• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Sektor Pertanian. 2. 1. 1 Pengertian Pertanian - Strategi Pengembangan Sektor Pertanian Subsektor Tanaman Dan Bahan Makanan Di Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Sektor Pertanian. 2. 1. 1 Pengertian Pertanian - Strategi Pengembangan Sektor Pertanian Subsektor Tanaman Dan Bahan Makanan Di Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Sektor Pertanian.

2. 1. 1 Pengertian Pertanian

Pertanian merupakan kegiatan dalam usaha mengembangkan (reproduksi)

tumbuhan dan hewan dengan maksud supaya tumbuh lebih baik untuk memenuhi

kebutuhan manusia. Pertanian juga sebagai jenis usaha atau kegiatan ekonomi berupa

penanaman tanaman atau usahatani (pangan, holtikultura, perkebunan, dan

kehutanan), peternakan (beternak) dan perikanan (budidaya dan menangkap).

Sementara petani adalah orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau

keseluruhan kebutuhan hidupnyya di dalam bidang pertanian dalam arti luas yang

meliputi usaha pertanian, peternakan, perikanan, dan pemungutan hasil laut

(Surahman et al, 1999:7). Sektor pertanian memiliki cabang-cabang sektor atau sub sektor

(2)

2. 1. 2 Ekonomi Pertanian

Ekonomi pertanian telah berkembang sesuai dengan ilmu dasar yang

mendukungnya, seperti ekonomika (mikro dan makro), statistika, matematika, dan

ekonometrika. Selain itu, ekonomika pertanian pun merupakan kelompok ilmu ilmu

kemasyarakatan (sosial sciences), yaitu ilmu yang mempelajari perilaku serta

hubungan antar manusia. Perilaku yang dipeljari bukan hanya mengenai perilaku

manusia secara sempit misalnya perilaku petani, nelayan, dan peternak dalam

kehidupanya, tatapi mencakup persoalan ekonomi lainnya yang langsung maupun

tidak langsung berhubungan dengan produksi atau penangkapan, pemasaran, dan

konsumsi.

Ilmu ekonomi pertanian dapat diberi definisi sebagai ilmu yang berurusan

dengan azas yang mendasari keputusan petani dalam menghadapi masalah yang

diproduksi, bagaimana memproduksi, apa yang dijual, bagaimana menjual agar

petani memperoleh keuntungan terbesar sesuai dengan kepentingan masyarakat

keseluruhan. (Widodo, 1993 : 3). Menurut Mubyarto (1995 : 5), ilmu ekonomi

pertanian sebagai bagian ilmu ekonomi umum yang mempelajari fenomena fenomena

dan persoalan persoalan yang berhubungan dengan pertanian, baik mikro maupun

makro. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ekonomi pertanian merupakan

fenomena fenomena atau persoalan kehidupan dalam masyarakat pertanian (petani,

nelayan, dan peternak) dengan menggunakan teori ekonomika (mikro dan makro),

(3)

mulai dari masalah pengadaan seprodi, produksi, pemasaran, masalah pendapatan

sampai dengan masalah konsumsi.

2. 1. 3 Masalah Masalah Ekonomi Pertanian

Banyak persoalan yang dihadapi oleh petani, nelayan, dan peternak. Secara

umum, masalah tersebut bisa berhubungan langsung dengan produksi (bercocok

tanam, penangkapan dan beternak) dan pemasaran hasil hasil pertanian. Dilihat dari

segi ekonomi pertanian, keberhasilan produksi/panen oleh petani dengan tingkat

harga yang diterima untuk hasil produksinya tersebut merupakan faktor yang sangat

mempengaruhi perilaku kehidupan petani. Ada beberapa persoalan yang biasa

dihadapi oleh petani antara lain sebagai berikut :

a) Pendapatan petani hanya diterima setiap musim panen sedangkan pengeluaran

harus diadakan setiap hari, setiap minggu atau kadang kadang dalam waktu

yang mendesak sebelum panen.

b) Petani hanya dapat menyimpan hasil panen yang besar untuk dijual sedikit

demi sedikit pada waktu keperluannya tiba. Namun, karena padatnya

penduduk maka lahan milik petani menjadi sangat sempit sehingga hasil

bersih tidak cukup hidup layak sepanjang tahun.

