HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi
Oleh:
BAIQ DIAN USWANDARI F100120055
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI
1
HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecemasan dengan kejadian hipertensi pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Puspakarma Mataram. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara kecemasan dengan kejadian hipertensi pada lansia. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 76 lansia. Data dikumpulkan dengan skala kecemasan HARS dan tensi. Teknik analisis data yang digunakan adalah korelasi Product
Moment dari Pearson. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh ada hubungan positif
yang signifikan antara kecemasan dengan kejadian hipertensi pada lansia, dan sumbangan efektif kecemasan terhadap hipertensi sebesar 7,07%. Peneliti memberikan saran bagi subjek agar dapat mengontrol kecemasannya, sehingga dapat membuat tekanan darah menjadi normal.
Kata kunci : Kecemasan, Hipertensi, Lansia
ABSTRACT
This study aims to determine the relationship between anxiety with hypertension in the elderly in Social Institutions Tresna Werdha Puspakarma Mataram. The hypothesis of this study is that there is a positive relationship between anxiety with hypertension in the elderly. Subjects in this study amounted to 76 elderly. Data collected by the anxiety scale Hars and tension. Data analysis technique used is the correlation of Pearson Product Moment. Based on the results obtained there is a significant positive relationship between anxiety with hypertension in the elderly, and the effective contribution of anxiety to hypertension of 7.07%. Researchers give suggestions for subjects to be able to control his anxiety, which can make blood pressure became normal.
Keywords: Anxiety, Hypertension, Elderly
1. PENDAHULUAN
Dewasa ini penduduk lansia di seluruh dunia mengalami peningkatan khususnya di Indonesia seperti yang di kemukakan oleh Ponorogo (2010) bahwasanya kelompok lanjut usia (lansia) yang berumur 60 tahun keatas mengalami pertumbuhan dengan cepat dibandingkan dengan kelompok usia lainnya. Indonesia adalah salah satu negara yang terletak di Asia Tenggara yang memasuki era penduduk berstruktur lansia (aging structured
2
7,18 persen. Peningkatan jumlah penduduk lansia ini disebabkan antara lain karena tingkat sosial ekonomi masyarakat yang meningkat, kemajuan di bidang pelayanan kesehatan, dan tingkat pengetahuan masyarakat yang meningkat.
Menurut data BPS (2015) pada tahun 2012 Provinsi NTB memiliki jumlah penduduk mencapai 4.6 juta jiwa dan memiliki jumlah lansia sekitar 330 ribu jiwa. Kemudian terjadi peningkatan yang cukup signifikan pada tahun 2013 yaitu 340 ribu jiwa dan tahun 2014 sebanyak 360 ribu jiwa. Daerah Lombok sendiri memiliki jumlah lansia sebanyak 125 ribu jiwa pada tahun 2014. Kemudian pada tahun 2015 jumlah lansia mengalami peningkatan sebanyak 137 ribu jiwa.
Secara alamiah, proses penuaan mengakibatkan kemunduran kemampuan fisik dan mental. Hipertensi pada lansia di seluruh dunia pada tahun 2010 berkisar satu miliar. Di bagian Asia tercatat 38,4 juta penderita hipertensi pada tahun 2000 dan diprediksi akan menjadi 67,4 juta orang pada tahun 2025. Menurut data Kemenkes RI (2013) prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 26,5%, tetapi yang terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan/atau riwayat minum obat hanya sebesar 9,5%. Hal ini menandakan bahwa sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis dan terjangkau pelayanan kesehatan. Profil data kesehatan Indonesia tahun 2011 menyebutkan bahwa hipertensi merupakan salah satu dari 10 penyakit dengan kasus riwayat inap terbanyak di rumah sakit pada tahun 2010, dengan proporsi kasus 42,38% pria dan 57,64% wanita, serta 4,8% pasien meninggal dunia (Muhammadun, 2010).
