• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertumbuhan dan Produksi Padi Sawah pada Beberapa Varietas dan Pemberian Pupuk NPK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pertumbuhan dan Produksi Padi Sawah pada Beberapa Varietas dan Pemberian Pupuk NPK"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH

PADA BEBERAPA VARIETAS DAN

PEMBERIAN PUPUK NPK

SKRIPSI

Oleh:

CAROLINA SIMANJUNTAK 100301156

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH

PADA BEBERAPA VARIETAS DAN

PEMBERIAN PUPUK NPK

SKRIPSI

Oleh:

CAROLINA SIMANJUNTAK

100301156/BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

(3)

Judul Skripsi : Pertumbuhan dan produksi padi sawah pada beberapa

varietas dan pemberian pupuk NPK.

Nama : Carolina Simanjuntak NIM : 100301156

Program Studi : Agroekoteknologi

Minat : Budidaya Pertanian dan Perkebunan

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

Mengetahui

Prof. Dr. Ir. T. Sabrina, M. Agr. Sc, Ph.D Ketua Program Studi Agroekoteknologi Dr.Ir. Jonatan Ginting, M.S.

Ketua.

(4)

ABSTRAK

CAROLINA SIMANJUNTAK. Pertumbuhan dan produksi padi sawah pada beberapa varietas dan pemberian pupuk npk, dibimbing oleh JONATAN GINTING dan MEIRIANI.

Pupuk majemuk (NPK) merupakan salah satu pupuk anorganik yang dapat

digunakan sangat efisien dalam meningkatkan ketersediaan unsur hara makro (N, P, dan K). Varietas adalah suatu populasi tanaman dalam satu spesies yang

menunjukkan ciri berbeda yang jelas. Penelitian ini dilaksanakan di UPT Balai Benih Induk Padi Murni Tanjung Morawa Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara yang berada ± 20 dari bulan Oktober 2014 sampai dengan Januari 2015. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 2 Faktor perlakuan.

Faktor pertama adalah pupuk NPK dengan lima taraf yaitu 0 gr NPK/plot (P0);

10 gr NPK/plot (P1); 20 gr NPK/plot (P2); 30 gr NPK/plot (P4);

30 gr NPK/plot (P3); 40 gr NPK/plot (P5) ; dan faktor kedua adalah varietas terdiri

dengan 3 taraf yaitu ciherang (V1); mekongga (V2); inpari 4 (V3). Hasil penelitian

menunjukkan bahwa perlakuan varietas berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah anakan, bobot kering tanaman, bobot 1000 butir, bobot gabah berisi per rumpun dan produksi per plot.

(5)

ABSTRACT

CAROLINA SIMANJUNTAK. Growth and production of rice in some varieties and fertilizer NPK, supervised by JONATAN GINTING and MEIRIANI.

NPK fertilizer is one of inorganic fertilizers which can be used very efficiently in improving the availability of macro nutrients (N, P, and K). Varieties is a population of plant within a species that show different characteristics obviously.The research was conducted at UPT Balai Benih Induk Padi Murni Tanjung Morawa Department of Agriculture North Sumatra about ± 20 metres above sea level from October 2014 to January 2015. The design use randomized block design with 2 factors treatment. The first factor was NPK fertilizers with 5

levels 0 gr NPK/plot (P0); 10 gr NPK/plot (P1);n20 gr NPK/plot (P2);

30 gr NPK/plot (P3); 30 gr NPK/plot (P4); 40 gr NPK/plot (P5) and the second

factor was varieties with 3 levels ciherang (V1); mekongga (V2); inpari 4 (V3).

The results showed that the varieties significantly effect the plant height, tillers, dry weight of plants, 1000 grain weight, the weight of grain per clump contains and production per plot.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun

judul penelitian ini adalah “Pertumbuhan dan Produksi Padi Sawah Pada

Beberapa Varietas dan Pemberian Pupuk NPK.”

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya

kepada kedua orang tua tercinta, ayahanda Hasiholan Simanjuntak dan ibunda

Ernita Nainggolan atas doa dan dukungan moril maupun materil. Penulis

menyampaikan terima kasih kepada Bapak Dr.Ir. Jonatan Ginting, M. S sebagai

ketua komisi pembimbing dan Ir. Meiriani MP. sebagai anggota komisi

pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan berharga

kepada penulis mulai dari penyusunan sampai selesainya penelitian ini.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pegawai di

UPT Balai Benih Induk Padi Murni Tanjung Morawa khususnya kepala balai

bapak Ir. Bahrul Jamil, M.Si dan pembimbing lapangan pak Haris, semua rekan

mahasiswa yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini, serta seluruh pegawai di Program Studi

Agroekoteknologi. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Juni 2015

(7)

RIWAYAT HIDUP

Carolina Simanjuntak lahir pada tanggal 23 Agustus 1992 di Medan.

Merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan

Ir. Hasiholan Simanjuntak dan Dra. Ernita Nainggolan , yang bertempat tinggal di

Medan.

Menamatkan pendidikan di SD RK Luhur Medan 2004, SMP

Budi-Murni 1 Medan 2007, dan SMAN 1 Percut Sei Tuan 2010. Kemudian

melanjutkan pendidikan di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

program studi Agroekoteknologi pada tahun 2010 melalui jalur SNMPTN.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis merupakan anggota Himpunan

Mahasiswa Agroekoteknologi. Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan

(PKL) di PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Membang Muda pada bulan Juli

(8)

DAFTAR ISI

Metode Penelitian ... 19

Pelaksanaan Penelitian ... 21

Analisis tanah ... 21

Persiapan lahan ... 21

Pembibitan ... 22

Penanaman bibit ... 22

Aplikasi pemupukan ... 23

Pemeliharaan tanaman ... 23

Pemberian air irigasi ... 23

Penyulaman ... 23

Penyiangan... 23

Penegendalian hama dan penyakit ... 23

(9)

Jumlah anakan per rumpun (anakan) ... 24

Jumlah malai per rumpun (tangkai) ... 24

Bobot kering tanaman (g) ... 24

Persentase gabah berisi per rumpun (%) ... 25

Persentase gabah hampa per rumpun (%)... 25

Bobot 1000 butir (g) ... 25

Jumlah anakan per rumpun ... 29

Jumlah malai per rumpun ... 32

Bobot kering tanaman ... 32

Persentase gabah berisi per rumpun ... 34

Persentase gabah hampa per rumpun... 34

Bobot 1000 butir ... 35

Bobot gabah berisi per rumpun ... 36

(10)

DAFTAR TABEL

NO. Hal.

1. Tabel tinggi tanaman padi (cm) umur 3-8 MST pada beberapa

varietas dan pemberian pupuk NPK ... 27

2. Tabel jumlah anakan padi (anakan) umur 3-8 MST pada

beberapa varietas dan pemberian pupuk NPK ... 30

3. Tabel jumlah malai per rumpun padi umur 13 MST pada

beberapa varietas dan pemberian pupuk NPK ... 32

4. Tabel bobot kering tanaman padi (g) pada beberapa varietas dan

pemberian pupuk NPK ... 33

5. Tabel persentae gabah berisi per rumpun padi (%) pada

beberapa varietas dan pemberian pupuk NPK ... 34

6. Tabel persentase gabah hampa per rumpun padi (%) pada

beberapa varietas dan pemberian pupuk NPK ... 35

7. Tabel bobot 1000 butir padi (g) pada beberapa varietas dan

pemberian pupuk NPK ... 35

8. Tabel bobot gabah berisi per rumpun padi (g) pada beberapa

varietas dan pemberian pupuk NPK ... 37

9. Tabel produksi per plot padi (kg/plot) pada beberapa varietas

(11)

DAFTAR GAMBAR

NO. Hal.

1. Grafik perkembangan tinggi tanaman padi pada beberapa pemberian

pupuk NPK ... 28

2. Grafik perkembangan tinggi tanaman padi pada beberapa varietas ... 28

3. Grafik perkembangan jumlah anakan padi pada beberapa pemberian pupuk NPK ... 31

4. Grafik perkembangan jumlah anakan padi pada beberapa varietas ... 31

5. Histogram berat kering tanaman padi (g) ... 33

6. Histogram bobot 1000 butir (g) ... 36

7. Histogram bobot gabah berisi per rumpun padi (g) ... 37

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

NO. Hal.

1. Data pengamatan tinggi tanaman padi (cm) pada umur 3 MST pada

beberapa varietas dan pemberian pupuk NPK ... 49

2. Daftar sidik ragam rataan tinggi tanaman padi umur 3 MST pada

beberapa varietas dan pemberian pupuk NPK ... 49

3. Data pengamatan tinggi tanaman padi (cm) pada umur 4 MST pada

beberapa varietas dan pemberian pupuk NPK ... 50

4. Daftar sidik ragam rataan tinggi tanaman padi umur 4 MST pada

beberapa varietas dan pemberian pupuk NPK ... 50

5. Data pengamatan tinggi tanaman padi (cm) pada umur 5 MST pada

beberapa varietas dan pemberian pupuk NPK ... 51

6. Daftar sidik ragam rataan tinggi tanaman padi umur 5 MST pada

beberapa varietas dan pemberian pupuk NPK ... 51

7. Data pengamatan tinggi tanaman padi (cm) pada umur 6 MST pada

beberapa varietas dan pemberian pupuk NPK ... 52

8. Daftar sidik ragam rataan tinggi tanaman padi umur 6 MST pada

beberapa varietas dan pemberian pupuk NPK ... 52

9. Data pengamatan tinggi tanaman padi (cm) pada umur 7 MST pada

beberapa varietas dan pemberian pupuk NPK ... 53

10. Daftar sidik ragam rataan tinggi tanaman padi umur 7 MST pada

(13)