c) Yang sangat merugikan petani adalah pengeluaran yang besar kadang kadang

tidak dapat diatur dan ditunggu sampai panen tiba, misalnya kematian dan

pesta perkawinan. Dalam hal tersebut, petani sering menjual tanaman pada

saat masih hijau disawah atau dikebun. Penjualan tersebut sering disebut ijon

(4)

d) Petani memerlukan keperluan besar, misalnya memperbaiki rumah membeli

pakaian atau sepeda. Hal ini hanya dapat dipenuhi pada masa panen. Namun,

umumnya harga hasil pertanian rendah saat panen. Jika hal ini terjadi,

sebenarnya petani mengalami dua kali terpukul, yaitu pertama harga hasil

panen rendah dan kedua petani harus menjual lebih banyak untuk mencapai

uang yang diperlukan.

2. 1. 4 Model Ekonomi Pertanian

Pada hakikatnya model alur dari ekonomi pertanian dimulai dari komoditas

pertanian yang diproduksi kemudian didistribusikan kepasar(terjadi interaksi antara

permintaan/demand dan produksi penawaran / supply komoditas pertanian. Disini

kegiatan pemasaran pertanian (marketing agriculture) terjadi. Selanjutnya, dari

kegiatan tersebut akan diperoleh pendapatan (income), baik dari pendapatan usaha

tani maupun pendapatan rumah tangga. Pengeluaran usaha tani ini akan tersalurkan

kembali kegiatan atau usaha produksi (uasahatani melaut, dan beternak ).

Berikut Model Alur ekonomi pertanian

Komoditas Pertanian (arriculture Comodity)

Produksi Komoditas Pertanian (Agriculture commodity production)

Pasar (markets) Penawaran (Supply)

(5)

Secara singkat paparan model alur ekonomi pertanian dibagi menjadi empat bagian

yaitu:

1. Produksi komoditas pertanian

Produksi komoditas pertanian (agriculture commodity production ) terdiri dari :

• Proses dan produksi budi daya komoditas pertanian yang dimulai dari

persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, dan panen.

• Faktor faktor yang mempengaruhi produksi komoditas pertanian yaitu lahan

pertanian, tenaga kerja, modal, pupuk, pestisida, bibit, teknologi, menejemen.

• Ekonomika produksi dalam pertanian yaitu profit maximum dan cost

minimum, fungsi produksi, hubungan antara faktor produksi komunitas pertanian, hubungan antara hasil produksi dengan profit maximum.

2. Permintaan dan penawaran komoditas pertanian

Permintaan komoditas pertanian terdiri atas permintaan (demand) dan

permintaan komoditas pertanian(argiculture commodity pertanian); faktor faktor Pendapatan Rumah Tangga Tani

Pendapatan Luar Usahatani Pendapatan Usaha Tani

(6)

yang mempengaruhi permintaan komoditas pertanian; faktor bukan harga terhadap

penawaran komoditas pertanian (harga komoditas komoditas pertanian lain, yaitu

komoditas subsitusi, komoditas komplementer, dan komoditas netral, dan elasitas

permintaan komoditas pertanian. Sementara itu, penawaran komoditas pertanian

terdiri atas komoditas penawaran (supply) dan penawaran komoditas pertanian

(agriculture comodity supply); faktor faktor yang mempengaruhi penawaran

komoditas pertanian; faktor bukan harga terhadap penawaran komoditas pertaniaan

(harga komoditas pertaniaan lain, biaya untuk memperoleh faktor produksi komoditas

pertanian, tujuan tujuan perusahaan pertanian, tingkat teknologi dan cuaca); dan

elasitas penawaran komoditas pertanian atau dikenal elasitas produksi dan

keseimbangan komoditas pertanian.

3. Pemasaran Komoditas Pertanian

Pemasaran komoditas pertanian terdiri dari pasar dan pemasaran komoditas

pertanian; pendekatan sitem, fungsi, dan kegunaan pemasaran komoditas pertanian;

lembaga dan saluran pemasaran komoditas pertanian; biaya dan keuntungan

pemasaran komoditas pertanian; serta efisiensi pemasaran komoditas terdiri dari

margin pemasaran (margin, distribusi margin, share, dan faktor faktor yang

mempengaruhi margin pemasaran), integrasi pasar, dan elastisitas transmisi harga.

