• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluhan 2.1.1. Definisi Penyuluhan - Pengaruh Penyuluhan dengan Metode Ceramah tentang Bahaya Narkoba terhadap Pengetahuan dan Sikap Siswa SMA Raksana Medan Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluhan 2.1.1. Definisi Penyuluhan - Pengaruh Penyuluhan dengan Metode Ceramah tentang Bahaya Narkoba terhadap Pengetahuan dan Sikap Siswa SMA Raksana Medan Tahun 2014"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penyuluhan

2.1.1. Definisi Penyuluhan

Penyuluhan berasal dari kata suluh yang berarti obor ataupun alat untuk

menerangi keadaan gelap. Dari asal kata tersebut dapat diartikan bahwa penyuluhan

dimaksudkan untuk memberikan penerangan ataupun penjelasan kepada mereka yang

disuluh, agar tidak lagi berada dalam kegelapan mengenai sesuatu masalah tertentu.

Clear dalam Mundakir (2006 : 56) membuat rumusan bahwa penyuluhan merupakan

pendidikan khusus dalam memecahkan masalah (problem solving) yang berorientasi pada tindakan, yang mengajarkan sesuatu, mendemonstrasikan, dan memotivasi,

tetapi tidak mealakukan pengaturan (regulating) dan tidak melaksanakan program yang non edukatif.

Penyuluhan dapat dilakukan dalam berbagai bidang termasuk dalam bidang

kesehatan. Dalam Depkes (2008 : 1) diungkapkan beberapa definisi penyuluhan

kesehatan seperti di bawah ini :

a. Nyswander mendefinisikan penyuluhan kesehatan adalah suatu proses perubahan

pada manusia yang bertalian dengan tercapainya tujuan-tujuan kesehatan

perorangan dan masyarakat. Penyuluhan kesehatan tidak dapat diberikan oleh

seseorang pada orang lain, maupun serangkaian prosedur-prosedur yang harus

(2)

yang selalu berubah secara dinamis dimana didalamnya seseorang menerima atau

menolak informasi baru, sikap baru dan perilaku baru yang berhubungan dengan

tujuan hidup sehat. Penekanannya pada perubahan perilaku, bagaimana cara

mendorong serta memengaruhi orang lain, sehingga terjadi perubahan perilaku

tercapai tujuan kesehatan seseorang dan masyarakat.

b. Steuart mendefinisikan penyuluhan kesehatan adalah komponen dari

program-program kesehatan dan kedokteran yang memuat usaha-usaha direncanakan

untuk mengubah perilaku individu, kelompok maupun masyarakat luas (apa yang

dirasakan, dipikirkan, dan dikerjakan) dengan tujuan menolong mereka untuk

dapat mencapai tujuan pengobatan, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan

peningkatan kesehatan. Penekanannya bahwa penyuluhan kesehatan merupakan

komponen program-program kesehatan, terencana, mudah dilaksanakan, mudah

mengukur hasilnya, dan perbaikan peningkatan program pendidikan yang akan

datang.

c. L. Green mendefinisikan penyuluhan kesehatan adalah setiap kombinasi

pengalaman belajar yang merangsang penyesuaian secara sukarela dari perilaku

yang sesuai dengan kesehatan. Penekanannya berdasar sukarela dan kesadaran

dalam penysuaian perilaku untuk memajukan kesehatan melalui berbagai

kombinasi pengalaman belajar.

d. Wood mendefinisikan penyuluhan kesehatan adalah sejumlah pengalaman yang

menguntungkan memengaruhi pengetahuan, kebiasaan, dan sikap yang

(3)

adalah bahwa pengalaman-pengalaman yang menguntungkan di dalam kesehatan

dipergunakan untuk memengaruhi orang lain dalam rangka mencapai tujuan

kesehatan.

e. UU No. 36 tahun 2009, penyuluhan kesehatan diselenggarakan guna

meningkatkan pengetahuan, kesdaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat

untuk hidup sehat, dan aktif berperan serta dalam upaya kesehatan. Penyuluhan

kesehatan merupakan kegiatan yang melekat pada setiap kegiatan upaya

kesehatan. Penyuluhan kesehatan diselenggarakan untuk mengubah perilaku

seseorang atau kelompok masyarakat agar hidup sehat melalui komunikasi,

informasi, dan edukasi.

Dari berbagai pengertian diatas, bahwa tujuan penyuluhan kesehatan adalah

adanya perubahan perilaku manusia untuk mencapai hidup sehat yang diperoleh

melalui pengalaman dan proses belajar. Tujuan penyuluhan kesehatan tersebut

adalah:

a. Menjadikan kesehatan sebagai harta atau milik masyarakat yang berharga.

b. Membantu orang (individu) menjadi mampu menjalankan kegiatan-kegiatan

demi kepentingannya, secara individu, kelompok agar menyadari sepenuhnya

makna kesehatan dan berperilaku sehat.

c. Meningkatkan pengembangan dan pemanfaatan fasilitas kesehatan sebagaimana

(4)

2.1.2. Prinsip-prinsip Komunikasi

Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan oleh setiap komunikator dalam

melakukan komonikasi. penggunaan prinsip-prinsip ini dimaksudkan agar

komunikasi yang dilakukan menjadi lebih efektif. Komunikasi dikatakan efektif,

apabila terdapat perubahan sikap pada subjek penerima pesan sesuai dengan

kehendak komunikator (Depkes, 2008:107).

a. Komunikasi harus dapat membangkitkan minat subjek penerima pesan.

Dalam komunikasi sesungguhnya komunikator berfungsi sebagai penjual. Ini

berarti ia harus dapat memasarkan pesan atau gagasan kepada subjek penerima

pesan. Apabila penerima pesan tidak tergugah minatnya untuk menerima

pesan-pesan yang disampaikan oleh komunikator berarti komunikator gagal sebagai

penjual. Oleh karenanya penjual harus dapat menguasai taktik penjualan.

Faktor lain yang ikut pula membangkitkan minat subjek penerima pesan dalam

komunikasi adalah pengakuan terhadap harga di subjek tertentu. Pemikiran ini

bertitik tolak dari suatu pengakuan bahwa setiap manusia itu mempunyai harga

diri. Orang selalu senang apabila dihargai dan diperhatikan. Dalam komunikasi

pengakuan terhadap harga diri subjek penerima pesan sangat penting. Sebaliknya

apabila harga diri penerima pesan tidak diperhatikan oleh komunikator, maka

dapat dipastikan komunikasi itu tidak akan berjalan dengan lancar. Selain

pengaruh terhadap harga diri subjek penerima pesan dalam komunikasi seorang

komunikator harus dapat mendorong rasa ingin tahu dari subjek tersebut. Ini

(5)

terhadap dirinya. Apabila komunikator mampu membangkitkan rasa ingin tahu

dari subjek penerima pesan, maka minat mereka terhadap pesan-pesan yang

disampaikan oleh komunikator akan timbul.

b. Komunikasi harus dapat mengaktifkan alat-alat indera subjek penerima pesan

Prinsip ini bertitik tolak dari suatu anggapan bahwa makin mampu

berkomunikator mengaktifkan alat-alat indera subjek penerima pesan, maka

makin mudah pesan-pesan yang disampaikan diterima dan dipahami oleh subjek

penerima pesan. Untuk mengaktifkan alat-alat subjek penerima pesan, maka

penyampaian pesan-pesan tersebut perlu dibantu dengan alat-alat peraga. Dengan

penggunaan alat peraga tersebut, subjek penerima pesan tidak hanya mendengar

saja, tetapi juga dapat melihat, menghayati dan bahwa mengalami sendiri

terhadap isi pesan yang disampaikan oleh komunikator tersebut bahwa

pesan-pesan tersehut perlu. Suatu studi yang dikemukakan oleh Citrobroto dalam

Depkes (2008) menggunakan kata-kata saja tanpa menggunakan alat peraga

hasilnya kurang lebih 15%. Dan apabila komunikator menggunakan alat peraga

yang dapat dilihat, maka hasilnya meningkat menjadi kurang lebih 55%.

