PERAN STRATEGIS INOVATOR di LPI
MAKALAH
Ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah
“Inovasi Pendidikan Agama Islam”
Dosen Pembimbing:
Dr. Agus Zaenul Fitri, M.Pd Dr. H. Munardji, M.Ag
Disusun Oleh: RIZAL ANTA FAUZI
PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) TULUNGAGUNG
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kepala sekolah mempunyai peran dan tanggungjawab terhadap keberhasilan proses belajar mengajar di kelas atau di sekolah. Hal ini terkandung makna bahwa kepala sekolah sebagai pengawas (supervisor)
mempunyai tugas membantu guru baik secara individual atau kelompok untuk memperbaiki pengajaran dan kurikulum, serta aspek pengembangan lainnya1, selain itu kepala sekolah harus mampu mencari, menemukan, dan
melaksanakan berbagai pembaharuan (innovator) di sekolah terkait dengan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Gagasan baru tersebut antara lain guru tim (team teaching), moving class, dan lain sebagainya.
Pemimpin lembaga pendidikan Islam sebagai innovator harus mampu mencari, menemukan, dan melaksanakan berbagai pembaharuan di sekolah. Gagasan baru tersebut misalnya moving class. Moving class adalah mengubah strategi pembelajaran dari pola kelas tetap menjadi kelas bidang studi, sehingga setiap bidang studi memiliki kelas tersendiri, yang dilengkapi dengan alat peraga dan alat-alat lainnya. Moving class ini bisa dipadukan dengan pembelajaran terpadu, sehingga dalam suatu laboratorium bidang studi dapat dijaga oleh beberapa orang guru (fasilitator), yang bertugas memberikan kemudahan kepada peserta didik dalam belajar.2
Sebagaimana menurut Mujamil Qomar yang mengatakan, bahwa peranan strategis bagi kepala sekolah ini, menimbulkan dua kemungkinan bagi sekolah (lembaga pendidikan). Apabila kepala sekolah benar-benar profesional, maka dapat menghasilkan berbagai keuntungan bagi lembaga pendidikan, seperti stabilitas, kemajuan, pengembangan, citra baik, respon positif dari masyarakat, penghargaan dari negara, peningkatan prestasi dan
1W. Mantja, Manajemen Pendidikan dan Supervisi Pengajaran, (Malang: Wineka Media, 2005), 56.
2E Mulyasa,Menjadi Kepala Sekolah Profesional, dalam Konteks Menyukseskan MBS dan KBK,
sebagainya. Sebaliknya apabila kepala sekolah tidak profesional, maka justru menjadi musibah bagi lembaga pendidikan yang akan mendatangkan berbagai kerugian. Misalnya, penurunan prestasi, citra buruk, respon negatif dari masyarakat, kondisi labil, konflik yang tidak sehat, dan berbagai fenomena yang kontra produktif.3
B. Fokus Pembahasan
1. Strategi lembaga pendidikan Islam 2. Peran strategis inovator di LPI.
3. Kepala sekolah sebagai innovator di sekolah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Strategi Lembaga Pendidikan Islam
Kata strategi berasal dari kata Yunani yaitu strategos yang artinya “a general set of maneuvers cried aut over come a enemyduring combat” yaitu semacam ilmunya para jenderal untuk memenangkan pertempuran.4
Sedangkan dalam kamus Belanda-Indonesia, sertategis berasal dari kata majemuk, yang artinya siasat perang, istilah strategi tersebut digunakan dalam kemiliteran sebagai usaha untuk mencapai kemenangan, sehingga dalam hal ini diperlukan taktik serta siasat yang baik dan benar.5
Ada beberapa pendapat lain tentang pengertian strategi, antara lain: 1. Strategi didefinisikan sebagai garis besar haluan Negara bertindak untuk
mencapai sasaran yang ditetapkan.6
2. M Arifin Memberikan pengertian strategi adalah sebagai segala upaya untuk menghadapi sasaran tertentu dalam kondisi tertentu untuk mencapai hasi secara maksimal.7
3. Strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran tertentu.8
Secara garis besar, pengertian “stategi” adalah segala upaya yang digunakan untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai, baik dalam bidang pendidikan atau lainnya. Strategi tersebut digunakan untuk meningkatkan segala usaha pada perkembangan lain yang lebih baik.
