• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Ketahanan Beberapa Varietas Jagung Terhadap Penggerek Batang (Ostrinia furnacalis Guenee) dan Penggerek Tongkol (Helicoverpa armigera Hubner) Di Lapangan Uji Terbatas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Uji Ketahanan Beberapa Varietas Jagung Terhadap Penggerek Batang (Ostrinia furnacalis Guenee) dan Penggerek Tongkol (Helicoverpa armigera Hubner) Di Lapangan Uji Terbatas"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Menurut Raven (1992) dalam taksonomi tumbuhan, tanaman jagung

diklasifikasikan sebagai berikut :

Sistem perakaran tanaman jagung terdiri atas akar seminal, koronal dan

akar udara. Akar seminal merupakan akar radikal atau akar primer ditambah

dengan sejumlah akar lateral yang muncul sebagai akar adventif pada dasar dari

buku pertama di atas pangkal batang. Akar seminal ini tumbuh pada saat biji

berkecambah. Pertumbuhan akar seminal pada umumnya menuju arah bawah,

berjumlah 3-5 akar atau bervariasi antara 1-13 akar (Rukmana, 1997).

Tinggi tanaman jagung berkisar antara 90-150 cm. Batang jagung

berwarna hijau sampai kekuningan, batang berbuku buku yang dibatasi oleh ruas

ruas yang jumlahnya antara 10-40 ruas. Ruas bagian atas berbentuk silindris dan

bagian bawah berbentuk agak bulat pipih. Pada batang jagung terdapat tunas yang

(2)

Daun jagung tumbuh di setiap ruas batang. Daun ini berbentuk pipa,

mempunyai lebar 4-15 cm dan panjang 30-150 cm, serta didukung oleh pelepah

daun yang menyelubungi batang. Daun mempunyai dua jenis bunga yang

berumah satu. Bunga jantan tumbuh diujung batang dan tersusun dalam malai.

Bunga betina tersusun dalam tongkol dan tertutup oleh kelobot. Bunga ini muncul

dari ketiak daun yang terletak pada pertengahan batang

(Najiati dan Danarti, 1999).

Biji jagung bentuknya teratur, berbaris pada tongkol sesuai dengan letak

bunga. Biji dibungkus oleh pericarp yang terdiri dari embrio dan endosperm.

Embrio terdiri dari plumula, radikula, dan scutallum. Pada biji yang sudah tua,

pericarp merupakan kulit yang keras. Bentuk biji ada yang bulat. Gigi atau pipih

sesuai dengan varietasnya. Warna biji juga bervariasi antara lain kuning, putih,

merah/orange dan merah hampir hitam (Rukmana, 1997).

Syarat Tumbuh Iklim

Secara umum tanaman jagung dapat tumbuh di dataran tinggi ±1300 m

dpl. Panen pada musim kemarau berpengaruh terhadap semakin cepatnya

kemasakan biji dan proses pengeringan biji di bawah sinar matahari

(Rukmana, 1997).

Agar tumbuh dengan baik, tanaman jagung memerlukan temperatur

rata-rata antara 14-390C, dengan curah hujan sekitar 600 mm-1200 mm per tahun yang terdistribusi merata selama musim penanaman (Kartasapoetra, 1988).

Jagung dapat tumbuh baik bila selama pertumbuhan mendapatkan curah

(3)

berkisar 5,5-7,7 dengan ph optimum adalah 6,5. Suhu optimum untuk

pertumbuhan jagung berkisar antara 24-25 0C. Untuk pembungaan sampai pemasakan adalah 300C. Jumlah daun dan distribusi hujan untuk tanaman jagung dapat tumbuh antara 2500-5000 mm/tahun. Tanaman jagung membutuhkan

banyak air (Nurmala, 1997).

Tanah

Tanah andosol banyak mengandung humus, tanaman jagung dapat tumbuh

dengan baik asalkan pH-nya memenuhi syarat. Demikian juga tanah latosol yang

mengandung bahan organik yang cukup banyak. Pada tanah berpasir pun tanaman

jagung bisa tumbuh dengan baik asalkan kandungan unsur hara yang ada di

dalamnya tersedia dan mencukupi. Adapun tanah yang paling baik untuk ditanami

jagung hibrida adalah tanah lempung berpasir, lempung berdebu dan lempung

(Warisno, 1998).

