• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendugaan Erosi Tanah Pada di Empat Kecamatan Kabupaten SimalungunBerdasarkan Metode USLE (Universal Soil Loss Equation)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pendugaan Erosi Tanah Pada di Empat Kecamatan Kabupaten SimalungunBerdasarkan Metode USLE (Universal Soil Loss Equation)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Erosi

Erosi tanah adalah suatu proses atau peristiwa hilangnya lapisan

permukaan tanah atas, baik disebabkan oleh pergerakan air maupun angin. Proses

erosi ini dapat menyebabkan merosotnya produktivitas tanah, daya dukung tanah

untuk produksi pertanian dan kualitas lingkungan hidup (Suripin, 2002).

Hardjoamidjojo dan Sukartaatmadja (2008) menyatakan bahwa erosi merupakan proses pelepasan (detachment) dan pengangkutan (transportation) dari bahan-bahan tanah oleh penyebab erosi.

Pada daerah tropika basah seperti Indonesia, hujan merupakan penyebab

utama terjadinya erosi, dengan pukulan air hujan yang langsung jatuh ke

permukaan tanah, agregat yang berukuran besar akan hancur menjadi partikel

yang lebih kecil dan terlempar bersama percikan air, yang akan terangkut bersama

aliran permukaan. Pada tanah yang berlereng, air hujan yang turun akan lebih

banyak berupa aliran permukaan, yang seterusnya air akan mengalir dengan cepat

dan menghancurkan serta membawa tanah bagian atas (top soil) yang umumnya

tanah subur (Goro, 2008).

Untuk memperkecil erosi tanah dapat dilakukan dengan cara memperkecil

pengaruh faktor lereng, yaitu dengan membagi-bagi lereng manjadi bagian yang

lebih kecil, sehingga kemiringan dan panjang akan berkurang (terassering).

Sedangkan untuk memperkecil pengaruh faktor vegetasi penutup tanah dapat

dilakukan antara lain, dengan pola tanam yang mengkombinasikan tanaman

(2)

tanaman atau rumput, dan penanaman sejajar garis kontur

(Fakhrudin dan Yulianti, 2010).

Secara keseluruhan terdapat lima faktor yang menyebabkan dan

mempengaruhi besarnya laju erosi, yaitu iklim, tanah, topografi atau bentuk

wilayah, vegetasi penutup tanah dan kegiatan manusia. Faktor iklim yang paling

menentukan dalam hal ini adalah hujan yang dinyatakan dalam indeks erosivitas

hujan. Besar kecilnya erosi banyak tergantung juga kepada sifat-sifat tanah itu

sendiri yang dinyatakan sebagai faktor erodibilitas tanah yaitu kepekaan tanah

terhadap erosi atau mudah tidaknya tanah tersebut tererosi (Suripin, 2002).

Menurut Hardjomidjojo dan Sukartaatmadja (2008) Universal Soil Loss Equation (USLE) adalah suatu persamaan untuk memperkirakan kehilangan tanah

yang telah dikembangkan oleh Smith dan Wichmeier tahun 1978. Apabila

dibandingkan dengan persamaan kehilangan tanah lainnya, USLE mempunyai

kelebihan yatu variable-variabel yang berpengaruh terhadap besarnya kehilangan

tanah dapat diperhitungkan secara terperinci dan terpisah. Sampai saat ini USLE

masih dianggap rumus yang paling mendekati kenyataan, sehingga labih banyak

digunakan daripada rumus lainnya. Persamaan kehilangan tanah tersebut dapat

dituliskan sebagai berikut:

A=RxKxLxSxCxP

dimana: A= Jumlah kehilangan tanah maksimum (ton/ha/tahun)

R= Faktor Erosivitas hujan

K= Faktor erodibilitas tanah

L= Faktor panjang lereng

(3)

C= Faktor pengelolaan tanaman

P= Faktor praktik konservasi tanah

Faktor yang Mempengaruhi Erosi

Faktor-faktor yang mempengaruhi erosi terutama adalah iklim tanah,

topografi, vegetasi dan aktivitas manusia. Oleh Baver (1980) dalam

Hardjoamidjojo dan Sukartaatmadja (2008), faktor-faktor tersebut diklasifikasikan ke dalam suatu persamaan sebagai berikut:

E= f (C, S, T, V, H)

