BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penyuluhan
2.1.1. Definisi Penyuluhan
Penyuluhan berasal dari kata suluh yang berarti obor ataupun alat untuk
menerangi keadaan gelap. Dari asal kata tersebut dapat diartikan bahwa penyuluhan
dimaksudkan untuk memberikan penerangan ataupun penjelasan kepada mereka yang
disuluh, agar tidak lagi berada dalam kegelapan mengenai sesuatu masalah tertentu.
Clear dalam Mundakir (2006 : 56) membuat rumusan bahwa penyuluhan merupakan
pendidikan khusus dalam memecahkan masalah (problem solving) yang berorientasi pada tindakan, yang mengajarkan sesuatu, mendemonstrasikan, dan memotivasi,
tetapi tidak mealakukan pengaturan (regulating) dan tidak melaksanakan program yang non edukatif.
Penyuluhan dapat dilakukan dalam berbagai bidang termasuk dalam bidang
kesehatan. Dalam Depkes (2008 : 1) diungkapkan beberapa definisi penyuluhan
kesehatan seperti di bawah ini :
a. Nyswander mendefinisikan penyuluhan kesehatan adalah suatu proses perubahan
pada manusia yang bertalian dengan tercapainya tujuan-tujuan kesehatan
perorangan dan masyarakat. Penyuluhan kesehatan tidak dapat diberikan oleh
seseorang pada orang lain, maupun serangkaian prosedur-prosedur yang harus
yang selalu berubah secara dinamis dimana didalamnya seseorang menerima atau
menolak informasi baru, sikap baru dan perilaku baru yang berhubungan dengan
tujuan hidup sehat. Penekanannya pada perubahan perilaku, bagaimana cara
mendorong serta memengaruhi orang lain, sehingga terjadi perubahan perilaku
tercapai tujuan kesehatan seseorang dan masyarakat.
b. Steuart mendefinisikan penyuluhan kesehatan adalah komponen dari
program-program kesehatan dan kedokteran yang memuat usaha-usaha direncanakan
untuk mengubah perilaku individu, kelompok maupun masyarakat luas (apa yang
dirasakan, dipikirkan, dan dikerjakan) dengan tujuan menolong mereka untuk
dapat mencapai tujuan pengobatan, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan
peningkatan kesehatan. Penekanannya bahwa penyuluhan kesehatan merupakan
komponen program-program kesehatan, terencana, mudah dilaksanakan, mudah
mengukur hasilnya, dan perbaikan peningkatan program pendidikan yang akan
datang.
c. L. Green mendefinisikan penyuluhan kesehatan adalah setiap kombinasi
pengalaman belajar yang merangsang penyesuaian secara sukarela dari perilaku
yang sesuai dengan kesehatan. Penekanannya berdasar sukarela dan kesadaran
dalam penysuaian perilaku untuk memajukan kesehatan melalui berbagai
kombinasi pengalaman belajar.
d. Wood mendefinisikan penyuluhan kesehatan adalah sejumlah pengalaman yang
menguntungkan memengaruhi pengetahuan, kebiasaan, dan sikap yang
adalah bahwa pengalaman-pengalaman yang menguntungkan di dalam kesehatan
dipergunakan untuk memengaruhi orang lain dalam rangka mencapai tujuan
kesehatan.
e. UU No. 36 tahun 2009, penyuluhan kesehatan diselenggarakan guna
meningkatkan pengetahuan, kesdaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat
untuk hidup sehat, dan aktif berperan serta dalam upaya kesehatan. Penyuluhan
kesehatan merupakan kegiatan yang melekat pada setiap kegiatan upaya
kesehatan. Penyuluhan kesehatan diselenggarakan untuk mengubah perilaku
seseorang atau kelompok masyarakat agar hidup sehat melalui komunikasi,
informasi, dan edukasi.
Dari berbagai pengertian diatas, bahwa tujuan penyuluhan kesehatan adalah
adanya perubahan perilaku manusia untuk mencapai hidup sehat yang diperoleh
melalui pengalaman dan proses belajar. Tujuan penyuluhan kesehatan tersebut
adalah:
a. Menjadikan kesehatan sebagai harta atau milik masyarakat yang berharga.
b. Membantu orang (individu) menjadi mampu menjalankan kegiatan-kegiatan
demi kepentingannya, secara individu, kelompok agar menyadari sepenuhnya
makna kesehatan dan berperilaku sehat.
c. Meningkatkan pengembangan dan pemanfaatan fasilitas kesehatan sebagaimana
2.1.2. Prinsip-prinsip Komunikasi
Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan oleh setiap komunikator dalam
melakukan komonikasi. penggunaan prinsip-prinsip ini dimaksudkan agar
komunikasi yang dilakukan menjadi lebih efektif. Komunikasi dikatakan efektif,
apabila terdapat perubahan sikap pada subjek penerima pesan sesuai dengan
kehendak komunikator (Depkes, 2008:107).
a. Komunikasi harus dapat membangkitkan minat subjek penerima pesan.
Dalam komunikasi sesungguhnya komunikator berfungsi sebagai penjual. Ini
berarti ia harus dapat memasarkan pesan atau gagasan kepada subjek penerima
pesan. Apabila penerima pesan tidak tergugah minatnya untuk menerima
pesan-pesan yang disampaikan oleh komunikator berarti komunikator gagal sebagai
penjual. Oleh karenanya penjual harus dapat menguasai taktik penjualan.
Faktor lain yang ikut pula membangkitkan minat subjek penerima pesan dalam
komunikasi adalah pengakuan terhadap harga di subjek tertentu. Pemikiran ini
bertitik tolak dari suatu pengakuan bahwa setiap manusia itu mempunyai harga
diri. Orang selalu senang apabila dihargai dan diperhatikan. Dalam komunikasi
pengakuan terhadap harga diri subjek penerima pesan sangat penting. Sebaliknya
apabila harga diri penerima pesan tidak diperhatikan oleh komunikator, maka
dapat dipastikan komunikasi itu tidak akan berjalan dengan lancar. Selain
pengaruh terhadap harga diri subjek penerima pesan dalam komunikasi seorang
komunikator harus dapat mendorong rasa ingin tahu dari subjek tersebut. Ini
terhadap dirinya. Apabila komunikator mampu membangkitkan rasa ingin tahu
dari subjek penerima pesan, maka minat mereka terhadap pesan-pesan yang
disampaikan oleh komunikator akan timbul.
b. Komunikasi harus dapat mengaktifkan alat-alat indera subjek penerima pesan
Prinsip ini bertitik tolak dari suatu anggapan bahwa makin mampu
berkomunikator mengaktifkan alat-alat indera subjek penerima pesan, maka
makin mudah pesan-pesan yang disampaikan diterima dan dipahami oleh subjek
penerima pesan. Untuk mengaktifkan alat-alat subjek penerima pesan, maka
penyampaian pesan-pesan tersebut perlu dibantu dengan alat-alat peraga. Dengan
penggunaan alat peraga tersebut, subjek penerima pesan tidak hanya mendengar
saja, tetapi juga dapat melihat, menghayati dan bahwa mengalami sendiri
terhadap isi pesan yang disampaikan oleh komunikator tersebut bahwa
pesan-pesan tersehut perlu. Suatu studi yang dikemukakan oleh Citrobroto dalam
Depkes (2008) menggunakan kata-kata saja tanpa menggunakan alat peraga
hasilnya kurang lebih 15%. Dan apabila komunikator menggunakan alat peraga
yang dapat dilihat, maka hasilnya meningkat menjadi kurang lebih 55%.
