• Tidak ada hasil yang ditemukan

CBSA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "CBSA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI

PEMBELAJARAN

CBSA Dalam Proses Belajar Mengajar

(2)

Konsep dasar CBSA A.

1. Pengertian CBSA

Cara belajar siswa aktif (CBSA) merupakan istilah yang bermakana sama dengan Student Active (SAL). Menurut Sriyono, CBSA

bukan disiplin ilmu atau dalam bahasa populer bukan “teori” melainkan

merupakan cara, teknik, atau dengan kata lain disebut “teknologi”. Dalam

teori pengajaran, CBSA merupakan konsekuensi logis dari pengajaran yang seharusnya. Lebih lanjut Sriyono menjelaskan, hakekat dari CBSA pada dasarnya adalah cara atau usaha mempertinggi atau mengoptimalkan kegiatan siswa dalam proses pembelajaran.

Sebagai konsep, CBSA adalah proses kegiatan belajar mengajar yang subjek didiknya terlibat secara intelektual dan emosional sehingga peserta didik betul-betul berperan dan berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran Menurut Sriyono (1992 : 9). Pengertian tersebut menunjukkan bahwa CBSA menempatkan siswa sebagai inti dalam kegiatan belajar mengajar. Siswa dipandang sebagai objek dan sebagai subjek. Dilihat dari subjek didik, CBSA merupakan proses kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik dalam rangka belajar. Dilihat dari guru atau pengajar, CBSA merupakan bagian strategi mengajar yang menuntut keaktifan optimal peserta didik.

(3)

belajar-mengajar adalah pelaksanaan proses belajar-mengajar adalah pelaksanaan satuan pelajaran pada saat praktek pengajaran, yakni interaksi guru dengan siswa pada saat pengajaran berlangsung.

Dari penjelasan diatas, dapat kita simpulkan CBSA adalah. Diharapkan dengan CBSA terciptanya suasana belajar yang aktif dan efektif. Hasibuan & Moedjiono berpendapat, keaktifan siswa dalam rangka CBSA merujuk kepada keaktifan mental, dan fisik. Dengan demikian peserta didik diharapakan dapat mengahayati dan menginternalisasi nilai-nilai dalam pembentukan keterampilan, pengetahun dan karakter.

2. Ciri-ciri CBSA

Berikut ini ciri-ciri CBSA menurut Syaiful Bahri & Azwan Zain (2010 : 32) adalah :

Menekankan pentingnya makna pelajaran untuk mencapai hasil belajar a.

yang memadai.

Menekankan pada pentingnya keterlibatan siswa didalam proses b.

belajar.

Menekankan bahwa belajar adalah proses dua arah yang dapat dicapai c.

oleh peserta didik

Menekankan hasil belajar secara tuntas dan utuh d.

Adapun menurut Sriyono (1992 : 14) ciri yang harus tampak dalam proses belajar mengajar (CBSA) adalah :

Situasi kelas merangsang siswa melakukan kegiatan belajar secara a.

bebas, tetapi terkendali

Guru tidak menominasi pembicaraan, tetapi lebih banyak memberikan b.

rangsangan berfikir kepada siswa untuk memecahkan masalah

Guru menyediakan dan menggunakan sumber belajar bagi siswa, bisa c.

(4)

diperlukan, alat bantu pengajaran, termasuk guru sendiri sebagai sumber belajar.

Kegiatan belajar siswa bervariasi, ada kegiatan yang sifatnya bersama-d.

sama dilakukan oleh semua siswa, ada kegiatan belajar yang dilakukan secara kelompok dalam bentuk diskusi, dan ada pula kegiatan belajar yang harus dilakukan oleh setiap siswa secara mandiri. Penetapan kegiatan belajar tersebut diatur oleh guru secara mandiri. Penetapan kegiatan belajar tersebut diatur guru secara sistematis dan terencana. Hubungan guru dengan siswa sifatnya harus mencerminkan hubungan e.

manusiawi bagaikan hubungan bapak-anak, bukan hubungan pimpinan dengan bawahan. Guru menempatkan diri sebagai pembimbing semua siswa yang memerlukan bantuan manakaala mereka menghadapi persoalan belajar.

