BAB II
PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN
A. Konsep Dasar
Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan telah menerapkan pengelolaan pelayanan keperawatan dengan menggunakan sistem MPKP (Manajemen Pelayanan Keperawatan Profesional). MPKP adalah suatu model keperawatan professional yang secara keilmuannya bisa dipertanggungjawabkan sesuai kode etik keperawatan dan kaidah keperawatan yang meliputi biopsiko, sosial, dan spiritual. Sistem MPKP ini telah diterapkan di dua ruangan yaitu Sipiso-piso dan Cempaka. Ada tiga jenis modifikasi MPKP yang dilakukan, antara lain :
1. MPKP Transisi
MPKP dasar yang tenaga perawatnya masih ada yang berlatar belakang pendidikan SPK, namun kepala ruangan dan ketua timnya minimal dari D3 Keperawatan.
2. MPKP Pemula
MPKP dasar yang semua tenaganya minimal D3 Keperawatan 3. MPKP Profesional, dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu :
a. MPKP I
b. MPKP II
MPKP Intermediate dengan tenaga perawat minimal D3 Keperawatan dan mayoritas Sarjana Ners Keperawatan, sudah memiliki tenaga spesialis keperawatan jiwa.
c. MPKP III
MPKP Advance yang semua tenaga perawat minimal Sarjana Ners Keperawatan, sudah memiliki tenaga spesialis keperawatan jiwa dan doctor keperawatan yang bekerja di area keperawatan jiwa.
Dari hasil penelitian menunjukkan tujuan diadakannya ruang atau bangsal MPKP yaitu diharapkan keperawatan professional bisa diterapkan sehingga pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai masalah keperawatan klien. Program-program MPKP yang telah dibuat dan direncanakan tersebut tentu saja terdapar di dalam asuhan keperawatan yang akan dilakukan kepada klien agar asuhan keperawatan yang diberikan itu lebih fokus dan holistik.
B. Analisis Ruang Rawat
1. Pengkajian
Pengkajian kegiatan praktik keperawatan jiwa professional di Ruang Sipiso-piso RSJD Provsu Medan berdasarkan pada pendekatan MPKP yang meliputi empat pilar nilai professional. Pendekatan manajemen (management approach) sebagai pilar praktik professional yang pertama, diterapkan dalam bentuk fungsi manajemen yang terdiri dari perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan
(directing), dan pengendalian (controlling). Selanjutnya pilar
compensatory reward sebagai pilar kedua terkait dengan manajemen
Sumber Daya Manusia (SDM) yang meliputi rekrutmen, seleksi, orientasi, evaluasi/penilaian kinerja, dan pengembangan staf. Pilar ketiga yaitu
professional relationship meliputi rapat tim kesehatan, rapat tim
keperawatan, konferensi kasus, visit dokter. Pilar keempat yaitu patient
care delivery meliputi asuhan keperawatan dengan menerapkan proses
keperawatan berdasarkan survey masalah yang dilakukan RSJD Provsu Medan. Pengkajian dilakukan dengan menggunakan instrument self evaluasi dan wawancara kepada kepala ruangan, ketua tim, dan perawat pelaksana didapatkan hasil sebagai berikut :
ruangan-ruangan lain yang ada di RSJD Provsu Medan. Visi, misi, motto, dan falsafah tersebut dijadikan sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan surat keputusan Dirut Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan. Adapun visi, misi, motto dan falsafah pelayanan keperawatan di ruang sipiso-piso adalah :
a. Visi
Menjadikan pelayanan asuhan keperawatan jiwa optimal dan paripurna secara professional untuk kepuasan masyarakat.
b. Misi
Melaksanakan pelayanan asuhan keperawatan jiwa yang paripurna dan professional secara terpadu utnuk kesembuhan klien.