Dimana: E= erosi

C= iklim

S= tanah

T= topografi

V= vegetasi

H= aktivitas manusia (human)

Sifat fisik yang dipengaruhi oleh bahan organik dalam kaitannya dengan

erodibilitas tanah adalah struktur, tekstur dan permeabilitas tanah. Pengelolaan

tanah yang intensif searah terus menerus tanpa mengistirahatkan tanah dan tanpa

penambahan bahan organik berakibat merusak struktur tanah. Selanjutnya

berakibat pada permeabilitas tanah. Pada tanah tertentu permeabilitas tanahnya

menjadi lambat. Permeabilitas lambat dan laju infiltasi yang rendah

mengakibatkan tingginya limpasan permukaan, yang pada akhirnya mempertinggi

limpasan permukaan dan berakibat pada meningkatnya kehilangan tanah (erosi)

(4)

Faktor Iklim

Faktor iklim yang besar pengaruhnya terhadap erosi tanah adalah hujan,

temperature dan suhu. Sejauh ini hujan merupakan faktor yang paling penting.

Hujan memainkan peranan dalam erosi tanah melalui tenaga pelepasan dari

pukulan butir-butir hujan pada permukaan tanah dan sebagian melalui

konstribusinya terhadap aliran. Karakteristik hujan yang mempunyai pengaruh

terhadap erosi tanah meliputi jumlah atau kedalaman hujan, intensitas dan

lamanya hujan. Jumlah hujan yang besar tidak selalu menyebabkan erosi berat

jika intensitasnya rendah, dan sebaliknya hujan lebat dalam waktu singkat

mungkin juga hanya menyebabkan sedikit erosi karena jumlah hujannya hanya

sedikit. Jika jumlah dan intensitas hujan keduanya tinggi, maka erosi tanah yang

terjadi cenderung tinggi (Suripin, 2002).

Ketika tetesan hujan menumbuk tanah, partikel-partikel tanah terpercik.

Energi kinetik hujan menyebabkan pelepasan antar agregat tanah. Energi kinetik

hujan menyebabkan pelepasan antar agregat tanah. Energi kinetik hujan adalah

jumlah total tetesan hujan pada intensitas yang terjadi pada distribusi hujan.

Makin tinggi intensitas hujan, makin tinggi pula energi kinetik yang memukul

agregat-agregat tanah. Sehingga semakin banyak partikel-partikel tanah yang

(5)

Tabel 1. Klasifikasi intensitas hujan

Intensitas Hujan

Klasifikasi mm/jam inchi/jam

<6 0,25 Ringan

6 – 12 0,25-0,5 Sedang

12 – 50 0,5-2,0 Lebat

>50 2,0 sangat lebat

Sumber: Kohnke (1959)

Faktor Tanah

Sifat-sifat fisik tanah yang penting yang berpengaruh terhadap erosi adalah

kepekaan tanah terhadap erosi yang dikenal sebagai erodibilitas tanah. Makin

besar nilai erodibilitas suatu tanah makin peka tanah tersebut terhadap erosi.

Erodibilitas tanah terkandung pada dua karakteristik tanah yaitu stabilitas agregat

tanah dan kapasitas infiltrasi. Stabilitas agregat tanah merupakan daya tahan tanah

terhadap daya disperse air hujan. Stabilitas agregat tanah dipengaruhi oleh struktur

tanah, yang biasanya ditentukan oleh kandungan bahan organik tanah, persentase

lempung, debu dan pasir dan juga persentase kandungan garam, biasanya Na+ atau

Ca2+. Tanah-tanah dengan kandungan lempung dan kandungan bahan organik

yang tinggi mempunyai agregat yang stabil karena mempunyai ikatan-ikatan yang

kuat di antara koloid-koloidnya (Hardjoadmidjojo dan Sukartaatmadja, 2008). Tekstur tanah turut menentukan tata air dalam tanah, yaitu berupa

kecepatan infiltrasi, penetrasi dan kemampuan pengikat air oleh tanah. Terjadi

tidaknya aliran permukaan, tergantung kepada dua sifat yang dipunyai oleh tanah

tersebut yaitu 1) kapasitas infiltrasi, yaitu kemampuan tanah untuk meresapkan

air, diukur dalam setiap satuan waktu, 2) permeabilitas dari lapisan atas tanah

(6)