Sedangkan apabila subjek penerima pesan mengalami sendiri, maka hasilnya

menjadi kurang lebih 90%. Atas dasar prinsip diatas, maka komunikasi

seyogyanya dibantu dengan alat-alat peraga. Alat peraga tersebut dapat berupa

alat pandang dengan seperti overhead projector (OHP), film slide projector dan

(6)

c. Pesan-pesan komunikasi harus sudah dipahami dan dimengerti oleh subjek

menerima pesan Prinsip ini bertitik tolak dari suatu pemikiran bahwa pesanpesan

yang mudah dimengerti akan mudah diingat oleh subjek penerima pesan. Agar

pesan pesan itu mudah dimengerti oleh subjek penerima pesan, maka

komunikator melakukan hal-hal berikut :

1. Pesan-pesan disusun secara sistematik. Artinya jelas urutan-urutannya dari

pokok ke bagian-bagian atau sebaliknya. Dan dari deduktif ke induklif atau

sebaliknya

2. Pesan-pesan diuraikan dengan menggunakan ungkapan-ungkapan yang nyata,

misalnya dengan memberikan contoh-contoh ilustrasi, memberi perbandingan

atau menguraikan hal-hal yang berlawanan

d. Pesan-pesan dalam Komunikasi seyogianya selalu diulang-ulang

Prinsip ini bertitik tolak dari pemikiran bahwa pesan-pesan yang selalu

diulang-ulang oleh komunikator akan memudahkan subjek penerima pesan untuk

mengingat pesantersebut. Di dalam komunikasi tidak seluruh pesan yang diulang,

tetapi hanya bagian-bagian yang penting saja yang perlu diulang-ulang. Dengan

pengulangan semacam ini, maka isi pesan yang dipandang penting oleh

komunikator akan mudah diingat oleh subjek penerima pesan.

e. Pesan-pesan yang disampaikan oleh komunikator seyogianya mempunyai nilai

guna kepada subjek penerima pesan. Prinsip ini bertitik tolak dari pemikiran

bahwa pesan-pesan yang dipandang memberikan manfaat kepada diri subjek

(7)

Disamping itu pula pesan-pesan yang dianggap mempunyai manfaat oleh subjek

penerima pesan, akan mudah diingat-ingat dan mudah diresapkan. Oleh karena

itu bagi komunikator perlu memperhatikan sampai berapa jauh kegunaan pesan

tersebut terhadap subjek penerima pesan.

2.1.3. Aspek Penting dalam Komunikasi

Dalam Depkes (2008 :111) Ada beberapa aspek penting dalam komunikasi,

yaitu :

a. Cara Penyajian Pesan

Dalam komunikasi dengan kelompok, komunikator dituntut untuk

menyampaikan pesan-pesannya itu dengan sebaik mungkin. Demikian pula

dalam menyajikan pesan tersebut kepala subjek penerima pesan. Suatu pesan

akan mudah dipahami oleh subjek penerima pesan apabila penyajian pesan itu

menggunakan pola-pola tertentu.

Ada beberapa pola penyajian yang kita gunakan dalam komunikasi diantaranya :

1. Penyajian yang menitikberatkan pada sebab akibat.

Dalam pola penyajian ini komunikator membahas pesannya dari sudut sebab

akibat. Misalnya, pesan yang ingin disampaikan pesan di atas, komunikator

akan membahas, mengapa kita perlu meningkatkan produksi pangan dan apa

akibatnya apabila produksi pangan gagal.

2. Penyajian yang menitik beratkan pada tinjauan bidang tertentu

Dalam penyajian semacam ini, komunikator membahas pesan-pesannya dari

(8)

produksi pangan ditinjau dari bidang kependudukan, pertahanan, kesehatan

dan lain sebagainya.

3. Penyajian yang menitik beratkan kepada pemecahan masalah

Dalam pola penyajian semacam ini, pertama-tama komunikasi membahas

pesannya dengan menggunakan urutan bahasan sebagai berikut :

a. Mengemukakan permasalahan yang sedang dihadapi

b. Mengajukan beberapa data mengenai permasalahan tersebut

c. Mengajukan beberapa altematif pemecahan permasalahan dengan

memberikan gambaran kekuatan dan kelemahan masing-masing altematif

tersebut

d. Memilih salah satu alternatif yang terbaik

4. Penyajian yang menitik beratkan pada aspek tempat.

Dalam pola penyajian ini, komunikasi membahas pesan-pesan dengan

bertolak pada aspek tempat. Misalnya pesan mengenai "Peningkatan

Produksi Pangan". Komunikator dalam menyampaikan pesan itu, memulai

dengan membahas bagaimana peningkatan produksi pangan dilakukan di

Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, Jawa Tengah dan lain sebagainya

5. Penyajian yang menitik beratkan pola aspek waktu

Dalam pola penyajian ini, Komunikator membahas pesan-pesan dengan

menggunakan urutan waktu. Misalnya membahas peningkatan produksi

pangan pada masa perang kemerdekaan, sebelum Orde Baru pada masa Orde

(9)

6. Penyajian yang integral

Dalam pola ini Komunikator membahas pesan-pesan dengan menggunakan

beberapa pola secara integral. Misalnya penyajian pesan menggunakan pola

pemecahan masalah dikembangkan dengan aspek waktu atau tempat.

b. Sistem Penyajian Pesan

Sistematika penyajian dimaksudkan adalah suatu urutan kegiatan yang harus

dilakukan oleh komunikator dalam menyajikan pesannya kepada subjek

penerima pesan. Dionel Croker mengemukakan ada 5 (lima) urutan kegiatan

yang harus dilakukan oleh seorang komunikator sebelum menyajikan suatu pesan

kepada subjek penerima. Kelima urutan kegiatan itu adalah :

1. Persiapan

Dalam tahap ini komunikator menentukan bahan yang akan dijadikan pesan.

Untuk itu ia harus mempersiapkan bahan tersebut dengan mencari

bahan-bahan tersebut dari tulisan-tulisan yang ada di surat kabar, buku-buku,

bahkan kalau perlu ke perpustakaan. Selanjutnya hasil pengumpulan bahan

tersebut kita catat pokok-pokoknya, sehingga fikiran kita mempunyai

kerangka yang jelas terhadap isi pesan yang ingin kita sajikan.

2. Penyusunan

Hasil pengumpulan bahan yang telah kita catat pokok-pokoknya selanjutnya

kita susun dalam suatu susunan yang logik sesuai dengan tujuan kita. Dalam

penyusunan bahan-bahan ini maka perlu diingat mengenai subjek penerima

(10)

diperhatikan gaya penyampaian yang akan kita lakukan. Gaya ini penting

karena akan dapat pula merangsang serta membangkitkan perhatian subjek

penerima pesan.

3. Penyimpanan bahan dalam ingatan

Setelah bahan-bahan tersebut telah tersusun, maka bahan-bahan itu perlu kita

simpan dalam ingatan kita. Penyimpanan bahan tersebut dalam ingatan

dimaksud untuk melancarkan kita dalam menyampaikan pesan. Tetapi

walaupun demikian, ingatan kita itu perlu pula dibantu dengan catatan

bagian-bagian bahan yang penting. Rasa gemetar dan rasa cemas akan dapat

dihilangkan, apabila komunikator, mempunyai kepercayaan terhadap diri

sendiri akan muncul, apabila komunikator menguasai isi pesan yang akan

disampaikan.

4. Tulisan

Seandainya komunikator terpaksa menuliskan pesan itu ke papan tulis, maka

tulisan tersebut harus jelas sehingga dapat dibaca semua subjek penerima

pesan.

5. Suara

Seperti halnya dengan tulisan, maka suara yang diucapkan harus jelas dapat

didengar oleh semua subjek penerima pesan. Demikian pula kata-kata yang

(11)

2.1.4. Efek Komunikasi

Efek komunikasi merupakan setiap perubahan yang terjadi di dalam diri

penerima (komunikan) karena menerima pesan-pesan dari suatu sumber. Perubahan

ini meliputi perubahan pengetahuan sikap, dan perubahan perilaku nyata. Komunikasi

dikatakan efektif apabila menghasilkan efek-efek atau perubahan seperti yang

diharapkan oleh sumber, seperti pengetahuan, sikap atau perilaku, atau ketiganya.

Perubahan di pihak penerima ini diketahui dari tanggapan-tanggapan yang diberikan

penerima sebagai umpan balik (Wiryanto,2006:36).

Ada 4 faktor yang memengaruhi tanggapan menurut Schram dalam Wiryanto

(2006:37) yaitu: pesan, situasi ketika pesan itu diterima dan ditanggapi, kepribadian

komunikan serta konteks kelompok ketika komunikan menjadi kelompoknya.