Tanaman jagung yang toleran terhadap reaksi keasaman tanah pada

kisaran 5,5-7,0. Tingkat tanah yang paling penting baik adalah tanaman jagung

adalah pada pH 6,2. Reaksi tanah yang memberikan hasil tertinggi pada jagung

adalah pH 5,7 dan 7,5, produksi jagung cenderung mulai turun. Menambah hara

tanaman, kalsium merupakan komponen utama dinding dalam mempengaruhi

(4)

Biologi Hama Penggerek Batang Jagung ( O. furnacalis Guenee)

Menurut Van der Laan (1981), adapun klasifikasi dari hama penggerek

Batang Jagung (O. furnacalis Guenee) adalah sebagai baerikut :

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Class : Insecta

Ordo : Lepidoptera

Family : Pyralidae

Genus : Ostrinia

Spesies : Ostrinia furnacalis Guenee

Telur

Bentuk telur pipih agak oval mengkilap. Pada waktu baru saja diletakkan

berwarna putih kekuningan dan kemudian akan menjadi hitam (Gambar 1).

Gambar 1. Telur O. furnacalis Guenee

Telur mulai diletakkan pada umur tanaman satu bulan. Puncak peletakan

telur terjadi sebelum keluar tongkol (Herman, Kusumanegara, dan Diani, 2004). Jumlah telur yang diletakkan oleh ngengat betina berkisar antara 80-140

butir/hari, bergantung pada umur tanaman dan bagian tanaman yang dimakan

(5)

sebanyak 10-40 butir di bawah daun. Selama hidupnya yang sekitar satu minggu

mampu menghasilkan 500-1500 butir telur.Stadia telur 3-10 hari (Suharto, 2007).

Larva

Larva yang baru menetas berwarna ungu, bagian kepala berwarna coklat

atau hitam, di bagian abdomen ada bintik sirkuler. Larva yang tumbuh sempurna

berwarna krem atau putih kotor (Gambar 2).

Gambar 2. Larva O. furnacalis Guenee

Larva penggerek batang jagung dapat merusak daun, batang, serta bunga

jantan dan betina (tongkol muda). Larva instar I-III merusak daun dan bunga

jantan, sedangkan larva instar IV-V merusak batang dan tongkol (Nafus dan

Schreiner, 1987). Serangan pada tanaman jagung umur 2 dan 4 minggu

menyebabkan kerusakan pada daun, pucuk dan batang, pada tanaman umur 6

minggu menyebabkan kerusakan pada daun, batang, bunga jantan dan bunga

betina (tongkol muda), sedangkan serangan pada tanaman umur 8 minggu

menyebabkan kerusakan pada daun dan batang. Pada tanaman yang berumur 6

minggu, mortalitas larva lebih rendah dibanding pada tanaman yang berumur

(6)

Pupa

Pupanya menyerupai gelondong dan meruncing pada bagian posterior.

Warnanya coklat cerah sampai coklat gelap. Pupa terbentuk di dalam batang

dengan lama stadium bervariasi 7-9 hari atau rata-rata 8,50 hari. Pupa yang baru

terbentuk berwarna krem, kemudian berubah menjadi kuning kecokelatan dan

menjelang ngengat keluar berwarna cokelat tua. Menurut Valdez dan Adalla

(1983), ukuran pupa betina lebih besar dari pupa jantan. Pupa jantan dapat

dibedakan dari pupa betina, yaitu pada ruas terakhir abdomen pupa betina terdapat

celah yang berasal dari satu titik, sedangkan pada pupa jantan terdapat celah yang

bentuknya agak bulat (Gambar 3) (Nonci, dan Nurniana, 2004).

Gambar 3.Pupa O. furnacalis Guenee Imago

Ngengat berwarna coklat kekuningan, panjang tubuh 12-14 mm dan

rentangan sayap mencapai mencapai 30 mm. Bagian ujung sayap berwarna coklat

gelap dan pada bagian yang lain terdapat garis-garis mengkilap. Ngengat betina

lebih gemuk (Suharto, 2007).