Sedangkan apabila subjek penerima pesan mengalami sendiri, maka hasilnya
menjadi kurang lebih 90%. Atas dasar prinsip diatas, maka komunikasi
seyogyanya dibantu dengan alat-alat peraga. Alat peraga tersebut dapat berupa
alat pandang dengan seperti overhead projector (OHP), film slide projector dan
c. Pesan-pesan komunikasi harus sudah dipahami dan dimengerti oleh subjek
menerima pesan Prinsip ini bertitik tolak dari suatu pemikiran bahwa pesanpesan
yang mudah dimengerti akan mudah diingat oleh subjek penerima pesan. Agar
pesan pesan itu mudah dimengerti oleh subjek penerima pesan, maka
komunikator melakukan hal-hal berikut :
1. Pesan-pesan disusun secara sistematik. Artinya jelas urutan-urutannya dari
pokok ke bagian-bagian atau sebaliknya. Dan dari deduktif ke induklif atau
sebaliknya
2. Pesan-pesan diuraikan dengan menggunakan ungkapan-ungkapan yang nyata,
misalnya dengan memberikan contoh-contoh ilustrasi, memberi perbandingan
atau menguraikan hal-hal yang berlawanan
d. Pesan-pesan dalam Komunikasi seyogianya selalu diulang-ulang
Prinsip ini bertitik tolak dari pemikiran bahwa pesan-pesan yang selalu
diulang-ulang oleh komunikator akan memudahkan subjek penerima pesan untuk
mengingat pesantersebut. Di dalam komunikasi tidak seluruh pesan yang diulang,
tetapi hanya bagian-bagian yang penting saja yang perlu diulang-ulang. Dengan
pengulangan semacam ini, maka isi pesan yang dipandang penting oleh
komunikator akan mudah diingat oleh subjek penerima pesan.
e. Pesan-pesan yang disampaikan oleh komunikator seyogianya mempunyai nilai
guna kepada subjek penerima pesan. Prinsip ini bertitik tolak dari pemikiran
bahwa pesan-pesan yang dipandang memberikan manfaat kepada diri subjek
Disamping itu pula pesan-pesan yang dianggap mempunyai manfaat oleh subjek
penerima pesan, akan mudah diingat-ingat dan mudah diresapkan. Oleh karena
itu bagi komunikator perlu memperhatikan sampai berapa jauh kegunaan pesan
tersebut terhadap subjek penerima pesan.
2.1.3. Aspek Penting dalam Komunikasi
Dalam Depkes (2008 :111) Ada beberapa aspek penting dalam komunikasi,
yaitu :
a. Cara Penyajian Pesan
Dalam komunikasi dengan kelompok, komunikator dituntut untuk
menyampaikan pesan-pesannya itu dengan sebaik mungkin. Demikian pula
dalam menyajikan pesan tersebut kepala subjek penerima pesan. Suatu pesan
akan mudah dipahami oleh subjek penerima pesan apabila penyajian pesan itu
menggunakan pola-pola tertentu.
Ada beberapa pola penyajian yang kita gunakan dalam komunikasi diantaranya :
1. Penyajian yang menitikberatkan pada sebab akibat.
Dalam pola penyajian ini komunikator membahas pesannya dari sudut sebab
akibat. Misalnya, pesan yang ingin disampaikan pesan di atas, komunikator
akan membahas, mengapa kita perlu meningkatkan produksi pangan dan apa
akibatnya apabila produksi pangan gagal.
2. Penyajian yang menitik beratkan pada tinjauan bidang tertentu
Dalam penyajian semacam ini, komunikator membahas pesan-pesannya dari
produksi pangan ditinjau dari bidang kependudukan, pertahanan, kesehatan
dan lain sebagainya.
3. Penyajian yang menitik beratkan kepada pemecahan masalah
Dalam pola penyajian semacam ini, pertama-tama komunikasi membahas
pesannya dengan menggunakan urutan bahasan sebagai berikut :
a. Mengemukakan permasalahan yang sedang dihadapi
b. Mengajukan beberapa data mengenai permasalahan tersebut
c. Mengajukan beberapa altematif pemecahan permasalahan dengan
memberikan gambaran kekuatan dan kelemahan masing-masing altematif
tersebut
d. Memilih salah satu alternatif yang terbaik
4. Penyajian yang menitik beratkan pada aspek tempat.
Dalam pola penyajian ini, komunikasi membahas pesan-pesan dengan
bertolak pada aspek tempat. Misalnya pesan mengenai "Peningkatan
Produksi Pangan". Komunikator dalam menyampaikan pesan itu, memulai
dengan membahas bagaimana peningkatan produksi pangan dilakukan di
Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, Jawa Tengah dan lain sebagainya
5. Penyajian yang menitik beratkan pola aspek waktu
Dalam pola penyajian ini, Komunikator membahas pesan-pesan dengan
menggunakan urutan waktu. Misalnya membahas peningkatan produksi
pangan pada masa perang kemerdekaan, sebelum Orde Baru pada masa Orde
6. Penyajian yang integral
Dalam pola ini Komunikator membahas pesan-pesan dengan menggunakan
beberapa pola secara integral. Misalnya penyajian pesan menggunakan pola
pemecahan masalah dikembangkan dengan aspek waktu atau tempat.
b. Sistem Penyajian Pesan
Sistematika penyajian dimaksudkan adalah suatu urutan kegiatan yang harus
dilakukan oleh komunikator dalam menyajikan pesannya kepada subjek
penerima pesan. Dionel Croker mengemukakan ada 5 (lima) urutan kegiatan
yang harus dilakukan oleh seorang komunikator sebelum menyajikan suatu pesan
kepada subjek penerima. Kelima urutan kegiatan itu adalah :
1. Persiapan
Dalam tahap ini komunikator menentukan bahan yang akan dijadikan pesan.
Untuk itu ia harus mempersiapkan bahan tersebut dengan mencari
bahan-bahan tersebut dari tulisan-tulisan yang ada di surat kabar, buku-buku,
bahkan kalau perlu ke perpustakaan. Selanjutnya hasil pengumpulan bahan
tersebut kita catat pokok-pokoknya, sehingga fikiran kita mempunyai
kerangka yang jelas terhadap isi pesan yang ingin kita sajikan.
2. Penyusunan
Hasil pengumpulan bahan yang telah kita catat pokok-pokoknya selanjutnya
kita susun dalam suatu susunan yang logik sesuai dengan tujuan kita. Dalam
penyusunan bahan-bahan ini maka perlu diingat mengenai subjek penerima
diperhatikan gaya penyampaian yang akan kita lakukan. Gaya ini penting
karena akan dapat pula merangsang serta membangkitkan perhatian subjek
penerima pesan.
3. Penyimpanan bahan dalam ingatan
Setelah bahan-bahan tersebut telah tersusun, maka bahan-bahan itu perlu kita
simpan dalam ingatan kita. Penyimpanan bahan tersebut dalam ingatan
dimaksud untuk melancarkan kita dalam menyampaikan pesan. Tetapi
walaupun demikian, ingatan kita itu perlu pula dibantu dengan catatan
bagian-bagian bahan yang penting. Rasa gemetar dan rasa cemas akan dapat
dihilangkan, apabila komunikator, mempunyai kepercayaan terhadap diri
sendiri akan muncul, apabila komunikator menguasai isi pesan yang akan
disampaikan.
4. Tulisan
Seandainya komunikator terpaksa menuliskan pesan itu ke papan tulis, maka
tulisan tersebut harus jelas sehingga dapat dibaca semua subjek penerima
pesan.
5. Suara
Seperti halnya dengan tulisan, maka suara yang diucapkan harus jelas dapat
didengar oleh semua subjek penerima pesan. Demikian pula kata-kata yang
2.1.4. Efek Komunikasi
Efek komunikasi merupakan setiap perubahan yang terjadi di dalam diri
penerima (komunikan) karena menerima pesan-pesan dari suatu sumber. Perubahan
ini meliputi perubahan pengetahuan sikap, dan perubahan perilaku nyata. Komunikasi
dikatakan efektif apabila menghasilkan efek-efek atau perubahan seperti yang
diharapkan oleh sumber, seperti pengetahuan, sikap atau perilaku, atau ketiganya.
Perubahan di pihak penerima ini diketahui dari tanggapan-tanggapan yang diberikan
penerima sebagai umpan balik (Wiryanto,2006:36).