bawah profil tanah. Bila mana kapasitas infiltrasi dan permeabilitas besar seperti

pada tanah berpasir yang mempunyai kedalaman lapisan kedap yang dalam,

walaupun dengan curah hujan yang lebat kemungkinan untuk terjadi aliran

permukaan kecil sekali. Sedangkan tanah-tanah bertekstur halus akan menyerap

air sangat lambat, sehingga curah hujan yang cukup rendah akan menimbulkan

aliran permukaan (Suripin, 2002). Lebih lanjut Baver (1956) menyatakan

kepekatan tanah terhadap erosi ditentukan oleh mudah tidaknya butir-butir tanah

atau agregat-agregat tanah didispersikan dan disuspensikan oleh air, daya infiltrasi

dan ukuran butir-butir tanah yang akan menentukan mudah atau tidaknya air dan

daya infiltrasinya kecil serta dengan ukuran butir-butir tanah halus, peka terhadap

erosi atau erodibilitasnya besar.

Struktur adalah ikatan butir primer ke dalam butir sekunder atau agregat.

Susunan butir-butir primer tersebut menentukan tipe struktur. Tanah-tanah yang

berstruktur kersai atau granular lebih terbuka atau lebih sarang dan akan menyerap

air lebih cepat dari pada yang berstruktur dengan butir-butir primer lebih raat.

Terdapat dua aspek struktur yang penting dalam hubungannya dengan erosi. Yang

pertama adalah sifat fisiko-kimia liat yang menyebabkan terjadinya flokuasi, dan

aspek yang keduanya adalah adanya bahan pengikat butir-butir primer sehingga

terbentuk agregat yang mantap (Arsyad, 1989).

Sairung (2008) menyatakan bahwa permeabilitas adalah kemudahan

dimana gas, cairan, atau akar tanaman dapat masuk atau melalui sebongkah tanah

atau lapisan tanah. Permeabilitas ini merupakan suatu ukuran kemudahan aliran

suatu media porous, yang memiliki rumus:

K = (2,3 x a x L) x Log (h1

A x t h2

(7)

Keterangan :

K = permeabilitas tanah (cm2)

a = luas penampang tabung (cm2)

A = luas penampang ring (cm2)

t = waktu (jam)

h1 = tinggi kesuluruhan air (cm)

h2 = tinggi setelah penurunan air (cm)

Secara langsung bahan organik tanah merupakan sumber

senyawa-senyawa organik yang dapat diserap tanaman meskipun dalam jumlah sedikit.

Secara fisik biomass (bahan organik) berperan: 1) mempengaruhi warna tanah

menjadi coklat-hitam, 2) merangsang granulasi, 3) menurunkan plastisitas dan

kohesi tanah, 4) memperbaiki struktur tanah menjadi lebih remah, dan

5) meningkatkan daya tanah menahan air sehingga drainase tidak berlebihan,

kelembaban dan temperatur tanah menjadi stabil (Hanafiah, 2005).

Faktor Kemiringan

Kemiringan lereng dan panjang lereng adalah dua unsur topografi yang

paling berpengaruh terhadap aliran air limpasan dan erosi. Kemiringan lereng

cenderung memperbesar kapasitas air limpasan untuk memecah dan mengangkut

bahan-bahan tanah. Jika kemiringan lereng suatu permukaan tanah dua kali lebih

curam, maka banyaknya erosi dapat menjadi 2 sampai 2,5 kali lebih banyak

(Arsyad, 1982 dalam Suharo dan Soekodarmodjo, 1988).

Bahaya erosi banyak terjadi di daerah-daerah lahan kering terutama yang

memiliki kemiringan lereng sekitar 15 % atau lebih . Keadaan ini sebagai akibat

(8)

konservasi tanah dan air dan tanah (Yudhistira, 2008). Makin besar lereng,

intensitas erosi air makin tinggi. Hal ini berkaitan dengan energi kinetik aliran

limpas yang semakin besar sejalan dengan semakin besar lerang. Di tapak

berlereng erosi dapat berlangsung secara kering, memindahkan bahan sepanjang

lereng dari daerah atasan ke daerah bawahan dengan menggunakan energi

gravitasi langsung (Notohadiprawiro, 1998).

