• Tidak ada hasil yang ditemukan

Politik asosiasi politik etis kegagalan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Politik asosiasi politik etis kegagalan"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

SEJARAH SOSIAL INDONESIA

POLITIK ASOSIASI,POLITIK ETIS, dan KEGAGALAN POLITIK ETIS

Untuk memenuhi salah satu tugas Mata kuliah Sejarah Sosial Indonesia Dosen pembimbing : Dra. V. Indah Sri Pinasti M.Si.

Kelompok 2

1 Vickita Rahma D S (17413241023)

2 Cahyo Hadimulyo (17413241025)

3 Hesti Nur Anggraeni (17413241030)

4 Nourma Septiana R (17413244012)

FAKULTAS ILMU SOSIAL PENDIDIKAN SOSIOLOGI

(2)

KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

B.RUMUSAN MASALAH

C.TUJUAN

BAB II PEMBAHASAN

A.PENGERTIAN POLITIK ASOSIASI

B.PENGERTIAN POLITIK ETIS

C.KEGAGALAN POLITIK ETIS

BAB III PENUTUP

A.KESIMPULAN

B.DAFTAR PUSTAKA

(3)

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang diharapkan. Dalam makalah ini kami membahas tentang “politik asosiasi,politik etis,dan kegagalan politik etis”, yang

mempelajari tentang sejarah kepolitikan Indonesia pada masa penjajahan Belanda khususnya yang akan dibahas pada makalah ini adalah tentang politik asosiasi,politik etis, dan kegagalan politik etis. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Sosial Indonesia yang diperlukan untuk mempelajari sejarah tentang politik asosiasi,politik etis, dan kegagalan politik etis. Dalam proses pendalaman materi ini tentunya kami mendapatkan bimbingan, arahan, koreksi dan saran untuk itu rasa terimakasih yang sedalam dalamnya kami sampaikan :

 Dra. V. Indah Sri Pinasti M.Si. , selaku dosen mata kuliah “Sejarah Sosial Indonesia”

 Rekan – rekan mahasiswa yang telah memberikan banyak masukan untuk makalah ini

Demikianlah makalah ini kami buat semoga bermanfaat.

Yogyakarta, 25 September 2017

(4)

A. Latar Belakang

Indonesia dalam meraih kemerdekaan tak pernah lepas dari kata penjajah. Perjuangan para pemimpin dalam meraih kemerdekaan pun tak semudah yang dipikirkan kebanyakan orang. Bahkan kadang orang-orang pun meremehkan apa yang telah diperjuangkan para pemimpin Indonesia pada jaman dahulu untuk meraih kemerdekaaan negara Indonesia ini.Bahkan tidak sedikit orang-orang menganggap bahwa pemimpin kita saat itu tidak ikut berkontribusi dalam hal politik.

Padahal dalam kenyataanya,pemimpin kita sudah memberikan yang terbaik bagi bangsa ini.Walaupun pada saat masa penjajahan, memang pemerintahan Indonesia diambil alih oleh para penjajah, salah satu contohnya yaitu Belanda. Saat Belanda menjajah Indonesia ,mereka mengambil alih pemerintahan Indonesia.Walaupun sebenarnya tidak sepenuhnya diambil alih,tetapi saat itu Belanda berperan besar dalam hal kepemerintahan Indonesia.Mereka telah menanamkan banyak kebijakan politik yang tidak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh rakyat ,bahkan

1. Apa yang dimaksud dengan Politik Asosiasi? 2. Apa yang dimaksud dengan Politik Etis?

3. Apa saja faktor yang mempengaruhi kegagalan politik etis? C. Tujuan

1. Untuk memahami dan mengetahui tentang politik Asosiasi 2. Untuk memahami dan mengetahui tentang politik Etis

3. Untuk memahami dan mengetahui tentang kegagalan politik Etis 4. Menambah wawasan tentang politik

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Politik Asosiasi

(5)

Jadi,politik ini merupakan imperialisme yang halus dengan kekuasaan pemerintah.

B. Pengertian Politik Etis

Pada awal abad ke-20 di Indonesia, terjadi perubahan yang sangat besar yaitu politik etis.Politik etis adalah suatu pemikiran yang menyatakan bahwa pemerintah kolonial Belanda memegang tanggung jawab moral bagi kesejahteraan rakyat pribumi.Pemikiran ini merupakan kritik terhadap sistem politik tanam paksa Belanda.Politik ini dipelopori oleh Pieter Brooshooft dan C.Th. Van Deventer yang membuka mata pemerintah kolonial Belanda untuk lebih memperhatikan nasib para pribumi.

Politik etis tidak bisa dilepaskan dari adanya Tanam Paksa (Cultural Stelsel) yang diberlakukan oleh Van Den Bosch dilanjutkan dengan adanya Politik Pintu Terbuka.Politik etis juga muncul akibat adanya kemenangan kaum liberal atas kaum konservatif di parlemen Belanda.