Menurut Berelson dalam Wiryanto (2006:38) bahwa berbagai jenis saluran

komunikasi bagi berbagai jenis persoalan yang menarik bagi berbagai jenis orang

yang berada dalam berbagai jenis kondisi yang menimbulkan berbagai jenis efek.

Ada 5 faktor penting dalam formulasi Berelson yang dikutip Wiryanto (2006:38)

yaitu :

1. Jenis saluran komunikasi yang digunakan, dalam hal ini efektivitas komunikasi

dalam memengaruhi opini publik berubah-ubah menurut sifat salurannya.

a. Semakin pribadi suatu saluran komunikasi, semakin efektif dalam

(12)

b. Semakin informal suatu saluran komunikasi, semakin efektif dalam

memengaruhi opini publik. Kontak-kontak pribadi yang tidak formal lebih

efektif daripada komunikasi massa yang bersifat formal.

c. Semakin khusus suatu saluran komunikasi, semakin kuat pengaruhnya atas

khalayak dibandingkan dengan saluran komunikasi yang lebih umum.

d. Isi yang sifatnya reportorial (penyampaian apa adanya) umumnya lebih efektif daripada isi yang bersifat editorial (mengandung pendapat lembaga)

atau yang bersifat interpretatif (mengandung pendapat pribadi kolumnis atau

komentator)

e. Peristiwa umumnya lebih efektif daripada kata-kata

f. Isi yang bersifat emosional cenderung lebih efektif dibandingkan dengan isi

yang bersifat rasional

2. Jenis persoalan

Efektivitas komunikasi dalam memengaruhi opini masyarakat berubah-ubah

menurut sifat persoalannya

a. Persoalan yang baru atau belum tersusun (tidak bertalian secara khusus

dengan sikap kelompok) umumnya lebih efektif, sebab untuk jenis persoalan

semacam ini publik belum memiliki kesan atau pengalaman dan karena itu

memiliki daya pengaruh.

b. Komunikasi cenderung lebih efektif bila persoalannya tidak tegas. Dalam hal

(13)

c. Isi komunikasi yang menyangkut pribadi-pribadi umumnya lebih kuat

dibandingkan dengan argumentasi-argumentasi yang bersifat persoalan.

3. Jenis orang

Efektivitas komunikasi dalam memengaruhi opini publik berubah-ubah menurut

sifat orang atau komunikannya.

a. Semakin kuat predisposisi orang terhadap suatu persoalan semakin sulit untuk

diubah. Komunikasi massa biasanya amat efektif untuk memperkuat

predisposisi yang sudah ada daripada mengubahnya

b. Semakin sedikit pengetahuan orang tentang suatu persoalan semakin mudah

komunikasi massa memengaruhi mereka

4. Jenis kondisi

Efektivitas komunikasi dalam memengaruhi opini publik berubah-ubah menurut

sifat kondisinya.

a. Pada umumnya komunikasi yang berlangsung dalam kondisi monopoli lebih

efektif dibandingkan dengan yang berlangsung dalam kondisi pesaingnya.

Agar lebih efektif, kita harus berusaha memperkecil pengaruh para pesaing

tersebut.

b. Penampilan komunikasi yang dibuat-buat, disengaja atau direncanakan sering

kurang efektif dibandingkan dengan penampilan yang dibuat seakan-akan

tanpa disengaja atau direncanakan. Keuntungan psikologisnya adalah akan

(14)

5. Jenis efek

Berdasarkan perspektif dapat dilihat beberapa efek komunikasi :

a. Efek jangka panjang dan efek jangka pendek

b. Efek yang mengubah dan efek yang mempertahankan

c. Efek yang diharapkan dan efek yang tidak diharapkan

d. Efek yang langsung dan efek tidak langsung

e. Efek yang disengaja dan efek yang tidak disengaja

f. Efek besar dan efek kecil

g. Efek dari segi komunikator dan efek dari segi komunikan

2.1.5. Metode Penyuluhan Kesehatan

Metode penyuluhan kesehatan dapat digolongkan berdasarkan teknik

komunikasi, sasaran yang dicapai dan indera penerima dari sasaran promosi (Depkes,

2008:114)

a. Berdasarkan Teknik Komunikasi

1. Metode penyuluhan langsung.

Dalam hal ini para penyuluh langsung berhadapan atau bertatap muka dengan

sasaran. Metode ini dibedakan menjadi 2 yaitu :

a. Metode didaktik

Pada metode didaktik yang aktif adalah orang yang melakukan

penyuluhan kesehatan, sedangkan sasaran bersifat pasif dan tidak

diberikan kesempatan untuk ikut serta mengemukakan pendapatnya atau

(15)

yang terjadi bersifat satu arah (one way method). Contoh metode ini adalah metode ceramah.

b. Metode sokratik

Metode sokratik adalah metode komunikasi dua arah antara yang

memberikan penyuluhan terhadap sasaran, sehingga diharapkan tingkat

pemahaman sasaran terhadap pesan yang disampaikan akan lebih jelas

dan mudah dipahami, diantaranya metode curah pendapat, diskusi,

demonstrasi, simulasi, bermain peran, dan sebagainya, yang akan

dijelaskan sebagai berikut :

1. Diskusi

Diskusi kelompok adalah pembicaraan yang direncanakan dan telah

dipersiapkan tentang suatu topic pembicaraan di antara 15–20 peserta

(sasaran) dengan seorang pemimpin diskusi yang telah ditunjuk.

2. Curah pendapat

Curah pendapat adalah suatu bentuk pemecahan masalah yang

terpikirkan oleh masing–masing peserta, dan evaluasi atas pendapat–

pendapat tadi dilakukan kemudian.

3. Demonstrasi

Demonstrasi adalah suatu cara untuk menunjukkan pengertian, ide,

dan prosedur tentang sesuatu hal yang telah dipersiapkan dengan teliti

(16)

adegan dengan menggunakan alat peraga. Metoda ini digunakan

terhadap kelompok yang tidak terlalu besar jumlahnya.

4. Bermain peran (role playing)

Bermain peran adalah memerankan sebuah situasi dalam kehidupan

manusia dengan tanpa diadakan latihan, dilakukan oleh dua orang

atau lebih untuk dipakai sebagai bahan pemikiran oleh kelompok.

5. Simposium

Simposium adalah serangkaian ceramah yang diberikan oleh 2 sampai

5 orang dengan topik yang berlainan tetapi saling berhubungan.

6. Seminar

Seminar adalah suatu cara dimana sekelompok orang berkumpul

untuk membahas suatu masalah dibawah bimbingan seorang ahli yang

menguasai bidangnya.

7. Studi kasus

Studi kasus adalah sekumpulan situasi masalah yang sedetailnya,

yang memungkinkan kelompok menganalisis masalah itu.

Permasalahan tersebut merupakan bagian dari kehidupan yang

mengandung diagnosis, pengobatan dan perawatan. Dapat

disampaikan secara lisan maupun tertulis, drama, film, dapat juga

berupa rekaman.