Siklus hidup hama penggerek batang jagung berlangsung selama 35-40

(7)

aktif pada malam hari dan segera berkopulasi. Seekor ngengat betina

menghasilkan telur rata-rata 81,10; 133,30; 122,60 butir/hari masing-masing dari

ngengat yang larvanya diberi makan bagian tanaman jagung umur 4, 6,dan 8

minggu (Nonci dan Baco 1991). Lama hidup ngengat antara 2-7 hari. Ngengat

jantan dapat dibedakan dengan ngengat betina dari ukurannya. Ruas terakhir

abdomen ngengat betina juga berbeda dengan ruas terakhir abdomen ngengat

jantan. Ngengat betina lebih besar dari pada ngengat jantan dan warna sayap

jantan lebih terang dari pada betina (Gambar 4)

Gambar 4. Imago O. furnacalis Guenee Gejala Serangga

Larva instar awal pada mulanya makan daun sebelah bawah. Selanjutnya

larva membuat gerekan pada batang, biasanya dekat dengan batas ruas dan

menggerek kearah bawah. Dalam satu lubang gerekan sering terdapat banyak

larva. Stadia larva berkisar 3-4 minggu. Serangan pada tanaman jagung

mengakibatkan batang menjadi lemah dan mudah patah akibat tiupan angin. Larva

membuat gerekan di dalam batang dan membuat terowongan di dalamnya. Bila

tanaman tidak patah, umumnya jagung menjadi kecil dan biji yang terbentuk

(8)

Pada stadium lanjut dari tanaman jagung, larva instar I dan II berada pada

bunga jantan. Sebagian besar larva instar III berada pada bunga jantan, meskipun

sudah ada yang berada pada bagian tanaman lain. Instar IV dan V mulai member

pada bagian buku, masuk ke dalam batang dan member ke bagian atas (Gambar 5)

(Herman, Kusumanegara, dan Diani, 2004).

Gambar 5. Gejala Serangan O. furnacalis Guenee Pengendalian

1. Hayati, Platytelemonus sp. telah tercatat sebagai parasitoid telur S.

inferens di Sulawesi Selatan, sedangkan Braconidae dan Tetrastichus Israeli merupakan parasitoid larva dan pupa. Larva juga dapat diinfeksi oleh cendawan B.bassiana dan nematoda Neoplectana carpocapsae

(Kalshoven 1981).

2. Pola Tanam, Penanaman serempak dan pergiliran tanaman dengan bukan

jagung, padi,dan tebu dapat mengurangi serangan hama ini.

3. Mekanik, Pengambilan langsung dengan tangan dapat dilakukan jika biaya

tenaga kerja cukup murah.

4. Kimiawi, Larva menyerang terutama pada batang sehingga aplikasi

insektisida sebaiknya dilakukan sebelum larva masuk ke dalam batang,

(9)

menjelang berbunga. Insektisida yang dapat digunakan antara lain adalah

yang berbahan aktif monokrotofos (Pabbage et all., 2007).

Biologi Hama Penggerek Tongkol (H. armigera Hubner)

Menurut Kalshoven (1981), adapun klasifikasi dari Hama penggerek

Tongkol Jagung (Helicoverpa armigera Hubner) adalah sebagai baerikut :

Kingdom : Animalia

Spesies : Helicoverpa armigera Hubner

Telur

Telur berbentuk bola dengan garis tengah kira-kira 0,5 mm. Pada waktu

diletakkan berwarna kuning dan kemudian berubah menjadi coklat selama

perkembangannya. Stadia telur 2–4 hari. Telur diletakkan secara satu diatas

rambut jagung, setelah menetas berpindah kebagian tongkol jagung yang masih

muda dan memakan langsung biji-biji jagung (Kalshoven, 1981).

Larva

Setelah menetas larva memakan rambut tongkol dan masuk ke tongkol dan

memakan biji-biji tongkol mulai dari ujung. Meskipun banyak larva yang menetas

umumnya hanya satu larva yang tetap hidup sedangkan yang lain mati karena

(10)

panjangnya kira-kira 40 mm. Larvanya kuat, warnanya bervariasi tergantung

inangnya, tetapi seringkali kehijau-hijauan atau kecoklat-coklatan (Gambar 6).

a b Gambar 6. Larva H. armigera Hubner.