12. Daftar sidik ragam rataan tinggi tanaman padi umur 8 MST pada

beberapa varietas dan pemberian pupuk NPK ... 54

13. Data pengamatan jumlah anakan padi (anakan) umur 3 MST pada beberapa

varietas dan pemberian pupuk NPK ... 55

14. Daftar sidik ragam rataan jumlah anakan padi umur 3 MST pada

Beberapa varietas dan pemberian pupuk NPK ... 55

15. Data pengamatan jumlah anakan padi (anakan) umur 4 MST pada beberapa

varietas dan pemberian pupuk NPK ... 56

16. Daftar sidik ragam rataan jumlah anakan padi umur 4 MST pada

Beberapa varietas dan pemberian pupuk NPK ... 56

17. Data pengamatan jumlah anakan padi (anakan) umur 5 MST pada beberapa

varietas dan pemberian pupuk NPK ... 57

18. Daftar sidik ragam rataan jumlah anakan padi umur 5 MST pada

Beberapa varietas dan pemberian pupuk NPK ... 57

19. Data pengamatan jumlah anakan padi (anakan) umur 6 MST pada beberapa

varietas dan pemberian pupuk NPK ... 58

20. Daftar sidik ragam rataan jumlah anakan padi umur 6 MST pada

Beberapa varietas dan pemberian pupuk NPK ... 58

21. Data pengamatan jumlah anakan padi (anakan) umur 7 MST pada beberapa

varietas dan pemberian pupuk NPK ... 59

22. Daftar sidik ragam rataan jumlah anakan padi umur 7 MST pada

Beberapa varietas dan pemberian pupuk NPK ... 59

23. Data pengamatan jumlah anakan padi (anakan) umur 8 MST pada beberapa

(14)

24. Daftar sidik ragam rataan jumlah anakan padi umur 8 MST pada

beberapa varietas dan pemberian pupuk NPK ... 60

25. Data pengamatan jumlah malai per rumpun padi pada beberapa

varietas dan pemberian pupuk NPK ... 61

26. Daftar sidik ragam rataan jumlah malai per rumpun padi pada

Beberapa varietas dan pemberian pupuk NPK ... 61

27. Data pengamatan bobot kering tanaman padi (g) pada beberapa

varietas dan pemberian pupuk NPK ... 62

28. Daftar sidik ragam rataan bobot kering tanaman per rumpun

padi pada beberapa varietas dan pemberian pupuk NPK ... 62

29. Data pengamatan persentase gabah berisi per rumpun padi (%) pada

Beberapa varietas dan pemberian pupuk NPK ... 63

30. Daftar sidik ragam persentase gabah berisi per rumpun padi pada

Beberapa varietas dan pemberian pupuk NPK ... 63

31. Data pengamatan persentase gabah hampa per rumpun padi (%) pada

Beberapa varietas dan pemberian pupuk NPK ... 64

32. Daftar sidik ragam persentase gabah hampa per rumpun padi pada

Beberapa varietas dan pemberian pupuk NPK ... 64

33. Data pengamatan bobot 1000 butir padi (g) pada beberapa

varietas dan pemberian pupuk NPK ... 65

34. Daftar sidik ragam bobot 1000 butir padi pada beberapa padi pada

beberapa varietas dan pemberian pupuk NPK ... 65

(15)

36. Daftar sidik ragam bobot gabah berisi per rumpun padi pada beberapa

varietas dan pemberian pupuk NPK ... 66

37. Data pengamatan produksi per plot padi (kg/plot) pada beberapa varietas dan pemberian pupuk NPK ... 67

38. Daftar sidik ragam produksi per plot padi pada beberapa varietas dan pemberian pupuk NPK ... 67

39. Bagan penelitian ... 68

40. Bagan tanaman dalam plot ... 69

41. Jadwal kegiatan penelitian ... 70

42. Deskripsi padi varietas ciherang ... 72

43. Deskripsi padi varietas mekongga ... 73

44. Deskripsi padi varietas inpari 4 ... 74

45. Gambar persemaian padi ... 75

46. Gambar padi hasil pengamatan di lapangan ... 76

47. Gambar bulir hasil panen padi ... 79

(16)

ABSTRAK

CAROLINA SIMANJUNTAK. Pertumbuhan dan produksi padi sawah pada beberapa varietas dan pemberian pupuk npk, dibimbing oleh JONATAN GINTING dan MEIRIANI.

Pupuk majemuk (NPK) merupakan salah satu pupuk anorganik yang dapat

digunakan sangat efisien dalam meningkatkan ketersediaan unsur hara makro (N, P, dan K). Varietas adalah suatu populasi tanaman dalam satu spesies yang

menunjukkan ciri berbeda yang jelas. Penelitian ini dilaksanakan di UPT Balai Benih Induk Padi Murni Tanjung Morawa Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara yang berada ± 20 dari bulan Oktober 2014 sampai dengan Januari 2015. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 2 Faktor perlakuan.

Faktor pertama adalah pupuk NPK dengan lima taraf yaitu 0 gr NPK/plot (P0);

10 gr NPK/plot (P1); 20 gr NPK/plot (P2); 30 gr NPK/plot (P4);

30 gr NPK/plot (P3); 40 gr NPK/plot (P5) ; dan faktor kedua adalah varietas terdiri

dengan 3 taraf yaitu ciherang (V1); mekongga (V2); inpari 4 (V3). Hasil penelitian

menunjukkan bahwa perlakuan varietas berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah anakan, bobot kering tanaman, bobot 1000 butir, bobot gabah berisi per rumpun dan produksi per plot.

(17)

ABSTRACT

CAROLINA SIMANJUNTAK. Growth and production of rice in some varieties and fertilizer NPK, supervised by JONATAN GINTING and MEIRIANI.

NPK fertilizer is one of inorganic fertilizers which can be used very efficiently in improving the availability of macro nutrients (N, P, and K). Varieties is a population of plant within a species that show different characteristics obviously.The research was conducted at UPT Balai Benih Induk Padi Murni Tanjung Morawa Department of Agriculture North Sumatra about ± 20 metres above sea level from October 2014 to January 2015. The design use randomized block design with 2 factors treatment. The first factor was NPK fertilizers with 5

levels 0 gr NPK/plot (P0); 10 gr NPK/plot (P1);n20 gr NPK/plot (P2);

30 gr NPK/plot (P3); 30 gr NPK/plot (P4); 40 gr NPK/plot (P5) and the second

factor was varieties with 3 levels ciherang (V1); mekongga (V2); inpari 4 (V3).

The results showed that the varieties significantly effect the plant height, tillers, dry weight of plants, 1000 grain weight, the weight of grain per clump contains and production per plot.

(18)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Permintaan akan beras dari tahun ke tahun cenderung meningkat, sejalan

dengan peningkatan jumlah penduduk. Di sisi lain, varietas padi yang di gunakan

petani tidak dapat berproduksi tinggi karena selalu menghadapi cekaman

lingkungan, seperti kekeringan, suhu tinggi, dan defisiensi unsur hara.

Dari data BPS (2014), produksi beras Nasional dari dua tahun terakhir

menunjukkan peningkatan sebesar 57,16 juta ton pada tahun 2012. Pada tahun

2013, produksi padi Nasional meningkat menjadi 59.88 juta ton, sedangkan di

Sumatera Utara juga mengalami peningkatan sebesar 2,53 % dari 3.265.834 ton

pada tahun 2012 menjadi 3.340.794 ton pada tahun 2013. Tahun 2014,

diperkirakan produksi padi Sumatera Utara akan naik, karena didukung oleh

bertambahnya produksi tanaman per hektar (BPS, 2014).

Peningkatan jumlah produksi padi di Indonesia sayangnya tidak diikuti

dengan pertambahan jumlah luasan areal penanaman padi. Program intensifikasi

pertanian khususnya pada komoditas padi (1970-an) telah mendorong penggunaan

pupuk anorganik secara meluas dan pada daerah tertentu menunjukkan gejala

pemupukan berlebih. Total konsumsi pupuk anorganik nasional meningkat dari

0,63 juta ton (1975) menjadi 5,69 juta ton (2003).

Pembangunan pertanian saat ini lebih terfokuskan pada peningkatan

pendapatan dan kesejahteraan petani, maka program perbaikan dan

penyempurnaan berbagai aspek termasuk input teknologi sudah selayaknya

(19)

Untuk mendapatkan produksi yang maksimal, dari padi varietas unggul

dan padi hibrida harus ditanam pada lahan yang subur, unsur hara harus tersedia,

pengairan yang cukup, tanah sebaiknya mengandung bahan organik, pengendalian

hama terpadu, dan pengolahan tanaman harus dilakukan secara baik (7-12 ton/ha).

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menanggulangi kurangnya

unsur hara tersebut adalah pemberian pupuk anorganik seperti Urea, TSP/SP-36

dan KCI, yang sangat nyata pengaruhnya terhadap tanaman, utamanya pupuk

urea, sehingga petani lebih cenderung menggunakan pupuk Urea dibandingkan

dengan TSP dan KCI. Dengan cara seperti demikian produksi padi secara optimal

sulit dicapai, karena kondisi lahan tetap kekurangan unsur P dan K terus berlanjut.

Khususnya K disamping mudah terurai dalam tanah juga banyak terangkut oleh

tanaman waktu panen, sehingga mutlak adanya penambahan unsur ini setiap saat

atau setiap musim tanam. Pada waktu bersamaan ketersediaan unsur penting

(esensial) lainnya juga harus dalam keadaan optimal. Sebagai contoh apabila

pemupukan padi hanya dipupuk dengan urea saja, kelihatannya sangat cepat dan

rimbun akan tetapi sangat lemah sehingga mudah rebah dan tidak tahan, terhadap

serangan hama dan penyakit. Demikian pula sebaliknya apabila hanya dipupuk

TSP/SP-36 atau KCI saja pupuk ini tidak akan berpengaruh optimal terhadap

pertumbuhan dan produksi tanaman. Pada prinsipnya keseimbangan hara atau

kesuburan secara menyeluruh harus sedemikian rupa sehingga dapat

meningkatkan pertumbuhan tanaman yang lebat dan normal (Rauf et al, 2000).