Sedangkan strategi dasar dari setiap usaha itu mencakup 4 hal yang diungkapkan oleh Newman dan Logan dalam bukunya yang berjudul “Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar” sebagai berikut:
4John M Bryson, Perencanaan Strategis (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), XVI.
5Datje Rahajoekoesoemah, Kamus Belanda-Indonesia (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), 1388.
6Tabrani Rusyah, et. all, Penekatan Dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung: PT. Remaja Rosada Karya, 1992), 209.
7M. Arifin. Ilmu pendidikan Islam, Suatu Pendekatan Teoritik dan Praktis Berdasarkan Interdisipline (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), 58.
1. Pengidentifikasian dan penetapan spesifikasi serta kualifikasi hasil yang harus dicapai dan menjadikan sasaran usaha dengan memperhatikan aspirasi dan selera masyarakat.
2. Pertimbangan dan pemilihan jalan pendekatan yang ampuh dalam mencapai sasaran.
3. Pertimbangan dan penetapan langkah-langkah yang harus ditempuh dalam mencapai sasaran.
4. Pertimbangan dan penetapan tolak ukur yang beku untuk mengukur tingkat keberhasilan.9
Strategi pendidikan adalah seni mendayagunakan suatu faktor untuk mencapai sasaran dengan melihat situasi dan kondisi masyarakat yang ada menyangkut juga masalah mengenai hambatan-hambatan fisik maupun non fisik.10
Apabila ditelaah lebih dalam strategi di atas menyelesaikan atau meminimalkan masalah serta hambatan dalam pendidikan, juga termasuk salah satu strategi yang dapat dipakai untuk membawa pendidikan ke arah perkembangan selanjutnya. Dalam pembahasan yang sama dalam hal ini Muchtar Buchori juga memberi beberapa pemikiran tentang strategi yang dipakai dalam menghadapi masalah dalam pendidikan, yaitu 2 strategi dalam hal ini:
1. Strategi pengembangan sistem, yang berisi langkah-langkah dasar yang dapat kita tempuh untuk mendorong berbagai lembaga pendidikan untuk saling bersentuhan, saling mengenal, saling membantu dan saling mendekati.
2. Strategi pengarahan sistem, yang berisi langkah-langkah yang dapat kita tempuh untuk meletakkan hubungan langsung antara program pendidikan yang diselenggarakan oleh setiap lembaga pendidikan dengan sejumlah persoalan pembangunan nyata yang terdapat dalam masyarakat.11
9Tabrani Rusyah., Pendekatan dalam…, 213.
10M. Arifin. Med, Ilmu Pendidikan…, 60.
Sedangkan pengertian lembaga pendidikan menurut Hasbullah adalah wadah atau tempat suatu proses pendidikan yang bersamaan dengan proses pembudayaan.12
Menurut Muhaimin lembaga pendidikan adalah organisasi yang diadakan untuk mengembangkan lembaga-lembaga baik yang permanent maupun yang berubah-ubah dan mempunyai pola-pola tertentu dalam memerankan fungsinya, serta mempunyai struktur tersendiri yang dapat mengikat individu yang berada dalam naungannya sehingga lembaga ini mempunyai kekuatan tersendiri.13
Jadi dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan strategi lembaga pendidikan adalah cara atau srategi yang digunakan oleh wadah atau tempat guna proses suatu perubahan berencana yang memerlukan dukungan semua pihak, anatara lain Kepala sekolah, guru, dan siswa dengan perubahan– perubahan itu diharapkan dapat mengembangkan dan meningkatkan lembaga pendidikan, yang memerlukan usaha jangka pendek, menengah, dan panjang guna menghadapi perubahan yang akan terjadi pada masa mendatang.