4. Usaha serta pendapatan dan pengeluaran rumah tangga petani

Usaha terdiri atas pengertian usahatani; klasifikasi usaha tani; pengeluaran

usaha tani; penerimaan usaha tani, pendapatan usahatani; pendapatan rumah tangga

(7)

petani terdiri dari pengeluaran rumah tangga dan usahatani, serta faktor faktor yang

mempengaruhi pendapatan dan pengeluaran rumah tangga petani.

2. 2 Strategi Pengembangan Pertanian. 2. 2. 1 Konsep Strategi

Strategi adalah rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu yang

mengaitkan keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan lingkungan dan yang

dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama perusahaan dapat dicapai melalui

pelaksanaan yang tepat oleh perusahaan. Strategi adalah sarana yang digunakan

untuk mencapai tujuan akhir (sasaran). Tetapi, strategi bukanlah sekedar suatu

rencana. Strategi ialah rencana yang disatukan, strategi mengikat semua bagian

perusahaan menjadi satu. Strategi itu menyeluruh dan meliputi semua aspek penting

perusahaan. Strategi itu terpadu, yakni semua bagian rencana serasi satu sama lain

dan bersesuaian. Strategi haruslah dilakukan dengan terlebih dahulu adanya

perencanaan strategi dan kemudian implementasi strategi tersebut.

Tujuan utama dari rencana strategi adalah untuk mengembangkan

kesepakatan awal tentang seluruh upaya rencana strategi dan langkah - langkah

perencanaan yang utama di antara orang - orang penting pembuat keputusan atau

pembuat opini internal dan juga pihak eksternal jika dipandang relevan untuk

dilibatkan. Konsep perencanaan strategi dikemukakan oleh Olsen dan Eadie (1982:4)

mengatakan bahwa perencanaan strategi sebagai upaya yang didisiplinkan untuk

membuat keputusan dan tindakan penting yang membentuk dan memandu bagaimana

(8)

mengerjakan hal seperti itu. Pernyataan tersebut di atas menunjukkan bahwa

perencanaan dapat memfasilitasi komunikasi dan partisipasi, mengakomodasi

kepentingan dan nilai yang berbeda, dan membantu pembuat keputusan secara tertib

maupun keberhasilan implementasi keputusan.

Implementasi strategi adalah proses dimana manajemen mewujudkan strategi

dan kebijakannya dalam tindakan melalui pengembangan program, anggaran dan

prosedur. Implementasi strategi diperlukan untuk memperinci secara lebih jelas dan

tepat bagaimana sesungguhnya pilihan strategi yang telah diambil direalisasikan.

Implementasi adalah operasional dari berbagai aktivitas guna mencapai sasran

tertentu. Sifat dari suatu implementasi adalah tidak dapat beroperasi tanpa adanya

faktor - faktor internal dan faktor - faktor eksternal yang selalu mempengaruhinya.

2. 2. 2. Strategi Dalam Pertanian

Strategi adalah cara untuk mencapai tujuan berdasarkan analisa terhadap faktor

internal dan eksternal. Strategi disesuaikan dengan tujuanakhir sedangkan taktik

berkaitan dengan tujuan antara. Dalam organisasibisnis, strategi adalah cara untuk

mencapai laba yang besar sebaliknya dalam organisasi nonbisnis strategi adalah cara

untuk memuaskan anggotanya (Sjafrizal, 2008). Dalam pertanian, strategi

merupakan cara yang dilakukan untuk mengembangkan sector pertanian untuk

memperoleh hasil produksi yang lebih besar dan hasil produksi yang lebih unggul.