Pupuk yang diberikan merupakan tambahan bagi unsur yang sudah ada

(20)

tanaman berada dalam perbandingan yang tepat. Pemupukan yang biasa dilakukan

adalah 250 kg Urea + 150 kg/ha SP – 36 + 100 kg/ha KCl (Pramono, 2004).

Selain pemupukan, upaya peningkatan produksi padi salah satunya adalah

melalui inovasi teknologi varietas unggul baru. Varietas unggul baru selain untuk

meningkatkan potensi hasil tinggi juga perlu memperhatikan mutu produk yang

dihasilkan maupun terhadap faktor-faktor pengganggu yang lain. Menurut

Bauhaki (2004), peningkatan produktifitas usaha tani komoditi tanaman,

60%-65% ditentukan oleh penggunaan benih/bibit unggul. Untuk

memperkenalkan dan mengembangkan varietas unggul baru maka cara yang

paling efektif adalah menguji adaptasikan varietas-varietas unggul baru dan

ditanam dilahan petani (Departemen Pertanian, 2006).

Inpari nama varietas unggul terbaru Balai Besar Penelitian Padi Varietas

ini belum banyak diketahui oleh masyarakat luas karena baru dilepas pada akhir

tahun 2008 lalu. Sementara padi sawah selama ini rata-rata memiliki umur genjah

sampai sedang (124 hari). Inpari memiliki umur yang pendek (sangat genjah)

sekitar 104-115 hari. Varietas yang sangat genjah ini didukung juga dengan

produktivitas tanaman padi yang tinggi dengan rata-rata hasil panen sebesar

5-7 t/ha atau setara dengan potensi hasil 8,80 t/ha. Varietas unggul ini memiliki

sifat yang lebih unggul yakni tinggi tanaman, jumlah anakan produktif, bobot

kering tanaman, jumlah gabah/malai dan hasil gabah yang lebih daripada varietas

lain (Sinartani, 2011).

Selain Inpari varietas unggul yang sudah lama dilepas ada juga dikenal

(21)

Dari segi ketahanan terhadap hama dan penyakit varietas ini lebih unggul

dibandingkan varietas Mekongga dan Inpari karena varietas ini tahan terhadap

wereng coklat dan penyakit bakteri hawar daun. Varietas ini juga didukung

dengan hasil produksi yang cukup tinggi rata rata produksi 6 ton/ha atau setara

dengan potensi hasil 8,5 ton/ha. Varietas Mekongga tidak berbeda jauh dengan

varietas Ciherang perbedaannya Varietas Ciherang lebih duluan dilepas yaitu pada

tahun 2000 sedangkan varietas Mekongga dilepas pada tahun 2004.

Agar potensi produksi dari varietas unggul itu tercapai harus disertai

dengan pemupukan yang tepat. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik

untuk melakukan penelitian guna mengetahui pengaruh pemupukan NPK dan

varietas terhadap pertumbuhan dan produksi padi sawah.

Tujuan Penelitian

Untuk mendapatkan pertumbuhan dan produksi padi sawah pada beberapa

varietas dan pemberian pupuk NPK.

Hipotesis Penelitian

Ada pengaruh varietas dan pemberian pupuk NPK serta interaksi keduanya

terhadap pertumbuhan dan produksi padi sawah.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berguna untuk mendapatkan data penyusunan skripsi sebagai

salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara, Medan dan sebagai bahan informasi bagi yang

(22)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Adapun klasifikasi ilmiah tanaman padi adalah sebagai berikut,

Kingdom: Plantae, Divisio: Angiospermae, Kelas: Monocotyledoneae,

Ordo: Poales, Famili: Poaceae / graminae, Genus: Oryza,

Species: Oryza sativaL. (Purwono dan Purnamawati, 2007).

Setelah 5-6 hari berkecambah, dari batang yang masih pendek akan keluar

akar-akar serabut yang tumbuh dengan teratur. Pada saat permulaan batang telah

bertunas (kira-kira 15 HST) akar serabut akan berkembang dengan pesat. Letak

susunan akar tidak dalam, kira kira 20-30 cm (Departemen Pertanian 1983).

Tanaman padi termasuk famili Graminae dengan batang yang tersusun dari

beberapa ruas. Tanaman padi membentuk rumpun dengan anakannya, biasanya

anakan akan tumbuh pada dasar batang. Pembentukan anakan terjadi secara

tersusun yaitu pada batang pokok atau batang - batang utama akan tumbuh anakan

pertama, anakan kedua tumbuh pada batang bawah anakan pertama, anakan ketiga

tumbuh pada buku pertama pada batang anakan kedua dan seterusnya. Semua

anakan memiliki bentuk yang serupa dan membentuk perakaran sendiri

(Luh, 1991).

Pada batang tanaman padi terdapat nodus dan internodus yang urutannya

bergantian selang seling. Batang tanaman padi terdiri dari ruas dan buku, ruas

adalah bagian batang yang berongga, buku adalah sambungan antara ruas dan

tidak berongga dan keras. Buku yang terletak bagian bawah memiliki sebuah daun

(23)

daun bunga determinit, yaitu bunga terletak pada bagian ujung tajuk atau bendera.

Pelepah daun bendera menentukan panjang malai (Suharno, 2007).

Daun yang terdiri atas helaian daun yang berbentuk memanjang seperti

pita dan pelepah daun yang menyelubungi batang. Pada perbatasan antara helai

dan upih, terdapat lidah daun. Upih daun berguna untuk memberikan kekuatan

pada bagian buku yang jaringan yang empuk, panjang dan warna lidah daun

berbeda-beda tergantung pada varietas. Lidah daun melekat pada batang, yang

berfungsi mencegah masuknya air hujan di bagian batang dan upih. Di bagian

batang dan upih. Rata-rata 1 daun di produksi dalam 1 minggu tetapi dapat juga di

pengaruhi lingkungan sekitar (Luh,1991).

Satu malai terdiri atas sekumpulan bunga padi (spikelet) yang timbul pada

buku paling atas. Ruas buku terakhir dari batang merupakan sumbu utama dari

malai sedangkan butirnya terdapat pada cabang kedua. Pada waktu berbunga,

malai berdiri tegak kemudian terkulai. Bila bulir telah berisi akan segera matang

(Departemen Pertanaian, 1983).

Setelah penyerbukan terjadi dan pembuahan bakal buah telah menjadi

bakal buah (kariopsis) yang kemudian terus berkembang dan terisi penuh sampai

menunggu kariopsis menjadi beras. Gabah atau buah padi adalah ovary yang telah

masak, bersatu dengan lemma dan palea. Buah ini merupakan hasil penyerbukan

dan pembuahan yang mempunyai bagian – bagian sebagai berikut :

- Embrio (lembaga) : terletak pada bagian lemma. Pada lembaga ini terdapat daun

lembaga (calon batang dan calon daun) serta akar lembaga (calon akar).

- Endosperm : merupakan bagian dari buah / biji padi yang besar. Endosperm ini

(24)

Endosperm mengandung zat gula, lemak, serta dan bahan atau zat – zat

anorganik, disampinh itu juga mengandung protein.

- Bekatul : Bagian buah padi yang berwarna coklat.

(Siregar, 1981).

Dalam pertumbuhan padi di bagi atas 4 fase, yakni:

1. Fase pertama : vegetatif cepat. Mulai dari pertumbuhan bibit sampai jumlah

anakan maksimum. Selama fase ini jumlah anakan, tinggi tanaman dan berat

jerami terus bertambah. Jumlah anakan bertambah dengan cepat. Tinggi

tanaman maksimum dapat digolongkan : sangat rendah (kurang dari 70 cm),

rendah (71 – 100 cm), sedang (101 – 130 cm), tinggi (131 – 160 cm) dan

sangat tinggi (lebih dari 160 cm). Jumlah anakan maksimum biasanya dicapai

pada minggu ke enam atau ke tujuh setelah tanam. Jumlah anakan maksimum

perbatang dapat digolongkan : sangat rendah (kurang dari 5 batang), rendah

(5-8 batang), sedang (9 – 12 batang), tinggi (13 -16 batang) dan sangat tinggi

(lebih dari 16 batang).

2. Fase kedua : vegetatif lambat. Mulai dari saat jumlah anakan maksimum

sampai keluarnya primordia (bakal malai) disebut fase vegetatif lambat.

Primordia keluar biasanya pada umur 50 hari setelah tanam. Pada fase ini

beberapa anak akan mati dengan demikian jumlah anakan menjadi berkurang.

Tinggi tanaman dan berat jerami terus bertambah, tetapi tidak pada secepat fase

vegetatif aktif.

3. Fase ketiga : Reproduksi. Mulai dari fase keluarnya primordia sampai malai

(25)

4. Fase keempat : Pemasakan. Mulai keluarnya bunga sampai panen. Berat malai

bertambah dengan cepat, sedang berat jerami menurun.

(Vergara, 1990).

Syarat Tumbuh

Iklim

Padi dapat tumbuh dengan baik didaerah yang berhawa panas dan

udaranya banyak mengandung uap air. Di negeri kita padi ditanam dari dataran

rendah sampai 1300 meter diatas permukaan laut (Soemartono et al, 1990).