Munculnya politik etis dilatarbelakangi oleh hal-hal berikut ini :

1. Pelaksanaan sistem tanam paksa yang menguntungkan Belanda, tetapi menimbulkan penderitaan rakyat Indonesia telah menggugah hati nurani sebagian orang Belanda

2. Eksploitasi terhadap tanah dan penduduk Indonesia dengan sistem ekonomi liberal tidak mengubah nasib buruk rakyat pribumi. Sementara itu, kaum kapitalis dari Belanda, Inggris, Amerika, Belgia, Cina, dan Jepang memperoleh keuntungan yang sangat besar.

3. Upaya Belanda untuk memperkokoh pertahanan negeri jajahan dilakukan dengan cara penekanan dan penindasan terhadap rakyat.Rakyat kehilangan hak miliknya yang utama yaitu tanah. Bahkan, industri rakyat pun terdesak. Karena penderitaan itu, timbulah golongan yang sama sekali tidak mempunyai tanah. Mereka termasuk dalam golongan buruh yang bekerja pada perkebunan, pabrik, dan tambang.

4. Adanya kritik dari kaum intelektual Belanda sendiri (Kaum Etisi) terhadap praktik liberal colonial, seperti van Kol, van Deventer, de Waal, Baron van Hoevell, dan Van den Berg.

Isi Politik Etis

(6)

1. Irigasi (pengairan), membangun dan memperbaiki pengairan-pengairan dan bendungan untuk keperluan pertanian.Sarana vital bagi pertanian adalah pengairan dan oleh pihak pemerintah telah dibangun sejak 1885.

2. Emigrasi , mengajak penduduk untuk bertransmigrasi.Dengan transmigrasi tanah-tanah di luar Jawa yang belum diolah menjadi lahan perkebunan, akan dapat diolah untuk menambah penghasilan. Selain itu juga untuk mengurangi kepadatan penduduk Jawa. Pada 1865 jumlah penduduk Jawa dan Madura 14 juta. Pada 1900 telah berubah menjadi dua kali lipat. Pada awal abad ke-19 terjadi migrasi penduduk dari Jawa Tengah ke Jawa Timur sehubungan dengan adanya perluasan perkebunan tebu dan tembakau, migrasi penduduk dari Jawa ke Sumatra Utara karena adanya permintaan besar akan tenaga kerja perkebunan di Sumatra Utara, terutama ke Deli, sedangkan ke Lampung mempunyai tujuan untuk menetap

3. Edukasi ,memperluas dalam bidang pengajaran dan pendidikan. Pengaruh politik etis dalam bidang pengajaran dan pendidikan sangat berperan dalam pengembangan dan perluasan dunia pendidikan dan pengajaran di Hindia Belanda. Salah seorang dari kelompok etis yang sangat berjasa dalam bidang ini adalah Mr. J.H. Abendanon (1852-1925), seorang Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan selama lima tahun (1900-1905). Sejak tahun 1900 inilah berdiri sekolah-sekolah, baik untuk kaum priyayi maupun rakyat biasa yang hampir merata di daerah-daerah.

Pendukung Politik Etis

Pendukung Politik Etis usulan Van Deventer adalah sebagai berikut :

1. P. Brooshoof, redaktur surat kabar De Lokomotif, yang pada tahun 1901 menulis buku berjudul De Ethische Koers In de Koloniale Politiek (Tujuan Ethis dalam Politik Kolonial).

2. F. Holle, banyak membantu kaum tani.

3. Van Vollen Hoven, banyak memperdalam hukum adat pada beberapa suku bangsa di Indonesia.

4. Abendanon, banyak memikirkan soal pendidikan penduduk pribumi. 5. Leivegoed, seorang jurnalis yang banyak menulis tentang rakyat Indonesia. 6. Van Kol, banyak menulis tentang keadaan pemerintahan Hindia Belanda.

7. Douwes Dekker (Multatuli), dalam bukunya yang berjudul Max Havelaar berisi kritikan terhadap pelaksanaan tanam paksa di Lebak, Banten.

Penyimpangan Politik Etis

Pada dasarnya kebijakan-kebijakan yang diajukan oleh van Deventer tersebut baik. Akan tetapi dalam pelaksanaannya terjadi penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh para pegawai Belanda. Berikut ini penyimpangan penyimpangan yang terjadi pada penerapan politik Etis yaitu :

1. Irigasi, atau pengairan hanya ditujukan kepada tanah-tanah yang subur untuk perkebunan swasta Belanda. Sedangkan milik rakyat tidak dialiri air dari irigasi.

(7)

3. Migrasi, Migrasi ke daerah luar Jawa hanya ditujukan ke daerah-daerah yang dikembangkan perkebunan-perkebunan milik Belanda. Hal ini karena adanya permintaan yang besar akan tenaga kerja di daerah-daerah perkebunan seperti perkebunan di Sumatera Utara, khususnya di Deli, Suriname, dan lain-lain.