c. Motto A = arif S = sosial K = komunikatif E = efektif P = professional
d. Falsafah dan Tujuan Keperawatan Rumah Sakit Jiwa Provsu Medan Pelayanan keperawatan jiwa dilakukan secara professional pada
ilmu perilaku dan ilmu keperawatan jiwa
Pelayanan keperawatan jiwa diberikan sepnajang siklus kehidupan
Perawatan menggunakan proses keperawatan untuk membantu
dalam meningkatkan, mencegah, mempertahankan dan memulihkan masalah kesehatan jiwa dari klien
Pelayanan keperawatan jiwa pada umumnya meliputi: perawatan
fisik, mental dan sosial budaya yang pada prakteknya tidak dapat dipisahkan satu sama lain
Praktek keperawatan dilaksanakan berdasarkan peraturan dan
peerundang-undangan yang berlaku
Pendidikan keperawatan yang berkelanjutan harus dilaksanakan
secara terus menerus untuk pengembangan staf dalam pelayanan keperawatan
Asuhan keperawatan di rsjd provsu mempunyai peran sentral
dalam pengembangan misi keperawatan terhadap klien dengan masalah kejiwaan di sumatera utara.
e. Ketenagaan
Skema 1. Bagan Struktur Organisasi Ruang Sipiso-Piso
f. Indikator Mutu
Adapun penghitungan indikator mutu yang dilakukan di ruang Sipiso-piso RSJD Provsu Medan yaitu pengukuran Bed Occupancy Rate (BOR) dan angka pasien lari. Namun berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan mahasiswa melalui kuesioner dan wawancara pada bulan Juni 2012 didapatkan sebagai berikut :
Tabel 1. Penghitungan Indikator Mutu Ruang Sipiso-piso RSJD Provsu Medan
No. Aspek Yang Dinilai Nilai (100%)
1. BOR 100
2. Angka Lari -
3. Angka Skabies -
4. Angka Pengekangan 1
5. Angka Cedera -
Kepala Ruangan
Ketua Tim I
Perawat Pelaksana
Perawat Pelaksana
Ketua Tim II
Perawat Pelaksana
Perawat Pelaksana
g. Survey Masalah Keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian mahasiswa melalui kuesioner dan wawancara pada bulan Juni 2012, diperoleh empat masalah keperawatan di ruang Sipiso-piso RSJD Provsu Medan dengan perincian sebagai berikut :
Tabel 2. Survei Masalah Keperawatan Ruang Sipiso-piso RSJD Provsu Medan
h. Evaluasi Kinerja Perawat (Self Evaluation)
Kinerja perawat di ruang MPKP dapat dinilai, salah satunya dengan menggunakan kusioner self evaluation yang diberikan kepada kepala ruangan, ketua tim dan perawat pelaksana. Adapun kriteria kelulusan perawat berdasarkan jumlah nilai yang dihasilkan perawat dari kuesioner tersebut. Jika nilai perawat > 75 maka dinyatakan lulus. Berikut ini dipaparkan hasil dari kuesioner self evaluation :
Tabel 3. Self Evaluation Kinerja Perawat Ruang Sipiso-piso RSJD Provsu Medan
Jabatan Nilai Keterangan
Kepala Ruangan 86 Lulus
Ketua Tim 1 69,5 Tidak Lulus
Ketua Tim 2 69,5 Tidak Lulus
Perawat Pelaksana 4 64 Tidak Lulus Perawat Pelaksana 5 64 Tidak Lulus
2. Analisa Situasi (SWOT) a. Kekuatan (Strenght)
1. Adanya visi, misi, dan motto bidang keperawatan di ruang Sipiso-piso
2. Adanya struktur organisasi yang jelas dengan metode penugasan TIM
3. Adanya daftar dinas pegawai di ruangan
4. Adanya daftar nama pasien, nama dokter, dan nama perawat yang bertanggungjawab.
5. Adanya uraian tugas yang jelas antara kepala ruangan, ketua tim, dan perawat pelaksana.
6. Adanya buku rawatan yang berisikan informasi tentang kondisi pasien.
7. Kepala ruangan mendelegasikan tugas kepada ketua tim jika berhalangan hadir.
8. Adanya data indikator mutu BOR.
9. Adanya pencatatan angka lari, pasien masuk dan pulang.
12.Adanya rencana tahunan yang dibuat oleh kepala ruangan dan rencana harian yang dibuat oleh kepala tim.