Perpindahan tanah oleh percikan air hujan yang jatuhnya vertikal di atas

permukaan tanah datar adalah nol. Apabila tetesan hujan jatuhnya miring karena

tiupan angin atau jika tanahnya miring, percikan air hujan menyebabkan jumlah

kkehilangan tanah yang lebih besar. Aliran permukaan lama-kelamaan akan

berkurang sejalan dengan berkurangnya curah hujan. Oleh karena itu kemampuan

pengangkutnya akan menyusut dan pada saat akan habis sama sekali. Pada

keadaan demikian ini terjadilah peristiwa-peristiwa pengendapan partikel tanah

yang merupakan fase terakhir dari proses terjadinya erosi

(Hardjoamidjojo dan Sukartaatmadja, 2008).

Faktor Vegetasi

Pada dasarnya tanaman mampu mempengaruhi erosi karena adanya 1)

intersepsi air hujan oleh tajuk dan adsobsi melalui energi air hujan, sehingga

memperkecil erosi, 2) pengaruh terhadap struktur tanah melalui penyebaran akar

-akarnya, 3) pengaruh terhadap limpasan permukaan, 4) peningkatan aktifitas

mikroorganisme dalamtanah, 5) peningkatan kecepatan kehilangan air karena

transpirasi. Vegetasi juga dapat menghambat aliran permukaan dan memperbesar

infiltrasi, selain itu juga penyerapan air ke dalam tanah diperkuat oleh transpirasi

(9)

Potensi erosi besar pada tanah gundul pada lereng yang panjang dan

curam. Akan tetapi, vegetasi penutup dapat menyerap energi kinetik dari titik-titik

hujan yang jatuh dan mengurangi potensi erosi hujan. Lebih lanjut, vegetasi itu

sendiri menahan sejumlah besar air hujan dan memperlambat aliran air hanyut.

Akibat kehadiran atau ketidakhadiran vegetasi penutup yang lengkap pada

dasarnya menentukan apakah erosi akan menimbulkan masalah atau apakah erosi

akan menjadi nol (Foth, 1994).

Faktor vegetasi penutup tanah (C) berperan sebagai pelindung tanah

terhadap gaya-gaya erosi. Tajuk, akar, serasah serta sisa-sisa akar tanaman dapat

melindungi tanah terhadap erosi yaitu memperkecil hempasan tetesan air hujan,

menghambat laju aliran air limpasan dan memperbaiki strukttur tanah. Juga dapat

mengintersepsikan hujan, mengurangi energi kinetik dan transpirasi. Makin besar

kemampuan tanaman dalam menutup dan melindungi tanah terhadap erosi

tumbukan air hujan, makin kecil koreksi faktor vegetasi (C), sedangkan untuk

lahan yamh terus-menerus bero indeks C=1 (Suharto dan Soekodarmodjo, 1988). Tanah hutan mempunyai laju infiltrasi permukaan yang tinggi dan

makroporositas yang relatif banyak, sejalan dengan tingginya aktifitas biologi

tanah dan turnover perakaran. Kondisi ini mendukung air hujan yang jatuh dapat

mengalir ke dalam lapisan tanah yang lebih dalam dan juga mengalir secara lateral

(Susswein dkk., 2001).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Arifin (2010) tanah pada

lahan pertanian monokultur memiliki kandungan bahan organik terendah

dikarenakan lahan tersebut memperoleh bahan norganik yang sedikit yang berasal

(10)

intensif tanpa tambahan bahan organik dan penanaman terus menerus sepanjang

musim sehingga mengakibatkan tanah tersebut kehilangan bahan organik yang

cepat terutama setelah penanaman dimulai. Sebaliknya, tanah hutan sengon

memiliki kandungan bahan organik yang tinggi dikarenakan pada lahan hutan

belum terjadi pengelolaan secara intensif. Bahan organik berfungsi sebagai bahan

sementasi sehingga berpengaruh positip terhadap sifat fisik tanah. Bahan organik

juga bersifat koloidal sehingga mempunyai luas permukaan jenis yang besar yang

berfungsi sebagai pengikat air, sehingga kemampuan tanah mengikat air lebih

banyak, hal ini akan menurunkan limpasan permukaan apabila terjadi hujan,

disamping fungsi lain sebagai penambah nutrisi bagi tanaman.