(9)

a) Pembangunan pertanian wajib mengedepankan riset dan pengembangan

(R&D), terutama yang mampu menjawab tantangan adaptasi perubahan

iklim.

b) Integrasi pembangunan ketahanan pangan dengan strategi pengembangan

energi, termasuk energi alternatif. Strategi ini memang baru berada pada

tingkat sangat awal sehingga Indonesia tidak boleh salah melangkah.

c) Pembangunan pertanian perlu secara inheren melindungi petani produsen (dan

konsumen). Komoditas pangan dan pertanian mengandung risiko usaha

seperti faktor musim, jeda waktu (time-lag), perbedaan produktivitas dan

kualitas produk yang cukup mencolok. Mekanisme lindung nilai (hedging),

asuransi tanaman, pasar lelang dan resi gudang adalah sedikit saja dari contoh

instrumen penting yang mampu mengurangi risiko usaha dan ketidakpastian

pasar. Operasionalisasi dari strategi ini, perumus dan administrator kebijakan

di tingkat daerah wajib mampu mewujudkannya menjadi suatu langkah aksi

yang memberi pencerahan kepada petani, memberdayakan masyarakat, dan

memperkuat organisasi kemasyarakatan untuk mampu berperan dalam pasar

berjangka komoditas yang lebih menantang.

Pembangunan pertanian tidak hanya berhenti sampai proses produksi,

pemasaran produk pertanian menjadi pekerjaan dan tugas berikutnya yang tidak

mudah. Produk pangan utama, misalnya beras, mungkin relatif mudah untuk

menemukan pasar karena pasti akan diperlukan, setidak-tidaknya di dalam negeri.

(10)

pangan utama, khususnya hortikultura, terlebih lagi di pasaran internasional.

Tekanan persaingan dengan negara-negara produsen lain, termasuk di dalamnya

tekanan akibat regulasi perdagangan dunia yang diterapkan di zona-zona ekonomi

tertentu, menambah kesulitan di dalam menemukan pasar bagi produk pertanian

Indonesia.

2. 3. 1. Pengertian Pembangunan Pertanian

Pembangunan pertanian diartikan sebagai proses yang ditujukan untuk selalu

menambah produk pertanian untuk tiap konsumen sekaligus mempertinggi

pendapatan dan produktivitas usaha petani dengan jalan menambah modal dan skill

untuk memperbesar campur tangan manusia didalam perkembangbiakan tumbuhan

dan hewan. Penambahan produksi, pendapatan maupun produkvitas itu berlangsung

terus, sebab apabila tidak, berarti pembangunan berhenti (Surahman dan Sutrisno,

1997). Ada tiga tahap perkembangan pembangunan pertanian yaitu :

1. Pertanian tradisional yang produktivitasnya rendah.

2. Tahap penganekaragaman produk pertanian sudah mulai terjadi dimana

produk pertanian sudah ada yang dijual kesektor komersial, tatapi pemakaian

modal dan teknologi masih rendah.

3. Tahap yang menggambarkan pertanian modern yang produktivitasnya sangat

tinggi yang disebabkan oleh pemakaian modal dan teknologi yang sangat

tinggi juga. Pada tahap ini produk pertanian seluruhnya ditujukan untuk

(11)

Pembangunan sebaiknya ditekankan pada wilayah pedesaan dan lebih khusus

lagi pada sektor pertanian, hal ini karena beberapa alasan yaitu :

a) Pertanian merupakan sektor yang bertanggung jawab menyediakan

kebutuhan pangan masyarakat sehinggga ekssitensinya muthlak

diperlukan.

b) Sektor pertanian ikut menyediakan bahan baku bagi sektor industri

sehingga aktivitas industri dapat terus berlangsung.

c) Sektor pertanian memberikan kontribusi bagi pendapatan

d) Sektor pertanian merupakan sektor yang menyediakan kesempatan

kerja bagi tenaga kerja di pedesaan (Yustika, 2002)

2. 3. 2 Paradigma Pembangunan Pertanian

Paradigma dalam pembangunan pertanian pada masa mendatang ini dan yang

perlu mendapatkan perhatian para perencana dan pelaksana pembangunan pertanian

adalah sebagai berikut :

a. Dari Sentralisasi ke Desentralisasi.

Para perencana dan pelaksana pembangunan pertanian didaerah perlu

diberikan wewenang yang lebih luas dalam merencanankan daerahnya, karena

mereka yang lebih mengetahui potensi dan kendala daerahnya. Karena aparat

perencanaan didaerah umumnya relative masih lemah, maka bantuan tenaga

ahli perguruan tinggi sebaiknya perlu dilibatkan. Untuk menguatkan pendapat

ini tampaknya peranan instansi didaerah sudah waktunya mulai diperbesar.