Ada 4 faktor yang memengaruhi tanggapan menurut Schram dalam Wiryanto
(2006:37) yaitu: pesan, situasi ketika pesan itu diterima dan ditanggapi, kepribadian
komunikan serta konteks kelompok ketika komunikan menjadi kelompoknya.
Menurut Berelson dalam Wiryanto (2006:38) bahwa berbagai jenis saluran
komunikasi bagi berbagai jenis persoalan yang menarik bagi berbagai jenis orang
yang berada dalam berbagai jenis kondisi yang menimbulkan berbagai jenis efek.
Ada 5 faktor penting dalam formulasi Berelson yang dikutip Wiryanto (2006:38)
yaitu :
1. Jenis saluran komunikasi yang digunakan, dalam hal ini efektivitas komunikasi
dalam memengaruhi opini publik berubah-ubah menurut sifat salurannya.
a. Semakin pribadi suatu saluran komunikasi, semakin efektif dalam
b. Semakin informal suatu saluran komunikasi, semakin efektif dalam
memengaruhi opini publik. Kontak-kontak pribadi yang tidak formal lebih
efektif daripada komunikasi massa yang bersifat formal.
c. Semakin khusus suatu saluran komunikasi, semakin kuat pengaruhnya atas
khalayak dibandingkan dengan saluran komunikasi yang lebih umum.
d. Isi yang sifatnya reportorial (penyampaian apa adanya) umumnya lebih efektif daripada isi yang bersifat editorial (mengandung pendapat lembaga)
atau yang bersifat interpretatif (mengandung pendapat pribadi kolumnis atau
komentator)
e. Peristiwa umumnya lebih efektif daripada kata-kata
f. Isi yang bersifat emosional cenderung lebih efektif dibandingkan dengan isi
yang bersifat rasional
2. Jenis persoalan
Efektivitas komunikasi dalam memengaruhi opini masyarakat berubah-ubah
menurut sifat persoalannya
a. Persoalan yang baru atau belum tersusun (tidak bertalian secara khusus
dengan sikap kelompok) umumnya lebih efektif, sebab untuk jenis persoalan
semacam ini publik belum memiliki kesan atau pengalaman dan karena itu
memiliki daya pengaruh.
b. Komunikasi cenderung lebih efektif bila persoalannya tidak tegas. Dalam hal
c. Isi komunikasi yang menyangkut pribadi-pribadi umumnya lebih kuat
dibandingkan dengan argumentasi-argumentasi yang bersifat persoalan.
3. Jenis orang
Efektivitas komunikasi dalam memengaruhi opini publik berubah-ubah menurut
sifat orang atau komunikannya.
a. Semakin kuat predisposisi orang terhadap suatu persoalan semakin sulit untuk
diubah. Komunikasi massa biasanya amat efektif untuk memperkuat
predisposisi yang sudah ada daripada mengubahnya
b. Semakin sedikit pengetahuan orang tentang suatu persoalan semakin mudah
komunikasi massa memengaruhi mereka
4. Jenis kondisi
Efektivitas komunikasi dalam memengaruhi opini publik berubah-ubah menurut
sifat kondisinya.
a. Pada umumnya komunikasi yang berlangsung dalam kondisi monopoli lebih
efektif dibandingkan dengan yang berlangsung dalam kondisi pesaingnya.
Agar lebih efektif, kita harus berusaha memperkecil pengaruh para pesaing
tersebut.
b. Penampilan komunikasi yang dibuat-buat, disengaja atau direncanakan sering
kurang efektif dibandingkan dengan penampilan yang dibuat seakan-akan
tanpa disengaja atau direncanakan. Keuntungan psikologisnya adalah akan
5. Jenis efek
Berdasarkan perspektif dapat dilihat beberapa efek komunikasi :
a. Efek jangka panjang dan efek jangka pendek
b. Efek yang mengubah dan efek yang mempertahankan
c. Efek yang diharapkan dan efek yang tidak diharapkan
d. Efek yang langsung dan efek tidak langsung
e. Efek yang disengaja dan efek yang tidak disengaja
f. Efek besar dan efek kecil
g. Efek dari segi komunikator dan efek dari segi komunikan
2.1.5. Metode Penyuluhan Kesehatan
Metode penyuluhan kesehatan dapat digolongkan berdasarkan teknik
komunikasi, sasaran yang dicapai dan indera penerima dari sasaran promosi (Depkes,
2008:114)
a. Berdasarkan Teknik Komunikasi
1. Metode penyuluhan langsung.
Dalam hal ini para penyuluh langsung berhadapan atau bertatap muka dengan
sasaran. Metode ini dibedakan menjadi 2 yaitu :
a. Metode didaktik
Pada metode didaktik yang aktif adalah orang yang melakukan
penyuluhan kesehatan, sedangkan sasaran bersifat pasif dan tidak
diberikan kesempatan untuk ikut serta mengemukakan pendapatnya atau
yang terjadi bersifat satu arah (one way method). Contoh metode ini adalah metode ceramah.
b. Metode sokratik
Metode sokratik adalah metode komunikasi dua arah antara yang
memberikan penyuluhan terhadap sasaran, sehingga diharapkan tingkat
pemahaman sasaran terhadap pesan yang disampaikan akan lebih jelas
dan mudah dipahami, diantaranya metode curah pendapat, diskusi,
demonstrasi, simulasi, bermain peran, dan sebagainya, yang akan
dijelaskan sebagai berikut :
1. Diskusi
Diskusi kelompok adalah pembicaraan yang direncanakan dan telah
dipersiapkan tentang suatu topic pembicaraan di antara 15–20 peserta
(sasaran) dengan seorang pemimpin diskusi yang telah ditunjuk.
2. Curah pendapat
Curah pendapat adalah suatu bentuk pemecahan masalah yang
terpikirkan oleh masing–masing peserta, dan evaluasi atas pendapat–
pendapat tadi dilakukan kemudian.
3. Demonstrasi
Demonstrasi adalah suatu cara untuk menunjukkan pengertian, ide,
dan prosedur tentang sesuatu hal yang telah dipersiapkan dengan teliti
adegan dengan menggunakan alat peraga. Metoda ini digunakan
terhadap kelompok yang tidak terlalu besar jumlahnya.
4. Bermain peran (role playing)
Bermain peran adalah memerankan sebuah situasi dalam kehidupan
manusia dengan tanpa diadakan latihan, dilakukan oleh dua orang
atau lebih untuk dipakai sebagai bahan pemikiran oleh kelompok.
5. Simposium
Simposium adalah serangkaian ceramah yang diberikan oleh 2 sampai
5 orang dengan topik yang berlainan tetapi saling berhubungan.
6. Seminar
Seminar adalah suatu cara dimana sekelompok orang berkumpul
untuk membahas suatu masalah dibawah bimbingan seorang ahli yang
menguasai bidangnya.
7. Studi kasus
Studi kasus adalah sekumpulan situasi masalah yang sedetailnya,
yang memungkinkan kelompok menganalisis masalah itu.
Permasalahan tersebut merupakan bagian dari kehidupan yang
mengandung diagnosis, pengobatan dan perawatan. Dapat
disampaikan secara lisan maupun tertulis, drama, film, dapat juga
berupa rekaman.