2. Metode penyuluhan tidak langsung. Dalam hal ini para penyuluh tidak

(17)

menyampaikan pesannya dengan perantara (media). Umpamanya publikasi

melalui pertunjukan film, media cetak (poster, majalah, buletin, surat kabar)

dan media eletronik (televisi, radio)

3. Berdasarkan jumlah sasaran yang dicapai

a. Pendekatan perorangan

Dalam hal ini para penyuluh kesehatan berhubungan secara langsung

maupun tidak langsung dengan sasaran secara perorangan, antara lain :

kunjungan rumah, hubungan telepon, dan lain-lain.

b. Pendekatan kelompok

Dalam pendekatan ini penyuluh kesehatan berhubungan dengan

sekolompok sasaran. Beberapa metode penyuluhan yang masuk dalam

ketegori ini antara lain : Pertemuan, Demostrasi, Diskusi kelompok,

Pertemuan FGD, dan lain-lain

c. Pendekatan massal

Petugas penyuluh kesehatan menyampaikan pesannya secara sekaligus

kepada sasaran yang jumlahnya banyak. Beberapa metode yang masuk

dalam golongan ini adalah : Pertemuan umum, pertunjukan kesenian,

Penyebaran tulisan/poster/media cetak lainnya, Pemutaran film, dll

4. Berdasarkan indera penerima

(18)

Dalam hal ini pesan diterima sasaran melalui indera penglihatan, seperti :

Penempelan Poster, Pemasangan Gambar/Photo, Pemasangan Koran

dinding, Pemutaran Film

b. Metode pendengaran

Dalam hal ini pesan diterima oleh sasaran melalui indera pendengar,

umpamanya : Penyuluhan lewat radio, Pidato, Ceramah, dl

c. Metode kombinasi. Dalam hal ini termasuk : Demonstrasi cara (dilihat,

didengar, dicium, diraba dan dicoba)

2.1.6. Media Penyuluhan Kesehatan

Media atau alat peraga dalam promosi kesehatan dapat diartikan sebagai alat

bantu untuk promosi kesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa atau

dicium, untuk memperlancar komunikasi dan penyebarluasan informasi (Depkes,

2008:143). Biasanya alat peraga digunakan secara kombinasi, misalnya menggunakan

papan tulis dengan foto dan sebagainya. Tetapi dalam menggunakan alat peraga, baik

secara kombinasi maupun tunggal, ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu : alat

peraga harus mudah dimengerti oleh masyarakat sasaran dan Ide atau gagasan yang

terkandung di dalamnya harus dapat diterima oleh sasaran.

Alat peraga yang digunakan secara baik memberikan keuntungan-keuntungan:

a. Dapat menghindari salah pengertian/pemahaman atau salah tafsir. Dengan contoh

yang telah disebutkan pada bagian atas dapat dilihat bahwa salah tafsir atau salah

pengertian tentang bentuk plengsengan dapat dihindari.

(19)

c. Apa yang diterangkan akan lebih lama diingat, terutama hal-hal yang

mengesankan.

d. Dapat menarik serta memusatkan perhatian.

e. Dapat memberi dorongan yang kuat untuk melakukan apa yang dianjurkan.

Menurut Depkes (2004:62), alat-alat peraga dapat dibagi dalam 4 kelompok

besar :

a. Benda asli, yaitu benda yang sesungguhnya baik hidup maupun mati.

Merupakan alat peraga yang paling baik karena mudah serta cepat dikenal,

mempunyai bentuk serta ukuran yang tepat. Tetapi alat peraga ini kelemahannya

tidak selalu mudah dibawa ke mana-mana sebagai alat bantu mengajar. Termasuk

dalam macam alat peraga ini antara lain :

- Benda sesungguhnya, misalnya tinja di kebun, lalat di atas tinja, dan lain

sebagainya.

- Spesimen, yaitu benda sesungguhnya yang telah diawetkan seperti cacing

dalam botol pengawet, dan lain-lain.

- Sampel yaitu contoh benda sesungguhnya untuk diperdagangkan seperti

oralit, dan lain-lain.

b. Benda tiruan, yang ukurannya lain dari benda sesungguhnya. Benda tiruan bisa

digunakan sebagai media atau alat peraga dalam promosi kesehatan. Hal ini

dikarenakan menggunakan benda asli tidak memungkinkan, misal ukuran benda

asli yang terlalu besar, terlalu berat, dll. Benda tiruan dapat dibuat dari

(20)

c. Gambar/Media grafis, seperti poster, leaflet, gambar karikatur, lukisan, dan

lain-lain.

- Poster adalah sehelai kertas atau papan yang berisikan gambargambar dengan

sedikit kata-kata. Kata- kata dalam poster harus jelas artinya, tepat pesannya

dan dapat dengan mudah dibaca pada jarak kurang lebih 6 meter. Poster

biasanya ditempelkan pada suatu tempat yang mudah dilihat dan banyak

dilalui orang misalnya di dinding balai desa, pinggir jalan, papan

pengumuman, dan lain- lain. Gambar dalam poster dapat berupa lukisan,

ilustrasi, kartun, gambar atau photo. Poster terutama dibuat untuk

memengaruhi orang banyak, memberikan pesan singkat. Karena itu cara

pembuatannya harus menarik, sederhana dan hanya berisikan satu ide atau

satu kenyataan saja. Poster yang baik adalah poster yang mempunyai daya

tinggal lama dalam ingatan orang yang melihatnya serta dapat mendorong

untuk bertindak.

- Leaflet adalah selembaran kertas yang berisi tulisan dengan kalimat-kalimat

yang singkat, padat, mudah dimengerti dan gambar-gambar yang sederhana.

Ada beberapa yang disajikan secara berlipat. Leaflet digunakan untuk

memberikan keterangan singkat tentang suatu masalah, misalnya deskripsi

pengolahan air di tingkat rumah tangga, deskripsi tentang diare dan

penecegahannya, dan lain- lain. Leaflet dapat diberikan atau disebarkan pada

(21)

Posyandu, kunjungan rumah, dan lain-lain. Leaflet dapat dibuat sendiri

dengan perbanyakan sederhana seperti di photo copy.

- Booklet, media cetak yang berbentuk buku kecil. Terutama digunakan untuk topik dimana terdapat minat yang cukup tinggi terhadap suatu kelompok

sasaran. Ciri lain dari booklet adalah : Berisi informasi pokok tentang hal yang dipelajari, Ekonomis dalam arti waktu dalam memperoleh informasi,

Memungkinkan seseorang mendapat informasi dengan caranya sendiri.

Faktor-faktor yang memengaruhi hasil belajar dengan booklet ada beberapa hal antara lain booklet itu sendiri, faktor-faktor atau kondisi lingkungan juga kondisi individual penderita. Oleh karena itu dalam pemakaiannya perlu

mempertimbangkan kemampuan baca seseorang, kondisi fisik maupun

psikologis penderita dan juga faktor lingkungan dimana penderita itu berada.

Di samping itu perlu pula diketahui kelemahan yang ada, oleh karena kadang

informasi dalam booklet tersebut telah kadaluwarsa. Dan pada suatu tujuan instruksional tertentu booklet tidak tepat dipergunakan.

d. Gambar Optik, seperti photo, slide, film, dan lain-lain.

- Photo sebagai bahan untuk alat peraga, photo digunakan dalam bentuk album

dan dokumentasi lepasan

- Slide pada umumnya digunakan untuk sasaran kelompok. Penggunaan slide

cukup effektif, karena gambar atau setiap materi dapat dilihat berkali-kali,

dibahas lebih mendalam. Slide sangat menarik terutama bagi kelompok anak

(22)

- Film meruapakan media yang bersifat menghibur, tapi dapat disisipi dengan

pesan-pesan yang bersifat edukatif. Sasaran media ini adalah kelompok besar,

dan kolosal.

2.1.7. Penyuluhan Narkoba

Penyuluhan narkoba adalah semua upaya secara sadar dan berencana yang

dilakukan untuk memperbaiki perilaku manusia, sesuai prinsip-prinsip pendidikan,

yakni pada tingkat sebelum seseorang menggunakan narkoba, agar mampu

menghindar dari penyalahgunaannya. Sebaliknya perlu kewaspadaan dalam

memberikan informasi dalam penyuluhan tentang narkoba kepada anak dan remaja

karena dapat membangkitkan keingintahuan, lalu mencoba (Depkes, 2006:5)

Beberapa model pendekatan yang dapat digunakan dalam penyuluhan narkoba

adalah sebagai berikut (Depkes, 2006:6) :

a. Pendekatan pemberian informasi

Model ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan tentang penyalahgunaan

narkoba dan efeknya akan membawa perubahan sikap dengan menurunnya

perilaku penyalahgunaan narkoba. Umumnya informasi yang diberikan

cenderung menakut-nakuti.

b. Pendekatan edukasi afektif

Model ini ditujukan pada pengembangan interpersonal dan sosial dengan

meningkatkan :

- Pengertian tentang diri sendiri dan menerimanya melalui konseling

(23)

Pendekatan edukatif saja tidak akan berhasil, oleh karena itu upaya ini harus

dikombinasikan dengan upaya yang menekankan pada kemampuan ketrampilan

sosial dalam mengatasi tekanan dari teman sebaya.

c. Pendekatan alternatif

Model ini bertujuan untuk menjalin kerjasama dalam tim dan meningkatkan rasa

percaya diri melalui berbagai kegiatan seperti relaksasi, meditasi, olah raga dan

pendidikan ketrampilan. Ada 3 kegiatan pada pendekatan ini, yaitu menyediakan

berbagai macam aktifitas sesuai kebutuhan, mendukung remaja untuk mengikuti

kegiatan yang positif, dan memberikan kesempatan untuk mengembangkan

inisiatif sendiri untuk beraktifitas.