(12)

Para perencana dan pelaksana pembangunan pertanian sekarang sebaiknya

tidak boleh lagi berpikir persial; akan tetapi harus berpikir holistic.

Pendekatanya bukan bagaimana semata mata produksi komoditas pertanian

tertentu dicapai (misalnya pendekatan target produksi); tetapi harus pula

memikirkan pengaruh kenaikan produksi tersebut keaspek kehidupan yang

lain misalnya bagiman pengolahanya, pengaruhnya terhadap eksitensi

komoditas lain, multipler-effect-nya terhadap sumber daya setempat dan

sebagainya.

c. Dari Peningkatan Pendapatan Petani ke Peningkatan Kesejahtraan

Masyarakat Pedesaan.

Oleh karena pendapatan petani kecil juga berasal dari kegiatan nonpertanian

dank arena pendapatan masyarakat pedesaan sebagian besar juga didasrkan

pada pendapatan yang berkaitan dengan kegiatan disektor pertanian dan

sejenisnya, maka orientasi pembangunan pertanian tidak lagi memperhatikan

petani saja tetapi juga perlu memperhatikan masyarakat pedesaan secara luas.

Karena petani dipedesaan khusunya petani kecil sangat bergantung dari

pendapatan disektor nonpertanian sehingga kaiatan keberhasilan sektor

pertanian dan sektor non pertanian jadi sangat kental.

d. Dari pendekatan skala subsisten ke skala komersial.

Pembangunan pertanian perlu mempertimbangkan skala usaha. Petani kecil

perlu diarahkan berusaha tani pada skala usaha yang

(13)

menjadi penting dalam kaitanya dengan skala usaha yang menguntungkan ini

dan karenanya yang diperlukan bukan doing the right things saja, tetapi juga

sekaligus memperhatikan doing the things right.

e. Dari pendekatan Teknologi Padat Karya ke Penggunaan Alat atau Mesin.

Selama ini selalu dijadikan alasan bahwa semua kegiatan agrobisnis perlu

menggunakan pendekatan padat karya dengan alasan agar kegiatan tersebut

dapat menyerap banyak tenaga kerja. Namun tidak disadari bahwa padat karya

tanpa menggunakan alat atau mesin, maka agribisnis tersebut tidak akan

menghasilkan produk yang mempunyai keunggulan komperatif.

f. Dari Pendekatan Komoditas Primer ke Komoditi Yang Mempuyai Nilai

Tambah Tinggi.

Salah satu cara untuk meningkatkan nilai tambah adalah melaksanakan

diversivikasi. Untuk itu, aspek diversifikasi menjadi penting, apakah itu

diversifikasi horizontal ataupun vertical. Para perencana dan pelaksana

pembangunan pertanian perlu bekerja keras untuk menganjurkan komoditi apa

yang mempuyai nilai tambah lebih itu. Perlu diingat karena produk pertanian

itu spesifik, maka perwilayahan komoditi menjadi amat penting, yaitu

perwillayahan komodity yang disesuaikan dengan daya dukung sumber daya

yang ada. Diversifikasi vertical adalah upaya penganekaragaman produk

pertanian dari hasil olahan produk tersebut, dan diversivikasi horizontal

adalah penganeka ragaman usaha tani dengan cara mengintrodusir berbagai

(14)

g. Dari pendekatan “ Tarik Tambang” ke “ Dorong Gelombang”.

PERHEPI(1989a, b) pernah melontarkan gagasan pendekatan ini”. Tarik

tambang” maksud teori ini adalah Investasi diarahkan didaerah yang

mempuyai potensi dikembangkan sehingga muncul daerah tertentu yang

berkembang cepat tetapi daerah lain tertinggal. Model ini akhirnya justru

ditenggarai memperlebar ketimpangan dan karenanya pendekatan tersebut

perlu diikuti dengan policy investasi “dorong gelombang” yang maksudnya

daerah tertinggal perlu didorong untuk berkembang agar dapat mengikuti

daerah yang lebih maju.

h. Dari Pendekatan Peran Pemerintah yang Dominan ke Peran Masyarakat yang

Lebih Besar.