13.Kepala ruangan membuat jadwal supervisi dan melaksanakan supervisi secara rutin.
14.Case Conference dilakukan satu kali dalam seminggu.
b. Kelemahan (Weakness)
1. Belum adanya jadwal petugas TAK
2. Belum adanya survey kepuasan pasien, keluarga pasien, perawat dan tenaga kesehatan lainnya.
3. Belum optimalnya sistem pengembangan staf dilihat dari belum semua perawat mengikuti pelatihan aspek khusus keperawatan
4. Pelaksanaan case conference tidak memiliki jadwal yang baku dan belum dilakukan secara terorganisir
5. Belum optimalnya operan yang dilakukan antar shift c. Kesempatan (Opportunity)
1. Pemilihan staf yang bekerja di ruang Sipiso-piso berdasarkan SK (Surat Keputusan)
2. Adanya buku-buku tentang Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) Jiwa.
d. Ancaman (Threatened)
3. Rumusan Masalah
Gambaran hasil analisa situasi ruang Sipiso-Piso RSJD Provsu Medan dideskripsikan sebagai berikut:
a. Pilar I (Management Aproach)
1) Planning (Perencanaan)
Ruangan Sipiso-Piso telah memiliki visi, misi, dan filosofi tersendiri. Standar Asuhan Keperawatan (SAK) sudah tersedia di ruangan. Berdasarkan hasil kuesioner, didapatkan bahwa kepala ruangan selalu (100%) membuat rencana kerja harian, bulanan, dan tahunan, ketua tim selalu membuat rencana harian dan rencana bulanan, sedangkan perawat pelaksana selalu membuat rencana harian.
2) Organization (Pengorganisasian)
3) Pengarahan
Belum optimalnya operan yang dilakukan antar shift. Operan biasanya melalui buku rawatan yang dioperkan perawat saat pergantian shift yaitu pada pukul 14.00 WIB, 20.00 WIB, dan 07.30 WIB. Di buku rawatan berisikan informasi pasien dengan perhatian khusus. Berdasarkan hasil jawaban kuesioner ketua tim mengatakan kadang-kadang memimpin pre/post conference. Kegiatan supervisi dilaksanakan oleh Kepala Ruangan baik saat dinas pagi, sore maupun malam.
4) Pengawasan
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan didapatkan dokumentasi penilaian indikator mutu BOR 100%. Sedangkan indikator mutu TOI, ALOS, angka cedera, angka pengikatan, dan angka scabies selalu dievaluasi oleh kepala ruangan. Berdasarkan hasil kuesioner dinyatakan bahwa survey kepuasan pasien, keluarga pasien dan perawat selalu dilakukan oleh Kepala Ruangan, namun pelaksanaannya belum optimal.
b. Pilar II (Compensatory Reward)
keperawatan. Berdasarkan hasil wawancara, didapatkan keterangan bahwa kepala ruangan telah melaksanakan penilaian kinerja ketua tim dan perawat pelaksana, begitu juga dengan ketua tim telah melaksanakan penilaian kinerja perawat pelaksana.
c. Pilar III (Professional Relationship)
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan, diperoleh informasi bahwa case conferencetelah dilakukan satu kali dalam seminggu berdasarkan kasus yang ada di Ruangan Sipiso-Piso.
Case conference dihadiri oleh seluruh perawat.Namun, pelaksanaan
case conference tidak memiliki jadwal yang baku dan ketua tim tidak
menyiapkan kasus yang akan didiskusikan secara bersama-sama. Kepala ruangan dan Ketua tim telah melakukan kolaborasi dengan dokter dalam hal pemberian terapi pada pasien.
d. Pilar IV (Patient Care Delivery)
Berdasarkan hasil observasi terhadap perawat ruangan, diperoleh data bahwa perawat ruangan belum optimal dalam melaksanakan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) di Ruang Sipiso-Piso.