Beberapa aktifitas yang dapat diberikan pada pendekatan ini adalah aktifitas

dalam bidang hiburan, akademik, olah raga, kegiatan keagamaan, dan aktifitas

yang berhubungan dengan hobi.

d. Pendekatan ketahanan sosial

Pendekatan ini memperkenalkan situasi dimana penyalahgunaan terjadi karena

penagruh tekanan teman sebaya sangat besar. Tujuan pendekatan ini adalah

meningkatkan ketrampilan diri untuk mampu menolak tawaran narkoba, mampu

menyaakan keinginan dengan cara yang abik dan dapat diterima oleh lingkungan

dan mampu membina komunikasi yang lebih efektif dengan guru, orang tua dan

teman sebaya. Untuk ini perlu dibuat perencanaan bagaimana menghindarkan

diri dari situasi tersebut termasuk mengajarkan ketrampilan bagaimana berkata

(24)

e. Pendekatan peningkatan kemampuan

Pendekatan ini ditekankan pada interaksi diantara individu yang bersangkutan

dan lingkungannya serta penggunaan ketrampilan dalam bersosialisasi.

Tujuannya adalah mengajarkan individu untuk mengetahui bagaimana

mengendalikan masalahnya secara sistematik dalam situasi tertentu, mengajarkan

strategi untuk mengatasi stress dan kecemasan dan mengembangkan ketrampilan

asertif baik verbal maupun non verbal.

Materi penyuluhan narkoba diarahkan tidak hanya pada masalah

penyalahgunaan narkoba (bahaya dan akibatnya) tapi lebih ditujukan pada

pemahaman nilai-nilai, kemampuan mengambil keputusan, kemampuan penyesuaian

diri, tanggung jawab dan pengembangan kepribadian secara menyeluruh. Penyuluhan

narkoba ini bersifat sangat spesifik, berbeda dengan penyuluhan kesehatan lainnya

(Depkes, 2006:17).

Materi pada penyuluhan pada anak remaja adalah sebagai berikut :

a. Pengetahuan tentang prinsip perilaku hidup bersih dan sehat (tidak menggunakan

narkoba, rokok, alkohol dan melakukan seks pra nikah)

b. Pengetahuan dan ketrampilan interpersonal untuk mampu mengambil keputusan

dan menoak bujukan/tawaran yang merugikan kesehatan

c. Pengetahuan mengenai jenis-jenis dan bahaya narkoba

d. Stress dan cara mengatasinya

(25)

f. Ketrampilan berkomunikasi yang efektif dan asertif serta mampu membina

hubungan dengan orang lain.

g. Masalah penyalahgunaan narkoba pada remaja

h. Pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan narkoba di sekolah/

lingkungan.

i. Undang-undang Narkotika dan Psikotropika

j. Nama-nama lembaga dan orang yang bergerak dalam upaya pencegahan dan

penanggulangan narkoba.

2.1.8. Penyuluhan Narkoba dengan Metode Ceramah

Metode ceramah merupakan metode pertemuan yang paling sederhana dan

paling sering diselenggarakan untuk menggugah kesadaran dan minat sasaran

penyuluhan. Pada metode ini penyuluh lebih banyak memegang peran untuk

menyampaikan dan menjelaskan materi penyuluhannya dengan sedikit memberikan

kesempatan kepada sasaran untuk menyampaikan tanggapannya (Murdikanto,

2008:18).

Dalam Depkes (2008:135), ceramah digunakan apabila ingin memberikan

suatu informasi kepada peserta yang dibagi dalam beberapa topik bahasan. Adapun

kelebihan metode ini adalah 1) Mudah mengorganisasinya sehingga relatif efisien dan

sederhana, 2) Waktu dapat dibatasi dan dalam waktu singkat dapat memberikan

banyak informasi, 3) Dapat menjangkau audiens dalam waktu bersamaan, 4) Dapat

dilakukan secara sistematis dengan menggunakan macam-macam alat-alat bantu, 5)

(26)

Menurut Kariyoso (2006:54), ceramah adalah bentuk kegiatan yang

disampaikan seseorang kepada kelompok tertentu berupa satu atau berbagai masalah

yang sifatnya lebih mengandung pendidikan, penerangan dan pengajaran. Dalam

menggunakan metode ceramah seseorang harus menguasai materi dengan sistematika

yang baik serta mempersiapkan alat-alat bantu pengajaran yang dibutuhkan.

Metode ceramah merupakan salah satu metode yang baik untuk kelompok

besar. Kelompok besar yang dimaksud disini adalah apabila peserta itu lebih 15

orang.Metode ini cocok untuk sasaran pendidikan tinggi dan rendah. Metode ini

menguntungkan bila dipergunakan untuk memperkenalkan suatu subjek dengan

memberikan gambaran, sehingga menuntun orang untuk mengambil suatu tindakan,

bersifat informatif dan dapat menghemat waktu karena sebagia peserta dapat diberi

pemahaman pada suatu waktu serta dapat diulang kembali jika ada peserta yang

kurang memahami (Elwees, 2004:43).

2.2. Narkoba

2.2.1. Definisi Narkoba

Istilah narkoba sesuai dengan surat edaran BNN No. SE/03/IV/2002

merupakan akronim dari NARkotika, psiKOtropika, dan Bahan Adiktif lainnya.

narkoba yaitu zat-zat alami maupun kimiawi yang jika dimasukkan ke dalam tubuh

baik dengan cara dimakan, diminum, dihirup, suntik, intravena, dan lain sebagainya,

dapat mengubah pikiran, suasana hati, perasaan dan perilaku seseorang (BNN

(27)

2.2.2. Jenis-Jenis Narkoba

Pada dasarnya obat-obatan yang tergolong narkoba itu digunakan untuk

kepentingan medis atau pengobatan. adapun kegunaannya adalah untuk

menghilangkan rasa sakit. Tetapi apabila pengguna narkoba diluar dari hal-hal media

dan tanpa mengikuti dosis yang seharusnya akan dapat menimbulkan kerusakan fisik,

mental dan sikap hidup masyarakat. Narkoba yang popular pada masyarakat terdiri

dari tiga golongan yaitu : Narkotika, psikotropika dan bahan-bahan adiktif lainnya.

1. Narkotika

Berdasarkan UU No. 35 tahun 2009 tentang narkotika, Narkotika adalah zat atau

obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis

yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,

mengurangi sampai menghilangkan rasa ngeri dan dapat menimbulkan

ketergantungan (BNN, 2009:32).

Jenis narkotika di bagi atas 3 golongan :

a. Narkotika Golongan I

Narkotika golongan I adalah Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan

pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak didunakan dalam terapi merupakan

jenis narkotika yang paling berbahaya, daya adiktif sangat tinggi menyebabkan

ketergantunggan Dan jenis narkotika yang paling sering disalahgunakan adalah

(28)

1. Ganja

Nama Lain dari ganja adalah marijuana, hashis, gele dan sebagianya.

Marijuana adalah suatu bahan berbentuk bubuk (powder) kering berwarna putih kehijauan dan abu-abu yang diekstrak dari bunga dan daun tanaman

Cannabis Sativa. Bahan kimia aktif dalam marijuana adalah

delta-9-tetrahydrocanabinol (THC) yang dapat memengaruhi suasana hati manusia

dan memengaruhi cara orang tersebut melihat dan mendengar hal- hal

disekitarny dan akan merangsang reaksi sek saraf sehingga menyebabkan

penderita berkeinginan untuk menggunakan obat tersebut secara terus

menerus. Penggunaana dilakukan dengan cara menghisap dari gulungan

menyerupai rokok atau dapat dihisap dengan menggunakan pipa rokok.