Padi dapat tumbuh pada iklim yang beragam, pada daerah tropis dan

subtropis (450 LU dan 450 LS) dengan cuaca panas, kelembaban tinggi dan jumlah musim hujan 4 bulan dalam satu tahun. Rata-rata curah hujan yang baik, adalah

200 mm/bulan atau 1500 mm/tahun. Dimusim hujan, walaupun air melimpah

produksi dapat meningkat, asalkan irigasi selau tersedia. Di musim hujan,

walaupun air melimpah dapat menurunkan karena dapat mengakibatkan

penyerbukan berlangsung kurang intensif akibat pengaruh cuaca yang lain.

(Byrans, 2006).

Temperatur yang tinggi pada fase pertumbuhan vegetatif menaikkan

jumlah anakan, karena naiknya aktifitas tanaman dengan mengambil zat makanan.

Tetapi temperatur tinggi pada fase tersebut bagi tanaman berbatang tinggi dan

berdaun bergerak dapat menghasilkan keadaan daun yang saling menaungi serta

kerebahan. Temperatur rendah pada masa berbunga berpengaruh baik bagi

pertumbuhan dan hasil akan lebih tinggi (Soemartono et al, 1990).

Suhu berpengaruh langsung pada proses fotosintesis, respirasi,

(26)

protein. Padi tergolong jenis tanaman C3 maka padi mempunyai titik kompensasi

CO2 tinggi dan mampu mengadakan fotorespirasi (Hanum, 2008). Tanah

Padi sawah menghendaki tanah lumpur yang subur dengan ketebalan

18 - 22 cm. Keasaman tanah antara pH 4,0-7,0. Pada padi sawah, penggenangan

akan mengubah pH tanam menjadi netral (7,0). Pada prinsipnya tanah berkapur

dengan pH 8,1-8,2 tidak merusak tanaman padi. Karena mengalami

penggenangan, tanah sawah memiliki lapisan reduksi yang tidak mengandung

oksigen dan pH tanah sawah biasanya mendekati netral. Untuk mendapatkan

tanah sawah yang memenuhi syarat diperlukan pengolahan tanah seperti

pembajakan tanah sampai halus dan meratakan tanah hingga rata (Agus, 2014).

Tanaman padi pada hakekatnya dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah,

tergantung dari jenis padi itu sendiri. Misalnya padi gogo dari jenis kering akan

lebih baik tumbuhnya di tanah kering dengan sedikit air, sedangkan padi sawah

dapat tumbuh dan berhasil dengan baik jika ditanam di sawah. Jika kedua jenis

padi diatas ditanam pada lahan yang sebaliknya, padi akan tetap tumbuh tetapi

hasilnya tidak seperti yang diinginkan. Kesuburan tanah merupakan syarat mutlak

yang dibutuhkan tanaman padi. Tingkat kesuburan tanah cenderung bersifat

sementara. Artinya pada suatu ketika kesuburan tanah dapat menurun bahkan

hilang (Yandianto, 2003).

Padi tumbuh baik di daerah tropis maupun subtropis. Untuk padi sawah,

ketersediaan air yang mampu menggenangi lahan tempat penanaman sangat

(27)

memiliki kemampuan menahan air yang tinggi, seperti tanah lempung

(Suparyono dan Setyono, 1997).

Pupuk NPK

Pupuk adalah suatu bahan yang bersifat organik ataupun anorganik, bila

ditambahkan ke dalam tanah atau ke tanaman dapat memperbaiki sifat fisik,

kimia, dan biologi tanah dan dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman

(Damanik et al, 2011).

Pupuk majemuk (NPK) merupakan salah satu pupuk anorganik yang dapat

digunakan sangat efisien dalam meningkatkan ketersediaan unsur hara makro

(N, P, dan K), menggantikan pupuk tunggal seperti Urea, SP-36, dan KCl yang

kadang-kadang susah diperoleh di pasaran dan sangat mahal. Keuntungan

menggunakan pupuk majemuk (NPK) adalah dapat dipergunakan dengan

memperhitungkan kandungan zat hara sama dengan pupuk tunggal, apabila tidak

ada pupuk tunggal dapat diatasi dengan pupuk majemuk, penggunaan pupuk

majemuk sangat sederhana, pengangkutan dan penyimpanan pupuk ini

menghemat waktu, ruangan, dan biaya. Pupuk NPK Phonska (15:15:15)

merupakan salah satu produk pupuk NPK yang telah beredar di pasaran dengan

kandungan nitrogen (N) 15 %, Fosfor (P2O5) 15 %, Kalium (K2O) 15 %, Sulfur

(S) 10 %, dan kadar air maksimal 2 %. Pupuk majemuk ini hampir seluruhnya

larut dalam air, sehingga unsur hara yang dikandungnya dapat segera diserap dan

digunakan oleh tanaman dengan efektif (Kaya, 2013).

Apabila pupuk ditambahkan ke dalam tanah maka pupuk akan mengalami

reaksi atau perubahan baik dalam bentuk fisik dan sifat kimianya.

(28)

tanah. Setelah bereaksi dengan air pupuk akan melarut, sebagian pupuk akan

diserap akar tanaman, sebagian ada yang terfiksasi menjadi bentuk tidak tersedia

untuk tanaman, hilang melalui proses denitrifikasi (pupuk N), tercuci (leaching),

tererosi dan penguapan (volatilisasi). Ada jenis unsur hara seperti nitrogen, fosfor,

dan kalium yang mudah hilang akibat penguapan atau terbawa perkolasi

(Damanik et al, 2011).

Nitrogen merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan tanaman,

nitrogen diserap oleh akar tanaman dalam bentuk NO3- (nitrat) dan NH4+ (ammonium). Kebutuhan nitrogen yang tidak memadai diindikasikan oleh warna

daun yang hijau muda sampai kekuningan. Sebagai pembanding, daun bagian atas

dikelilingi warna hijau muda, diikuti warna kuning sampai pucuk daun. Seluruh

daun bisa dikelilingi wana kuning. Walaupun sekitar pumbuluh daun masih hidup

dan membengkak (Foth, 1994).

Peranan unsur N dalam tanaman padi yang terpenting adalah sebagai

penyusun atau sebagai bahan dasar protein dan pembentukan klorofil karena itu N

mempunyai fungsi membuat bagian-bagian tanaman menjadi lebih hijau, banyak

mengandung butir-butir hijau dan yang terpenting dalam proses fotosintesis,

mempercepat pertumbuhan tanaman yang dalam hal ini menambah tinggi tanaman

dan jumlah anakan, menambah ukuran daun dan besar gabah serta memperbaiki

kualitas tanaman dan gabah, menambah kadar protein beras, meningkatkan jumlah

gabah dan persentase jumlah gabah isi (Dobermann and Fairhust, 2000). Hal ini

berdasarkan pada penelitian Mawardiana (2013) terhadap pupuk N terlihat

(29)

Tanaman padi yang kekurangan nitrogen anakannya sedikit dan

pertumbuhannya kerdil. Daun berwarna hijau kekuning-kuningan dan mulai mati

dari ujung kemudian menjalar ke tengah helai daun. Sedangkan jika nitrogen

diberikan berlebih akan mengakibatkan kerugian yaitu : melunakkan jerami dan

menyebabkan tanaman mudah rebah dan menurunkan kualitas hasil tanaman

(Kaya, 2013).

Pupuk N yang ditambahkan ke dalam tanah disamping sebagian

daripadanya dapat diserap akar, tetapi akar tanaman harus pula berkompetisi

dengan jasad-jasad renik yang menggunakan ion-ion nitrogen sebagai sumber

makanannya untuk pertumbuhan tubuhnya. Pupuk fosfat yang larut di dalam air

seperti pupuk superfosfat bila ditambah kedalam tanah, tidak semua fosfat dari

pupuk tersebut dapat diserap oleh akar tanaman. Sebagian dari pupuk tersebut

berubah menjadi senyawa yang tidak larut, sehingga didak dapat digunakan

tanaman. Proses ini disebut dengan retensi fosfat atau fiksasi fosfat

(Damanik et al, 2011).

Fosfor di dalam tanaman mempunyai fungsi yang sangat penting yaitu

dalam proses fotosíntesis, respirasi, transfer dan penyimpanan energi, pembelahan

dan pembesaran sel serta proses-proses di dalam tanaman lainnya. Fosfor

meningkatkan kualitas buah, sayuran, biji-bijian dan sangat penting dalam

pembentukan biji. Selain itu, P sangat penting dalam tranfer sifat-sifat menurun

dari satu generasi ke generasi berikutnya. Fosfor membantu mempercepat

perkembangan akar dan perkecambahan, dapat meningkatkan efisiensi

penggunaan air, meningkatkan daya tahan terhadap penyakit yang akhirnya

(30)

Pengaruh unsur P terhadap tanaman padi adalah sebagai berikut : memacu

terbentuknya bunga, menurunkan aborsitas, menunjang perkembangan akar halus

dan akar rambut; memperkuat jerami sehingga tidak mudah rebah dan

memperbaiki kualitas gabah. Adapun kekurangan fosfor menyebabkan

pertumbuhan kerdil, jumlah anakan sedikit dan daun meruncing berwarna hijau

gelap (Rauf et al, 2000).

Unsur hara fosfor adalah unsur hara makro, dibutuhkan tanaman dalam

jumlah yang banyak dan esensial bagi pertumbuhan tanaman. Fosfor sering

disebut sebagai kunci kehidupan karena terlibat langsung hampir pada seluruh

proses kehidupan. Dalam hal ini, ketersediaan fosfor dalam tanah sangat

tergantung kepada sifat dan ciri tanah itu sendiri, serta bagaimana pengolahan

tanah itu yang dilakukan oleh manusia. Penambahan fosfor kedalam tanah hanya

bersumber dari defosit atau pelapukan batuan dan mineral yang mengandung

fosfat, tidak seperti nitrogen yang pertambahannya dapat melalui pengikatan

biokimia (Damanik et al, 2011).

