukan strategi pengembangan sektor pertanian Kecamatan Pollung.
Faktor Internal: Kekuatan dan kelemahan
Faktor Eksternal: Peluang dan Tantangan
ANALISIS STRATEGIS PENGEMBANGAN Keadaan Sektor Pertanian
Kecamatan Pollung