Penggunaan ganja Dosis rendah hanya berpengaruh pada rasa nyaman,

euphoria , dan santai, tetapi gejala ini sulit dideteksi. Pada dosis yang lebih

besar euforia, santai, keringanan stres dan rasa sakit, nafsu makan bertambah,

kerusakan pada kemampuan bergerak, kebingungan, hilangnya konsentrasi,

meningkatnya denyut nadi,keseimbangan dan koordinasi tubuh yang buruk

(Darmono,2006:31). Penggunaan ganja akan mengalami gejala psikologik

yaitu euphoria, halusinasi, merasa dirinya hebat, merasa waktu berlalu

dengan lambat, bersikap acuh tak acuh, masa bodoh tidak peduli terhadap

fungsi mahluk sosialnya (apatis) dan berperilaku maladaptif yaitu tidak dapat

menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya secara wajar (Hawari,

(29)

2. Heroin/Putau

Heroin adalah salah stu diantara narkotika yang paling banyak

disalahgunakan para penagih di Indonesia akhir-akhir ini dan sangat adiktif.

Heroin bertindak memengaruhi otak sehingga menghasilkan efek

menyenangkan dan menghilangkan rasa nyeri, nama popular heroin di

Indonesia adalah putaw. Penggunaan heroin umumnya secara injeksi

intravena (mainling), intra maskuler dihisap dengan pipa, dicampur dengan

ganja atau rokok, asapnya diinhalasi dengan pipet atau serbuknya langsung

dihirup melalui hidung. Efek yang dialami setelah diinjeksi para penagih

akan mengalami eufaria disertai panas pada kulit, mulut kering, anggota

badan terasa berat, fungsi mental turun karena depresi SSP, bicara lambat dan

kaku, kontriksi pupil mata, kelopak mata, gangguan pengelihatan, muntah

dan sembelit (Hawari, 2001:24).

Heroin, yang secara farmakologis mirip dengan morfin menyebabkan

orang menjadi mengantuk dan perubahan mood yang tidak menentu.

Pembuatan, penjualan dan pemilikan heroin adalah ilegal, namun heroin tetap

tersedia bagi pasien dengan penyakit kanker stadium lanjut karena efek

analgesik dan mempunyai sifat nyaman (euphoria) yang baik (BNN, 2009:36)

Pengaruh jangka panjang dari penggunaan heroin adalah dapat

(30)

olah dikejar – kejar atau ada kekuatan lain), rendahnya motivasi, dan perilaku

yang tidak terduga.

Pengaruh terhadap sisitem tubuh manusia adalah :

- Pada sisitem syaraf pusat dapat menyebabkan hilangnya memori dan

ketidak mampuan membedakan yang penting dengan yang tidak,

gangguan penghayatan akan waktu dan ruang, dan dapat menyebabkan

kerusakan otak.

- Pada sistem pernafasan dapat meningkatkan resiko penyakit paru kronis

(bronkitis, kanker) lebih besar dari pada perokok.

- Pada sisitem reproduksi dapat mengakibatkan berkurangnya kadar

hormone testosteron dan jumlah spermatozoa sehinga dapat mengurangi

kesuburan pada laki – laki. Sedangkan pada perempuan dapat terjadi

gangguan haid, resiko ketidak suburan, dan menyebabkan gangguan

syaraf pada bayi dari ibu pemakai ganja, ibu menyusui mengalirkan

THC pada bayinya.

3. Kokain

Kokain tergolong stimulansia (meningkatkan aktivitas otak dan fungsi

organ tubuh lain). Menurut undang–undang kokain termasuk narkotika

golongan I, berbentuk kristal putih, yang digunakan dengan cara disedot

melalui hidung, pada saat merokok, dan disuntikkan. Cepat menyebabkan

ketergantungan (Martono, 2006:17). Kokain ini banyak di salahgunakan

(31)

diekstrasikan dari tanaman spesies coca yaitu Erythroxylum coca. Yang paling sering kokain digunakan lewat inhalasi, dan kokain itu diabsorpsi

lewat mukosa hidung dan masuk dalam darah, dan cepat didistribusikan ke

otak. Penggunaan dosis rendah berpengaruh pada badan lebih fit, segar, kuat,

bersemangat, hilang rasa mengantuk dan tidak terasa lapar (Darmono,

2006;34).

Pengaruh jangka panjang dari penggunaan cocain adalah :

- Tubuh gemetar, sakit kepala, dan mual.

- Kemampuan tubuh untuk menangkal infeksi menurun, dan berat badan

menurun karena selera makan berkurang, ketergantungan.

- Paranoid (perasaan seolah – olah dianiaya atau memliki kekuasaan)

- Pengaruhnya pada sistem tubuh manusia adalah :

a) Pada sistem syaraf dapat merangsang fungsi otak, dan dapat

menyebabkan amnesia, sakit jiwa, dan kerusakan tetap pada otak

dan sistem syaraf.

b) Pada sistem pernafasan, dapat menyebabkan pernafasan terganggu,

berhenti, dan dapat menyebabkan batuk.

c) Pada sistim jantung dan pembuluh darah, dapat mengakibatkan

jantung berdebar – debar, kerja jantung meningkat dan lebih cepat,

sehingga dapat terjadi serangan jantung dan kematian.

d) Pada sistim reproduksi, dapat meningkatkan resiko terjadinya

(32)

dilahirkan menjadi ketergantungan terhadap kokain dan

menyebabkan kerusakan berbagai organ tubuh setelah anak

bersekolah, ia sulit belajar dan ada gangguan perilaku.

b. Narkotika Golongan II

Narkotika golongan II adalah narkotika yang memilki daya adiktif kuat,

tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : petidin dan

turunannya, benzetidin, betametadol.

c. Narkotika golongan III

Narkotika golongan III : adalah narkotika yang memiliki daya adiktif

ringan, tetapi dapat bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : codein

dan turunannya (Martono, 2006:20). Kodein mempunyai tempat terhormat di

dunia kadokteran dan banyak untuk manahan batuk (antitusif) dan penghilang

rasa sakit (analgesik), walaupun zat ini cukup populer, tetapi mempunyai sifat –

sifat asalnya yang dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan, oleh karena

itu penggunaan kodein masih diawasi oleh lembaga – lembaga nasional dan

internasional (Tanjung, 2002:12).

2. Psikotropika

Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis, bukan

narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf

pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan prilaku,

digunakan untuk mengobati gangguan jiwa (BBN Sumatera Utara, 2013:22).

(33)

a. Golongan I

Psikotropika dengan daya adiktif yang sangat kuat untuk menyebabkan

ketergantungan, belum diketahui manfaatnya untuk pengobatan, dan sedang

diteliti khasiatnya seperti esktasi (menthylendioxy menthaphetamine dalam

bentuk tablet atau kapsul), sabu-sabu (berbentuk kristal berisi zat

menthaphetamin).

b. Golongan II

Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi

untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan

sindroma ketergantungan (contoh: amfetamin dan metilfenidat atau ritalin).

c. Golongan III

Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam

terapi untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang

mengakibatkan sindroma ketergantungan (contoh: pentobarbital dan

flunitrazepam).

d. Golongan IV

Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam

terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan

mengakibatkan sindrom ketergantungan (Contoh: diazepam, bromazepam,

fenobarbital, klonazepam, klordiazepoxide, nitrazepam) (Martono, 2006:24).

(34)

a. Ectasy

Ecstasy dikemas dalam bentuk tablet dan ada juga yang berbentuk kapsul.

Penggunaanya dilakukan dengan cara menelan. Efeknya terhadap tubuh adalah,

berkeringat, mulut kering, rasa haus meningkat, rahang kaku, tekanan darah,

detak jantung, dan suhu tubuh meningkat, mata berair, kelebihan tenaga, dan

kehilangan nafsu makan. Efek psikologinya adalah, pengguna merasa santai,

gembira, hangat, bertenaga, dan menggambarkan perasaan saling mengerti

diantara mereka. Setelah mencapai puncak 2-4 jam pemakai akan mengalami

depresi dan kelesuan pada otak.

b. Shabu-shabu

Shabu-shabu adalah jenis psikotropika yang mengandung methyl

amphethanin berbentuk kristal putih. Penggunaanya dengan cara dibakar dengan

menggunakan alumunium foil dan aspnya dihisap atau dibakar dengan

menggunakan botol kaca yang khusus. Gejala yang dialami pengguna

shabu-shabu adalah badannya merasa lebih kuat dan energik, rasa percaya diri

meningkat, berkeringat secara berlebihan, nafsu makan berkurang akibatnya

badan menjadi kurus, susah tidur tekanan darahnya meningkat, dan mengalami

gangguan pada fungsi sosia dan pekerjaan.