Kalium diserap tanaman dari tanah dalam bentuk ion (K+). Tidak seperti halnya dengan N dan P, unsur K di dalam tanaman tidak dalam bentuk senyawa

organik. Fungsi utama yang telah lama diketahui adalah erat hubungannya dengan

metabolisme tanaman dari beberapa proses yang terjadi dalama tanaman. Kalium

sangat vital dalam proses fotosintesis (Winarso, 2005).

Kadar kalium total didalam tanah pada umumnya cukup tinggi, dan

diperkirakan mencapai 2,6 % dari total berat tanah, tetapi kalium yang tersedia di

(31)

pencucian dan erosi menyebabkan kehilangan kalium semakin besar. Sumber

utama hara kalium di dalam tanah adalah berasal dari kerak bumi. Sebagai unsur

kalium tidak dapat berdiri sendiri, tetapi selalu terdapat sebagai persenyawaan di

dalam berbagai batuan, mineral dan larutan garam (Damanik et al, 2011).

Hasil analisis statistik pada penelitian Pramono (2004) tentang “kajian

penggunaan bahan organik pada padi sawah” terhadap tinggi tanaman

menunjukkan bahwa rataan tertinggi terdapat pada perlakuan

B (250 kg Urea + 150 kg/ha SP – 36 + 100 kg/ha KCl + 100 kg/ha Bahan

Organik) dan hasil rataan produksi gabah kering tertinggi terdapat pada perlakuan

E (250 kg Urea + 50 kg/ha SP – 36 + 50 kg/ha KCl + 2000 kg/ha Bahan Organik).

Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa perlakuan dengan rataan tinggi tanaman

tertinggi belum tentu menghasilkan produksi yang tertinggi juga. Dengan berbagai

kelebihan dan manfaat pemberian bahan organik pada tanah, maka peningkatan

komponen hasil dan hasil padi sawah pada berbagai perlakuan pemberian bahan

organik ini, diduga karena pengaruh positif pemberian bahan organik terhadap

sifat fisik, kimia dan biologi tanah sebagai media tumbuh tanaman, yang

selanjutnya berakibat pada perbaikan pertumbuhan dan hasil tanaman.

Waktu pemupukan diberikan sesuai dengan tingkat pertumbuhan tanaman.

Pemberian pupuk NPK diberikan dua kali yaitu 1/2 dosis seminggu setelah tanam

dan ½ dosis berikutnya 35 hari setelah tanam (pada saat tanaman aktif).

Pemupukan dilakukan secara manual disebar atau hambur merata pada areal

tanaman (Rauf et al, 2000).

Hal-hal yang perlu diwaspadai dalam penggunaan pupuk NPK ialah bila

(32)

alumunium yang tinggi, derajat keasaman tanah tidak sesuai dengan persyaratan

tanaman yang diusahakan, dan tanah kurang mengandung unsur mikro. Di

tanah-tanah bermasalah semacam ini, efisiensi pupuk majemuk umumnya berkurang.

Untuk itu, agar efisiensinya tetap tinggi, aplikasi pupuk NPK dianjurkan hanya

dilakukan di tanah-tanah yang subur, sesuai dengan tuntutan tanaman, dan yang

kekurangan unsur N, P, dan K (Sinartani, 2011).

Varietas Padi

Padi termasuk genus Oryza yang meliputi 25 spesies, tersebar di daerah

tropik dan sub tropik seperti Asia, Afrika, Amerika, dan Australia. Padi yang ada

sekarang ini merupakan hasil persilangan antara Oryza offinalis dan Oryza sativa.

Padi dibedakan dalam dua tipe yaitu pada lahan kering (gogo) yang umumnya

ditanam di dataran tinggi, dan padi sawah di tanam di dataran rendah yang

memerlukan penggenangan air.

Padi Ciherang termasuk dalam kelompok padi Indica. Padi ini merupakan

varietas padi sawah yang sangat cocok ditanam di lahan sawah irigasi dataran

rendah. Padi ini dapat ditanam pada musim hujan dan kemarau dengan ketinggian

di bawah 500 m dari permukaan laut. Padi Ciherang merupakan hasil persilangan

antara varietas padi IR64 dengan varietas / galur lain

(Iqbal. 2014).

Padi Ciherang dilepas pada tahun 2000. Memiliki umur tanaman 116-125

hari. Bentuk tanaman tegak dengan tinggi tanaman 107-115 cm, jumlah anakan

produktif sekitar 14-17 batang. Padi Ciherang tahan terhadap wereng batang

(33)

Salah satu usaha peningkatan pertumbuhan dan produksi adalah dengan

intensifikasi melalui perbaikan teknologi diantarannya peningkatan mutu

intensifikasi pertanian, antara lain dengan penggunaan varietas unggul dan

penggunaan benih berlabel. Sampai saat ini, aspek kesehatan benih belum

diperhatikan secara sungguh-sungguh sebagai aspek yang menentukan kualitas

hasil benih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa benih padi berlabel yang beredar

di pasar terdiri dari kelompok baik (kuning keemasan cemerlang dan bernas)

sebanyak 59,25%, kurang baik (kuning kusam dan bernas) sebanyak 21,19%, dan

kelompok jelek (kusam atau discolored dan hampa atau setengah isi) sebanyak

19,56% (Suparyono, et al. 2001).

Varietas unggul Inpari 4 berasal dari hasil persilangan antara :

S4384F-14-1/Way Apo Buru/S4384F-14-1. Karakteristik varietas Inpari-4

adalah mempunyai bentuk tanaman sedang, tinggi tanaman 118 cm, anakan

produktif 18 batang, warna kaki hijau, warna daun hijau, permukaan daun kasar,

posisi daun agak tegak, posisi daun bendera tegak, warna batang hijau, bentuk

gabah panjang ramping, warna gabah kuning bersih. Varietas Inpari-4 mempunyai

umur panen 115 hari, rasa nasi pulen dengan kadar amilosa 21,07%. Potensi hasil

Inpari-4 adalah 8 t/ha GKG (BPTPI,2010).

Varietas yang sangat genjah ini didukung juga dengan produktivitas

tanaman padi yang tinggi dengan rata-rata hasil panen sebesar 5-7 t/ha atau setara

dengan potensi hasil 8,80 t/ha. Varietas Inpari-4 memiliki sifat agak rentan

terhadap hama wereng batang coklat biotipe 1, 2, dan 3, tahan terhadap penyakit

hawar daun bakteri strain III dan IV serta agak rentan strain VIII, agak tahan

(34)

dan 031. Varietas Inpari-4 cocok ditanam pada lahan sawah tadah hujan dataran

rendah sampai ketinggian 600m dpl. (Sinartani, 2011).

Varietas unggul memberikan manfaat teknis dan ekonomis yang banyak

bagi perkembangan suatu usaha pertanian, diantara-nya pertumbuhan tanaman

menjadi seragam sehingga panen menjadi serempak, rendemen lebih tinggi, mutu

hasil lebih tinggi dan sesuai dengan selera konsumen, dan tanaman akan

mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap gangguan hama dan penyakit dan

beradaptasi yang tinggi terhadap lingkungan sehingga dapat memperkecil

penggunaan input seperti pupuk dan pestisida (Suyana dan Prajogo, 1997).

Padi Mekongga dilepas pada tahun 2000. Memiliki umur tanaman 116-125

hari. Bentuk tanaman tegak dengan tinggi tanaman 91-106 cm, jumlah anakan

produktif sekitar 13-16 batang. Padi Mekongga tahan terhadap wereng batang

coklat biotipe 2 dan 3- dan tahan terhadap penyakit hawar daun strain III dan IV.

Baik ditanam di lahan sawah dataran rendah sampai ketinggian 500 m dpl

(Suprihatno, et al. 2009).

Bobot gabah (kebernasan) sangat dipengaruhi oleh biomassa yang

terkandung dalam gabah. Semakin bernas gabah menandakan biomassa yang

terkandung didalamnya semakin banyak. Kemampuan tanaman untuk menyimpan

biomassa (fotosintat) dalam gabah sangat dipengaruhi oleh terjaminnya fungsi

fisiologis tanaman, ketersediaan hara dan jumlah gabah per malai. Semakin

banyak gabah yang terbentuk semakin berat beban tanaman untuk membentuk

gabah isi (bernas) (Mahmud, et. al . 2010).

(35)

adanya ketersediaan be-nih dengan varietas yang berdaya hasil tinggi dan mutu

yang baik. Daya hasil yang tinggi serta mutu yang terjamin pada umumnya

terdapat pada varietas unggul. Dengan demikian, dalam pertanian moderen, benih

berperan sebagai delivery mecha-nism yang menyalurkan keunggulan teknologi

(36)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di UPT Balai Benih Induk Padi Murni Tanjung

Morawa Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara yang berada pada ketinggian

± 20 meter di atas permukaan laut. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober

2014 sampai dengan Januari 2015.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih padi varietas

Ciherang, Mekongga dan Inpari 4, Pupuk NPK Nitrophonska (15 : 15 : 15),

Insektisida Bestox 50 EC dan Hamasid 25 EC, Fungisida Sorento dan Dennis

75 WP, dan karung goni.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, meteran, pacak

sampel, pacak perlakuan, traktor tangan, knapsack, timbangan analitik, oven,

kamera, alat tulis, serta kalkulator.