Suwardjo, Sukmana dan Sofiah dalam Rauf (2011) mendapatkan erosi yang cukup bervariasi pada berbagai tipe penggunaan tanah, namun umumnya

lebih kecil pada tanah dengan tipe kombinasi pohon dan rerumputan dibandingkan

jenis penggunaan tanah lainnya, terutama pada lahan yang digunakan untuk

tanaman semusim dan pertanian monokultur dengan kemiringan lereng yang lebih

besar.

Dalam penelitian Widianto, dkk. (2002) menyatakan penebangan hutan (pepohonan) secara serentak atau tebang habis mengakibatkan kerusakan tanah

khususnya di lapisan permukaan dengan ditandai antara lain penurunan kadar

bahan organik, penurunan laju infiltrasi dan penurunan jumlah ruangan pori

makro. Kerusakan menjadi semakin parah setelah beberapa tahun karena

minimnya perlindungan terhadap permukaan tanah. Kandungan bahan organik

terus menurun karena proses pelapukan semakin cepat, hilang terangkut bersama

(11)

sumber bahan organik tanah. Pada periode ini bisa terjadi peningkatan limpasan

permukaan dan erosi dibanding keadaan sebelumnya. Dalam skala lebih luas

(kawasan) akumulasi limpasan permukaan yang besar dari petak-petak kecil

membentuk luapan aliran permukaan yang sangat besar berupa banjir. Hal seperti

ini telah terjadi di berbagai daerah (khususnya di P. Jawa) pada awal tahun 2002

yang lalu yang bias dihubungkan dengan penebangan habis pepohonan dari

berbagai lahan hutan maupun perkebunan secara besar-besaran selama tahun

1999-2001.

Faktor Aktivitas Manusia

Peranan manusia merupakan yang utama dalam proses erosi. Peranan

tersebut dapat bersifat positif maupun negatif. Berperan positif bilamana tindakan

manusia yang dilakukan dapat menekan besarnya kehilangan tanah dan dikatakan

berperan negatif apabila tindakan yang dilakukan malah memperbesar kehilangan

tanah. Umumnya peranan manusia yang negatif tersebut disebabkan oleh

kesalahan dalam pengelolaan tanah akibat kurangnya pengetahuan tentang teknik

pengawetan tanah dan air (Hardjoamidjojo dan Sukartaatmadja, 2008).

Kegiatan kegiatan yang berkaitan dengan perubahan faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap erosi, misalnya perubahan penutupan tanah akibat

penggundulan atau pembabatan hutan untuk pemukiman, lahan pertanian, atau

gembalaan. Perubahan topografi secara mikro akibat penerapan terrasering,

penggemburan tanah dengan pengolahan, serta pemakaian stabiliter dan pupuk

(12)

Daerah Aliran Sungai (DAS)

Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang secara

topografik dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung dan

menyimpan air hujan untuk kemudian menyalurkannya ke laut melalui sungai

utama. Wilayah daratan tersebut dinamakan daerah tangkapan air (DTA atau

catchmentarea) yang merupakan suatu ekosistem dengan unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam (tanah, air dan vegetasi) dan sumberdaya manusia sebagai

pemanfaat sumberdaya alam (Asdak, 2001).

Secara umum dapat dikatakan bahwa daerah hulu dan tengah DAS

merupakan tempat terjadinya erosi tanah, sementara pada hilir merupakan tempat

untuk berlangsungnya sedimentasi (pengendapan). Curah hujan yang tinggi, tanah

yang porous, kemiringan lereng yang tinggi, vegetasi yang jarang dan aktivitas

manusia yang intensif mempunyai peranan penting untuk berlangsungnya proses

erosi yang landai hingga datar, menyebabkan kecepatan air sungai menjadi lambat

dan selalu terjadi luapan air sungai membentuk genangan dan banjir akan

menyebabkan terjadinya sedimentasi di bagian hilir DAS (Rauf, dkk., 2011).

Dampak Erosi Tanah

Faktor eksternal penyebab tanah-tanah pertanian menjdi sakit atau

terdegradasi adalah erosi. Erosi pada awalnya akan memindahkan bahan organik

dan liat dari dalam tanah (selektifitas erosi) ke badan-badan air (sungai) yang

kemudian diendapkan di buffer area sungai atau terbuang ke muara dan ke lautan.