Situasi dan kondisi kelas tidak terlal kaku terkait dengan susunan yang f.

mati, tetapi sewaktu-waktu dapat diubah sesuai dengan kebutuhan siswa

Belajar tidak hanya dilihat dan diukur dari segi hasil yang dicapai g.

siswa, tetapi juga dilihat dan diukur dri segi proses belajar yang dilakukan oleh siswa.

Adanya keberanian siswa untuk mengeluarkan pendapatnya melalui h.

pertanyaan maupun pernyataan gagasannya, baik yang diajukan kepada guru maupun kepada siswa lainnya dalam pemecahan masalah.

Guru senantiasa menghargai pendapat siswa, terlepas dari benar atau i.

(5)

3. Indikator CBSA

Untuk melihat terwujudnya Cara Belajar Siswa Aktif dalam proses belajar mengajar, terdapat beberapa indikator Cara Belajar Siswa Aktif. Melalui indikator Cara Belajar Siswa Aktif dapat dilihat tingkah laku mana yang muncul dalam suatu proses belajar mengajar berdasarkan apa yang dirancang oleh guru.

Indikator tersebut dilihat dari lima segi, yaitu : Dari sudut siswa, dapat dilihat dari :

a.

1) Keinginan, keberanian, menampikan minat, kebutuhan dan permasalahannya

2) Keinginan dan keberanian serta kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan persiapan, proses, dan kelanjutan belajar

3) Menampilkan berbagai usaha atau kekratifan belajar mengajar sampai mncapai keberhasilannya

4) Kebebasan atau keleluasan melakukan hal tersebut diatas tanpa tekanan guru atau pihak lainnya (kemandirian belajar)

Dilihat dari sudut guru, yaitu : b.

1) Adanya usaha siswa secara aktif

2) Bahwa peranan guru tidak mendominasi kegiatan proses belajar siswa

3) Bahwa guru memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar menurut cara dan keadaan masing-masing.

4) Bahwa guru menggunakan berbagai jenis metode mengajar serta pendekatan multimedia.

Dilihat dari segi program, hedaknya : c.

1) Tujuan intruksional serta konsep maupun isi pelajaran itu sesuatu dengan kebutuhan, minat, serta kemampuan subjek didik

(6)

3) Bahan pelajaran mengandung fakta atau informasi, konsep prinsip dan keterampilan

Dilihat dari situasi belajar, tampaknya adanya : d.

1) Dilihat dari situasi belajar, tampak adanya :

2) Iklim hubungan intim dan erat antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, guru dengan guru, serta dengan unsur pimpimnan di sekolah

3) Gairah serta kegembiraan belajar siswa sehingga siswa memiliki motivasi yang kuat serta keleluasaan mengembangkan cara belajar masing-masing

Dilihat dari sarana belajar, tampak adanya : e.

1) Sumber-sumber belajar dari siswa

2) Fleksibelitas waktu untuk melakukan kegiatan belajar 3) Dukungan dari berbagai jenis media pengajaran

4) Kegiatan belajar siswa yang tidak terbatas didalam kelas tetapi juga diluar kelas

(7)

4. Prinsip-Prinsip Belajar Siswa Aktif

Menurut Sriyono ada lima prinsip belajar yang dapat menunjang tumbuhnya cara belajar siswa aktif. Adapaun kelima prinsip tersebut adalah sebagai berikut :

Stimulus Belajar a.

Pesan yang diterima siswa dari guru melalui informasi biasanya dalam bentuk stimulasi. Stimulus tersebut dapat berbentuk verbal atau bahasa, visual, auditif, taktik, dan lain-lain. Stimulus hendaknya benar-benar mengkomunikasikan informasi atau pesan yang hendak disampaikan oleh guru kepada siswa. Ada dua cara yang mungkin membantu para siswa agar pesan tersebut mudah diterima. Cara pertama, perlu adanya pengulangan sehingga membantu siswa dalam memperkuat pemahamannya. Cara kedua, siswa menyebutkan kembali pesan yang disampaikan oleh guru kepadanya. Cara pertama dilakukan oeh guru sedangkan cara kedua menjadi tugas siswa melalui pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan guru kepada siswa. Kedua cara tersebut pada hakekatnya adalah stimulus belajar yang diupayakan oleh guru pada waktu ia mengajar.

Perhatian dan Motivasi b.