Metode Penelitian

Penelitiaan ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial,

dengan dua faktor, sebagai berikut :

Faktor I : Pemberian pupuk NPK dengan lima taraf dosis perlakuan, yaitu:

P0 : 0 g NPK / plot = 0 ton NPK/ha

P1 : 10 g NPK / plot = 1000 ton NPK/ha

P2 : 20 g NPK / plot = 2000 ton NPK/ha

P3 : 30 g NPK / plot = 3000 ton NPK/ha

(37)

Faktor II : Varietas terdiri dari 3 taraf perlakuan, yaitu :

V1 : Ciherang

V2 : Mekongga

V3 : Inpari 4

Maka diperoleh 15 kombinasi perlakuan yaitu :

P0V1 P1V1 P2V1 P3V1 P4V1

P0V2 P1V2 P2V2 P3V2 P4V2

P0V3 P1V3 P2V3 P3V3 P4V3

Jumlah ulangan : 3 ulangan

Jumlah plot : 45 plot

Panjang Plot : 100 cm

Lebar Plot : 100 cm

Jarak Tanam : 35 X 15 cm

Jarak antar plot : 30 cm

Jarak antar blok : 50 cm

Jumlah tanaman/plot : 21 rumpun tanaman

Jumlah sampel/plot : 3 rumpun tanaman

Jarak sampel seluruhnya : 135 rumpun tanaman

Jumlah tanaman seluruhnya : 945 rumpun tanaman

Data hasil penelitian dianalisis dengan sidik ragam dengan model linier

aditif sebagai berikut :

Yijk = µ + ρi + αj + βk + (αβ)jk + εijk

(38)

Yijk = Nilai pengamatan pengaruh blok ke i, varietas ke j dan pengaruh

pupuk NPK ke k

µ = Nilai rataan populasi

ρi = Pengaruh blok ke-i

αj = Pengaruh varietas ke-j

βk = Pengaruh pupuk NPK ke-k

(αβ)jk = Pengaruh interaksi pemberian pupuk NPK pada taraf ke- k dan

perlakuan varietas ke-j

εijk = Pengaruh galat pada blok ke-i yang mendapat perlakuan pemberian

pupuk NPK pada taraf ke- k dan perlakuan varietas ke-j.

Jika dari hasil analisis sidik ragam menunjukkan pengaruh yang nyata

maka dilanjutkan dengan uji beda rataan berdasarkan Duncan Multiple Range

Test (DMRT) pada taraf nyata 5% (Steel dan Torrie, 1993).

Pelaksanaan Penelitian

Analisis tanah

Analisis dilakukan dengan mengambil sampel tanah yang akan diolah

menjadi lahan penelitian. Sampel tanah diambil dari empat titik yang berbeda, dua

dari tengah dan 2 dari pinggir. Lalu sampel tanah di kering anginkan. Selanjutnya

sampel tanah dibawa ke balai penelitian untuk dianalisis. Adapun data yang ingin

didapat dari hasil analisis adalah ph (H2O), C organik, N total, P total, K, KTK,

(39)

Persiapan lahan

Lahan penanaman terlebih dahulu dibersihkan dari rerumputan dan

sisa – sisa jerami, kemudian galengan sawah diperbaiki dan dibuat agak tinggi

agar bisa menahan air selama proses pengolahan tanah. Tanah sawah digenangi

dengan air selama beberapa hari dan selanjutnya dibajak dengan traktor tangan

kemudian digaru. Setelah tanah selesai diolah, dibuat 45 petak – petak penanaman

dengan ukuran setiap petak 100 cm x 100 cm.

Pembibitan

Benih direndam dengan air, tiriskan, benih padi yang mengambang

dibuang. Selanjutnya diperam di dalam goni selama 1 - 2 malam hingga benih

berkecambah serentak. Lahan untuk tempat pembibitan terlebih dahulu diolah

dengan cara mencangkul hingga tanah menjadi lumpur halus dan tidak terdapat

lagi bongkahan batu. Kemudian dibuat petak pembibitan dengan ukuran

1,6 m x 0,4 m ( ± 10% dari total luas lahan yang akan ditanam). Benih yang sudah

diperam kemudian disebar merata pada tempat pembibitan yang telah

dipersiapkan dengan keadaan merata dan tidak terlalu rapat.

Penanaman bibit

Penanaman bibit ke sawah dilakukan pada saat umur bibit berumur 10

hari. Pencabutan bibit dilakukan dengan hati-hati, sehingga tidak merusak akar.

Bibit yang dicabut dengan persemaian langsung ditanam ke lubang tanam dengan

jumlah bibit yang ditanam sebanyak 1 tanaman per lubang pertanaman. Tujuan

pemindahan bibit dengan umur yang muda agar bibit yang akan cepat kembali

(40)

anakan yang lebih banyak, anakan akan yang lebih banyak tanaman akan lebih

tahan rebah, dan tanaman akan lebih tahan kekeringan.

Aplikasi pemupukan

Pemupukan dilakukan sebanyak 2 kali yakni pada seminggu setelah tanam

dan sebulan setelah pemupukan pertama. Pemupukan pertama ½ dosis dan

pemupukan kedua ½ dosis. Pemupukan dilakukan dengan cara sebar merata di

setiap plot percobaan.

Pemeliharaan tanaman

Pemberian air irigasi

Penggenangan air dilakukan pada fase awal pertumbuhan, pembentukan

anakan, masa bunting (umur 35 hari), pembungaan dan pengisisan biji. Kemudian

sawah dikeringkan 7-10 hari sebelum panen. Hal ini bertujuan untuk proses

pematangan bulir padi pada malai.

Penyulaman

Penyulaman dilakukan 5-7 hari setelah tanam. Penyulaman dilakukan pada

tanaman padi yang tidak tumbuh normal atau mati.

Penyiangan

Penyiangan dilakukan secara manual yaitu mencabut gulma dengan

tangan, ini dilakukan untuk menghindari terjadinya perebutan unsur hara dari

dalam tanah. Penyiangan disesuaikan dengan kondisi lapangan.

Pengendalian hama dan penyakit

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan menyemprotkan

(41)

Dennis 75 WP. Penyemprotan insektisida dan fungisida dilakukan 10 hari sekali

atau melihat gejala yang timbul akibat serangan hama dan penyakit dilapangan.

Panen

Pemanenan dilakukan pada saat 80% -95% bulir telah menguning atau

setelah tanaman berumur 116 - 125 hari (33-36 hari setelah berbunga) bagian

bawah malai masih terdapat sedikit gabah hijau.

Parameter pengamatan

Tinggi tanaman (cm)

Pengamatan tinggi tanaman diukur mulai tanaman berumur 3 MST dan

diambil sampai akhir masa vegetatif, dengan interval waktu 1 minggu. Tanaman

diukur mulai pangkal batang (permukaan tanah) hingga ujung daun tertinggi

setelah diluruskan, diukur dengan menggunakan meteran. Pada setiap

pengambilan tinggi tanaman diberi tanda pada pacak sampel.

Jumlah anakan per rumpun (anakan)

Jumlah anakan dihitung dengan menghitung jumlah seluruh batang

pertanaman. Pengukuran dilakukan pada saat tanaman berumur 3 MST sampai

akhir masa vegetatif, dengan interval waktu 1 minggu.

Jumlah malai per rumpun (tangkai)

Jumlah malai per rumpun dapat dihitung pada saat tanaman mengeluarkan

malai secara keseluruhan pada anakan, penghitungan malai dilakukan pada saat

malai telah keluar penuh pada saat pemanenan.

Bobot kering tanaman (g)

Pengamatan bobot kering tanaman dihitung setelah panen. Tanaman

(42)

jangan sampai putus kemudian dicuci di dalam ember. Setelah bersih tanaman

dikeringovenkan pada suhu 650 C ± 24 jam sampai bobotnya stabil, kemudian ditimbang dengan timbangan analitik.

Persentase gabah berisi per rumpun (%)

Dihitung persentase gabah berisi per rumpun dengan rumus:

% gabah berisi per rumpun = Jumlah gabah berisi per rumpun

Jumlah gabah total per rumpun x 100%

Persentase gabah hampa per rumpun (%)

Dihitung persentase gabah hampa per rumpun dengan rumus :

% gabah hampa per rumpun = Jumlah gabah hampa per rumpun

Jumlah gabah total per rumpun x 100%

Bobot 1000 butir (g)

Ditimbang bobot 1000 butir gabah setelah pemanenan dengan kadar air

14% pada setiap plot percobaan.

Bobot gabah berisi per rumpun (g)

Produksi tanaman dihitung dengan menimbang bobot gabah berisi dari

masing – masing sample rumpun yang ada di setiap plot dengan kadar air 14%.

Produksi per plot (kg)

Produksi tanaman per plot dihitung dengan menggabungkan seluruh dari

(43)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Tinggi tanaman

Data pengamatan tinggi tanaman padi dan sidik ragamnya umur 3-8 MST

dapat dilihat pada tabel lampiran 1-12, yang menunjukkan varietas berpengaruh

sangat nyata terhadap tinggi tanaman umur 3-8 MST dan pemberian pupuk NPK

berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur 3-5 MST tetapi

berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman umur 6-8 MST. Interaksi kedua

perlakuan berpengaruh tidak nyata.

Tinggi tanaman padi umur 3-8 MST pada beberapa varietas dan pemberian

pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 menunjukkan tinggi tanaman padi pada umur 3-8 MST tertinggi

diperoleh pada varietas Inpari 4 (V3) yang berbeda nyata dengan varietas lainnya.

Tabel 1 juga menunjukkan pemberian NPK 40 g NPK/plot (P4) cenderung

meningkatkan tinggi tanaman umur 3-5 MST walaupun berbeda tidak nyata

dengan perlakuan pupuk lainnya dan nyata meningkatkan tinggi tanaman umur

(44)

Tabel 1. Tinggi tanaman padi (cm) umur 3-8 MST pada beberapa varietas dan

(45)

Grafik perkembangan tinggi tanaman padi pada beberapa pemberian

pupuk NPK dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Grafik perkembangan tinggi tanaman padi pada beberapa pemberian pupuk NPK

Gambar 1 menunjukkan tanaman padi tertinggi pada umur 3-8 MST

terdapat pada pemberian NPK 40 g NPK/plot (P4).