3
Menurut Girsang (2013) hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan peningkatan tekanan darah di atas normal. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya. Berdasarkan kriteria Joint National Committee on Prevention, Detection,
Evaluation, and Treatment on High Blood Pressure VII (JNC-VII) yang
diterapkan di Indonesia, seseorang dikatakan menderita hipertensi jika tekanan darahnya sama dengan atau lebih dari 140/90 mmHg. Pendapat lain dari Lingga (2012) menyebutkan bahwa Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi kronis di mana tekanan darah pada dinding arteri (pembuluh darah bersih) meningkat. Kondisi ini dikenal sebagai “pembunuh diam-diam” karena jarang memiliki gejala yang jelas. Satu-satunya cara mengetahui apakah Anda memiliki hipertensi adalah dengan mengukur tekanan darah.
Menurut pendapat para ahli, hipertensi merupakan salah satu penyakit mematikan yang tidak memiliki gejala pasti pada penderitanya. Setiawan (2008) menyatakan bahwa ada banyak faktor yang mempengaruhi hipertensi, namun secara garis besar dapat digolongkan menjadi dua faktor, yaitu faktor yang dapat dikontrol dan faktor yang tidak dapat dikontrol. Faktor yang tidak dapat di kontrol, diantaranya adalah genetik, usia, jenis kelamin, dan etnis. Kemudian faktor yang dapat dikontrol meliputi obesitas, aktivitas fisik, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, asupan garam, kafein, tinggi kolestrol, dan kecemasan.
4
Pada dasarnya kecemasan berupa keluhan dan gejala yang bersifat psikis dan fisik. Gangguan ini sering dialami oleh individu yang berusia di atas 60 tahun dan lebih banyak menyerang wanita daripada pria. Gangguan kecemasan yang banyak dialami lansia adalah kecemasan menyeluruh. Hal tersebut kemungkinan timbul dari persepsi bahwa mereka akan kehilangan kendali atas kehidupannya, yang mungkin berkembang saat mereka harus melawan penyakitnya, kehilangan orang-orang yang dicintainya, dan mengalami penurunan dalam hal ekonomi.
Thbihari, Andreecia dan Senilo (2015) kecemasan dapat diekspresikan melalui respons fisiologis, yaitu tubuh memberi respons dengan mengaktifkan sistem saraf otonom (simpatis maupun parasimpatis). Sistem saraf simpatis akan mengaktifasi respons tubuh, sedangkan sistem saraf parasimpatis akan meminimalkan respons tubuh. Reaksi tubuh terhadap kecemasan adalah “fight or flight” (reaksi fisik tubuh terhadap ancaman dari luar), bila korteks otak menerima rangsang akan dikirim melalui saraf simpatis ke kelenjar adrenal yang akan melepaskan hormon epinefrin (adrenalin) yang merangsang jantung dan pembuluh darah sehingga efeknya adalah nafas menjadi lebih dalam, nadi meningkat, dan tekanan darah meningkat atau hipertensi.
Penelitian ini penting dilakukan karena mengingat lansia merupakan tahap akhir dari suatu kehidupan manusia. Jadi lansia harus hidup dengan bahagia dan sehat, dengan adanya penelitian ini kita bisa mengetahui bahwa lansia sering mengalami kecemasan yang dapat mempengaruhi kesehatannya, sehingga kita bisa meminimalkan kecemasan agar tekanan darah dapat terkontrol dengan baik.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara kecemasan dengan kejadian hipertensi pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Puspakarma Mataram.
5
2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini terdiri atas variabel bebas yaitu kecemasan dan variabel tergantung yaitu hipertensi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia yang tinggal di panti sosial Tresna Werdha Puspakarma Mataram. Peneliti mengambil sampel sebanyak 76 lansia dengan menggunakan teknik
Total Sampling (Sugiyono, 2007). Pengambilan sampel memiliki beberapa
kriteria, yaitu lansia yang ada di panti sosial Tresna Werdha Puspakarma Mataram, berusia 60 tahun keatas, dapat berkomunikasi dengan baik, dan bersedia berpartisipasi dalam penelitian (dibuktikan dengan Informed
Consent).
6
amenorhoe, (h) perilaku sesaat: gelisah, tidak tenang, jari gemetar, muka tegang, tonus otot meningkat, mengerutkan dahi, nafas pendek dan cepat.