Dampak pelaksanaan Politik Etis bagi bangsa Indonesia:

1. Pembangunan infrastruktur seperti pembangunan rel kereta api yang memperlancar perpindahan barang dan manusia

2. Pembangunan infratruktur pertanian dalam hal ini bendungan yang bermanfaat bagi pengairan.

3. Berdirinya sekolah-sekolah antara lain, Hollandsch Indlandsche School(HIS) setingkat SD untuk kelas atas dan yang untuk kelas bawah dibentuk sekolah kelas dua, Meer Uitgebreid Lagare Onderwijs (MULO) setingkat SMP, Algemeene Middlebare School (AMS) setingkat SMU, Kweek School (Sekolah Guru) untuk kaum bumi putra dan Technical Hoges School (Sekolah Tinggi Teknik), School Tot Opleiding Van Indische Artsen (STOVIA) sekolah kedokteran.

4. Adanya berbagai sekolah mengakibatkan munculnya kaum terpelajar atau cendikiawan yang nantinya menjadi pelopor Pergerakan Nasional seperti contoh Soetomo mahasiswa STOVIA mendirikan organisasi Budi Utomo.

C. Kegagalan Politik Etis

Politik Etis yang dilaksanakan pada tahun 1900-1914, mulai menunjukkan kegagalan. Hal ini disebabkan faktor-faktor berikut ini :

1. Terjadinya pandangan-pandangan yang berbeda di kalangan Belanda, sehingga para pelaksana Politik Etis, seperti para gubernur jenderal mulai ragu-ragu dan tidak berani secara tegas dalam menjalankan politik kolonialnya atas Indonesia.

2. Timbulnya kaum cerdik pandai Indonesia yang menjadi motor pergerakan nasional Indonesia yang berhasil mempersatukan bangsa Indonesia sebagai satu kekuatan nasional untuk memperoleh kemerdekaan.

3. Timbulnya pergerakan nasional Indonesia sebagai wadah perjuangan dalam lingkup Indonesia sebagai kesatuan dan dengan cara-cara modern dalam berorganisasi. Jadi, tidak lagi bersifat kedaerahan dan hanya bergantung pada karisma seorang pemimpin.

4. Timbulnya Perang Dunia I, yang banyak mengubah kebijakan dunia, khususnya mengenai hubungan negara penjajah dan negara terjajah. Akibatnya, Belanda terpaksa mendirikan Dewan Rakyat (Volksraad).

(8)

BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Politik asosiasi merupakan imperialisme secara halus.Karena secara tidak langsung politik asosiasi ini akan meng-Eropakan Indonesia.

Politik etis lahir karena Belanda ingin membalas budi pada bangsa Indonesia yang telah banyak memberikan hasil kekayaan alam dan tenaga masyarakat pribumi untuk Belanda.

Politik etis tidak semata-mata untuk bangsa Indonesia,tetapi juga untuk Belanda. Karena dari politik etis terciptanya golongan terpelajar pribumi yang dapat dipergunakan oleh Belanda untuk dijadikan pegawai, dan hasil pertanian yang dilakukan oleh rakyat pribumi diambil oleh Belanda.

Jadi,politik etis hanya penghalus dari kata tanam paksa.

B.Daftar Pustaka

http://indonesian-persons.blogspot.co.id/2013/07/politik-etis-di-masa-pemerintahan.html

Poesponegoro,Marwati Djoened.1992.Sejarah Nasional Indonesia V.Jakarta:Balai Pustaka.

http://www.artikelsiana.com/2014/09/pengertian-politik-etis-sejarah-Sejarah-Politik-etis.html

Referensi

Dokumen terkait

Saat Jepang mengambil alih sistem pemerintahan didirikan organisasi yang bertujuan untuk mendukung sistem pemerintahannya di Sumatera Timur seperti Bompa, Gyugun dan

Walaupun tidak bisa sepenuhnya lepas dari pemerintahan, namun era ini media dan pers hanya menunjukkan sisi yang mendukung demokrasi yang dilakukan oleh pemerintah dan berperan

Sejak Indonesia mengambil alih hutan Jawa dari perusahaan kolonial Belanda, Bosch Wezen, Perum Perhutani mengelola hampir seluruh hutan di Jawa. Lebih dari 90 persen hutan negara

Usaha untuk membina hubungan baik juga dilakukan oleh pemerintah Australia terhadap Indonesia walaupun Australia lebih mendukung Belanda dalam masalah Irian Barat..

Setelah Belanda dan Jepang meninggalkan Indonesia, pada tahun 1957, pemerintah mengambil alih perkebunan dengan alasan politik dan keamanan.Pemerintah menempatkan

kebijaksanaan dan bimbingan untuk mengajar anak-anak saya untuk sepenuhnya merangkul Anda dan kata-kata Anda." Saat itu semangat intersession mengambil alih sebagai, selama

Tahun 1959, perusahaan-perusahaan Belanda yang ada di Indonesia itu dinasionalisasi, diambil alih oleh pemerintah dan menjadi milik pemerintah namanya berubah menjadi

Tetapi buku ini tidak mencantumkan waktu terjadinya peristiwa-periatiwa penting seperti saat pendudukan Jepang ataupun ketika Belanda mengambil alih kedudukan Jepang, sehingga pembaca