Partipasi masyarakat ini perlu terus ditingkatkan pada proyek proyek

pembangunan pertanian pada masa mendatang. Bila pendekatan ini berhasil,

maka beban pemerintah dalam pembanguanan akan semakin berkurang.

2. 4 Penelitian Terdahulu

Sadikh iksan dan Artahnan Aid ( 2011 ) dalam jurnal penelitiannya yang

berjudul analisis swot untuk merumuskan strategi pengembangan komoditas karet

dikabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah yang berkesimpulan bahwa hasil

perhitungan nilai total dari faktor-faktor strategis internal dan faktor-faktor strategis

eksternal, yaitu berturut-turut sebesar 6, 13 dan 5, 97 menunjukkan indikasi bahwa

(15)

dikembangkan. Berdasarkan analisis SWOT yang dibuat beberapa strategi dapat

diajukan terkait dengan pengembangan komoditas dimaksud yaitu:

1. Peningkatan produksi melalui tindakan intensifikasi, ekstensifikasi, dan

peremajaan;

2. Dalam program peremajaan perbaikan bahan tanam agar diprioritaskan

melalui penyediaan bibit unggul karena dalam jangka panjang berpengaruh

pada produktivitas dan kualitas produk;

3. Penerapan program intensifikasi ditunjang oleh penyediaan sarana produksi

sesuai dengan keperluannya dengan jumlah, tempat, dan waktu yang tepat,

serta tindakan penyuluhan untuk mengintroduksi teknologi barutepat guna

serta hal-hal yang terkait dengan program intensifikasi;

4. Peningkatan akses petani produsen atas lembaga dan sumber finansial

khususnya untuk membantu memberikan solusi atas kendala finansial yang

potensial terjadi pada program peremajaan serta pemeliharaan TBM;

5. Pertahankan peruntukkan lahan untuk komoditas unggulan (karet).

6. Tetap menjaga insentif harga di tingkat petani sepanjang memungkinkan

untuk menjamin pendapatan serta meningkatkan kesejahteraan petani;

7. Pemeliharaan dan pengembangan infrastruktur: jalan dan pelabuhan (antar

pulau) untuk keperluan mempertahankan serta merintis akses pasar atas

produk yang dihasilkan.

Dalam jurnal Tiurna Mariani Haloho (2009) yang berjudul strategi

(16)

yang berkesimpulan bahwa hasil analisis terhadap faktor internal dalam

Pengembangan Agribisnis Kopi di Humbang Hasundutan, menunjukkan faktor

kekuatan (keadaan sumberdaya manusia, ketersediaan lahan, keamanan berusaha,

akses transportasi, keadaan sumberdaya alam) mampu mengatasi faktor kelemahan

(penggunaan teknologi tradisional, ketersediaan dana, lembaga pembina, penelitian,

dan pelatihan, pemasaran kopi, dukungan kebijakan pemerintah daerah dan

pelaksanaanya, industri pengolahan kopi, kemitraan usaha, bibit kopi bermutu

pengendalian hama penyakit dan pemeliharaan) yang dimiliki kawasan tersebut. Hal

itu ditunjukkan oleh nilai bobot skor faktor kekuatan yang lebih besar dari bobot skor

kelemahan yakni sebesar 1, 338 untuk faktor kekuatan dan 0, 992 untuk faktor

kelemahan. Secara umum menunjukkan bahwa Pengembangan Agribisnis Kopi

dibawah rata-rata dalam kekuatan internalnya secara keseluruhan, hal ini ditunjukkan

dengan total nilai bobot skor 2, 330. Ini berarti berarti Pemerintah Daerah/Dinas

Pertanian Subdinas Perkebunan dan masyarakat/petani secara internal (kekuatan dan

kelemahan) belum baik (kuat), dalam upaya pengembangan kopi di Humbang

Hasundutan. Hasil analisis eksternal yang menjadi peluang yaitu otonomi daerah

tumbuhnya asosiasi, pasar yang masih terbuka baik domestik maupun diluar

kawasan, tumbuhnya CU, perdagangan bebas, perkembangan teknologi komunikasi

dan informasi dan permintaan kopi organik. Faktor peluang tersebut memiliki bobot

skor sebesar 1, 928. Pertumbuhan ekonomi, ketidakpastian iklim global, fluktuasi

harga kopi, penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan, kopi sejenis dari