Perhatian dan motivasi merupakan prasyarat utama dalam proses belajar-mengajar. Tanpa adanya perhatian dan motivasi hasil belajar yang dicapai siswa tidak akan optimal. Stimulus belajar yang diberikan oleh guru tidak akan berarti tanpa adanya perhatian dan motivasi dari siswa. Perhatian dan motivasi belajar siswa tidak akan lama bertahan selama proses belajar-mengajar berlangsung. Oleh karena itu, perlu diusahakan oleh guru.

(8)

kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan keinginan belajarnya, menggunakan media dan alat bantu yang menarik perhatian siswa seperti gambar, foto, diagram dan lain-lain.

Respons yang dipelajari c.

Belajar adalah proses yang aktif sehinnga, apabila tidak dilibatkan dalam kegiatan belajar sebagai respons siswa terhadap stimulus guru, tidak mungkin siswa dapat mencapai hasil belajar yang dikehendaki.

Keterlibatan atau respons siswa terhadap stimulus guru bisa meliputi berbagai bentuk perhatian, proses internal terhadap kegiatan belajar seperti memecahkan masalah, mengerjakan tugas-tugasnya yang diberikan oleh guru, menilai kemampuan dirinya yang dalam menguasai informasi, melatih diri dalam menguasai informasi yang diberikan guru dan lain-lain. Semua bentuk respons yang dipelajari siswa harus menunjang tercapainya tujuan intruksional sehingga mampu mengubah perilakunya seperti tersirat dalam rumusan tujuan intruksional tersebut. Dalam proses belajar mengajar banyak kegiatan belajar siswa yang dapat ditempuh melalui respons fisik (motorik) disamping respons intelektual. Respons-respons inilah yang harus ditumbuhkan pada diri siswa dalam kegiatan belajarnya.

Penguatan d.

(9)

respons yang dilakukan oleh siswa betul-betul memuaskan dirinya dan sesuai dengan kebutuhannya.

Pemakaian dan pemindahan e.

Pikiran manusia mempunyai kesanggupan menyimpan informasi yang tidak terbatas jumlahnya. Dalam hal penyimpanan informasi yang tak terbatas ini penting sekali pengaturan dan penempatan informasi sehingga dapat digunakan kembali apabila diperlukan. Peringatan kembali informasi yang telah diperoleh tersebut cenderung terjadi apabila digunakan dalam situasi yang serupa. Dengan kata lain, perlu adanya asosiasi. Belajar dengan memperluas pembentukan asosiasi dapat meningkatkan kemampauan siswa untuk dapat memindahkan apa yang sudah dipelajari kepada situasi lain yang serupa pada masa mendatang. Asosiasi dapat dibentuk melalui pemberian bahan yang bermakna berorientasi kepada pengetahuan yang telah dimiliki siswa, pemberian contoh yang jelas, pemberian latihan yang teratur, pemecahan masalah yang serupa, dilakukan dalam situasi yang menyenangkan. Siswa dihadapkan kepada situasi baru yang menuntut pemecahan melalui informasi yang telah dimilikinya.

Prinsip-prisip diatas bukan untuk diketahui melainkan yang lebih penting ialah dilaksanakan pada waktu mengajar sehingga mendorong kegaitan belajar siswa belajar siswa seoptimal mungkin.

(10)

Pentingnya CBSA dalam Proses Pembelajaran B.

Sriyono menjelaskan Pentingnya CBSA dalam proses pembelajaran berdasarkan empat asumsi yaitu (1) Asumsi Pendidikan, (2) Asumsi anak didik, (3) Asumsi Guru, (4) Asumsi Proses Pengajaran.

Adapun penjelasan mengenai empat aspek diatas dapat dilihat dari uraian berikut :

1. Asumsi Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar memanusiakan manusia atau membudayakan manusia. Pendidikan adalah proses sosialisasi menuju kedewasaan intelektual, sosial, moral, sesuai dengan kemampuan dan martabatnya sebagai manusia. Atas dasar itu maka hakekat pendidikan : (1) interaksi manusiawi, (2) membina dan megembangkan potensi manusia, (3) berlangsung sepanjang hayat, (4) sesuai dengan kemampuan dan tingkat perkembangan indidvidu, (5) ada dalam keseimbangan antara kebebasan subjek didik dengan kewibawaan guru, dan (6) meningkatkan kualitas hidup manusia.