Perhitungan skor pada penelitian ini menggunakan skala HARS
(Hamilton Anxiety Rating Scale) dengan lima alternatif jawaban. Skala
tersebut pernah diujicobakan pada 30 subjek di klinik Margo Husodo Gondang Sragen, dengan hasil perhitungan dari 14 gejala didalam skala tersebut, 14 gejala tersebut dinyatakan valid dan reliabel. Peneliti tidak melakukan uji validitas karena skala kecemasan HARS sudah terstandar secara internasional dengan nilai sebesar 0,93 dan uji reliabilitas sebesar 0,97 (Norman M, 2005).
Tekanan darah dapat diukur menggunakan tensimeter dan stetoskop, untuk memperkuat hasil pengukuran maka peneliti melibatkan ahli di bidang pengukuran tekanan darah yaitu bidan/perawat. Berdasarkan klasifikasi tekanan darah menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure
(JNC 7) (dalam Yogiantoro, 2009).
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa karakteristik subjek penelitian adalah sebagai berikut :
Tabel I Karakteristik subjek
Karakteristik subjek Jumlah Prosentase
Usia 60-70 tahun 32 42
70-80 tahun 34 45
Jenis Kelamin Perempuan 50 65,79
Laki-laki 26 34,21
Pengobatan yang sedang dijalani Minum obat 62 81,58
Perlakuan Perawatan biasa 62 81,58
7
berusia 70-80 tahun. Sebagian besar subjek berjenis kelamin perempuan, memiliki riwayat penyakit maag dan sakit kepala yang sedang menjalani perawatan biasa.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel II Hasil Analisis Data
Uji Asumsi Uji Normalitas Z = 1,031, sig. p= 0,238 (p>0,05) Uji Linearitas deviation from linearity = 1,864
dengan signifikansi (p) 0,00 = (p<0,05).
Uji Hipotesis korelasi (rxy) sebesar = 0,266 dengan sig.=0,020 (p<0,05)
Sumbangan Efektif r2 sebesar (0,266)2 = 0,0707. SE = 7,07%
Analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis pada penelitian ini adalah analisis product moment dari Pearson. Peneliti melakukan uji asumsi yang terdiri dari uji normalitas dan uji linearitas. Uji asumsi penting dilakukan karena analisis korelasi data harus memenuhi normal dan linear.
Dari data tabel II, yang memenuhi syarat uji hipotesis yaitu normal dan linear. Hasil analisis data menunjukkan bahwa hipotesis diterima. Berdasarkan hasil perhitungan dengan teknik product moment, diperoleh koefisien korelasi (rxy) sebesar = 0,266 dengan sig.=0,020 (p<0,05). Hasil sumbangan efektif yaitu sebesar 7,07%.
Dari penelitian ini, diperoleh data subjek penelitian sebanyak 76 orang subjek atau 48 orang dari jumlah subjek pada penelitian ini berusia 60-74 tahun atau tergolong lanjut usia (elderly), 26 orang subjek dari total subjek penelitian ini berusia 75-90 tahun atau tergolong lanjut usia tua (old), dan 2 orang subjek dari total subjek penelitian berusia 90 tahun keatas atau tergolong lanjut usia tua (old). Hal tersebut sesuai dengan data World Health
Organization (dalam Efendi, 2009) menyatakan usia lanjut dibagi menjadi
8
tresna werdha puspakarma Mataram dengan subjek berjenis kelamin perempuan yakni sebanyak 50 orang atau 65,78% dan sisanya berjenis kelamin laki-laki.