Erosi yang terus berlanjut akan mengikis permukaan tanah atau bagian tanah yang

lembut (horizon A dan B), sehingga horizon C (bahan induk) dan bahan horizon R

(13)

pada hamper semua lahan pertanian kita, terutama pada sistem pertanian lahan

kering. Pada tahap ini tanah dikategorikan sangat terdegradasi dan bahkan dapat

dikatakan sebagai tanah mati (Rauf, 2011).

Erosi dapat mengakibatkan kehilangan tanah dengan kandungan

bahan-bahan organik dan nitrogen yang sangat besar, oleh sebab itu erosi khususnya

merusak tanaman biji-bijian yang bukan kacang-kacangan. Berkurangnya

kemampuan tanah dalam penyediaan nitrogen dapat dipulihkan dengan

menggunakan pupuk nitrogen, tetapi dapat meningkatkan biaya produksi

(Foth, 1994). Apabila erosi berjalan terus menerus mengikis lapisan permukaan

tanah, maka sendirinya akan terangkut kompleks liat dan humus serta partikel

tanah lainnya yang kaya akan unsur hara (Suripin, 2002).

Tabel 2. Dampak Erosi Tanah

No Dampak

Dampak di Tempat Kejadian Erosi

Dampak di Luar Tempat Kejadian pendangkalan waduk, sungai,

saluran dan badan air lainnya

b.Kehilangan unsur hara dan kerusakan struktur tanah

b.Tertimbunnya lahan pertanian, jalan,dan bangunan

lainnya c.Peningkatan penggunaan

energi untuk produksi

c.Menghilangnya mata air dan memburuknya kualitas air d.Kemerosotan produktivitas

tanah atau bahkan menjadi tidak dapat dipergunakan

e.Kehilangan nyawa dan harta oleh banjir untuk membuka lahan baru

b.Meningkatnya frekuensi dan besarnya banjir

(14)

Foth (1994) menyatakan bahwa dalam mempertimbangkan kerusakan

yang disebabkan oleh erosi, satu hal yang harus diingat, kenyataanya bahwa lahan

terbesar yang kehilangan tanah melalui proses ini adalah tanah permukaan atau

tanah bajak. Permukaan tanah inilah yang mengandung persentasi tertinggi, dalam

kondisi yang tersedia, berbagai unsur makanan tanaman yang penting. Penelitian

di Wisconsin memperlihatkan bahwa dibandingkan dengan tanah asli, bahan yang

tererosi mengandung 2,1 kali lebih banyak bahan organik, 2,7 kali lebih banyak

bahan nitrogen, 3,4 kali atau lebih fosfor yang tersedia yang dapat digunakan dan

Gambar

Tabel 1. Klasifikasi intensitas hujan
Tabel 2. Dampak Erosi Tanah

Referensi

Dokumen terkait

8 Penelitian lain yang dilakukan oleh Diana Aulya tahun 2013, pada polisi lalu lintas di Polres Metro Jaya Pusat terdapat 24,6% Polisi Lalu Lintas mengalami stres kerja

Tahun Anggaran 2012 box culvert kampung ulu timur desa kelarik utara RT.01

Untuk menghitung nilai ekonomi kayu dari tegakan di Arboretum Universitas Riau digunakan metode pendekatan langsung yaitu menggunakan nilai pasar yang berlaku.. Untuk

Hasil analisa kandungan nutrisi lima genotipe labu kuning (Cucurbita sp) dari Kecamatan Danau Kembar dan Lembah Gumanti Kabupaten Solok memiliki variabilitas yang luas

Dari hasil penelitian di Dusun 12 Translok Desa Margasari Lampung Timur terdapat 7 jenis tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat antara lain api-api ( Avicennia marina )

Pantai Timur Jaya tidak dapat dipakai sebagai dasar dalam pengambilan keputusan bagi pemilik perusahaan yang juga dikasus ini adalah direktur perusahaan untuk mengganti

Pilihan A,C, dan D menggunakan persempitan bilangan (lima rasa,lima rasa,dua rasa) sementara dalam kalimat pertama teks disebutkan rasa tersebut bermacam-macam (tidak

Menurut Ras Eko 2011 model Snowball Throwing merupakan salah satu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pendekatan kontekstual (CTL). Snowball Throwing yang