2. Metode penyuluhan tidak langsung. Dalam hal ini para penyuluh tidak
menyampaikan pesannya dengan perantara (media). Umpamanya publikasi
melalui pertunjukan film, media cetak (poster, majalah, buletin, surat kabar)
dan media eletronik (televisi, radio)
3. Berdasarkan jumlah sasaran yang dicapai
a. Pendekatan perorangan
Dalam hal ini para penyuluh kesehatan berhubungan secara langsung
maupun tidak langsung dengan sasaran secara perorangan, antara lain :
kunjungan rumah, hubungan telepon, dan lain-lain.
b. Pendekatan kelompok
Dalam pendekatan ini penyuluh kesehatan berhubungan dengan
sekolompok sasaran. Beberapa metode penyuluhan yang masuk dalam
ketegori ini antara lain : Pertemuan, Demostrasi, Diskusi kelompok,
Pertemuan FGD, dan lain-lain
c. Pendekatan massal
Petugas penyuluh kesehatan menyampaikan pesannya secara sekaligus
kepada sasaran yang jumlahnya banyak. Beberapa metode yang masuk
dalam golongan ini adalah : Pertemuan umum, pertunjukan kesenian,
Penyebaran tulisan/poster/media cetak lainnya, Pemutaran film, dll
4. Berdasarkan indera penerima
Dalam hal ini pesan diterima sasaran melalui indera penglihatan, seperti :
Penempelan Poster, Pemasangan Gambar/Photo, Pemasangan Koran
dinding, Pemutaran Film
b. Metode pendengaran
Dalam hal ini pesan diterima oleh sasaran melalui indera pendengar,
umpamanya : Penyuluhan lewat radio, Pidato, Ceramah, dl
c. Metode kombinasi. Dalam hal ini termasuk : Demonstrasi cara (dilihat,
didengar, dicium, diraba dan dicoba)
2.1.6. Media Penyuluhan Kesehatan
Media atau alat peraga dalam promosi kesehatan dapat diartikan sebagai alat
bantu untuk promosi kesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa atau
dicium, untuk memperlancar komunikasi dan penyebarluasan informasi (Depkes,
2008:143). Biasanya alat peraga digunakan secara kombinasi, misalnya menggunakan
papan tulis dengan foto dan sebagainya. Tetapi dalam menggunakan alat peraga, baik
secara kombinasi maupun tunggal, ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu : alat
peraga harus mudah dimengerti oleh masyarakat sasaran dan Ide atau gagasan yang
terkandung di dalamnya harus dapat diterima oleh sasaran.
Alat peraga yang digunakan secara baik memberikan keuntungan-keuntungan:
a. Dapat menghindari salah pengertian/pemahaman atau salah tafsir. Dengan contoh
yang telah disebutkan pada bagian atas dapat dilihat bahwa salah tafsir atau salah
pengertian tentang bentuk plengsengan dapat dihindari.
c. Apa yang diterangkan akan lebih lama diingat, terutama hal-hal yang
mengesankan.
d. Dapat menarik serta memusatkan perhatian.
e. Dapat memberi dorongan yang kuat untuk melakukan apa yang dianjurkan.
Menurut Depkes (2004:62), alat-alat peraga dapat dibagi dalam 4 kelompok
besar :
a. Benda asli, yaitu benda yang sesungguhnya baik hidup maupun mati.
Merupakan alat peraga yang paling baik karena mudah serta cepat dikenal,
mempunyai bentuk serta ukuran yang tepat. Tetapi alat peraga ini kelemahannya
tidak selalu mudah dibawa ke mana-mana sebagai alat bantu mengajar. Termasuk
dalam macam alat peraga ini antara lain :
- Benda sesungguhnya, misalnya tinja di kebun, lalat di atas tinja, dan lain
sebagainya.
- Spesimen, yaitu benda sesungguhnya yang telah diawetkan seperti cacing
dalam botol pengawet, dan lain-lain.
- Sampel yaitu contoh benda sesungguhnya untuk diperdagangkan seperti
oralit, dan lain-lain.
b. Benda tiruan, yang ukurannya lain dari benda sesungguhnya. Benda tiruan bisa
digunakan sebagai media atau alat peraga dalam promosi kesehatan. Hal ini
dikarenakan menggunakan benda asli tidak memungkinkan, misal ukuran benda
asli yang terlalu besar, terlalu berat, dll. Benda tiruan dapat dibuat dari
c. Gambar/Media grafis, seperti poster, leaflet, gambar karikatur, lukisan, dan
lain-lain.
- Poster adalah sehelai kertas atau papan yang berisikan gambargambar dengan
sedikit kata-kata. Kata- kata dalam poster harus jelas artinya, tepat pesannya
dan dapat dengan mudah dibaca pada jarak kurang lebih 6 meter. Poster
biasanya ditempelkan pada suatu tempat yang mudah dilihat dan banyak
dilalui orang misalnya di dinding balai desa, pinggir jalan, papan
pengumuman, dan lain- lain. Gambar dalam poster dapat berupa lukisan,
ilustrasi, kartun, gambar atau photo. Poster terutama dibuat untuk
memengaruhi orang banyak, memberikan pesan singkat. Karena itu cara
pembuatannya harus menarik, sederhana dan hanya berisikan satu ide atau
satu kenyataan saja. Poster yang baik adalah poster yang mempunyai daya
tinggal lama dalam ingatan orang yang melihatnya serta dapat mendorong
untuk bertindak.
- Leaflet adalah selembaran kertas yang berisi tulisan dengan kalimat-kalimat
yang singkat, padat, mudah dimengerti dan gambar-gambar yang sederhana.
Ada beberapa yang disajikan secara berlipat. Leaflet digunakan untuk
memberikan keterangan singkat tentang suatu masalah, misalnya deskripsi
pengolahan air di tingkat rumah tangga, deskripsi tentang diare dan
penecegahannya, dan lain- lain. Leaflet dapat diberikan atau disebarkan pada
Posyandu, kunjungan rumah, dan lain-lain. Leaflet dapat dibuat sendiri
dengan perbanyakan sederhana seperti di photo copy.
- Booklet, media cetak yang berbentuk buku kecil. Terutama digunakan untuk topik dimana terdapat minat yang cukup tinggi terhadap suatu kelompok
sasaran. Ciri lain dari booklet adalah : Berisi informasi pokok tentang hal yang dipelajari, Ekonomis dalam arti waktu dalam memperoleh informasi,
Memungkinkan seseorang mendapat informasi dengan caranya sendiri.
Faktor-faktor yang memengaruhi hasil belajar dengan booklet ada beberapa hal antara lain booklet itu sendiri, faktor-faktor atau kondisi lingkungan juga kondisi individual penderita. Oleh karena itu dalam pemakaiannya perlu
mempertimbangkan kemampuan baca seseorang, kondisi fisik maupun
psikologis penderita dan juga faktor lingkungan dimana penderita itu berada.
Di samping itu perlu pula diketahui kelemahan yang ada, oleh karena kadang
informasi dalam booklet tersebut telah kadaluwarsa. Dan pada suatu tujuan instruksional tertentu booklet tidak tepat dipergunakan.
d. Gambar Optik, seperti photo, slide, film, dan lain-lain.
- Photo sebagai bahan untuk alat peraga, photo digunakan dalam bentuk album
dan dokumentasi lepasan
- Slide pada umumnya digunakan untuk sasaran kelompok. Penggunaan slide
cukup effektif, karena gambar atau setiap materi dapat dilihat berkali-kali,
dibahas lebih mendalam. Slide sangat menarik terutama bagi kelompok anak
- Film meruapakan media yang bersifat menghibur, tapi dapat disisipi dengan
pesan-pesan yang bersifat edukatif. Sasaran media ini adalah kelompok besar,
dan kolosal.
2.1.7. Penyuluhan Narkoba
Penyuluhan narkoba adalah semua upaya secara sadar dan berencana yang
dilakukan untuk memperbaiki perilaku manusia, sesuai prinsip-prinsip pendidikan,
yakni pada tingkat sebelum seseorang menggunakan narkoba, agar mampu
menghindar dari penyalahgunaannya. Sebaliknya perlu kewaspadaan dalam
memberikan informasi dalam penyuluhan tentang narkoba kepada anak dan remaja
karena dapat membangkitkan keingintahuan, lalu mencoba (Depkes, 2006:5)
Beberapa model pendekatan yang dapat digunakan dalam penyuluhan narkoba
adalah sebagai berikut (Depkes, 2006:6) :
a. Pendekatan pemberian informasi
Model ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan tentang penyalahgunaan
narkoba dan efeknya akan membawa perubahan sikap dengan menurunnya
perilaku penyalahgunaan narkoba. Umumnya informasi yang diberikan
cenderung menakut-nakuti.
b. Pendekatan edukasi afektif
Model ini ditujukan pada pengembangan interpersonal dan sosial dengan
meningkatkan :
- Pengertian tentang diri sendiri dan menerimanya melalui konseling
Pendekatan edukatif saja tidak akan berhasil, oleh karena itu upaya ini harus
dikombinasikan dengan upaya yang menekankan pada kemampuan ketrampilan
sosial dalam mengatasi tekanan dari teman sebaya.
c. Pendekatan alternatif
Model ini bertujuan untuk menjalin kerjasama dalam tim dan meningkatkan rasa
percaya diri melalui berbagai kegiatan seperti relaksasi, meditasi, olah raga dan
pendidikan ketrampilan. Ada 3 kegiatan pada pendekatan ini, yaitu menyediakan
berbagai macam aktifitas sesuai kebutuhan, mendukung remaja untuk mengikuti
kegiatan yang positif, dan memberikan kesempatan untuk mengembangkan
inisiatif sendiri untuk beraktifitas.