Subjek dalam penelitian ini memiliki riwayat penyakit seperti maag, sakit kepala, sakit tulang atau sendi, asam urat, osteoporosis, disabilitas, penyakit jantung, dan stroke. Adapun prosentase tertinggi terletak pada psakit kepala yaitu 26,31%. Data tersebut dikuatkan dengan pendapat Jean, Elise dan Keith (2012) bahwa lansia cenderung mengalami masalah kesehatan yang disebabkan oleh penurunan fungsi tubuh akibat proses penuaan. Proses penuaan merupakan proses yang mengakibatkan perubahan-perubahan meliputi perubahan fisik, psikologis, sosial dan spiritual. Pada perubahan fisiologis terjadi penurunan sistem kekebalan tubuh dalam menghadapi gangguan dari dalam maupun luar tubuh. Salah satu gangguan kesehatan yang paling banyak dialami oleh lansia adalah pada sistem kardiovaskuler. Kemudian pendapat lain dari Prawiro (2012) menyatakan seiring bertambahnya usia maka fungsi-fungsi tubuh akan mengalami penurunan dan mengakibatkan para lansia jatuh dalam kondisi sakit. Penurunan fungsi-fungsi tubuh ini disebut dengan proses degeneratif. Salah satu proses degeneratif yang terjadi adalah pada sistem kardiovaskular. Penyakit kardiovaskular yang paling banyak dijumpai pada lansia adalah penyakit jantung koroner, hipertensi, serta penyakit jantung pulmonik.
9
judul penelitian hubungan tingkat kecemasan dengan kejadian hipertensi pada lansia di panti sosial tresna werdha Senjarawi Bandung dengan hasil prosentase terbesar sebanyak 62.5% mengalami kecemasan ringan.
Terdapat beberapa kelemahan dalam penelitian ini. Kelemahan yang terjadi adalah sampel yang digunakan terlalu kecil, adanya kemungkinan persepsi yang berbeda antara peneliti saat wawancara dengan responden, kurangnya pengendalian terhadap variabel-variabel di luar penelitian dimana variabel ini dapat mempengaruhi hasil penelitian, misalnya faktor usia, jenis kelamin, status kesehatan dan sebagainya yang bisa mempengaruhi kecemasan responden.
4. PENUTUP
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dijelaskan sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut : 1) ada hubungan positif yang signifikan antara kecemasan dengan kejadian hipertensi pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Puspakarma Mataram dilihat dari hasil korelasi sebesar 0,266 dengan sig. 0,020 (p<0,05). 2) kecemasan mempengaruhi hipertensi, dilihat dari sumbangan efektif sebesar 7,07%.
10
Daftar Pustaka
Anwar, A.H., Setyonegoro, K. (2009). Sebuah Pandangan Konsepsesual Dalam
Anxietas. Jakarta: Yayasan Dharma Usada.
Clark, M. (2009). Clinical Medicine, Seventh Edition, Saunders Elsever, British Efendi, F. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas (ed 1). Jakarta: Salemba
Association between Hypertension and Depression , Vol 4 issue 5.
Hamilton, M. (1959). Hamilton Anxiety Rating Scale (HAM-A). di Akses Tanggal 20 Sept 2016. Http://pdbp.Ninds./Hamilton/Anxiety/Rating/Scale(HAM-A).pdf.
Lingga, L. (2012). Bebas Hipertensi Tanpa Obat. Jakarta. Agro Media Pustaka. Lubis, Namora Lumongga. (2009). Depresi Tinjauan Psikologis. Jakarta:
KencanaPrenada Media Group.
Maryam, R.S., et al. (2008). Mengenal Usia Lanjut & Perawatannya. Jakarta: Salemba medika.
Muhammadun. (2010). Hidup Bersama Hipertensi. Yogjakarta: In-Books.
M. Twenge J, C. Freeman E, Keith C. W. (2012). Journal of personality and social psychology. Generational Differences in Young Adults’ Life Goals,
Concern for Others , Vol. 102 No. 5 1045-1062.
Norman, M. (2005). Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) Report. Atlanta: Psychiatric Associates of Atlanta, LLC. (Online) tersedia dalam http://atlantapsychiatry.com.pdf. Diakses pada Maret 2017
Reny, Y.A. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik Aplikasi Nanda
NIC dan NOC. Jakarta: Trans Info Medika.
Santoso & Ismail, A. (2009). Memahami Krisis Bagi Lansia. BPK Gunung Mulia.Jakarta.
Setiawan, D. (2008). Care Your Self Hipertensi. Penebar Plus : Jakarta.
11
And Coronary Heart disease:A Review , Volume 14 issue 4 Ver.X.