Pengaruh segera setelah pemakaian shabu–shabu adalah menyebabkan

perasaan gembira, mudah tersinggung, dan cemas, meningkatkan denyut jantung,

tekanan darah, dan pernapasan, selera makan berkurang, mulut kering,

(35)

melebar. Pengaruh jangka panjang pemakaian sabu-sabu adalah gelisah, mudah

curiga (paranoid), dorongan untuk melakukan bunuh diri, kurang gizi, halusinasi

(penglihatan atau pendengaran semu), agresif, dapat melakukan tindakan keji,

akal sehat hilang dan ketergantungan dan gejala putus zat (murung dan letih).

Pengaruh pada sistem tubuh manusia adalah:

- Pada sistem syaraf pusat, dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah

otak, sehingga terjadi stroke.

- Pada sistem jantung dan pembuluh darah, dapat menyebabkan nyeri dada,

dan meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah.

- Pada sistem pernafasan, dapat menyebabkan tertekannya sistem pernafasan

sehingga kesadaran menghilang, dan meninggal.

- Pada sistim reproduksi, dapat meningkatkan resiko bayi lahir prematur,

cacat, mati dalam kandungan, atau meninggal setelah lahir.

3. Zat adiktif lainnya

Zat adiktif adalah bahan-bahan aktif atau obat yang dalam organisme hidup

menimbulkan kerja biologi yang apabila disalahgunakan dapat menimbulkan

ketergantungan (adiksi), yakni keinginan untuk menggunakan kembali secara

terus-menerus. Dan jenis zat adiktif yang paling sering disalahgunakan adalah

sebagai berikut :

(36)

b. Inhalen

Zat-zat yang disedot melalui hidung : Hidrokarbon alifatis (yang terdapat di

lem, pelumas bensin, aerosol, semir sepatu), Halogen hidrokarbon (yang

terdapat dalam minyak pelumas, freon, pendingin AC, Lemari es), Nitrat

alifatis (yang terdapat dalam pengharum ruangan), Keton, Ester, Glytol.

c. Rokok

Benda beracun yang memberi efek santai dan sugesti merasa lebih jantan. Di

dalam rokok terdapat racun berbahaya seperti : Nikotin, Karbon monoksida,

Karbondioksida, Asam biru, Arsenic, Zat ari belerang, Berbagai amonial

d. Obat penenang (obat tidur, pil koplo, Nipam, Valium, Lexotan, dan lain-lain)

2.2.3. Bahaya Narkoba

Bahaya dan akibat dari penyalahgunaan narkoba dapat bersifat bahaya pribadi

bagi si pemakai dan dapat pula berupa bahaya sosial terhadap masyarakat atau

lingkungan (Makaro, 2003:26) Secara umum, dampak kecanduan narkoba dapat

terlihat pada keadaan fisik, psikis maupun keadaan sosial seseorang.

1. Secara fisik :

a. Gangguan pada system syaraf (neurologis) seperti: kejang-kejang,

halusinasi, gangguan kesadaran, kerusakan syaraf tepi.

b. Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) seperti:

infeksi akut otot jantung, gangguan peredaran darah.

c. Gangguan pada kulit (dermatologis) seperti : penanahan (abses), alergi,

(37)

d. Gangguan pada paru-paru (pulmoner) seperti : penekanan fungsi pernapasan,

kesukaran bernafas, pengerasan jaringan paru-paru

e. Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, murus-murus, suhu tubuh

meningkat, pengecilan hati dan sulit tidur

f. Dampak terhadap kesehatan reproduksi adalah gangguan padaendokrin,

seperti: penurunan fungsi hormon reproduksi (estrogen, progesteron,

testosteron), serta gangguan fungsi seksual

g. Dampak terhadap kesehatan reproduksi pada remaja perempuan antara lain

perubahan periode menstruasi, ketidakteraturan menstruasi, dan amenorhoe

(tidak haid)

h. Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya pemakaian jarum

suntik secara bergantian, risikonya adalah tertular penyakit seperti hepatitis

B, C, dan HIV yang hingga saat ini belum ada obatnya

2. Secara Psikis :

a. Lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang dan gelisah

b. Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga

c. Agitatif, menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal

d. Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan

e. Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri

3. Secara Sosial :

a. Gangguan mental, anti-sosial dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan

(38)

2.2.4. Penyalahgunaan Narkoba

Penyalahgunaan Narkoba merupakan masalah yang kompleks dan memiliki

dimensi yang luas, baik dari sudut medik, psikiatrik, kesehatan jiwa, maupun

psikososial. Penyalahgunaan Narkoba menimbulkan dampak antara lain, merusak

hubungan kekeluargaan, menurunkan kemampuan belajar, ketidakmampuan untuk

membedakan mana yang baik dan buruk, perubahan perilaku menjadi anti sosial,

merosotnya produktivitas kerja, gangguan kesehatan, mempertinggi kecelakaan lalu

lintas, kriminalitas dan tindak kekerasan lainnya, baik kuantitatif maupun kualitatif

(Hawari, 2001:28)

Anak muda pada umunya sangat rentan terhadap pengaruh perubahan.

Lingkungan pergaulan sering mempunyai pengaruh kuat dalam perilaku mereka.

Emosi yang masih meluap-luap, keinginan untuk mencoba sesuatu yang baru,

kecenderungan hanya berpikir linier sehingga muda terprovokasi merupakan

beberapa ciri umum yang sering mereka alami. Belum lagi masalah sosial lingkungan

dan keluarga, yang sering bermuara pada rasa keterasingan mereka, sehingga mereka

cenderung mencari alternatif pemecahannya secara pintas, sepihak, tanpa

mempertimbangkan matang-matang kemungkinan akibat yang dapat timbul. Kondisi

semacam ini sudah barang tentu, sering menjadi sasaran empuk bagi bandar narkoba.

Sekali mencoba narkoba berisiko timbul keinginan untuk mencoba dan mencoba lagi

sehingga akhirnya timbul ketagihan dan ketergantungan. Pada umumnya, baru timbul

(39)

berada dalam cengkraman ketergantungan yang tidak bisa ditinggalkan (Sasangka,

2003:17)

2.2.5. Faktor – faktor Penyebab Penyalahgunaan Narkoba

Menurut pendapat Afiatin (2008:16), bahwa secara garis besar ada tiga faktor

yang memengaruhi terjadinya penyalahgunaan Narkoba pada remaja, yakni faktor

Narkobanya sendiri, faktor lingkungan dan faktor individual.

1. Narkoba menjadi faktor terjadinya penyalahgunaan Narkoba karena

pemakaiannya menimbulkan efek atau sensasi tertentu sehingga pengguna

terdorong untuk mencari dan menikmati sensasi-sensasi baru itu. Hal ini seperti

telah diungkapkan sebelumnya karena Narkoba bersifat adiktif yakni

menimbulkan ketagihan atau ketergantungan. Mudahnya mendapatkan Narkoba

ditengarai sebagai faktor yang snagat penting bagi terjadinya tindak

penyalahgunaan Narkoba pada remaja.

2. Lingkungan menjadi faktor penting dalam memengaruhi tindak penyalahgunaan

narkoba bagi remaja. Lingkungan yang paling dekat dengan remaja adalah

keluarga dan kelompok teman sebaya. Faktor resiko dalam keluarga penyebab

penyalahgunaan narkoba, antara lain model dari orangtua atau saudara yang

pernah memakai narkoba, sikap orangtua yang permisif terhadap penggunaan

narkoba, kurangnya peratian orangtua terhadap anak-anaknya, penerapan

hukuman terhadap anak yang terlalu sering serta orangtua yang otoriter. Selain

faktor keluarga, teman sebaya merupakan faktor resiko tinggi penyalahgunaan

(40)

3. Kepribadian individu meliputi perkembangan fisik dan mental yang labil,

kegagalan cita-cita, cinta, prestasi, jabatan dan lain-lain, menutup diri dengan

dari lari dari kenyataan, kekurangan informasi tentang penyalahgunaan obat

keras, bertulang dengan sensasi yang penuh resiko dalam mencari identiias

kepribadian, kurangnya rasa disiplin, kepercayaan agamanya minim

menyebabkan remaja menyalahgunakan narkoba.