B. Strategis Inovator di Lembaga Pendidikan Islam
Seorang pemimpin dalam rangka melakukan peran sebagai innovator lembaga pendidikan Islam harus memiliki strategi yang tepat untuk menjalani hubungan yang harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan baru, mengintregasikan setiap kegiatan, memberikan teladan kepada seluruh tenaga kependidikan di sekolah, dan mengembangkan model-model pembelajaran inovatif.
Sebagai innovator lembaga pendidikan Islam dapat tercermin dari cara-cara ia melakukan pekerjaannya secara konstruktif, kreatif, delegatif, integratif, rasional dan obyektif, pragmatis, keteladanan, disiplin, serta adabtabel dan fleksibel.
12Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1999), 127.
Konstruktif, dimaksudkan bahwa dalam meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan di sekolah, kepala sekolah harus berusaha memberikan saran, mendorong dan membina setiap tenaga kependidikan agar dapat berkembang secara optimal dalam melakukan tugas-tugas yang diembannya.
Kreatif, dimaksudkan bahwa dalam meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan di sekolah, kepala sekolah harus berusaha mencari gagasan dan cara-cara baru dalam melaksanakan tugasnya.
Delegatif, dimaksudkan bahwa dalam meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan di sekolah, kepala sekolah harus berupaya mendelegasikan tugas kepada tenaga kependidikan sesuai dengan deskripsi tugas, jabatan serta kemampuan masing-masing.
Integratif, dimaksudkan bahwa dalam meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan di sekolah, kepala sekolah harus berusaha mengintegrasikan semua kegiatan, sehingga dapat menghasilkan sinergi untuk mencapai tujuan sekolah secara efektif, efisien dan produktif.
Rasional dan obyektif, dimaksudkan bahwa dalam meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan di sekolah, kepala sekolah harus berusaha bertindak berdasarkan pertimbangan rasio dan obyektif.
Pragmatis, dimaksudkan bahwa dalam meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan di sekolah, kepala sekolah harus berusaha menetapkan kegiatan atau target berdasarkan kondisi dan kemampuan nyata yang dimiliki oleh setiap tenaga kependidikan, serta kemampuan yang dimiliki oleh sekolah.
Keteladanan, dimaksudkan bahwa dalam meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan di sekolah, kepala sekolah harus berusaha memberikan teladan dan contoh yang baik.
Pemimpin lembaga pendidikan Islam sebagai innovator harus mampu mencari, menemukan, dan melaksanakan berbagai pembaharuan di sekolah. Gagasan baru tersebut misalnya moving class. Moving class adalah mengubah strategi pembelajaran dari pola kelas tetap menjadi kelas bidang studi, sehingga setiap bidang studi memiliki kelas tersendiri, yang dilengkapi dengan alat peraga dan alat-alat lainnya. Moving class ini bisa dipadukan dengan pembelajaran terpadu, sehingga dalam suatu laboratorium bidang studi dapat dijaga oleh beberapa orang guru (fasilitator), yang bertugas memberikan kemudahan kepada peserta didik dalam belajar.14 Hal senada juga dikatakan
oleh Sagala, bahwa untuk mengoptimalkan kualitas pembelajaran kegiatan belajar mengajar di kelas, maka salah satu sistem pendidikan yang diterapkan adalah moving class (kelas berjalan). Moving class adalah suatu model pembelajaran yang diciptakan untuk belajar aktif dan kreatif, dengan sistem belajar mengajar bercirikan peserta didik yang mendatangi guru di kelas, bukan sebaliknya. Dalam sistem ini setiap guru mata pelajaran mempunyai kelas pribadi, untuk mengikuti setiap pelajaran peserta didik harus berpindah dari satu kelas ke kelas yang lain yang sudah ditentukan. Sehingga terdapat penamaan kelas berdasarkan bidang studi, misalnya Kelas Biologi, Kelas Bahasa, dan Kelas Fisika. Setiap kali subyek pelajaran berganti, maka peserta didik akan meninggalkan kelas, dan mendatangi kelas lainnya sesuai bidang studi yang dijadwalkan.15
C. Peran Kepala Sekolah sebagai Inovator di Sekolah
Pelaksanaaan inovasi pendidikan tidak dapat dipisahkan dari seorang inovator atau pelaksana inovasi itu sendiri.Sekolah sebagai lembaga pendidikan dan kepala sekolah sebagai inovator pendidikan di sekolah,
14E Mulyasa,Menjadi Kepala Sekolah Profesional, dalam Konteks Menyukseskan MBS dan KBK,
(Bandung:Remaja Rosdakarya,2005), 118-119.