4. Rencana Penyelesaian Masalah a. Pilar I (Management Aproach)
agar pembagian alokasi pasien kepada perawat pelaksana dapat terlaksana. Mahasiswa melaksanakan pre conference dan post conference dengan melakukan role play sebagai kepala ruangan, ketua tim dan perawat pelaksana. Menyusun kuesioner penilaian tingkat kepuasan pasien, keluarga, perawat dan petugas kesehatan lainnya. b. Pilar II (Compensatory Reward)
Menganjurkan kepada pihak rumah sakit untuk mengadakan pelatihan manajemen MPKP dan penerapan asuhan keperawatan dalam upaya pengembangan staf perawat.
c. Pilar III (Professional Relationship)
Melaksanakan case conference dengan mengambil satu kasus dari Ruangan Sipiso-Piso dan menganjurkan kepala tim untuk membuat jadwal baku pelaksanaan case conference minimal dua kali dalam sebulan.
d. Pilar IV (Patient Care Delivery)
Melaksanakan Strategi Pertemuan (SP) pada semua pasien yang berada di Ruangan Sipiso-Piso sesuai dengan diagnosa klien dan melakukan Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) secara terjadwal.
5. Implementasi
ruang sipiso-piso RSJD Provsu Medan. Adapun implementasi kegiatan yang dilakukan mahasiswa PBLK menggunakan pendekatan empat pilar manajemen MPKP, sebagai berikut :
a. Pilar I (Management Aproach)
Dari segi pengelolaan pelayanan keperawatan, mahasiswa telah mengusulkan kepada kepala ruangan untuk merevisi jadwal dinas yang melibatkan kedua kepala tim menjadi dinas pagi yang dilaksanakan pada minggu ketiga. Kepala ruangan menerima saran dari mahasiswa, namun pembuatan jadwal dinas diperlukan pertimbangan tertentu. Selain itu, mahasiswa telah melaksanakan role play mulai tanggal 21 Juni 2012 – 07 Juli 2012 di Ruangan Sipiso-Piso sebagai kepala ruangan, kepala tim dan perawat pelaksana secara bergantian dan melaksanakan pre conference dan post conference.
b. Pilar II (Compensatory Reward)
Pada pilar kedua, mahasiswa hanya dapat memberikan saran kepada kepala ruangan untuk mengusulkan kepada pihak rumah sakit atau kepada kepala bidang keperawatan untuk mengadakan pelatihan manajemen MPKP dan asuhan keperawatan bagi perawat di ruangan dalam upaya pengembangan staf.
c. Pilar III (Professional Relationship)
Ruangan Sipiso-Piso yang dilaksanakan pada minggu ketiga. Diharapkan setelah dilaksanakan sosialisasi case conference di Ruangan Sipiso-Piso, kegiatan tersebut akan terus berlanjut minimal dua kali dalam satu bulan.
d. Pilar IV (Patient Care Delivery)
Pada pilar keempat, mahasiswa PBLK telah melakukan asuhan keperawatan kepada seluruh pasien di ruangan tersebut sesuai dengan diagnosa masing-masing pasien. Untuk meningkatkan kognitif pasien mengenai SP (Strategi Pertemuan) yang telah diberikan, maka mahasiswa PBLK melakukan TAK (Terapi Aktivitas Kelompok) berdasarkan diagnosa keperawatan pasien terbanyak di Ruangan Sipiso-Piso. Adapun TAK yang dilakukan yaitu TAK Halusinasi mulai dari Sesi 1 – 5 dan TAK Isolasi Sosial mulai dari Sesi 1 - 7
6. Evaluasi
Berdasarkan hasil dari penyelesaian masalah yang dilakukan di ruang sipiso-piso dengan menggunakan pendekatan MPKP dapat dievaluasi sebagai berikut :
a. Pilar I (Management Aproach)
Selama proses implementasi dapat dianalisa bahwa belum ada perubahan jadwal dinas yang menempatkan kedua ketua tim menjadi dinas pagi. Sedangkan kegiatan pre and post conference belum optimal dilaksanakan terutama dalam pelaksanaan pre conference.