Grafik perkembangan tinggi tanaman padi pada beberapa varietas dapat

dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Grafik perkembangan tinggi tanaman padi pada beberapa varietas

(46)

Gambar 2 menunjukkan tanaman padi tertinggi pada umur 3-8 MST

terdapat pada varietas Inpari 4 (V3). Jumlah anakan

Data pengamatan jumlah anakan padi dan sidik ragamnya umur 3-8 MST

dapat dilihat pada tabel lampiran 13-24, yang menunjukkan varietas berpengaruh

sangat nyata terhadap jumlah anakan umur 3-8 MST tetapi pemberian pupuk NPK

serta interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata.

Jumlah anakan padi umur 3-8 MST pada beberapa varietas dan pemberian

pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 menunjukkan jumlah anakan padi pada umur 3-8 MST terbanyak

diperoleh pada varietas Inpari 4 (V3) yang berbeda tidak nyata dengan varietas

Ciherang (V1) tetapi berbeda nyata dengan varietas Mekongga (V2). Tabel 1 juga

menunjukkan pemberian NPK 40 g NPK/plot (P4) cenderung menghasilkan

jumlah anakan yang lebih banyak walaupun berbeda tidak nyata dengan perlakuan

(47)

Tabel 2. Jumlah anakan padi (anakan) umur 3-8 MST pada beberapa varietas dan pemberian pupuk NPK

Keterangan: Angka yang diikuti oleh notasi yang sama pada baris yang sama berbeda tidak

nyata pada taraf α = 0,05 (huruf kecil) berdasarkan uji jarak Duncan.

Grafik perkembangan jumlah anakan padi pada beberapa pemberian pupuk

(48)

Gambar 3. Grafik perkembangan jumlah anakan padi pada beberapa pemberian pupuk NPK

Gambar 3 menunjukkan jumlah anakan padi terbanyak pada umur

3-8 MST terdapat pada pemberian NPK 40 g NPK/plot (P4).

Grafik perkembangan jumlah anakan padi pada beberapa varietas dapat

dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Grafik perkembangan jumlah anakan padi pada beberapa varietas

(49)

Jumlah malai per rumpun

Data pengamatan jumlah malai per rumpun padi dan sidik ragamnya dapat

dilihat pada tabel lampiran 25-26, yang menunjukkan varietas dan pemberian

pupuk NPK serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata.

Jumlah malai per rumpun padi umur 13 MST pada beberapa varietas dan

pemberian pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah malai per rumpun padi umur 13 MST pada beberapa varietas dan pemberian pupuk NPK

Tabel 3 menunjukkan jumlah malai terbanyak cenderung diperoleh pada

varietas Ciherang (V1 ) yang berbeda tidak nyata dengan varietas lainnya. Jumlah

malai terbanyak juga cenderung diperoleh pada pemberian NPK

30 g NPK/plot (P3) yang berbeda tidak nyata dengan pemberian pupuk NPK

lainnya.

Bobot kering tanaman

Data pengamatan bobot kering tanaman dan sidik ragamnya dapat dilihat

pada tabel lampiran 27-28, yang menunjukkan varietas berpengaruh sangat nyata

terhadap bobot kering tanaman tetapi pemberian pupuk NPK serta interaksi kedua

perlakuan berpengaruh tidak nyata.

Bobot kering tanaman padi pada beberapa varietas dan pemberian pupuk

(50)

Tabel 4. Bobot kering tanaman padi (g) pada beberapa varietas dan pemberian

Keterangan: Angka yang diikuti oleh notasi yang sama pada baris yang sama berbeda tidak nyata

pada taraf α = 0,05 (huruf kecil) berdasarkan uji jarak Duncan.

Tabel 4 menunjukkan bobot kering tanaman padi tertinggi diperoleh pada

varietas Inpari 4 (V3) yang berbeda tidak nyata dengan varietas Ciherang (V1)

tetapi berbeda nyata dengan varietas Mekongga (V2). Tabel 4 juga menunjukkan

bobot kering tanaman tertinggi cenderung diperoleh pada pemberian NPK 10 g

NPK/plot (P1) yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan pupuk lainnya.

Gambar 5. Histogram bobot kering tanaman padi (g)

Dari Tabel 4 diketahui bahwa rataan bobot kering tanaman padi (g)

tertinggi terdapat pada V1 (36.11) sedangkan yang terendah terdapat pada V2

(51)

Persentase gabah berisi per rumpun

Data pengamatan persentase gabah berisi per rumpun padi dan sidik

ragamnya dapat dilihat pada tabel lampiran 29-30, yang menunjukkan varietas dan

pemberian pupuk NPK serta interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata.

Persentase gabah berisi per rumpun padi pada beberapa varietas dan

pemberian pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5.Persentase gabah berisi per rumpun padi (%) pada beberapa varietas dan pemberian pupuk NPK

Tabel 5 menunjukkan persentase gabah berisi per rumpun padi tertinggi

cenderung diperoleh pada varietas Ciherang (V1) yang berbeda tidak nyata dengan

varietas lainnya. Persentase gabah berisi per rumpun padi tertinggi cenderung

diperoleh pada pemberian 0 g NPK/plot (P0) yang berbeda tidak nyata dengan

pemberian pupuk NPK lainnya.

Persentase gabah hampa per rumpun

Data pengamatan persentase gabah hampa per rumpun padi dan sidik

ragamnya dapat dilihat pada tabel lampiran 31-32, yang menunjukkan varietas dan

pemberian pupuk NPK serta interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata.

Persentase gabah hampa per rumpun padi pada beberapa varietas dan

(52)

Tabel 6. Persentase gabah hampa per rumpun padi (%)pada beberapa varietas dan

Tabel 6 menunjukkan persentase gabah hampa per rumpun padi tertinggi

cenderung diperoleh pada varietas Inpari 4 (V3) yang berbeda tidak nyata dengan

varietas lainnya. Persentase gabah hampa per rumpun padi tertinggi cenderung

diperoleh pada pemberian 30 g NPK/plot (P3) yang berbeda tidak nyata dengan

pemberian pupuk NPK lainnya.

Bobot 1000 butir

Data pengamatan bobot 1000 butir dan sidik ragamnya dapat dilihat pada

tabel lampiran 33-34, yang menunjukkan varietas berpengaruh sangat nyata

terhadap bobot 1000 butir dan pemberian pupuk NPK serta interaksi kedua

perlakuan berpengaruh tidak nyata.

Bobot 1000 butir pada beberapa varietas dan pemberian pupuk NPK dapat

dilihat pada Tabel 7.

(53)

Tabel 7 menunjukkan bobot 1000 butir padi tertinggi diperoleh pada

varietas Ciherang (V1) yang berbeda tidak nyata dengan varietas Inpari 4 (V3)

tetapi berbeda nyata dengan varietas Mekongga (V2). Tabel 7 juga menunjukkan

bobot 1000 butir padi tertinggi cenderung diperoleh pada pemberian NPK

40 g NPK/plot yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan pupuk lainnya.

Gambar 6. Histogram bobot 1000 butir padi (g)

Dari Tabel 7 diketahui bahwa rataan bobot 1000 butir padi (g) tertinggi

terdapat pada V1 (27.99) sedangkan yang terendah terdapat pada V2 (21.87). Bobot gabah berisi per rumpun

Data pengamatan bobot gabah berisi per rumpun dan sidik ragamnya dapat

dilihat pada tabel lampiran 35-36, yang menunjukkan varietas berpengaruh sangat

nyata terhadap bobot gabah berisi per rumpun dan pemberian pupuk NPK serta

interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap bobot gabah berisi per

rumpun.

Bobot gabah berisi per rumpun padi pada beberapa varietas dan pemberian

pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel 8.

(54)

Tabel 8. Bobot gabah berisi per rumpun padi (g) pada beberapa varietas dan

Keterangan: Angka yang diikuti oleh notasi yang sama pada baris yang sama berbeda tidak nyata

pada taraf α = 0,05 (huruf kecil) berdasarkan uji jarak Duncan.

Tabel 8 menunjukkan bobot gabah berisi per rumpun padi tertinggi pada

diperoleh pada varietas Inpari 4 (V3) yang berbeda tidak nyata dengan varietas

Ciherang (V1) tetapi berbeda nyata dengan varietas Mekongga (V2). Tabel 8 juga

menunjukkan bobot gabah berisi per rumpun padi tertinggi cenderung diperoleh

pada pemberian NPK 30 g NPK/plot (P3) yang berbeda tidak nyata dengan

perlakuan pupuk lainnya.

Gambar 7. Histogram bobot gabah berisi per rumpun padi (g)

Dari Tabel 8 diketahui bahwa rataan bobot gabah berisi per rumpun padi

(55)

Produksi per plot

Data pengamatan produksi per plot dan sidik ragamnya dapat dilihat pada

tabel lampiran 37-38, yang menunjukkan varietas berpengaruh sangat nyata

terhadap produksi per plot dan pemberian pupuk NPK serta interaksi kedua

perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap produksi per plot.

Produksi per plot pada beberapa varietas dan pemberian pupuk NPK dapat

dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Produksi per plot padi (kg/plot) pada beberapa varietas dan pemberian pupuk NPK

Pupuk (g) Varietas

V1 V2 V3 Rataan

P0 0.59 0.56 0.58 0.58

P1 0.58 0.56 0.59 0.57

P2 0.58 0.57 0.58 0.57

P3 0.59 0.57 0.59 0.58

P4 0.57 0.57 0.57 0.57

Rataaan 0.57 ab 0.56 b 0.58 a

Keterangan: Angka yang diikuti oleh notasi yang sama pada baris yang sama berbeda tidak nyata

pada taraf α = 0,05 (huruf kecil) berdasarkan uji jarak Duncan.