bertanggung jawab untuk keberhasilan dari suatu lembaga pendidikan secara keseluruhan. Menurut Mulyasa dalam mengelola sekolah, peran kepala sekolah meliputi: EMASLIM (Educator, Manajer, Administrator, Supervisor, Leader, Inovator, Dan Motivator).16 Kepala sekolah adalah inovator di
sekolah. menurut Komariah inovator adalah para pembaharu, perintis/pioner, atau orang yang paling cepat membuka diri dan menerima inovasi, bahkan menjadi pencari inovasi.
Sebagai inovator, kepala sekolah berperan sebagai seseorang yang membuat inovasi. Inovasi adalah suatu perubahan dari sesuatu hal, baik bersifat inkremental (sedikit demi sedikit) maupun perubahan yang bersifat radikal.dalam hal ini kepala sekolah melakukan (pembaharuan) sistem pendidikan yang dianggap masih bersifat monoton dan klasikal, sehingga dengan adanya inovasi diharapkan akan tercipta suasana pendidikan yang berkualitas, yang mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman.17
Menurut Mulyasa kepala sekolah sebagai seorang inovator harus memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan baru, mengimplementasikan ide-ide baru, mengintegrasikan setiap kegiatan, memberikan teladan kepada seluruh tenaga kependidikan di sekolah, dan mengembangkan model-model pembelajaran yang inovatif.18
Kepala sekolah sebagai inovator dalam melaksanakan perannya, harus memiliki gagasan baru dan mampu mengimplementasikan ide-ide baru serta memiliki kemampuan dalam mengatur lingkungan sekolah.
Peran kepala sekolah sebagai inovator meliputi; (1) Menjalin hubungan harmonis dengan lingkungan, (2) Mencari gagasan baru, (3) mengimplementasikan ide-ide baru, (4) mengintegrasikan seluruh kegiatan sekolah, (5)memberikan keteladanan, dan (6)mengembangkan model-model pembelajaran inovatif.
16Mulyasa,Menjadi Kepala Sekolah..., 98
ini dinilai dari jarangnya kepala sekolah memberikan pembinaan dan bantuan pengajaran secara langsung kepada guru di sekolah.
Fenomena ini terjadi dikarenakan kepala sekolah masih mengabaikan masalah-masalah hubungan antar pribadi, kepala sekolah masih melaksanakan program-program lama yang telah ada, terbatasnya sumber daya manusia serta sarana dan prasarana yang tersedia untuk pengimplementasian ide-ide baru di sekolah, pengintegrasian program di sekolah belum dianggap penting karena tujuan sekolah yang masih terfokus pada hal-hal yang sifatnya umum, jiwa kepemimpinan kepala sekolah yang masih kurang sehingga belum bisa menjadi contoh teladan bagi setiap warga di sekolah, sulitnya kepala sekolah merubah kebiasaan mengajar guru-guru senior yang masih melakukan pembelajaran konvensional dan sulit memberikan pembinaan tentang model-model pembelajaran terbaru yang lebih inovatif dan efektif sesuai dengan perkembangan lingkungan.