(17)

Pengembangan Agribisnis Kopi dengan bobot skor 0, 841 serta nilai total bobot skor

2, 769, berarti secara eksternal Pemerintah Daerah/Dinas Pertanian Subdinas

Perkebunan dan masyarakat/petani telah merespon dengan baik terhadap peluang dan

ancaman yang dimiliki, yang berarti bahwa faktor peluang eksternal dalam upaya

Pengembangan Agribisnis Kopi di Humbang Hasundutan dapat mengatasi ancaman

yang dihadapinya dan dapat mengambil peluang sebaik mungkin.

Dalam jurnal perencanaan strategi pengembangan industri rumah tangga gula

kelapa (studi kasus industri rumah tangga gula kelapa desa Geleduk) oleh Azmi

alvian gabriel, Imam santoso dan Dhyta Merita Ikasari (2009) menyimpulkan bahwa :

1. Pengembangan strategi penetrasi pasar dan strategi pengembangan produk

merupakan alternatif strategi yang tepat untuk dikembangkan dan diterapkan

dalam upaya pengembangan industri rumah tangga gula kelapa Desa Gledug

Kabupaten Blitar.

2. Pembentukan ikatan kerjasama dengan lembaga pengembangan industri

merupakan prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam upaya

pengembangan IRT gula kelapa Desa Kabupaten Blitar.

2. 5 Kerangka Konseptual

Untuk menentukan strategi pengembangan subsektor tanaman pangan di

Kecamatan Pollung, maka terlebih dahulu akan dilihat keadaan subsektor tanaman

pangan Kecamatan Pollung untuk dapat menentukan faktor pendukung dan

(18)

dan kelemahan yang bersumber subsektor tanaman pangan Kecamatan Pollung

(secara internal), ataupun berupa peluang dan tantangan yang datang dari luar tiap

tiap sub sektor pertanian Kecamatan Pollung (secara eksternal). Dengan demikian,

setelah mengetahui faktor pendukung dan penghambat tiap subsector baik secara

internal maupun eksternal, maka dapat dibuat strategi pengembangan subsektor

tanaman pangan pertanian yang baik guna meningkatkan kesejahteraan perekonomian

masyarakat Kecamatan Pollung. Berikut tampilan model kerangka konseptual dalam

menentukan strategi pengembangan sektor pertanian Kecamatan Pollung.

Faktor Internal: Kekuatan dan kelemahan

Faktor Eksternal: Peluang dan Tantangan

ANALISIS STRATEGIS PENGEMBANGAN Keadaan Sektor Pertanian

Kecamatan Pollung

Referensi

Dokumen terkait

According to the Turkish Statistical Institute (TurkSTAT) and Ministry of Food, Agriculture and Livestock (MinFAL), the Turkish national cattle herd is calculated at 14.2 million

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 21 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air,

Akan tetapi dengan semakin banyaknya masayarakat yang butuh jasa biro iklan ini maka akan terjadi sebuah antrian dalam memasang iklan, dan antrian waktu pencetakan iklan di media

(1) Baku mutu air limbah daerah bagi usaha dan/atau kegiatan industri vinyl chloride monomer dan poly vinyl chloride ditetapkan dengan Peraturan Daerah Propinsi dengan ketentuan

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti melakukan penelitian berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Watung (2010) GHQJDQ MXGXO ³$QDOLVLV IDNWRU-faktor

 Panitera Pengganti wajib melaporkan tanggal dan amar putusan kepada Kepaniteraan Perdata pada hari itu juga setelah putusan diucapkan dan disertai perintah untuk

Berdasarkan tabel 7 menunjukan adanya pengaruh kompres hangat rebusan air serai terhadap penurunan nyeri hiperuresemia pada lansia yang ditunjukkan oleh hasil

Gambut di areal penelitian merupakan gambut sangat dalam dengan ketebalan bervariasi mulai dari 7,2 meter sampai lebih dari 10 meter sehingga merupakan