Beberapa aktifitas yang dapat diberikan pada pendekatan ini adalah aktifitas
dalam bidang hiburan, akademik, olah raga, kegiatan keagamaan, dan aktifitas
yang berhubungan dengan hobi.
d. Pendekatan ketahanan sosial
Pendekatan ini memperkenalkan situasi dimana penyalahgunaan terjadi karena
penagruh tekanan teman sebaya sangat besar. Tujuan pendekatan ini adalah
meningkatkan ketrampilan diri untuk mampu menolak tawaran narkoba, mampu
menyaakan keinginan dengan cara yang abik dan dapat diterima oleh lingkungan
dan mampu membina komunikasi yang lebih efektif dengan guru, orang tua dan
teman sebaya. Untuk ini perlu dibuat perencanaan bagaimana menghindarkan
diri dari situasi tersebut termasuk mengajarkan ketrampilan bagaimana berkata
e. Pendekatan peningkatan kemampuan
Pendekatan ini ditekankan pada interaksi diantara individu yang bersangkutan
dan lingkungannya serta penggunaan ketrampilan dalam bersosialisasi.
Tujuannya adalah mengajarkan individu untuk mengetahui bagaimana
mengendalikan masalahnya secara sistematik dalam situasi tertentu, mengajarkan
strategi untuk mengatasi stress dan kecemasan dan mengembangkan ketrampilan
asertif baik verbal maupun non verbal.
Materi penyuluhan narkoba diarahkan tidak hanya pada masalah
penyalahgunaan narkoba (bahaya dan akibatnya) tapi lebih ditujukan pada
pemahaman nilai-nilai, kemampuan mengambil keputusan, kemampuan penyesuaian
diri, tanggung jawab dan pengembangan kepribadian secara menyeluruh. Penyuluhan
narkoba ini bersifat sangat spesifik, berbeda dengan penyuluhan kesehatan lainnya
(Depkes, 2006:17).
Materi pada penyuluhan pada anak remaja adalah sebagai berikut :
a. Pengetahuan tentang prinsip perilaku hidup bersih dan sehat (tidak menggunakan
narkoba, rokok, alkohol dan melakukan seks pra nikah)
b. Pengetahuan dan ketrampilan interpersonal untuk mampu mengambil keputusan
dan menoak bujukan/tawaran yang merugikan kesehatan
c. Pengetahuan mengenai jenis-jenis dan bahaya narkoba
d. Stress dan cara mengatasinya
f. Ketrampilan berkomunikasi yang efektif dan asertif serta mampu membina
hubungan dengan orang lain.
g. Masalah penyalahgunaan narkoba pada remaja
h. Pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan narkoba di sekolah/
lingkungan.
i. Undang-undang Narkotika dan Psikotropika
j. Nama-nama lembaga dan orang yang bergerak dalam upaya pencegahan dan
penanggulangan narkoba.
2.1.8. Penyuluhan Narkoba dengan Metode Ceramah
Metode ceramah merupakan metode pertemuan yang paling sederhana dan
paling sering diselenggarakan untuk menggugah kesadaran dan minat sasaran
penyuluhan. Pada metode ini penyuluh lebih banyak memegang peran untuk
menyampaikan dan menjelaskan materi penyuluhannya dengan sedikit memberikan
kesempatan kepada sasaran untuk menyampaikan tanggapannya (Murdikanto,
2008:18).
Dalam Depkes (2008:135), ceramah digunakan apabila ingin memberikan
suatu informasi kepada peserta yang dibagi dalam beberapa topik bahasan. Adapun
kelebihan metode ini adalah 1) Mudah mengorganisasinya sehingga relatif efisien dan
sederhana, 2) Waktu dapat dibatasi dan dalam waktu singkat dapat memberikan
banyak informasi, 3) Dapat menjangkau audiens dalam waktu bersamaan, 4) Dapat
dilakukan secara sistematis dengan menggunakan macam-macam alat-alat bantu, 5)
Menurut Kariyoso (2006:54), ceramah adalah bentuk kegiatan yang
disampaikan seseorang kepada kelompok tertentu berupa satu atau berbagai masalah
yang sifatnya lebih mengandung pendidikan, penerangan dan pengajaran. Dalam
menggunakan metode ceramah seseorang harus menguasai materi dengan sistematika
yang baik serta mempersiapkan alat-alat bantu pengajaran yang dibutuhkan.
Metode ceramah merupakan salah satu metode yang baik untuk kelompok
besar. Kelompok besar yang dimaksud disini adalah apabila peserta itu lebih 15
orang.Metode ini cocok untuk sasaran pendidikan tinggi dan rendah. Metode ini
menguntungkan bila dipergunakan untuk memperkenalkan suatu subjek dengan
memberikan gambaran, sehingga menuntun orang untuk mengambil suatu tindakan,
bersifat informatif dan dapat menghemat waktu karena sebagia peserta dapat diberi
pemahaman pada suatu waktu serta dapat diulang kembali jika ada peserta yang
kurang memahami (Elwees, 2004:43).
2.2. Narkoba
2.2.1. Definisi Narkoba
Istilah narkoba sesuai dengan surat edaran BNN No. SE/03/IV/2002
merupakan akronim dari NARkotika, psiKOtropika, dan Bahan Adiktif lainnya.
narkoba yaitu zat-zat alami maupun kimiawi yang jika dimasukkan ke dalam tubuh
baik dengan cara dimakan, diminum, dihirup, suntik, intravena, dan lain sebagainya,
dapat mengubah pikiran, suasana hati, perasaan dan perilaku seseorang (BNN
2.2.2. Jenis-Jenis Narkoba
Pada dasarnya obat-obatan yang tergolong narkoba itu digunakan untuk
kepentingan medis atau pengobatan. adapun kegunaannya adalah untuk
menghilangkan rasa sakit. Tetapi apabila pengguna narkoba diluar dari hal-hal media
dan tanpa mengikuti dosis yang seharusnya akan dapat menimbulkan kerusakan fisik,
mental dan sikap hidup masyarakat. Narkoba yang popular pada masyarakat terdiri
dari tiga golongan yaitu : Narkotika, psikotropika dan bahan-bahan adiktif lainnya.
1. Narkotika
Berdasarkan UU No. 35 tahun 2009 tentang narkotika, Narkotika adalah zat atau
obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis
yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa ngeri dan dapat menimbulkan
ketergantungan (BNN, 2009:32).
Jenis narkotika di bagi atas 3 golongan :
a. Narkotika Golongan I
Narkotika golongan I adalah Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak didunakan dalam terapi merupakan
jenis narkotika yang paling berbahaya, daya adiktif sangat tinggi menyebabkan
ketergantunggan Dan jenis narkotika yang paling sering disalahgunakan adalah
1. Ganja
Nama Lain dari ganja adalah marijuana, hashis, gele dan sebagianya.
Marijuana adalah suatu bahan berbentuk bubuk (powder) kering berwarna putih kehijauan dan abu-abu yang diekstrak dari bunga dan daun tanaman
Cannabis Sativa. Bahan kimia aktif dalam marijuana adalah
delta-9-tetrahydrocanabinol (THC) yang dapat memengaruhi suasana hati manusia
dan memengaruhi cara orang tersebut melihat dan mendengar hal- hal
disekitarny dan akan merangsang reaksi sek saraf sehingga menyebabkan
penderita berkeinginan untuk menggunakan obat tersebut secara terus
menerus. Penggunaana dilakukan dengan cara menghisap dari gulungan
menyerupai rokok atau dapat dihisap dengan menggunakan pipa rokok.