2. Asumsi Anak Didik

Asumsi anak didik diadasarkan atas (1) anak bukan manusia kecil, tetapi manusia seutuhnya yang mempunyai potensi untuk berkembang, (2) setiap individu atau anak didik berbeda kemampuannya, (3) individu atau anak didik pada dasarnya adalah insan yang aktif, kreatif, dan dinamis, dalam menghadapi lingkungannya (4) anak didik mempunyai motivasi untuk memenuhi kebutuhannya. Dalam konteks pendidikan sekarang anak didik diistilahkan sebagai peseserta didik.

3. Asumsi Guru

(11)

4. Asumsi Proses Pengajaran

Beberapa asumsi pengajaran antara lain adalah : (a) proses pengajaran direncanakan dan dilaksanakan sebagai suatu sistem (b) peristiwa belajar terjadi apabila siswa berinteraksi dengan lingkungan belajar yang diatur oleh guru, (c) proses pengajaran akan lebih efektif apabila menggunakan metode dan teknik yang tepat dan berdaya guna, (d) pengajaran memberikan tekanan kepada proses dan produk yang seimbang, (e) inti proses pengajaran adalah adalah adanya kegiatan siswa belajar secara optimal. Implikasi dari perangkat asumsi diatas harus tampak dalam dua hal, yakni (a) dalam program pendidikan yang diberikan kepada anak didik biasa disebu dengan istilah kurikulum, dan (b) dalam pelaksanaan program pendidikan atau pengajaran (proses belajar mengajar) sebagai wujud nyata atau operasionalisasi kurikulum.

(12)

Implementasi CBSA dalam Pembelajaran C.

Implementasi CBSA pernah dilakukan oleh suryono pada saat pelaksanaan uji coba yang diselenggarakan di 3 kecamatan di kabupaten cianjur, menggunakan metode diskusi melalui pengelompokan siswa. Setiap kali proses belajar-mengajar berlangsung, kelas ditata untuk keperluan diskusi, sesuai dengan banyak kelompok dalam kelas yang bersangkutan. Semua bahan peragaan, baik yang disediakan anak sesuai tugas dalam LKS maupun alat preraga yang disediakan sekolah, disediakan sebaik-baiknya. (Sriyono dkk, 1992 : 26)

Adapun “UJI COBA” yang dilakukan oleh Sriyono dimulai dengan

memberikan LKS pertama kepada anak 3-7 hari sebelum proses belajar mengajar berlangsung. Oleh karena itu, LKS pertama dosebut LKS Pra-PBM. Pada pelaksanaan PBM, 30 menit pertama kesempatan diberikan kepada setiap kelompok untuk mendiskusikan perolehannya, sehingga dapat ditarik kesimpulan sementara sebagi bekal untuk mengisi LKS kedua yang akan didiskusikan secara klasikal.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk dapat menjadi guru yang profesional dalam mendidik dan mengajar peserta didik melalui proses ruang pembelajaran di kelas, maka selain harus memperhatikan ketiga elemen pokok

pengaruh terhadap prestasi belajar peserta didik kemudian juga mampu memberikan stimulasi positif yang meningkatkan minat dan motivasi untuk belajar.. 2) Penelitian ini

Dengan media pembelajaran yang sangat membantu siswa dan guru dalam proses belajar mengajar maka siswa tidak mudah bosan dalam mengikuti proses belajar mengajar,

a) Variasi suara yakni volume suara pada saat memberikan pengajaran tinggi rendahnya, cepat dan lambat dalam proses penyampaian materi pelajaran. Memberikan

Banyak kasus suasana ini tidak tercipta karena ketidakberhasilan guru dalam mengelola kelas, biasanya guru sering mengambil jalan pintas dalam mengatasi persoalan di kelas,

Dalam penyampaian materi ini sangat diharapkan siswa benar-benar bisa membedakan perangkat-perangkat tersebut, oleh karena itu model pembelajaran yang digunakan tidak

Strategi ketiga, mengajak peserta didik untuk berpikir dan menemukan aplikasi konsep sains dalam industri atau produk teknologi yang ada di masyarakat di sela-

Dari beberapa pengertian psikologi dan pendidikan yang telah dicantumkan diatas, maka psikologi pendidikan merupakan pembelajaran yang sistematis tentang proses- proses