D. Analisis
Kepala sekolah harus lebih bijak lagi dalam membuat sesuatu yang berhubungan dengan peraturan lembaga sekolah, sebelum peraturan tersebut dibuat diharapkan kepala sekolahtersebut memusyawarahkan kepada para guru sehingga kerukunan antar guru dan kepala sekolah berjalan dengan baik. Disisi lain kepala sekolah harus mendahulukan mana yang lebih penting yang harus diperbaharui jika sarana prasaran yang dianggap penting seharusnya di dahulukan sehingga wali murid dan siswa tersebut merasa nyaman masuk kelembaga tersebut. Dan juga kinerja pendidik harus dievaluasi dan diperbaiki sehingga proses pembelajaran menjadi efektif dan efisien.
Dengan demikian, para manajer pendidikan seharusnya meningkatkan intensitas melihat dan mendengar keluhan para pelanggan (pelanggan pendidikan) khususnya mereka yang tidak puas terhadap layanan pendidikan. Untuk menciptakan sistem dan memanfaatkan out put secara produktif, budaya sekolah dimulai dengan penanaman nilai-nilai luhur, kejujuran, menggabungkan norma dan kebijakan. Kemudian jumlah rutinitas kinerja yang kurang efektif harus dihilangkan.Perubahan dimulai dari pemimpin pendidikan, kemudian memberikan pengaruh terhadap beberapa personel sekolah melalui contoh perilaku yang dapat membentuk budaya sekolah sehingga menghasilkan beberapa keuntungan oraganisasi sekolah.
Kepala sekolah harus mampu mencari, menemukan, dan melaksanakan berbagai pembaharuan (innovator) di sekolah terkait dengan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Gagasan baru tersebut antara lain guru tim (team teaching), moving class, dan lain sebagainya.
Kepala sekolah sebagai top leader mempunyai wewenang dan kekuasaan, serta kompetensi untuk mengatur dan mengembangkan bawahannya secara profesional. Dengan demikian kepala sekolah harus mengembangkan kompetensi profesional yang dimilikinya khususnya kompetensinya sebagai seorang innovator dalam lembaga pendidikan Islam.
DAFTAR RUJUKAN
Arifin. M. Ilmu pendidikan Islam, Suatu Pendekatan Teoritik dan Praktis Berdasarkan Interdisipline Jakarta: Bumi Aksara, 1991
Buchori, Muchtar. Pendidikan Dalam Pembangunan, Yogyakarta: PT Tiara Wacana Jogja, 1994
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1989 Fatah, Nanang. Managemen Berbasis Sekolah dan Dewan Sekolah Bandung :
Pustaka Bani Quraisy, 2004
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1999
Mantja, W.Manajemen Pendidikan dan Supervisi Pengajaran, Malang: Wineka Media, 2005
Mujib, Pemikiran Pendidikan Jakarta: Rineka Cipta, 1999
Mulyasa, E. Menjadi Kepala Sekolah Profesional, dalam Konteks Menyukseskan MBS dan KBK, Bandung:Remaja Rosdakarya,2005
Mulyasa, E. Menjadi Kepala Sekolah Professional, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004
Qomar, Mujamil. Manajemen Pendidikan Islam: Strategi Baru Pengelolaan Lembaga Pendidikan Islam, Jakarta: Erlangga, 2007
Rahajoekoesoemah, Datje. Kamus Belanda-Indonesia Jakarta: Rineka Cipta, 1993 Rusyah, Tabrani. et. all, Penekatan Dalam Proses Belajar Mengajar Bandung:
PT. Remaja Rosada Karya, 1992
Sagala, Syaiful. Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan,
Bandung: Alfabeta, 2009
Salam, Burhanuddin. Pengantar Paedagogik, Dasar-Dasar Ilmu Mendidik, Jakarta: Rineka Cipta, 1997