b. Pilar II (Compensatory Reward)
Hasil observasi menunjukkan bahwa belum ada upaya pengembangan staf apapun yang dilaksanakan oleh pihak rumah sakit, hal ini tentunya memerlukan waktu yang lama agar usulan untuk mengadakan pelatihan dapat dilaksanakan. Namun kepala ruangan telah menyadari bahwa minimnya tenaga keperawatan di ruangannya yang telah mendapatkan pelatihan khususnya dalam bidang keperawatan.
c. Pilar III (Professional Relationship)
sarana ini, maka mahasiswa PBLK telah melaksanakan sosialisasi konferensi kasus yang seyogyanya dapat dijadwalkan secara rutin di ruangan. Kepala ruangan dapat membimbing ketua tim yang belum melakukan konferensi kasus, sedangkan ketua tim dapat membimbing perawat pelaksananya dalam pemaparan kasus yang sedang dibahas. Dengan demikian, semua perawat menjadi percaya diri dalam melakukan konferensi kasus.
d. Pilar IV (Patient Care Delivery)
Pemberian asuhan keperawatan di Ruangan Sipiso-Piso diarahkan berfokus pada tindakan keperawatan tanpa mengabaikan tindakan kolaborasi. Metode penugasan yang digunakan adalah metode tim, tetapi masih sebagian menggunakan metode fungsional. Hal ini menyebabkan biasanya perawat berinteraksi dengan klien hanya jika ada tindakan tertentu yang ingin dilakukan misalnya memberikan suntikan atau memberikan obat. Dampak paling nyata yang dialami pasien yaitu kurang optimalnya asuhan keperawatan yang diberikan perawat. Bagi perawat sendiri akhirnya terkondisi pada suatu pola kerja yang rutinitas setiap kali dinas melakukan tindakan yang sama untuk seluruh pasien yang ada di ruangan.
tampak pasien lebih memahami mengenai SP dan lebih bersemangat melakukannya karena dibuat berkelompok.
C. Pembahasan
Adapun hasil dari penyelesaian masalah yang dilakukan di raung sipiso-piso dengan menggunakan pendekatan MPKP dapat dibahas sebagai berikut :
a. Pilar I (Management Aproach)
Mekanisme pelaksanaan pengorganisasian di Ruang MPKP seharusnya kepala ruangan membagi perawat yang ada menjadi dua tim dan setiap tim diketuai masing-masing oleh seorang ketua tim yang terpilih melalui test. Selama proses implementasi dapat dianalisa bahwa dalam hal pengorganisasian, perawat telah dibagi menjadi dua tim yang masing-masing di ketuai oleh seorang kepala tim, namun tidak terdapat adanya pembagian alokasi pasien kepada perawat pelaksana. Hal tersebut dikaren akan penjadwalan dinas yang masih kurang efektif dimana kedua ketua tim tidak di dinaskan secara bersamaan di pagi hari sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan alokasi pasien. Dalam hal ini mahasiswa telah memberi masukan kepada kepala ruangan dan kepala tim untuk merevisi jadwal dinas.
dilaksanakan saat akan mengakhiri pekerjaan. Berdasarkan hasil observasi, perawat telah melaksanakan post conference, namun pelaksanaan pre conference belum terlaksana.
b. Pilar III (Professional Relationship)
Mahasiswa PBLK melakukan sosialisasi konferensi kasus yang dikelola dan tindak lanjut dari kegiatan ini dapat dijadwalkan secara rutin. Mahasiswa PBLK juga melaksanakan konferensi kasus bersama perawat di Ruang Sipiso-Piso yaitu salah satu kasus kelolaan mahasiswa PBLK sekaligus merupakan kasus dengan diagnosa terbanyak di ruangan tersebut. Menurut Keliat & Akemat (2009), konferensi kasus adalah diskusi kelompok tentang kasus asuhan keperawatan pasien atau keluarga yang dilakukan dua kali dalam sebulan, meliputi: kasus pasien terbaru, pasien yang tidak ada perkembangan, pasien pulang, pasien yang meninggal, dan pasien dengan masalah yang jarang ditemukan.
c. Pilar IV (Patient Care Delivery)