Tabel 9 menunjukkan produksi per plot tanaman tertinggi diperoleh pada

varietas Inpari 4 (V3) yang berbeda tidak nyata dengan varietas Ciherang (V1)

tetapi berbeda nyata dengan varietas Mekongga (V2). Tabel 9 juga menunjukkan

produksi per plot tanaman tertinggi cenderung diperoleh pada pemberian NPK

(56)

Gambar 8. Histogram produksi per plot padi (kg/plot)

Dari Tabel 9 diketahui bahwa rataan produksi per plot padi (ton/ha)

tertinggi terdapat pada V3 (0.58) sedangkan yang terendah terdapat pada V2 (0.56). Pembahasan

Dari penelitian diperoleh bahwa varietas Inpari 4 (V3) nyata, mempunyai

tinggi tanaman, jumlah anakan, bobot kering, bobot gabah berisi per rumpun dan

produksi per plot yang lebih besar dari varietas Ciherang (V1) dan varietas

Mekongga (V2). Hal ini karena dari deskripsi varietas Inpari 4 (V3) (lampiran 44)

lebih mempunyai pertumbuhan dan produksi yang lebih besar dari varieras

lainnya. Varietas Inpari 4 (V3) merupakan vaietas unggul, dimana tinggi tanaman

dan jumlah anakan yang lebih tinggi menyebabakan tanaman mempunyai potensi

untuk berproduksi lebih tinggi juga. Pertumbuhan vegetatif yang lebih baik

menyebabkan tanaman lebih banyak berfotosintesis menghasilkan berat kering

lebih banyak dan disimpan didalam gabah berisi. Hal ini sesuai dengan literatur

Suparyono, et al (2010) yang menyatakan salah satu usaha peningkatan

(57)

teknologi diantarannya peningkatan mutu intensifikasi pertanian, antara lain

dengan penggunaan varietas unggul dan penggunaan benih berlabel.

Pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah anakan,

jumlai malai, bobot kering tanaman, persentase gabah berisi, persentase gabah

hampa, bobot 1000 butir, bobot gabah berisi dan produksi per plot. Hal ini

disebabkan jumlah pupuk fosfat yang ada sudah tersedia di lapangan. Dimana dari

tabel lampiran 48 hasil analisis di Laboratorium BPTP Sumatera Utara terlihat

kandungan pupuk fosfat sudah sangat tinggi, tetapi karena kandungan N dan K

sangat rendah terlihat kecenderungan peningkatan dosis. Agar efisien, aplikasi

pupuk NPK dianjurkan dilakukan pada lahan yang kekurangan unsur N, P, dan K.

Hal ini sesuai dengan literatur Sinartani (2011) yang menyatakan agar efisiensinya

tetap tinggi, aplikasi pupuk NPK dianjurkan hanya dilakukan di tanah-tanah yang

subur, sesuai dengan tuntutan tanaman, dan yang kekurangan unsur N, P, dan K.

Pada pemberian pupuk NPK menunjukkan pengaruh yang tidak

berpengaruh nyata karena pemberian pupuk NPK yang ditambahkan ke dalam

tanah, tidak semua pupuk tersebut dapat diserap oleh akar tanaman. Sebagian dari

pupuk tersebut berubah menjadi senyawa yang tidak larut, sehingga didak dapat

digunakan tanaman. Akar tanaman juga berkompetisi dengan jasad-jasad renik

yang menggunakan ion-ion nitrogen sebagai sumber makanannya

Damanik et al (2011) menyatakan tidak semua fosfat dari pupuk tersebut dapat

diserap oleh akar tanaman. Sebagian dari pupuk tersebut berubah menjadi

senyawa yang tidak larut, sehingga didak dapat digunakan tanaman. Pupuk N

yang ditambahkan ke dalam tanah disamping sebagian daripadanya dapat diserap

(58)

menggunakan ion-ion nitrogen sebagai sumber makanannya untuk pertumbuhan

tubuhnya.

Unsur hara makro dan mikro sangat diperhatikan ketersediaannya didalam

tanah. Ada jenis unsur hara seperti nitrogen, fosfor, dan kalium yang mudah

hilang akibat penguapan atau terbawa perkolasi. Damanik et al (2011)

menyatakan bahwa setelah bereaksi dengan air pupuk akan melarut, sebagian

pupuk akan diserap akar tanaman, sebagian ada yang terfiksasi menjadi bentuk

tidak tersedia untuk tanaman, hilang melalui proses denitrifikasi (pupuk N),

tercuci (leaching), tererosi dan penguapan (volatilisasi).

Pemberian pupuk yang dilakukan dengan cara sebar menjadi salah satu

faktor pupuk NPK tidak berpengaruh nyata terhadap partumbuhan dan produksi

padi sawah, kemungkinan ada ketidakmerataan penyebaran pupuk tersebut.

Tanaman sampel yang berada ditengah – tengah barisan tanaman kemungkinan

kurang mendapatkan hara yang berasal dari pupuk NPK tersebut sehingga hasil

yang didapat tidak menunjukkan pengaruh yang nyata.

Produksi per plot tertinggi diperoleh pada varietas Inpari 4 (V3), dimana

varietas Inpari 4 (V3) berbeda tidak nyata dengan varietas Ciherang (V1). Pada

jumlah malai, diperoleh hasil terbanyak pada varietas Ciherang (V1). Walaupun

varietas Ciherang (V1) memiliki jumlah malai yang lebih banyak dibandingkan

varietas lainnya namun jumlah malai varietas Ciherang (V1) tidak jauh berbeda

dengan varietas Inpari 4 (V3).

Varietas ciherang (V1) pada penelitian ini nyata terhadap bobot 1000 butir

(59)

dialokasikan ke malai dan gabah. Hal ini disebabkan karena kondisi suhu

lapangan yang sangat tinggi sehingga menyebabkan proses fotosintesis

meningkat. Hal ini sesuai dengan literatur Hanum (2008) yang menyatakan suhu

berpengaruh langsung pada proses fotosintesis, respirasi, permeabilitas dinding

sel, absorpsi air dan hara, aktivitas enzim dan koagulasi protein. Padi tergolong

jenis tanaman C3 maka padi mempunyai titik kompensasi CO2 tinggi dan mampu

mengadakan fotorespirasi.

Tabel 1 menunjukkan pemberian pupuk NPK nyata meningkatkan tinggi

tanaman umur 6-8 MST. Pupuk NPK bersiat mobile, saya menduga itu ada

kaitannya dengan translokasi didalam tanaman, yang dimana pada umur 6 MST

padi sudah memasuki fase generatif. Hal ini menunjukkan bahwa unsur hara yang

terdapat pada pupuk NPK bekerja optimal pada penambahan tinggi tanaman.

Pemberian pupuk NPK tertinggi pada 40 g NPK/plot (P4). Hal ini sejalan dengan

penelitian Pramono (2004) yang menunjukkan hasil analisis statistik pada

penelitian “Kajian Penggunaan Bahan Organik pada padi sawah” terhadap tinggi

tanaman menunjukkan bahwa rataan tertinggi terdapat pada perlakuan B (250 kg

Urea + 150 kg/ha SP – 36 + 100 kg/ha KCl + 100 kg/ha Bahan Organik). Dengan

berbagai kelebihan dan manfaat pemberian NPK pada tanah, maka peningkatan

komponen hasil padi sawah pada berbagai perlakuan pemberian pupuk NPK ini,

diduga karena pengaruh positif pemberian pupuk NPK terhadap sifat fisik, kimia

dan biologi tanah sebagai media tumbuh tanaman, yang selanjutnya berakibat

pada perbaikan pertumbuhan dan hasil tanaman.

Varietas padi berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah anakan

Gambar

Grafik perkembangan tinggi tanaman padi pada beberapa pemberian
Tabel 1. Tinggi tanaman padi (cm) umur 3-8 MST pada beberapa varietas dan pemberian pupuk NPK
Gambar 2. Grafik perkembangan tinggi tanaman padi pada beberapa varietas
Tabel 2. Jumlah anakan padi (anakan) umur 3-8 MST pada beberapa varietas dan pemberian pupuk NPK
+7

Referensi

Dokumen terkait

Single index model dapat memberikan informasi kepada investor terkait jenis saham yang menjadi penyusun portofolio, proporsi dana masing-masing saham pembentuk

Hasyim Asy’ari mengenai etika yang harus dipedomani oleh pendidik maupun peserta didik masih sangat relevan untuk diterapkan dalam proses belajar mengajar pada saat

.HWHUJDQWXQJDQ PHODNXNDQ FKDWWLQJ GL LQWHUQHW EHUSHQJDUXK WHUKDGDS SHUVDKDEDWDQ PDK DVLVZD GL GXQ LD PD\D 8PXPQ\D PDKDVLVZD \DQJ PHQMDGL UHVSRQGHQ PHPLOLNL WLQJNDW NHWHUJDQWXQJDQ

kebudaya- an yang hanya mempunyai suatu pandangan waktu yang sempit. warga dari suatu kebudayaan serupa itu tidak akan memusingkan diri dengan memikirkan zarnan

Pengolahan daging ikan lele adalah salah satu upaya untuk mengubah image masyarakat terhadap ikan lele yaitu dengan mengolahnya menjadi rolade dengan penambahan

Manfaat ilmu akhlaq: (a) Ilmu akhlaq dapat menyinari orang dalam rnemecalikan kesulitan-kesulitan rutin yang dihadapi manusia dalam kehidupan schari-hari yang berkaitan

Oleh karena itu menyadari betapa pentingnya memilih calon pegawai yang tepat, maka dirancang program aplikasi sistem pendukung keputusan untuk pemilihan. penerimaan pegawai

Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi ini didukung dengan pagu anggaran sebesar Rp38.089.333.390 pada akhir tahun 2015 terealisasi sebesar