2.2.6. Upaya Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba

Upaya penanggulangan penyalahgunaan narkoba paya penanggulangan

penyalahgunaan narkoba (Afiatin, 2008:43) antara lain :

a. Promotif (Pembinaan)

Disebut juga program preemtif atau program pembinaan. Program ini ditujukan

kepada masyarakat yang belum memakai narkoba, atau bahkan belum mengenal

narkoba. Prinsipnya adalah dengan meningkatkan peranan atau kegiatan agar

kelompok ini secara nyata lebih sejahtera sehingga tidak pernah berpikir untuk

memperoleh kebahagiaan semu dengan memakai narkoba.

b. Preventif (Pencegahan)

Disebut juga program pencegahan. Program ini ditujukan kepada masyarakat

sehat yang belum mengenal narkoba agar mengetahui seluk beluk narkoba

sehingga tidak tertarik untuk menyalahgunakan.

c. Kuratif (Pengobatan)

Disebut juga program pengobatan. Program kuratif ditujukan kepada pemakai

(41)

penyakit sebagai akibat dari penggunaan narkoba, sekaligus menghentikan

pemakaian narkoba.

d. Rehabilitatif ( Pemulihan)

Rehabilitasi adalah upaya pemulihan kesehatan jiwa dan raga yang ditujukan

kepada pemakai narkoba yang sudah menjalani program kuratif. Tujuannya agar

tidak memakai lagi dan bebas dari penyakit ikutan yang disebabkan oleh bekas

pemakaian narkoba.

e. Represif (Penindakan)

Program represif adalah program penindakan terhadap produsen, bandar,

pengedar, dan pemakai berdasarkan hukum.

2.3. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari penginderaan manusia yaitu penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengalaman manusia

diperoleh melalui mata dan telinga. Penglihatan atau kognitif merupakan dominan

yang sangat penting dalam bentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2010:142).

Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu dan pengalaman seseorang dalam melakukan penginderaan dalam suatu rangsang tertentu. Pengetahuan kognitif

merupakan dominan yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang

(42)

a. Tahu (know)

Merupakan mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk

ke dalam tingkatan ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh

karena itu, tahu merupakan tingkat pengalaman yang paling rendah.

b. Memahami (comprehension)

Merupakan suatu kemampuan nutuk menjelaskan secara benar obyek yang

diketahui. Orang telah paham akan objek atau materi harus mampu menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap

objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (application)

Kemampuan dalam menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan

kondisi yang sebenarnya.

d. Analisis (analysis)

Kemampuan dalam menjabarkan materi atau suatu objek dalam

komponen-komponen, dan masuk ke dalam struktur organisasi tersebut.

e. Sintesis (synthesis)

Kemampuan dalam meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam

suatu bentuk keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi (evaluation)

Kemampuan dalam melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek

(43)

Menurut Rogers dalam Notoatmodjo (2010:54), pengetahuan dapat dibedakan

menjadi 3 jenis, yaitu :

a. Awareness knowledge (Pengetahuan kesadaran), yaitu pengetahuan akan keberadaan suatu inovasi. Pengetahuan jenis akan memotivasi individu untuk

belajar lebih banyak tentang inovasi dan kemudian akan mengadopsinya. Pada

ini inovasi diperkenalkan pada masyarakat tetapi tidak ada informasi yang pasti

tentang produk tersebut. Karena kurangnya informasi tersebut maka masyarakat

tidak merasa memerlukan inovasi tadi. Rogers menyatakan bahwa untuk

menyampaikan keberadaan inovasi akan lebih efektif disampaikan melalui media

massa seperti radio, televisi, koran atau majalah. Sehingga masyarakat akan lebih

cepat mengetahui keberadaan suatu inovasi.

b. How-to-knowlegde (Pengetahuan pemahaman), yaitu pengetahuan tentang bagaimana cara menggunakan suatu inovasi dengan benar. Rogers memandang

pengetahuan jenis ini penting dalam proses keputusan inovasi. Untuk lebih

meningkatkan peluang pemakaian sebuah inovasi maka individu harus memiliki

pengetahuan ini dengan cukup tentang penggunaan inovasi ini.

c. Principles-knowledge (Prinsip dasar), yaitu pengetahuan tentang prinsip-prinsip keberfungsian yang mendasari bagaimana dan mengapa suatu inovasi dapat

(44)

2.4. Sikap

Sikap adalah keteraturan tertentu dalam hal perasaan, pemikiran, dan

predisposisi tindakan seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya

(Azwar, 2007:85). Menurut Notoatmodjo (2010:146) sikap merupakan reaksi atau

respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek.

Sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu:

a. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan sti ulus yang

diberikan (objek).

b. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas

yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha

untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas

pekerjaan itu benar atau salah, adalah bahwa orang menerima ide tersebut.

c. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah

adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

d. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala resiko

(45)

2.5. Landasan Teori

Menurut David K. Berlo dalam Effendy (2003:256), penambahan

pengetahuan dapat dilakukan dengan pemberian informasi (stimulus). Pemberian

komunikasi ini dapat digambarkan dengan model S-M-C-R. Model ini adalah

singkatan dari Source (sumber), Message (pesan), Channel (saluran), dan Receiver

(penerima). Sebagaimana diungkapkan Berlo, sumber adalah pihak yang menciptakan

pesan, baik seseorang ataupun suatu kelompok. Pesan adalah terjemahan gagasan ke

dalam kode simbolik, seperti bahasa atau isyarat, saluran adalah medium yang

membawa pesan, dan penerima adalah orang yang menjadi sasaran komunikasi

(Effendy, 2003:256).

Menurut model S-M-C-R, sumber (komunikator) dan penerima pesan

(komunikan) dipengaruhi oleh faktor-faktor ketrampilan komunikasi, sikap,

pengetahuan, sistem sosial dan budaya. Pesan dikembangkan berdasarkan elemen,

struktur, isi, perlakuan, dan kode. Salurannya berhubungan dengan panca indra :

melihat, mendengar, menyentuh, membaui, dan merasai (merasapi) (Mulyana,

2011:162).

Salah satu kelebihan model S-M-C-R ini adalah model ini tidak terbatas pada

komunikasi publik atau komunikasi massa, namun juga komunikasi antarpribadi dan

berbagai komunikasi tertulis. Model ini bersifat heuristik (merangsang penelitian),

karena merinci unsur-unsur yang penting dalam komunikasi. Model ini dapat

(46)

pesan yang dikirimkan kepadanya, atau meneliti ketrampilan pembicara

(komunikator) (Mulyana, 2011:163).

Gambar 2.1. Model Komunikasi S-M-C-R

2.6. Kerangka Konsep

Berdasarkan landasan teori di atas maka dapat dirumuskan kerangka

penelitian serta variabel-variabel yang akan diteliti, seperti pada gambar berikut :

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

Penyuluhan dengan Metode Ceramah

Pengetahuan dan Sikap tentang Bahaya Narkoba Pengetahuan dan Sikap

Gambar

Gambar 2.1. Model Komunikasi S-M-C-R

Referensi

Dokumen terkait

Cell morphology can be used to evaluate the effect of strawberry wine water extract as anti-inflammatory in LPS-induced RAW 264.7 cells (Figure 2.).. This observation can be

Dalam Movescount, Anda dapat membuat mode olahraga pilihan, mengedit mode olahraga yang telah ditetapkan sebelumnya, menghapus mode olahraga, atau hanya menyembunyikannya agar

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, jumlah pemesanan yang optimal dari oksigen adalah 2019 botol untuk sekali pesan dan pemesanan dilakukan pada saat

 Kabel berfungsi untuk menyambungkan bahangian-bahagian utama ke subutama dan subutama ke litar akhir dan litar akhir alat-alat kawalan, alat tambah dan alat mudahalih. 

AIDS adalah penyakit hilangnya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus). HIV merupakan anggota dari famili Retroviridae,

Apabila remaja tidak dapat menyesuaikan diri dengan perubahan fisik yang terjadi pada dirinya, seperti yang telah dipaparkan di atas, remaja akan mengalami tingkat emosi

interactive model of Miles and Huberman in the form of data reduction, data presentation and verification. To check data validity with increasing persistence /

Sementara untuk tujuan makalah ini adalah merancang Sinkronisasi dan CS pada audio watermarking, menganalisis kualitas audio yang sudah disisipkan watermark dibandingkan