Keterangan : a. Larva warna coklat b. Larva warna coklat

Pupa

Menjelang pupa larva keluar dari ujung tonggol atau lubang yang telah

dipersiapkan menuju tanah dan membentuk pupa di dalam tanah. Selama masa

larva dapat merusak buah muda, larva berpupa di dalam tanah. Stadium pupa

berkisar antara 12-14 hari. Warna pupa coklat cerah, panjangnya kira-kira 16 mm

(Gambar 7).

(11)

Imago

Ngengat jantan berwarna cerah sampai suram sementara yang betina

berwarna coklat cerah. Lebar bentangan sayapnya kira-kira 40 mm. Ngengat

betina meletakkan telur pada bulu-bulu tongkol. Biasanya pada bulu tongkol

ditemukan banyak telur. Ngengat meletakkan telur pada waktu senja, kira-kira

empar hari sesudah ngengat muncul pada pupa (Gambar 8).

Gambar 8.Imago H. armigera Hubner.

Gejala Serangan

Gejala serangan ulat penggerek tongkol dimulai pada saat pembentukan

kuncup bunga, bunga dan buah muda. Larva masuk ke dalam buah muda,

memakan biji-biji jagung, karena larva hidup di dalam buah, biasanya serangan

serangga ini sulit diketahui dan sulit dikendalikan dengan insektisida

(Sarwono,dkk, 2001).

Ambang kendali ulat pengerek tongkol jagung H. armigera Hubner yaitu

apabila terdapat 2 ekor per rumpun pada umur 45 hari setelah tanam atau

intensitas serangan mencapai lebih dari 2%. Biasanya serangan ulat ini sulit

dikendalikan dengan insektisida. Serangan pada tongkol muda dapat

(12)

tua hanya akan mengakibatkan kerusakan pada biji-biji di ujung tongkol

(Gambar 9).

Gambar 9. Gejala Serangan H. armigera Hubner

Pengendalian

1. Rotasi dengan tanaman bukan inang.

2. Penggunaan varietas yang tahan, yaitu yang pelepah buahnya panjang dan

kuat.

3. Pada daerah endemi dapat digunakan perangkap. Saat sekarang sudah tersedia

perangkap feromoid untuk memantau sekaligus mengendalikan hama

penggerek tongkol.

4. Penggunaan parasitoid telur Trichogamma spp., tabuhan eriborus

argenteopilosa, parasitoid tachinids.

5. Aplikasi insektisida setelah hama mencapai ambang ekonomi pada tanaman

Gambar

Gambar 2. Larva O. furnacalis Guenee
Gambar 3.Pupa O. furnacalis Guenee
Gambar 5. Gejala Serangan O. furnacalis Guenee
Gambar 6. Larva H. armigera Hubner.
+2

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Burhanudin (Simamura, 2017) di SMK Sukoharjo kesalahan yang sering dilakukan siswa dalam menyelesaikan masalah

Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar siswa antara penggunakan metode diskusi disertai media TTS dan metode diskusi

Pola pelayanan konseling yang dilakukan di sekolah-sekolah masih menggunakan model konvensional dengan tatap muka ( face to face ), masalah yang dihadapi oleh

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, diketahui pula bahwa Atribut Citra Toko yang meliputi (kualitas layanan, atmosfer toko, kualitas produk, harga, dan penataan barang

*Keterangan: Siswa sedang berlatih menyanyikan tembang dolanan.. TurnapeL

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ketahanan non psikologi dan ketahanan psikologi rumah tangga korban bencana longsorlahan di Desa Kemawi Kecamatan Somagede

Berdasarkan hasil observasi perilaku metakognitif, siswa perempuan maupun siswa laki-laki sudah mempunyai keyakinan dan intuisi dalam memecahkan permasalahan matematika. Siswa

Penulis bermaksud untuk membuat sebuah sistem pakar berbasis web yang dapat mengatasi nilai derajat kepercayaan atau faktor kepastian data yang diperoleh dari