Penggunaan ganja Dosis rendah hanya berpengaruh pada rasa nyaman,
euphoria , dan santai, tetapi gejala ini sulit dideteksi. Pada dosis yang lebih
besar euforia, santai, keringanan stres dan rasa sakit, nafsu makan bertambah,
kerusakan pada kemampuan bergerak, kebingungan, hilangnya konsentrasi,
meningkatnya denyut nadi,keseimbangan dan koordinasi tubuh yang buruk
(Darmono,2006:31). Penggunaan ganja akan mengalami gejala psikologik
yaitu euphoria, halusinasi, merasa dirinya hebat, merasa waktu berlalu
dengan lambat, bersikap acuh tak acuh, masa bodoh tidak peduli terhadap
fungsi mahluk sosialnya (apatis) dan berperilaku maladaptif yaitu tidak dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya secara wajar (Hawari,
2. Heroin/Putau
Heroin adalah salah stu diantara narkotika yang paling banyak
disalahgunakan para penagih di Indonesia akhir-akhir ini dan sangat adiktif.
Heroin bertindak memengaruhi otak sehingga menghasilkan efek
menyenangkan dan menghilangkan rasa nyeri, nama popular heroin di
Indonesia adalah putaw. Penggunaan heroin umumnya secara injeksi
intravena (mainling), intra maskuler dihisap dengan pipa, dicampur dengan
ganja atau rokok, asapnya diinhalasi dengan pipet atau serbuknya langsung
dihirup melalui hidung. Efek yang dialami setelah diinjeksi para penagih
akan mengalami eufaria disertai panas pada kulit, mulut kering, anggota
badan terasa berat, fungsi mental turun karena depresi SSP, bicara lambat dan
kaku, kontriksi pupil mata, kelopak mata, gangguan pengelihatan, muntah
dan sembelit (Hawari, 2001:24).
Heroin, yang secara farmakologis mirip dengan morfin menyebabkan
orang menjadi mengantuk dan perubahan mood yang tidak menentu.
Pembuatan, penjualan dan pemilikan heroin adalah ilegal, namun heroin tetap
tersedia bagi pasien dengan penyakit kanker stadium lanjut karena efek
analgesik dan mempunyai sifat nyaman (euphoria) yang baik (BNN, 2009:36)
Pengaruh jangka panjang dari penggunaan heroin adalah dapat
olah dikejar – kejar atau ada kekuatan lain), rendahnya motivasi, dan perilaku
yang tidak terduga.
Pengaruh terhadap sisitem tubuh manusia adalah :
- Pada sisitem syaraf pusat dapat menyebabkan hilangnya memori dan
ketidak mampuan membedakan yang penting dengan yang tidak,
gangguan penghayatan akan waktu dan ruang, dan dapat menyebabkan
kerusakan otak.
- Pada sistem pernafasan dapat meningkatkan resiko penyakit paru kronis
(bronkitis, kanker) lebih besar dari pada perokok.
- Pada sisitem reproduksi dapat mengakibatkan berkurangnya kadar
hormone testosteron dan jumlah spermatozoa sehinga dapat mengurangi
kesuburan pada laki – laki. Sedangkan pada perempuan dapat terjadi
gangguan haid, resiko ketidak suburan, dan menyebabkan gangguan
syaraf pada bayi dari ibu pemakai ganja, ibu menyusui mengalirkan
THC pada bayinya.
3. Kokain
Kokain tergolong stimulansia (meningkatkan aktivitas otak dan fungsi
organ tubuh lain). Menurut undang–undang kokain termasuk narkotika
golongan I, berbentuk kristal putih, yang digunakan dengan cara disedot
melalui hidung, pada saat merokok, dan disuntikkan. Cepat menyebabkan
ketergantungan (Martono, 2006:17). Kokain ini banyak di salahgunakan
diekstrasikan dari tanaman spesies coca yaitu Erythroxylum coca. Yang paling sering kokain digunakan lewat inhalasi, dan kokain itu diabsorpsi
lewat mukosa hidung dan masuk dalam darah, dan cepat didistribusikan ke
otak. Penggunaan dosis rendah berpengaruh pada badan lebih fit, segar, kuat,
bersemangat, hilang rasa mengantuk dan tidak terasa lapar (Darmono,
2006;34).
Pengaruh jangka panjang dari penggunaan cocain adalah :
- Tubuh gemetar, sakit kepala, dan mual.
- Kemampuan tubuh untuk menangkal infeksi menurun, dan berat badan
menurun karena selera makan berkurang, ketergantungan.
- Paranoid (perasaan seolah – olah dianiaya atau memliki kekuasaan)
- Pengaruhnya pada sistem tubuh manusia adalah :
a) Pada sistem syaraf dapat merangsang fungsi otak, dan dapat
menyebabkan amnesia, sakit jiwa, dan kerusakan tetap pada otak
dan sistem syaraf.
b) Pada sistem pernafasan, dapat menyebabkan pernafasan terganggu,
berhenti, dan dapat menyebabkan batuk.
c) Pada sistim jantung dan pembuluh darah, dapat mengakibatkan
jantung berdebar – debar, kerja jantung meningkat dan lebih cepat,
sehingga dapat terjadi serangan jantung dan kematian.
d) Pada sistim reproduksi, dapat meningkatkan resiko terjadinya
dilahirkan menjadi ketergantungan terhadap kokain dan
menyebabkan kerusakan berbagai organ tubuh setelah anak
bersekolah, ia sulit belajar dan ada gangguan perilaku.
b. Narkotika Golongan II
Narkotika golongan II adalah narkotika yang memilki daya adiktif kuat,
tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : petidin dan
turunannya, benzetidin, betametadol.
c. Narkotika golongan III
Narkotika golongan III : adalah narkotika yang memiliki daya adiktif
ringan, tetapi dapat bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : codein
dan turunannya (Martono, 2006:20). Kodein mempunyai tempat terhormat di
dunia kadokteran dan banyak untuk manahan batuk (antitusif) dan penghilang
rasa sakit (analgesik), walaupun zat ini cukup populer, tetapi mempunyai sifat –
sifat asalnya yang dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan, oleh karena
itu penggunaan kodein masih diawasi oleh lembaga – lembaga nasional dan
internasional (Tanjung, 2002:12).
2. Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis, bukan
narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf
pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan prilaku,
digunakan untuk mengobati gangguan jiwa (BBN Sumatera Utara, 2013:22).
a. Golongan I
Psikotropika dengan daya adiktif yang sangat kuat untuk menyebabkan
ketergantungan, belum diketahui manfaatnya untuk pengobatan, dan sedang
diteliti khasiatnya seperti esktasi (menthylendioxy menthaphetamine dalam
bentuk tablet atau kapsul), sabu-sabu (berbentuk kristal berisi zat
menthaphetamin).
b. Golongan II
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi
untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan
sindroma ketergantungan (contoh: amfetamin dan metilfenidat atau ritalin).
c. Golongan III
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam
terapi untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang
mengakibatkan sindroma ketergantungan (contoh: pentobarbital dan
flunitrazepam).
d. Golongan IV
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam
terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan sindrom ketergantungan (Contoh: diazepam, bromazepam,
fenobarbital, klonazepam, klordiazepoxide, nitrazepam) (Martono, 2006:24).
a. Ectasy
Ecstasy dikemas dalam bentuk tablet dan ada juga yang berbentuk kapsul.
Penggunaanya dilakukan dengan cara menelan. Efeknya terhadap tubuh adalah,
berkeringat, mulut kering, rasa haus meningkat, rahang kaku, tekanan darah,
detak jantung, dan suhu tubuh meningkat, mata berair, kelebihan tenaga, dan
kehilangan nafsu makan. Efek psikologinya adalah, pengguna merasa santai,
gembira, hangat, bertenaga, dan menggambarkan perasaan saling mengerti
diantara mereka. Setelah mencapai puncak 2-4 jam pemakai akan mengalami
depresi dan kelesuan pada otak.
b. Shabu-shabu
Shabu-shabu adalah jenis psikotropika yang mengandung methyl
amphethanin berbentuk kristal putih. Penggunaanya dengan cara dibakar dengan
menggunakan alumunium foil dan aspnya dihisap atau dibakar dengan
menggunakan botol kaca yang khusus. Gejala yang dialami pengguna
shabu-shabu adalah badannya merasa lebih kuat dan energik, rasa percaya diri
meningkat, berkeringat secara berlebihan, nafsu makan berkurang akibatnya
badan menjadi kurus, susah tidur tekanan darahnya meningkat, dan mengalami
gangguan pada fungsi sosia dan pekerjaan.
Pengaruh segera setelah pemakaian shabu–shabu adalah menyebabkan
perasaan gembira, mudah tersinggung, dan cemas, meningkatkan denyut jantung,
tekanan darah, dan pernapasan, selera makan berkurang, mulut kering,
melebar. Pengaruh jangka panjang pemakaian sabu-sabu adalah gelisah, mudah
curiga (paranoid), dorongan untuk melakukan bunuh diri, kurang gizi, halusinasi
(penglihatan atau pendengaran semu), agresif, dapat melakukan tindakan keji,
akal sehat hilang dan ketergantungan dan gejala putus zat (murung dan letih).
Pengaruh pada sistem tubuh manusia adalah:
- Pada sistem syaraf pusat, dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah
otak, sehingga terjadi stroke.
- Pada sistem jantung dan pembuluh darah, dapat menyebabkan nyeri dada,
dan meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah.
- Pada sistem pernafasan, dapat menyebabkan tertekannya sistem pernafasan
sehingga kesadaran menghilang, dan meninggal.
- Pada sistim reproduksi, dapat meningkatkan resiko bayi lahir prematur,
cacat, mati dalam kandungan, atau meninggal setelah lahir.
3. Zat adiktif lainnya
Zat adiktif adalah bahan-bahan aktif atau obat yang dalam organisme hidup
menimbulkan kerja biologi yang apabila disalahgunakan dapat menimbulkan
ketergantungan (adiksi), yakni keinginan untuk menggunakan kembali secara
terus-menerus. Dan jenis zat adiktif yang paling sering disalahgunakan adalah
sebagai berikut :
b. Inhalen
Zat-zat yang disedot melalui hidung : Hidrokarbon alifatis (yang terdapat di
lem, pelumas bensin, aerosol, semir sepatu), Halogen hidrokarbon (yang
terdapat dalam minyak pelumas, freon, pendingin AC, Lemari es), Nitrat
alifatis (yang terdapat dalam pengharum ruangan), Keton, Ester, Glytol.
c. Rokok
Benda beracun yang memberi efek santai dan sugesti merasa lebih jantan. Di
dalam rokok terdapat racun berbahaya seperti : Nikotin, Karbon monoksida,
Karbondioksida, Asam biru, Arsenic, Zat ari belerang, Berbagai amonial
d. Obat penenang (obat tidur, pil koplo, Nipam, Valium, Lexotan, dan lain-lain)
2.2.3. Bahaya Narkoba
Bahaya dan akibat dari penyalahgunaan narkoba dapat bersifat bahaya pribadi
bagi si pemakai dan dapat pula berupa bahaya sosial terhadap masyarakat atau
lingkungan (Makaro, 2003:26) Secara umum, dampak kecanduan narkoba dapat
terlihat pada keadaan fisik, psikis maupun keadaan sosial seseorang.
1. Secara fisik :
a. Gangguan pada system syaraf (neurologis) seperti: kejang-kejang,
halusinasi, gangguan kesadaran, kerusakan syaraf tepi.
b. Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) seperti:
infeksi akut otot jantung, gangguan peredaran darah.
c. Gangguan pada kulit (dermatologis) seperti : penanahan (abses), alergi,
d. Gangguan pada paru-paru (pulmoner) seperti : penekanan fungsi pernapasan,
kesukaran bernafas, pengerasan jaringan paru-paru
e. Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, murus-murus, suhu tubuh
meningkat, pengecilan hati dan sulit tidur
f. Dampak terhadap kesehatan reproduksi adalah gangguan padaendokrin,
seperti: penurunan fungsi hormon reproduksi (estrogen, progesteron,
testosteron), serta gangguan fungsi seksual
g. Dampak terhadap kesehatan reproduksi pada remaja perempuan antara lain
perubahan periode menstruasi, ketidakteraturan menstruasi, dan amenorhoe
(tidak haid)
h. Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya pemakaian jarum
suntik secara bergantian, risikonya adalah tertular penyakit seperti hepatitis
B, C, dan HIV yang hingga saat ini belum ada obatnya
2. Secara Psikis :
a. Lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang dan gelisah
b. Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga
c. Agitatif, menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal
d. Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan
e. Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri
3. Secara Sosial :
a. Gangguan mental, anti-sosial dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan
2.2.4. Penyalahgunaan Narkoba
Penyalahgunaan Narkoba merupakan masalah yang kompleks dan memiliki
dimensi yang luas, baik dari sudut medik, psikiatrik, kesehatan jiwa, maupun
psikososial. Penyalahgunaan Narkoba menimbulkan dampak antara lain, merusak
hubungan kekeluargaan, menurunkan kemampuan belajar, ketidakmampuan untuk
membedakan mana yang baik dan buruk, perubahan perilaku menjadi anti sosial,
merosotnya produktivitas kerja, gangguan kesehatan, mempertinggi kecelakaan lalu
lintas, kriminalitas dan tindak kekerasan lainnya, baik kuantitatif maupun kualitatif
(Hawari, 2001:28)
Anak muda pada umunya sangat rentan terhadap pengaruh perubahan.
Lingkungan pergaulan sering mempunyai pengaruh kuat dalam perilaku mereka.
Emosi yang masih meluap-luap, keinginan untuk mencoba sesuatu yang baru,
kecenderungan hanya berpikir linier sehingga muda terprovokasi merupakan
beberapa ciri umum yang sering mereka alami. Belum lagi masalah sosial lingkungan
dan keluarga, yang sering bermuara pada rasa keterasingan mereka, sehingga mereka
cenderung mencari alternatif pemecahannya secara pintas, sepihak, tanpa
mempertimbangkan matang-matang kemungkinan akibat yang dapat timbul. Kondisi
semacam ini sudah barang tentu, sering menjadi sasaran empuk bagi bandar narkoba.
Sekali mencoba narkoba berisiko timbul keinginan untuk mencoba dan mencoba lagi
sehingga akhirnya timbul ketagihan dan ketergantungan. Pada umumnya, baru timbul
berada dalam cengkraman ketergantungan yang tidak bisa ditinggalkan (Sasangka,
2003:17)
2.2.5. Faktor – faktor Penyebab Penyalahgunaan Narkoba
Menurut pendapat Afiatin (2008:16), bahwa secara garis besar ada tiga faktor
yang memengaruhi terjadinya penyalahgunaan Narkoba pada remaja, yakni faktor
Narkobanya sendiri, faktor lingkungan dan faktor individual.
1. Narkoba menjadi faktor terjadinya penyalahgunaan Narkoba karena
pemakaiannya menimbulkan efek atau sensasi tertentu sehingga pengguna
terdorong untuk mencari dan menikmati sensasi-sensasi baru itu. Hal ini seperti
telah diungkapkan sebelumnya karena Narkoba bersifat adiktif yakni
menimbulkan ketagihan atau ketergantungan. Mudahnya mendapatkan Narkoba
ditengarai sebagai faktor yang snagat penting bagi terjadinya tindak
penyalahgunaan Narkoba pada remaja.
2. Lingkungan menjadi faktor penting dalam memengaruhi tindak penyalahgunaan
narkoba bagi remaja. Lingkungan yang paling dekat dengan remaja adalah
keluarga dan kelompok teman sebaya. Faktor resiko dalam keluarga penyebab
penyalahgunaan narkoba, antara lain model dari orangtua atau saudara yang
pernah memakai narkoba, sikap orangtua yang permisif terhadap penggunaan
narkoba, kurangnya peratian orangtua terhadap anak-anaknya, penerapan
hukuman terhadap anak yang terlalu sering serta orangtua yang otoriter. Selain
faktor keluarga, teman sebaya merupakan faktor resiko tinggi penyalahgunaan
3. Kepribadian individu meliputi perkembangan fisik dan mental yang labil,
kegagalan cita-cita, cinta, prestasi, jabatan dan lain-lain, menutup diri dengan
dari lari dari kenyataan, kekurangan informasi tentang penyalahgunaan obat
keras, bertulang dengan sensasi yang penuh resiko dalam mencari identiias
kepribadian, kurangnya rasa disiplin, kepercayaan agamanya minim
menyebabkan remaja menyalahgunakan narkoba.
2.2.6. Upaya Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba
Upaya penanggulangan penyalahgunaan narkoba paya penanggulangan
penyalahgunaan narkoba (Afiatin, 2008:43) antara lain :
a. Promotif (Pembinaan)
Disebut juga program preemtif atau program pembinaan. Program ini ditujukan
kepada masyarakat yang belum memakai narkoba, atau bahkan belum mengenal
narkoba. Prinsipnya adalah dengan meningkatkan peranan atau kegiatan agar
kelompok ini secara nyata lebih sejahtera sehingga tidak pernah berpikir untuk
memperoleh kebahagiaan semu dengan memakai narkoba.
b. Preventif (Pencegahan)
Disebut juga program pencegahan. Program ini ditujukan kepada masyarakat
sehat yang belum mengenal narkoba agar mengetahui seluk beluk narkoba
sehingga tidak tertarik untuk menyalahgunakan.
c. Kuratif (Pengobatan)
Disebut juga program pengobatan. Program kuratif ditujukan kepada pemakai
penyakit sebagai akibat dari penggunaan narkoba, sekaligus menghentikan
pemakaian narkoba.
d. Rehabilitatif ( Pemulihan)
Rehabilitasi adalah upaya pemulihan kesehatan jiwa dan raga yang ditujukan
kepada pemakai narkoba yang sudah menjalani program kuratif. Tujuannya agar
tidak memakai lagi dan bebas dari penyakit ikutan yang disebabkan oleh bekas
pemakaian narkoba.
e. Represif (Penindakan)
Program represif adalah program penindakan terhadap produsen, bandar,
pengedar, dan pemakai berdasarkan hukum.
2.3. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari penginderaan manusia yaitu penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengalaman manusia
diperoleh melalui mata dan telinga. Penglihatan atau kognitif merupakan dominan
yang sangat penting dalam bentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2010:142).
Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu dan pengalaman seseorang dalam melakukan penginderaan dalam suatu rangsang tertentu. Pengetahuan kognitif
merupakan dominan yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang
a. Tahu (know)
Merupakan mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk
ke dalam tingkatan ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh
karena itu, tahu merupakan tingkat pengalaman yang paling rendah.
b. Memahami (comprehension)
Merupakan suatu kemampuan nutuk menjelaskan secara benar obyek yang
diketahui. Orang telah paham akan objek atau materi harus mampu menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap
objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (application)
Kemampuan dalam menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan
kondisi yang sebenarnya.
d. Analisis (analysis)
Kemampuan dalam menjabarkan materi atau suatu objek dalam
komponen-komponen, dan masuk ke dalam struktur organisasi tersebut.
e. Sintesis (synthesis)
Kemampuan dalam meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam
suatu bentuk keseluruhan yang baru.
f. Evaluasi (evaluation)
Kemampuan dalam melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek
Menurut Rogers dalam Notoatmodjo (2010:54), pengetahuan dapat dibedakan
menjadi 3 jenis, yaitu :
a. Awareness knowledge (Pengetahuan kesadaran), yaitu pengetahuan akan keberadaan suatu inovasi. Pengetahuan jenis akan memotivasi individu untuk
belajar lebih banyak tentang inovasi dan kemudian akan mengadopsinya. Pada
ini inovasi diperkenalkan pada masyarakat tetapi tidak ada informasi yang pasti
tentang produk tersebut. Karena kurangnya informasi tersebut maka masyarakat
tidak merasa memerlukan inovasi tadi. Rogers menyatakan bahwa untuk
menyampaikan keberadaan inovasi akan lebih efektif disampaikan melalui media
massa seperti radio, televisi, koran atau majalah. Sehingga masyarakat akan lebih
cepat mengetahui keberadaan suatu inovasi.
b. How-to-knowlegde (Pengetahuan pemahaman), yaitu pengetahuan tentang bagaimana cara menggunakan suatu inovasi dengan benar. Rogers memandang
pengetahuan jenis ini penting dalam proses keputusan inovasi. Untuk lebih
meningkatkan peluang pemakaian sebuah inovasi maka individu harus memiliki
pengetahuan ini dengan cukup tentang penggunaan inovasi ini.
c. Principles-knowledge (Prinsip dasar), yaitu pengetahuan tentang prinsip-prinsip keberfungsian yang mendasari bagaimana dan mengapa suatu inovasi dapat
2.4. Sikap
Sikap adalah keteraturan tertentu dalam hal perasaan, pemikiran, dan
predisposisi tindakan seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya
(Azwar, 2007:85). Menurut Notoatmodjo (2010:146) sikap merupakan reaksi atau
respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek.
Sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu:
a. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan sti ulus yang
diberikan (objek).
b. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas
yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha
untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas
pekerjaan itu benar atau salah, adalah bahwa orang menerima ide tersebut.
c. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah
adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
d. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala resiko
2.5. Landasan Teori
Menurut David K. Berlo dalam Effendy (2003:256), penambahan
pengetahuan dapat dilakukan dengan pemberian informasi (stimulus). Pemberian
komunikasi ini dapat digambarkan dengan model S-M-C-R. Model ini adalah
singkatan dari Source (sumber), Message (pesan), Channel (saluran), dan Receiver
(penerima). Sebagaimana diungkapkan Berlo, sumber adalah pihak yang menciptakan
pesan, baik seseorang ataupun suatu kelompok. Pesan adalah terjemahan gagasan ke
dalam kode simbolik, seperti bahasa atau isyarat, saluran adalah medium yang
membawa pesan, dan penerima adalah orang yang menjadi sasaran komunikasi
(Effendy, 2003:256).
Menurut model S-M-C-R, sumber (komunikator) dan penerima pesan
(komunikan) dipengaruhi oleh faktor-faktor ketrampilan komunikasi, sikap,
pengetahuan, sistem sosial dan budaya. Pesan dikembangkan berdasarkan elemen,
struktur, isi, perlakuan, dan kode. Salurannya berhubungan dengan panca indra :
melihat, mendengar, menyentuh, membaui, dan merasai (merasapi) (Mulyana,
2011:162).
Salah satu kelebihan model S-M-C-R ini adalah model ini tidak terbatas pada
komunikasi publik atau komunikasi massa, namun juga komunikasi antarpribadi dan
berbagai komunikasi tertulis. Model ini bersifat heuristik (merangsang penelitian),
karena merinci unsur-unsur yang penting dalam komunikasi. Model ini dapat
pesan yang dikirimkan kepadanya, atau meneliti ketrampilan pembicara
(komunikator) (Mulyana, 2011:163).
Gambar 2.1. Model Komunikasi S-M-C-R
2.6. Kerangka Konsep
Berdasarkan landasan teori di atas maka dapat dirumuskan kerangka
penelitian serta variabel-variabel yang akan diteliti, seperti pada gambar berikut :
Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian
Penyuluhan dengan Metode Ceramah
Pengetahuan dan Sikap tentang Bahaya Narkoba Pengetahuan dan Sikap